tugas 15 buku
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
1/42
TUGAS
RESENSI BUKU
WILDAN AHMAD AHLISH AMRULLAH
KELAS : 8 B
0
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
2/42
NO : 38
SMPN 4 SURABAYA
2015
1.Seribu Senyum dan Setetes Air Mata
Judul: Seribu Senyum dan Setetes Air Mata
Penulis: Myra Sidharta
Penerbit: Buku Kompas, 2015
Tebal: 328 Halaman
Cover buku ini menyebutkan bahwa buku ini merupakan kumpulan esai.
Bagi saya tidak. Apa yang ditulis oleh Myra saya rasa lebih merupakan
kumpulan catatan ataupun kolom Myra atas apa yang ditemuinya sehari-
1
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
3/42
hari. Menariknya, dari catatan-catatan ini kita diajak untuk merenungkan
berbagai hal, mulai dari kebudayaan, kemanusiaan, hingga politik.
Dari apa yang saya amati dari buku ini, saya melihat Myra memang
memiliki cakrawala pengetahuan yang luas, sehingga banyak hal yang dapat
ia singgung dalam tulisannya. Ini, saya kira, bukan saja merupakan hasil
kejeliannya mengamati apa yang terjadi di lingkungannya, melainkan juga
buah dari kekayaan subyektivitas Myra yang luar biasa. Seperti kita tahu,
ia adalah seorang psikolog sekaligus sinolog yang mumpuni.
Sebagai ahli sinologi, tidak mengeherankan jika Myra beberapa kali
menyampaikan sejumlah persoalan mengenai "nasib" Tionghoa peranakan
di Indonesia, misalnya mengenai asimilasi yang didorong oleh Orde Baru.
Karena alasan asimilasi keturunan Tionghoa di Indonesia diminta untuk
mengganti nama Tionghoa dengan nama asli Indonesia.
Meskipun Myra mengatakan dirinya setuju dengan proses ini, namun toh ia
tetap melihat bahwa mengganti nama Tionghoa dengan nama Indonesia
bukan perkara gampang. Sebab nama Tionghoa merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan daengan latar belakang budaya. Artinya, meminta
mengubah nama Tionghoa sama dengan merenggut keturunan Tionghoa
dari akar budaya mereka.
2.Seperti Bulan dan Matahari
2
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
4/42
Judul: Seperti Bulan dan Matahari
Penulis: Stanley Harsa
Penerbit: Penerbit Buku Kompas, 2015
Halaman: 253 Halaman
Sebagai mantan diplomat Amerika yang lama berada di Indonesia, dengan
lingakaran pergaulannya yang luas, ditambah pernikahannya dengan
seorang perempuan Indonesia, penulis buku ini memiliki pemahaman yang
cukup luas mengenai Indonesia. Tidak mengherankan jika pandangan-
pandangannya tentang Indonesia cukup berdasar dan tidak mengesankan
"hanya asal bicara".
Dalam kumpulan tulisannya ini, Harsha banyak melakukan kritik terhadap
sejumlah persoalan politik, ke budayaan, serta toleransi antar umat
beragama di Indonesia. Lewat kritiknya ia berusaha meluruskan pandangan
orang Indonesia yang keliru memahami kebijakan-kebijakan yang
diputuskan oleh pemerintah Amerika dalam sejumlah persoalan, sebut saja
3
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
5/42
mengenai terorisme setelah tragedi 911 tahun 2001. Tidak mengeherankan
jika kemudian buku terkesan memiliki aroma proganda Amerika di sana-
sini.
Namun, di sisisi lain ia juga tidak segan untuk mengritik pemerintah
Amerika dengan kebijakan-kebijakan terkait terorisme, misalnya saja
keputusan untuk menyerang Afganistan usai tragedi 911. Juga ketika
Presiden Bush mengeluarkan istilah-istilah yang dapat memperkeruh
suasana. Lihat saja ketika Harsha mengritik pernyataan Bush yang
menyebut istilah Islamofacism. Menurutnya, istilah ini kurang tepat, dan
dapat meluaskan ketidaksukaan umat Islam terhadap Amerika. Kritik
serupa juga disampaikan ketika Bush menggunakan istilah "Perang Salib"
yang jelas merujuk kepada perang melawan Islam.***
3.Ijab Kibul (Kumpulan Puisi Glenyengan)
4
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
6/42
Judul: Ijab Kibul (Kumpulan Puisi Glenyengan)
Penulis: Slamet Widodo
Penerbit: Pena Kencana, 2013
Tebal: 192 Halaman (hardcover)
Mendengar kata glenyengan, serius tapi guyon alias bercanda, saya selalu
teringat pada kumpulan kolom Umar Kayam yang pernah dimuat di harian
Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Di dalam kolom-kolom tersebut Umar
Kayam selalu menyampaikan sesuatu yang serius dengan cara yang jenaka.
Begitu juga dengan kumpulan puisi ini. Banyak persoalan yang terjadi di
sekitar kita disampaikan dengan lewat puisi dengan gaya yang mengundang
tawa. Tawa yang bukan dipicu oleh sekadar tingkat kelucuan sebuah puisi,
melainkan karena paradoks terdapat dalam puisi tersebut,
Gaya puisi Slamet Widodo mengungatkan saya pada gaya penulisan Linus
Suryadi ketika menulis Pengakuan Pariyem, ataupun F Rahardi ketika
menulis Migrasi Para Kampret. Gaya ini merupakan "perkawinan" antara
5
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
7/42
prosa dan puisi. Di sana tak ada bahasa ataupun pilihan kata yang
terlampau personal, namun bahasa ataupun pilihan kata yang mudah
dipahami oleh umum. Inilah yang membuat kumpulan puisi ini dapat
dinikmati oleh siapa saja.
Saya kutipkan salah satu puisi berujudul Belajar Golf Pertama Kali,
Di tempat memukul bola
aku mencoba mengayun
kuambil yang paling ringan
kuayun-ayunkan... kediku tertawa
"Itu pater, pak, untuk di green."
dasar kampungan aku tertawa
padahal green dan pater aku tak tahu itu apa
Puisi di atas memang menggambarkan seseorang yang baru pertama main
golf di kota besar. Na un secara umum ia menggambarkan karakter
manusia yang selalu kikuk menghadapi sesuatu yang baru. Paradoksnya, ia
tidak bertanya untuk mengetahui sesuatu yang baru, melainkan berlagak
sok tahu agak tidak dikira kampungan atau dianggan ndeso.
Antologi puisi ini menarik untuk dibaca. Dari buku ini kita diperlihatkan
berbagai persoalan, mulai persoalan dari politik, sosial, hingga
kebudayaan.***
6
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
8/42
4.Menembus Badai
Judul: Menembus Badai
Penulis: Wu Da Ying dan Peilin Go
Penerbit: Galang Pustaka, 2015
Tebal: 396 Halaman
Menjadi kelompok minoritas memang hampir selalu tak menyenangkan.
Dianaktirikan, ditindas atau bahkan dihilangkan hak-hak yang dimiliki
secara sepihak, adalah sesuatu yang mungkin dihadapi. Dua hal yang
dapat dilakukan untuk menghadapi hal ini. Pertama, bertahan dan
menghadapi segalanya. Kedua, menyerah dan mencari ruang yang dapat
menerima keberadaan kelompoknya.
7
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
9/42
Buku ini memberikan contoh bagaimana seseorang yang menjadi bagian
dari kelompok minoritas memperoleh perlakuan yang tidak menyenangkan
dari penguasa, dalam hal ini Orde Baru. Dengan bahan memori dan
sejumlah literatur, Wu Da Ying menggambarkan bagaimana kelompok
minoritas keturunan Tionghoa diperlakukan secara tidak adil oleh
penguasa.
Membubarkan sekolah Tionghoa tanpa memberikan solusi bagi para guru
ataupun siswa, dinilai sebuah tindakan perampasan hak warga negara.
Bayangkan saja, ketika sekolah-sekolah itu ditutup, kemana para siswa
harus melanjutkan sekolah? Bagaimana nasib para guru sekolah tersebut.
Wu Da Ying, yang lama tinggal di Indonesia secara jelas mempertanyakan
alasan-alasan yang digunakan oleh penguasa untuk menutup sekolah-
sekolah Tionghoa tersebut tanpa memperhatikan nasib para siswa. Padahal
sebagai warga negara, mereka juga melakukan kewajiban sebagai warga
negara.
Alhasil, tidak sedikit warga keturunan Tionghoa yang terpaksa angkat kaki
dari Indonesia. Tidak sedikit dari mereka yang telah mencintai Indonesia
harus meninggalkan Indonesia karena merasa hal-hak mereka sudah tidak
diperhatikan.
Wu Da Ying memang memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan
melanjutkan studi di luar negeri. Dengan kerja keras dan semangat ia
berhasil menyelesaikan studi di bidang sains dengan cemerlang.
Dari apa yang dikisahkan oleh Wu Da Ying, ada beberapa hal yang dapat
dicatat. Pertama, kerja keras dan perjuangan tanpa kenal lelah adalah
8
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
10/42
kunci kesuksesan dalam hidup. Hal ini juga yang diwariskan oleh keluarga
Wu Da Ying secara turun-temurun.
Selain itu, adalah penting untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi
orang lain, dan membantu mereka yang memerlukan pertolongan, tanpa
memandang etnis ataupun orientasi relijius orang lain***
5.Simplex Nganggo Berko
Judul: Simplex Nganggo Berko
Penyusun : Hermanu
9
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
11/42
Penerbit: Bentara Budaya, Yogyakarta, 2013
Tebal: 264 Halaman
Penggila sepedaonthel pasti bangga dengan koleksi sepeda yang dimilikinya.
Tak jarang mereka unjuk kegandrungan terhadap sepeda jenis ini dengan
cara yang unik. Mengenakan seragam tentaratempo doloe, atau bahkan
mengenakan pakaian khas pejabat Hindia Belanda masa lampau, adalah
cara yang lazim dilakukan untuk menunjukkan kegemaran mereka
terhadap sepedaonthel.
Sepedaonthel sendiri punya kisah yang unik. Benda ini tak sekadar alat
transportasi, melainkan juga menjadi bagian dari budaya masyarakat.
Salah satu buktinya adalah hadirnya syair atau gending yang
berjudulKring Kring karangan Raden Cajentus Hardjasoebrata (1905-1986)
yang tinggal di Yogyakarta.
Hal-hal seperti itulah yang dapat kita temui dalam buku ini. Dapat
dikatakan, buku ini merupakan salah satu upaya pendokumentasian
keberadaan onthel (walaupun hanya sebagian kecil saja) di masyarakat.
Dari catatan-catatan tersebut kita dapat melihat bahwa
sepedaonthel menjadi salah satu ikon masyarakat masa lalu yang kini
kembali dicari. Dicari kembali karena 26-40 tahun memang memiliki dayatarik yang membawa kita ke masa lalu, alias nostalgia.
Selain itu, di buku ini kita tak hanya melihat sejarahonthel, namun
bagaimanonthel juga menginspirasi banyak seniman untuk menciptakan
karya. Hal itu dapat kita lihat pada bab Cerita Tentang Sepeda yang berisi
sejumlah cerita pendek bertemaonthel.
10
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
12/42
Buku ini memang menyuguhkan kisah-kisah menarik seputaronthel.
Penggemaronthel sebaiknya membaca buku ini. Sayangnya buku ini tak
dijual luas, hanya dicetak sekitar 1.500 eksemplar saja. Memang, buku ini
diterbitkan dalam rangka pameranonthel yang digelar di Bentara Budaya
Yogyakarta, 2013 lalu.***
6. Dahsyatnya Hypno
IDENTITAS BUKU
Judul Buku: Dahsyatnya Hypnoparenting
Editor: Yoan Destarina
Penerbit: Penebar Plus+
Cetakan: I. Jakarta 2010, II. Jakarta 2010
11
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
13/42
Tebal: iv + 116 Halaman
ISBN: 978-602-8661-23-2
ULASAN BUKU
Kesuksesan berangkat dari keluarga. Dari keluargalah seseorang dibentuk
karakternya. Namun dalam perjalanannya, banyak orang tua yang menemui
berbagai kesulitan dalam mendidik anak. Anak malas belajar, tidak suka
makan, kurang percaya diri, anak yang nakal, dan masih banyak lagi.
Hypnoparenting adalah salah satu solusi bagi para orang tua yang
menemui kesulitan tersebut. Hypnoparenting berasal dari hipnosis dan
parenting. Hipnosis bukan sihir, hipnosis adalah pengetahuan dan teknik
berkomunikasi dengan sistem kerja otak. Sedangkan parenting adalah
segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas orang tua dalam
mendidik anak. Hypnoparenting menggunakan prinsip kerja hypnosis
(komunikasi dengan otak) dengan pengetahuan tentang bagaimana
mendidik anak dan menjadi orang tua yang mampu memahami
perkembangan anak untuk menuju kehidupan yang baik, sukses dan
bahagia.
Orang tua menjadi pelaku penting dalam hypnoparenting ini. Dalam
prakteknya, hypnoparenting adalah proses sugestif dengan menanamkan
kalimat-kalimat yang bersifat positif, contohnya, “kamu pintar dan rajin.
Kamu senang belajar dan selalu mengerjakan tugas dengan baik.” Waktu
paling efektif untuk memasukkan sugesti adalah menjelang tidur, saat
bangun tidur, pada waktu emosi anak meningkat, dan ketika anak dalam
keadaan terkejut. Agus Sutiyono selaku penulis sudah mulai membisikkan
kalimat sugestif terhadap anaknya, Citra Amalia Putri Sutiyono. Kalimat
12
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
14/42
yang selalu ia bisikkan setiap bangun tidur sejak Citra berusia 6 bulan
tersebut yaitu, “Terima kasih, ya Allah, aku sehat, aku bahagia, aku pintar,
dan baik hati.” Sugesti yang diberikan pada saat yang tepat ini ternyata
membentuk betul perilakunya. Citra tumbuh dengan emosi yang seimbang
dan disenangi teman-teman.
Dalam hypnoparenting, orang tua harus memiliki kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual yang tinggi untuk membantu anak-anak
mengoptimalkan kemampuan. Anak sebaiknya tidak dididik agar cerdas
tapi juga mampu berfikir kreatif, imajinatif, dan mempunyai emosi yang
stabil. Kreativitas orang tua dibutuhkan dalam menggunakan kalimat
sugesti yang tepat untuk anak.
Buku ini merupakan hasil belajar sang penulis di fakultas Magister
Manajemen IPMI Jakarta dengan spealisasi program Manajemen Sumber
Daya Manusia Pada tahun 1996. Selain itu, penulis juga mengikuti
Indonesia-Australia Specialist Project II, Human Rights Program-University
Of Sidney (UTS), Australia pada tahun 2003. Ditulis dengan bahasa yang
lugas nan santai dan berorientasi ke dalam keluarga, buku ini sangat cocok
dibaca oleh para orang tua. Kalimat-kalimat sugestif dalam buku ini sangat
beragam dan telah diterapkan oleh penulisnya sendiri yang memang
berhasil membentuk perilaku anaknya. Selain mendapat ilmu tentang cara
mendidik, mengubah atau membentuk perilaku anak, orang tua juga bisa
mendapat berbagai ilmu pengetahuan yang bisa mereka ajarkan kepada
anak-anak mereka, seperti pengertian hipnotis, mekanisme kerja otak dan
lain sebagainya. Buku ini juga cocok dibaca oleh kalangan remaja. Kalimat-
kalimat sugestif yang ada pada buku ini sangat bermanfaat dan dapat
mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
13
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
15/42
Desain gambar animasi yang banyak terdapat dalam buku ini justru
menjadi kekurangan karena buku ini berorientasi dalam kehidupan
keluarga yang ditujukan untuk dibaca orang tua. Selain itu, ada banyak
istilah-istilah dalam bahasa asing yang umumnya sukar dipahami oleh para
orang tua. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada, buku ini layak
dimiliki oleh semua kalangan khususnya orang tua yang menginginkan
anaknya menjadi pribadi yang baik. Mendidik anak layaknya menanam
pohon, jika kita benar secara perlakuannya, maka kita juga yang akan
memetik dan menikmati hasilnya. Sungguh Dahsyatnya Hypnoparenting.
7. Hujan Kepagian
Identitas buku
Judul buku : Hujan Kepagian
Pengarang : Nugroho Notosusanto
Penerbit : Balai Pustaka
14
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
16/42
Tahun Terbit : 2011
Jumlah Halaman : vi+62 halaman
Pembuka Resensi
Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri atas 6 buah cerita. Cerpen
tersebut mengisahkan tentang kesaksian tentang revolusi kemerdekaan.
Perlu diketahui bahwa tidak banyak karya sastra menampilkan kisah-kisah
di revolusi, yang kisahnya dialami sendiri oleh pengarangnya. Perang yang
diceritakan dalam cerpen tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa yang
berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya. Dalam
buku Hujan Kepagian ini juga bisa dilihat banyak sisi yang lebih
manusiawi. Pengarangnya sendiri juga terlibat langsung dalam perjuangan
kemerdekaan saat menjadi anggota tentara pelajar.
Jenis Buku
Pada buku Hujan Kepagian merupakan cerita nonfiksi karena pengarang
mengisahkan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan yang telah dialami
oleh pengarang itu sendiri.
Keunggulan Isi Buku
· Organisasi Buku :
Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat menarik. Dalam buku
ini antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat keterkaitan
sehingga mampu menarik pembaca.
· Isi Buku :
Dilihat dari isinya ceritanya sangat unik, menarik sehingga layak untuk
dibaca.
· Bahasa :
15
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
17/42
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
18/42
Identitas Buku
Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman : x + 292 Halaman
Cetakan : ke-14, januari 2008
ISBN: 979-3062-92-4
Pratinjau
Buku ini dapat dikatakan buku yang luar biasa hasil karya Andrea Hirata
seorang penulis buku ternama. Hal yang luar biasa bisa kita lihat dari
penyampaian alur cerita dan juga gaya bahasa yang ditulis dengan sangat
baik. Gaya bahasa ini mampu dikemas sangat baik dari awal hingga akhir
cerita. Jika ditinjau dari unsur intrinsiknya bisa dibilang novel ini tanpa
celah. Di setiap peristiwa dalam buku ini Andrea dapat menggambarkan
karakteristik dan juga deskripsi yang sangat kuat pada setiap karrakter yang ada. Bahasa yang digunakan dalam buku ini pun sangat menarik,
17
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
19/42
dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi yang sangat luas.
Novel ini menunjukkan kekayaan bahasa sekaligus juga keteraturan
berbahasa Indonesia. Dimulai dari istilah- istilah yang saintifik, humor
metaforis, hingga dialek dan sastra melayu bertebaran di sepanjang
halaman buku novel ini. Mulanya, cerita ini lebih bernuansa komikal
dengan latar kenakalan remaja . Canda tawa khas siswa SMA sangat kental
dalam novel ini. Namun jika lebih dalam menjelajahi setiap makna kata
akan terasa betapa kuat karakter yang muncul di tiap-tiap tokohnya.
Terlebih ketika Andrea membawa kita ke dalam kenyataan hidup yang
harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik
kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea berhasil kembali
membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu
besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat berhasil
mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.
Tidak hanya bicara masalah mimpi novel ini Andrea juga mencitrakan
kebijaksanaan seorang ayah yang luar biasa. Walaupun dalam keterbatasan
sang ayah terus menerus mendukung mimpi anaknya. Keadaan ini
membuat cerita dalam buku novel ini semakin seru dan juga mengharukan.
Seorang ayah yang sangat sabar dan juga anaknya yang sangat
menghormati ayahnya menjad penyempurna dalam buku novel ini membuat
novel ini sangat layak untuk dibaca dan kaya akan pesan pesan moral
Kelebihan dan Kelemahan
1) Kelebihan
18
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
20/42
Kelabihan dari novel ini bisa dilihat dari dari segi kekayaan bahasa dan
kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga
merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak
lepas dari kecerdasan Andrea memainkan imajinasi berfikir yang
dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang sangat berkelas. Andrea
juga menjelaskan tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi
adegan yang ada, sehingga pembaca akan selalu menantikan dan menerka-
nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan daripada novel ini
yaitu kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga
kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat.
2) Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir tidak punya kelemahan. Hal ini disebabkan
karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur,
deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik jika ditinjau dari
segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita,
novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus
akan novel yang bermutu.
Nilai Buku
Nilai Moral
Nilai moral yang terdapat pada novel ini terasa sangat kental. Sifat-sifat
yang ditunjukkan tiap karakter menunjukkan rasa humanis yang tinggi
dalam diri seorang remaja dalam menyikapi kerasnya kehidupan ini.
Nilai Sosial
19
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
21/42
Nilai sosial dalam novel ini sangat menonjol. Hal itu dibuktikan rasa setia
kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-
masing saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain
dalam mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai
batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang tinggi sebagai
orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat saling
membantu satu sama lain.
Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga terasa sangat kental terasa. Adat kebiasaan sekolah
tradisional yang masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada
gurunya, ataupun mata pencaharian warga yang sangat keras dan kasar
yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar jelas di novel ini. Sehingga
menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.
Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambarkan. Terutama pada
bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok
pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah Taikong (kyai)
yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga yang membuat novel ini
begitu kaya.
9. Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang
20
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
22/42
Judul Buku : Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang
Penulis : Pepih Nugraha
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Agustus 2013
Tebal : xii + 263 halaman
ISBN : 978-602-7888-62-3
Judul buku ini menyiratkan secara lugas sebuah panggilan cinta untuk
kembali. Pulang ke rumah, tempat segalanya berawal dan berasal. Senarai
kisah yang dirangkai dan ditulis oleh jurnalis senior Kompas, Pepih
Nugraha ini menyiratkan pesan yang begitu dalam dan menghentak : Cinta
Indonesia tak sebatas hanya utopia dan wacana belaka melainkan mesti
dimaknai sebagai upaya-upaya berkelanjutan untuk memelihara dan
mengimplementasikan semangat kebangsaan itu dalam seluruh lini
kehidupan, dengan aksi nyata, secara konsisten. Sesederhana apapun itu.
21
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
23/42
Membaca rangkaian 50 kisah yang ditulis dalam artikel-artikel pendek di
buku ini, pembaca seakan diajak untuk bercakap-cakap dan menyelami
cerita yang disajikan laksana sedang bertatap muka langsung dengan sang
penulis. Dengan kemampuannya mengolah kata, Pepih Nugraha,
menyajikan narasi sejumlah pengalaman yang pernah dialaminya dan
meraciknya kembali dengan satu benang merah : mencintai Indonesia,
tanah air tercinta, tanpa syarat.
Yang menarik adalah Kang Pepih–demikian kerapkali saya memanggilnya–
menyajikan dengan bahasa yang lugas, dengan pendekatan “rasa blogger”
ala jurnalisme warga(citizen journalism). Tak heran bila cerita yang
disajikan mengalir renyah, bersahaja dan “lincah”, sangat berbeda dengan
gaya reporter media arus utama yang terkesan baku dan formal. Dalam
beberapa kisah, Kang Pepih, yang juga adalah penggagas sekaligus pendiri
situs blog jurnalisme warga terkemuka di Indonesia “Kompasiana” ini,
bahkan menyelipkan kalimat-kalimat humor yang memancing senyum atau
bahasa daerah (dengan terjemahan) untuk menguatkan alur cerita.
Pesan moral yang dipaparkan dalam setiap cerita di buku ini merefleksikan
kejadian yang lekat dengan keseharian kita bahkan mengangkat kearifan
lokal yang mungkin kerapkali pernah kita dengar penuturannya dari orang-
orang terdekat. Sebut saja kisah yang berjudul“Ketika Mencuri Tak
Dianggap Aib Lagi di Ibu Pertiwi”dimana penulis mengawali kisahnya dengan
pengalamannya saat masih di kampung dulu ketika ada anak tetangga yang
mencuri kelapa muda, kemudian dihukum dan diinterogasi di pos hansip.
Karena malu, anak tersebut menghilang untuk sementara waktu karena
aib yang dideritanya. Diceritakan pula ada gadis tetangga jauh yang
terpaksa melakukan hal serupa (menghilang sementara) akibat dikabarkan
22
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
24/42
hamil diluar nikah. Kisah itu kemudian mengalir pada fenomena yang
terjadi saat ini dimana koruptor yang mencuri uang rakyat malah dengan
bangga menyatakan mampu memberi harta kepada istri-istri, anak dan
keluarga hingga tujuh turunan. Tak ada sedikitpun rasa malu bahkan
merasakan itu sebagai aib yang sangat tercela.
10.Kopi Sumatera di Amerika
Judul Buku : Kopi Sumatera di Amerika
Penulis : Yusran Darmawan
Penerbit : Noura Books
Cetakan : I, Desember 2013
Tebal : xiii + 251 halaman
23
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
25/42
ISBN : 978-602-1606-08-7
Saya selalu menyukai gaya menulis Yusran Darmawan di blog, yang tahun
silam dinobatkan sebagai Kompasianer of the Year ini. Untaian kalimatnya
terangkai rapi dengan narasi yang indah dan menggugah membuat saya
selalu merasa betah untuk membacanya dari paragraf pertama hingga
paragraf terakhir. Renyah, segar dan inspiratif.
Saat mendapatkan kabar bahwa buku karyanya “Kopi Sumatera di Amerika” telah terbit, saya buru-buru memesannya lewatGramedia Online.
Alhamdulillah, minggu lalu, buku ini telah tiba dan segera saya baca
tuntas. Meski nyaris semua isi buku yang sebelumnya sudah pernah
ditayangkan di blog ini sudah saya baca, namun membacanya kembali
sungguh membawa sensasi tersendiri.
Buku “Kopi Sumetera di Amerika”(selanjutnya
saya sebut KSDA) ini seakan membawa imajinasi kita “bertamasya” ke
sebuah negeri nun jauh dan kerapkali menjadi impian semua orang–
termasuk saya — untuk mendatanginya. Dengan lincah, Yusran
24
http://timur-angin.com/http://timur-angin.com/http://gramediaonline.com/http://gramediaonline.com/http://timur-angin.com/
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
26/42
menuturkan pengalamannya mulai di halaman pengantar tentang
bagaimana “jasa”ngeblog di Kompasiana yang mengantarkannya
memperoleh beasiswa di negeri Paman Sam itu. Yusran bertutur dalam
artikel berjudul“Berkat Kompasiana, Dapat Beasiswa Ke Luar Negeri” itu :
Dulunya, aku hanya bisa bermimpi tentang belajar di negeri orang lain. Aku
hanya bisa berkhayal, tanpa tahu kapan kesempatan itu akan menyapa.
Bahkan ketika para sahabat mengirimkan aplikasi untuk beasiswa, Aku
hanya menyaksikannya saja, tanpa sedikitpun keinginan untuk mencoba
peruntungan. Aku kerap pesimis saat hendak menjalani sebuah seleksi. Aku
sering merasa bahwa diriku bukan tipe orang yang beruntung sebagaimana
kisah Aladin penemu lampu wasiat atau Ali Baba yang menemukan gua
berisi harta karun.
Dua tahun silam, seorang kawan pernah berbisik bahwa saat dirimu tak
pernah mencoba, maka dirimu tak pernah punya kesempatan. Maka selagi
ada kesempatan, cobalah berbagai peluang. Saat dirimu mencobanya, maka
dirimu punya kesempatan untuk mencetak keajaiban. Kalimat ini serupa
mantra yang menyalakan sesuatu dalam jiwaku. Ada inspirasi yang tiba-tiba
menyelusup. Barangkali, kehidupan adalah sebuah panggung di mana kita
mesti menjemput beragam peluang. Kita mesti menghadapi hidup
sebagaimana seorang nelayan yang setia menebar jaring di mana-mana. Tak
semua jaring akan menghasilkan ikan, namun dengan cara menebar di
mana-mana, ia sedang memperbesar peluang. Ia sedang menebar harapan.
Ya, Yusran mengawali buku ini dengan bagaimana ia merentang impian dan
kemudian menggapainya sekuat tenaga, tanpa menyerah. Berkat aktifitas
ngeblog di Kompasiana, proposalnya untuk mendapatkan beasiswa IFP-Ford
akhirnya terwujud. Ia terpilih menjadi salah satu dari 50 pemenang
beasiswa IFP (International Fellowship Program) dari ratusan peminat yang
25
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
27/42
mendaftar. Dan dari sinilah rangkaian kisah menarik perjalanan seorang
pemancing ikan, putra seorang guru biasa di pulau Buton ini menjalani
kehidupan di Amerika berawal.
Ada 5 bab terdapat dalam
buku KSDA yang masing-masing berisi 5 sampai 13 artikel.
Pada bab pertama bertajuk “Menjemput Takdir”, Yusran menceritakan
bagaimana romantika perjalanannya pertama kali menginjak benua
Amerika. Saya sempat ikut tegang membaca ketika Yusran menceritakan
kegugupannya saat hilangnya tas ransel yang berisi sejumlah dokumen
penting sebelum menghadapi proses imigrasi di bandara (“Kerikil-Kerikil
Menuju Ohio”, halaman 3). Yang membuat saya tersenyum, saat
pemeriksaan imigrasi sang petugas Bandara menanyakan arti kalimat yang
tertulis pada baju yang dipakainya“Walaupun Aku Buaya, Namun Aku
Sudah Tobat & Menjadi Vegetarian” (halaman 9). Di artikel lain, pada bab
26
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
28/42
yang sama, Yusran mengisahkan kecemasan pada kemampuan bahasa
Inggris yang sangat rendah dan bagaimana ia menyiasati kendala tersebut
(“Bahasa Inggris Hancur, Cumlaude di Amerika”, halaman 11 &“Ini Soal
Kemampuan Bertahan!”, halaman 17).
Pada Bab 2 yang bertajuk “ Ada Indonesia di Negeri Paman Sam”, Yusran
dengan memikat menceritakan sejumlah ikon-ikon Budaya dan sosial di
Indonesia begitu dikenal dan sangat populer di Amerika. Lihatlah
bagaimana ia menceritakannya dalam artikel “Kuda Lumping di Kuliah
Doktor” (halaman 33) atau“Bule-Bule Amerika Cinta Indonesia” (halaman
45). Saya sangat terkesan pada artikel “Petualangan Kosasih di Bumi
Amerika” (halaman 63) yang menceritakan bagaimana karya maestro Komik
terkenal negara kita RA Kosasih begitu dihargai disana bahkan disimpan di
Library of Congress, perpustakaan terbesar dunia yang terletak di jantung
kota Washington DC. Tidak hanya itu, di bab ini, Yusran memaparkan
kiprah mengagumkan seorang Imam Masjid Terbesar di New York, Syamsi
Ali, yang berasal dari Bulukumba Sulawesi Selatan dan dinobatkan sebagai
salah satu dari 7 pemimpin agama paling berpengaruh di New York, yang
dianugerahkan olehNew York Magazine(“Imam Bugis di Masjid Terbesar
New York”, halaman 95)
27
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
29/42
Di Bab 3 yang berjudul“Tak Selalu
Adidaya”, Yusran mengulas fenomena sosial di negeri Paman Sam, mulai
dari“Washington DC, Kota yang Muram” (halaman 107) hingga “Syair Lirih
Bangsa Indian” (halaman 147). Pada bab ini, saya seakan diajak Yusran
berjalan-jalan menyusuri dinamika kehidupan sosial masyarakat Amerika.
Saya menyukai bagaimana Yusran mengisahkan kisah Petani di Athens,
Ohio yang memiliki posisi yang sejajar dengan semua profesi, berbeda
dengan di Indonesia dimana Petani identik dengan kebodohan, kekotoran
atau akses pendidikan yang rendah (“Pasar Petani, Pasar Kehidupan”,
halaman 143).
“Warna Warni Amerika” adalah judul yang tertera di Bab 4. Disini Yusran
mengupas keanekaragaman sosial budaya di negeri Paman Sam yang unik
dan mengesankan. Saya sempat tercenung membaca artikel“Hidup Mati
Perpustakaan Amerika” (halaman 165) yang dengan lugas memaparkan
28
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
30/42
pengelolaan perpustakaan di desa kecil Athens. Disitu, ayah satu anak (Ara)
yang juga dinobatkan sebagai Reporter Terbaik Kompasiana 2013 ini
menulis:
Sepulang dari situ, aku membayangkan bagaimana nasib perpustakaan di
tanah air. Hampir semua orang tahu bahwa di tanah air, perpustakaan
umum, apalagi perpustakaan yang berlokasi di daerah adalah tempat yang
berdebu dan kusam. Perpustakaan serupa gudang tempat menyimpan buku-
buku dengan koleksi yang tidak pernah di-update. Perpustakaan hanya
berisi ruang buku, serta ruang baca. Itupun suasananya sangat kusam dan
kaku.
Sementara di tempat seperti desa kecil Athens di Amerika, perpustakaan
adalah jantung kegiatan warga. Perpustakaan dihidupkan oleh komunitas,
menjadi tempat berinteraksi, serta membangun keakraban dengan banyak
orang. Perpustakaan menjadi tempat memulai aktivitas, baik aktivitas yang
berhubungan dengan sharing pengetahuan, ataupun aktivitas bermain, yang
juga menguatkan inteligensi seorang anak.
Yang mengesankan bagiku adalah kegiatan yang variatif serta menyentuh
banyak lapisan usia, serta daya dukung komunitas, yang menjadikan
perpustakaan tidak saja sebagai tempat untuk membaca semua buku
terbaru, namun juga kesadaran untuk menjaganya bersama, serta
mengisinya dengan beragam aktivitas yang bisa menguatkan solidritas serta
menjalin keakraban dengan banyak orang.
Di bab pamungkas bertajuk“Cinta Rasa Amerika”, Yusran menyajikan
rangkaian keunikan “wajah” Amerika serta interaksi lintas budaya yang
ditemuinya. Lihat saja misalnya bagaimana suami dari Dwiagustriani ini
menceritakan kisah sahabatnya, Nanang Erma Gunawan yang melakukan
29
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
31/42
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
32/42
Jenis Buku : Buku non-fiksi
Judul : Kiai Ahmad Dahlan (Jejak Pembaruan Sosial dan
Kemanusiaan)
Pengarang : Abdul Munir Mulkhan
Tahun Terbit : 2010
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tebal Buku : 150 halaman
Ringkasan :
Seabad lalu, kemanusiaan merupakan salah satu prinsip pemikiran penting
dari founding adalah father Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan. Sayang,
31
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
33/42
generasi penerus Muhammadiyah telah melupakan etika welas asih atas
yang universal bagai dan kontekstual dengan rendah kondisi masyarakat
Indonesia tersebut.
Bahkan, gagasan kemanusiaan dan kebangsaan mereka Kiai Ahmad Dahlan
kamu pernah dikhianati oleh sebagian generasi penerus yang mengaku
sebagai pewaris Muhammadiyah. Mereka terjebak pada pengecilan makna
gerakan perubahan yang dimotori Kiai Ahmad Dahlan belum menjadi hanya
sekadar gerakan penumpasan untuk TBC (takhayul, bidah, khurafat).
Mereka pun terjebak pada pengulangan atau sekadar mencontoh apa yang
sudah pernah dilakukan Kiai Ahmad Dahlan.
Ketika masih murni sebagai organisasi yang didasarkan atas etika welas
asih, Muhammadiyah memiliki benar sikap yang terbuka pada modernitas.
Muhammadiyah juga menunjukkan dengan nyata keberpihakan pada kaum
proletar. Karenanya, meski berbasis agama, gerakan Muhammadiyah
mengundang simpati banyak kalangan dari beragam latar belakang social
budaya.
Namun kini, mengapa gerakan reformasi kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan,
yang bersumber pada ayat ayat kitab suci dan sunnah Rasul, belakangan
terkesan lebih terbatas pada sekadar kegiatan mencari penempatan atau
posisi politik? Pertanyaan besar inilah yang dicoba dijawab Prof. Abdul
Munir Mulkhan, yang merupakan salah satu karya tulis paling jujur dan
luar komprehensif dalam memetakan berbagai gagasan dan pemikiran Kiai
Ahmad Dahlan.
32
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
34/42
12. EQ : Abraham Lincoln
Jenis Buku : Buku non-fiksi
Judul : EQ : Abraham Lincoln
Pengarang : Kim Nam-Kil
Tahun Terbit : 2009
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal Buku : 160 halaman
Ringkasan :
33
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
35/42
Abraham Lincoln atau Abe percaya bahwa semua orang memiliki derajat
yang sama. Karena itu, Lincoln menjadi presiden dan mengusahakan
persamaan derajat bagi semua orang, dan melarang perbudakan. Seseorang
memiliki kemampuan untuk mengasihi. Karena itu, semangat landasan
demokrasi yang adalah menghormati sesama manusia, masih mengalir di
dalam dada kita.
Abraham Lincoln atau Abe dan yang dipanggil bapak orang akan kulit
hitam, karena melindungi hak-hak orang kulit hitam, melarang
perbudakan, dan pemimpin persamaan derajat manusia. Terlahir itu
sebagai putra manis seorang pionir, rajin karena kondisi keuangan wanita
keluarganya, Abe hanya dapat sekolah selama satu tahun. Dari kecil Abe
giat datang bertani dan melakukan pekerjaan rumah. Ketika terjun ke
masyarakat, Abe bagus melakukan berbagai macam pekerjaan, dan
mengumpulkan banyak pengalaman berharga.
Abe pria yang suka membaca buku dan memiliki kemauan belajar yang
kuat, selalu belajar disela-sela pekerjaannya. Karena itu, Abe berhasil lulus
ujian menjadi bagai pengacara untuk di usianya yang ke 27. Setelah
menjadi pengacara, Lincoln yang selalu membantu orang yang kesusahan,
memulai kariernya di bidang politik demi melindungi hak-hak orang kulit
hitam.
Setelah menjadi politikus, Abe yang selalu mencari keadilan dan kejujuran
mendapatkan hormat dari semua orang. Lincoln telah mengukir sejarah
baru dengan terpilih dua kali menjadi presiden yang menjunjung tinggi rasa
saling mengasihi sesama, dan demokrasi yang sederajat. Lincolnmemberikan sumbangan dengan membuat fondasi demokrasi Amerika yang
34
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
36/42
seperti kita tahu sekarang ini, dan fondasi demokrasi seluruh dunia.
Lincoln mempersembahkan hidupnya bukan untuk mengejar kebahagiaan
dirinya sendiri, tapi kebahagiaan dan kebebasan orang lain.
13.
Jenis Buku : Buku non-fiksi
Judul : A Beautiful Mind – Kisah Hidup Seorang Genius
Penderita
Sakit Jiwa Yang Meraih Hadiah Nobel
Pengarang : Sylvia Nasar
Tahun Terbit : 2005
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 625 halaman
35
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
37/42
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
38/42
14. 100 Tahun Mohammad Natsir Berdamai dengan Sejarah
Jenis Buku : Buku non-fiksi
Judul : 100 Tahun Mohammad Natsir Berdamai dengan
Sejarah
Pengarang : Bactiar Chamsyah
Tahun Terbit : 2008
Penerbit : Republika
Tebal Buku : 497 halaman
37
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
39/42
Ringkasan :
Muhammad Natsir (1908-1993), Perdana Mentri 1950-1951, “Raksasa
terakhir diantara tokoh nasionalis dan pemimpin politik RevolusionerIndonesia” tokoh sentral dalam peralihan Republik Indonesia Serikat Negara
Kesatuan, mengalahi nasip keras tragis. Setelah ditahan selama beberapa
tahun oleh rezim Orde Lama sampai dibebaskan rezim Orde Baru, dihari
meninggalnya bahkan sampai kini, ia tidak mendapatkan penghargaan apa-
apa dari Negara atas apa yang pernah ia nakhodai. Negara kesatuan diingat
dan dijaga, tetapi negarawan arsitek utama NKRI, tutup usia dan
dicampakkan dari sejarah.
Taufik Abdullah: Kekalahan paling dramatis bukanlah yang terjadi pada diri
natsir. “kekalahan“ yang paling tragis terjadi ketika “ Bapak bukan bangsa
dan pemimpin Besar Revolusi”, yang sejak mereka muda sedang berjuang
bagi kemerdekaan bangsa, menemukan dirinya ditolak oleh bangsa pergi
yang dicintainya. “kekalahan” tidak kurang tragisnya ialah ketika “ Bapak
Pembangunan”, yang telah “mengubah peta Indonesia” harus menerima
kenyataan bahwa kehadirannya tidak diinginkan lagi dan perilakunya
dijadikan sebagai contoh dari perbuatan yang tidak pantas.
Jakob Oetama : Saya amat terkesan oleh hubungan baik bahkan
persaudaraan sudah akrab antara buka Pak Natsir dengan kami Pak
Kasimo, anda pemimpin manis Partai Katolik. Persahabatan Pak Natsir
dengan Pak Kasimo amat mengharukan. Padahal dimimbar politik antar
mereka tak jarang terjadi perbedaan pandangan politik. Warisan politik
berdemokrasi yang mulia dan berguna. Perbedaan pendapat bahkan konflik
pendapat dalam memikir politik serta tidak menggangu persahabatan dan
38
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
40/42
persaudaraan. Dan juga tidak mengurangi komitmen bersama untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
15. A to Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan, Kosmetik, Dan
Aromaterapi
Jenis Buku : Buku non-fiksi
Judul : A to Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan,
Kosmetik,
39
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
41/42
Dan Aromaterapi
Pengarang : Koensoemardiyah
Tahun Terbit : 2010
Penerbit : Andi Publisher
Tebal Buku : 82 halaman
Ringkasan :
Kini, kebutuhan akan minyak atsiri semakin meningkat, namun
ketersediaannya di pasaran khususnya di Indonesia masih kurang
memadai. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak jenis
tanaman yang banyak mengandung minyak atsiri, namun produksi minyak
atsiri dari tanaman-tanaman tersebut belum banyak dilakukan. Minyak
atsiri tidak hanya dijual untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri,
tetapi dapat pula dijadikan komoditi ekspor.
Cara produksi minyak atsiri pergi yang paling banyak dilakukan adalah
hidrodistilasi adalah proses produksi minyak dengan cara penyulingan uap
air yang menggunakan pemanas konvensional
Tentunya, cara tersebut dipilih bagus karena paling mudah untuk
dilaksanakan dan peralatan yang digunakan pun tergolong sederhana.
Selain peralatan dan prosedur yang benar, perihal pemanenan dan
penyiapan bahan baku juga perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil
40
-
8/19/2019 Tugas 15 Buku
42/42
yang sangat optimal.
Buku A to Z Minyak Atsiri ini dapat banyak berisi saran-saran untuk para
petani yang ingin berkecimpung dalam usaha produksi minyak atsiri. Buku
ini sebenarnya merupakan pelengkap dari buku sebelumnya yang berjudul
A-Z Aromatherapy miskin untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kecantikan.
Oleh karena itu, pada bagian akhir buku ini dimuat tambahan tentang
aromaterapi yang erat hubungannya dengan minyak atsiri, yaitu cara
pencampuran minyak yang atsiri (blending).