tugas

10
1. Menentukan Gizi untuk Lansia Penderita Kanker Nutrisi merupakan hal yang penting bagi pasien usia lanjut dengan kanker tetapi masih banyak oncologists yang melupakan aspek ini dalam terapi. Pasien usia lanjut dengan kanker perlu dilakukan skrining apakah mengalami malnutrisi atau tidak, dan intervensi yang bersifat individual, multimodalitas sebaiknya diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Status nutrisi sebaiknya dinilai dan diintervensi untuk mencegah perburukan dan mempertahankan kualitas hidup. Malnutrisi merupakan keadaan yang subakut atau kronik, yang juga merupakan kombinasi dari over atau undernutrition dan aktivitas inflamasi, menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan menurunnya fungsi tubuh. Beberapa evidence mengkaitkan malnutrisi dengan outcome klinis yang lebih buruk, meningkatnya lama rawat inap, lebih panjangnya masa penyembuhan, menurunnya kualitas hidup, meningkatnya morbiditas, dan meningkatnya mortalitas. Selain itu, malnutrisi berkaitan dengan meningkatnya toksisitas terhadap kemoterapi. Data menunjukkan bahwa sampai sekitar 56% pasien geriatri mengalami malnutrisi, dengan sekitar 20-80% dari pasien kanker memiliki risiko yang tinggi. Status nutrisi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain asupan makanan, indeks massa tubuh, kehilangan berat badan patologis, dan tingkat keparahan penyakit. Terdapat beberapa alat skrining yang membantu mengidentifikasi apakah pasien berisiko mengalami malnutrisi dan membutuhkan support nutrisi. Walaupun belum terdapat konsensus mengenai alat mana yang terbaik untuk skrining, terdapat beberapa plilihan yaitu the Malnutrition Universal Screening Tool (MUST ), the Nutritional Risk Screening (NRS) 2002, dan the Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF). Nutrisi adjuvan berperan penting dalam penatalaksanaan pasien kanker. Temuan

Upload: freza-farizan

Post on 09-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bagus

TRANSCRIPT

1. Menentukan Gizi untuk Lansia Penderita Kanker

Nutrisi merupakan hal yang penting bagi pasien usia lanjut dengan kanker tetapi masih banyak oncologists yang melupakan aspek ini dalam terapi. Pasien usia lanjut dengan kanker perlu dilakukan skrining apakah mengalami malnutrisi atau tidak, dan intervensi yang bersifat individual, multimodalitas sebaiknya diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Status nutrisi sebaiknya dinilai dan diintervensi untuk mencegah perburukan dan mempertahankan kualitas hidup. Malnutrisi merupakan keadaan yang subakut atau kronik, yang juga merupakan kombinasi dari over atau undernutrition dan aktivitas inflamasi, menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan menurunnya fungsi tubuh.

Beberapa evidence mengkaitkan malnutrisi dengan outcome klinis yang lebih buruk, meningkatnya lama rawat inap, lebih panjangnya masa penyembuhan, menurunnya kualitas hidup, meningkatnya morbiditas, dan meningkatnya mortalitas. Selain itu, malnutrisi berkaitan dengan meningkatnya toksisitas terhadap kemoterapi.

Data menunjukkan bahwa sampai sekitar 56% pasien geriatri mengalami malnutrisi, dengan sekitar 20-80% dari pasien kanker memiliki risiko yang tinggi. Status nutrisi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain asupan makanan, indeks massa tubuh, kehilangan berat badan patologis, dan tingkat keparahan penyakit. Terdapat beberapa alat skrining yang membantu mengidentifikasi apakah pasien berisiko mengalami malnutrisi dan membutuhkan support nutrisi.

Walaupun belum terdapat konsensus mengenai alat mana yang terbaik untuk skrining, terdapat beberapa plilihan yaitu the Malnutrition Universal Screening Tool (MUST ), the Nutritional Risk Screening (NRS) 2002, dan the Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF). Nutrisi adjuvan berperan penting dalam penatalaksanaan pasien kanker. Temuan sebelumnya pada pasien dengan kanker kolorektal menunjukkan bahwa pasien yang menjalani konseling nutrisi mengalami perbaikan asupan dan status nutrisi, penurunan toksisitas, dan perbaikan kualitas hidup dibandingkan pasien yang tidak menjalani konseling.

Pemberian nutrisi dengan nasogastric atau nasojejunal tube mungkin merupakan pilihan untuk nutrisi jangka pendek jika saluran cerna bagian atas tidak berfungsi dengan baik. Nutrisi parenteral mungkin diberikan pada pasien jika saluran cerna tidak berfungsi baik, atau untuk memenuhi nutrisi oral yang inadekuat.

Kebutuhan Gizi

Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses fisiologi clan psikososial sebagai akibat proses menua. Kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh faktor :1. Umur

Pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun, kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein, vitamin dan

mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel dan antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.

2. Jenis kelaminUmumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi, protein dan lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot clan luas permukaan tubuh laki-laki lebih luas dari wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada wanita cenderung lebih tinggi, karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe) turun kembali.

3. Aktivitas fisik dan pekerjaanLanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berurangnya ktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari : ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat memerlukan zat gizi yang lebih banyak.

4. Postur tubuhPostur tubuh ang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur tubuh ang lebih kecil.

5. Iklim/suhu udaraOrang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

6. Kondisi kesehatan (stress fisik dan psikososial)Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psik osial yang kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.

7. LingkunganLanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industri, dll) perlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi.

Pada prinsipnya butuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Kebutuhan gizi lanjut usia dihitung secara individu. Pesan gizi seimbang pada lanjut usia :1. Makanlah aneka ragam makanan

Makanan yang beraneka ragam adalah makanan yang terdiri dari minimal 4 sumber bahan makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan bush. Semakin beraneka ragam dan bervariasi jenis makanan yang dikonsumsi, semakin baik. Sayur dan buah sangat baik untuk dikonsumsi (dianjurkan 5 porsi per hari).

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energiKarbohidrat perlukan guna memenuhi kebutuhan energi. Bagi lanjut usia, dianjurkan untuk memilih karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah, havermout, jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu dan umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan

kacang-kacangan utuh berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat. Dianjurkan agar lanjut usia mengurangi konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan sirup.

3. Batasi konsumsi lemak dan minyakBagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi tidak dianjurkan, karena akan menambah risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal, dan lain-lain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari kacang-kacangan, alpukat, minyakjagung, minyak zaitun. Lemak minyak ikan mengandung omega 3, yang dapat menurunkan kolesterol dan mencegah arthritis, sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut usia. Lanjut usia sebaiknya mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi.

4. Makanlah makanan sumber zat besiZat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau. Kekurangan zat besi yang dikonsumsi bila berkelanjutan akan menyebabkan penyakit anemia gizi besi dengan tanda-tanda pucat, lemah, lesu, pusing, dan mats berkunang-kunang. Demikian juga pada lanjut usia, perlu mengkonsumsi makanan sumber zat besi dalam jumlah cukup.

5. Biasakan makan pagiMakan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktifitas kerja. Lanjut usia sebaiknya membiasakan makan pagi agar selalu sehat dan produktif.

6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnyaAir minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan telah dididihkan serta disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Air sangat dibutuhkan sebagai media dalam proses metabolisme tubuh. Apabila terjadi kekurangan air minum akan mengakibatkan kesadaran menurun.

7. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teraturAgar dapat mempertahankan kebugaran, lanjut usia harus tetap berolahraga. Aktifitas fisik sangat penting peranannya bagi lansia. Dengan melakukan aktifitas fisik, maka lanjut usia dapat mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatannya. Namun, karena keterbatasan fisik yang dimilikinya perlu dilakukan penyesuaian dalam melakukan aktifitas fisik sehari-hari.

8. Pesan lainnya :- Tidak minum alkohol- Mambaca label makanan

Penilaian Status GiziPenilaian status gizi lansia dilakukan sebagai gambaran secara menyeluruh berbagai pemeriksaan yaitu: 1) fisik, 2) antropometri, 3) dietetik, 4) biokimiawi, dan 5) tambahan. Pemeriksaan antropometri terbaik adalah dengan mengukur tungkai bawah atau tinggi lutut dalam posisi duduk atau berbaring dengan menggunakan alat skala tinggi lutut. Ukuran tersebut merupakan pengganti tinggi badan karena sejak usia dekade ketiga terjadi penyusutan tinggi badan karena osteoporosis terutama pada perempuan dan laki-laki renta. Hasil pengukuran tinggi lutut tersebut dibandingkan pada suatu nomogram yang diciptakan

Chumlea untuk diketahui tinggi badan yang sebenarnya. Lingkar pinggang juga merupakan tanda risiko penyakit jantung. Rasio lingkar pinggang dibandingkan tinggi badan dalam inchi normalnya adalah 0,5 di atas maupun di bawah nilai tersebut orang berisiko kena penyakit jantung dan otak.

Masalah Gizi Pada Penyakit KankerGangguan gizi yang dapat timbul pada pasien penyakit kanker disebabkan kurangnya asupan makanan, tindakan medis, efek psikologik, dan pengaruh keganasan sel kanker. Gejala kanker dalam keadaan berat dinamakan Cachexia yang manifestasinya secara klinis adalah anoreksia, penurunan berat badan, gangguan refleksi, lemas, anemia, kurang energi protein, dan keadaan deplesi secara keseluruhan. Beberapa faktor penyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker adalah:1. Kurang nafsu makanan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost response

terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra pengecap (lidah).2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena:

- Gangguan pada saluran cerna , dapat berupa kesulitan mengunyah, menelan, dan penyumbatan.

- Gangguan absorpsi zat gizi- Kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-muntah dan diare

3. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak4. Peningkatan pengeluaran energi

Pengaturan Diet Pasien Kanker

Pengaturan makan pada pasien kanker bertujuan untuk mengurangi efek samping terapi sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui menu yang seimbang. Masih ada beberapa perbedaan pendapat tentang pemberian makan pada pasien kanker. Ada yang menganjurkan pemberian diet energi dan protein tinggi, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa pembatasan energi dan protein akan menghambat pemecahan sel kanker. Dengan adanya kemoterapi yang dapat menghambat pemecahan sel kanker, maka pemberian makan dengan energi dan protein tinggi dapat diterima. Secara sederhana perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker bergantung pada kondisi pasien, dengan nilai berkisar 28-42 kcal/kg berat badan/hari. Pada kasus gizi kurang, kebutuhan energi dihitung berdasarkan berat badan aktual dan pada kasus obese berdasarkan berat badan ideal. Komposisi zat gizi makro adalah protein 1.0-2.0 g/kg berat badan/hari, lemak 20-30 persen dari kalori total dan karbohidrat 50-60 persen kalori total

Kebutuhan vitamin meningkat sampai 10 kali diatas kebutuhan normal pada kasus-kasus KEP, stress metabolik, kelaparan dan alkoholik. Sedangkan kebutuhan mineral terutama besi, cobalt, mangan, zink dan khromium dapat meningkat 2-5 kali dari angka kecukupan gizi. Pemberian mineral makanan sumber Iodium dapat dikurang bila pasien menjalani internal radiasi. Kebutuhan cairan dihitung dengan dasar 35 ml/kg berat badan/hari atau 1500ml/m² luas permukaan tubuh perhari dengan penambahan 10 persen pada setiap derajat kenaikan suhu tubuh.

Tujuan DietDalam pencegahan penyakit kanker, beberapa aspek gizi atau diet perlu diperhatikan seperti:1. Pembatasan konsumsi daging merah hingga kurang dari 3 kali seminggu. Sebagai

penggantinya kita dapat mengkonsumsi daging putih seperti ikan, ayam kampung, atau daging sapi yang kurus (daging di bagian tungkai).

2. Penggunaan cara memasak yang tidak memakai banyak minyak atau lemak seperti merebus, menanak, menumis, dan memepes (memanggang dengan daun pisang).

3. Peningkatan konsumsi sayuran dan buah hingga 5 kali sehari. Makan sayuran yang kalorinya rendah tetapi banyak mengandung serat seperti lalapan ketimun, tomat, kecmbah, dan kubis sangat dianjurkan. Sayuran yang mengandung antioksidan alami, seperti wortel yang mengandung beta karoten serta brokoli yang mengandung sulforafan dapat dikunsumsi lebih sering dan kalau perlu dibuat jus misalnya minuman sari wortel atau dibuat masakan seperti capcai.

4. Peningkatan asupan serat pangan atau dietary fiber hingga 25-35 gram per hari. Makanan yang banyak mengadung sereal itu (jagung, havermout, kacang hijau) dan roti bekatul sangat membantu kita untuk mencapai jumlah asupan serat tersebut. Demikian pula, beberapa jenis makanan atau minuman seperti agar-agar, kolang kaling, cincau, selasih, dan rumput laut dapat menambah asupan serat.

5. Label makanan kemasan perlu diperhatikan untuk memperkirakan kandungan lemaknya6. Penggunaan jenis-jenis makanan/minuman, seperti bawang putih, bawang merah, teh

hijau, susu kedelai, beras kencur, kunir asem, dan lain-lain. Dapat dilakukan untuk mendapatkan kandungan bahan fitokimia yang berkhasiat.

Tujuan diet pada pasien kanker adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan cara:1. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya terima

pasien2. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan3. Mengurangi rasa mual, muntah dan diare4. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien dan

keluarganya

Syarat DietSyarat-syarat diet pasien kanker adalah:1. Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan.

Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, maka kebutuhan energy menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36 kkal/kg BB untuk perempuan

2. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g/kg BB3. Lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total4. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total 5. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E. Bila perlu

ditambah dalam bentuk suplemen6. Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal

7. Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien akan menjalani kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril

8. Porsi makan kecil dan sering diberikan

Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian

Jenis diet untuk pasien penyakit kanker sangat tergantung pada keadaan pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh sebab itu, diet hendaknya disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indra kecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan dan akibat pengobatan. Sesaui dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan secara oral, enteral, maupun parenteral. Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair, atau kombinasi. Untuk makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak, atau makanan lumat.

Pedoman Untuk Mengatasi Masalah Makan 1. Bagi pasien menderita anoreksia

a. Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak laparb. Hindari minum sebelum makanc. Tekankan bahwa makan adalah bagian penting dalam program pengobatand. Olahraga sesuai dengan kemampuan penderita

2. Bila ada perubahan pengecapana. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau dinginb. Tambahkan bumbu makanan yang sesuai untuk menambah rasac. Minuman diberikan dalam bentuk segar seperti sari buah atau jus

3. Bila ada kesulitan mengunyah atau menelana. Minum dengn menggunakan sedotanb. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau dinginc. Bentuk makanan disaring atau caird. Hindari makanan terlalu asam atau asin

4. Bila mulut keringa. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dinginb. Bentuk makanan cairc. Kunyah permen karet atau hard candy

5. Bila mual dan muntaha. Beri makanan keringb. Hindari makanan yang berbau merangsangc. Hindari makanan lemak tinggid. Makan dan minum perlahan-lahane. Hindari makanan atau minuman terlalu manisf. Batasi cairan pada saat makan