transportasi.docx

Upload: nova-dwi-gandini

Post on 14-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bus Transjakarta Sebagai Transportasi Masa Depan Indonesia Guna Mengurangi Kemacetan

Oleh :(Nova Dwi Gandini)

Transportasi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita, karena tanpa transportasi kita sebagai makhluk hidup yang notabennya adalah makhluk sosial akan sangat kesulitan untuk melakukan perpindahan dalam jarak yang jauh. Sehingga suatu transportasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini. Dalam paper ini saya akan sedikit mencoba menjelaskan transportasi apa yang sangat ideal ada di negara Indonesia ini. Yang kita tahu bahwa Indonesian adalah negara kepulauan denagn lebih dari 17000 pulau yang tersebar di seluruh negara ini. Namun demikian, transportasi antar pulau belum dianggap memiliki peranan yang penting ( strategis ). Pada perkenalan awal saya akan mencoba memaparkan pengertian dari transportasi itu sendiri dari beberapa ahli untuk mempermudah dalam pembahasan di paper ini. Menurut Utomo, transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan menurut Sukarto, transportasi adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Menurut Morlok, transportasi adalah suatu tindakan atau ada suatu hal yang dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain. Sehingga suatu daerah dalam suatu negara sekreatif mungkin menemukan atau menentukan kombinasi yang paling optimum dari sarana dan prasarana transportasi beserta metode pengoperasiannya pada suatu daerah tertentu. Menurut Yu, kecendrungan pemanfaatan kemajuan dan ilmu pengetahuan di bidang transportasi yang berkembang dengan pesat 30-40 tahun terakhir ini adalah penggabungan sistem transportasi dengan lingkungan, penerapan analisis sistem pada tahap perencanaan dan perancangan, optimasi pengoperasian sistem melalui penelitian operasional, komputerisasi pengolahan dan analisis data, penggunaan sistem transportasi hemat energi serta peningkatan pemanfaatan dan efisiensi prasarana yang ada. Keadaan geografi dan kependudukan yang ada di Indonesia membuat sistem transportasi yang ideal sangat sulit diterapkan di Indonesia. Pelayanan transportasi yang kurang prima, tidak nyaman dan berbahaya menjadi salah satu faktor utama dimana masyarakat lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan harus menggunakan kendaraan umum. Namun pilihan berkendara menggunakan kendaraan pribadi menimbulkan berbagai dampak negatif seperti keperluan akan bahan bakar yang besar, kemacetan dan polusi udara. Negara-negara maju sangat peduli untuk memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggannya. Kemacetan seperti suatu hal yang biasa dialami oleh masyarakat di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya. Hal ini dikarenakan fenomena ini sudah seringkali mereka alami setiap hari dan sepanjang waktu terutama pada jam-jam sibuk (peak hour). Dari definisinya, kemacetan adalah suatu kondisi dimana tersendatnya lalu lintas transportasi atau bahkan menyebabkan berhentinya kendaraan akibat volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan (kemampuan jalan dalam menampung jumlah kendaraan yang melintas). Hal ini menyebabkan tingkat pelayanan jalan menjadi buruk dan menimbulkan permasalahan-permasalahan lain seperti, tidak efektifnya waktu perjalanan, polusi udara semakin besar, dan yang pasti adalah kenyamanan menggunakan jalan sangat rendah.Banyak sekali pendapat dari para pakar maupun penulis terkait dengan faktor penyebab kemacetan ini. Secara umum faktor penyebab kemacetan, antara lain:

1. Volume kendaraan yang over capacityBerdasarkan data statistik jumlah kendaraan bermotor di Indonesia semakin bertambah dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 10% - 12% setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2010 lalu, penjualan mobil memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar otomotif nasional karena mencapai 760 ribu unit. Belum lagi jumlah motor yang pasti jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mobil. Untuk mengatasi permasalahan ini sebenarnya ada dua cara yang mungkin bisa dilakukan, yaitu penambahan jumlah ruas jalan atau mengurangi volume kendaraan. Namun ternyata, kedua hal ini tidak benar-benar efektif diterapkan karena pertama, untuk menambah ruas jalan maka diperlukan pelebaran jalan atau pembebasan lahan untuk membuka jalan baru sementara mayoritas lahan di kota-kota besar sudah terbangun dan akan sangat membutuhkan dana yang besar untuk melakukan pembebasan lahan disana. Kedua, pengurangan volume kendaraan disini terkait dengan pengurangan volume kendaraan di titik-titik rawan kemacetan padahal hal tersebut tergantung pada pilihan masyarakat yang menggunakan jalan dan mungkin malah akan menyebabkan distribusi kemacetan di tempat-tempat yang lainnya. Selain itu, pengurangan volume kendaraan juga bisa berarti pengurangan jumlah kendaraan khususnya bermotor, sementara tidak logis untuk memberlakukan kebijakan pembatasan produksi kendaraan karena hal ini akan sangat berkaitan dengan nasib perusahaan tersebut dan nasib ribuan karyawan yang bekerja disana.2. Infrastruktur jalan yang kurang memadaiJalan merupakan infrastruktur yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan, dengan adanya jalan maka mobilitas orang maupun distribusi barang dan jasa dapat berjalan lancar. Namun dalam perkembangannya, ternyata pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia masih berjalan lamban dan bahkan kondisinya adalah yang terburuk di Asia Tenggara. Hal ini juga diungkapkan oleh ADB (Asian Development Bank) bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki kepadatan jalan terendah diantara negara-negara ekonomi utama di kawasan Asia Tenggara, baik untuk setiap 100 orang maupun setiap 100 km2. Jalan yang sudah di aspal di Indonesia pun menurut ADB adalah yang terpendek di kawasan ASEAN padahal Indonesia merupakan negara terluas di kawasan ini. Selain itu, jalan-jalan di Indonesia juga kurang dalam hal keamanannya. Hal ini dikarenakan jalan-jalan di Indonesia tidak ada pembatasnya antara jalan untuk kendaraan bermotor dengan sepeda. Belum lagi, trotoar untuk tempat pejalan kaki pun seringkali digunakan sebagai jalan pintas kendaraan ketika kemacetan terjadi. Berbeda dengan jalan-jalan di negara lain, Jepang misalnya, yang mana sudah terdapat jalan khusus untuk pedestrian (pejalan kaki) dan pengguna sepeda sehingga keamanan dan kenyamanan pengguna jalan dapat terjaga. Fasilitas-fasilitas pelengkap yang menunjang transportasi di Indonesia juga dalam kondisi memprihatinkan. Banyak ditemui di beberapa ruas jalan di kota-kota besar, rambu-rambu lalu lintas masih belum lengkap dan ada beberapa yang ditemui sudah rusak. Hal ini menunjukkan betapa infrastruktur jalan di Indonesia masih kurang memadai.Transportasi publik yang kurang diminatiTransportasi publik merupakan transportasi yang bersifat umum seperti kereta api, bus, pesawat terbang, taksi, dan lain-lain. Di Indonesia, transportasi publik ini cenderung kurang diminati dibanding di negara lain karena kondisi transportasi publik yang kurang aman dan nyaman, biaya sosial dan ekonomi yang masih tinggi, kecenderungan tidak ontime, dan kurang terpadu dalam pengelolaannya. Berbeda dengan di Singapura, meskipun sama-sama negara di Asia Tenggara tetapi Singapura sudah memiliki sistem transportasi publik yang dapat dikatakan maju dan merupakan salah satu negara dengan transportasi publik terbaik di dunia. Hal ini dikarenakan, moda transportasi di negeri ini tersedia secara efisien dan tepat waktu dengan teknologi yang cukup canggih. Selain itu juga disertai dengan informasi rute serta penunjuk jalan yang sangat jelas dan mudah ditemukan. Meskipun ada beragam moda transportasi, tapi setiap moda tersebut dikelola secara terpadu, mulai dari taksi, MRT, LRT, dan bus. Taksi disana diatur dengan sangat baik oleh pemerintah mulai dari pengenaan tarif awal yang ditetapkan, tarif surcharge (biaya tambahan), hingga syarat menjadi supir taksi yang benar-benar ketat, semuanya diatur oleh pemerintah. Begitu juga dengan bus, meskipun ada beberapa perusahaan yang mengoperasikan bus, tetapi pelayanan, biaya, dan sistem yang digunakan tetap sama. Selain itu, bus disana juga dikelola dengan sangat baik dan terpadu dengan moda transportasi lain seperti MRT dan LRT sehingga masyarakat yang ingin ke kantor menggunakan MRT tetapi rumahnya jauh dari stasiun, maka dapat menaiki bus kota dari halte terdekat yang kemudian dapat diteruskan dengan perjalanan menggunakan MRT dengan tepat waktu karena bus-bus tersebut datang dan berangkat sesuai dengan waktu yang tertera di halte. Di stasiun juga tersedia buku rute bus yang dapat membantu penumpang untuk melanjutkan perjalanannya. Sementara di Indonesia, sistem transportasi publiknya kurang terintegrasi dan dimanajemen dengan baik. Misalnya, ketika kita keluar dari halte busway kita akan merasa kebingungan ketika harus melanjutkan perjalanan ke suatu tempat yang jauh dari halte karena tidak adanya moda transportasi publik lain yang bisa digunakan. Atau ketika kita sudah keluar dari stasiun, kita akan merasa jengkel menunggu supir bemo atau bus untuk segera berangkat karena masih menunggu bus penuh penumpang dulu untuk diberangkatkan. Belum lagi kondisi moda transportasi publik yang kurang nyaman karena kurang terjaga kebersihan atau moda transportasi publik yang kurang layak pakai. Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan saat ini untuk mengatasi masalah kemacetan di Indonesia khususnya di kota-kota besar adalah bukan dengan membatasi jumlah kendaraan bermotor melainkan melakukan manajemen transportasi publik. Manajemen transportasi publik adalah suatu bentuk pengaturan moda transportasi massal guna mengatasi permasalahan transportasi terutama kemacetan khususnya di kota-kota besar sebagai salah satu bentuk manajemen kota demi mewujudkan kota yang nyaman dan teratur. Meskipun saat ini di Indonesia sudah ada transportasi publik, tetapi seringkali gagal karena manajemennya yang kurang tepat dan tidak terintegrasi dengan baik. Untuk itu, strategi yang bisa dilakukan untuk mewujudkan manajemen transportasi terintegrasi, antara lain:Meningkatkan kualitas moda transportasi massal dengan membangun kerjasama pemerintah bersama swasta dan masyarakatKualitas moda transportasi massal di Indonesia saat ini perlu ditingkatkan. Hal ini mengingat cukup banyak moda transportasi massal yang kondisinya benar-benar memprihatinkan, baik dari segi kebersihannya maupun kelayakannya khususnya moda yang mengakomodasi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Peningkatan kualitas ini bisa bekerja sama dengan pihak swasta dalam manajemen sistem perawatan dan penggunaan teknologi sehingga kualitas moda transportasi massal tetap dapat terjaga. Kerjasama dengan swasta ini dilakukan mengingat biaya untuk perawatan untuk menjaga kualitas moda ini membutuhkan dana yang besar sehingga bekerja sama dengan swasta akan dapat meringankan beban pembiayaan pemerintah. Sumber dana tersebut bisa didapatkan melalui dana CSR perusahaan kendaraan bermotor sehingga tidak perlu investasi dari swasta karena dana CSR merupakan dana yang wajib dikeluarkan perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Selain bekerjasama dengan swasta, perlu juga bekerja sama dengan masyarakat, khususnya para supir angkutan kota karena kepemilikan kendaraan adalah secara pribadi, maka yang bisa dilakukan agar kualitas kendaraan tetap terjaga adalah memberikan insentif kepada para pemilik atau supir angkutan kota melalui pemberian reward bagi angkutan-angkutan yang kualitasnya sudah layak/standar, yang mana standar kelayakan tersebut harus sudah diatur sebelumnya oleh pemerintah. Dan untuk melihat feedback dari penumpang, maka bisa dibuat forum baik di dunia nyata maupun di dunia maya terkait kualitas dan pengelolaan transportasi massal sehingga bisa dijadikan saran bagi pemerintah maupun pengelola.

Mengintegrasikan moda transportasi massal secara terpaduMengintegrasikan moda transportasi massal secara terpadu disini adalah mengelola seluruh moda transportasi massal agar masing-masing moda transportasi massal yang ada dapat saling menunjang satu sama lain dan tidak ada yang saling mematikan satu sama lain. Hal ini bisa dilakukan apabila telah melakukan survei terhadap semua jenis moda transportasi massal dan melakukan musrembang dengan pihak-pihak terkait terutama yang memiliki hubungan langsung dengan transportasi massal guna menentukan rencana dan kebijakan yang tepat terkait keterpaduan moda transportasi massal. Hal ini kemungkinan akan menghasilkan manajemen rute-rute transportasi yang melibatkan berbagai moda transportasi berlanjut (continuing mass transportation). Namun selain itu juga perlu studi peletakan halte melalui hasil survei origin-destination dan standar jarak halte yang bisa dipelajari dari manajemen transportasi publik kota-kota yang manajemen transportasi publiknya berhasil.Pada kenyataannya pemerintah sangat sulit untuk mengatasi masalah kemacetan. Hingga pada akhirnya timbul sebuah opini yang menyebutkan bahwa pada tahun 2014 warga Indonesia memiliki mobil tetapi hanya digarasi karena tidak dapat keluar dari rumahnya sendiri yang diakibatkan oleh banyaknya kendaraan tak sebanding dengan lahan yang ada. Untuk menjawab tantangan itu, disusun Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang bertujuan mewujudkan perangkutan yang andal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan peningkatan hubungan internasional.Moda transportasi darat dalam sistem angkutan di Indonesia terdiri atas angkutan jalan, angkutan jalan rel serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Jaringan perangkutan darat tersusun dalam suatu jaringan pelayanan yang menghubungkan seluruh pusat kegiatan di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Dalam seluruh sistem yang terdiri atas matra darat, laut dan udara, jaringan angkutan darat menjadi titik simpul antarmoda yang vital. Ia menjadi mata rantai awal/akhir moda angkutan laut dan udara pada titik terminal yang semuanya di daratan.Kota Jakarta sebagai ibukota negara dengan beragam aktivitas yang tentunya melibatkan banyak sekali individu dalam sistem yang berlaku di dalamnya. Daerah hinterland yang menjadi tujuan untuk bertempat tinggal adalah Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Bodetabek). Penduduk pinggiran dalam melakukan aktivitas kesehariannya termasuk kedalam kelompok penglaju (commuter).Data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta menunjukkan, kebutuhan perjalanan per hari dengan angkutan umum dari Bodetabek ke Jakarta dan sebaliknya makin meningkat. Pada tahun 2002, misalnya, tercatat 7,3 juta perjalanan per hari, tahun 2010 diperkirakan menjadi 9,9 juta perjalanan per hari, dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 13 juta perjalanan setiap hari. Perjalanan ulang alik Tangerang-Jakarta pada tahun 2010 akan mencapai 1.078.963 dan tahun 2010 menjadi 1.465.912. Adapun perjalanan Bogor-Depok-Jakarta dan sebaliknya pa- da tahun 2010 diperkirakan 791.295 dan pada tahun 2020 melesat menjadi 1.148.528. Perjalanan Bekasi-Jakarta dan sebaliknya cenderung lebih rendah. Tahun 2010 diprediksi 693.099 dan tahun 2020 mencapai 940.834. Angka-angka prediksi ini masuk akal karena pertumbuhan kawasan perumahan baru ke arah Tangerang dan Banten, juga masih ke arah Depok dan Bogor.Mobilitas masyarakat yang semakin berkembang sangat menuntut tersedianya pelayanan angkutan umum, disamping prasarana jalan untuk mengakomodasi permintaan perjalanan tersebut. Dalam penyediaan sarana transportasi juga perlu diperhatikan kualitas layanan, terutama keselamatan. Dalam Bab I UU No. 22 tahun 2009, keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan diartikan sebagai suatu keadaan tehindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan dan/atau lingkungan. Keselamatan transportasi di Indonesia nampaknya masih menjadi perhatian besar. Tingginya tingkat kecelakaan menjadi penyebabnya. Isu yang menjadi penyebab tingginya tingkat kecelakaan tersebut di antaanya adalah isu sumber daya manusia (human resources issues), isu utama (main issues), isu fasilitas (facility issues), isu infrastruktur (infrastructure issues).Isu sumber daya manusia (human resources issues) yaitu rendahnya kedisiplinan akan aturan lalu lintas, rendahnya kesadaran akan keselamatan publik, official competency dalan keselamatan lalu lintas masih belum mencukupi. Isu utama (main issues) yaitu rendahnya koordinasi antara stekeholders dengan safety handling, kurangnya dukungan organisasi dan financial, penegakan hukum yang tidak membawa efek jera dan sistem informasi yang belum mencukupi. Isu fasilitas (facility issues) yaitu keadilan kendaraan bermotor, ketersediaan safety facility bagi kendaraan, desain dan teknologi kendaraan, pemeliharaan kendaraan. Isu infrastruktur (infrastructure issues) yaitu kondisi jalan dan jembatan, jalan kereta api, rambu-rambu lalu lintas, peralatan penguji kendaraan, jembatan timbang.Sehingga Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso pada periode pertamanya meluncurkan gagasan untuk membangun transportasi baru yang bernama busway atau bus TransJakarta. Kota-kota yang dikategorikan sebagai kota-kota besar utama di Indonesia, antara lain Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Bandung dan Semarang. Kota-kota ini mempunyai aktifitas ekonomi lebih dari 70% perekonomian secara nasional. Dengan tingkat aktifitas ekonomi yang sedemikian tinggi, sehingga juga meningkatkan aktifitas warga yang tinggal di dalamnya. Salah satu sarana penting adalah transportasi massal. Saat ini hanya Jakarta yang mempunyai sarana transportasi yang agak tertata baik, yaitu Busway. Sedangkan kota lain masih belum mengikutinya. Selama ini, sistem tranportasi massal masih memakai sistem bus kota biasa. Konsep awal proyek transportasi massal ini adalah untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota yang kiat kusut saja. Keberadaan bus yang relatif bagus melaju di korodor khusus, memberikan jaminan kecepatan, keamanan dan kenyamanan, serta tarif yang terjangkau diharapkan mampu menarik pengendara mobil pribadi beralih ke moda angkutan umum ini. Ujar Sutiyoso. Pengoperasian Koridor I (Blok M- Kota) berjalan mulus, relatif tak ada masalah. Awalnya, minat masyarakat menggunakan armada ini sangat tinggi. Pemprov DKI lantas menambah sembilan koridor, berikutnya. Penambahan koridor, ternyata memunculkan banyak masalah dalam pengelolaannya yang dilakukan Badan Layanan Umum (BLU) TransJakarta. Sejak 2004-2010 ini, pengoperasian busway syarat masalah, dan yang lebih memprihatinkan yakni, membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI. Ratusan miliar rupiah setiap tahun dialokasikan, di satu sisi. Di sisi lain busway, ternyata sudah melenceng dari konsep awal. Realitasnya, kemacetan pun semakin menjadi-jadi di jalan yang ada koridor busway-nya. Hal itu karena jalur existing diambil satu lajur untuk koridor busway. Sementara koridor busway tidak boleh dilewati oleh kendaraan lain. Program sterilisasi jalur busway gagal. Ini karena Pemprov DKI dan Polda Metro Jaya kurang berkoordinasi. Setiap hari, puluhan pelanggan busway mengadukan tentang kian menurunnya kualitas pelayanan. Jarak tunggu lama, AC tidak dingin, halte kotor, copet, rawan kebakaran dan lain-lain. Dan akhirnya misi busway tidak tercapai. Lalu lintas tambah macet, subsidi membebani APBD. Rencana Pemprov DKI memperluas jangkauan pelayanan Bus transjakarta hingga ke Bekasi-Tangerang, adalah obsesi yang berlebihan. Seharusnya, dalam jangka pendek, Dinas Perhubungan dan BUS TransJakarta membenahi kelemahan-kelemahan pelayanan. Mempercepat penyediaan kendaraan feeder (penghubung), angkutan umum yang bersinggungan dengan Busway secara bertahap dibenahi dulu. Pada APBD 2010, Pemprov DKI mengusulkan anggaran sebesar Rp 33,3 miliar untuk perawatan fasilitas jalur koridor busway sepanjang 172,45 Km. Ini tentu jumlah yang besar. Dan di tujuh jalur Koridor I-VII, kemudian dua jalur Koridor IX dan X yang belum terpakai, kondisi sarana dan prasarananya banyak yang rusak. Bahkan di Koridor IX dan X jalur, sparrator dan haltenya sudah banyak yang rusak.Dan pada akhrirnya pernyataan tersebut kini sepertinya menjadi sebuah hanya isapan jempol semata, karena pada nyatanya banyak orang yang lebih memilih angkutan metromini dibandingkan transjakarta ini dengan berbagai alasan. Halte untuk menunggu bus transjakarta letak jauh dari pemukiman penduduk menyebabkan para pengguna angkuatan umum lebih memilih metromini yang dapat diberhentikan tak hanya di haltenya saja dan tidak banyak membuat lama menunggu yang hanya akan membuang-buang waktu. Karena jadwal keberangkatannya yang makin lama semakin tidak jelas dan penuh dengan keterlambatan. Dan bukan hanya itu pengguna busway juga harus mengantri untuk mendapatkan busway tersebut karena faktanya tak menutup kemungkinan pengguna yang menunggu lebih dari 20 orang tetapi yang dapat masuk hanya 5-10 orang saja . ini merupakan sangat tidak efektif.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Albertus Tjatur Wiharyo bahwa pantauan sejak pukul 09.00-09.30 WIB di Halte Busway Gelanggang Remaja, Jakarta, Jumat (26/10) pekan lalu menunjukkan, transjakarta belum mampu menggantikan peran angkutan umum. Kemacetan pun bisa menghambat laju bus khusus tersebut. Pada saat itu, dari arah Dewi Sartika-Kampung Melayu, hanya tujuh bus transjakarta melintas. Pada dua bus terlihat sejumlah penumpang berdiri, namun tidak sampai berjejal, sementara pada lima bus lainnya tidak tampak penumpang berdiri. Pada kurun waktu yang sama, lalu lintas di jalur reguler, di luar jalur busway, mencatat sekitar 120 mikrolet, rata-rata berisi lima penumpang, 80 metromini masing-masing 15 penumpang, 150 mobil pribadi rata-rata dua penumpang, dan 500 sepeda motor rata-rata satu pengemudi. Jika misalnya bus transjakarta rata-rata bermuatan 40 orang, dalam setengah jam hanya mampu mengangkut 280 penumpang. Sementara kendaraan regular mampu mengangkut 2.450 penumpang. Selain itu, lalu lintas di jalur busway tampak kontras dengan kepadatan kendaraan di jalur regular, meskipun lajur reguler menggunakan tiga jalur kendaraan. Namun, setiap jalur bisa menampung 815 kendaraan reguler yang bergerak. Bandingkan dengan lintasan busway, yang hanya dilewati tujuh bus. Jalur busway yang mengambil alih jalur umum, belum mengurangi kemacetan. Kemacetan juga terjadi akibat ketidakdisplinan angkutan umum dalam menaikan dan menurunkan penumpang. Pembangunan jalur dan penambahan armada busway tetap tidak bisa menyelesaikan kemacetan Jakarta, bila tidak diimbangi dengan penertiban kendaraan umum dan pengaturan penggunaan pribadi. Pantauan juga dilakukan di Jalur Busway Rasuna Said-Buncit Raya. Dalam 10 menit, tercatat 330 mobil pribadi dengan total penumpang 660 orang. Sementara itu, armada transjakarta melintas setiap 10 menit, dengan rata-rata penumpang mencapai 80 orang. Berarti, satu bus transjakarta hanya bisa mengangkut 80 penumpang, sementara mobil pribadi, 330 penumpang dalam 10 menit. Dalam hal ini masih dipertanyakan keefektifan jalur khusus tersebut.Konsep awal yang niatnya untuk mengurangi kemacetan malah membuat kemacetan semakin menjadi-jadi. Jalur bus transjakarta memakan lebar jalan sehingga jatah kendaraan reguler berkurang. Padahal, penyempitan jalan tidak diimbangi dengan berkurangnya kendaraan reguler yang melintas. Ketika jalur busway tampak lengang, jalur kendaraan reguler justru penuh sesak. Bus Transjakarta sebetulnya merupakan sistem transportasi massal yang bertujuan membuat pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan umum. Untuk itu, selain trayek, fasilitas pendukung, misalnya feeder, harus disediakan. Selain itu, jalur busway juga harus tepat sasaran. busway di Jakarta hanya merupakan proyek.Yang dipikirkan hanya pembangunan jalur baru yang ada uangnya, tetapi peningkatan layanan dan penuntasan masalah selalu ditunda-tunda. Lihat saja, pembangunan trayek selalu dilakukan pada akhir tahun untuk menghabiskan sisa APBD. Kenyamanan dari busway juga harus dipertanyakan karena sama saja seperti bus umum biasanya kalau penumpang sudah sangat sesak keberadaan AC pun sudah tak berlaku saja. Walaupun ber-AC suasana dalam busway tetap panas karena busway selalu penuh sesak dengan orang. Sebagian besar orang menyalahkan AC yang kurang dingin, tapi faktanya kesalahannya ada di jumlah penumpang yang terlalu banyak meskipun bukan di rush hour. Sehingga sangat rawan untuk kecopetan. Untuk perempuan juga pastinya berpeluang untuk kesentuh secara tidak sengaja maupun pura-pura tidak sengaja. Bau keringat busuk tercampur minyak urut sinyong-nyong pun tidak terhindarkan lagi.Salah satu prinsip dasar dari pengelolaan angkutan adalah meminimalkan penggunaan waktu, energi, dan biaya dari pemakai jasa angkutan penumpang umum serta mewujudkan angkutan umum sebagai sarana yang menarik untuk melakukan perjalanan sehari-hari. Jika prinsip ini dapat dijalankan, maka diharapkan pemerintah mampu menyediakan sistem transportasi umum yang memadai, sehingga masyarakat mau beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum yang akan menekan tingkat berbagai kerugian yang sudah maupun yang akan terjadi. Busway menjadi transportasi masa depan Indonesia dan yang paling ideal apabila ada beberapa yang harus dibenahi seperti kewajiban petugas agar peta seluruh trayek terangkum dalam gambar di atap busway, seperti yang terdapat di negara Malaysia dan Singapura. Sehingga untuk mempermudah pengguna busway ini mereka dapat pergi ke suatu tempat tanpa harus selalu bertanya pada tugas yang sedang bekerja disana. Jumlah busway juga harus ditambah agar tidak terjadi penumpukkan penumpang yang menunggu di halte ataupun yang berada di dalam busway tersebut.Penambahan jumlah halte juga harus ditambah dan penempatannya juga harus strategis agar setiap pengguna busway dapat dengan mudah mendapatkan ataupun mengakses busway tersebut. Alternatif yang sangat bagus apabila ada kesadaran disetiap pengguna angkutan tersebut bahwa mahalnya sebuah nyawa dan pentingnya kedisiplinan dalam berkehidupan. Saya berpendapat seperti itu karena memang nyatanya banyak keunggulan yang ditawarkan oleh bus transjakarta tersebut dibandingkan oleh angkutan umum yang lainnya. Dimana bahan bakar yang digunakan pun sangat ramah lingkungan dengan menggunakan bahan bakar gas yang dapat mengurangi efek pemanasan global ( Global Warming ) khususnya di Indonesia.Untuk itu untuk mewujudkan suatu sistem transportasi yang ideal harus memperhatikan segala aspek yang ada karena aspek satu dengan aspek yang lain ada saling keterkaitan yang erat. Buswsay mungkin saja merupakan transportasi masa depan di Indonesia selain monorel tapi dengan memanage semuanya dengan baik, dan apa yang dikatakan oleh Sutiyoso bisa terjadi apabila ada kesadaran antar individu. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar pelayanan transportasi di Indonesia dapat diubah kearah yang lebih baik. Salah satunya dengan melakukan reformasi administrasi yang dikemukakan oleh Han Been Lee. Ada dua alternatif reform yang disarankan oleh Han Been Lee apabila organisasi ingin melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu dengan a new wine in an old bottle atau an old bottle in a new wine.A new wine in an old bottle adalah alternatif dimana dalam organisasi, tetap menggunakan sistem yang lama tapi dengan orang-orang yang berbeda, sedangkan an old bottle in a new wine adalah alternatif dimana organisasi tetap menggunakan sumber daya manusia yang sama tapi dengan sistem atau peraturan yang berbeda. Sebaiknya dalam masalah pertransportasiaan di Indonesia apabila ingin mendapatkan bentuk pelayanan yang lebih baik diperlukan reform yang menggunakan an old bottle in a new wine karena apabila semua sistem sudah diperbaiki, peraturan sudah dijalankan dengan tepat, ketat dan tidak hanya sekedar formalitas, serta adanya sistem reward and punishment, orang-orang dalam organisasi mau tidak mau harus mengikuti peraturan ketat yang ada sehingga pelayanan akan jauh lebih baik dan mengalami suatu perubahan ke arah yang lebih baik.