tugas 2
DESCRIPTION
jghhgTRANSCRIPT
Soal!
1. Buatlah alur sungai bantuan disekitar sungai dan tentukan DASnya di peta.
2. Cari alat – alat yang digunakan untuk pengukuran curah hujan.3. Hitunglah berapa besar curah hujan rata – rata dalam suatu DAS dengan
menggunakan metode sebagai berikut :- Rata – Rata Aljabar- Metode Thiessen- Metode Isohyet
Jawab:
2. Alat –Alat yang digunakan dalam Pengukuran Curah Hujan.
A. Manual
- Penakar Hujan Biasa Observatorium (OBS)
Alat ini lebih dikenal dengan
dengan nama Penakar Hujan OBS
atau Penakar Hujan Manual,
sedang di kalangan pertanian dan
pengairan biasa disebut
ombrometer. Sebuah alat yang
digunakan untuk menakar atau
mengukur hujan harian. Penakar
Hujan Obs ini merupakan jejaring
alat ukur cuaca terbanyak di
Indonesia. Penempatannya 1 PH
Obs mewakili luasan area 50 km²
atau sampai radius 5 km. Fungsinya yang vital terhadap deteksi awal musim
(Hujan/kemarau) menjadikannya sebagai barang yang dicari dan sangat
diperlukan oleh penyuluh, P3A dan kelompok tani yang tersebar keberadaannya
dll. Bahan yang digunakan adalah semurah dan semudah mendapatkannya.
Tujuan akhir pengukuran curah hujan adalah tinggi air yang tertampung, bukan
volumenya. Hujan yang turun jika diasumsikan menyebar merata, homogen dan
menjatuhi wadah (kaleng) dengan penampang yang berbeda akan memiliki
tinggi yang sama dengan catatan faktor menguap, mengalir dan meresap tidak
ada.
Spesifikasi :
a. Type : Observasi (OBS)
b. Bahan :
o Ring corong, ring pipa dan kran terbuat dari kuningan.
o Badan terbuat dari seng kualitas baik dengan ketebalan 0.8 mm
atau stainless steel (DOP) ketebalan 0.5 mm.
o Seluruh badan (kecuali ring corong) dicat luar dalam dengan cat
anti karat warna bronce-metallic.
o Dilengkapi dengan water pass.
c. Luas corong : 100 cm2
d. Diameter badan terlebar : 21.5 cm
e. Tinggi badan : 60 cm
- Penakar Hujan Biasa Tanah
Penakar hujan biasa biasa tanah dimaksudkan untuk mendapatkan
jumlah curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah. Pada bagian tanah
reservoir, terdapat tangkai yang digunakan untuk mengangkat penakar
hujan jika akan dilakukan pembacaan. Tepat disekitar corong penakar hujan
terdapat lapisan ijuk yang disusun pada lapisan kayu yang berbentuk
lingkaran yang dimaksudkan untuk mengurangi percikan air hujan. Selain itu
terdapat jaringan kawat/ besi yang berbentuk bujur sangkar dan digunakan
sebagai tempat berpijak ketika akan mengangkat lapisan ijuk dan penakar
hujan. Pada kedua tepi/ lapisan ijuk terdapat dua kaitan/ pegangan untuk
memudahkan mengangkatnya.
- Penakar Hujan Dengan Wind-Shield
Pemasangan Wind-Shield pada penakar
hujan dimaksudkan untuk meniadakan angin
putar, sehingga angin yang bertiup melewati
corong sedapat mungkin menjadi horizontal.
- Pluviometer
Pluviometer adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menakar hujan. Alat
ini tidak dapat mencatat sendiri.
Corong alat yang mempunyai bak
penampung air hujan yang berbentuk
silindris dan gelas penakar hujan
dengan skala sampai 25 mm ini harus
ditaruh di tempat yang terbuka dan
datar, dipasang dengan cara
menyekrupnya pada balok kuat yang
sudah dicat putih dan ditanam pada
pondasi beton. Tinggi corong dari
permukaan tanah ialah 120 cm. Corong
pluviometer menampung air hujan, dan kita yang mencatat hasilnya.
B. Otomatis (Recording)
a. Penakar Hujan Otomatis Jardi
Penggunaan penakar hujan jenis Jardi dimaksudkan untuk
memperoleh intensitas curah hujan pada suatu saat, terutama sekali
untuk curah hujan yang besar dan terjadi pada waktu yang singkat. Data
yang tercatat pada pias lebih jelas dibanding dengan penakar hujan jenis
lain. Penakar jenis ini sudah tidak lagi dipakai di Indonesia.
b. Penakar Hujan Otomatis Hilman
Penakar hujan jenis
Hillman merupakan suatu
instrument/alat untuk
mengukur curah hujan.
Penakar hujan jenis hellman
ini merupakan suatu alat
penakar hujan berjenis
recording atau dapat
mencatat sendiri. Alat ini
dipakai di stasiun-stasiun
pengamatan udara
permukaan. Pengamatan
dengan menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam
tertentu mekipun cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah. Alat ini
mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal
yang tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan perawatan yang
cukup intensif untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang sering
terjadi pada alat ini.
Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana
datanya sangat penting diperoleh untuk kepentingan BMG dan
masyarakat yang memerlukan data curah hujan tersebut. Hujan memiliki
pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia, karena dapat
memperlancar atau malah menghambat kegiatan manusia. Oleh karena
itu kualitas data curah hujan yang didapat haruslah bermutu dan
memiliki keakuratan yang tinggi. Maka seorang observer / pengamat
haruslah mengetahui tentang alat penakar hujan yang dipakai di stasiun
pengamat secara baik. Salah satu alat penakar hujan yang sering dipakai
ialah Penakar hujan jenis hillman.
c. Penangkar Hujan Otomatis Tipping Bucket
Tipping Bucket Raingauge merupakan alat penakar hujan yang
menggunakan prinsip menimbang berat air hujan yang tertampung
menggunakan bucket atau ember kemudian disalurkan dengan sebuah
skala ukur (pias) yang telah ditetapkan berdasarkan pengujian dan
kalibrasi. Berdasarkan catatan sejarah, pada tahun 1662 untuk pertama
kalinya Christoper Wren menciptakan sebuah perekam curah hujan type
tipping bucket rain gauge di Inggris dengan alat perekam menggunakan
kertas yang dibolongkan berdasarkan jumlah curah hujan yang terekam.
Pada perkembangannya, alat ini kemudian dihubungkan dengan pena
dan kertas pias yang berada pada silinder yang berputar untuk merekam
data curah hujan yang terjadi. Dalam perekaman ini di usahakan sedapat
mungkin untuk mengukur curah hujan hingga 0,2 mm atau bahkan 0,1
mm, dengan anggapan bahwa “1 mm hujan berarti ketinggan air hujan
dalam radius 1 m2 adalah setinggi 1 mm, dengan syarat bahwa air hujan
itu tidak mengalir, meresap,atau menguap“ Dengan teori seperti itu maka
setiap penakar hujan sedapat mungkin menggunakan prinsip itu
termasuk tipping bucket.
d. Raingauge Test Equipment
Raingauge test equipment adalah alat yang ini
digunakan untuk menguji/mengkalibrasi
peralatan penakar hujan, terutama dari jenis
tipping bucket. Alat ini menggunakan prinsip
putaran pompa yang alirannya diukur dengan
presisi flow meter. Air yang mengalir melalui
flow meter ini kemudian dialiri ketipping
bucket (sebagai simulasi dari air hujan yang
jatuh ke dalam raingauge yang sedang dikalibrasi). Jumlah air yang
tercatat di flow meter harus sama dengan jumlah air yang keluar dari
raingauge (harus seimbang antara tabung penampungan sebelah kiri dan
kanan). Selain itu jumlah tipping pada raingauge juga harus menunjukan
nilai yang sama dengan flow meter (tergantung tingkat keakurasian
raingauge).
e. Penangkar Hujan Otomatis Van Doorn
Pada dasarnya sistem mekanisme penakar hujan otomatis jenis
Van Doorn hampir sama dengan jenis Hellmann. Perbedaannya terdapat
pada bentuk alat, luas corong, dan beberapa bagian instrumennya. Pada
saat sekarang pemakaian jenis penakar ini tidak ada lagi.
Metode Rata – Rata Aljabar.
Diketahui :
P1 = 120 mm
P2 = 200 mm
P3 = 180 mm
P4 = 240 mm
P5 = 300 mm
Ditanyakan :
P = ..?
Penyelesaian
P = ∑i=1
i=51nPi
= 120+200+180+240+300
5
Metode Thiessen
A = Jumlah grid x luas x Skala2
Skala = 1 : 25.000
A1 = 39 x 1 cm2 x 25.0002
= 24.375.000.000 cm2
= 2,4374 km2
A2 = 48 x 1 cm2 x 25.0002
= 30.000.000.000 cm2
= 3 km2
A3 = 27 x 1 cm2 x 25.0002
= 16.875.000.000 cm2
= 1.,6875 km2
A4 = 47 x 1 cm2 x 25.0002
= 29.375.000.000 cm2
= 2.9375 km2
A5 = 15 x 1 cm2 x 25.0002
= 9.375.000.000 cm2
= 0,9375 km2
No. Stasium Luas Area (Km2) Curah Hujan
(mm)
Ai x Pi
P1 2,4 120 288
P2 3 200 600
P3 1,6875 180 303.75
P4 2,9375 240 705
P5 0,9375 300 281.25
Total 10,9625 2178
P = (2178) / (10,9625) = 198,6773 mm (rata – rata curah Hujan)
Metode Isohyet
Menentukan Jarak Interval
P5 – P1 = 300 mm – 120 mm = 180 mm (jarak dalam peta 15 cm)
P5 – P2 = 300 mm –200 mm = 100 mm (jarak dalam peta 9,5 cm)
P5 – P3 = 300 mm –180 mm = 120 mm (jarak dalam peta 10 cm)
P5 – P4 = 300 mm –240 mm = 60 mm (jarak dalam peta 7,6 cm)
Selang Interval dalam peta dalam 1 cm
P1 ke P5
180/15 = 12 (interval curah hujan 1 cm adalah 12 mm)
P2 ke P5
100/9,5 = 10,5 (interval curah hujan 1 cm adalah 10,5 mm)
P3 ke P5
120/10 = 12 (interval curah hujan 1 cm adalah 12 mm)
P4 ke P5
60/7,6 = 7,9 (interval curah hujan 1 cm adalah 7,9 mm)
A = Jumlah grid x luas x Skala2
Skala = 1 : 25.000
A1 = 50 x 1 cm2 x 25.0002
= 31.250.000.000 cm2
= 3,125 km2
A2 = 54 x 1 cm2 x 25.0002
= 33.750.000.000 cm2
= 3,375 km2
A3 = 30 x 1 cm2 x 25.0002
= 18.750.000.000 cm2
= 1,875 km2
A4 = 24 x 1 cm2 x 25.0002
= 15.000.000.000 cm2
= 1,5 km2
A5 = 5 x 1 cm2 x 25.0002
= 3.125.000.000 cm2
= 0,3125 km2
A6 = 50 x 1 cm2 x 25.0002
(<120mm)= 31.250.000.000 cm2
= 3,125 km2
Isohyet (mm) Area Antara
Isohyet ( km2)
Rata – Rata
Curah Hujan
(mm)
Volume Curah
Hujan (mm.km2)
300 0,3 300 90
240 1,5 270 405
200 3,375 220 742,5
180 1,875 190 356