tugas 8 metode empirisisme (revisi)

Upload: ovy-wahyuni

Post on 14-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Judul: Metode Empirisisme (revisi)Nama: Ovy Wahyuni No. Mhs: 13/355637/PTK/9110

METODE EMPIRISISME1.1 Kajian PustakaEmpirisme merupakan salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu yang memiliki ketergantungan pada keberadaan suatu bukti yang bisa ditangkap dengan inderawi. Penganut aliran empirisme berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun yang lahiriah. Pada metode empirisisme ini, pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan induksi. Penganut empirisme menganggap bahwa pengetahuan manusia hanya bisa didapatkan dari pengalaman yang konkret dan bukan dari penalaran yang abstrak.Muhadjir (2011) mengatakan bahwa empiri merupakan pengalaman keseharian yang dialami oleh manusia, bisa disebut juga dengan fakta atau kenyataan. Empiri merupakan unsur kedua untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Kombinasi antara rasio dan empiri dianggap sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Rasio dan empiri yang diolah dengan prosedur kerja dapat membangun konsep, membuat analisis dan membuat pemaknaan yang akhirnya akan menghasilkan ilmu pengetahuan.(Muhadjir: 2011: p.2)Kebenaran pemikiran positivistik pada akhirnya akan tunduk pada kebenaran empiri. Empiri ini dipersepsikan sebagai hal-hal yang terkait dengan kondisi, situasi, atau periferitas, sehingga mengandalkan empiri dapat menimbulkan bias. Dan, kebenaran rasio bisa tidak sesuai dengan empiri akibat adanya bias yang ditimbulkan oleh empiri karena kondisi, situasi atau periferitas empiri.(Muhadjir: 2011: p.29)Menurut paham metode empirisme, suatu hal yang ilmiah haruslah berdasar pada pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah yang ada, seharusnya dikembangkan lagi dan diuji dengan metode empiris melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi yang dilakukan berulang-ulang dan mendapatkan hasil yang konsisten. Hasil pengamatan ini dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dan ingin diketahui.Ajaran-ajaran pada pemikiran empirisme (Roen: 2011) , yaitu : 1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobbes (1588-1679), namun kemudian mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya yakni John Locke dan David Hume. John Locke (1632-1704) seorang ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran dari Inggris. John Locke (dalam Roen: 2011) mengemukakan bahwa kebenaran menurut empiris adalah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Locke mengatakan segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tidak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, dengan pengalamanlah kertas itu terisi. David Hume (1711-1776) seorang ahli hukum, sastra dan filsafat dari Skotlandia. David Hume (dalam Roen: 2011) menuliskan dalam bukunya kalau dia merupakan orang yang selalu memiliki persepsi pada setiap pengalamannya. Dari ungkapan ini, Hume menyampaikan bahwa semua pemikiran dan pengalaman sesungguhnya tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan. Pemikiran ini merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman melalui suatu institusi dalam diri manusia dan kemudian menjadi pengetahuan.

Beberapa jenis perkembangan empirisme :1. Empirio-Kritisisme, dibuat oleh Avenarius dan Mach. Aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi. 2. Empirisme Logis, berpegang pada pandangan-pandangan bahwa (a) adanya batas-batas bagi empirisme, prinsip sistem logika formal dan prinsip kesimpulan induktif sesungguhnya tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman, (b) semua proposisi yang benar dapat dijabarkan pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika, dan (c) pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.3. Empiris Radikal, suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak dengan inderawi dianggap bukanlah suatu ilmu pengetahuan. Menurut aliran ini, pengalaman empiris hanya dapat memberikan suatu pengetahuan yang belum pasti. Pengalaman empiris dapat diterima dengan pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tidak menimbulkan keraguan.Tabel 1 : Perbandingan antara rasionalisme dengan empirismePERBANDINGAN

RasionalismeEmpirisme

Sumber pengetahuan adalah rasioSumber pengetahuan adalah pengalaman

Manusia lahir dibekali dengan ide bawaanManusia lahir as a white paper

Setiap benda memiliki substansiSetiap benda tidak memiliki substansi hanya relasi

Pola pikir deduktifPola pikir induktif

Ada kausalitas yang tetapHukum kausalitas tidak berlaku mutlak dan universal

Pusat pengenalan bersumber dari subjekPusat pengenalan bersumber pada objek

(Sumber : http://ahsinelroland.blogspot.com)Dalam metode empiris, peneliti diwajibkan aktif untuk turun langsung ke lapangan demi mendapatkan data yang akan diteliti. Hasil datanya lebih berupa pemaparan deskriptif, bukan berupa angka-angka. Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ketika terjun di lapangan adalah sebagai berikut :1. Teknik wawancara ; pada saat wawancara peneliti harus bisa mendapatkan informasi dari narasumber dengan melakukan pendekatan individu secara professional. Bagi peneliti yang bersifat introvert cara seperti ini akan terasa sulit karena belum tentu narasumber yang dipilih dapat bersifat koorporatif dengan si pewawancaranya. Tiga tahapan yang ada dalam teknik wawancara : (a) pembukaan formal, dengan mengenalkan diri peneliti, latar belakangnya, tujuan dilakukannya wawancara dan manfaat dilakukannya penelitian tersebut, (b) pendekatan idividu, dilakukan dengan membuat hubungan emosional antara penulis dengan narasumber agar narasumber merasa nyaman, (c) wawancara mendalam, dengan menggali informasi sedetil-detilnya dari narasumber apabila tahap pendekatan individu telah dilakukan dengan sangat baik. 2. Teknik observasi : penulis dapat melakukannya dalam dua cara, yaitu (a) observasi partisipan, peneliti ikut menjadi bagian kehidupan orang-orang atau lingkungan yang ingin diobservasinya, (b) observasi non partisipan, merupakan kebalikan dari observasi partisipan, peneliti tidak harus ikut menjadi bagian kehidupan orang-orang yang ingin diobservasi sehingga hanya sebagai pengamat saja.3. Teknik dokumentasi : pada teknik ini, peneliti diharuskan untuk mengumpulkan data-data otentik seperti klipingan dari surat kabar, transkrip-transkrip, foto-foto, notulen rapat, prasasti, dan lain sebagainya.

2.1 Analisis & PembahasanMetode empirisme menekankan terhadap pengalaman yang dialami sebagai sumber ilmu pengetahuan. Pengalaman dalam hal ini maksudnya adalah pengalaman yang didapatkan secara inderawi oleh peneliti. Pada metode empiris, peneliti diwajibkan langsung untuk turun ke lapangan, sehingga peneliti dapat menyatu dengan yang diteliti agar peneliti dapat mencapai tingkat emik semantik yakni memahami dengan secara mendalam tentang hal yang ditelitinya dan mendapatkan esensi atau maksud sebenarnya dari fenomena yang terjadi.Pada penelitian dengan metode empirisme, peneliti merupakan instrumen atau bertindak sebagai alat dalam penelitiannya. Keberadaan peneliti tidak dapat diwakilkan kepada pihak lain, atau meminta orang lain untuk mendokumentasikan fenomena tersebut sementara peneliti berada di tempat lain. Karena jika peneliti tidak melihat langsung fenomena yang ingin diteliti, maka peneliti tidak akan dapat merasakan suasana yang akan diperoleh saat fenomena itu terjadi. Apalagi fenomena yang ada tadi tidak dapat direkayasa ulang, karena akan merusak nilai-nilai natural dari fenomena tersebut dan peneliti tidak akan memperoleh makna yang sebenarnya di balik fenomena tersebut.Dalam proses pemikirannya, metode empirisme menggunakan logika lokal. Logika lokal berarti peneliti tidak dituntut untuk harus setuju pada makna dibalik fenomena yang sedang diteliti, namun peneliti hanya harus memahami makna dari fenomena tersebut. Dan pada pengaplikasiannya di dalam penelitian, metode ini tidak hanya berorientasi kepada hasil akhir dari penelitian tetapi juga menghargai setiap proses yang dilewati, karena peneliti menyaksikan secara langsung fenomena yang diteliti di lapangan dan pada prosesnya bahkan lapangan-lah yang akan mengarahkan langsung peneliti dalam mencari informasi. Hasil akhir dari metode empirisme akan merujuk kepada kekhasan atau keberagaman yang ada bukan mencari keseragaman. Penggunaan metode empirisme dalam arsitektur bisa dilakukan saat perancang mendapatkan suatu proyek untuk merancang suatu bangunan. Metode empirisme diterapkan dengan cara, perancang melihat langsung siapa yang akan menghuni bangunannya, seperti apa pola pergerakannya, unsur-unsur budaya yang dimiliki calon penghuni hingga kepada keadaan ekonomi penghuninya. Misalnya pada perancangan suatu rumah susun untuk manusia dengan kelompok suku tertentu. Dengan terlebih dahulu meneliti secara empiri pola perilaku dan kebudayaan calon penghuninya, perancang akan menghasilkan bangunan rumah susun yang tidak useless dan membuat penghuni lebih nyaman tinggal di tempat yang baru tersebut.3.1KesimpulanEmpiri merupakan pengalaman fakta tentang kehidupan sehari-hari yang terjadi pada kehidupan manusia. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dibutuhkan adanya kombinasi antara rasio dengan empiri, tidak bisa dari empirinya saja, karena dikhawatirkan akan menimbulkan bias yang dapat mengurangi keabsahan ilmu pengetahuan itu sendiri.Metode empiri pada pengaplikasiannya dalam penelitian biasanya akan menggunakan pendekatan induktif untuk memperoleh informasi, dengan hasil penelitian berupa catatan deskriptif non angka. Dengan menggabungkan metode rasio dengan empiri dan mengolahnya sesuai prosedur kerja akan dapat menghasilkan konsep, membuat analisis dan membuat pemaknaan yang akhirnya akan menghasilkan ilmu pengetahuan.

Daftar PustakaHendry. Sumber Pengetahuan. [Online].Tersedia : http://teorionline.net/sumber-pengetahuan/#more-766Wikipedia. Filsafat Ilmu. [Online].Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmuRoen, Ferry. 2011. Empirisme. [Online].Tersedia : http://perilakuorganisasi.com/teori-filsafat-empirisme.htmlMuhadjir, Noeng. 2011. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Rake SarasinAnonim. Metode Empiris Dalam Penelitian Kualitatif. [Online].Tersedia : http://www.bimbingan.org/metode-empiris-dalam-penelitian-kualitatif.htmSagrim, J.F. Hamah. Keragaman Persepsi Terhadap Arsitektur

Proseminar Studi Arsitektur|Metode Empirisisme | 7