tugas after care patient

42
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA LAPORAN AFTERCARE KEHAMILAN DENGAN SEROTINUS Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Diajukan Kepada : Pembimbing : dr.Adi Rachmanadi, Sp. OG Disusun Oleh : Mega Purnama Sari 1310221130

Upload: febri-qurrota-aini

Post on 20-Feb-2016

225 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

acpobsg

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas After Care Patient

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

LAPORAN AFTERCARE

KEHAMILAN DENGAN SEROTINUS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :

Pembimbing : dr.Adi Rachmanadi, Sp. OG

Disusun Oleh :

Mega Purnama Sari 1310221130

Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

PERIODE 5 JANUARI 2015 – 14 MARET 2015

Page 2: Tugas After Care Patient

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Laporan After Care dengan judul :

KEHAMILAN DENGAN SEROTINUSDiajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Departemen Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Mega Purnama Sari 1310221130

Telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda TanganTanggal

dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG NIP. 197205162009091001 .......................... .......................

ii

Page 3: Tugas After Care Patient

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan After Care

pada Kehamilan dengan Serotinus. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu

syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

Penyusunan laporan ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang

turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Adi

Rachmanadi, Sp.OG selaku pembimbing dan seluruh teman-teman kepaniteraan

klinik Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, atas kerjasamanya selama

penyusunan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca

maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Ambarawa, Februari 2015

Penulis

iii

Page 4: Tugas After Care Patient

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan .............................................................................. i

Kata pengantar .................................................................................... ii

Daftar isi ............................................................................................. iii

Bab I ....................................................................................................

Laporan Kasus .................................................................................... 1

Bab II ..................................................................................................

Tinjauan Pustaka .................................................................................

Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)

7

II.1 Definsi ......................................................................................... 7

II.2 Insidens ........................................................................................ 7

II.3 Etiologi ........................................................................................ 7

II.4 Patofisiologi ................................................................................. 9

II.5 Resiko .......................................................................................... 11

II.6 Manifestasi Klinis ....................................................................... 12

II.7 Diagnosis .................................................................................... 13

II.8 Pemeriksaan Penunjang ..............................................................

II.9 Tatalaksana …………………………………………………….

II.10 Komplikasi ……………………………………………………

II.11 Pencegahan …………………………………………………….

13

15

17

17

Bab III .................................................................................................

III.1 Identifikasi Fungsi – Fungsi Keluarga ………………………… 19

iv

Page 5: Tugas After Care Patient

III.1.1 Fungsi Biologik …………………………………………..

III.1.2 Fungsi Psikologik ………………………………………...

III.1.3 Fungsi Ekonomi ………………………………………….

III.1.4 Fungsi Pendidikan ………………………………………..

III.1.5 Fungsi Religius …………………………………………

III.1.6 Fungsi Sosial dan Budaya ………………………………

III.1.7 Pola Konsumsi Makanan Pasien …………………………

III.2 Rencana Pembinaan Keluarga …………………………………

III.2.1 Terhadap Pasien ………………………………………….

III. 2.2 Terhadap Keluarga ………………………………………

III.3 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

Pasien dan Bayinya …………………………………………...

III.3.1 Faktor Perilaku …………………………………………...

III.3.2 Faktor Non Perilaku ……………………………………...

19

19

19

19

19

19

19

19

20

20

20

Daftar pustaka ..................................................................................... 21

BAB I

v

Page 6: Tugas After Care Patient

LAPORAN KASUS

ANAMNESIS

(alaoanamnesis dan autoanamnesis tanggal 28 Januari 2015 jam 08.00 WIB)

I. Identitas PasienNama : Ny. AJenis Kelamin : PerempuanUmur : 33 tahunPendidikan : D3Pekerjaan : IRTAgama : IslamSuku bangsa : JawaAlamat : Tampomas III Gajah MungkurTgl Masuk RS : 28 Januari 2015MR : 012320

II. Anamnesis Keluhan utama

Sudah lewat dari hari perkiraan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien G5P3A1 usia kehamilan 43 minggu datang karena belum juga ada tanda-tanda persalinan. HPHT 7-5-2014. Kenceng-kenceng (+) namun masih jarang, air ketuban belum mengalir. Pasien jarang melakukan kontrol kandungan jika tidak ada keluhan, sehingga beliau tidak mengetahui secara pasti usia kandungan dan kapan seharusnya melahirkan. Pasien baru mengetahui bahwa ternyata usia kandungannya sudah lewat 2 minggu dari hari perkiraan lahir setelah datang ke poli untuk melakukan USG karena ingin mengetahui jenis kelamin anaknya. Namun ternyata dokter mengatakan usia kandungan pasien 43 minggu dan pasien diprogramkan untuk menjalani operasi Caesar dan langsung masuk ruang bangsal untuk dilakukan persiapan operasi yang akan dilakukan esok hari. Pasien juga mengutarakan untuk melakukan program KB dengan metode steril setelah mendapat motivasi oleh dokter spesialis kandungan dan disetujui oleh suami.

Riwayat penyakit dahulu

Hipertensi, diabetes melitus, asma, alergi makanan dan obat disangkal

vi

Page 7: Tugas After Care Patient

Riwayat Haid / Keluarga Berencana

Haid pertama kali umur : 15 tahun

Siklus haid : teratur, 28 hari / bulan

Durasi & banyaknya haid : 5hari, 2-3 kali ganti softex

H

KB : suntik selama 1 tahun

kondom

Riwayat Antenatal Care

Pemeriksaan kehamilan di praktek bidan oleh bidan, teratur setiap bulan. Selama pemeriksaan pasien tidak ada keluhan dan kelainan. Pasien pernah USG, dan pada pemeriksaan USG tersebut pasien dinyatakan kondisi janin baik dengan presentasi kepala.

Riwayat Perkawinan & Kehamilan

Pasien kawin baru 1 kali ini. Lama menikah dengan suami sekarang 10 tahun.

Anak :

1. Perempuan , aterm, lahir spontan BB 3100g, meninggal saat usia 5 th

2. Perempuan , aterm, lahir spontan BB 3200g, saat ini usia 6 th

3. Abortus

4. Laki-laki, aterm, SC, BB 3750g, saat ini usia 2 th

5. Hamil ini

III. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pertama kali pada tanggal 28 Januari 2015

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

vii

Page 8: Tugas After Care Patient

Tanda Vital

Tekanan Darah : 106/90 mmHg

Nadi : 112 x/menit, reguler, cukup, simetris kanan kiri

Suhu : 36,8 °C

Pernapasan : 90 x/menit, teratur

Kulit : kunig langsat, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembaban normal, pucat

Kepala dan Leher

Kepala : Normosefali, ubun-ubun normal, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, pucat

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-, sekret -/-,

Mulut : Bibir merah muda, kering (-), sianosis (-), trismus (-), halitosis (-)

Lidah : Tidak dinilai

Tonsil : Tidak dinilai

Tenggorokan : Tidak dinilai

Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normal

Thorax

Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama cepat, tipe abdomino-thorakal, retraksi (-)

Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

viii

Page 9: Tugas After Care Patient

Perkusi : Sonor di semua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba, thrill (-)

Perkusi : Redup

Auskultasi : SISII reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : tampak buncit, straie +

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : teraba supel, hepar/lien sulit dinilai

Perkusi : timpani

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) pada ekstremitas, sianosis (-), CRT <2 detik

PEMERIKSAAN OBSTETRIK

TFU : 31 cm , TBJ : 3100g

DJJ : 132 x / menit, reguler

Leopold I : teraba bagian bulat lunak

Leopold II : teraba tahanan memanjang di sisi kanan (punggung kanan)

Leopold III : teraba bagian bulat keras

Leopold IV : belum masuk PAP

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

ix

Page 10: Tugas After Care Patient

Hb : 10.6 g/dl PDW : 15.1 %

Leukosit : 8.100/µl MPV : 8.8 mikro m3

Eritrosit : 3.76 juta Limfosit: 1.2

Hematokrit : 25.8% Monosit : 0.7

MCV : 68.6 mikro m3 Granulosit : 23.1

MCH : 22.9 pg Limfosit: 4.7%

MCHC : 33.3 g/dl monosit : 0.7%

RDW : 14% granulosit : 92.4 %

Trombosit : 248.000 PCT : 0.218

Golongan darah : A PTT : 10.6

APTT : 30.5

Serologi : HbsAg non reactive

EKG : dalam batas normalFoto rontgen thoraks : dalam batas normal

IV. RESUME

Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan karena belum ada tanda-tanda persalinan.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, pada pemeriksaan obstetri didapatkan presentasi kepala, dan belum masuk pintu atas panggul.

Pemeriksaan Laboratorium

Ditemukan adanya anemia karena terdapat Hb 10.6 g/dl

V. DIAGNOSIS KERJA

G5P3A1 usia kehamilan 43 minggu (serotinus)

Janin tunggal hidup intra uterin

Presentasi kepala, belum masuk PAPx

Page 11: Tugas After Care Patient

Serotinus dan anemia

VI. PENATALAKSANAAN

Persiapan operasi :

Non farmakologi :1. Informed consent2. Infuse RL 500cc3. Pemasangan dysposible catheter4. Usaha darah

Farmakologi Injeksi Criax 1 x 2gr Mensipox 2 x 500gr

Dilakukan operasi SC dan MOW pada tanggal 29 Januari 2015

pukul 09.30 WIBLaporan operasi :1. Pasien tidur posisi supine dengan spinal anestesi2. Dilakukan tindakan aseptic di medan operasi3. Ditutup dengan duk steril4. Insisi linea mediana 5. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum parietal6. Segmen bawah rahim diiris semiluner , plika vesico uterine

dibuka7. Bayi lahir, jenis kelamin lak-laki, BB 3300g, PB 49cm, apgar

score 8/9/108. Plasenta lahir lengkap9. Bloody show / sudut perdarahan di jahit, SBR dijahit

interloading 1 lapis10. Reperitonealisasi viserale11. Dilakukan tubectomy bilateral secara pomeroy12. Dilakukan reperitonealisasi parietal13. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, kulit di jahit

interrupted

Penalatalaksanaan post operasi :1. Pemantauan keadaan umum, tanda vital, dan produksi urin2. Injeksi ceftriakson 3. Injeksi metronidazol 2x1 drip iv4. Methyl ergometrin 3x1 tab5. Ketorolac 3x1 injeksi

xi

Page 12: Tugas After Care Patient

VII. Follow Up

29 Januari 201507.30 WIB

12.00 wib

S : perut terasa kenceng-kenceng namun jarangO : Ku/Kes sakit sedang /CM TD : 109/65 mmHg RR : 18x/menit N : 75 x/menit S : 36,50C Px Lab : Hb 10.6g/dlA : G5P2A1 uk 43mgg

Pasien tiba di bangsal setelah menjalani operasiKU : sakit sedangPasien tidak ada keluhanByi lahir pukul 10.55 WIB , jenis kelamin laki-laki, BB 3300gAS 8/9/10

30 Januari 201507.30 WIB

S : nyeri jahitan pasca operasi (+) Flatus (-)O : KU/Kes sakit sedang / CM TD : 106 / 66 mmHg RR : 20x/menit Nadi : 63x/menit S : 36,30CA : P3A1 post SC hari 1

31 Januari 201507.30 wib

12.30 wib

S : nyeri jahitan pasca operasi (+) Flatus (-)O : KU/Kes sakit sedang / CM TD : 100 / 70 mmHg RR : 20x/menit Nadi : 80x/menit S : 36,30CA : P3A1 post SC hari 2

S : flatus (+)P : edukasi kepada pasien sudh boleh minum makan namun jumlahnya bertahap

1 Februari 2015 S : nyeri jahitan pasca operasi (+) pusingO : KU/Kes sakit sedang / CM TD : 120 / 70 mmHg RR : 20x/menit Nadi : 80x/menit S : 36,30CA : P3A1 post SC hari 3P : diperbolehkan pulang

xii

Page 13: Tugas After Care Patient

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)II..1 Definisi

Kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan yang dihitung dari

HPHT, di mana usia kehamilannya melebihi 42 minggu dan belum

terjadi persalinan.

Serotinus/postterm adalah kehamilan lebih dari 42 minggu dengan

berdasarkan perhitungan kehamilan dengan HPHT dan belum terjadi

persalinan

Aterm adalah kehamilan 38-42 minggu (periode persalinan normal)

Postmatur adalah penggambaran janin yang memperlihatkan adanya

kelainan akibat kehamilan yang berlangsung lebih dari yang seharusnya

(serotinus).

 

 

xiii

Page 14: Tugas After Care Patient

II.2. Insidens

Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara

3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan

lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, di

mana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5-7%.

 II.3 Etiologi

Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan

adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun

kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap

oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas

sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu. Menjelang persalinan

terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh dan

reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif

terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya,

otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan

psikologis atau kelainan pada rahim.

Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen

pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar

progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,

sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain

adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga

tertentu.

Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,

kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar

estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis

plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi

untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi

uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga

berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini

merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian

xiv

Page 15: Tugas After Care Patient

perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55%

intrapartum, dan 15% postpartum.

 Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai

berikut :

Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling

sering.

Tidak diketahui.

Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.

Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab

yang jarang terjadi.

Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.

Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

 II.4 Patofisiologi

Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak

menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan.

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup

memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai

resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim.

Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan

terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah

seperti orang tua, kuku panjang, tali pusat selaput ketuban berwarna

kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34-36

minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan

postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa

menyebabkan gawat janin. Bila keadaan plasenta tidak mengalami

insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh terus namun tubuh anak

akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan distosia

bahu.

xv

Page 16: Tugas After Care Patient

 

xvi

Sebab Terjadinya Kehamilan Postterm

Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab

terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya

persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut :

1. Pengaruh Progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan

kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses

biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus

terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya

kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh

progesterone.

2. Teori Oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm

memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis

memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan

oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan

lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.

3. Teori Kortisol/ACTH Janin

Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk dimulainya

persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol

plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga

produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,

selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.

Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan

tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol

janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung

lewat bulan.

4. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan

membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan

pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian

bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya

kehamilan postterm.

5. Herediter

Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami

kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat

bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip

Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami

kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar

kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.

Page 17: Tugas After Care Patient

 

II.5 Resiko

Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan

pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim.

Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm. Kulit

janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai

hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti

kertas perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban

berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen akan terjadi gawat

janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan

mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat

terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang

dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration

syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi

yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil,

hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan lewat

bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena

aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala

kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia

uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.

II.6 Manifestasi Klinis

Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang,

yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif

dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit.

Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi)

plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.

Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi

menjadi :

xvii

Page 18: Tugas After Care Patient

Stadium I   :    kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi

sehingga kulit kering,rapuh, dan mudah mengelupas.

Stadium II    :    seperti Stadium I disertai pewarnaan mekonium

(kehijauan) di kulit.

Stadium III    :    seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan

pada kuku, kulit dan tali  pusat.

Pengaruh dari serotinus adalah :

1. Terhadap Ibu :

Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak

terkoordinir, maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan

perdarahan postpartum.

2. Terhadap Bayi :

Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar

dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya

pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat

badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah

kehamilan 42 minggu. Ada pula yang terjadi kematian janin dalam

kandungan, kesalahan letak, distosia bahu, janin besar, moulage. 

Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998), yaitu :

Biasanya lebih berat dari bayi matur (> 4000 gram)

Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur

Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

Verniks kaseosa di badan kurang

Kuku-kuku panjang

Rambut kepala agak tebal

Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

II.7 Diagnosis

Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan

diagnosis kehamilan postterm karena diagnosis ini ditegakkan

berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan.

Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan postterm

xviii

Page 19: Tugas After Care Patient

merupakan kesalahan dalam menentukan umur kehamilan. Kasus

kehamilan postterm yang tidak dapat ditegakkan secara pasti

diperkirakan sebesar 22%.

Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus

Naegele setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis.

Bila ada keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan

sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih

tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang

berkurang dan gerakan janin yang jarang.

Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm di samping dari

riwayat haid, sebaiknya dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.

 

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan lewat

waktu :

1. HPHT jelas.

2. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.

3. Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler,

dan 19-20 minggu dengan fetoskop).

4. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur

kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu.

5. Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.

 II.8 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG

untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas

plasenta. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.

Pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan, seperti pemeriksaan

berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan, lingkaran

perut dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan seperti :

1. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah

persalinan yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan

xix

Page 20: Tugas After Care Patient

kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri,

mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.

2. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter

biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilakukan

pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester pertama, maka hampir

dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat

setelah trimester III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan

Ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan

umur kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI),

ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.

3. Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan

setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.

4. Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air

ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air

ketuban bercampur mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin.

5. Kematangan serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan usia kehamilan.

 

Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah

menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan

resiko kegawatan. Penentuan keadaan janin dapat dilakukan :

1. Tes tanpa tekanan (non stress test).

Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan

oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%

menunjukkan kemungkinan besar janin baik.

2. Gerakan janin.

Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/20

menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/20

menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air

ketuban secara kualitatif dengan USG (normal > 1 cm/bidang)

memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata

oligohidramnion, maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.

3. Amnioskopi.

xx

Page 21: Tugas After Care Patient

Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin

masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium

akan mengalami resiko 33% asfiksia.

 

II.9 Tatalaksana

Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi

janin postterm sehingga setiap persalinan kehamilan posterm harus

dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit

dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang memadai.

Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan

pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari

hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic

score).

Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain :

1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.

2. Induksi dengan oksitosin.

3. Bedah seksio sesaria.

The American College of Obstetricians and Gynecologist

mempertimbangkan bahwa kehamilan postterm (42 minggu) adalah

indikasi induksi persalinan. Penelitian menyarankan induksi persalinan

antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan angka kematian janin

dan biaya monitoring janin lebih rendah.

Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus

memenuhi beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran

his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin

presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai

mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga harus

dilakukan sebelumnya.

 

xxi

Page 22: Tugas After Care Patient

Table 1. Skor Bishop

  0 1 2 3

Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%

Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6

Penurunan kepala dari

Hodge III-3 -2 -1, 0

+1,

+2

Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak  

Posisi serviks PosteriorSearah sumbu

jalan lahirAnterior  

Bila nilai pelvis (PS) > 8, maka induksi persalinan kemungkinan besar

akan berhasil.

Bila PS > 5, dapat dilakukan drip oksitosin.

Bila PS < 5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian

lakukan pengukuran PS lagi.

 

Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan Oksitosin 5 IU.

Sebelum dilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan

janinnya dengan alat KTG, serta diukur skor pelvisnya. Jika keadaan janin

baik dan skor pelvis > 5, maka induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi

persalinan dilakukan dengan Oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%.

Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit

sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian

infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat

timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus dipertahankan

hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat belum

muncul, dapat diberikan infus drip Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat

yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan

seksio sesaria.

Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :

1. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

xxii

Page 23: Tugas After Care Patient

1. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin,

atau

2. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,

hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.

 

Pada kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan

tanda-tanda inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko

kehamilan dapat diminimalis.

 

II.10 Komplikasi

1. Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan

serotinus yaitu :

1. Plasenta

Kalsifikasi

Selaput vaskulosinsisial menebal dan jumlahnya berkurang

Degenerasi jaringan plasenta

Perubahan biokimia

2. Komplikasi pada Ibu

Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama,

inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.

3. Komplikasi pada Janin

Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin

bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian

janin dalam kandungan.

Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti gawat janin, gerakan

janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan

letak.

Komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital, sindroma

aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar

(makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka

panjang pada bayi.

 

xxiii

Page 24: Tugas After Care Patient

II.11 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan

yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester

pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13

minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28

minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan

dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada

kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini

akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia

kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang

berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan

para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk

itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir

seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama

haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu).

Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 1999.

Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid

terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi,

usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

xxiv

Page 25: Tugas After Care Patient

BAB III

AFTER CARE PATIENT

III.1 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga

III.1.1 Fungsi Biologik

Pasien adalah seorang perempuan, berusia 33 tahun. Pasien post partum

dengan SC, tidak memiliki gangguan pada fungsi biologiknya.

III.1.2 Fungsi Psikologik

Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.

III.1.3 Fungsi Ekonomi

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga pasien

berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil.

Kondisi ekonomi pasien termasuk golongan menengah.

III.1.4 Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir pasien adalah D3 sedangkan pendidikan terakhir

suami pasien adalah strata 1.

III.1.5 Fungsi Religius

Pasien dan keluarganya adalah seorang muslim, dan menjalankan ibadah

sesuai dengan agamanya.

III.1.6 Fungsi Sosial dan Budaya

Kedudukan pasien dalam lingkungan sosial budaya adalah sebagai warga

negara yang baik. Pasien tetap menjalin hubungan baik dengan warga

lingkungan sekitarnya.

III.1.7 Pola Konsumsi Makanan Pasien

Frekuensi makan pasien dan keluarga sehari-hari, cukup untuk

memenuhi kebutuhan gizi. Pasien tidak memiliki masalah dalam

mencukupi kebutuhan gizi dirinya sehari-hari.

III.2 Rencana Pembinaan Keluarga

III.2.1 Terhadap Pasien

a. Edukasi pasien tentang pemberian ASI eksklusif, vaksinasi dasar,

dan perawatan bayi baru lahir.

xxv

Page 26: Tugas After Care Patient

b. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana untuk

melihat perkembangan kesembuhan pasien dan bayinya.

III.2.2 Terhadap Keluarga

a. Memberikan motivasi dan edukasi mengenai pemberian ASI

eksklusif, vaksinasi dasar, dan perawatan bayi baru lahir sehingga

seluruh keluarga dapat mengerti sepenuhnya dan dapat saling

mengingatkan.

III.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien

dan Bayinya

III.3.1 Faktor Perilaku

Pasien sudah cukup memahami mengenai perawatan ibu post partum.

Setelah pulang, pasien melakukan follow up ke RSUD Ambarawa

sebanyak 4 kali, untuk melakukan lepas jahitan pada kontrol pertama,

dan control kedua sampai keempat untuk ganti perban. Pasien akif

bertanya mengenai kondisi jahitan post operasi apakah sudah kering

ataua belum. Pasien juga melakukan breast care dengan baik, 1-2 hari

post partum pasien melakukan pemijatan dan pengurutan di sekitar

areola, setiap harinya pasien memakai bra yang menyerap keringat,

setiap habis mandi pasien membersihkan kedua puting dengan air

hangat.

Pasien sudah paham benar akan pentingnya pemberian ASI eksklusif.

Anak – anak pasien sebelumnya pun diberi ASI eksklusif semua.

Berat badan bayinya saat ini adalah 3,3 kg, keadaannya sehat. Tidak

pernah mengalami sakit kecuali pilek.

III.3.2 Faktor Non-Perilaku

Sarana kesehatan cukup mudah dijangkau oleh pasien. Akses

transportasi untuk mencapai tempat-tempat tertentu dinilai mudah.

xxvi

Page 27: Tugas After Care Patient

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gary et al. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Volume 1.

Jakarta: EGC.

2. Depkes RI. 2001. Standart Pelayanan kebidanan.

3. Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta :

EGC.

4. Hendaryono, Henny.  2007. Materi Kuliah Patologi Kebidanan. Jombang

5. Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran :EGC

6. Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.

7. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. EGC: Jakarta

8. Prawiroharjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:

Jakarta

9. Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI

10. Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

11. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka

12. Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono

13. Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1.

Jakarta.EGC

14. _____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

xxvii