tugas after care patient
DESCRIPTION
acpobsgTRANSCRIPT
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
LAPORAN AFTERCARE
KEHAMILAN DENGAN SEROTINUS
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr.Adi Rachmanadi, Sp. OG
Disusun Oleh :
Mega Purnama Sari 1310221130
Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi
FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
PERIODE 5 JANUARI 2015 – 14 MARET 2015
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Laporan After Care dengan judul :
KEHAMILAN DENGAN SEROTINUSDiajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Departemen Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Disusun Oleh:
Mega Purnama Sari 1310221130
Telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:
Nama pembimbing Tanda TanganTanggal
dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG NIP. 197205162009091001 .......................... .......................
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan After Care
pada Kehamilan dengan Serotinus. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi.
Penyusunan laporan ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Adi
Rachmanadi, Sp.OG selaku pembimbing dan seluruh teman-teman kepaniteraan
klinik Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, atas kerjasamanya selama
penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca
maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Ambarawa, Februari 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan .............................................................................. i
Kata pengantar .................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................. iii
Bab I ....................................................................................................
Laporan Kasus .................................................................................... 1
Bab II ..................................................................................................
Tinjauan Pustaka .................................................................................
Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)
7
II.1 Definsi ......................................................................................... 7
II.2 Insidens ........................................................................................ 7
II.3 Etiologi ........................................................................................ 7
II.4 Patofisiologi ................................................................................. 9
II.5 Resiko .......................................................................................... 11
II.6 Manifestasi Klinis ....................................................................... 12
II.7 Diagnosis .................................................................................... 13
II.8 Pemeriksaan Penunjang ..............................................................
II.9 Tatalaksana …………………………………………………….
II.10 Komplikasi ……………………………………………………
II.11 Pencegahan …………………………………………………….
13
15
17
17
Bab III .................................................................................................
III.1 Identifikasi Fungsi – Fungsi Keluarga ………………………… 19
iv
III.1.1 Fungsi Biologik …………………………………………..
III.1.2 Fungsi Psikologik ………………………………………...
III.1.3 Fungsi Ekonomi ………………………………………….
III.1.4 Fungsi Pendidikan ………………………………………..
III.1.5 Fungsi Religius …………………………………………
III.1.6 Fungsi Sosial dan Budaya ………………………………
III.1.7 Pola Konsumsi Makanan Pasien …………………………
III.2 Rencana Pembinaan Keluarga …………………………………
III.2.1 Terhadap Pasien ………………………………………….
III. 2.2 Terhadap Keluarga ………………………………………
III.3 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
Pasien dan Bayinya …………………………………………...
III.3.1 Faktor Perilaku …………………………………………...
III.3.2 Faktor Non Perilaku ……………………………………...
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
20
Daftar pustaka ..................................................................................... 21
BAB I
v
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
(alaoanamnesis dan autoanamnesis tanggal 28 Januari 2015 jam 08.00 WIB)
I. Identitas PasienNama : Ny. AJenis Kelamin : PerempuanUmur : 33 tahunPendidikan : D3Pekerjaan : IRTAgama : IslamSuku bangsa : JawaAlamat : Tampomas III Gajah MungkurTgl Masuk RS : 28 Januari 2015MR : 012320
II. Anamnesis Keluhan utama
Sudah lewat dari hari perkiraan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G5P3A1 usia kehamilan 43 minggu datang karena belum juga ada tanda-tanda persalinan. HPHT 7-5-2014. Kenceng-kenceng (+) namun masih jarang, air ketuban belum mengalir. Pasien jarang melakukan kontrol kandungan jika tidak ada keluhan, sehingga beliau tidak mengetahui secara pasti usia kandungan dan kapan seharusnya melahirkan. Pasien baru mengetahui bahwa ternyata usia kandungannya sudah lewat 2 minggu dari hari perkiraan lahir setelah datang ke poli untuk melakukan USG karena ingin mengetahui jenis kelamin anaknya. Namun ternyata dokter mengatakan usia kandungan pasien 43 minggu dan pasien diprogramkan untuk menjalani operasi Caesar dan langsung masuk ruang bangsal untuk dilakukan persiapan operasi yang akan dilakukan esok hari. Pasien juga mengutarakan untuk melakukan program KB dengan metode steril setelah mendapat motivasi oleh dokter spesialis kandungan dan disetujui oleh suami.
Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi, diabetes melitus, asma, alergi makanan dan obat disangkal
vi
Riwayat Haid / Keluarga Berencana
Haid pertama kali umur : 15 tahun
Siklus haid : teratur, 28 hari / bulan
Durasi & banyaknya haid : 5hari, 2-3 kali ganti softex
H
KB : suntik selama 1 tahun
kondom
Riwayat Antenatal Care
Pemeriksaan kehamilan di praktek bidan oleh bidan, teratur setiap bulan. Selama pemeriksaan pasien tidak ada keluhan dan kelainan. Pasien pernah USG, dan pada pemeriksaan USG tersebut pasien dinyatakan kondisi janin baik dengan presentasi kepala.
Riwayat Perkawinan & Kehamilan
Pasien kawin baru 1 kali ini. Lama menikah dengan suami sekarang 10 tahun.
Anak :
1. Perempuan , aterm, lahir spontan BB 3100g, meninggal saat usia 5 th
2. Perempuan , aterm, lahir spontan BB 3200g, saat ini usia 6 th
3. Abortus
4. Laki-laki, aterm, SC, BB 3750g, saat ini usia 2 th
5. Hamil ini
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pertama kali pada tanggal 28 Januari 2015
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
vii
Tanda Vital
Tekanan Darah : 106/90 mmHg
Nadi : 112 x/menit, reguler, cukup, simetris kanan kiri
Suhu : 36,8 °C
Pernapasan : 90 x/menit, teratur
Kulit : kunig langsat, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembaban normal, pucat
Kepala dan Leher
Kepala : Normosefali, ubun-ubun normal, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, pucat
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-, sekret -/-,
Mulut : Bibir merah muda, kering (-), sianosis (-), trismus (-), halitosis (-)
Lidah : Tidak dinilai
Tonsil : Tidak dinilai
Tenggorokan : Tidak dinilai
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normal
Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama cepat, tipe abdomino-thorakal, retraksi (-)
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
viii
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba, thrill (-)
Perkusi : Redup
Auskultasi : SISII reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak buncit, straie +
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : teraba supel, hepar/lien sulit dinilai
Perkusi : timpani
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) pada ekstremitas, sianosis (-), CRT <2 detik
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
TFU : 31 cm , TBJ : 3100g
DJJ : 132 x / menit, reguler
Leopold I : teraba bagian bulat lunak
Leopold II : teraba tahanan memanjang di sisi kanan (punggung kanan)
Leopold III : teraba bagian bulat keras
Leopold IV : belum masuk PAP
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
ix
Hb : 10.6 g/dl PDW : 15.1 %
Leukosit : 8.100/µl MPV : 8.8 mikro m3
Eritrosit : 3.76 juta Limfosit: 1.2
Hematokrit : 25.8% Monosit : 0.7
MCV : 68.6 mikro m3 Granulosit : 23.1
MCH : 22.9 pg Limfosit: 4.7%
MCHC : 33.3 g/dl monosit : 0.7%
RDW : 14% granulosit : 92.4 %
Trombosit : 248.000 PCT : 0.218
Golongan darah : A PTT : 10.6
APTT : 30.5
Serologi : HbsAg non reactive
EKG : dalam batas normalFoto rontgen thoraks : dalam batas normal
IV. RESUME
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan karena belum ada tanda-tanda persalinan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, pada pemeriksaan obstetri didapatkan presentasi kepala, dan belum masuk pintu atas panggul.
Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya anemia karena terdapat Hb 10.6 g/dl
V. DIAGNOSIS KERJA
G5P3A1 usia kehamilan 43 minggu (serotinus)
Janin tunggal hidup intra uterin
Presentasi kepala, belum masuk PAPx
Serotinus dan anemia
VI. PENATALAKSANAAN
Persiapan operasi :
Non farmakologi :1. Informed consent2. Infuse RL 500cc3. Pemasangan dysposible catheter4. Usaha darah
Farmakologi Injeksi Criax 1 x 2gr Mensipox 2 x 500gr
Dilakukan operasi SC dan MOW pada tanggal 29 Januari 2015
pukul 09.30 WIBLaporan operasi :1. Pasien tidur posisi supine dengan spinal anestesi2. Dilakukan tindakan aseptic di medan operasi3. Ditutup dengan duk steril4. Insisi linea mediana 5. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum parietal6. Segmen bawah rahim diiris semiluner , plika vesico uterine
dibuka7. Bayi lahir, jenis kelamin lak-laki, BB 3300g, PB 49cm, apgar
score 8/9/108. Plasenta lahir lengkap9. Bloody show / sudut perdarahan di jahit, SBR dijahit
interloading 1 lapis10. Reperitonealisasi viserale11. Dilakukan tubectomy bilateral secara pomeroy12. Dilakukan reperitonealisasi parietal13. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, kulit di jahit
interrupted
Penalatalaksanaan post operasi :1. Pemantauan keadaan umum, tanda vital, dan produksi urin2. Injeksi ceftriakson 3. Injeksi metronidazol 2x1 drip iv4. Methyl ergometrin 3x1 tab5. Ketorolac 3x1 injeksi
xi
VII. Follow Up
29 Januari 201507.30 WIB
12.00 wib
S : perut terasa kenceng-kenceng namun jarangO : Ku/Kes sakit sedang /CM TD : 109/65 mmHg RR : 18x/menit N : 75 x/menit S : 36,50C Px Lab : Hb 10.6g/dlA : G5P2A1 uk 43mgg
Pasien tiba di bangsal setelah menjalani operasiKU : sakit sedangPasien tidak ada keluhanByi lahir pukul 10.55 WIB , jenis kelamin laki-laki, BB 3300gAS 8/9/10
30 Januari 201507.30 WIB
S : nyeri jahitan pasca operasi (+) Flatus (-)O : KU/Kes sakit sedang / CM TD : 106 / 66 mmHg RR : 20x/menit Nadi : 63x/menit S : 36,30CA : P3A1 post SC hari 1
31 Januari 201507.30 wib
12.30 wib
S : nyeri jahitan pasca operasi (+) Flatus (-)O : KU/Kes sakit sedang / CM TD : 100 / 70 mmHg RR : 20x/menit Nadi : 80x/menit S : 36,30CA : P3A1 post SC hari 2
S : flatus (+)P : edukasi kepada pasien sudh boleh minum makan namun jumlahnya bertahap
1 Februari 2015 S : nyeri jahitan pasca operasi (+) pusingO : KU/Kes sakit sedang / CM TD : 120 / 70 mmHg RR : 20x/menit Nadi : 80x/menit S : 36,30CA : P3A1 post SC hari 3P : diperbolehkan pulang
xii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)II..1 Definisi
Kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan yang dihitung dari
HPHT, di mana usia kehamilannya melebihi 42 minggu dan belum
terjadi persalinan.
Serotinus/postterm adalah kehamilan lebih dari 42 minggu dengan
berdasarkan perhitungan kehamilan dengan HPHT dan belum terjadi
persalinan
Aterm adalah kehamilan 38-42 minggu (periode persalinan normal)
Postmatur adalah penggambaran janin yang memperlihatkan adanya
kelainan akibat kehamilan yang berlangsung lebih dari yang seharusnya
(serotinus).
xiii
II.2. Insidens
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara
3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan
lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, di
mana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5-7%.
II.3 Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan
adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas
sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu. Menjelang persalinan
terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh dan
reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif
terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya,
otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan
psikologis atau kelainan pada rahim.
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen
pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar
progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain
adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar
estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis
plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi
untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi
uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian
xiv
perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55%
intrapartum, dan 15% postpartum.
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai
berikut :
Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling
sering.
Tidak diketahui.
Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab
yang jarang terjadi.
Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
II.4 Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai
resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim.
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan
terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah
seperti orang tua, kuku panjang, tali pusat selaput ketuban berwarna
kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34-36
minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan
postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa
menyebabkan gawat janin. Bila keadaan plasenta tidak mengalami
insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh terus namun tubuh anak
akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan distosia
bahu.
xv
xvi
Sebab Terjadinya Kehamilan Postterm
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya
persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut :
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya
kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh
progesterone.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan
oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.
3. Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip
Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami
kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.
II.5 Resiko
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim.
Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm. Kulit
janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai
hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti
kertas perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban
berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen akan terjadi gawat
janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan
mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat
terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang
dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration
syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi
yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil,
hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan lewat
bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena
aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala
kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
II.6 Manifestasi Klinis
Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang,
yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif
dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit.
Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi)
plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi
menjadi :
xvii
Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering,rapuh, dan mudah mengelupas.
Stadium II : seperti Stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
Stadium III : seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan
pada kuku, kulit dan tali pusat.
Pengaruh dari serotinus adalah :
1. Terhadap Ibu :
Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak
terkoordinir, maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan
perdarahan postpartum.
2. Terhadap Bayi :
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar
dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya
pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat
badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah
kehamilan 42 minggu. Ada pula yang terjadi kematian janin dalam
kandungan, kesalahan letak, distosia bahu, janin besar, moulage.
Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998), yaitu :
Biasanya lebih berat dari bayi matur (> 4000 gram)
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
Verniks kaseosa di badan kurang
Kuku-kuku panjang
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
II.7 Diagnosis
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan
diagnosis kehamilan postterm karena diagnosis ini ditegakkan
berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan.
Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan postterm
xviii
merupakan kesalahan dalam menentukan umur kehamilan. Kasus
kehamilan postterm yang tidak dapat ditegakkan secara pasti
diperkirakan sebesar 22%.
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus
Naegele setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis.
Bila ada keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan
sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih
tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang
berkurang dan gerakan janin yang jarang.
Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm di samping dari
riwayat haid, sebaiknya dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan lewat
waktu :
1. HPHT jelas.
2. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.
3. Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler,
dan 19-20 minggu dengan fetoskop).
4. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur
kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu.
5. Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.
II.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG
untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas
plasenta. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
Pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan, seperti pemeriksaan
berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan, lingkaran
perut dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan seperti :
1. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah
persalinan yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan
xix
kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri,
mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter
biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilakukan
pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester pertama, maka hampir
dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat
setelah trimester III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan
Ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan
umur kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI),
ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.
3. Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan
setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.
4. Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air
ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air
ketuban bercampur mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin.
5. Kematangan serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan usia kehamilan.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah
menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan
resiko kegawatan. Penentuan keadaan janin dapat dilakukan :
1. Tes tanpa tekanan (non stress test).
Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan
oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%
menunjukkan kemungkinan besar janin baik.
2. Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/20
menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/20
menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air
ketuban secara kualitatif dengan USG (normal > 1 cm/bidang)
memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata
oligohidramnion, maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
3. Amnioskopi.
xx
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin
masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium
akan mengalami resiko 33% asfiksia.
II.9 Tatalaksana
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi
janin postterm sehingga setiap persalinan kehamilan posterm harus
dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit
dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang memadai.
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan
pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari
hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic
score).
Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain :
1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2. Induksi dengan oksitosin.
3. Bedah seksio sesaria.
The American College of Obstetricians and Gynecologist
mempertimbangkan bahwa kehamilan postterm (42 minggu) adalah
indikasi induksi persalinan. Penelitian menyarankan induksi persalinan
antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan angka kematian janin
dan biaya monitoring janin lebih rendah.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus
memenuhi beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran
his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin
presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai
mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga harus
dilakukan sebelumnya.
xxi
Table 1. Skor Bishop
0 1 2 3
Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6
Penurunan kepala dari
Hodge III-3 -2 -1, 0
+1,
+2
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks PosteriorSearah sumbu
jalan lahirAnterior
Bila nilai pelvis (PS) > 8, maka induksi persalinan kemungkinan besar
akan berhasil.
Bila PS > 5, dapat dilakukan drip oksitosin.
Bila PS < 5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian
lakukan pengukuran PS lagi.
Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan Oksitosin 5 IU.
Sebelum dilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan
janinnya dengan alat KTG, serta diukur skor pelvisnya. Jika keadaan janin
baik dan skor pelvis > 5, maka induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi
persalinan dilakukan dengan Oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%.
Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit
sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian
infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat
timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus dipertahankan
hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat belum
muncul, dapat diberikan infus drip Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat
yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan
seksio sesaria.
Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
1. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
xxii
1. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin,
atau
2. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Pada kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan
tanda-tanda inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko
kehamilan dapat diminimalis.
II.10 Komplikasi
1. Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu :
1. Plasenta
Kalsifikasi
Selaput vaskulosinsisial menebal dan jumlahnya berkurang
Degenerasi jaringan plasenta
Perubahan biokimia
2. Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama,
inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.
3. Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin
bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian
janin dalam kandungan.
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti gawat janin, gerakan
janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan
letak.
Komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital, sindroma
aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar
(makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka
panjang pada bayi.
xxiii
II.11 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester
pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13
minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28
minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan
dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini
akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia
kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang
berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan
para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk
itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir
seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama
haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu).
Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 1999.
Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid
terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi,
usia kehamilannya saat ini 9 minggu.
xxiv
BAB III
AFTER CARE PATIENT
III.1 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
III.1.1 Fungsi Biologik
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 33 tahun. Pasien post partum
dengan SC, tidak memiliki gangguan pada fungsi biologiknya.
III.1.2 Fungsi Psikologik
Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.
III.1.3 Fungsi Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga pasien
berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil.
Kondisi ekonomi pasien termasuk golongan menengah.
III.1.4 Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah D3 sedangkan pendidikan terakhir
suami pasien adalah strata 1.
III.1.5 Fungsi Religius
Pasien dan keluarganya adalah seorang muslim, dan menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya.
III.1.6 Fungsi Sosial dan Budaya
Kedudukan pasien dalam lingkungan sosial budaya adalah sebagai warga
negara yang baik. Pasien tetap menjalin hubungan baik dengan warga
lingkungan sekitarnya.
III.1.7 Pola Konsumsi Makanan Pasien
Frekuensi makan pasien dan keluarga sehari-hari, cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi. Pasien tidak memiliki masalah dalam
mencukupi kebutuhan gizi dirinya sehari-hari.
III.2 Rencana Pembinaan Keluarga
III.2.1 Terhadap Pasien
a. Edukasi pasien tentang pemberian ASI eksklusif, vaksinasi dasar,
dan perawatan bayi baru lahir.
xxv
b. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana untuk
melihat perkembangan kesembuhan pasien dan bayinya.
III.2.2 Terhadap Keluarga
a. Memberikan motivasi dan edukasi mengenai pemberian ASI
eksklusif, vaksinasi dasar, dan perawatan bayi baru lahir sehingga
seluruh keluarga dapat mengerti sepenuhnya dan dapat saling
mengingatkan.
III.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien
dan Bayinya
III.3.1 Faktor Perilaku
Pasien sudah cukup memahami mengenai perawatan ibu post partum.
Setelah pulang, pasien melakukan follow up ke RSUD Ambarawa
sebanyak 4 kali, untuk melakukan lepas jahitan pada kontrol pertama,
dan control kedua sampai keempat untuk ganti perban. Pasien akif
bertanya mengenai kondisi jahitan post operasi apakah sudah kering
ataua belum. Pasien juga melakukan breast care dengan baik, 1-2 hari
post partum pasien melakukan pemijatan dan pengurutan di sekitar
areola, setiap harinya pasien memakai bra yang menyerap keringat,
setiap habis mandi pasien membersihkan kedua puting dengan air
hangat.
Pasien sudah paham benar akan pentingnya pemberian ASI eksklusif.
Anak – anak pasien sebelumnya pun diberi ASI eksklusif semua.
Berat badan bayinya saat ini adalah 3,3 kg, keadaannya sehat. Tidak
pernah mengalami sakit kecuali pilek.
III.3.2 Faktor Non-Perilaku
Sarana kesehatan cukup mudah dijangkau oleh pasien. Akses
transportasi untuk mencapai tempat-tempat tertentu dinilai mudah.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F. Gary et al. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Volume 1.
Jakarta: EGC.
2. Depkes RI. 2001. Standart Pelayanan kebidanan.
3. Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta :
EGC.
4. Hendaryono, Henny. 2007. Materi Kuliah Patologi Kebidanan. Jombang
5. Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran :EGC
6. Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.
7. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. EGC: Jakarta
8. Prawiroharjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta
9. Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI
10. Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
11. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
12. Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono
13. Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1.
Jakarta.EGC
14. _____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
xxvii