tradisi riyÂdhah santri penghafal al-qur`an studi pada

44
TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN (Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur) Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Nabilatun Nada NIM. 15210674 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT ILMU AL-QUR´AN (IIQ) JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN

(Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul

Kediri Jawa Timur)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Nabilatun Nada

NIM. 15210674

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR´AN (IIQ) JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN

(Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul

Kediri Jawa Timur)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Nabilatun Nada

NIM. 15210674

Pembimbing:

Istiqomah, S.Th.I., MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR´AN (IIQ) JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 3: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

i

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Tradisi Riyâdhah Santri Penghafal Al-Qur`an” oleh

Nabilatun Nada (15210674) telah diujikan pada sidang munaqasyah Fakultas

Ushuluddin & Dakwah Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta (IIQ) pada tanggal 17

Agustus 2019. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta, 17 Agustus 2019

Dekan Fakultas Ushuluddin & Dakwah

Institut Ilmu Al-Qur´an (IIQ) Jakarta,

Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A.

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Hj. Romlah Widayati, M.A. Mamluatun Nafisah M.A.

Penguji I, Penguji II,

Ahmad Hawasi, S.Si., M.Ag. Isman Iskandar, M.Sos.

Pembimbing,

Istiqomah, S.Th.I., M.A.

Page 4: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

ii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nabilatun Nada

NIM : 15210674

Tempat Tanggal Lahir : Kediri, 01 Maret 1997

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tradisi Riyâdhah Santri

Penghafal Al-Qur`an (Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an

Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur)” adalah benar-benar asli

karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan

kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 17 Agustus 2019

Nabilatun Nada

Page 5: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

iii

MOTTO

” Jangan Pernah Meremehkan Satu Anak Tangga Kecil Karena Itu dapat

Mengantarmu Ke Tempat Yang Paling Tinggi”

Page 6: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

iv

KATA PENGANTAR

نو ونست غفره، ون عوذ بلله من شرور أن فسنا ومن سي ئات إن المد لل نمده ونستعي

لا الله أعمالنا، من ي هده الله فلا مضل لو ومن يضلل فلا ىادي لو،أشهد أن لا إلو إ

ا ب عد دا عبده ورسولو أم وحده لاشريك لو، وأشهد أن مم

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kenikmatan yang

begitu besar, tidak ada yang berjalan tanpa ada pengawasan dari-Nya,

semoga keberkahan selalu terlimpahkan untuk kita semua. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita Muhammad Saw, yang

telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang telah diridhai

Allah Swt, beliaulah yang membawa Al-Qur´an yang menjadi pedoman

dalam kehidupan sehari-hari kita, semoga kelak mendapatkan syafa‟at

darinya di hari kiamat.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang

sangat berjasa, untuk itu rasa terimakasih penulis sampaikan kepada berbagai

pihak diantaranya:

1. Ibu Prof, Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A., selaku Rektor Institut

Ilmu Al-Qur´an Jakarta, Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H.,

M.Hum,. selaku wakil Rektor Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta, Bapak

Dr. H. M. Dawud Arif Khan, SE., M.Si., AK., CPA., selaku wakil

Page 7: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

v

Rektor II, Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag., selaku wakil Rektor

III.

2. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta

3. Bapak KH. Muhammad Haris Hakam S.H., M.A. selaku Ketua Prodi

Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir (IAT), Kak Malu‟atun Nafisah, M.Ag

selaku sekretaris Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Ibu Dra. Suci

Rahayuningsih dan Ibu Dra. Rukoyah Tamami selaku staf Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah.

4. Ibu Istiqomah, S.Th.I, MA, sebagai dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan

bimbingan, arahan, serta petunjuknya kepada penulis dan senantiasa

sabar dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini, juga

kepada Bapak Ahmad Hawasi S.Si., M.Ag., selaku penguji I, Bapak

Isman Iskandar, M.Sos., selaku penguji II, dan juga kepada Ibu

Mamluatun Nafisah MA., selaku Sekretaris Sidang.

5. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, Ibu Muthmainnah, MA, Ibu

Istiqomah, MA, Ibu Ma‟unatul Mahmudah, S.H, Ibu Atiqoh, S.Ag,

Ibu Hj. Arbiyah Mahfudz, S.Th.I, Kak Hj. Rifdah Farnidah, S.Ag, dan

segenap instruktur tahfiz yang selalu sabar membenarkan ayat demi

ayat ketika lidah mulai susah payah melantunkan ayat Al-Qur`an.

Semoga keberkahan selalu mengiringi langkah dalam proses

perjuangan menjadi khadim kalamullah.

6. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang

telah mengabdikan ilmu untuk seluruh mahasiswanya serta menjadi

saksi akan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai gelarnya.

Page 8: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

vi

7. Seluruh guru muallim rububiyah dari kecil hingga sekarang. Yang

selalu mendoakan anak didiknya. Akuilah kami sebagai santri kelak

di akhirat nanti.

8. Kedua orang tua tercinta Alm. Bapak H. Khumaedi Zamzami dan Ibu

Nur Sri Handayani atas pengorbanan selama ini, sejak dalam

kandungan sampai usia sekarang ini, yang tidak pernah bosan dan

lelah dalam berdoa dan berjuang untuk anak-anaknya.

9. Orang tua kedua saya Bapak H. Fauzan Muniri dan Ibu Hj. Rodiyah

yang senantiasa menyayangi serta tak henti-hentinya mendoakan

anaknya.

10. Saudara Saya Muhammad Faruq Al-Farisi, serta semua keluarga

besar yang sudah menjadi keluarga terbaik saya.

11. Bapak Abdul Rasyid, MA dan Ibu Ruwaedah, MA. Selaku bapak dan

ibu Direktris Pesantren Takhassus IIQ Jakarta. Terimakasih atas

waktu 4 tahun ini. Yang selalu memberikan kenyamanan dhȃhiran wa

bȃthinan. Dan menjadi ibu dan bapak kami selama di Jakarta.

12. Mu‟allif kitab dan buku, yang menyumbangkan karyanya sebagai

bahan referensi, perbandingan dan penyempurnaan karya skripsi ini.

13. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia, Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ) Jakarta,

Iman Jama‟ Lebak Bulus, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah menyumbangkan sarana prasarana dalam melengkapi penulisan

skripsi ini.

14. Pesantren Takhassus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta, yang

menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan 4 tahun menjadi

seorang mahasantri dan mahasiswa.

15. Seniorku Mbak Isyroqotun Nashoiha, S.Ag, yang selalu

mendengarkan keluh kesah setiap permasalahan kehidupan,

Page 9: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

vii

mengoreksi tulisan skripsiku, dan selalu sedia setiap saat ketika

dibutuhkan.

16. Sahabat seperjuangan Ushuluddin A & B yang telah membantu

mengisi memori 4 tahun bersama, mendiskusikan pemasalahan yang

ringan bahkan berat sekalipun. Oleh karenanya sulit ku menemukan

wanita-wanita hafizah nan shalihah seperti kalian.

17. Teman seperjuangan bimbingan skripsi bersama Ibu Istiqomah,

S.Th.I, MA. yang saling bertukar fikiran, menghadapi permasalahan

dengan kebersamaan. Semangat dan bantuan kalian-lah yang

mengantarkanku tetap semangat dalam menyelesaikan tugas akhir

skripsi ini.

18. Teman-teman seperjuangan lintas universitas, yang rela

mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mendiskusikan

permasalahan yang belum difahami yang berhubungan dengan tema

skripsi ini.

19. Teman-teman angkatan 2015, terimakasih atas kerjasamanya.

20. Seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian proses penyelesaian

skripsi ini, semoga Allah membalas jasa dan perjuangan kalian.

Jakarta, 17 Agustus 2019

Nabilatun Nada

Page 10: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

viii

DAFTAR ISI

Cover Dalam ................................................................................................ i

Lembar Pengesahan .................................................................................. ii

Surat Pernyataan ...................................................................................... iii

Motto .......................................................................................................... iv

Kata Pengantar ........................................................................................... v

Daftar Isiv .................................................................................................. ix

Daftar Gambar ........................................................................................ xii

Daftar Lampiran .................................................................................... xiii

Pedoman Transltiterasi ........................................................................... xiv

Abstrak ................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Permasalahan .................................................................................... 6

1. Identifikasi Masalah .................................................................. 6

2. Pembatasan Masalah ................................................................. 7

C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian .................................................... 8

F. Kajian Pustaka .................................................................................. 8

G. Metode Penelitan ............................................................................ 13

1. Jenis Penelitian ........................................................................ 13

2. Sumber Data ............................................................................ 14

3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 14

4. Metode Analisis Data .............................................................. 16

H. Teknik dan Sistematika Penulisan .................................................. 17

Page 11: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

ix

BAB II RIYÂDHAH

A. Pengertian Riyâdhah ....................................................................... 19

B. Tingkatan Riyâdhah........................................................................ 23

C. Bentuk-bentuk Riyâdhah ................................................................ 24

D. Tujuan Riyâdhah ............................................................................ 31

E. Tradisi Riyâdhah dalam Islam ........................................................ 32

F. Tradisi Riyâdhah Al-Qur`an di Indonesia ...................................... 36

BAB III MENGENAL PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR`AN

MA‟UNAH SARI BANDAR KIDUL KEDIRI JAWA TIMUR

A. Profil Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari ............. 45

1. Letak Geografis ....................................................................... 45

2. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangan Pesantren ........... 46

B. Visi dan Misi .................................................................................. 55

C. Strukrur Organisasi Pesantren ........................................................ 56

D. Sarana Prasarana Pesantren ............................................................ 59

E. Kondisi Umum Pesantren ............................................................... 60

1. Program Pendidikan dan Pengelolaan Pesantren .................... 60

2. Program Kegiatan .................................................................... 63

3. Tata Tertib Pesantren ............................................................... 64

4. Staf Pengajar ............................................................................ 67

5. Santri ....................................................................................... 68

F. Metode Pembelajaran Pesantren .................................................... 70

BAB IV RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN PONDOK

PESANTREN TAHFIDZUL QUR`AN MAU‟NAH SARI DAN

TRADISINYA

Page 12: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

x

A. Riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an

Ma‟unah Sari .................................................................................. 73

B. Metode Riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Ma‟unah Sari .................. 77

C. Syarat dan Pantangan dalam Riyâdhah Al-Qur`an di Pondok

Ma‟unah Sari .................................................................................. 92

D. Analisis Riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Ma‟unah Sari ................. 95

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 97

B. Saran ............................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

xi

DAFTAR GAMBAR

3.1 : Ndalem Kiai Mundzir dan Ibu Nyai Zuhriyyah dan Mushalla

putri................................................................................................. 48

3.2 : Makam Kiai Mundzir dan Ibu Nyai Zuhriyyah ........................... 50

3.3 : Bangunan Masjid Pondok Ma‟unah Sari sekarang ...................... 51

4.1 : Kamar Khusus Santri Putri Riyâdhah Al-Qur`an......................... 79

4.2 : Tempat Tidur Santri Putri Riyâdhah Al-Qur`an .......................... 79

4.3 : Bacaan tawasul silsilah Kiai Mundzir yang ada di buku wirid

santri riyâdhah ................................................................................ 84

1.4 : Bacaan tawasul silsilah Kiai Munawwir yang ada di buku wirid

santri riyâdhah ................................................................................ 88

1.5 : Air yang dibawa oleh santri riyâdhah untuk ditiup setiap

setelah selesai mengkhatamkan Al-Qur`an .................................... 92

Page 14: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Penelitian Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur`an Ma‟unah Sari

Lampiran 2 : Bacaan Tawasul Santri Riyâdhah Al-Qur`an Pondok

Ma‟unah Sari

Lampiran 3 : Bacaan Doa Khataman Santri Riyâdhah Al-Qur`an Pondok

Ma‟unah Sari

Lampiran 4 : Data Guru Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Tahfiszul

Qur`an Ma‟unah Sari 2019

Lampiran 5 : Jadwal Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur`an Ma‟unah Sari Putra 2019

Lampiran 6 : Jadwal Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur`an Ma‟unah Sari Putri 2019

Lampiran 7 : Data Santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah

Sari Putri 2019

Lampiran 8 : Wawancara

Page 15: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang

satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-

Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

th ط a أ

zh ظ b ب

„ ع t ت

gh غ ts ث

f ف J ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل d د

m م dz ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

, ء sy ش

y ى sh ص

dh ض

Page 16: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

xiv

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah A ى آ _ ai

Kasrah I و ى _ au

Dhammah U و

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) qamariyah.

Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: البقرة : al-

Baqarah

b. Kata sandang yang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah.

Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan

dan sesuai dengan bunyinya. Contoh: الرجل : ar-rajul

c. Syaddah (tasyd d)

Syaddah (tasyd d) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang

( ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda

tasyd d. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasyd d berada di

tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah setelah

kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh: آمنا

mannâ billâhi :بلله

Page 17: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

xv

d. Ta marb thah (ة) Ta marb thah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh

kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialihsarakan menjadi huruf

“h” . contoh: الافئدة : al-Af‟idah

Sedangkan ta marb thah (ة) yang diikuti atau disambungkan

dengan kata benda, maka dialihsarakan menjadi huruf “t”.

Contoh: عاملة نصبة: milatun Nâshibah

e. Huruf kapital

Sistm penulisan huruf arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialihsarakan maka berlaku ketentuan PUEBI,

seperrti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama

bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada

PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring

(italic), atau cetal tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun

nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang

ditulis kapital adalah awal nama huruf, bukan kata sandangnya.

Contoh: ` li Hasan al-` ridh, khusus untuk penulisan kata Al-

Qur an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.

Contoh: Al-Qur an, Al-Baqarah, Al-F tihah, dan seterusnya.

Page 18: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

xvi

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Tradisi Riyâdhah Santri Penghafal Al-Qur`an

(Studi Pada Pondok Peantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul

Kediri Jawa Timur)” disusun oleh Nabilatun Nada (15210674) Mahasisiwa

Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut

Ilmu Al-Qur´an (IIQ) Jakarta.

Skripsi ini dilatar belakangi bahwasanya para penghafal Al-Qur`an

yang telah selesai mengkhatamkan Al-Qur`an belum tentu lancar hafalannya

karena susah untuk menjaga hafalan dan sulitnya istiqomah dalam muraja‟ah

hafalan.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

metode tradisi riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an

Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur. Perbedaan dari penelitian

terdahulu dengan penelitian ini yaitu berada pada penelitiannya, dan

persamaannya yaitu yang dijadikan objek penelitian adalah Pondok Ma‟unah

Sari, seperti contoh dari skripsi terdahulu yang berjudul metode tahfiz Al-

Qur`an si Pesantren Tahfidz Al-Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data

dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menerangkan bahwa santri yang mengikuti

riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Ma‟unah Sari tidak dikhususkan untuk santri

yang sudah hafal 30 juz, tetapi tetap saja yang lebih di prioritaskan adalah

yang sudah khatam 30 juz. Kebanyakan santri yang mengikuti riyâdhah

adalah alumni dari pesantren luar yang sudah khatam 30 juz. Santri yang

ingin mengikuti riyâdhah boleh mengikuti program riyâdhah kapan saja.

Tradisi riyâdhah dilakukan dengan pilihan 3 model yaitu; 11 hari, 21 hari,

dan 41 hari dan dianjurkan dengan berpuasa bagi yang mampu. Riyâdhah

dilakukan di dalam ruangan khusus karena santri yang melakukan riyâdhah

tidak boleh keluar serta tidak boleh terlihat atau melihat bukan mahramnya.

Meskipun santri putri dalam keadaan haid, tetap saja tidak diperbolehkan

keluar karena riyâdhahnya belum selesai dan terhenti karena haid. riyâdhah

Al-Qur`an dilakukan dengan mengkhatamkan Al-Qur`an dalam sehari

semalam, dimulai dari setelah magrib sampai besoknya sebelum magrib.

Untuk santri putri jika haid ketika pertangahan melaksanakan riyâdhah Al-

Qur`an, maka boleh dilanjutkan ketika dia sudah suci. Selama riyâdhah tidak

diperbolehkan membunuh hewan apapun. Santri yang mengikuti riyâdhah

juga tidak diperbolehkan membaca novel dan bacaan lain selain Al-Qur`an.

Page 19: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur`an merupakan satu-satunya kitab suci di muka bumi ini yang

terjaga, baik secara lafaz dan isinya. Rasyid Ridha pernah berkata bahwa

satu-satunya kitab suci yang dimiliki secara mutawatir dengan cara dihafal

dan ditulis adalah Al-Qur`an. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur`an

yang berbunyi:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya

Kami pula yang akan benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]:9)

Hal ini merupakan janji Allah Swt., yang akan selalu menjaganya sampai

hari kiamat. Salah satu penjagaan Allah Swt., terhadap Al-Qur`an adalah

dengan memuliakan para penghafalnya.1

Menghafal Al-Qur`an merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia.

Dari sejak diturunkannya Al-Qur`an sampai saat ini, semakin banyak orang

yang menghafalkan Al-Qur`an. Mereka memberikan perhatian khusus

terhadap Al-Qur`an. Meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya demi

menjaga Al-Qur`an.2

Istilah penghafal Al-Qur`an (hafiz) di wilayah jawa biasanya digunakan

untuk orang yang hafalannya mencakup seluruh Al-Qur`an itu, sehingga

orang yang hafal setengah atau sepertiga Al-Qur`an tidak dinamakan

penghafal Al-Qur`an. Demikian menurut pendapat yang kuat dan tepat.

Kalau tidak, maka segenap kaum muslimin bisa disebut penghafal Al-Qur`an

1 Abu Nizham, Buku Pintar Al-Qur`an, (Jakarta: Qultum Media, 2008), h. 6-7

2 Ahsin Sakho Muhammad, Tahfidz Al-Qur`an di Pesantren Tradisional, Work Shop

Divisi Tahfiz IIQ. 2008-2009

Page 20: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

2

mengingat setiap muslim pasti dan mesti paling tidak hafal surah Al-Fâtiẖah

yang merupakan salah satu rukun salat menurut mazhab kebanyakan (Syafi‟i,

Ḫanbali, dan Maliki).3

Proses menjaga dan melancarkan hafalan bagi seorang hafiz bukanlah

suatu hal yang mudah. Karena setelah menghafal seluruh isi Al-Qur`an

nantinya akan bermunculan problem yang bermacam-macam. Sehingga harus

dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Dalam memecahkan problem ini

terdapat dua pendekatan yang bersifat seperti penjernihan hati, dzikir, puasa,

dan lain-lain.4 Selain itu dalam menjaga hafalan Al-Qur`an para hafiz harus

rajin dalam takrir5 hafalan yang sudah dia miliki sehingga Al-Qur`an yang

sudah dihafalkan tidak hilang begitu saja.

Perlu diketahui bahwa untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan suatu

strategi dan cara yang pantas serta cocok, sehingga tercapai tujuan yang

diinginkan. Demikian para hafiz memerlukan riyâdhah Al-Qur`an. Demi

menjaga dan melancarkan hafalan yang sudah mereka punya. Sehingga,

penulis di sini tertarik untuk mengkaji riyâdhah Al-Qur`an.

Banyaknya dorongan dan rasa tanggung jawab yang tinggi dalam diri

umat Islam untuk menjaga kemurnian Al-Qur`an, mendorong banyak pihak

untuk mendirikan lembaga pendidikan Al-Qur`an baik formal maupun non-

formal. Di samping itu, dukungan dari mayoritas penduduk muslim di

Indonesia khususnya di jawa turut berperan terhadap maraknya pembangunan

lembaga pendidikan Al-Qur`an tersebut.

Pada umumnya pesantren tahfiz di Indonesia membina santri untuk

menghafal Al-Qur`an dari awal sampai selesai 30 juz dengan dinyatakan

3 Ahsin Sakho Muhammad, Tahfidz Al-Qur`an di Pesantren Tradisional, Work Shop

Divisi Tahfiz IIQ. 2008-2009 4 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2005), h. 41-45 5 Mengulang hafalan Al-Qur`an yang sudah dimiliki.

Page 21: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

3

mutqin6 hafalannya, kemudian setelah mutqin hafalan Al-Qur`annya santri

boleh mengikuti wisuda Al-Qur`an dan santri kembali ke rumah masing-

masing. Tetapi ada juga beberapa pesantren Al-Qur`an yang mengajarkan

tradisi7 riyâdhah sebagai lanjutan dari proses hafalan itu sendiri walaupun itu

tidak banyak dilakukan.

Beberapa lembaga pesantren Al-Qur`an di Indonesia masih melakukan

tradisi riyâdhah Al-Qur`an bagi para hafiz. Salah satu pesantren Al-Qur`an

yang terdapat tradisi riyâdhah Al-Qur`an adalah Pondok Pesantren Al-

Munawwir Krapyak Yogyakarta. Pesantren Al-Munawwir merupakan

pesantren Al-Qur`an induk yang ada di Indonesia, pesantren ini dikhususkan

untuk para santri yang ingin menghafal Al-Qur`an. Pesantren-pesantren Al-

Qur`an Indonesia seperti Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon,

Pesantren Al-Asy‟ariyah Kalibeber Wonosobo, Pesantren Yanbu‟ul Qur`an

Kudus, Pondok Pesantren Sunan Pandan Aran, Pesantren Menara Al-Fattah

Tulungagung dan lain-lain bersumber dari pesantren Krapyak, yakni

pendirinya adalah murid dari KH. Muhammad Munawwir.8

Di makam ulama khususnya Kiai Munawwir Krapyak mengkhatamkan

Al-Qur`an secara hafalan merupakan salah satu bentuk tradisi riyâdhah Al-

Qur`an dari seorang hafiz. Mereka menyepi, konsentrasi untuk mengulang

hafalan Al-Qur`an dari awal hingga akhir dengan harapan mendapat berkah

dari Kiai Munawwir dan berkah dari Al-Qur`an yang sudah dihafal.9

6 Mutqin artinya kuat, melekat, dan benar.

7 Tradisi merupakan sesuatu yang diwariskan dari masa lalu ke masa kini berupa non

materi, baik kebiasaan, kepercayaan, atau tindakan-tindakan. M.Khairan, “Benang Merah

Huffaz di Indonesia studi Penelitian Biografi Huffaz”, dalam Jurnal Shuluf, Vol. 14, No. 02,

2001, h. 204 8 Aan Subhansyah, dkk., “Tradisi Riyadloh Santri Penghafal Al-Qur`an,”

https://alif.id/read/redaksi/tradisi-riyadloh-santri-penghafal-alquran-b209330p/, diakses

tanggal 24 Juni 2019 9 Aan Subhansyah, dkk., “Tradisi Riyadloh Santri Penghafal Al-Qur`an,”

https://alif.id/read/redaksi/tradisi-riyadloh-santri-penghafal-alquran-b209330p/, diakses

tanggal 24 Juni 2019

Page 22: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

4

Riyâdhah artinya latihan. Maksudnya adalah latihan rohani untuk

menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan jasad (badan).

Proses yang dilakukan dalam riyâdhah adalah melakukan pembersihan atau

pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah Swt., kemudian menghiasi

jiwanya dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan berakhlak mulai. Pekerjaan

yang termasuk amalan riyâdhah adalah membaca Al-Qur`an, mengurangi

makan, mengurangi tidur untuk salat tahajud, menghindari ucapan yang tidak

berguna, dan berkhalwat yaitu menjauhi pergaulan dengan orang banyak diisi

dengan ibadah, agar terhindar dari perbuatan dosa.10

Riyâdhah adalah suatu metode dalam melatih jiwa untuk meningkatkan

derajat dan kecerdasan seseorang, khususnya kecerdasan spiritual. Metode ini

akan mengantarkan manusia pada “penemuan hakikat hidup” melalui ritual-

ritual ibadah dengan pendekatan dan penyerahan diri secara total pada Sang

Khalik. Dengan melakukan rutinitas riyâdhah maka seseorang akan memiliki

kesempatan untuk senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan

spiritual yang telah dimiliki dan dibawa sejak lahir ke dunia, yaitu kesadaran

bahwa dirinya diciptakan untuk beribadah kepada Allah Swt. 11

Allah Swt.,

berfirman di dalam Al-Qur`an:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah

kepada-Ku” (QS. Az-Dzâriyât [51]:56)

riyâdhah yang dilakukan oleh seorang hafiz biasanya dilakukan dengan

mengkhatamkan Al-Qur`an berulangkali dalam waktu tertentu dan berpuasa,

10

Al-Ghazali, Mutiara Ihya „Ulumuddin: Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang Hujjatul

Islam, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), h. 125-126 11

Dian Wahyuningsih, “Pengaruh Intensitas Riyadhah dan Intensitas Iqra‟ terhadap

peningkatan kecerdasan spiritual (SQ) (Studi Pada Jama‟ah Kajian Daarul Muwahid

Srengseng- Jawa Barat),” dalam Tesis, Universitas Indonesia, 2007, h. 8. Tidak diterbitkan

(t.d)

Page 23: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

5

riyâdhah ini disebut dengan riyâdhah Al-Qur`an. Dengan riyâdhah ini

diharapkan seorang hafiz mampu memberikan kontribusi dalam proses

pengabdian diri kepada Allah Swt., sekaligus sebagai sarana untuk

memantapkan hafalan dan menjaga hafalan yang telah dimiliki.

Perilaku riyâdhah umumnya dilakukan oleh orang-orang yang bergelut

dalam dunia tasawuf. Namun pada dasarnya riyâdhah merupakan hal yang

selayaknya dilakukan oleh setiap muslim sebagai sarana mendekatkan diri

kepada Allah Swt. Dengan demikian tidak heran jika para penghafal Al-

Qur`an juga turut melakukan riyâdhah walaupun dia tidak secara langsung

terjun dalam dunia tasawuf.

Tujuan riyâdhah adalah untuk mengontrol diri, baik jiwanya maupun

badannya, agar roh tetap suci.12

Karena itu, riyâdhah harus dilakukan secara

sungguh-sungguh dan penuh dengan keikhlasan. Riyâdhah yang dilakukan

dengan kesungguhan dapat menjaga seseorang dari berbuat kesalahan, baik

terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama terhadap Allah Swt.

Dan bagi seorang sufi riyâdhah merupakan sarana untuk mengantar dirinya

lebih lanjut pada tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai hakikat.13

Sedangkan

bagi seorang hafiz riyâdhah dapat menancapkan Al-Qur`an di dalam hatinya

dan dirinya, sehingga tidak hanya menjadi suatu hafalan tetapi juga

diharapkan hafalan Al-Qur`an yang dia miliki tercermin dalam perilakunya.

Berdasarkan beberapa data dan fakta di atas penulis tertarik untuk

mengkaji riyâdhah Al-Qur`an. Pada saat ini riyâdhah Al-Qur`an menjadi

salah satu kajian yang kurang mendapat perhatian. Akibatnya riyâdhah Al-

Qur`an menjadi kurang populer di kalangan umat Islam dan dianggap tidak

memiliki peran penting dalam menjaga kemurnian Al-Qur`an. Tetapi di sisi

12

Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), h.17 13

Moh. Saifulloh Al Aziz, S., Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Terbit Terang,

(Surabaya: 1998), h. 104

Page 24: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

6

lain ada sebagian orang yang menjadikan riyâdhah Al-Qur`an sebagai tujuan

dalam melancarkan hafalan Al-Qur`an dan mendapat keberkahan Al-Qur`an.

Pesantren yang masih mempertahankan tradisi riyâdhah Al-Qur`an

sampai saat ini (selain Pesantren Al-Munawwir Krapyak) adalah Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur.

Pesantren tersebut memiliki tradisi riyâdhah Al-Qur`an bagi para hafiz14

.

Banyak hafiz hafizah dari berbagai daerah yang merupakan alumni dari

pesantren-pesantren Al-Qur`an mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di Pesantren

Ma‟unah Sari, sehingga Pesantren Ma‟unah Sari lebih dikenal dengan

pesantren riyâdhah Al-Qur`an daripada pesantren tahfiz Al-Qur`an.

Penulis melihat tradisi riyâdhah Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari

memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan pesantren tahfiz yang

lain sehingga menarik untuk dikaji. Selain itu, selama ini kajian seputar

riyâdhah Al-Qur`an masih sedikit. Penelitian tentang tahfiz banyak tetapi

belum ada yang menyentuh tentang riyâdhah Al-Qur`an. Oleh karena itu,

penulis ingin mengkaji tradisi riyâdhah Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari

dalam judul Skripsi “Tradisi Riyâdhah Santri Penghafal Al-Qur`an (Studi

Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ma‟unah Sari Bandar Kidul

Kediri Jawa Timur)”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan

masalah, dimana objek dalam suatu jalinan tertentu dapat kita kenali sebagai

suatu masalah.15

Pembahasan terkait riyâdhah Al-Qur`an memunculkan

beberapa permasalahan. Di antara permasalahan yang muncul adalah:

Pertama, bentuk-bentuk tradisi riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-

14

Istilah hafal atau penghafal Al-Qur`an mencakup seluruh kitab suci itu. 15

Suriasumantri Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar

Harapan, 2001), h.309

Page 25: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

7

Qur`an di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Kedua, urgensi

riyâdhah Al-Qur`an di zaman sekarang. Ketiga, relevansi riyâdhah Al-

Qur`an dengan riyâdhah dalam perspektif tasawuf. Keempat, pengaruh

riyâdhah Al-Qur`an terhadap kualitas bacaan atau hafalan seorang santri.

Pertama, bentuk-bentuk tradisi riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-

Qur`an di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Permasalahan yang

muncul dalam tema ini adalah keberagaman tradisi riyâdhah Al-Qur`an yang

dilakukan oleh santri penghafal Al-Qur`an di pesantren-pesantren Indonesia.

Kedua, urgensi riyâdhah Al-Qur`an di zaman sekarang. Permasalahan

yang muncul dalam tema ini adalah mengkaji nilai urgensi riyâdhah Al-

Qur`an di zaman sekarang yang telah mengalami kemajuan teknologi yang

pesat. Segala sesuatu menjadi mudah dan praktis. Apakah masih penting

melakukan riyâdhah Al-Qur`an?

Ketiga, relevansi riyâdhah Al-Qur`an dengan riyâdhah dalam perspektif

tasawuf. Permasalahan yang muncul dalam tema ini adalah apa hubungan

antara riyâdhah Al-Qur`an dengan riyâdhah dalam perspektif tasawuf.

Apakah riyâdhah Al-Qur`an juga penting dilakukan dalam riyâdhah orang-

orang tasawuf.

Keempat, pengaruh riyâdhah Al-Qur`an terhadap kualitas bacaan dan

hafalan para santri penghafal Al-Qur`an. Permasalahan yang bisa dikaji

dalam penelitian adalah membandingkan beberapa hafiz yang sudah

melakukan riyâdhah Al-Qur`an dan belum melakukan riyâdhah Al-Qur`an.

Apakah kualitas bacaan serta hafalan mereka berbeda? Apakah riyâdhah Al-

Qur`an memberikan pengaruh terhadap kualitas terhadap bacaan dan hafalan

mereka?.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis membatasi penelitian

dalam skripsi ini pada tradisi riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-Qur`an

Page 26: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

8

yang ada di pesantren. Mengingat jumlah pesantren di Indonesia cukup

banyak, maka objek penelitian ini dibatasi pada Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana metode tradisi

riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur`an Ma‟unah sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi riyâdhah Al-Qur`an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa

Timur.

E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki nilai, meliputi nilai teoritis dan praktis. Adapun nilai

teoritis penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan

ilmiah di bidang ilmu agama Islam, khususnya ulumul Qur`an.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan arah atau wacana baru bagi

para pembacanya tentang riyâdhah Al-Qur`an dalam lembaga tahfiz

Al-Qur`an sehingga dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat

khususnya bagi para penghafal Al-Qur`an.

3. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan atau inspirasi untuk

penelitian selanjutnya.

Adapun nilai praktis penelitian ini adalah diharapkan mampu

memberikan kontribusi untuk pesantren, contoh dalam hal ini adalah sebagai

bahan evaluasi dan pembangunan pesantren tersebut.

F. Kajian Pustaka

Untuk menghindari kesamaan pembahasan penelitian ini dengan

penelitian lainnya, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan

Page 27: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

9

terkait dengan riyâdhah Al-Qur`an. Dari hasil penelusuran tersebut terdapat

beberapa buku dan karya ilmiah yang penulis temukan, diantaranya:

1. Buku “Setetes Embun Penyejuk Hati: Biografi KH. M. Mubasyir

Mundzir” Karya H. Mas Arif Hakim dan kawan-kawan. Secara

khusus, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari telah

menerbitkan sebuah buku tentang M. Mubasyir Mundzir. Di dalamnya

memuat latar belakang keluarga M. Mubasyir Mundzir, riwayat

pendidikan, kemuliaan beliau, nasehat dan amalan beliau, serta ditutup

dengan bab selayang Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah

Sari.16

Buku tersebut memberikan informasi bagi penulis tentang

sejarah berdirinya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari

Kediri. Selain itu, melalui buku tersebut penulis mengetahui biografi

Kiai Mubassyir Mundzir yang merupakan pendiri Pondok Ma‟unah

Sari.

2. Buku “Mutiara Ihya „Ulumuddin : Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang

Hujjatul Islam” yang dikarang oleh Al-Imam Ghazali. Al-Ihya

merupakan kitab yang membahas tentang kaidah Dan prinsip dalam

menyucikan jiwa yang membahas perihal penyakit hati,

pengobatannya, dan mendidik hati.17

Karangan ini dapat memberikan

informasi bagi penulis mengenai makna riyâdhah.

3. Jurnal “Tahfiz Al-Qur an di Ponpes Tahfidzul Qur an Ma‟unah Sari

Bandar Kidul Kediri (Study Living Qur an)” ditulis oleh Erwanda

Safitri mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Program Studi Ilmu Al-

Qur`an dan Tafsir Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Pada jurnal ini Erwanda mencoba meneliti bagaimana

16

Arif Hakim, dkk., Setetes Embun Penyejuk Hati: Biografi KH. M. Mubasyir Mundzir,

(Kediri: Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari,2002). 17

Al-Ghazali, Mutiara Ihya „Ulumuddin : Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang Hujjatul

Islam, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008).

Page 28: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

10

metode tahfiz Al-Qur`an di Pondok Pesantren Ma‟unah Sari Kediri

dan bagaimana respon santri terhadap metode tahfiz Al-Qur`an di

Pesantren Ma‟unah Sari. Penelitian tersebut memberikan beberapa

kesimpulan, yakni terdapat 3 tahap dalam tahfiz Al-Qur`an. pertama

tahap pra tahfiz, kedua tahap inti tahfiz, dan ketiga tahap evaluasi.

Adapun respon santri terhadap tahfiz Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah

Sari ada lima. Pertama, meluruskan niat untuk menghafal Al-Qur`an.

Kedua, menjauhi maksiat dan dosa. Ketiga, bentuk wujud ibadah

dalam membaca dan menghafal Al-Qur`an. Keempat, mengharap

berkah dari Al-Qur`an dan pesantren Ma‟unah Sari sendiri karena

pesantren ini adalah pesantren yang sepuh yang banyak menghasilkan

alumni-alumni Al-Qur`an sehingga banyak berkahnya serta riyâdhah

pendiri pesantren yaitu Kiai Mubassyir Mundzir yang sangat kuat.

Kelima, adalah berproses, untuk mencapai segala sesuatu yang luar

biasa diperlukan usaha yang tidak biasa, segala sesuatunya

membutuhkan proses.18

Penelitian yang dilakukan Erwanda Safitri

memberikan informasi tambahan bagi penulis tentang proses tahfiz

dan respon santri terhadap tahfiz di Pondok Pesantren Ma‟unah Sari.

Penelitian yang dilakukan oleh Erwanda safitri memiliki kesamaan

dengan penelitian yang penulis lakukan, hal yang membedakan adalah

Erwanda safitri meneliti metode tahfiz Pesantren Ma‟unah Sari

sedangkan penulis di sini meneliti metode riyâdhah Al-Qur`an yang

ada di Pondok Pesantren Ma‟unah Sari.

4. Jurnal “Metode Tahfidh Al-Qur`an di Pesantren Tahfidzul Qur`an

(PTQ) Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri” ditulis oleh Muthainnah

18

Erwanda Safitri, “Tahfiz Al-Qur`an di Ponpes Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari

Bandar Kidul Kediri (Study Living Qur`an),” dalam Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2016. Tidak diterbitkan (t.d)

Page 29: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

11

mahasiswa Fakultas Agama Islam Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan

Tafsir Universitas Yudhakarta Pasuruan. Pada jurnal ini Muthmainnah

mencoba meneliti tentang metode tahfiz Al-Qur`an di Pondok

Pesantren Ma‟unah Sari beserta implementasinya dan hal-hal lain yang

masih berhubungan dengan masalah tersebut. Penelitian tersebut

memberikan beberapa kesimpulan. Pertama, Metode dalam hal

pengajaran Al-Qur`an yang digunakan Pondok Pesantren Ma‟unah

Sari adalah “metode jibril” yang mengandung dua hal pokok: guru

membacakan dan santri mendengarkan dan santri membaca (sesuai

yang diajarkan guru) dan guru mendengarkan (serta mentashih).

Implementasinya terbagi dalam tiga tahapan, yaitu: Pertama, Tahap

Pra Tahfiz. Sebelum mengikuti program bil-ghaib harus lancar tajwid

dan sudah setor juz „amma bin nadzar dan bil-ghaib kepada pengurus.

Setelah itu baru ke Ibu Nyai menyetorkan juz „amma bin-nadzar dan

bil-ghaib barulah boleh menyetor bil-ghaib dari awal juz 1 sampai juz

7 ke Ibu Nyai. Pada tahap ini ada tutor di luar jam kegiatan pesantren

yang memegang 4 sampai 5 santri. Kedua, Tahap Inti Tahfiz, ada

beberapa kegiatan pada tahapan ini, yaitu: kegiatan deresan setengah

juz setiap setelah jama‟ah subuh, kegiatan alumnian, kegiatan setoran

secara bil-ghaib untuk juz 8 dan seterusnya kepada Pak Kyai, dan

kegiatan muraja‟ah hafalan. Ketiga, Tahap Evaluasi, bentuk-

bentuknya yaitu: terminalan untuk santri tingkat juz „amma bil-ghaib

dan bil-ghaib 30 juz (setiap 1 juz), tes kenaikan juz untuk santri yang

menghafal 30 juz setelah terminalan, tes setiap mendapat 5 juz,

majelisan 30 juz bagi santri yang sudah khatam 30 juz sebagai syarat

mendapat sanad dan diwisuda. Metode dalam hal menghafal itu sendiri

yang digunakan santri ada 4 metode, yaitu: tahap bin-nadzar, tahfidh,

Page 30: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

12

tasmi‟, takrir.19

Penelitian ini memberikan informasi tentang tahfiz di

Pondok Pesantren Ma‟unah Sari Kediri yang kebetulan penulis juga

akan meneliti pondok tersebut. Penelitian yang penulis lakukan

memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Muthmainnah,

hanya saja Muthmainnah meneliti metode tahfiz di Pesantren Ma‟unah

Sari sedangkan penulis di sini meneliti tentang metode tradisi riyâdhah

Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari.

5. Jurnal tesis “Pengaruh Intensitas Riyadhah dan Intensitas Iqra‟

Terhadap Peningkatan Kecerdasam Spiritual (SQ) (Studi pada

Jamaah Kajian Daarul Muwahid Srengseng - Jakarta Barat)” ditulis

oleh Dian Wahyuningsih mahasiswa pasca sarjana Fakultas Kajian

Islam dan Psikologi, Program Studi Timur Tengah dan Islam

Universitas Indonesia. Pada jurnal ini Dian Wahyuningsih mencoba

meneliti apa pengaruh kebiasaan riyâdhah dan iqra‟ terhadap

kecerdasan para jemaah kajian Daarul Muwahid. Apakah bertambah

cerdas dengan seiring melakukan riyâdhah dan iqra‟ atau malah

menurun.20

Penelitian ini memberikan informasi baru bagi penulis

tentang bagaimana pengaruh dan manfaat dilakukannya riyâdhah.

Penelitian oleh Dian Wahyuningsih memiliki kesamaan dengan

penulis. Hanya saja Dian wahyuningsih meneliti bagaimana pengaruh

riyâdhah terhadap kecerdasan suatu jemaah, sedangkan penulis

meneliti bagaimana metode riyâdhah Al-Qur`an yang dilakukan di

Pesantren Ma‟unah Sari.

19

Muthmainnah, “Metode Tahfidh Al-Qur`an di Pesantren Tahfidzul Qur`an (PTQ)

Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri,” dalam Skripsi, Universitas Yudhakarta, 2014. Tidak

diterbitkan (t.d) 20

Dian Wahyuningsih, “Pengaruh Intensitas Riyadhah dan Intensitas Iqra‟ terhadap

peningkatan kecerdasan spiritual (SQ) (Studi Pada Jama‟ah Kajian Daarul Muwahid

Srengseng- Jawa Barat),” dalam Tesis, Universitas Indonesia, 2007. Tidak diterbitkan (t.d)

Page 31: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

13

Dari beberapa karya ilmiah yang dipaparkan di atas, semuanya memiliki

keterkaitan dengan riyâdhah Al-Qur`an. Namun, dari semua karya-karya

ilmiah tersebut tidak ada yang meneliti tradisi riyâdhah Al-Qur`an di

pesantren. Informasi riyâdhah Al-Qur`an hanya disajikan secara global,

meliputi pengertian, indikator, dan urgensi riyâdhah Al-Qur`an. Belum ada

yang menyajikan informasi tentang tradisi riyâdhah Al-Qur`an di pesantren.

Oleh karena itu, penulis memiliki peluang untuk melakukan penelitian

berkaitan dengan tradisi riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren Ma‟unah

Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur.

G. Metode Penelitian

Kajian tentang tradisi riyâdhah Al-Qur`an termasuk dalam ranah

penelitian Al-Qur`an dan tafsir pada jenis yang kedua yaitu dirasah mâ ẖaul

Al-Qur`an (kajian seputar Al-Qur`an) atau kajian eksternal Al-Qur`an yang

dipetakan oleh Amin al-Khulli (w. 1966 M).21

Walaupun penelitian ini

menggunakan pendekatannya fenomenologi tetapi hakikat yang ditelitinya

tetap dirasah mâ ẖaul Al-Qur`an yang merupakan kajian dalam Ulumul

Qur`an. Adapun metode penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian tradisi riyâdhah Al-Qur`an studi pada

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari adalah jenis penelitian

lapangan (Field Research) dengan pendekatan kualitatif. Termasuk ke

dalam penelitian tersebut karena yang menjadi data primer adalah data-

21

Amin al-Khulli (w. 1966 M) dalam kitabnya Manahij Tajdid riset tentang Al-Qur`an

memetakan kajian Al-Qur`an menjadi dua kategori besar. Pertama, dirasah mâ fî Qur`an

nafsih (kajian tentang apa yang ada dalam Al-Qur`an itu sendiri). Yang termasuk dalam

kajian ini adalah tafsir, i‟jaz Al-Qur`an, kisah-kisah Al-Qur`an, Aqsam Al-Qur`an, Majaz Al-

Qur`an dan sebagainya. Kedua, dirasah mâ hawl Al-Qur`an (kajian seputar Al-Qur`an) atau

kajian eksternal Al-Qur`an. Yang termasuk dalam kajian ini misalnya sejarah teks Al-

Qur`an, konteks sosio-historis Al-Qur`an, dan sebagainya. Kutipan tersebut penulis dapatkan

dalam buku karya Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta:

Idea Press Yogyakarta, 2015), h. 26

Page 32: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

14

data dari lapangan. Data-data dari kepustakaan sebagai penunjang data di

lapangan.22

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dimana data itu diperoleh.23

penelitian ini

terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer penulis

dapatkan dari informasi yang diperoleh di lapangan, yaitu dari data yang

ada di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari, hasil wawancara

dengan pengurus Pondok Ma‟unah sari, dan santri penghafal Al-Qur`an

yang pernah mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Ma‟unah Sari.

Adapun data sekunder, diperoleh dari literatur yang berkaitan dengan

tradisi riyâdhah Al-Qur`an.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk

keperluan penulisan.24

Untuk memperoleh data penulis melakukan 3

langkah yaitu:

a. Observasi

Metode observasi yang dimaksud adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

penggunaan pancaindra. Ada dua macam teknik observasi, yaitu

participant observation dan non participant observation. Dalam

penelitian ini teknik yang akan digunakan penulis hanya non-

participant observation. observasi tersebut akan digunakan dalam

melakukan penelitian. Kaitannya sebagai non participant

observation (pengamat tidak terlibat), yakni pengamatan yang

dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang diteliti.

22

Lexy j. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2000), h. 4 23

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Asdi

Mahasatya, 2006) h. 129 24

Moh. Nazir, Metode Penulisan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 211

Page 33: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

15

Dalam kaitannya dengan non-participant observation, peneliti

mengamati kegiatan yang akan diteliti ataupun gejala-gejala yang

terjadi pada obyek penelitian.25

Dalam penelitian observasi ini

penulis melakukan rekaman gambar dan rekaman suara hasil dari

wawancara seputar riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren

Ma‟unah Sari.

b. Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpulan data berupa tanya jawab

antara pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang

berlangsung secara lisan.26

Dalam wawancara salah satu hal penting

yang harus diperhatikan adalah menyeleksi informan dasar atau

inti.27

Penulis melakukan penyeleksian informan yaitu dengan

melakukan wawancara dengan Pengasuh Pesantren Ma‟unah Sari.

Tetapi faktanya Pengasuh pesantren mengarahkan penulis untuk

mewawancarai pengurus, sehingga penulis memperoleh data dan

informasi dari informan kedua yang sudah mendapatkan izin dan

rekomendasi dari informan inti.

Sedangkan teknik wawancara yang akan digunakan adalah

wawancara yang berfokus atau focused interview. Wawancara ini

biasanya terdiri dari pertanyaan yang tidak mempunyai struktur

tertentu, tetapi selalu terpusat kepada satu pokok yang tertentu.28

Maka dalam penelitian ini, penulis mewawancarai pihak-pihak yang

menjadi sumber penelitian yaitu 2 pengurus pondok pesantren Ali

Imron sebagai ketua pondok putra dan Rifa sebagai Bendahara

25

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h. 142 26

Hadari Nawawi, Instrumen Penulisan Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1995), h. 98 27

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,

1989), h.132 28

Koentharaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, h. 139

Page 34: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

16

pondok putri, santri mukim yang bernama Anik, dan 3 santri yang

pernah megikuti riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren Ma‟unah

Sari yaitu Najakhuz zulfa santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an

tahun 2016, Su‟udiyah santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an

tahun 2019, dan Aufi Nafil santri yang mengikuti riyâdhah Al-

Qur`an tahun 2019.29

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, penulis

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya.30

Pada tahap ini, penulis mendokumentasikan semua data dan

aktifitas yang berhubungan dengan pelaksanaan riyâdhah Al-Qur`an

yang dilakukan oleh penghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari. Metode ini digunakan untuk

menyempurnakan data yang diperoleh dari metode observasi dan

wawancara. Yang meliputi gambar-gambar, rekaman kegiatan,

catatan sejarah dan tulisan-tulisan yang dapat dijadikan rujukan dan

memperkaya data temuan.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif, yaitu menganalisis data yang telah dideskripsikan

dengan membangun tipologi.31

Dalam kaitannya dengan penelitian ini,

penulis memaparkan data serta menjabarkan argumen yang diperoleh

dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi yang berkaitan

29

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.145 30

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.158 31

Moh. Soehadha, Metode Penulisan Sosial Kualitatif untuk Studi Agama,

(Yogyakarta: Suka Press, 2012), h. 134

Page 35: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

17

dengan riyâdhah Al-Qur`an yang ada di Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur`an Ma‟unah Sari. Tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman

terhadap hasil penelitian secara kompleks. Sehingga diharapkan dengan

metode ini, hasil penelitian yang didapat dapat dipertanggungjawabkan.

Di samping itu pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

fenomenologi yaitu suatu pendekatan yang berusaha melukiskan

pengalaman penulis sebagaimana adanya tanpa memperhatikan asal usul

psikologinya dan keterangan kausal yang dapat disajikan oleh ilmuwan,

sejarawan, dan sosiologi.32

Dalam hal ini penulis mengungkapkan

pengalaman penulis selama melakukan penelitian yakni ketika berada

dan mengikuti beberapa kegiatan di Pesantren Ma‟unah Sari.

H. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik dan sistematika penulisan dalam skripsi ini merujuk pada buku

pedoman penulisan proposal dan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an tahun 2017.

penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab. Masing-masing bab disusun

secara sistematis untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian

sehingga bisa mengambil manfaat dari hasil penelitian ini. Berikut susunan

kelima bab tersebut:

Bab I: Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: Riyâdhah. Pada bab ini diuraikan seputar riyâdhah yang menjadi

tema utama penelitian. Pembahasannya meliputi: Pengertian riyâdhah,

tingkatan riyâdhah, Indikator riyâdhah, tujuan riyâdhah , dan tradisi

riyâdhah dalam Islam.

32

Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu

Sosial dan Komunikasi”, dalam jurnal Mediator, Vol. 9, No. 1, Juni 2008, h. 167

https://ejournal.unisba.ac.id diakses pada tanggal 29 Juni 2019

Page 36: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

18

Bab III: pada bab ini memaparkan secara singkat tentang gambaran

umum Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari, yang meliputi

profil singkat, letak geografisnya, dan sejarah singkat beridirnya Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari, lalu sarana prasarana pesantren,

kemudian dilanjutkan dengan kondisi umum Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur`an Ma‟unah Sari yang meliputi: keadaan staf pengajar, keadaan santri,

program pendidikan dan pengelolaan pesantren, program kegiatan, dan tata

tertib pesantren. Dan yang terakhir adalah metode pembelajaran pesantren.

Bab IV: Riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-Qur`an di pesantren

Indonesia dan tradisinya. Setelah pembaca mengetahui seputar riyâdhah dan

profil pesantren maka pada bab IV masuk pada inti penelitian yaitu tradisi

riyâdhah Al-Qur`an di pesantren. Pembahasannya meliputi tradisi riyâdhah

santri penghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah

Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur, dan relevansi riyâdhah Al-Qur`an

dengan riyâdhah dalam perspektif tasawuf.

Bab V: Penutup. Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti dituntut

mampu memberikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, maka pada

bab ini penulis menarik kesimpulan dari serangkaian penelitian yang telah

dilakukan. Kesimpulan penelitian memudahkan pembaca dalam memahami

inti dari keseluruhan pembahasan dalam penelitian. Selain memberikam

kesimpulan, pada bab ini penulis juga memberikan beberapa saran.

Page 37: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan terkait tradisi riyâdhah

Al-Qur`an studi pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari

Bandar Kidul Kediri Jawa Timur, dapat disimpulkan bahwa santri yang

mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari tidak dikhususkan

untuk santri yang sudah hafal 30 juz, tetapi tetap saja yang lebih di

prioritaskan adalah yang sudah selesai hafalan 30 juz. Kebanyakan santri

yang mengikuti riyâdhah adalah alumni dari pesantren luar yang sudah

selesai hafalannya. Santri yang ingin mengikuti riyâdhah Al-Qur`an boleh

mendaftar dan mengikuti program riyâdhah kapan saja. Tradisi riyâdhah Al-

Qur`an dilakukan dengan pilihan 3 model yaitu; 11 hari, 21 hari, dan 41 hari

dan dianjurkan dengan berpuasa bagi yang mampu.

Riyâdhah Al-Qur`an dilakukan di dalam ruangan khusus karena santri

yang melakukan riyâdhah tidak boleh keluar serta tidak boleh terlihat atau

melihat bukan mahramnya. Meskipun ketika santri putri dalam keadaan haid,

tetap saja tidak diperbolehkan karena riyâdhahnya belum selesai dan terhenti

karena haid. riyâdhah Al-Qur`an dilakukan selama 11, 21 atau 41 hari

dengan mengkhatamkan Al-Qur`an dalam sehari semalam. Waktunya

dimulai dari setelah magrib sampai besoknya sebelum magrib, jika melebihi

batas waktu yang sudah ditentukan maka riyâdhahnya gugur dan harus

mengulang dari awal lagi. Untuk santri putri, jika haid ketika pertangahan

melaksanakan riyâdhah Al-Qur`an maka boleh dilanjutkan ketika dia sudah

suci. Selama riyâdhah tidak diperbolehkan membunuh hewan apapun. Santri

yang mengikuti riyâdhah juga tidak diperbolehkan membaca novel dan

bacaan lain selain Al-Qur`an meskipun untuk santri putri yang riyâdhahnya

terhenti karena haid juga tetap tidak diperbolehkan.

Page 38: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

98

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian riyâdhah Al-Qur`an di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur,

maka penulis memberi masukan kepada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an

Ma‟unah Sari agar tradisi riyâdhah Al-Qur`an diwajibkan untuk santri

Ma‟unah sari sendiri dan pihak pondok harusnya memberikan perhatian lebih

terhadap santri mukim yang mengikuti program tahfiz dibanding santri

riyâdhah Al-Qur`an dari luar Pondok Ma‟unah Sari. Karena riyâdhah Al-

Qur`an di Ma‟unah Sari kebanyakan berasal dari santri yang sudah selesai

menyetorkan hafalan Al-Qur`an 30 juz di luar dan melakukan riyâdhah Al-

Qur`an di Ma‟unah Sari. Jadi, kebanyakan bukan santri dari Ma‟unah Sari.

Hal tersebut mengingat tradisi riyâdhah Al-Qur`an menjadi bagian penting

dalam tradisi keilmuan Islam khususnya bagi penghafal Al-Qur`an.

Penulis memandang bahwa riyâdhah Al-Qur`an sangat penting

dilakukan oleh para penghafal Al-Qur`an dan para hafiz hafizah, karena

banyak manfaat yang akan didapatkan dari melakukan riyâdhah Al-Qur`an.

Salah satunya adalah selain sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah

Swt., mencari berkah Al-Qur`an dan para ulama Al-Qur`an riyâdhah Al-

Qur`an juga sebagai sarana melancarkan hafalan sekaligus memantapkan Al-

Qur`an dalam dirinya sehingga sikap yang tercermin darinya sesuai dengan

yang Al-Qur`an ajarkan.

Page 39: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

99

DAFTAR PUSTAKA

Aan Subhansyah, dkk., “Tradisi Riyadloh Santri Penghafal Al-Qur`an,”

https://alif.id/read/redaksi/tradisi-riyadloh-santri-penghafal-alquran-

b209330p/, diakses tanggal 24 Juni 2019.

„Abdu al-Karîm, Abî al-Qâsim, ar-Risâlah al-Qusyairiyah fî „Ilmi at-

Tasawwuf, Mesir: Dar al-Khair, tp. th.

Abdul Muaz, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an

di Pesantren Al-Fattah Tulungagung tahun 2017, Depok, 15 Juni 2019.

Ahmad Nasih, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an

di Pandan Aran tahun 2016, Ciputat, 21 Juli 2019.

A. Husnul Hakim, Wawancara dengan Pengasuh PP. Lingkar Studi dan Ilmu

Al-Qur`an, Depok, 1 Juli 2019.

Al Aziz, S., Moh. Saifulloh. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Terbit

Terang, Surabaya: 1998.

Ali Imron, Wawancara dengan Ketua Pondok Putra Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari, Kediri, 23 Juni 2019.

Amstrong, Amatullah, Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia

Tasawuf, Bandung: Mizan 1996.

Anam, A Khoirul, Mbah Munawwir Punya „Riyadhah Spesial,‟

https://www.nu.or,id/post/read/43925/mbah-munawwir-punya-

039riyadhah-spesial039, diakses tanggal 25 Juli 2019.

Anik, Wawancara dengan santri mukim di Ma‟unah Sari, 18 Juni 2019.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Asdi Mahasatya, 2006.

Page 40: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

100

Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994.

Aufi Nafil, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di

Pesantren Ma‟unah Sari tahun 2019, Kediri, 18 Juni 2019.

Al-Bastani, Karim, Al-munjid fî al-lughah wa al-a‟lâm, Beirut: Dar al-

Masyriq, 1875.

Al-Bukh ri, Abu „Abdillah Muhammad ibn Ism il, Shahîh Bukhâri, Beirut:

Dâr Thûq an-Najâh, 1422 H.

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif , Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

Chusnul, Cotimah. dan Fathurrahman, Muhammad, Komplemen Manajemen

Pendidikan islam, Yogyakarta: Teras, 2014.

Daruhcom, Dzikir Pagi dan Petang Hasan Al-Banna,

https://darulfitrah.com/blog/dzikir_pagi_dan_petang_hassan_al_banna/,

diakses tanggal 14 Juli 2019

Al-Ghazali, Imâm, Ihyâ„ „Ul m Ad-dîn, Semarang: CV. Asy-syifa, 1992.

Al-Ghazâli, Imâm Abû Hamîd Muhammad Ibnu Muhammad, Ihyâ„ „Ul m

Ad-dîn, tt.p.:t.p.,t.t..

Al-Ghazâli, Metode Menakhlukkan Jiwa Perspektif Sufistik, Bnadung: PT

Mizan Pustaka, 2002.

Al-Ghazali, Mutiara Ihya „Ulumuddin : Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang

Hujjatul Islam, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.

Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an, Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2005.

Page 41: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

101

Hakim, Arif (dkk), Setetes Embun Penyejuk Hati: Biografi KH. M. Mubasyir

Mundzir, Kediri: Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari,2002.

Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomologi,” dalam Jurnal Mediator, Vol. 9, No.

1, Juni 20018, h. 167, https://ejournal.unisba.ac.id diakses pada tanggal

29 Juni 2019.

Imâm Jalil, Tafsir Al-Qur`an Al-Azhim, Juz-IV, Kitab Fadh „ilul Qur`an, Isa

Al-Babi Al-Halabi, t. T, h. 56.

Al-Jauzy, Ibnu Qayyim, Madârij as-Sâlikîn Pendakian Menuju Allah,

Jakarta: Pustaka Kautsar, 1998.

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:

Sinar Harapan, 2001.

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT

Gramedia, 1989.

Masyhuri, A. Aziz, 99 Kiai Kharismatik Indonesia: Biografi Perjuangan,

Ajaran, dan Doa-doa yang Diwariskan, Yogyakarta: Kutub, 2008.

Muhammad Abduh Tuasikal, Puasa Daud, Puasa Paling Istimewa,

https://rumaysho.com/935-puasa-daud-puasa-paling-istimewa.html,

diakses tanggal 7 Agustus 2019

M. Echols, John. dan Shadily Hassan, A Dictionary Of Modern Written

Arabic, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1989.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penulisan Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2000.

Muhammad, Dr. KH. Ahsin Sakho, Tahfidz Al-Qur`an di Pesantren

Tradisional, Work Shop Divisi Tahfiz IIQ, 2008-2009.

Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, Yogyakarta: Idea

Press Yogyakarta, 2015.

Page 42: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

102

Muthmainnah, Metode Tahfidh Al-Qur`an di Pesantren Tahfidzul Qur`an

(PTQ) Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri, Skripsi, Fakultas Agama

Islam Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Universitas Yudhakarta,

Pasuruan, 2014.

An-Naisâbûrî, Abî al-Qâsim al-Qusyairî, Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian

Ilmu Tasawuf, Jakarta: Pustaka Amani, 2002.

Najakhuz Zulfa, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-

Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari tahun 2016, Kediri, 20 Juni 2019.

Nawawi, Hadari, Instrumen Penulisan Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 1995.

Nazir,Moh., Metode Penulisan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.

Al-Qurtubi, Al-Tidzhar Fî Afdholil Adzkar, Beirut: Al-Maktabah Ilmiyah,

tt.tp.th.

Rifa, Wawancara dengan Bendahara Podok Pesantren Ma‟unah Sari Putri,

Kediri, 17 Juni 2019.

Rozi, Fahrur, Fami Bi Syauqin; Mengkhatamkan Al-Qur`an dalam 7 hari,

https://famibisyauqin.blogspot.com/2016/02fami-bi-syauqin-

mengkhatamkan-al-quran.html?m=1, diakses tanggal 2 Juli 2019.

Safitri, Erwanda, “Tahfiz Al-Qur`an di Ponpes Tahfidzul Qur`an Ma‟unah

Sari Bandar Kidul Kediri,” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2016. Tidak diterbitkan.

Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur`an, Jakarta: Gema Insani, 2008.

Shihab, M. Quraish, Logika Agama Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal

dalam Islam, Jakarta: Lentera, 2005.

Page 43: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

103

Sholahudin, Muhammad, Ulama Penjaga Wahyu, Kediri: Nous Pustaka

Utama, 2013

Soehadha, Moh, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama,

Yogyakarta: Suka Press, 2012.

Su‟udiyah, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di

Pesantren Ma‟unah Sari tahun 2019, Kediri, 18 Juni 2019.

As-Syaib n , Ab „Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Ḫanbal ibn Hilâl,

Musnad al-Imâm Ahmad ibn Ḫanbal, Jilid XI, Muassasah ar-Risâlah,

2001.

Tebba, Sudirman, Meditasi Sufistik, Bandung: Pustaka Hidayah, 2004.

At-Tirmidzi, Muhammad ibn „Îs ibn Saurah ibn M s ibn Dhiẖâk, al-Jâmi‟

al-Kabîr, Jilid IV, Beirut: Dâr al-Gharbu al-Islâmî

T. Yanggo, Huzaemah T. Yanggo (dkk), Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis

dan Desertasi, Jakarta: IIQ Press, 2011.

Wahyuningsih, Dian, “Pengaruh Intensitas Riyadhah dan Intensitas Iqra„

terhadap peningkatan kecerdasan spiritual (SQ) (Studi Pada Jama‟ah

Kajian Daarul Muwahid Srengseng – Jawa Barat),” Tesis Universitas

Indonesia, 2007, Tidak diterbitkan.

Zen, Muhaimin dan Mustafid, Ahmad, Bunga Rampai Mutiara Al-Qur`an

(Pembinaan Qari Qari„ah dan hafiz hafizah), Jakarta: Pimpinan Pusat

Jam‟iyyatul Qurra„ wal huffaz (JQH), 2006.

Page 44: TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN Studi Pada

171

RIWAYAT HIDUP

Nabilatun Nada, S.Ag lahir di Kediri, pada tanggal

01 Maret 1997. Pengalaman pendidikan,

menyelesaikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MI

Cendono, Kediri pada tahun 2009, menyelesaikan

pendidikan Madrasah Tsanawiyah di Pondok

Pesantren Ma‟arif NU Blitar pada tahun 2012,

menyelesaikan pendidikan Madrasah Aliyah di

Pondok Pesantren Al-Hikmah Purwoasri Kediri

pada tahun 2015. Lalu melanjutkan studi di perguruan tinggi Institut Ilmu Al-

Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tahun 2015 dan mengambil Program Studi Ilmu

Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.

Adapun pengalaman organisasi penulis yaitu, Ketua Osis MI

Cendono pada periode 2008/2009, Wakil Ketua IPPNU MTs Ma‟arif NU

Blitar periode 2009/2010, Ketua IPPNU MTs Ma‟arif NU Blitar periode

2010/2011, Sekretaris IPPNU MA Al-Hikmah Purwoasri Kediri periode

2013/2014, Departemen Luar Negeri Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin (BEM-FU) IIQ Jakarta periode 2015/2016, Departemen Luar

Negeri Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IIQ Jakarta periode

2016/2017, Wakil Presiden Mahasiswa DEMA IIQ Jakarta periode

2017/2018, HUMAS Jam‟iyyah Mudarasah Al-Qur`an (JMQ) periode

2016/2017, Wakil Ketua JMQ periode 2017/2018.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur atas terselesaikannya skripsi

yang berjudul “TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-

QUR`AN (Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah

Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur)”.