trauma uretra.docx

Upload: rosyiidta-janah

Post on 02-Jun-2018

451 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    1/16

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    2/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Uretra merupakan saluran bagi urin dan produk sistem genitalia pria. 1

    Uretra pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan terbentang dari collum vesicae

    urinaria sampai ostium urethra externum pada glans penis. Adapun uretra

    perempuan panjangnya kurang lebih 3,8 cm, terbentang dari collum vesicae

    urinaria sampai ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum

    sekitar 2,5 cm distal dari klitoris. 1,2

    Trauma uretra merupakan komplikasi yang sering ditemukan pada fraktur

    pelvis dan straddle injury ,. Angka kejadian trauma uretra bahkan mencapai 24%

    dari seluruh fraktur pelvis pada orang dewasa. 3,7 Trauma ini lebih sering terjadi

    pada pria dan jarang pada wanita. 3,4

    Berdasarkan anatomi, ruptur uretra dibagi atas ruptur uretra posterior yang

    terletak proksimal diafragma urogenital dan ruptur uretra anterior yang terletak

    distal diafragma urogenital. 3,4,5,6

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    3/16

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    4/16

    bulbouretralis (glandula Cowper) terletak pada diafragma urogenitalis dan

    bermuara ke dalam uretra bulbaris. Uretra penil dilapisi oleh banyak kelenjar

    kecil, glandula Littre. 1

    Uretra posterior terdiri dari uretra pars membranasea dan pars

    prostatika. 1,6,7 Uretra pars prostatika memiliki panjang sekitar 3 cm dan

    berjaln melalui prostat dari basis sampai ke apexnya. bagian ini merupakan

    bagian yang paling lebar dan paling dapat dilebarkan dari uretra. Uretra pars

    membranasea panjangnya sekitar 1,25 cm, terletak di dalm diafragma

    urogenital dan dikelilingi oleh m. spinchter urethrae. Bagian ini merupakan

    bagian uretra yang paling tidak bisa dilebarkan. 2

    Uretra perempuan panjangnya kurang lebih 3,8 cm. Uretra terbentang

    dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethrae externum yang bermuara

    ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm distal dari clitoris. Uretra menembus m.

    spinchter urethrae dan terletak tept di depan vagina. Di samping ostium

    urehtrae externum terdapat muara kecil dari ductus glandula parauretralis.

    Uretra perempuan dapat dilebarkan dengan mudah. 2

    2.2 Trauma UretraBerdasarkan anatomi, ruptur uretra dibagi atas ruptur uretra posterior

    yang terletak proksimal diafragma urogenital dan ruptur uretra anterior yang

    terletak distal diafragma urogenital. 3,4,5,6

    2.2.1 Trauma Uretra PosteriorA. Etiologi

    Trauma uretra posterior biasanya disebabkan oleh karena traumatumpul dan fraktur pelvis. 3,5,6 Uretra pars membranasea adalah bagian

    uretra yang melewati diafragma urogenital dan merupakan bagian

    yang paling mudah terkena trauma bila terjadi fraktur pelvis. 3,6

    Pada fraktur tulang pelvis, dapat terjadi robekan pars

    membranasea karena prostat dengan uretra prostatika tertarik ke

    kranial bersama fragmen fraktur, sedangkan uretra membranasea

    terikat di diafragma urogenital.3,5,6

    Ruptur uretra posterior dapat

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    5/16

    terjadi total atau inkomplet. Pada ruptur total, uretra terpisah

    seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek sehingga vesika

    urinaria dan prostat terlepas ke kranial. 5

    Fraktur pelvis yang menyebabkan ruptur uretra biasanya akibat

    sekunder dari kecelakaan sepeda motor (68%-84%) atau jatuh dari

    ketinggian dan adanya trauma tumpul pelvis (6%-25%). 6 Fraktur

    pelvis banyak ditemukan pada tiga dekade pertama kehidupan, dengan

    rasio laki-laki:perempuan sebesar 2:1 pada dewasa muda. 6

    Trauma uretra yang berhubungan dengan fraktur pelvis lebih

    jarang ditemukan pada perempuan karena ukuran uretra perempuan

    yang lebih pendek dan mobilitasnya yang lebih besar terhadap arkus

    pubis. Cedera uretra lebih sering berhubungan dengan cedera/laserasi

    vagina (75%) dan cedera rektal (33%). 6

    B. Gejala Klinik

    Pada ruptur uretra posterior, terdapat tanda patah tulang pelvis.

    Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah, dijumpai jejas,hematom, dan nyeri tekan. Bila disertai ruptur kandung kemih, bisa

    ditemukan tanda rangsangan peritoneum. Pasien biasanya juga

    mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian

    bawah. 3,5,6

    Ruptur uretra posterior harus dicurigai bila terdapat darah

    sedikit di meatus uretra. 3,5,6 Gejala ini merupakan gejala yang paling

    penting dari ruptur uretra dan sering menjadi satu-satunya gejala yang

    merupakan indikasi untuk dilakukannya uretrogram retrogade sebagai

    alat penegak diagnosis pasti. 3

    Selain tanda setempat, pada pemeriksaan colok dubur ditemukan

    prostat seperti mengapung karena tidak terfiksasi lagi pada diafragma

    urogenital. Kadang sama sekali tidak teraba prostat lagi karen pindah

    ke kranial. Pemeriksaan colok dubur harus dilakukan dengan hati-hati

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    6/16

    karena fragmen tulang dapat mencederai organ lain, seperti

    rektum. 3,5,6

    Kateterisasi merupakan kontraindikasi pada ruptur uretra

    sebelum dilakukan uretrogram retrograd karena apat menyebabkan

    infeksi periprostatika dan perivesika hematoma serta dapat

    menyebabkan laserasi yang parsial menjadi laserasi total.

    Pada pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan adanya

    anemia. Pemeriksaan urin kadang tidak dapat dilakukan bila terjadi

    retensi. 3

    Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan dengan uretrogram

    retrograd dan foto polos pelvis. 3,4,5,6,7 Pada hasil pemeriksaan dapat

    ditemukan adanya fraktur pelvis, adapun pada uretrogram retrogade

    akan menunjukkan ekstravasasi. 3,4,6,7

    C. Komplikasi

    Komplikasi dini setelah rekonstruksi uretra adalah infeksi,

    hematoma, abses periuretral, fistel uretrokutan, dan epididimitis.5

    Adapun komplikasi lanjut yang paling sering terjadi adalah striktur

    uretra. Impotensi dan inkontinensia juga merupakan komplikasi yang

    mungkin timbul pada trauma uretra posterior. 3,5,6

    Komplikasi akan tinggi jika dilakukan reparasi segera, dan akan

    menurun bila hanya dilakukan sistotomi suprapubik dan reparasi

    dilakukan belakangan. 3,6

    D. Pengelolaan

    Bila ruptur uretra posterior tidak disertai cedera organ

    intraabdomen atau organ lain, cukup dilakukan sistostomi. Reparasi

    uretra dilakukan 2-3 hari kemudian dengan melakukan anastomosis

    ujung ke ujung, dan pemasangan kateter silikon selama tiga minggu. 3,5

    Bila disertai cedera organ lain hingga tidak memungkinkan untuk

    dilakukannya reparasi 2-3 hari kemudian, sebaiknya dipasang kateter

    secara langsir ( rail roading ).

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    7/16

    Diagram 1. Pengelolaan trauma uretra posterior pada laki-laki. 4

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    8/16

    Diagram 2. Pengelolaan trauma uretra pada perempuan. 4

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    9/16

    Gambar 2. Cara langsir ( rail roading ) pemasangan kateter Foley menetap pada ruptur uretra. 5

    a) Selang karet atau plastik diikat ketat pada ujung sonde dari meatus uretra

    b) Sonde uretra pertama dari meatus eksternus dan sonde kedua melalui

    sistotomi yang dibuat lebih dahulu saling bertemu, ditandai bunyi denting

    yang dirasa di tempat ruptur

    c) Selanjutnya sonde dari uretra masuk ke kandung dengan bimbingan sonde

    dari buli-buli

    d) Sonde dicabut dari uretrae) Sonde dicabut dari kateter Nelaton dan diganti dengan ujung kateter Foley

    yang dijahit pada kateter Nelaton

    f) Ujung kateter ditarik kearah buli-buli

    g) Selanjutnya dipasang kantong penampung urin dan traksi ringan sehingga

    balon kateter Foley tertarik dan menyebabkan luka ruptur merapat. Insisi

    di buli-buli ditutup

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    10/16

    2.2.2 Trauma Uretra AnteriorA. Etiologi

    Cedera uretra anterior, selain oleh cedera kangkang ( straddle

    injury ), dapat juga disebabkan oleh instrumentasi urologik

    (iatrogenik), seperti pemasangan kateter, businasi, dan bedah

    endoskopi. 3,5,6,8

    Cedera uretra bulbaris dapat terjadi karena jatuh terduduk atau

    terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras (seperti

    batu, kayu, atau palang sepeda) dengan tulang simfisis. 5

    Straddle injury dapat menyebabkan laserasi atau kontusio dariuretra. Pada kontusio, biasanya hanya terjadi memar dan tidak

    terdapat robekan. Hematoma perineal biasanya menghilang tanpa

    komplikasi. Adapun pada straddle injury yang berat dapat terjadi

    laserasi yang menyebabkan robeknya uretra dan terjadinya

    ekstravasasi urin yang bisa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke

    dinding abdomen yang bila tidak ditangani dengan baik dapat

    menyebabkan terjadinya infeksi dan sepsis.3

    B. Gejala Klinik

    Kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera

    kangkang atau instrumentasi dan darah yang menetes dari meatus

    uretra. 3,5,6

    Pada ruptur uretra anterior terdapat daerah memar atau hematom

    pada penis dan skrotum. Beberapa tetes darah segar di meatus uretra

    merupakan tanda klasik cedera uretra. Bila terjadi ruptur uretra total,

    penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi trauma, dan

    nyeri perut bagian bawah dan suprapubik. Pada perabaan mungkin

    ditemukan kandung kemih yang penuh. 3,5,6

    Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi

    karena udem atau bekuan darah. Abses periuretral atau sepsis

    mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah

    dapat meluas jauh, tergantung pada fasia yang turut rusak. Pada

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    11/16

    ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat urin yang menyebabkan

    selulitis dan septisemia bila terjadi infeksi. 5

    Jika terjadi rupture uretra beserta korpus spongiosum, darah dan

    urin keluar dari uretra tetapi masih terbatas pada fasia Buck, dan

    secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada penis. Namun jika

    fasia Buck ikut robek, ekstravasai urin dan darah hanya dibatasi oleh

    fasia Colles sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau

    dinding abdomen. Oleh karena itu robekan ini memberikan gambaran

    seperti kupu-kupu sehingga disebut butterfly hematoma atau

    hematoma kupu-kupu. 6

    Pada pemeriksaan radiologis, hasil pemeriksaan uretrogram

    retrogad dapat menunjukkan gambaran ekstravasasi bila terdapat

    laserasi uretra, sedangkan pada kontusio uretra tidak akan didapatkan

    gambaran ekstravasasi. Bila tidak tampak adanya ekstravasasi, maka

    pemasangan kateter uretra diperbolehkan. 3

    C. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjai meliputi perdarahan, infeksi/sepsis

    dan striktur uretra. 3,5,6

    D. Pengelolaan

    Pada ruptur uretra anterior total, langsung dilakukan pemulihan

    uretra dengan anastomosis ujung ke ujung melalui sayatan perineal.

    Dipasang kateter silikon tiga minggu. Bila ruptur parsial, dilakukan

    sistostomi dan pemasangan kateter Foley di uretra selama 7-10 hari,

    sampai terjadi epitelisasi uretra yang cedera. Kateter sistostomi baru

    dicabut bila saat kateter sistostomi diklem ternyata penderita bisa

    buang air kecil. 3,5

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    12/16

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    13/16

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    14/16

    Tabel 1. Klasifikasi Trauma Menurut AAST

    Tabel 2. Klasifikasi Trauma Uretra Berdasarkan Uretrografi Menurut Goldman

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    15/16

  • 8/10/2019 trauma uretra.docx

    16/16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sabiston, David C. 2010. Buku Ajar Bedah Bagian 2 . Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran EGC.2. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran

    Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.3. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah .

    Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.4. Martinez-Pineiro L , et al . 2010. EAU Guidelines on Urethral Trauma . Eur

    Urol (2010), doi:10.1016/j.eururo.2010.01.013.5. Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah , Edisi 2. 2005.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.6. Rosenstein, Daniel I. and Alsikafi, Nejd F. 2006. Diagnosis and

    Classificasion of Urethral Injuries . Urologic Clinics of North America33(2006) 73-85.

    7. Ingram, Mark D., et al . 2008. Urethral Injuries after Pelvic Trauma: Evaluation with Urethrography. RadioGraphics 2008; 28:1631 1643

    8. Brandes S .2006. Initial management of anterior and posterior urethralinjuries . Urologic clinics of north america. Philadelpia : ElseiversSanders; 2006. p. 87-95