tugas 2

14
Soal! 1. Buatlah alur sungai bantuan disekitar sungai dan tentukan DASnya di peta. 2. Cari alat – alat yang digunakan untuk pengukuran curah hujan. 3. Hitunglah berapa besar curah hujan rata – rata dalam suatu DAS dengan menggunakan metode sebagai berikut : - Rata – Rata Aljabar - Metode Thiessen - Metode Isohyet Jawab: 2. Alat –Alat yang digunakan dalam Pengukuran Curah Hujan. A. Manual - Penakar Hujan Biasa Observatorium (OBS) Alat ini lebih dikenal dengan dengan nama Penakar Hujan OBS atau Penakar Hujan Manual, sedang di kalangan pertanian dan pengairan biasa disebut ombrometer. Sebuah alat yang digunakan untuk menakar atau mengukur

Upload: faizal-akbar

Post on 11-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jghhg

TRANSCRIPT

Soal!

1. Buatlah alur sungai bantuan disekitar sungai dan tentukan DASnya di peta.

2. Cari alat – alat yang digunakan untuk pengukuran curah hujan.3. Hitunglah berapa besar curah hujan rata – rata dalam suatu DAS dengan

menggunakan metode sebagai berikut :- Rata – Rata Aljabar- Metode Thiessen- Metode Isohyet

Jawab:

2. Alat –Alat yang digunakan dalam Pengukuran Curah Hujan.

A. Manual

- Penakar Hujan Biasa Observatorium (OBS)

Alat ini lebih dikenal dengan

dengan nama Penakar Hujan OBS

atau Penakar Hujan Manual,

sedang di kalangan pertanian dan

pengairan biasa disebut

ombrometer. Sebuah alat yang

digunakan untuk menakar atau

mengukur hujan harian. Penakar

Hujan Obs ini merupakan jejaring

alat ukur cuaca terbanyak di

Indonesia. Penempatannya 1 PH

Obs mewakili luasan area 50 km²

atau sampai radius 5 km. Fungsinya yang vital terhadap deteksi awal musim

(Hujan/kemarau) menjadikannya sebagai barang yang dicari dan sangat

diperlukan oleh penyuluh, P3A dan kelompok tani yang tersebar keberadaannya

dll. Bahan yang digunakan adalah semurah dan semudah mendapatkannya.

Tujuan akhir pengukuran curah hujan adalah tinggi air yang tertampung, bukan

volumenya. Hujan yang turun jika diasumsikan menyebar merata, homogen dan

menjatuhi wadah (kaleng) dengan penampang yang berbeda akan memiliki

tinggi yang sama dengan catatan faktor menguap, mengalir dan meresap tidak

ada.

Spesifikasi :

a. Type    : Observasi (OBS)

b. Bahan :

o Ring corong, ring pipa dan kran terbuat dari kuningan.

o Badan terbuat dari seng kualitas baik dengan ketebalan 0.8 mm

atau stainless steel (DOP) ketebalan 0.5 mm.

o Seluruh badan (kecuali ring corong) dicat luar dalam dengan cat

anti karat warna bronce-metallic.

o Dilengkapi dengan water pass.

c. Luas corong : 100 cm2

d. Diameter badan terlebar : 21.5 cm

e. Tinggi badan : 60 cm

- Penakar Hujan Biasa Tanah

Penakar hujan biasa biasa tanah dimaksudkan untuk mendapatkan

jumlah curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah. Pada bagian tanah

reservoir, terdapat tangkai yang digunakan untuk mengangkat penakar

hujan jika akan dilakukan pembacaan. Tepat disekitar corong penakar hujan

terdapat lapisan ijuk yang disusun pada lapisan kayu yang berbentuk

lingkaran yang dimaksudkan untuk mengurangi percikan air hujan. Selain itu

terdapat jaringan kawat/ besi yang berbentuk bujur sangkar dan digunakan

sebagai tempat berpijak ketika akan mengangkat lapisan ijuk dan penakar

hujan. Pada kedua tepi/ lapisan ijuk terdapat dua kaitan/ pegangan untuk

memudahkan mengangkatnya.

- Penakar Hujan Dengan Wind-Shield

Pemasangan Wind-Shield pada penakar

hujan dimaksudkan untuk meniadakan angin

putar, sehingga angin yang bertiup melewati

corong sedapat mungkin menjadi horizontal.

- Pluviometer

Pluviometer adalah sebuah alat yang

digunakan untuk menakar hujan. Alat

ini tidak dapat mencatat sendiri.

Corong alat yang mempunyai bak

penampung air hujan yang berbentuk

silindris dan gelas penakar hujan

dengan skala sampai 25 mm ini harus

ditaruh di tempat yang terbuka dan

datar, dipasang dengan cara

menyekrupnya pada balok kuat yang

sudah dicat putih dan ditanam pada

pondasi beton. Tinggi corong dari

permukaan tanah ialah 120 cm. Corong

pluviometer menampung air hujan, dan kita yang mencatat hasilnya.

B. Otomatis (Recording)

a. Penakar Hujan Otomatis Jardi

Penggunaan penakar hujan jenis Jardi dimaksudkan untuk

memperoleh intensitas curah hujan pada suatu saat, terutama sekali

untuk curah hujan yang besar dan terjadi pada waktu yang singkat. Data

yang tercatat pada pias lebih jelas dibanding dengan penakar hujan jenis

lain. Penakar jenis ini sudah tidak lagi dipakai di Indonesia.

b. Penakar Hujan Otomatis Hilman

Penakar hujan jenis

Hillman merupakan suatu

instrument/alat untuk

mengukur curah hujan.

Penakar hujan jenis hellman

ini merupakan suatu alat

penakar hujan berjenis

recording atau dapat

mencatat sendiri. Alat ini

dipakai di stasiun-stasiun

pengamatan udara

permukaan. Pengamatan

dengan menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam

tertentu mekipun cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah. Alat ini

mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal

yang tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan perawatan yang

cukup intensif untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang sering

terjadi pada alat ini.

Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana

datanya sangat penting diperoleh untuk kepentingan BMG dan

masyarakat yang memerlukan data curah hujan tersebut. Hujan memiliki

pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia, karena dapat

memperlancar atau malah menghambat kegiatan manusia. Oleh karena

itu kualitas data curah hujan yang didapat haruslah bermutu dan

memiliki keakuratan yang tinggi. Maka seorang observer / pengamat

haruslah mengetahui tentang alat penakar hujan yang dipakai di stasiun

pengamat secara baik. Salah satu alat penakar hujan yang sering dipakai

ialah Penakar hujan jenis hillman.

c. Penangkar Hujan Otomatis Tipping Bucket

Tipping Bucket Raingauge merupakan alat penakar hujan yang

menggunakan prinsip menimbang berat air hujan yang tertampung

menggunakan bucket atau ember kemudian disalurkan dengan sebuah

skala ukur (pias) yang telah ditetapkan berdasarkan pengujian dan

kalibrasi. Berdasarkan catatan sejarah, pada tahun 1662 untuk pertama

kalinya Christoper Wren menciptakan sebuah perekam curah hujan type

tipping bucket rain gauge di Inggris dengan alat perekam menggunakan

kertas yang dibolongkan berdasarkan jumlah curah hujan yang terekam.

Pada perkembangannya, alat ini kemudian dihubungkan dengan pena

dan kertas pias yang berada pada silinder yang berputar untuk merekam

data curah hujan yang terjadi. Dalam perekaman ini di usahakan sedapat

mungkin untuk mengukur curah hujan hingga 0,2 mm atau bahkan 0,1

mm, dengan anggapan bahwa “1 mm hujan berarti ketinggan air hujan

dalam radius 1 m2 adalah setinggi 1 mm, dengan syarat bahwa air hujan

itu tidak mengalir, meresap,atau menguap“ Dengan teori seperti itu maka

setiap penakar hujan sedapat mungkin menggunakan prinsip itu

termasuk tipping bucket.

d. Raingauge Test Equipment

Raingauge test equipment adalah alat yang ini

digunakan untuk menguji/mengkalibrasi

peralatan penakar hujan, terutama dari jenis

tipping bucket. Alat ini menggunakan prinsip

putaran pompa yang alirannya diukur dengan

presisi flow meter. Air yang mengalir melalui

flow meter ini kemudian dialiri ketipping

bucket (sebagai simulasi dari air hujan yang

jatuh ke dalam raingauge yang sedang dikalibrasi). Jumlah air yang

tercatat di flow meter harus sama dengan jumlah air yang keluar dari

raingauge (harus seimbang antara tabung penampungan sebelah kiri dan

kanan). Selain itu jumlah tipping pada raingauge juga harus menunjukan

nilai yang sama dengan flow meter (tergantung tingkat keakurasian

raingauge).

e. Penangkar Hujan Otomatis Van Doorn

Pada dasarnya sistem mekanisme penakar hujan otomatis jenis

Van Doorn hampir sama dengan jenis Hellmann. Perbedaannya terdapat

pada bentuk alat, luas corong, dan beberapa bagian instrumennya. Pada

saat sekarang pemakaian jenis penakar ini tidak ada lagi.

Metode Rata – Rata Aljabar.

Diketahui :

P1 = 120 mm

P2 = 200 mm

P3 = 180 mm

P4 = 240 mm

P5 = 300 mm

Ditanyakan :

P = ..?

Penyelesaian

P = ∑i=1

i=51nPi

= 120+200+180+240+300

5

= 10405

= 208 mm (rata – rata Curah Hujan)

Metode Thiessen

A = Jumlah grid x luas x Skala2

Skala = 1 : 25.000

A1 = 39 x 1 cm2 x 25.0002

= 24.375.000.000 cm2

= 2,4374 km2

A2 = 48 x 1 cm2 x 25.0002

= 30.000.000.000 cm2

= 3 km2

A3 = 27 x 1 cm2 x 25.0002

= 16.875.000.000 cm2

= 1.,6875 km2

A4 = 47 x 1 cm2 x 25.0002

= 29.375.000.000 cm2

= 2.9375 km2

A5 = 15 x 1 cm2 x 25.0002

= 9.375.000.000 cm2

= 0,9375 km2

No. Stasium Luas Area (Km2) Curah Hujan

(mm)

Ai x Pi

P1 2,4 120 288

P2 3 200 600

P3 1,6875 180 303.75

P4 2,9375 240 705

P5 0,9375 300 281.25

Total 10,9625 2178

P = (2178) / (10,9625) = 198,6773 mm (rata – rata curah Hujan)

Metode Isohyet

Menentukan Jarak Interval

P5 – P1 = 300 mm – 120 mm = 180 mm (jarak dalam peta 15 cm)

P5 – P2 = 300 mm –200 mm = 100 mm (jarak dalam peta 9,5 cm)

P5 – P3 = 300 mm –180 mm = 120 mm (jarak dalam peta 10 cm)

P5 – P4 = 300 mm –240 mm = 60 mm (jarak dalam peta 7,6 cm)

Selang Interval dalam peta dalam 1 cm

P1 ke P5

180/15 = 12 (interval curah hujan 1 cm adalah 12 mm)

P2 ke P5

100/9,5 = 10,5 (interval curah hujan 1 cm adalah 10,5 mm)

P3 ke P5

120/10 = 12 (interval curah hujan 1 cm adalah 12 mm)

P4 ke P5

60/7,6 = 7,9 (interval curah hujan 1 cm adalah 7,9 mm)

A = Jumlah grid x luas x Skala2

Skala = 1 : 25.000

A1 = 50 x 1 cm2 x 25.0002

= 31.250.000.000 cm2

= 3,125 km2

A2 = 54 x 1 cm2 x 25.0002

= 33.750.000.000 cm2

= 3,375 km2

A3 = 30 x 1 cm2 x 25.0002

= 18.750.000.000 cm2

= 1,875 km2

A4 = 24 x 1 cm2 x 25.0002

= 15.000.000.000 cm2

= 1,5 km2

A5 = 5 x 1 cm2 x 25.0002

= 3.125.000.000 cm2

= 0,3125 km2

A6 = 50 x 1 cm2 x 25.0002

(<120mm)= 31.250.000.000 cm2

= 3,125 km2

Isohyet (mm) Area Antara

Isohyet ( km2)

Rata – Rata

Curah Hujan

(mm)

Volume Curah

Hujan (mm.km2)

300 0,3 300 90

240 1,5 270 405

200 3,375 220 742,5

180 1,875 190 356

120 3,125 150 468,75

< 120 (84 ) 0,6 102 61,2

Total 10,775 2123,7

Pav = 2123,710,775

= 197,0951 mm (rata – rata Curah Hujan adalah 197,0951 mm)