tugas
DESCRIPTION
ikan patinTRANSCRIPT
![Page 1: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/1.jpg)
TUGAS IKTIOLOGI
IKAN PATIN (Pangasius djambal)
Disusun Oleh:
1. Rr. Fidyah Oktavia S. (12685)
2. Rakhmat Hidayat (12701)
3. Sri Ningsih (12697)
4. Tiara Amalia ()
5. Umro Meina ()
6. Zulfa Nur Auliatun N. (12711)
JURUSAN PEIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNUVERSITAS GADJAH MADA
2013
![Page 2: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Mengetahuai Taksonomi dan klasifikasi dari ikan patin
Mengetahui Distribusi dan Biologi Pangasius
Mengetahui cara budidaya ikan patin
![Page 3: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II PEMBAHASAN
Ikan patin yang terdapat di Indonesia terdapat 14 spesies, namum tetap saja
pangasianodon hypopthalmus yang berasal dari Thailand merupakan satu-satunya yang
dibudidayakan di Indonesia.
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih
perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi
yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk
membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan.
2.1 Taksonomi dan Klasifikasi Pangasius
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis
penting. Ikan ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan ikan air tawar
lainnya, di antaranya sebagai ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia 6 bulan
saja ikan patin sudah bisa mencapai panjang 35-40 cm. Tempat pemeliharaan ikan
patin tidak memerlukan air yang mengalir. Ikan patin banyak ditemukan di sungai
dan danau karena ikan ini merupakan ikan yang hidup di perairan umum. Klasifikasi
ikan patin menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidei
Famili : Schilbeidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius djambal
Ciri-ciri fisik Ikan patin dewasa panjang tubuhnya bisa mencapai sekitar 120 cm.
Ukuran tubuh seperti ini merupakan ukuran tubuh yang tergolong besar bagi ikan
jenisnya. Bentuk tubuh memanjang dengan warna dominan putih berkilauan seperti
![Page 4: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/4.jpg)
perak dan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin tidak bersisik (bertubuh
licin). Kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala sebelah bawah.
Di sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis. Kumis tersebut berfungsi sebagai alat
peraba saat berenang ataupun mencari makan. Dibagian punggung terdapat sirip
yang dilengkapi dengan 7-8 buah jari-jari. Sebuah jari-jari bersifat keras, jari-jari ini
bisa berubah menjadi patil. Sisanya 6-7 jari-jari bersifat lunak. Sirip ekor berbentuk
simetris membentuk cagak. Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-
jari keras yang berfungsi sebagai patil. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33
jari-jari lunak. Sementara itu, sirip perutnya hanya memiliki 6 jari-jari lunak.
2.2 Distribusi dan Biologi Pangasius
Ikan patin habitatnya di alam, hidup di perairan umum seperti di Kalimantan dan
Sumatra Selatan. Jenis ikan ini termasuk ikan dasar dan biasanya banyak melakukan
aktifitas di malam hari.Kebiasaan ikan ini suka bergelombol. Nafsu makan ikan akan
terangsang (akan bertambah) apabila ikan-ikan tersebut bergelombol. Ikan patin
biasanya memijah pada musim penghujan yang biasanya jatuh pada bulan November
s/d Maret. Ikan patin berdasarkan kebiasaan makannya termasuk ikan pemakan
segala (Omnivora) dan secara alam makannya terdiri dari serangga, biji-bijian, ikan
rucah, udang-udangan dan moluska.
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang sulit dipijahkan secara alami.
Karena sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan yang sesuai habitatnya di
alam. karena itu pemijahan ikan patin hanya dilakukan secara buatan ( indunced
breeding ) yaitu dengan cara menyuntikan hormon perangsang pada tubuh ikan.
Untuk melakukan penyuntikan ini membutuhkan induk yang berkualitas. Setelah
induk diseleksi dan diketahui bobotnya, langkah berikutnya adalah menentukan
bobot ikan donor. Timbang ikan donor seberat 4 kali bobot induk (empat dosis).
Siapkan dalam tempat terpisah. Ambil ikan donor yang telah ditimbang sebanyak 1/4
nya dan ambil hipofisanya dengan menggunakan pinset, tempatkan ke dalam
penggerus, dan kemudian lumatkan dengan penggerus tersebut. Hati-hati, pada saat
hipofisa diambil jangan sampai ada darah atau kotoran yang terbawa. Jika hipofisa
![Page 5: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/5.jpg)
telah lumat, tambahkan 1 - 2 cc aquabidest (H202) untuk melarutkan. Ambit larutan
hipofisa tersebut dengan spuit dan kemudian suntikkan pada induk betina. Pegang
erat-erat dengan menggunakan kain yang halus, suntikkan jarum spuid di otot bagian
punggung ikan. Penyuntikan disarankan mengarah ke bagian depan. (arah kepala)
ikan. Setelah penyuntikan ini, lepaskan kembali induk untuk menunggu penyuntikan
kedua. Penyuntikan berikutnya dilakukan setelah 10 – 12 jam kemudian. Kelenjar
hipofisa diambil dari ikan donor yang masih tersisa (3/4 bagian atau 3 dosis). Lebih
kurang bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina ini dilakukan pula
penyuntikan terhadap induk jantan dengan donor sebanyak satu dosis.
2.3 Budidaya
1. Persyaratan Lokasi budidaya ikan Patin
a) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos.
b) Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga
dapat dibuat pematang/dinding kolam.
c) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
d) Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai
maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
e) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas
air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu
ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich
dengan dosis 0,05 cc/liter).
f) Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah
antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah
![Page 6: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/6.jpg)
diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
g) Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.
2). Teknis Budidaya
Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2
kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya belum
populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan
penangkapan dialam (sungai, situ, waduk, dan lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan
ikan patin. Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Pemilihan calon induk siap pijah.
2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan mas.
3. Kawin suntik (induce breeding).
4. Pengurutan (striping).
5. Penetasan telur.
6. Perawatan larva.
7. Pendederan.
8. Pemanenan.
3). Pembibitan
a) Menyiapkan Bibit
Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan
dikolam sejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba.
Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam
sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.
b) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus
didalam sangkar terapung. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang
pernah dilakukan dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari
![Page 7: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/7.jpg)
bahan-bahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak
halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral
0,5%. Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari
dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan juga
rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan
untuk mempercepat kematangan gonad. Ciri-ciri induk patin yang sudah matang
gonad dan siap dipijahkan adalah sebagai berikut :
1. Induk betina
Umur tiga tahun.
Ukuran 1,5–2 kg.
Perut membesar ke arah anus.
Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
Kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur
yang bentuknya bundar dan besarnya seragam
2. Induk Jantan
Umur dua tahun.
Ukuran 1,5–2 kg.
Kulit perut lembek dan tipis.
Bila diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih.
Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam
akuarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm.
4). Pemeliharaan Pembesaran
1. Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam,
yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyakbanyaknya. Pupuk
yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700
![Page 8: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/8.jpg)
gram/m2
2. Pemberian Pakan
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang
diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah
makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam
hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang
diambil dari ikan yang dipelihara (smpel).
3. Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet setiap
hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur yang
diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.
5). Hama dan Penyakit
a) Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin
menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung.
Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang
(pen) dan karamba. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar
ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan
memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan
seluang (Rasbora). Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau
(Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbosinensis), blekok
(Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah
budi daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan
di luar kantong jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar
ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat
masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
b) Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit
non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang
![Page 9: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/9.jpg)
bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit
akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan
infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus.
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan
kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada
pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena
pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat
diidentifikasi dari tingkah laku ikan. Ikan akan lemah, berenang
megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan
berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak
kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan
ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
6) Panen
1. Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan
mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir
kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan
patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan
karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat
dihindari.
2.Pembersihan
Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan. Untuk
melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal dengan berat 8-
12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor. Pemungutan hasil
dapat dilakukan dengan menggunakan jala sebanyak 2-3 buah dan tenaga kerja yang
diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikan yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang
telah disiap.
![Page 10: tugas](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022110204/563db8e1550346aa9a97d55e/html5/thumbnails/10.jpg)
Daftar Pustaka
W, Santoso. 1997. Pembenihan Jambal Siam. Instalasi Penelitian dan PengkajianTeknologi Pertanian: Jakarta. Pdf file.
Anonim. 2011. Budidaya Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) dikolam. Tidak diterbitkan.
Anonim. 2010. Perikanan Air Tawar. Tidak diterbitkan.