tri wulan anita self regulated

Upload: naya-pebriana

Post on 05-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

  • Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559

    SELF REGULATED BEHAVIOR PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS

    Tri Wulandari1Anita Zulkaida2

    Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma [email protected]

    [email protected]

    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai self regulated behavior pada remaja putri yang mengalami obesitas, dan faktor yang mempengaruhi self regulated behavior pada subjek yang mengalami obesitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putri yang berusia antara 18 sampai 22 tahun yang berjumlah 3 orang dan mengalami obesitas. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara terpimpin dan observasi partisipan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketiga subjek dalam penelitian ini memiliki self regulated behavior yang cenderung kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari ketiga komponen yang berkaitan dengan self regulatednya yaitu self monitoring/self observation, self evaluation/judgemental process, dan self reaction/self reinforcemen. Secara umum subjek tidak dapat menghadirkan aksi/tindakan yang menunjang dalam proses self regulated behaviornya. Self regulated behavior ketiga subjek juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kata kunci : Self regulated behavior, obesitas, dan remaja putri.

    PENDAHULUAN Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, namun juga merupakan masa yang kritis dan sulit, karena merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Berkaitan dengan pertumbuhan fisik tersebut, bentuk tubuh yang ideal dan wajah yang menarik merupakan hal yang diidam-idamkan hampir oleh semua orang, apalagi bagi banyak remaja yang mulai mengembangkan konsep diri dan juga hubungan heteroseksual. Untuk itu kecenderungan menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian anak pada masa puber dan menjadi sumber keprihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja (Hurlock, 1980).

    Menurut Mayer (dalam Effendi, 1992) obesitas merupakan keadaan patologis karena terjadi penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan, sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit yang serius, seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit pernafasan. Dampak lain yang sering diabaikan adalah bahwa obesitas dapat mempengaruhi faktor kejiwaan pada anak, yakni sering merasa kurang percaya diri. Apalagi kalau anak berada pada masa remaja dan mengalami obesitas, biasanya akan menjadi pasif dan depresi, karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya

    http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/3/7/ce2.html,).

    Menurut Papalia, Olds, Feldman dan Rice (dalam Dariyo, 2004) ada tiga faktor penyebab obesitas yaitu faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor kecelakaan. Faktor fisiologis adalah faktor yang berasal dari berbagai variabel baik yang bersifat herediter maupun yang bersifat non herediter. Dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan obesitas, dari faktor-faktor tersebut salah satunya berhubungan dengan pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi dan jenis kegiatan yang dilakukannya. Ini berarti, jika individu dapat mengatur pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsinya serta jenis kegiatan yang dilakukannya, maka dirinya dapat menanggulangi obesitas atau paling tidak mengurangi dampak negatifnya. Semua ini tidak lepas dari pengaturan pada diri individu untuk mengendalikan dirinya sendiri atau yang sering disebut dengan self regulated behavior.

    Secara umum self regulated adalah tugas seseorang untuk mengubah respon-respon, seperti mengendalikan impuls perilaku (dorongan perilaku), menahan hasrat, mengontrol pikiran dan mengubah emosi (Kowalski, 2000). Komponen-komponen yang berkaitan dengan self regulated adalah self monitoring/self observation, self evaluation, dan self reaction/self reinforcement. Hal lain yang juga berkaitan dengan self regulated diantaranya adalah self efficacy, moral conduct, dan delay of gratification.

    Dari uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa self regulated behavior dapat dikaitkan

    Self Regulated Behaviour Pada Wulandari B51

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/3/7/ce2.htmlhttp://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/3/7/ce2.html

  • Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559 dengan masalah obesitas. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menggali konsep tersebut dengan lebih mendalam mengenai self regulated behavior pada remaja putri yang mengalami obesitas. TINJAUAN PUSTAKA Obesitas Pengertian obesitas Menurut Mayer (dalam Effendi, 1992) obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Papalia dkk (2002) berpendapat obesitas adalah

    kondisi kelebihan berat badan yang didefinisikan sebagai ukuran lipatan kulit yang melebihi 85%. Sedangkan menurut Dariyo (2004) yang dimaksud dengan kegemukkan (obesitas) adalah kelebihan berat badan dari ukuran normal yang sebenarnya.

    Klasifikasi Dalam Obesitas Menurut klasifikasi World Health Organization (WHO) (dalam Mangoenprasodjo, 2005), pengklasifikasian obesitas dilakukan dengan cara :

    Berat badan (dalam kg) ( Tinggi badan (m) )2

    Tabel 1.

    Indeks Massa Tubuh Menurut World Health Organization (WHO) Kategori IMT (kg/m2) Resiko Penyakit

    Penyerta Underweight < 18,5 Rendah

    Normal 18,5 24,9 Rata-rata Overweight 25,0 29,9 Meningkat Obesitas I 30,0 34,4 Sedang Obesitas II 35,0 39,9 Parah Obesitas III 40,0 Sangat Parah

    Sumber: Mangoenprasodjo (2005) Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Obesitas Menurut Papalia, Olds, Feldman, dan Rice (dalam Dariyo, 2004) faktor penyebab obesitas yakni : a. Faktorfaktor fisiologis

    Faktor-faktor fisiologis dapat bersifat herediter maupun non herediter. Variabel yang bersifat herediter (internal faktor) merupakan variabel yang berasal dari faktor keturunan. Sedangkan variabel non herediter (eksternal faktor) yakni faktor yang berasal dari luar individu, seperti jenis makanan yang dikonsumsi dan taraf kegiatan yang dilakukan individu. b. Faktor-faktor Psikologis

    Sebab-sebab psikologis terjadinya kegemukan, ialah bagaimana gambaran kondisi emosional yang tidak stabil (unstabil emotional) yang menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri (self-mechanism defence) dengan cara banyak makan-makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi. Kondisi emosi ini biasanya bersifat ekstrim, artinya menimbulkan gejolak emosional yang sangat dahsyat dan traumatis. c. Faktor Kecelakaan atau Cidera Otak

    Salah satu penyebab terjadinya kegemukan adalah karena faktor kecelakaan

    yang menimbulkan kerusakan otak terutama pada pusat rasa lapar. Kerusakan syaraf otak ini menyebabkan individu tidak pernah merasa kenyang, walaupun telah makan makanan yang banyak, dan akibatnya badan individu menjadi gemuk.

    Self Regulated Behavior Pengertian Self Regulated Behavior Hergenhann (1984) berpendapat, self regulated behavior adalah proses mengatur dan mengendalikan perilaku manusia. Sedangkan menurut Kowalski (2000), self regulated diartikan sebagai tugas seseorang untuk mengubah respon-respon, seperti mengendalikan impuls-impuls perilaku, menahan hasrat, mengontrol pikiran, dan mengubah emosi. Watson (1989) berpendapat, self regulated adalah instruksi diri untuk mengadakan perubahan pada perilaku seseorang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self regulated behavior merupakan proses pengaturan diri seseorang dalam mengendalikan perilaku, menahan hasrat, mengontrol pikiran, dan mengubah emosi.

    Self Regulated Behaviour Pada B52 Wulandari

  • Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559 Komponen Self Regulated Behavior Dimatteo (1991) menentukan tiga syarat utama dari self regulated yang hampir sama dengan teori faktor internal yang dikemukakan oleh Bandura yaitu: a. self monitoring atau self observation

    Yang melibatkan dengan sengaja dan secara hati-hati menyertai terhadap detil-detil yang tepat atas perilaku seseorang. Kemudian dapat menganalisa pola-pola perilakunya sendiri, seperti mood yang memicu makan berlebihan. Peluang yang besar dapat terungkap yang akan membantu dalam perubahan perilaku. b. self evaluation.

    Perilaku-perilaku yang dinilai melalui self monitoring dibandingkan dan dihadapkan kriteria yang spesifik atau ideal. Contohnya, seseorang membandingkan persentase dari kalori harian yang diperoleh dari lemak dengan takaran ideal 20%. Terkadang, sedikit banyak terungkap oleh seseorang melalui self monitoring dan self evaluation bahwa perilaku tersebut dimodifikasi tanpa intervensi yang lebih jauh. c. self reinforcement.

    Penghargaan diri atau penguatan pada dirinya sendiri untuk menyesuaikan perilaku atau mendekati tujuan. Contohnya, setengah jam beroleh raga dapat secara reguler diberi hadiah dengan 10 menit di dalam ruang uap (sauna) klub.

    Selain komponen-komponen yang telah

    disebutkan diatas, Hergenhann (1984) juga mengemukakan tiga komponen yang mempengaruhi dalam perilaku pengaturan diri (self regulated behavior) diantaranya adalah: a. Self Efficacy

    Self efficacy berhubungan dengan penilaian bagaimana seseorang menyadari kemampuan mereka untuk melakukan suatu perilaku/tindakan yang berhubungan dengan suatu tugas (Hjelle & Ziegler, 1992). Dengan begitu, menurut Hergenhann (1984) seseorang yang memiliki preceived self efficacy yang tinggi akan terus mencoba, memperoleh lebih banyak, dan bertahan lebih lama teradap suatu tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki self efficacy dalam tingkat yang lebih rendah. Hal ini menggambarkan mampu atau tidaknya individu untuk melakukan sesuatu seperti yang diinginkannya. b. Peraturan Moral (Moral Conduct)

    Menurut Bandura (dalam Hergenhann,1984) moral conduct adalah prinsip-prinsip standar dari apa yang baik maupun yang buruk melalui proses internalisasi. Terdapat sejumlah mekanisme kognitif yang dapat

    membuat seseorang dapat bertindak bertentangan dengan prinsip-prinsip moral yang dimiliki tanpa menimbulkan perasaan bersalah. Karena itu diperlukan adanya self regulated untuk mengarahkannya. Mekanisme tersebut dinyatakan oleh Bandura dalam beberapa hal salah satunya adalah moral justification atau justifikasi moral, yaitu perilaku yang memiliki tujuan yang lebih tinggi sehingga dapat dibenarkan. Contohnya disini seperti Saya mencuri untuk menghidupi keluarga saya. Dengan mekanisme ini penderita obesitas juga sangat mungkin dapat melakukan hal yang sama. Individu tersebut akan dapat mengatakan bahwa dirinya tidak melakukan kendali terhadap pola makannya karena khawatir akan membuat mereka sakit, dikarenakan kurangnya mengkonsumsi makanan. c. Delay of Gratification atau Penundaan

    Kepuasan Delay of gratification adalah suatu

    proses penundaan kepuasan sesaat, ini juga merupakan aspek dari self regulated behaviour yang dipertimbangkan oleh Mischel (dalam Hergenhann, 1984). Kemampuan untuk menunda kepuasan sesaat berkaitan dengan beberapa faktor, seperti keyakinan seseorang bahwa tujuan dimasa mendatang akan lebih baik, pengalaman lampau seseorang dalam menunda kepuasan sesaat, nilai dari tujuan dimasa datang, dan keyakinan seseorang bahwa dirinya dapat meningkatkan preceived self efficacy. Delay of gratification pada remaja putri yang mengalami obesitas sangat mungkin berkaitan dengan pegendalian impuls/dorongan perilakunya terhadap makan yang berlebihan serta menahan hasrat terhadap jenis makanan tertentu, juga mengatur jenis kegiatan yang akan dilakukan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Behavior Ada dua faktor yang mempengaruhi Self Regulated Behavior yaitu: a. Faktor Eksternal dalam Self Regulated

    Faktor eksternal mempengaruhi self regulated setidaknya dalam dua cara yaitu: 1). self regulated menghadirkan standar evaluasi

    untuk orang terhadap perilaku mereka sendiri.

    2). Faktor eksternal membantu self regulated dengan menghadirkan penggunaan dari penguatan.

    b. Faktor Internal dari Self regulated Faktor eksternal berinteraksi dengan

    faktor internal maupun personal dalam self regulated. Bandura (dalam Feist & Feist, 2002)

    Self Regulated Behaviour Pada Wulandari B53

  • Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559 melihat adanya tiga syarat internal dalam latihan yang terus-menerus dari self influence: 1). Self Observation 2). Judgemental Process 3). Self-Reaction METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah remaja putri yang berusia antara 18 sampai 22 tahun yang mengalami obesitas. Jumlah subjek penelitian ini berjumlah tiga orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara terpimpin (dengan subjek dan significant oter) dan observasi partisipan, HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Obesitas Gambaran obesitas (menurut perhitungan klasifikasi World Health Organization (WHO) pada subjek kedua dan ketiga memiliki persamaan, yaitu pada obesitas tingkat kedua (berat badan subjek kedua 86 kg dengan tinggi 154 cm dan berat badan subjek ketiga 83 kg dengan tinggi 153 cm). Sedangkan pada subjek pertama berada pada tingkatan yang lebih ringan, yaitu pada tingkat overweight (berat badannya 70 kg dengan tinggi 158 cm b. Faktor Penyebab Obesitas

    Faktor penyebab terjadinya obesitas pada ketiga subjek hampir memiliki kesamaan. Pada ketiga subjek terdapat faktor keturunan yang menyebabkan obesitas. Selain itu Jenis makanan yang dikonsumsi dan menjadi favorit ketiga subjek juga menyebabkan obesitas, seperti spagheti, coklat, gorengan, masakan bersantan, bakso, fried chicken, Pizz dan kikil. Kegiatan fisik ketiga subjek tidak terlalu berat, hanya beberapa kegiatan rumah yang ringan dilakukan seperti, menonton tv, membereskan tempat tidur, membaca komik dan lain-lain. Apalagi pada subjek pertama tidak pernah melakukan program diet, karena menurut subjek dirinya saat itu sedang dalam masa pertumbuhan dan menurutnya hal itu tidak baik bagi pertumbuhan dirinya. Kondisi ini seseuai dengan yang diungkapkan Papalia, Olds dan Feldman (2001) bahwa beberapa penyebab dari obesitas diantaranya faktor eksternal, yaitu terlalu sedikitnya aktifitas fisik dan kebiasaan makan yang buruk pada seseorang dan faktor internal yaitu faktor-faktor genetik yang membuat seseorang menjadi gemuk

    Pada subjek pertama subjek melakukan mekanisme kognitif seperti konsep yang

    ditawarkan oleh Bandura (dalam Hargenhann, 1984). Mekanisme yang digunakan subjek tersebut adalah moral justification atau justifikasi moral. Perilaku yang memiliki tujuan yang lebih tinggi sehingga dapat dibenarkan seperti subjek tidak mau melakukan diet karena sedang dalam proses pertumbuhan. Gambaran Self Regulated Behavior a. Self Monitoring/Self Observasion

    Ketiga subjek sama-sama jarang sekali melakukan pengontrolan atau memonitor diri dengan menimbang berat badannya. Untuk kegiatan, ketiga subjek juga tidak melakukan pengaturan khusus dan berarti untuk mengatasi masalah kegemukannya. Sedangkan untuk pola makan, subjek pertama dan ketiga mencoba melakukan pengaturan. Dengan membuat aturan untuk jam makan, dan mencoba menjaga keseimbangan porsi makan. Untuk subjek kedua, dirinya tidak membuat aturan tertentu untuk pola makan. Hal ini sesuai dengan konsep dari analisis Carver dan Scheiver (dalam Kowalski & Leary, 2000) terdapat tiga komponen utama untuk mencapai self regulated salah satunya adalah monitoring. Carver dan Scheier menjelaskan kesadaran diri sebagai hal yang penting dari self regulated karena seseorang harus menghadirkan dirinya untuk menetapkan bagaimana dirinya dibandingkan dengan standar. Secara lebih umum lagi orang tidak dapat merubah prilakunya sendiri tanpa menyadarinya dan keadaan yang mengurangi kesadaran. Kebalikannya, monitoring yang elaboratif dan spesifik dari target prilaku tertentu (misalnya menimbang berat badan dan berada dalam aturan untuk memakan kalori yang dibutuhkannya) adalah kontributor yang paling penting bagi keberhasilan self regulated.

    b. Self Evaluation/Judgemental Process Pada ketiga subjek tersebut menyadari bahwa makanan yang dikonsumsi oleh subjek mempengaruhi berat badannya. Dalam evaluasi diri, subjek pertama dan kedua kurang dapat mengevaluasi diri dengan baik. Pada kedua subjek tersebut, sama-sama melakukan mekanisme kognitif untuk membenarkan atas permasalahan obesitas yang terjadi pada dirinya. Pada subjek pertama dan kedua, menyalahkan orang lain atas permasalahan obesitas yang terjadi pada dirinya. Tetapi pada subjek kedua lebih baik evaluasi dirinya dibandingkan subjek pertama. Selain menyalahkan orang lain, subjek kedua ini menyadari bahwa obesitas pada dirinya juga disebabkan oleh dirinya sendiri. Pada subjek

    Self Regulated Behaviour Pada B54 Wulandari

  • Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559 ketiga, evaluasi diri dapat dilakukan oleh subjek dengan lebih baik. Subjek menyadari masalah obesitas pada dirinya disebabkan oleh diri subjek sendiri. Selain itu subjek kedua dan ketiga juga memiliki tujuan yang akan dicapai untuk dapat melakukan pengurusan badan. Tetapi pada subjek pertama, dirinya tidak memiliki tujuan untuk menguruskan badan untuk kedepannya. Keyakinan/self efficacy pada subjek pertama dan kedua kurang baik. Pada subjek pertama tidak memiliki keyakinan. Dirinya masih ragu, karena subjek sendiri tidak memiliki tujuan yang akan dicapai untuk menguruskan badannya dimasa yang akan datang. Untuk subjek kedua lebih baik dalam mencapai tujuannya, karena menurut subjek, dirinya menyadari akan faktor herediter yang diturunkan kepadanya. Sedangkan pada subjek ketiga memiliki keyakinan yang lebih baik lagi. Menurutnya teman subjek sudah ada yang mencoba menguruskan badan dan berhasil. Hal itu membuat subjek memiliki keyakinan yang lebih baik dari subjek yang lain. Seperti konsep yang diungkapkan oleh Bandura (dalam Hargenhann, 1984) yang mengatakan ada beberapa mekanisme kognitif yang memperbolehkan seseorang untuk bertindak berlawanan dengan prinsip-prinsip moral yang dimilikinya, tanpa mengalami self contempt. Mekanisme yang ditawarkan tersebut salah satunya adalah attribution of blame (menghubungkan dari kesalahan). Subjek pertama dan kedua menggunakan mekanisme ini. Seseorang dapat selalu memilih sesuatu atas apa yang dikatakan atau dilakukan oleh korban dan menegaskan hal tersebut merupakan pemicu dirinya untuk melakukan suatu tindakan. Subjek kedua dan ketiga memiliki standar personal yang dibuat untuk dirinya sendiri. Subjek mempunyai rencana untuk menguruskan badan. Secara lebih spesifik, judgemental process tergantung pada standar personal, penampilan referensi, penilaian terhadap aktivitas dan atribusi penampilan. Ini sesuai dengan konsep yang diungkapkan oleh Bandura (dalam Feist & Feist, 2002) bahwa dalam penilaian ini (judgemental), proses membantu seseorang meregulasikan perilaku mereka melalui proses mediasi kognitif.

    Subjek yang tidak memiliki self efficacy yang cukup baik tentu akan berpengaruh kurang baik terhadap diri subjek dalam pencapain tujuan. Pervin & John (1997) menurut teori pemikiran sosial, cara pandang terhadap self efficacy sangat berpengaruh penting dalam reaksi emosi terhadap berbagai situasi dan motivasi untuk melakukan berbagai perilaku. Penelitian terkini menyimpulkan bahwa teori self

    efficacy memiliki peran penting dalam menangani perilaku-perilaku yang terkait dengan kesehatan, salah satunya seperti pengendalian makan dan berat badan.

    c. Self Reaction/Self Reinforcemen

    Subjek kedua dan ketiga dalam proses pengurusan badan sama-sama memiliki respon positif. Pada subjek pertama responnya negatif, tetapi subjek mencoba untuk membuatnya menjadi positif. Hasil yang dicapai oleh subjek kedua dan ketiga dalam menguruskan badan dengan standar yang diinginkan pada diri subjek belum sesuai, karena subjek belum banyak mengalami perubahan yang terjadi. Sedangkan pada subjek pertama hasil yang dicapai untuk menguruskan badan sebenarnya belum merasa puas, tetapi subjek sendiri tidak memiliki standar yang diinginkan atau yang akan dicapainya. Dalam menunda kepuasan subjek pertama dan kedua juga kurang dapat melakukannya dengan baik. Subjek kedua juga kurang memiliki kesabaran dalam melakukan usaha untuk menurunkan berat badannya. Pada subjek ketiga, subjek dapat melakukan penundaan kepuasan tersebut dengan baik. Subjek dapat menahan dirinya untuk tidak memakan makanan tertentu jika dirinya sedang diet. Jika tujuan yang diinginkan oleh subjek dapat terwujud, subjek pertama dan ketiga akan memberikan hadiah pada dirinya sendiri. Begitu juga jika tujuan tersebut tidak dapat dicapainya dengan baik. Subjek pertama dan ketiga juga akan menghukum dirinya sendiri. Tetapi pada subjek kedua hal tersebut tidak dilakukannya.

    Ketiga subjek juga melakukan usaha untuk mengatasi obesitas pada dirinya. tetapi dilihat dari pola makan, dan kegiatannya, subjek juga tidak menampilkan aksi/tindakan yang membantu dalam proses regulasinya.

    Ini sesuai dengan konsep yang diungkapkan oleh Feist & Feist (2002) bahwa seseorang akan merespon secara positif atau negatif terhadap perilakunya tergantung bagaimana perilaku tersebut mengukur standar personal. Yaitu, jika seseorang menciptakan insentif terhadap tindakan/aksinya sendiri melalui penguatan diri (self reinforcement) atau menghukum diri sendiri (self punishment). Self reinforcement tidak berpijak pada kenyataan bahwa hal tersebut secara langsung diikuti dengan sebuah respon, akan tetapi, hal tersebut lebih banyak berpijak pada kemampuan kognitif sebagai mediasi konsekuensi dari perilaku. Orang biasanya menyusun standar untuk penampilan yaitu dengan cenderung meregulasi perilaku oleh semacam penghargaan yang diproduksi dirinya sendiri sebagai suatu harga

    Self Regulated Behaviour Pada Wulandari B55

  • Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559 diri/kebangaan dan kepuasan diri. Saat orang gagal untuk menemukan standarnya, perilakunya diikuti dengan ketidakpuasan diri atau kritikan terhadap diri sendiri.

    Delay of gratification atau penundaan kepuasan. Ini sesuai dengan konsep deley of gratification yaitu, delay of gratification adalah suatu proses penundaan kepuasan sesaat, yang juga merupakan suatu aspek dari self regulated behaviour yang dipertimbangkan oleh Mischel (dalam Hergenhann, 1984). Delay of gratification sangat mempengaruhi self regulated behaviour.

    d. Faktor yang mempengaruhi self regulated 1). Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi pada ketiga subjek tidak memiliki persamaan, dimana pada subjek pertama subjek justru lebih senang dengan dirinya yang gemuk, asalkan dirinya sehat. Subjek juga tetap merasa percaya diri dengan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan pada subjek kedua, subjek kurang dapat standar personal dan penampilan referensi yang baik baginya. Sedangkan pada subjek ketiga subjek dapat memotivasi dirinya untuk menguruskan badan. Tetapi subjek sama-sama tidak memiliki monitor diri yang baik.

    Bandura (dalam Feist & Feist, 2002) melihat adanya tiga syarat internal dalam latihan yang terus-menerus dari self influence: a). Self Observation

    Faktor internal yang pertama dalam self regulated adalah self observation sebuah penampilan. Seseorang harus mampu memonitor penampilannya sendiri, walaupun perhatian yang mereka berikan terhadap hal tersebut tidak harus lengkap maupun akurat. a). Judgemental Process

    Dalam penilaian ini (judgemental), proses membantu seseorang meregulasikan perilaku mereka melalui proses mediasi kognitif. Seseorang tidak hanya memiliki kapabilitas dalam merefleksikan kesadaran diri (self awareness), tetapi juga dalam menilai manfaat dari aksi/tindakan mereka berdasarkan tujuan yang telah disiapkan untuk dirinya. Secara lebih spesifik, judgemental process tergantung pada standar personal, penampilan referensi, penilaian terhadap aktivitas dan atribusi penampilan.

    Untuk sebagian besar aktivitas, orang mengevaluasi penampilannya dengan membandingkannya dengan standar referensi. Selain standar personal dan referensi, judgemental process juga bergantung pada nilai keseluruhan seseorang yang ditempatkan dalam aktivitasnya. Pada akhirnya, self regulated bergantung pada bagaimana cara seseorang menilai penyebab dari perilaku mereka.

    c). Self-Reaction Self reaction merupakan faktor ketiga

    dan terakhir dalam self regulated. Seseorang akan merespon secara positif atau negatif terhadap perilakunya tergantung bagaimana perilaku tersebut mengukur standar personal. Yaitu, jika seseorang menciptakan insentif terhadap tindakan/aksinya sendiri melalui penguatan diri (self reinforcement) atau menghukum diri sendiri (self punishment).

    Self reinforcement tidak berpijak pada kenyataan bahwa hal tersebut secara langsung diikuti dengan sebuah respon, akan tetapi, hal tersebut lebih banyak berpijak pada kemampuan kognitif sebagai mediasi konsekuensi dari perilaku. 2). Faktor eksternal

    Faktor eksternal yang mempengaruhi ketiga subjek pada umumnya dari lingkungan keluarganya. Umumnya keluarga dari ketiga subjek tersebut sama-sama tidak melakukan pengontrolan makan pada diri subjek. Bahkan keluarga sama-sama tidak mempermasalahkan dengan permasalahan berat badan subjek. Pada subjek kedua dan ketiga orangtua sama-sama memberikan vitamin dan gizi berlebihan pada subjek. Pada subjek pertama dan ketiga, selain faktor keluarga, ada juga faktor dari teman-teman subjek. Penilaian lingkungan dirasa besar oleh ketiga subjek, karena subjek ingin dipandang baik oleh lingkungan, dan penilaian yang positif dapat membuat subjek menjadi lebih baik. Ini sesuai konsep yang diungkapkan oleh Feist & Feist (2002) bahwa faktor eksternal mempengaruhi self regulated setidaknya dalam dua cara yaitu: a). self regulated menghadirkan standar evaluasi untuk orang terhadap perilaku mereka sendiri.

    Standar di sini tidak hanya berdiri dari faktor internal. Faktor lingkungan, berinteraksi dengan pengaruh personal, membentuk standar individu untuk evaluasi. Melalaui pemahaman, orang mempelajarinya dari orang lain. Dengan mengobservasi orang lain, orang akan menyusun banyak sekali standar untuk mengevaluasi penampilan diri. Dalam setiap contoh disini, faktor personal mempengaruhi standar yang akan dipelajari oleh orang, tetapi faktor lingkungan juga berperan penting di sini. b). Faktor eksternal membantu self regulated dengan menghadirkan penggunaan dari penguatan.

    Penghargaan intrinsik tidak selalu cukup, orang juga membutuhkan insentif yang berasal dari faktor eksternal. Insentif ini digunakan untuk melengkapi proyek yang panjang, biasanya datang dari lingkungan dan sering kali mengambil penghargaan kecil tergantung pada

    Self Regulated Behaviour Pada B56 Wulandari

  • Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559 penyelesaian dari sub-tujuan yang hendak diraih. Namun demikian, penghargaan terhadap diri sendiri untuk penampilan yang tidak sesuai akan menimbulkan sanksi lingkungan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa self regulated behavior pada ketiga subjek yang mengalami obesitas terlihat kurang baik. Hal ini dapat di lihat dari ketiga komponen yang mempengaruhinya Jika dilihat dari self monitoring/self observasion meskipun ketiga subjek sama-sama menyadari kegemukan pada tubuhnya, tetapi mereka sama-sama tidak melakukan monitor diri dengan baik. Self evaluation/judgemental process ketiga subjek sama-sama menyadari bahwa makanan yang dikonsumsi mempengaruhi berat badannya., tetapi sebagian besar tidak dapat menginstropeksi dirinya dengan baik atas permasalahannya tersebut. Sedangkan self reaction/self reinforcemen pada ketiga subjek, subjek kedua dan ketiga dalam proses pengurusan badan sama-sama memiliki respon positif. Pada subjek pertama responnya negative. tetapi subjek mencoba untuk membuatnya menjadi positif. Selain itu ketiga subjek juga sama-sama melakukan beberapa usaha untuk menurunkan berat badannya. Tetapi dilihat dari jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi makan, aktifitas yang dilakukan, frekuensi olah raga yang dilakukan oleh ketiga subjek tersebut, sama-sama terlihat adanya proses regulasi yang kurang baik. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi self regulated behavior pada subjek yang mengalami obesitas juga terdapat faktor internal dan eksternal turut ambil bagian. Saran Untuk subjek a). Subjek diharapkan melakukan penimbangan

    berat badan secara rutin, agar dapat mengetahui perkembangan naik-turunnya berat badan.

    b). Diharapkan untuk mengatur pola makan dan untuk ketiga subjek menambah kegiatan yang memacu keluarnya keringat, seperti memperbanyak kegiatan olah raga.

    c). Subjek diharapkan untuk belajar mengevaluasi diri dan mencari jalan keluar serta belajar untuk tidak menyalahkan orang lain pada setiap permasalahan, karena

    hanya diri kitalah yang mampu memecahkan permasalahan yang kita hadapi, terutama untuk subjek pertama dan kedua.

    d). Subjek diharapkan dapat membuat perencanaan dan tujuan terutama pada subjek pertama. Serta dapat menumbuhkan keyakinan pada diri sendiri, terutama bagi subjek pertama dan kedua. Karena keyakinan itu dapat menjadi pengaruh yang penting dalam reaksi emosi dan dapat dijadikan motivasi diri.

    e). Untuk subjek kedua diharapkan untuk memulai memberikan insentif seperti hadiah dan hukuman yang sesuai untuk diri sendiri, pada setiap tujuan yang telah berhasil/gagal dilakukan untuk menambah motivasi diri.

    f). Pada ketiga subjek diharapkan untuk belajar lebih menghargai diri sendiri dan mencoba mengembangkan potensi diri, karena tidak semua hal yang kita lihat dari orang lain dan penilaian lingkungan baik untuk diri kita.

    Untuk keluarga subjek Untuk lingkungan subjek terutama pada lingkungan keluarga diharapkan dapat menjadi pembimbing dan pengontrol yang baik bagi subjek, serta memberikan dukungan bagi subjek untuk melakukan program yang akan dijalaninya. Untuk penelitian selanjutnya Peneliti berharap, untuk penelitian selanjutntya dapat dilakukan penelitian yang lebih luas lagi dari yang telah peneliti buat saat ini. Penelitian dapat dilihat dari aspek yang lebih luas. Dapat juga melihat self regulated behavior itu dari tahap perkembangan lain. Misalnya pada tahap usia lanjut. Dimana self regulatedbehavior itu sangat diperlukan. Karena berkaitan dengan kesehatan, obesitas di usia lanjut sangat rentan terhadap penyakit. DAFTAR PUSTAKA Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan

    Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Dimatteo, M.R. 1991. Pscchology of Health,

    Illness, and Medical Care. California: Brooks/Cole Publishing Company.

    Effendi, Y.H. 1992. Tinjauan Sekilas Tentang Obesitas. Jurnal Jurusan Gizi dan Masyarakat dan Sumber Daya Masyarakat, Vol. 1, No. 1. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

    Feist, J & Feist, G.J. 2002 Theories of Personalities. New York: McGraw Hill.

    Self Regulated Behaviour Pada Wulandari B57

  • Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559

    Manuaba, I.A. 2004. Dampak Buruk Obesitas. http:// www. balipost.co.id/ balipost/2004/3/7/cez.htm.

    Hergenhann, B.R. 1984. An Introduction To Theories Of Personality (2nd Ed). Englewood: Prentice-Hall

    Hjelle, L.A & Ziegler, D. J. 1992. Personality Theories: Basic Assumptions Research and Applications (3rd Ed). Singapore: Mc Graw Hill.

    Papalia, D. E; Olds, S. W, & Feldman, R.D. 2001. Human Development (8th Ed). New York : McGraw Hill.

    Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi kelima). Alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

    Papalia, D; Slerns, H; Feldman, R., & Camp, C. 2002. Adult Developmant and Aging. (2nd ed). USA: Mc GrawHill.

    Pervin, L. A, & John, O. P. 1997. Personality: Theory And Research (7th Ed). USA : John Wiley & Sons, Inc. Kowalski, R.M & Leary, M.R. 2000. The Social

    Psychology Of Emotional and Behavioural Problems. Washington DC: American Psychological Association

    Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologis. Depok; Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

    Mangoenprasodjo, A.S. 2005. Seberapa Perlu Diet Seberapa Berat Proses yang Harus Dijalani. Yogyakarta : Thinkfresh.

    Watson, D. L. 1989. Self Directed Behaviour: Self Modification For Personal Adjustment (5th Ed). California: Wadsworth.

    Self Regulated Behaviour Pada B58 Wulandari