trauma

12
Ada atau tidaknya pernafasan, denyut nadi di cari di leher dengan satu atau dua jari yang dieser dari garis tengah rawan tiroid sampai ke lateral laring tempat denyut a.katoris atau di cari di a. brakalis Jika bayi tersedak, dapat dilakukan perasat Heimlich seperti pada orang dewasaatau dengan tepukan punggung Pada bayi, kompresi jantung di lakukan dengan ibu jari pada sternum yang di tekan sedalam satu setengah sampai setengah sentimeter tergantung dari usia dan besarnya bayi.Insuflasi diberikan dua kali tiap tiga puluh kempaan toraks. Pada anak dengan usia 8 tahun sampai 10 tahun, dapat dilakukan resusitasi seperti pada orang dewasa. Pada anak muda dilakukan masase 80-100 per menit. Sternum harus ditekan sedalam 2 1 / 2 -4cm. Resusitasi dapat dihentikan jika denyut nadi dan pernapasan pulih kembali. Resusitasi pada pasien trauma yang syok memerlukan akses kedalamm vena untuk memasukan cairan degan cepat. Pada orang dewasa di butuhkan sekitar 2L cairan (bolus pertama), sedangkan pada anak-anak di butuhkan 20mL/kgBB. Respons tekanan darah terhadap resusitasi cairan ini sangat penting, jika hipotensi menetap dan pada pemeriksaan fisik di dapatkan sumber syok adalah perdarahan, pemberian bolus kedua dapat di lakukan dan sumber perdarahan dibebat tekan. Bila setelah setelah bolus kedua masih tidak ada respons, harus di lakukan tindak bedah untuk menghentikan perdarahan dan transfuse darah harus segera dilakukan. PENGAKHIRAN RESUSITASI. Kempaan koraks dapat di hentikan jika denyut nadi kembali teratur, tetapi napas buatan harus di teruskan untuk menjamin oksigenasi darah. Napas buatan baru dapat di hentikan jika pernapasan sudah timbul spontan dan teratur . Jika setelah 30 menit tidak ada tanda aktivitas jantung atau tanda pernapasan spontan, dan kedua pupil lebih tanpa reaksi terhadap cahaya, resusitasi dapat dihentikan. Hal ini berlaku untuk orang dewasa, lanjut usia, maupun anak kecil. Pada korban yang mengalami pendinginan, umpamanya setelah tenggelam di air

Upload: siti-rohani

Post on 02-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma

Ada atau tidaknya pernafasan, denyut nadi di cari di leher dengan satu atau dua jari yang dieser dari garis tengah rawan tiroid sampai ke lateral laring tempat denyut a.katoris atau di cari di a. brakalis

Jika bayi tersedak, dapat dilakukan perasat Heimlich seperti pada orang dewasaatau dengan tepukan punggung

Pada bayi, kompresi jantung di lakukan dengan ibu jari pada sternum yang di tekan sedalam satu setengah sampai setengah sentimeter tergantung dari usia dan besarnya bayi.Insuflasi diberikan dua kali tiap tiga puluh kempaan toraks.

Pada anak dengan usia 8 tahun sampai 10 tahun, dapat dilakukan resusitasi seperti pada orang dewasa. Pada anak muda dilakukan masase 80-100 per menit. Sternum harus ditekan sedalam 21/2-4cm. Resusitasi dapat dihentikan jika denyut nadi dan pernapasan pulih kembali.

Resusitasi pada pasien trauma yang syok memerlukan akses kedalamm vena untuk memasukan cairan degan cepat. Pada orang dewasa di butuhkan sekitar 2L cairan (bolus pertama), sedangkan pada anak-anak di butuhkan 20mL/kgBB. Respons tekanan darah terhadap resusitasi cairan ini sangat penting, jika hipotensi menetap dan pada pemeriksaan fisik di dapatkan sumber syok adalah perdarahan, pemberian bolus kedua dapat di lakukan dan sumber perdarahan dibebat tekan. Bila setelah setelah bolus kedua masih tidak ada respons, harus di lakukan tindak bedah untuk menghentikan perdarahan dan transfuse darah harus segera dilakukan.

PENGAKHIRAN RESUSITASI. Kempaan koraks dapat di hentikan jika denyut nadi kembali teratur, tetapi napas buatan harus di teruskan untuk menjamin oksigenasi darah. Napas buatan baru dapat di hentikan jika pernapasan sudah timbul spontan dan teratur .

Jika setelah 30 menit tidak ada tanda aktivitas jantung atau tanda pernapasan spontan, dan kedua pupil lebih tanpa reaksi terhadap cahaya, resusitasi dapat dihentikan. Hal ini berlaku untuk orang dewasa, lanjut usia, maupun anak kecil. Pada korban yang mengalami pendinginan, umpamanya setelah tenggelam di air dingi atau sungguh dingin, resusitasi dapat dilanjutkan sampai satu jam.

Setelah resusitasi berhasil, penanganan harus di lanjutkan di rumah sakit. Sambil menunggu pengangkutan penderita harus diposisikan aman dan jalan napas di pelihara tetap terbuka.

Jalan napas harus bebas dan terbuka. Jika mungkin, dapat dipasang mayo* di mulut. Napas buatan dapat dilanjutkan dengan balon dengan atau tampa mengguanakan pipa intratrakea.

Pemulihan kegagalan sirkulasi

Kegagalan sirkulasi yang paling sering terjadi pada korban trauma adalah syok dan henti jantung yang antara lain terjadi karena perdarahan yang terlalu banyak atau karena cedera jantungnya sendiri. Penanggualangan syok dilakukan bersamaan dengan penanggulangan pernapasan, masing-masing oleh orang yang berbeda.

Bila paru-paru berfunsi dengan baik, perhatian di tujukan pada kardiovaskular, yaitu curah jantung dan kadar hemoglobin. Gangguan stabilitas kardiovaskular paling sering terjadi

Page 2: Trauma

hipovolemia akibat kehilangan darah pada luka laserasi luas atau luka laserasi kecil namun mengenai pembuluh darah. Hipovolemia dapat juga terjadi karena perdarahan yang tidak tampak dari luar seperti pada hemotoraks, fraktur femur atau pelvis, atau perdarahan peritoneal dan retroperitoneal

MENGATASI PERDARAHAN. Perdarahan sebagian besar dapat di hentikan dengan mrnekan langsung luka dengan tangan atau jari dilanjutkan dengan balut tekan atau menekan titik tekan nadi.

Perdarahan dalam karena patah tulang umumnya cukup besar. Rongga dada dan rongga perut dapat menampug sampai tiga liter darah. Kehilangan pada patah tulang panggul dapat mencapai dua liter, sedangkan pada patah tulangpaha sampai satu setengah liter. Genangan darah di lantai seluas 30cm2 kira-kira setara dengan 100mL.

Turniket tidak dianjurkan karena, selain kecil manfaatnya, pada arteri besar juga merugikan kalau pembuluh darah kolateral tertekan. Turniket hanya di pakai pada pembedahan tungkai teramputasi. Kesalahan paling sering dalam oemasangan turniket adalah ikatan yang tidak cukup keras sehingga pembuluh vena tersumbat, tetapi arteri tidak sehingga kehilangan darah justru semakin banyak. Perdarahan demikian akan berhenti jika turniket dilepaskan dan anggota yang luka ditinggikan. Perlu diingat kemungkinan terjadi kehilangan tungkai karena salah memasang turniket.

Ligasi atau pengikatan pembuluh darah hanya dapat di lakukan bila yakin bahwa bagian distalny tidak akan mengalami gangguan perdarahan. Umumnya luka dinding pembuluh besar harus dijahit. Jika ada pembuluh nadi yang besar terpotong, harus dilakukan anastomosis. Perdarahan di dalam ronggan toraks atau abdomen hanya dapat diatasidengan tindak bedah segera.

MENGGANTI DARAH YAN GHILANG.dalam penanggualangan trauma yang di sertai perdarahan, tindakan yang terpenting adalah menilai beratnya syok, jumlah cairantubuh yang hilang, jumlah yang harus dig anti dalam berapa lama, serta jenis cairan yang di butuhkan. Banyaknya perdarahan dapat di nilai dengan memperhatikan kapan terjadinya trauma dengan beratnya syok. Sebagai contoh, jika trauma terjadi 15 menit sebelumnya dan pasien dalam syok berat, dapat di pastikan bahwa terjadi perdarahan hebat. Pada pasien ini harus dipasangkan infuse dengan jarum ukuran besar. Dalam keadaan gawat darurat indicator untuk menilai syokadalah tekanan darah, sifat nadi, perfusi kulit ( warna, suhu, kelembapan),kesadaran, dan tekanan vena sentral.

Kehilangan lebih dari 20% volume darah memerlukan transfusi. Sementara menunggu darah, larutan garam fisiologis, Ringer* laktat, atau pengganti plasma dapat dipaki untuk mengatassi insufisiensi sirkulasi.

Pada pasien yang di curigai mengalami perdarahan dalam, harus segera dilakukan tindak bedah untuk menghentikan perdarahan karena pemberian darah atau cairan lain tidak dapat memperbaiki sirkulasi.

Setelah pemberian tranfusi darah dalam jumlah banyak, dapat terjadi gangguan koagulasi karena dilusi (pengeceran) dan disfungsi trombosit. Untuk menanggulanginya perlu di lakuakan trobosit. Pemberian plasma beku segar(fresh fozen plasma) tidak diperlukan jika suspensi

Page 3: Trauma

trombosit telah diberikan, Karena kadar faktor pembekuan darah dalam plasma beku segar sama dengan yang ada dalam suspensi trombosit, kecuali faktor V dan VIII yang agak kurang.

Seorang penderita dengan perdarahan masif dapat mempunyai tekanan darah yang adekuat karena reaksi kompensansi yang maksimum, namun sedikit lagi perdarahan akan menyebabkan penderita begini jatuh dalam hipotensi. Oleh karena itu, kita harus menganggap seorang penderita yang cedera disertai hipotensi adalah dalam keadaan syok. Kehilangan darah yang signifikat dapat tidak terdeteksi bila kita hanya berpatokan pada tekanan darah dalam menegakkan diagnosis syok.

Ada beberapa faktor yang dapat menganggu penilaian respons hemodinamik terhadap perdarahan. Faktor ini meliputi (1) usia penderita;(2)beratnya cedera dengan perhatian khusus pada jenis dan letak anatomik cederanya ;(3) rentang waktu antara terjadinya cedera dan di mulainya terapi ;(4) terapi cairan pea-RS dan di gunakan pakaian antisyok(pneumatic antishock garment, PASG atau military antishocktrousers, MAST);(5)obat yang di pakai untuk penyakit kronik sebelum terjadi cedera.

Resusitasi pasien syok berat karena cedera, tidak cukup hanya dengan mengembalikan tekanan darah ke tekanan darah normal. Masalah hipoperfusi yang berlangsung untuk beberapa lama harus di perhatikan. Seorang pasien pascaresusitasi memerlukan lebih dari perfusi normaluntuk mengembalikan dampak kekurangan oksigen yang berlangsung lama. Ada tiga fase dalam penanggulangan pasien cedera yang di resusitasi dari syok. Fase pertama adalah mengganti volume darah yang hilang. Fase kedua adalah akumulasi cairan di esktravaskular setelah penggantian volume darah yang hilang. Pada fase ini terjadi peningkatan berat badan sampai 10% dari berat badan total. Kenaikan berat badan ini terjadi karena menurunnya tekanan onkotok plasma, meningkatnya permeabilitas membrane mikrovaskular, perubahan matriks intertisial dan mengembangnya rongga intraseluler. Setelah sekitar 40 jam, pasien memasuki fase ketiga yang di tandai dengan terjadinya dieresis. Kalau kita gagal mempertahankan sirkulasi yang hiperdinamik pada fase kedua resusitas, pulihnya syok akan terganggu dan resiko terjadinya gagal organ meningkat.

Respon hiperdinamik dapat di pantau dengan mengukur curah jantung dan saturasi oksigen dari hemoglobin dalam darah arteri dan ven. Pasokan oksigen di seluruh tubuh di hitung sesuai dengan laju pasokan yang dibutuhkan yaitu sekitar 660mL/mnt/m2.

Tindakan segera nonobedah

PEMASANGAN KATETER URINE. Pada semua kasus trauma berat harus di pasangkan kateter urine, untuk memantau penannggulangan syok, juga untuk mengetahui adanya cedera ginjal dan saluran kemih. Hematuria jelas merupakan adanya kontusio, laserasi, atau rupture ginjal maupun saluran kemih. Bila keadaan umum baik, sebaiknya di buat pielogram intravena (IVP) untuk membuktikan adanya ekstravasasi pada ginjal, ureter, atau buli-buli. Pada penderita hipotensif, tidak dilakukan IVP karena di perlukan perfusi jaringan ginjal yang baik untuk memperoleh ekskresi zat kontras.

PEMASANGAN BIDAI. Pada patah tulang anggota gerak bidai harus segera di pasang karena tindakan ini dapat menghindarkan cedera syaraf atau pembuluh darah lebih lanjut atau

Page 4: Trauma

berubahnya patah tulang tertutup menjadi patah tulang terbuka. Pencatatan keadaan neurovascular distal harus di lakukan pada pemeriksaan pertama ekstremitas yang mengalami patah tulang. Infuse tidak dapat di pasang pada tungkai yang patah.

Pada prosedur pertolongan pertama korban patah tulang belakang servikal hingga lumbal.

Pasien di pindahkan atau diangkat tanpa mengalami bengkokan atau torsi pada tulang belakangnya .

Tata laksana trauma majemuk

Dalam penanggualangan trauma majemuk, selain melakukan trias resusitasi sebagai tindakan pertama, perlu diketahui riwayat cederanya (biomekanika kecelakaan) sehingga dapat diperkirakan organ dan system tubuh mana yang akan mengalami kegagalan. Kemudian dilakukan triase yang penting untuk menentukan apakah penderita terancam jiwanya sehingga dapat diputuskan untuk melakukan resusitasi jantung- paru atau tidak. Sambil melakukan resusitasi, di pasang dua infuse ditangan. Bila infuse dipasang di kaki, tujuan resusitasi cairan tidak akan tercapai bila terdapat cedera v. kava karena akan terjadi kebocoran. Contoh darah di ambil sebagai persiapan tranfusi untuk memantau resusitasi cairan, di pasang kateter urin dan kateter vena sentral.

Pemberian infuse di mulai dengan larutan NaCl, laktat Ringer, darah sebanyak 1000 mL dan bila tidak ada perubahan kardiovaskular, perdarahan dianggap cukup besar. Dalam hal ini, harus segera dilakukan laporotomi atau torakotomi karena cedera diperut atau toraks biasanya menyebabkan perdarahan besar. Pada semua penderita trauma majemuk, terutama yang tidak sadar, di berikan juga bolus glukosa. Kalau korban seorang penderita diabetes dengan hiperglikemia, bolus tersebut tak ada pengaruhnya, sedangkan bila disertai hipoglikemia, tindakan ini merupakan penyelamatan jiwa.

Setelah yakin bahwa dengan resusitasi ini ancaman kematian mendadak telah disingkirkan, dilakukan evaluasi sekunder. Tindakan ini di mulai dengan menggunting semua pakaian korban sehingga pemeriksaan seluruh tubuhnya dapat dilakukan dengan cermat, kemudian dilakukan anamnesis selengkapnya bila penderita sadar.

JENIS TRAUMA LAINNYA

1. Korban tenggelam

Sewaktu tenggelam, biasanya air tertelan dan terisap masuk ke saluran pernapasan. Akan terjadi laringospasme, sehingga terjadi asfiksia akibat jalan napas tertutup, selanjutnya akan terjadi hipoksia, hiperkapnia, sianosis, dan kehilangan kesadaran. Setelah dua sampai tiga menit spasme laring akan hilang karena terjadinya paralisis laring sehingga dapat terjadi aspirasi air. Selain itu dapat terjadi aspirasi isi lambung Karena alir balik sis lambung. Hal itu menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia*. Jika yang terancam jiwa korban tenggelam adalah asfiksia san asfirasi.

Page 5: Trauma

Gangguan kadar elektrolit darah timbul karena terjadi pertukaran elektrolit di saluran cerna dan di paru, serta terjadi hemodialusi. Perubahan yang ditemukan di paru tergantung dari tempat tenggelamnya, di air tawar atau di air laut. Bila korban tenggelam di air tawar, terdapat kerusakan membrane alveolokapiler dengan kerusakan alveolus, dan udem paru, sedangkan bila korban tenggelam di air laut, selain proses alveolar dan udem paru. Prognosis kadang di pengaruhi oleh suhu air tempat korban tenggelam. Bila korban tenggelam di air dingin, terjad reflex apnea, bradikardi, vasokontriksi perifer dengan redistribusi sirkulasi sehingga perdarahan otak dapat di pertahankan lebih lama. Karena suhu jaringan turun, kebutuhan zat asam sel ikut turun. Dengan demikian, hipotermia dan suhu sentral yang turun dibawah 350C menjadi pelindung korban. Jika suhu sentral turun di bawah 330C, penderita tidak lag menggigil dan otot menjadi kaku. Pada suhu sentral yang turun sampai300C, penderita masih dapat tertolong, terutam anak dan orang muda.

Proses patologi pada korban tenggelam dibagi atas tiga fase yang saling tumpang tindih.

Resusitasi dilakukan seperti telah dijelaskan di atas. Resusitasi kardiovaskular harus dilakukan pada alas tidur yang benar-benar datar. Kepala tidak boleh lebih tinggi dari badan karena tekanan yang di hasilkan oleh kempaan tidak cukup untuk menjamin perfusi jaringan otak yang memadai. Setelah itu, biasanya diperlukan perawatan di ruang rawat intensif dengan bantuan ventilasi sampai keadaan stabil. Perhatian khusus ditujukan pada suhu sentral, elektrolit darah, keseimbangan cairan, dan patologi paru. Bila suhu badan rendah, naikkan secra berangsur sekitar 1oC per jam.

2. Korban suhu tinggi Untuk menanggulangi luka akibat suhu tinggi, yang penting adalah mendinginkan daerah

yang terpanjang suhu tinggi secepat mungkin. Dalam praktiknya, pendinginnya bagian tubuh tersebut dengan air untuk mencegah kerusakan meluas lebih dalam dan agar lapisan dalam turut didinginkan sehingga dapat dicegah membekunya protein sel. Biasanya diberikan pembilasan sekurang-kurangnya selama 15 manit. Pendinginan diteruskan selama masih ada nyeri. Penanggulangan penderita luka suhu tinggi.KEJAT SUHU TINGGI. Kejat (cramp) suhu tinggi di sebabkan oleh pengeluaran garam dan transpirasi berlebihan. Penderita mungkin telah minum banyak untuk mengimbangi pengeluaran cairan, tetapi tidak di sertaidengan asupan garam. Penderita mengeluh kepala pusing, dan mungkin kejat otot. Suhu badan tidak meninggi.Keluhan akan hilang bila diberikan makanan yang mengandung garam. Tablet garam dapat di gunakan asal dilarutkan sampai isotonis.KELELAHAN SUHU TINGGI (heat exhaustion). Bila transpirasi banyak tetapi tidak diimbangi dengan asupan cairan, dapat terjadi kelelahan suhu tinggi. Penderita mengeluh kehausan, capai, dan mungkin tampak gelisah.biasanya timbul takipnea dan kelelahan otot disertai vasodilatasi perifer. Vasodilatasi ini dapat menyebabkan syok. Penderita mengeluh pusing dan mungkin sampai sinkope. Kadang timbul mual, muntah, dan suhu tubuh sedikit meninggi. Penderita harus dibaringkan dan diamati di tempat sejuk. Jika penderita sadar, dapat diberikan minuman dan/atau makanan.HEAT-STROKE. Heat-stroke biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas disertai tingginya suhu lingkungan, misalnya yang terjadi pada olahraga berat dan lama seperti pelari yang bermaraton* di siang hari atau pekerjaan berat di lingkungan suhu tinggi. Kelainannya

Page 6: Trauma

timbul karena system pendingin tidak dapat mengimbangi panas yang timbul. Bila suhu tubuh terus meninggi, pusat pengatur panas di b Tang otak tidak berfungsi semestinya sehingga pengeluaran balon tidak berkurang. Kurangnya keringat justru akan makin menurunkan proses pendinginan. Sebagai konpensasinya, akan terjasi vasodilatasi sehingga kulit kelihatannya merah, kering, dan terasa panas. Penderita merasa gelisah dan meracau, kadang dapat terjadi halusinasi, hingga kejang da penderita jatuh pingsan sampai koma. Biasanya ditemukan takikardi, takipnea, hipotensi, dan mungkin dilatasi pupil. Penanggulangan terdiri atas perawatan di tempat sejuk, pendinginan dengan kain basah, atau penyiraman air. Keadaan ini tergolong gawat sehingga penderita harus dirawat di rumah sakit.

3. Penyakit dekompresiPenyakit dekompresi terjadi bila seseorang menghadapi tekanan atmosfer yang besar dalam waktu singkat, misalnya yang terjadi pada pekerja yang naik terlalu cepat dari kedalaman air ke tekanan atmosfer normal, penyakit dekompresi di sebut juga dengan beberapa sebutan yaitu penyakit caisson*, the bends*, disbarisme*, dan aeroembolisme*, keadaan ini merupakan kelainan berbahaya yang di tandai nyeri kejat (spasme) dan paralisis.

Tekanan ini mengempa penyelam dan tekanannnya diteruskan ke semua jaringan tubuh. Rongga tubuh yang berisi udara akan mengecil samapai tekanannya seimbangdengan tekanan sekelilingnya. Rongga yang dindingnya trdiri atas tak dapat kolaps. Akan tetapi, bila ruang seperti ini terisolasikarena lubang keluarnya tersumbat, tekanan didalamnya menjadi lebih rendah dari tekanan sekelilingnya. Pada tekanan yang lebih tinggi, lebih banyak gas yang terlarut.FATOFISIOLOGI. Makin dalam seseorang menyelam, tekan air sekeliling makin tinggi, kira-kira naik satu atmosfer tiap turun 10 meter. Pada tekanan yang meningkat, kelarutan gas dalamcairan tubuh dan darah juga meningkat. Makin lama seseorang berada di kedalaman atau di tempat bertekanan tinggi, makin banyak gasyang larut dalam cairan dalan cairan tubuh dan jaringan. Darah paling cepat jenuh dengan larutan gas karena darah langsung berhubungan dengan udara pernapasan di paru. Otak termasuk organ yang cepat jenuh karena vaskularisasi otak kay. Tulang rawan pendarahannya sedikit sehingga termasuk jaringan yang lambat menjadi jenuh. Komponen terbesar dalam udara adalah nitrogen, sedangkan nitrogen yang terbawa oleh udara napas itu banyak diikat oleh jaringan lemak.

Pada waktu penyelam naik kepermukaan, tekanan sekitarnya berkurang sehingga jaringan yang menyerap gas akan melepaskannya kembali. Pelepasan secara perlahan tidak akan menimbulkan mengembung yang akan menjadi embolus, tetapi perubahan tekanan yang tiba-tiba karena penyelam cepat naik ke permukaan menyebabkan pelepasan gas yang pula sehingga timbul efek dekompresi. Keadaan ini akan menimbulkangelembung, yang terutama di bentuk oleh nitrogen, dan menyebabkanembolus gas yang mengganggu system kardiopulmonar dan otak. Gelembung gas dalam darah juga menyebabkan gangguan koagulasi darah.

Penyelam yang relative dangkal, tetapi lama, akan menyebabkan nitrogen lebih lama berada di jaringan yang lambat jenuh, sementara darah mampu mengeluarkan kelebihannya lewat paru pada waktu penyelam naik, lambat pula mengeluarkannya sehingga terbentuk gelembung mesalnya di sendi. Kecepatan naik yang aman adalakh kira-kira 10 m/menit.TANDA DAN GEJALA. Penyakit dekompresi terdiri atas dua tipe, yaitu tipe I yang ringan dan tipe II yang berat. Penyakit dekompresi tipe I di tandai olehkelelahan, kantuk, puesing, gatal, dan bercak kulit. Tipe II memperlihatkan gangguan di system saraf pusat dan kardiopulmonar.

Page 7: Trauma

Gejala nerologis berupa rasa baal, lemah, kelumpuhan, buta, nyeri seperti ditusuk jarum dan gangguan motorik luas lain maupun sensorik. Gejala paru berupa dispnea, batuk, sianosis, dan nyeri substernal. Semua gejalaini umunya timbul pada enam jam pertama, tetapi juga baru timbul setelah 24 jam.

Suhu tubuh meningkat dan pada darah ditemukan leukositosis. Keadaan ini menjadi gawat bila terjadi syok.

TATALAKSANA. Tindakan pertolongan adalah tindakan rekompresi yang dilakukan dalam ruangan udara bertekanan tinggi (RUBT). Makin cepat tindakan rekompresi dikerjakan makin baik hasilnya. Takanan dinaikan sampai 2,8 atmosfer dengan tujuan memperkecil ukuran gelembung dan memulihkan aliran darah secepatnya, selama korban berada di ruang tersebut gelembung dalam darah dan jaringan akan mengalami resolusi sehingga tidak mengembang waktu dekompresi. Tekanan dalam RUBT diturunkan berangsur-angsur. Oksigen diberikan dengan tekanan tinggi.

Selain itu, diberikan aspirin oral untuk mengurangi agregasi trombosit. Bila timbul syok, penderitadengan diinfus dengan plasma ekspander yang berat molekulnya rendah. Untuk memperbaiki udem susunan saraf pusat diberikan juga hepatin 7500 IU i.a. dan sediaan steroid.

Penyulit lanjut penyakit dekompresi yang paling di takuti adalah gangguan neurologis, antara lain lesi transversa medulla spinalis.

4. Cedera listrikKecelakaan listrik dapat terjadi di dalam dan di luar rumah, umpamaanyakarena kabel

listrik kuran aman, alat listrik rusak, atau halilintar.Jika tubuh dialiri arus listrik, akan terjadi kontraksi otot. Bila terpegang arus listrik,

misalnya, tagan tak dapat lepas dari sumber listrik tersebut karena fleksor jari jauh lebih kuat daripada ekstensor jari. Kontraksi otot yang hebat dapat menyebabkan patah tulang missalnya kompresi tulang belakang. Pernapasan mungkin berhenti bila aliran listrik mengenai diafragma atau otot interkostal.

Luka bakar di tempat aliran listrik masuk dan keluar mungkin kelihatan kecil, tetapi disebelah dalam terjadi nekrosis yang lebih luas. Korban mungkin pingsan dan mengalami cedera tambahan karena jatuh. Dapat terjadi gangguan neurologic perifer karena cedera saraf motorik dan /atau sensorik, sedangkan fibrilasi ventrikel jantung dapat menyebabkan kematian mendadak. Penyulit lanjut terdiri atas gangguan saraf, pembuluh darah, atau organ tubuh.

Yang pertama harus dilakukan ialah memutuskan aliran listrik karena korban tidak dapat dipegan sebelumaliran diputuskan. Jika perlu, korban dapat dilepaskan oleh penolong yang melindungi diri dengan tindakan mencegah aliran listrik berjalan dari korban ke tanah melalui tubuh sendiri. Tindakan tersebut dapat merupakan penggunaan kayu kering, sarung tangan karet, pembalut kain yang tebal dan kering sambil memakai sepatu bersol kering dan berdiri di atas alas yang kering yang sukar menghantar listrik. Resusitasi harus segera dilakukan.

5. Cedera ledakCedera ledak dapat disebabkan oleh perasaan, kembang api, ledakan dirumah atau

industry, dan ledakan bom atau granat. Cedera yang terjadi dapat disebabkan efek ledak, pecahan bom,granat, benda asing lain, atau runtuhan bangunan. Pada ledakan dalam air, energy ledak di teruskan dengan kekuatan besar sehingga dapat terjadi cedera organ dalam toraks atau abdomen pada orang di dalam air.

Page 8: Trauma

Cedera yang timbul bergantung pada besarnya ledakan, jarak ledakan, dan jika di dalam bangunan, luasnya ruang. Cedera paru menyebabkan pecahnya alveolus disertai perdarahan. Fistel bronkovena menyebabkan kematian mendadak. Agaknya cedera paru di sebabkan oleh energi gelombang udara tekanan tinggi yang membentur cairan di dalam alveolus dan jaringan paru dan menimbulkan energy tinggi ke segala arah dengan efek ledaknya. Tidak jarang juga ditemukan pneumotoraks atau pneumomediastinum. Transmisi energy cedera disemua bagian mata, dari lensa sampai retina. Pada telinga, dapat terjadi rupture membrane timpani, cedera koklea, dan cedera N.VIII.

GAWAT DARURAT DAN BENCANA1. Gawat darurat

Penderita gawat darurat adalah penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat sehingga diperlukan tindak diagnosis dan penanggulangan segera. Karena terbatasnya waktu, tindak pertolongan harus dijalankan secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC. Keadaan gawat darurat dapat juga tejadi pada seseorang yang mulanya sehat dan berada dalam lingkungan masyarakatawam lalu mengalami kecelakaan atau bencana. Oleh karena itu, penanganan pada umumnya melibatkan masyarakat awam.

Safe community yang dirancangkan dalam Deklarasi Makassar menuntut adanya system yang dikenal sebagai Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). System ini meliputi komponen (1) masyarakat awam;(2) system komunikasi gawat darurat;(3) berbagai system pendukung, seperti pemadam kebakaran, polisi, satpam, korps relawan Palang Merah Indonesia, pamuka;(4) ambulans gawat darurat pra-RS;(5) unit gawat darurat/pusat gawat darurat RS, puskesmas, klinik 24 jam; dan (6) disaster plan serta pelatihan bagi tenaga pelaksannya. Dengan diterapkannya safe community ini, semua desa, kota, kabupaten, dan provinsidiharapkan mampu menanggulangi kejadian gawat darurat dengan baik sehingga bencana serta korban missal dapat ditanggulangi sendiri untuk 24-48 jam pertama