tugas 2
TRANSCRIPT
Biji cokelat (atau biji kakao, juga sering disebut “cocoa” dan “kakao") merupakan biji Theobroma cacao berlemak yang telah dikeringkan dan difermentasi, yang diekstrak untuk menghasilkan cokelat padat (cocoa solids) dan lemak kakao (cocoa butter).Kedua hasil ekstrak tersebut merupakan bahan-bahan dasar pembuatan cokelat, serta sejumlah produk makanan lainnya.
INFORMASI KHUSUS PRODUKTerdapat tiga variasi utama kakao: Forastero, Criollo, dan Trinitario. Forastero merupakan jenis kakao yang paling umum diproduksi, sekitar 95% dariproduksi di seluruh dunia. Padaumumnya, biji kakao terbaik berasal dari varietas Criollo, namun varietas ini kurang tahan terhadap penyakit yang menyerang tanaman kakao.
Produksi biji kakao Pedoman pemrosesan biji kakao mencakup cara membelah kulit buah, fermentasi dan pengeringan yang benar telah diterbitkan oleh Organisasi Kakao Internasional (International Cocoa Organisation atau ICCO). Salah satu isu masalahnya adalah perkembangan Ochratoxin A yang menghasilkan jamur pada saat proses fermentasi dan kontaminasi dengan hidrokarbon aromatik polisiklik (polycylic aromatic hydrocarbons) pada tahap pengeringan buatan. Biji kakao yang telah difermentasi dan dikeringkan merupakan komoditas agrikultur utama dan produk awal dari berbagai macam produk turunan kakao. Biji-biiji kakao diproses untuk menghasilkan sejumlah produk kakao, termasuk cokelat. Tahap pertama adalah pemanggangan (roasting), diikuti oleh pemecahan (cracking) dan pelepasan dari biji (de-shelling) untuk menghasilkan biji yang disebut nibs. Biji (nibs) ini kemudian digiling dengan berbagai metode menjadi berbentuk pasta, yaitu cokelatcair (chocolate liquor) atau pasta kakao. "Cairan" ini kemudian diproses lebih lanjut menjadi cokelat dengan mencampurkan (lebih banyak) lemak kakao dan gula (kadang-kadang ditambahkanvanila sebagai perasa dan lesitin sebagai pengemulsi), dan kemudian dimurnikan, dihaluskan dengan coche, laludipanaskan dan didinginkan berulang kali (tempered). Metodelain adalah dengan memisahkannya menjadi kakao bubuk dan lemak kakao menggunakan mesin tekanan hidrolik (hydraulic press). Prosespemisahan ini menghasilkansekitar 50% lemak kakao dan 50% kakao bubuk. Kakao bubuk standar memiliki kandungan lemak sebesar 10-12%. Lemak kakao digunakan dalamproduksi cokelat batangan, produk gula lain, sabun, serta produk kosmetik. Kakao standar memiliki sifat asam dan harus ditambahkan dengan zat alkalin dan potasium karbonat untuk meningkatkan level pH dan menghasilkan bubuk kakao “Dutch process” yang lebih tidak asam, lebih hitam, dan rasanya lebih ringan. Penyesuaian pH ini dapat dilakukan pada beberapa tahap sepanjang pemrosesan, termasuk selama proses pengerjaan nibs, pengerjaan cokelatcairatau pengerjaan press cake. Data terbaru menunjukkan bahwa secara global, Indonesia merupakan eksportir ketiga
1. Cara Pengolahan dan Hal hal seputar Kakao
terbesar untuk biji. Diperkirakan bahwa Indonesia akan mengekspor sekitar 380.000 ton biji kakao yang telah diproses padatahun2012, meningkatdari 249.188 ton di tahun2011. Mayoritas pemrosesan biji kakao dilakukan di AS dan Eropa; sebagai contoh, lihat situs Asosiasi Kakao Eropa (European Cocoa Association) (http://www. eurococoa. com). Pemrosesan dan penggilingan biji kakao dilakukan di 2 negara Asia, Indonesia dan Malaysia, dan jumlahnya mencapai 12% dari total pemrosesan global. Organisasi Kakao Internasional (The International Cocoa Organisation-ICCO) merupakanorganisasi global yang terdiri dari negara-negara produsen dan konsumen kakao. Berlokasi di London,ICCO dibentuk pada tahun 1973 untuk menjalankan Perjanjian Kakao Internasional (International Cocoa Agreement)pertama. Sejak saat itu, sudah terdapattujuh Perjanjian yang dibuat. Perjanjian Kakao Internasional ke Tujuh, dinegosiasikan pada tahun 2010 di Genewadanmulai berlaku aktif untuk sementara pada bulan Oktober 2012.Tujuan dari ICCO adalah untuk menciptakan suatu ekonomi kakao dunia yang berkelanjutan. Konsep “keberlanjutan” ini mencakup dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, baik dalam kegiatan produksi dan konsumsi kakao. Hal ini juga mencakup pengaturan tarif bea cukai impor biji kakao, semi-produk kakao dan cokelat; pajak (tidak langsung) terkait konsumsi dan pemrosesan kakao; biaya produksi di tiap negara dan wilayah regional yang berbeda; informasi pasar bagi petani kakao; sertaManajemen Risiko Harga bagi petani melalui koperasi.
Rantai Nilai Undang-undang Pangan Uni Eropa dan peraturan teknis lainnya berlaku pada seluruh rantai
nilai untuk produksi primer, distribusi, pengolahan, pemrosesan serta penjualan di pasar. Pendekatan tersebut juga dikenal dengan nama "Farm to Fork". Pendekatan ini merupakan strategi yang berorientasi pada penilaian risiko (risk assessment), yang berprinsip bahwa pengendalian potensi bahaya di setiap tahapan dalam rantai nilai merupakan satu-satunya cara untuk menjamin keamanan produk akhir untuk dikonsumsi. Rantai nilai terdiri dari jaringan perusahaan serta pelaku bisnis yang bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan pasar atas suatu produk tertentu. Pada industri makanan, rantai nilai dimulai pada saat perusahaan/pelaku bisnis memasok produk bahan baku kepada petani, dan diakhiri dengan penjualan kepada konsumen akhir. Undang-undang Pangan Uni Eropa berlaku bagi seluruh perusahaan/pelaku bisnis (operator industri makanan) dengan peraturan teknis terkait yang menetapkan kriteria-kriteria khusus bagi kondisi operasi seluruh operator, sampai tahap yang relevan dengan masukan (input) spesifik mereka.
Rantai nilai kakao dapat dibagi menjadi tahapan-tahapan berikut (informasi diambil dari Indonesia Cocoa Bean Value Chain Case Study (2006) dengan pendanaan dari Agensi Amerika Serikat unutk Pembangunan Internasional (United States Agency for International Development) cf. http://pdf. usaid. gov/pdf_docs/PNADH968.pdf: Produksi Biji KakaoTerdapat sekitar 400,000 petani kecil di Sulawesi yang memproduksi sejumlahbesartimbunanbiji kakao yang belum difermentasi. Para petani menjualnya ke kolektor lokal atau langsung ke pedagang lokal. Ada beberapa contoh hubungan horizontal atau kelompok pemasaran (misalnya kegiatan koperasi) di antara petani-petani kecil di Sulawesi. Pengumpulan/PenimbunanKolektor lokal biasanya terdiridariparapetani kakao atau pengusaha desa yang memiliki sepeda motor atau truk, yang membeli biji kakao langsung dari petani. Skala pembelian-pembelian ini kecil dengan perputaran (turnover) yang cepat. Pedagang lokal membeli biji kakao dari kolektor lokal atau, dalam jumlah yang lebih sedikit, langsung dari petani, dan juga biasanya terlibat dalam berbagai usaha lain. Pedagang ini menjual sebagian besar biji kakao mereka kepada paraeksportir atau perusahaan pemroses lokal.Kolektor dan pedagang tidak diharuskan memiliki lisensi atau ijin, sehingga kompetisi menjadi sangat ketat. Pemrosesan LokalSekitar 10 persen dari produksi biji kakao Sulawesi diproses secara lokal, sedangkansisanya diekspor dalam bentuk biji mentah. Salah satu perusahaan pemroses terbesar di Sulawesi adalah PT Effem (anak perusahaan dari Mars/Masterfoods).PT Effem menjual produk kakao olahan kepada pabrik-pabrik manufaktur Mars lain di AS, Uni Eropa, Brasil, sertanegara Asia Tenggara lainnya - dan juga kepada Grup Ceres. Grup Ceres adalah satu-satunya perusahaan pemroses kakao terintegrasi dan eksportir produk kakao di Indonesia. Ceres juga memiliki pabrik manufaktur lokal dan telah meluaskan area operasi pemrosesan mereka ke Malaysia. EksporSekitar 80 persen biji kakao Indonesia diekspor oleh 5 perusahaam multinasional utama di Sulawesi: EDF& Man, Olam, Cargill, ADM dan Continaf (perusahaan-perusahaan ini memiliki kantor di seluruh dunia dan terlibat dalam perdagangan komoditas internasional). Eksportir berskala besar ini membeli biji curah dari pedagang yang mengirimkannya ke
gudang mereka, mengurutkannya berdasarkan kualitas, dan kemudian menjualnya ke pembeli (terutama di AS, Malaysia, Singapura, dan Brasil) untuk diproses. Perdagangan / Pemrosesan / Manufaktur InternasionalSetelah diekspor, biji kakao Indonesia menjadi bagian dari perdagangan kakao global yang melibatkan pedagang, pemroses dan manufaktur internasional. Para pedagang multinasional ini menjual biji kakao kepada perusahaan pemroses dan produsen di seluruh dunia.Perusahaan pemroses multinasional, termasuk Cargill, merupakanprodusen utama untuk produk kakao olahan (kakaocair, lemak dan cake kakao).Produsen multinasional, seperti Hershey’s, adalah produsen cokelat khusus dengan pabrik yang terletak dekat dengan pasar konsumen akhir mereka. Dalam beberapa kasus, pemrosesan dan manufaktur dapat diintegrasikan untuk menghasilkan produk akhir. Salah satu perusahaan terbesar, Mars, memiliki pangsa pasar dan perwakilan yang besar di Indonesia.
Dari: “Indonesia Cocoa Bean Value Chain Case Study” USAID Juni 2006
2. Cara Pengolahan dan Hal hal seputar Kelapa
Jenis-Jenis Ekspor Produk Turunan Kelapa Sulawesi UtaraAdapun berbagai jenis Produk Turunan Kelapa yang diekspor di seluruh dunia,
diantaranya 1. Minyak Kelapa2. Tepung Kelapa3. Kopra4. Bungkil Kopra5. Arang Tempurung6. Karbon Aktif
Produk turunan kelapa sebagian besar merupakan produk berpotensi ekspor di beberapa negara tujuan. Beberapa negara tujuan dengan jenis produk yang diekspor disajikan pada Tabel 4.4Tabel 4 Jenis Produk Ekspor Turunan Kelapa dan Negara Tujuan
No JENIS KOMODITI NEGARA TUJUAN1 Minyak Kelapa Singapura, Amerika, Belanda, Jerman,
Arab Saudi2 Arang Tempurung Jepang, Korea, Malaysia, Thailand3 Tepung Kelapa Singapura, Amerika, Belanda, Afrika4 Kopra Belanda, Belgia, Malaysia5 Bungkil Singapura, India6 Karbon Aktif Amerika, Thailand
Sumber Data: Disperindag Sulut, 2010.Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Produk Turunan di ekspor ke berbagai Negara yang
menjadi tujuan ekspor. Beragam jenis produk turunan kelapa dijadikan sebagai komoditi ekspor unggulan Sulawesi Utara yang memberikan kontribusi bagi kegiatan ekspor Sulawesi Utara. Jenis komoditi ekspor turunan kelapa ini, memegang peranan yang kuat dalam perekonomian
3. Cara Pengolahan dan Hal hal seputar Jagung
Jagung (corn) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika. Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuranamilosa dan amilopektin. Karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, jagung menjadi makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Jagung dapat diolah menjadi banyak makanan lho, baik itu sebagai bahan utama maupun hanya sebagai campuran,contoh hasil turunan jagung:
Pop Corn
4. Cara Pengolahan dan Hal hal seputar kopi
Proses pengolahan biji kopi
Secangkir kopi dihasilkan
melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen
hingga ke penyajian akhir. Hanya dari biji kopi berkualitas secangkir kopi bercita rasa tinggi
bisa tersaji di meja kita.
Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah untuk mencegah terjadinya reaksi kimia
yang bisa menurunkan mutu kopi. Hasil panen disortasi dan dipilah berdasarkan kriteria
tertentu, silahkan . Buah kualitas prima bila diolah dengan benar akan menghasilkan biji kopi
bermutu tinggi.
Secara umum dikenal dua cara mengolah buah kopi menjadi biji kopi, yakni proses basah dan
proses kering. Selain itu ada juga proses semi basah atau semi kering, yang merupakan
modifikasi dari kedua proses tersebut. Setiap cara pengolahan mempunyai keunggulan dan
kelemahan, baik ditinjau dari mutu biji yang dihasilkan maupun komponen biaya produksi.
Pengolahan dengan proses basah
Biaya produksi proses basah lebih mahal dibanding proses kering. Proses basah sering
dipakai untuk mengolah biji kopi arabika. Alasannya, karena kopi jenis ini dihargai cukup
tinggi. Sehingga biaya pengolahan yang dikeluarkan masih sebanding dengan harga yang
akan diterima. Berikut tahapan untuk mengolah biji kopi dengan proses basah.
a. Sortasi buah kopi
Setelah buah kopi dipanen, segera lakukan sortasi. Pisahkan buah dari kotoran, buah
berpenyakit dan buah cacat. Pisahkan pula buah yang berwarna merah dengan buah yang
kuning atau hijau. Pemisahan buah yang mulus dan berwarna merah (buah superior) dengan
buah inferior berguna untuk membedakan kualitas biji kopi yang dihasilkan.
b. Pengupasan kulit buah
Kupas kulit buah kopi, disarankan dengan bantuan mesin pengupas. Terdapat dua jenis mesin
pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Selama pengupasan, alirkan air secara
terus menerus kedalam mesin pengupas.
Fungsi pengaliran air untuk melunakkan jaringan kulit buah agar mudah terlepas dari bijinya.
Hasil dari proses pengupasan kulit buah adalah biji kopi yang masih memiliki kulit tanduk,
atau disebut juga biji kopi HS.
c. Fermentasi biji kopi HS
Lakukan fermentasi terhadap biji kopi yang telah dikupas. Terdapat dua cara, pertama dengan
merendam biji kopi dalam air bersih. Kedua, menumpuk biji kopi basah dalam bak semen
atau bak kayu, kemudian atasnya ditutup dengan karung goni yang harus selalu dibasahi.
Lama proses fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam. Proses fermentasi
juga bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji kopi. Apabila lapisan sudah
hilang, proses fermentasi bisa dikatakan selesai.
Setelah difermentasi cuci kembali biji kopi dengan air. Bersihkan sisa-sisa lendir dan kulit
buah yang masih menempel pada biji.
d. Pengeringan biji kopi HS
Langkah selanjutnya biji kopi HS hasil fermentasi dikeringkan. Proses pengeringan bisa
dengan dijemur atau dengan mesin pengering. Untuk penjemuran, tebarkan biji kopi HS di
atas lantai jemur secara merata. Ketebalan biji kopi sebaiknya tidak lebih dari 4 cm. Balik biji
kopi secara teratur terutama ketika masih dalam keadaan basah.
Lama penjemuran sekitar 2-3 minggu dan akan menghasilkan biji kopi dengan kadar air
berkisar 16-17%. Sedangkan kadar air yang diinginkan dalam proses ini adalah 12%. Kadar
air tersebut merupakan kadar air kesetimbangan agar biji kopi yang dihasilkan stabil tidak
mudah berubah rasa dan tahan serangan jamur.
Untuk mendapatkan kadar air sesuai dengan yang diinginkan lakukan penjemuran lanjutan.
Namun langkah ini biasanya agak lama mengingat sebelumnya biji kopi sudah direndam dan
difermentasi dalam air.
Biasanya, pengeringan lanjutan dilakukan dengan bantuan mesin pengering hingga kadar air
mencapai 12%. Langkah ini akan lebih menghemat waktu dan tenaga.
e. Pengupasan kulit tanduk
Setelah biji kopi HS mencapai kadar air 12%, kupas kulit tanduk yang menyelimuti biji.
Pengupasan bisa ditumbuk atau dengan bantuan mesin pengupas (huller). Dianjurkan dengan
mesin untuk mengurangi resiko kerusakan biji kopi. Hasil pengupasan pada tahap ini disebut
biji kopi beras (green bean).
f. Sortasi akhir biji kopi
Setelah dihasilkan biji kopi beras, lakukan sortasi akhir. Tujuannya untuk memisahkan
kotoran dan biji pecah. Selanjutnya, biji kopi dikemas dan disimpan sebelum didistribusikan.
Pengolahan dengan proses kering
Proses kering lebih sering digunakan untuk mengolah biji kopi robusta. Pertimbangannya,
karena biji kopi robusta tidak semahal arabika. Peralatan yang diperlukan untuk pengolahan
proses kering lebih sederhana dan beban kerja lebih sedikit, sehingga bisa menghemat biaya
produksi. Berikut tahapan untuk mengolah biji kopi dengan proses kering.
a. Sortasi buah kopi
Tidak berbeda dengan proses basah, segera lakukan sortasi begitu selesai panen. Pisahkan
buah superior dengan buah inferior sebagai penanda kualitas.
b. Pengeringan buah kopi
Jemur buah kopi yang telah disortasi di atas lantai penjemuran secara merata. Ketebalan kopi
yang dijemur hendaknya tidak lebih dari 4 cm. Lakukan pembalikan minimal 2 kali dalam
satu hari. Proses penjemuran biasanya memerlukan waktu sekitar 2 minggu dan akan
menghasilkan buah kopi kering dengan kadar air 15%. Bila kadar air masih tinggi lakukan
penjemuran ulang hingga mencapai kadar air yang diinginkan.
c. Pengupasan kulit buah dan kulit tanduk
Buah kopi yang telah dikeringkan siap untuk dikupas kulit buah dan kulit tanduknya.
Usahakan kadar air buah kopi berada pada kisaran 15%. Karena, apabila lebih akan sulit
dikupas, sedangkan bila kurang beresiko pecah biji.
Pengupasan bisa dilakukan dengan cara ditumbuk atau menggunakan mesin huller.
Kelemahan cara ditumbuk adalah prosentase biji pecah tinggi, dengan mesin resiko tersebut
lebih rendah.
d. Sortasi dan pengeringan biji kopi
Setelah buah kopi dikupas, lakukan sortasi untuk memisahkan produk yang diinginkan
dengan sisa kulit buah, kulit tanduk, biji kopi pecah dan kotoran lainnya. Biji kopi akan stabil
bila kadar airnya 12%.
Bila belum mencapai 12% lakukan pengeringan lanjutan. Bisa dengan penjemuran atau
dengan bantuan mesin pengering. Apabila kadar air lebih dari angka tersebut, biji kopi akan
mudah terserang jamur. Apabila kurang biji kopi mudah menyerap air dari udara yang bisa
mengubah aroma dan rasa kopi.
Setelah mencapai kadar air kesetimbangan, biji kopi tersebut sudah bisa dikemas dan
disimpan.
Pengemasan dan Penyimpanan
Kemas biji kopi dengan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bauan. Untuk penyimpanan
yang lama, tumpuk karung-karung tersebut diatas sebuah palet kayu setebal 10 cm. Berikan
jarak antara tumpukan karung dengan dinding gudang.
Kelembaban gudang sebaiknya dikontrol pada kisaran kelembaban (RH) 70%. Penggudangan
bertujuan untuk menyimpan biji kopi sebelum didistribusikan kepada pembeli.
Biji kopi yang disimpan harus terhindar dari serangan hama dan penyakit. Jamur merupakan
salah satu pemicu utama menurunnya kualitas kopi terlebih untuk daerah tropis.
5. Cara Pengolahan dan Hal hal seputar karet
Karet merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Komoditas ini di-budidayakan relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Tanaman ini di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia telah men-capai 3.262.291 hektar. Dari total area perkebunan di Indonesia tersebut 84,5% milik perkebunan rakyat, 8,4% milik swasta, dan hanya 7,1% merupakan milik negara (Nasaruddin dan Maulana, D, 2009). Peningkatan kualitas karet harus dirasakan dampaknya oleh petani berupa nilai tambah pendapatan dengan meningkatnya kualitas bahan olahan karet (bokar) yang diproduksinya (Sania, dkk, 2013).a. Jenis Karet Alam
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah :
Bahan olah karetBahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari
pohon karet hevea brasiliensis. Beberapa kalangan mengatakan bahwa bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet.b. Karet alam konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Sementara koagulum lapangan,
yakni lateks yang membeku secara alami selanjutnya hanya dapat diolah menjadi jenis karet padat yakni
antara lain jenis mutu SIR10, SIR 20 dan brown crepe yang tergolong jenis karet mutu rendah (low grades)
(Quan, et al, 2008). Jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut :1. Ribbed smoked sheet (RSS) adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses
pengasapan dengan baik.2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan ada yang
tebal dan tipis.3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna cokelat dan banyak dihasilkan oleh
perkebunan-perkebunan besar atau estate.4. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon, potongan-
potongan sisa dari RSS atau slab basah.5. Thin brown crepe remilis adalah crepe coklat yang tipis karena digiling ulang.
6. Thick blanket crepes ambers adalah crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengasapan dan lump serta scrap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik mutunya.
7. Flat bark crepe adalah karet tanah atau earth rubber, yaitu crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum di olah,termasuk scrap tanah yang berwarna hitam (Setiawan,2010).
8. Pure smoked blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang khusus berasal dari RSS, termasuk juga block sheet atau sheet bongkah, atau dari sisa pemotongan RSS. Jenis karet lain atau bahan bukan karet tidak boleh digunakan.
9. Off crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya tidak dibuat melelui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih segar, melainkan dari contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering, lembaran-lembaran RSS yang tidak bagus penggilingannya sebelum diasapi, busa-busa dari lateks, bekas air cucian yang banyak mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek.
Lateks PekatLateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran
atau padatan lainnya. Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara partikel karet dan serum (Setyamidjaja,2000). Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan- bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Lateks mengandung beragam jenis protein karena lateks adalah cairan sitiplasma, protein ini termasuk enzim-enzim yang berperan dalam sintesis molekul karet. Sebagian protein hilang sewaktu pemekatan lateks yaitu karena pengendapan yang terbuang dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks pekat kurang lebih adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada permukaan karet (60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks pekat tersebut (Alhasan, et al. 2010).
Untuk membantu meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintesis adalah dengan meningkatkan produktivitas karet, penurunan biaya produksi, peningkatan mutu dan penyajian promosi yang tepat, serta memperbaiki sistem sadap (Okoma, et al, 2011). Karakterisasi lateks pekat dilakukan untuk mengetahui kondisi lateks pekat, karena sebagai bahan alam, komposisi hidrokarbon karet dan bahan-bahan lain dalam lateks pekat selalu mengalami perubahan tergantung musim, cuaca, kondisi penyadapan, kondisi tanah, dan tanaman. Lateks pekat yang dihasilkan dari pemusingan lateks kebun (Palupi, dkk, 2008).
Karet bongkah (block rubber)
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela denga ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu
teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini. Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi.(Goutara, dkk: 1985)
Tyre rubberTyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang
setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
Karet reklim (reclaimed rubber)Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas,
terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya boleh dibilang karet reklim dalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak dipakai sebagai bahan campuran sebab bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik.
6. Diagram alur pengolahan Tandan Buah Segar Sawit