trend dan isu pembangunan kesehatan

24
TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dari kehidupan seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan mendasar dan tentunya menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Kesehatan juga komponen pembangunan yang memiliki nilai “investatif”, hal ini dikarenakan berbicara tentang kesehatan maka akan membicarakan juga tentang ketersediaan tenaga siap pakai dalam hal ini Sumber Daya Manusia yang sehat dan produktif tentunya. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Tak bisa kita pungkiri, pergantian tampuk pemerintahan ternyata belum memberikan nuansa baru dalam pembangunan kesehatan. Bisa dikatakan kesehatan belum menjadi isu utama dalam strategi pembangunan di Indonesia padahal kita sadari betul bahwa kesehatan juga merupakan factor penentu dalam pembangunan suatu bangsa. Lemahnya pembangunan disektor kesehatan dapat kita lihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) negara kita selalu stagnan

Upload: fanny-indrayani

Post on 12-Feb-2015

259 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB 1

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dari kehidupan

seseorang Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan mendasar dan

tentunya menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya Kesehatan juga

komponen pembangunan yang memiliki nilai ldquoinvestatifrdquo hal ini dikarenakan

berbicara tentang kesehatan maka akan membicarakan juga tentang ketersediaan

tenaga siap pakai dalam hal ini Sumber Daya Manusia yang sehat dan produktif

tentunya Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa

Indonesia baik masyarakat swasta maupun pemerintah

Tak bisa kita pungkiri pergantian tampuk pemerintahan ternyata belum

memberikan nuansa baru dalam pembangunan kesehatan Bisa dikatakan

kesehatan belum menjadi isu utama dalam strategi pembangunan di Indonesia

padahal kita sadari betul bahwa kesehatan juga merupakan factor penentu dalam

pembangunan suatu bangsa Lemahnya pembangunan disektor kesehatan dapat

kita lihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

negara kita selalu stagnan pada kisaran 117-112 dari sekitar 175 negara meskipun

pada tahun 2008 sempat naik ke peringkat 109 tetapi pada tahun 2009 justru

kembali turun pada posisi 112 Sebagai catatan HDI adalah ukuran keberhasilan

pembangunan nasional suatu bangsa yang dilihat dari parameter pembangunan

ekonomi kesehatan dan pendidikan Ironisnya rentetan pergantian tampuk

kekuasaan selama beberapa dekade terakhir pun tak kunjung membawa angin

perubahan

Akhir tahun 2009 dalam hal masalah kesehatan justru ditutup dengan

pemberitaan pada sebuah koran lokal kota Makassar tentang meningkatnya kasus

gizi buruk disalah satu kabupaten di Sulawesi Selatan Hal ini tentunya sangat

menyedihkan dimana Sulawesi Seletan sendiri merupakan lumbung pangan

Indonesia tetapi justru bisa ditemukan kejadian seperti ini Belum lagi melihat

problem-problem kesehatan semacamnya diberbagai daerah di Indonesia tentunya

semakin menguatkan pandangan kita bahwa kesehatan bangsa ini masih sangat

jauh dari harapan Dan sebuah pukulan besar bagi penyelenggara pembangunan

kesehatan dalam hal ini pemerintah adalah munculnya ldquoFenomena Ponarirdquo Hal ini

jelas menunjukkan kegagalan pemerintah dalam promosi kesehatan dan perilaku

kesehatan masyarakat Selain itu fenomena ini juga menunjukkan bahwa minimnya

kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan diperparah dengan sulitnya mengakses

pelayanan kesehatan sehingga masyarakat cenderung selalu mencari pengobatan

alternatif

BAB II

PEMBAHASAN

Sehat merupakan hak yang fundamental bagi seluruh warga negara di

Indonesia Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan adalah

dengan berbasis preventif dan promotif (2010-2014) Hal tersebut disampaikan

Menkes dr Endang Rahayu Sedyaningsih MPH Dr PH dalam Seminar Nasional

ldquoMewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotifrdquo

yang diselenggrakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

pada hari Sabtu 13 Maret 2010 di Semarang

Pembangunan kesehatan mencakup preventif dan promotif untuk

mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan Rencana pembangunan

kesehatan Indonesia tahun 2005-2025 seperti yang terdapat dalam UU No 17 tahun

2007 merupakan pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengedepankan

SDM yang berkualitas dan berdaya saing Pembangunan kesehatan tersebut

dilakukan dengan peningkatan kesadaran kemauan dan kemampuan masyarakat

untuk hidup sehat untuk meningkatkan derajat kesehtan masyarakat setinggi-

tingginya

Menkes mengatakan SDM Indonesia harus tangguh produktif dan mampu

bersaing dengan tantangan yang ada Selain itu pembangunan kesehatan tahun

2005-2025 memberikan perhatian yang khusus terhadap penduduk yang rentan

yaitu ibu bayi anak usia lanjut dan penduduk miskin dengan sasaran

pembangunan kesehatan di akhir tahun 2014 adalah peningkatan dasar kesehatan

masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan yang terdapat di MDGrsquos

Meningkatanya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian

MDGrsquos antara lain

1 Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun

2 Menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup

3 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 118 per 100000

kelahiran hidup serta

4 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi kurang dari 15

Visi pembangunan kesehatan seperti yang diktakan Menkes yaitu mewujudkan

masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang merata dan mandiri menjamin tersedianya sumber daya kesehtaan

yang bermutu dan berkeadilan menata pemerintahan kesehatan yang baik

pembiayaan kesehatan yang terjangkau ketersediaan obat manajemen kesehatan

yang transparan

Seperti yang disampaikan Menkes Angka Kematian Neonatal turun menjadi 20

per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Anak Balita turun menjadi 44 per 1000

kelahiran hidup Angka Kematian Bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup

Prevalensi gizi buruk di 19 Provinsi masih di atas prevalensi nasional dimana

prevalensi nasional 184

Pada aspek ketersediaan pelayanan kesehatan Pemerintah telah membangun

8548 Puskesmas 22337 Pustu(Puskesmas Pembantu) 6711 Puskesmas keliling

roda 4 serta 858 Puskesmas keliling perahukapal

Menurut Menkes upaya kesehatan dasar harus menunjukkan peduli terhadap

kelompok yang berisiko tinggi yaitu masyarakat miskin bayi ibu anak dan

penduduk usia lanjut Revitalisasi Puskesmas merupakan kebijakan pembangunan

kesehatan dengan arah preventif dan promotif Dimana visi Puskesmas antara lain

1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan

2) Pusat pemberdayaan masyarakat

3) Pusat pelayanan kesehtan masyrakat primer

4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer

Menkes juga mengatakan ada 3 level pencegahan ( 3 level of prevention)

sebagai pendekatan pelaksanaan visi Puskesmas yaitu health promotion and

specific protection early detection and prompt treatment dan rehabilitation and

disability limitation

Di UPTD Kabkota pembiayaan pemerintah dilakukan dengan subsidi melalui

BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BOK tersebut digunakan untuk membangun

Puskesmas Untuk membangun Puskesmas keberhasilan program kesehatan

tergantung juga pada Dinkes dan lembaga lain di bawahnya serta pembangunan

kesehatan harus didukung oleh semua aspek kesehatan ujar Menkes

Yang harus dipahami oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat antara lain

mengenai Jaminan Sosial Nasional BOK revitalisasi UPTD system pengadaan

distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM

kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan

serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada

ditangan PU) tutur Menkes

pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang

damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan

Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan

memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan

pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu

dengan ditandai dengan penduduknya yang

1 Hidup dalam lingkungan yang sehat

2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat

3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan

yang bermutu

4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi

Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap

tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun

2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-

turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat

indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi

Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai

Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren

mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya

Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh

terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang

Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di

bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum

beranjak dari paradigma sakit

Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih

dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila

derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian

Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing

501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur

harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun

Pembiayaan Kesehatan

Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget

biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD

ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya

mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN

Sungguh mengecewakan

Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari

masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber

pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya

kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif

dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil

untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga

miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas

serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan

kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran

kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai

sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara

berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi

canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan

hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari

Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada

gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana

yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak

bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan

penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih

belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga

kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak

tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan

sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia

bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio

tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding

dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar

kesehatan para medis lainnya

Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari

rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan

yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif

terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem

manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental

Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2

mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip

paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan

preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang

mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat

menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah

suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan

masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang

komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau

tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju

serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun

perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar

masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu

kita dapat melihatnya sendiri

Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan

dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan

pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata

maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang

berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang

merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun

tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan

kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya

pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri

Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan

khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di

kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000

jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal

(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari

200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50

persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi

banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga

Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah

tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan

banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut

menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah

tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi

salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari

pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam

distribusi SDM kesehatan

Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi

efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM

kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal

rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi

suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung

Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai

tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini

tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan

program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang

dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk

menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang

menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 2: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

menyedihkan dimana Sulawesi Seletan sendiri merupakan lumbung pangan

Indonesia tetapi justru bisa ditemukan kejadian seperti ini Belum lagi melihat

problem-problem kesehatan semacamnya diberbagai daerah di Indonesia tentunya

semakin menguatkan pandangan kita bahwa kesehatan bangsa ini masih sangat

jauh dari harapan Dan sebuah pukulan besar bagi penyelenggara pembangunan

kesehatan dalam hal ini pemerintah adalah munculnya ldquoFenomena Ponarirdquo Hal ini

jelas menunjukkan kegagalan pemerintah dalam promosi kesehatan dan perilaku

kesehatan masyarakat Selain itu fenomena ini juga menunjukkan bahwa minimnya

kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan diperparah dengan sulitnya mengakses

pelayanan kesehatan sehingga masyarakat cenderung selalu mencari pengobatan

alternatif

BAB II

PEMBAHASAN

Sehat merupakan hak yang fundamental bagi seluruh warga negara di

Indonesia Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan adalah

dengan berbasis preventif dan promotif (2010-2014) Hal tersebut disampaikan

Menkes dr Endang Rahayu Sedyaningsih MPH Dr PH dalam Seminar Nasional

ldquoMewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotifrdquo

yang diselenggrakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

pada hari Sabtu 13 Maret 2010 di Semarang

Pembangunan kesehatan mencakup preventif dan promotif untuk

mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan Rencana pembangunan

kesehatan Indonesia tahun 2005-2025 seperti yang terdapat dalam UU No 17 tahun

2007 merupakan pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengedepankan

SDM yang berkualitas dan berdaya saing Pembangunan kesehatan tersebut

dilakukan dengan peningkatan kesadaran kemauan dan kemampuan masyarakat

untuk hidup sehat untuk meningkatkan derajat kesehtan masyarakat setinggi-

tingginya

Menkes mengatakan SDM Indonesia harus tangguh produktif dan mampu

bersaing dengan tantangan yang ada Selain itu pembangunan kesehatan tahun

2005-2025 memberikan perhatian yang khusus terhadap penduduk yang rentan

yaitu ibu bayi anak usia lanjut dan penduduk miskin dengan sasaran

pembangunan kesehatan di akhir tahun 2014 adalah peningkatan dasar kesehatan

masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan yang terdapat di MDGrsquos

Meningkatanya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian

MDGrsquos antara lain

1 Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun

2 Menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup

3 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 118 per 100000

kelahiran hidup serta

4 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi kurang dari 15

Visi pembangunan kesehatan seperti yang diktakan Menkes yaitu mewujudkan

masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang merata dan mandiri menjamin tersedianya sumber daya kesehtaan

yang bermutu dan berkeadilan menata pemerintahan kesehatan yang baik

pembiayaan kesehatan yang terjangkau ketersediaan obat manajemen kesehatan

yang transparan

Seperti yang disampaikan Menkes Angka Kematian Neonatal turun menjadi 20

per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Anak Balita turun menjadi 44 per 1000

kelahiran hidup Angka Kematian Bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup

Prevalensi gizi buruk di 19 Provinsi masih di atas prevalensi nasional dimana

prevalensi nasional 184

Pada aspek ketersediaan pelayanan kesehatan Pemerintah telah membangun

8548 Puskesmas 22337 Pustu(Puskesmas Pembantu) 6711 Puskesmas keliling

roda 4 serta 858 Puskesmas keliling perahukapal

Menurut Menkes upaya kesehatan dasar harus menunjukkan peduli terhadap

kelompok yang berisiko tinggi yaitu masyarakat miskin bayi ibu anak dan

penduduk usia lanjut Revitalisasi Puskesmas merupakan kebijakan pembangunan

kesehatan dengan arah preventif dan promotif Dimana visi Puskesmas antara lain

1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan

2) Pusat pemberdayaan masyarakat

3) Pusat pelayanan kesehtan masyrakat primer

4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer

Menkes juga mengatakan ada 3 level pencegahan ( 3 level of prevention)

sebagai pendekatan pelaksanaan visi Puskesmas yaitu health promotion and

specific protection early detection and prompt treatment dan rehabilitation and

disability limitation

Di UPTD Kabkota pembiayaan pemerintah dilakukan dengan subsidi melalui

BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BOK tersebut digunakan untuk membangun

Puskesmas Untuk membangun Puskesmas keberhasilan program kesehatan

tergantung juga pada Dinkes dan lembaga lain di bawahnya serta pembangunan

kesehatan harus didukung oleh semua aspek kesehatan ujar Menkes

Yang harus dipahami oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat antara lain

mengenai Jaminan Sosial Nasional BOK revitalisasi UPTD system pengadaan

distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM

kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan

serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada

ditangan PU) tutur Menkes

pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang

damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan

Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan

memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan

pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu

dengan ditandai dengan penduduknya yang

1 Hidup dalam lingkungan yang sehat

2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat

3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan

yang bermutu

4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi

Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap

tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun

2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-

turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat

indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi

Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai

Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren

mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya

Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh

terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang

Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di

bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum

beranjak dari paradigma sakit

Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih

dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila

derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian

Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing

501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur

harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun

Pembiayaan Kesehatan

Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget

biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD

ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya

mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN

Sungguh mengecewakan

Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari

masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber

pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya

kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif

dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil

untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga

miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas

serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan

kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran

kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai

sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara

berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi

canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan

hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari

Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada

gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana

yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak

bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan

penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih

belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga

kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak

tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan

sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia

bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio

tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding

dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar

kesehatan para medis lainnya

Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari

rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan

yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif

terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem

manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental

Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2

mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip

paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan

preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang

mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat

menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah

suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan

masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang

komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau

tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju

serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun

perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar

masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu

kita dapat melihatnya sendiri

Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan

dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan

pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata

maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang

berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang

merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun

tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan

kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya

pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri

Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan

khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di

kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000

jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal

(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari

200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50

persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi

banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga

Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah

tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan

banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut

menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah

tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi

salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari

pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam

distribusi SDM kesehatan

Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi

efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM

kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal

rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi

suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung

Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai

tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini

tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan

program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang

dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk

menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang

menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 3: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

PEMBAHASAN

Sehat merupakan hak yang fundamental bagi seluruh warga negara di

Indonesia Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan adalah

dengan berbasis preventif dan promotif (2010-2014) Hal tersebut disampaikan

Menkes dr Endang Rahayu Sedyaningsih MPH Dr PH dalam Seminar Nasional

ldquoMewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotifrdquo

yang diselenggrakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

pada hari Sabtu 13 Maret 2010 di Semarang

Pembangunan kesehatan mencakup preventif dan promotif untuk

mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan Rencana pembangunan

kesehatan Indonesia tahun 2005-2025 seperti yang terdapat dalam UU No 17 tahun

2007 merupakan pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengedepankan

SDM yang berkualitas dan berdaya saing Pembangunan kesehatan tersebut

dilakukan dengan peningkatan kesadaran kemauan dan kemampuan masyarakat

untuk hidup sehat untuk meningkatkan derajat kesehtan masyarakat setinggi-

tingginya

Menkes mengatakan SDM Indonesia harus tangguh produktif dan mampu

bersaing dengan tantangan yang ada Selain itu pembangunan kesehatan tahun

2005-2025 memberikan perhatian yang khusus terhadap penduduk yang rentan

yaitu ibu bayi anak usia lanjut dan penduduk miskin dengan sasaran

pembangunan kesehatan di akhir tahun 2014 adalah peningkatan dasar kesehatan

masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan yang terdapat di MDGrsquos

Meningkatanya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian

MDGrsquos antara lain

1 Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun

2 Menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup

3 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 118 per 100000

kelahiran hidup serta

4 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi kurang dari 15

Visi pembangunan kesehatan seperti yang diktakan Menkes yaitu mewujudkan

masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang merata dan mandiri menjamin tersedianya sumber daya kesehtaan

yang bermutu dan berkeadilan menata pemerintahan kesehatan yang baik

pembiayaan kesehatan yang terjangkau ketersediaan obat manajemen kesehatan

yang transparan

Seperti yang disampaikan Menkes Angka Kematian Neonatal turun menjadi 20

per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Anak Balita turun menjadi 44 per 1000

kelahiran hidup Angka Kematian Bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup

Prevalensi gizi buruk di 19 Provinsi masih di atas prevalensi nasional dimana

prevalensi nasional 184

Pada aspek ketersediaan pelayanan kesehatan Pemerintah telah membangun

8548 Puskesmas 22337 Pustu(Puskesmas Pembantu) 6711 Puskesmas keliling

roda 4 serta 858 Puskesmas keliling perahukapal

Menurut Menkes upaya kesehatan dasar harus menunjukkan peduli terhadap

kelompok yang berisiko tinggi yaitu masyarakat miskin bayi ibu anak dan

penduduk usia lanjut Revitalisasi Puskesmas merupakan kebijakan pembangunan

kesehatan dengan arah preventif dan promotif Dimana visi Puskesmas antara lain

1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan

2) Pusat pemberdayaan masyarakat

3) Pusat pelayanan kesehtan masyrakat primer

4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer

Menkes juga mengatakan ada 3 level pencegahan ( 3 level of prevention)

sebagai pendekatan pelaksanaan visi Puskesmas yaitu health promotion and

specific protection early detection and prompt treatment dan rehabilitation and

disability limitation

Di UPTD Kabkota pembiayaan pemerintah dilakukan dengan subsidi melalui

BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BOK tersebut digunakan untuk membangun

Puskesmas Untuk membangun Puskesmas keberhasilan program kesehatan

tergantung juga pada Dinkes dan lembaga lain di bawahnya serta pembangunan

kesehatan harus didukung oleh semua aspek kesehatan ujar Menkes

Yang harus dipahami oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat antara lain

mengenai Jaminan Sosial Nasional BOK revitalisasi UPTD system pengadaan

distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM

kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan

serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada

ditangan PU) tutur Menkes

pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang

damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan

Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan

memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan

pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu

dengan ditandai dengan penduduknya yang

1 Hidup dalam lingkungan yang sehat

2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat

3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan

yang bermutu

4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi

Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap

tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun

2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-

turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat

indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi

Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai

Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren

mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya

Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh

terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang

Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di

bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum

beranjak dari paradigma sakit

Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih

dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila

derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian

Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing

501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur

harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun

Pembiayaan Kesehatan

Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget

biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD

ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya

mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN

Sungguh mengecewakan

Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari

masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber

pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya

kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif

dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil

untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga

miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas

serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan

kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran

kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai

sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara

berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi

canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan

hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari

Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada

gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana

yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak

bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan

penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih

belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga

kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak

tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan

sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia

bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio

tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding

dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar

kesehatan para medis lainnya

Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari

rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan

yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif

terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem

manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental

Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2

mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip

paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan

preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang

mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat

menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah

suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan

masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang

komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau

tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju

serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun

perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar

masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu

kita dapat melihatnya sendiri

Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan

dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan

pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata

maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang

berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang

merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun

tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan

kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya

pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri

Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan

khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di

kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000

jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal

(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari

200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50

persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi

banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga

Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah

tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan

banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut

menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah

tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi

salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari

pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam

distribusi SDM kesehatan

Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi

efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM

kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal

rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi

suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung

Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai

tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini

tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan

program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang

dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk

menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang

menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 4: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

Visi pembangunan kesehatan seperti yang diktakan Menkes yaitu mewujudkan

masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang merata dan mandiri menjamin tersedianya sumber daya kesehtaan

yang bermutu dan berkeadilan menata pemerintahan kesehatan yang baik

pembiayaan kesehatan yang terjangkau ketersediaan obat manajemen kesehatan

yang transparan

Seperti yang disampaikan Menkes Angka Kematian Neonatal turun menjadi 20

per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Anak Balita turun menjadi 44 per 1000

kelahiran hidup Angka Kematian Bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup

Prevalensi gizi buruk di 19 Provinsi masih di atas prevalensi nasional dimana

prevalensi nasional 184

Pada aspek ketersediaan pelayanan kesehatan Pemerintah telah membangun

8548 Puskesmas 22337 Pustu(Puskesmas Pembantu) 6711 Puskesmas keliling

roda 4 serta 858 Puskesmas keliling perahukapal

Menurut Menkes upaya kesehatan dasar harus menunjukkan peduli terhadap

kelompok yang berisiko tinggi yaitu masyarakat miskin bayi ibu anak dan

penduduk usia lanjut Revitalisasi Puskesmas merupakan kebijakan pembangunan

kesehatan dengan arah preventif dan promotif Dimana visi Puskesmas antara lain

1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan

2) Pusat pemberdayaan masyarakat

3) Pusat pelayanan kesehtan masyrakat primer

4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer

Menkes juga mengatakan ada 3 level pencegahan ( 3 level of prevention)

sebagai pendekatan pelaksanaan visi Puskesmas yaitu health promotion and

specific protection early detection and prompt treatment dan rehabilitation and

disability limitation

Di UPTD Kabkota pembiayaan pemerintah dilakukan dengan subsidi melalui

BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BOK tersebut digunakan untuk membangun

Puskesmas Untuk membangun Puskesmas keberhasilan program kesehatan

tergantung juga pada Dinkes dan lembaga lain di bawahnya serta pembangunan

kesehatan harus didukung oleh semua aspek kesehatan ujar Menkes

Yang harus dipahami oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat antara lain

mengenai Jaminan Sosial Nasional BOK revitalisasi UPTD system pengadaan

distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM

kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan

serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada

ditangan PU) tutur Menkes

pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang

damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan

Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan

memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan

pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu

dengan ditandai dengan penduduknya yang

1 Hidup dalam lingkungan yang sehat

2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat

3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan

yang bermutu

4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi

Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap

tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun

2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-

turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat

indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi

Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai

Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren

mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya

Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh

terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang

Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di

bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum

beranjak dari paradigma sakit

Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih

dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila

derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian

Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing

501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur

harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun

Pembiayaan Kesehatan

Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget

biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD

ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya

mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN

Sungguh mengecewakan

Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari

masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber

pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya

kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif

dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil

untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga

miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas

serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan

kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran

kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai

sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara

berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi

canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan

hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari

Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada

gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana

yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak

bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan

penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih

belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga

kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak

tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan

sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia

bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio

tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding

dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar

kesehatan para medis lainnya

Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari

rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan

yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif

terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem

manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental

Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2

mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip

paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan

preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang

mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat

menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah

suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan

masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang

komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau

tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju

serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun

perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar

masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu

kita dapat melihatnya sendiri

Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan

dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan

pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata

maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang

berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang

merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun

tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan

kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya

pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri

Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan

khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di

kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000

jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal

(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari

200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50

persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi

banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga

Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah

tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan

banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut

menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah

tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi

salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari

pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam

distribusi SDM kesehatan

Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi

efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM

kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal

rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi

suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung

Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai

tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini

tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan

program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang

dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk

menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang

menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 5: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM

kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan

serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada

ditangan PU) tutur Menkes

pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang

damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan

Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan

memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan

pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu

dengan ditandai dengan penduduknya yang

1 Hidup dalam lingkungan yang sehat

2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat

3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan

yang bermutu

4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi

Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap

tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun

2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-

turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat

indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi

Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai

Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren

mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya

Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh

terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang

Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di

bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum

beranjak dari paradigma sakit

Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih

dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila

derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian

Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing

501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur

harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun

Pembiayaan Kesehatan

Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget

biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD

ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya

mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN

Sungguh mengecewakan

Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari

masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber

pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya

kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif

dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil

untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga

miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas

serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan

kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran

kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai

sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara

berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi

canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan

hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari

Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada

gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana

yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak

bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan

penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih

belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga

kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak

tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan

sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia

bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio

tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding

dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar

kesehatan para medis lainnya

Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari

rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan

yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif

terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem

manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental

Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2

mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip

paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan

preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang

mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat

menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah

suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan

masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang

komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau

tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju

serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun

perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar

masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu

kita dapat melihatnya sendiri

Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan

dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan

pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata

maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang

berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang

merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun

tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan

kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya

pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri

Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan

khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di

kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000

jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal

(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari

200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50

persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi

banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga

Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah

tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan

banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut

menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah

tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi

salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari

pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam

distribusi SDM kesehatan

Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi

efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM

kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal

rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi

suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung

Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai

tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini

tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan

program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang

dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk

menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang

menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 6: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing

501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur

harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun

Pembiayaan Kesehatan

Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget

biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD

ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya

mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN

Sungguh mengecewakan

Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari

masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber

pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya

kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif

dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil

untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga

miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas

serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan

kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran

kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai

sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara

berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi

canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan

hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari

Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada

gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana

yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak

bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan

penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih

belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga

kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak

tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan

sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia

bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio

tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding

dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar

kesehatan para medis lainnya

Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari

rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan

yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif

terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem

manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental

Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2

mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip

paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan

preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang

mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat

menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah

suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan

masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang

komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau

tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju

serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun

perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar

masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu

kita dapat melihatnya sendiri

Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan

dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan

pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata

maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang

berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang

merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun

tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan

kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya

pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri

Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan

khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di

kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000

jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal

(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari

200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50

persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi

banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga

Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah

tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan

banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut

menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah

tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi

salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari

pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam

distribusi SDM kesehatan

Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi

efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM

kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal

rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi

suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung

Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai

tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini

tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan

program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang

dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk

menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang

menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 7: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan

sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia

bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio

tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding

dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar

kesehatan para medis lainnya

Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari

rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan

yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif

terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem

manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental

Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2

mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip

paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan

preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang

mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat

menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah

suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan

masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang

komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau

tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju

serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun

perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar

masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu

kita dapat melihatnya sendiri

Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan

dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan

pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata

maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang

berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang

merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun

tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan

kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya

pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri

Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan

khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di

kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000

jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal

(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari

200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50

persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi

banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga

Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah

tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan

banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut

menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah

tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi

salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari

pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam

distribusi SDM kesehatan

Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi

efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM

kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal

rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi

suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung

Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai

tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini

tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan

program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang

dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk

menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang

menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 8: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya

pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri

Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan

khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di

kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000

jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal

(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari

200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50

persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi

banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga

Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah

tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan

banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut

menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah

tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi

salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari

pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam

distribusi SDM kesehatan

Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi

efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM

kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal

rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi

suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung

Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil

tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai

tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini

tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan

program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang

dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk

menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang

menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 9: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah

tersebut

Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan

masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa

serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan

pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai

yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia

yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal

Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai

gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan

Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan

gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih

dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih

dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program

pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan

Manajemen Kesehatan

Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi

antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi

salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan

Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan

buramnya prospek kesehatan bangsa ini

Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif

Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam

program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan

tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 10: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia

Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan

bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

tinggi juga bisa terwujud

Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari

DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan

jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan

Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan

masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap

individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status

sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah

Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang

mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah

dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor

swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah

agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari

DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga

dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh

lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan

Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi

tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap

asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya

dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi

mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka

yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap

penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik

Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan

pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi

angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya

Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 11: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan

kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan

kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam

perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka

kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika

kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang

menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah

menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari

DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan

angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan

Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan

Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa

(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta

Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit

dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh

karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat

diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini

sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan

untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai

pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi

bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas

bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal

tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan

10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit

TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana

Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di

daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 12: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat

bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang

diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas

oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa

peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan

mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan

(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat

dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif

bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli

gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten

apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK

Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh

pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu

hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti

jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta

insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal

tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata

meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu

akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu

di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan

mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap

pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya

adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli

terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga

kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi

lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya

dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas

2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat

mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 13: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya

informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu

Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas

dugaan terjadinya mal praktek dokter

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan

yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa

dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah

lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga

kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan

produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka

diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien

fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan

lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin

dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan

yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak

tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada

kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil

daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio

perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar

adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada

kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS

adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal

Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah

tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS

dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat

dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan

1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)

dan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 14: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)

Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing

tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi

pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat

menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan

Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak

pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah

lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini

juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang

termasuk DTPK

Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-

daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam

wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru

infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang

menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena

dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan

tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya

Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses

kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju

jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-

daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan

ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan

harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir

tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan

tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke

daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara

maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 15: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)

sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi

serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia

PENUTUP

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 16: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

A KESIMPULAN

prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan

perlu dipertajam dengan jalan antara lain

1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan

penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi

masyarakat

2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya

operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik

eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan

3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah

pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain

sebagainya

4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah

sakit-rumah sakit stroke

DAFTAR PUSTAKA

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Page 17: Trend Dan Isu Pembangunan Kesehatan

httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml

http

Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas

ariIKhtm

httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm

  • TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN