tpp10edit1
TRANSCRIPT
![Page 1: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang adalah melaksanakan model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan
merujuk kepada standar nasional yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
dan tetap memperhatikan misi pendidikan tinggi Muhammadiyah, kebutuhan lokal, regional
dan Perserikatan Muhammadiyah dengan pendekatan terintegrasi baik horizontal maupun
vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dalam
konteks pelayanan kesehatan primer.
Strategi pembelajaran berdasarkan Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional dan rumusan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), implementasi KBK
dilaksanakan melalui strategi SPICES, yaitu Student centred, Problem based learning,
Integrated approach, Community oriented, Early clinical exposure, dan Systematic.
Mengacu pada sistem KBK dan strategi pembelajaran SPICES, salah satu metode
pembelajaran yang diterapkan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang adalah Tugas Pengenalan Profesi (TPP). Tugas Pengenalan Profesi (TPP) adalah
upaya terstruktur di dalam blok melalui tugas mandiri untuk menyiapkan mahasiswa
memahami peran sebagai profesional dokter dan memahami kebutuhan masyarakat akan
layanan kesehatan dan administrasi layanan kesehatan. Proses ini merupakan kegiatan yang
mengenalkan mahasiswa secara dini pada kasus klinik atau komunitas rumah sakit,
puskesmas, panti, posyandu, kunjungan ke rumah pasien, dan lain-lain.
PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK meskipun
kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke atas, ditemukan
20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan
bahwa sekitar 17 juta orang meninggal tiap akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2
juta) dan stroke (5,5 juta). (WHO, 2002)
Secara umum angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) di
Indonesia belum diteliti secara akurat. Di Amerika Serikat pada tahun 1996 dilaporkan
kematian akibat PJPD mencapai 959.277 penderita, yakni 41,4 % dari seluruh kematian.
Setiap hari 2600 penduduk meninggal akibat penyakit ini. Meskipun berbagai pertolongan
mutakhir telah diupayakan, namun setiap 33 detik tetap saja seorang warga Amerika
Page 1
![Page 2: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/2.jpg)
meninggal akibat penyakit ini. Dari jumlah tersebut 476.124 kematian disebabkan oleh
Penyakit Jantung ( Supriyono, 2008)
Sedangkan stroke merupakan masalah kesehatan utama di negara maju, penyebab
kecacatan pada orang dewasa dan penyebab kedua terjadinya demensia. Di seluruh dunia
prevalensi stroke ada 7,1 juta pada tahun 2000 dan akan terus meningkat. Data di negara
berkembang seperti Indonesia menunjukan insidens 234 per 100.000 penduduk (survey di
Bogor oleh Misbach, 2001)
Oleh karena itu, pada blok X semester III berjudul
“CARDIOCEREBROVASKULAR”, bertujuan agar mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui penderita gangguan CCVdi ICU RSMP.
Berdasarkan tujuan dari blok tersebut, maka kami dari kelompok VI tugas
pengenalan profesi bermaksud untuk melakukan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
dengan judul “Observasi Penderita Gangguan CCV di ICU RSMP ”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pelaksanaan TPP ini :
1. Apa definisi gangguan CCV ?
2. Apa saja jenis gangguan CCV ?
3. Bagaimana mengetahui penyebab gangguan CCV ?
4. Bagaimana mengetahui tanda dan gejala pasien gangguan CCV ?
5. Bagaimana mengetahui cara penanganan pasien gangguan CCV di ICU RSMP ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam pelaksanaan TPP ini:
Untuk mengamati secara langsung pasien-pasien penderita gangguan CCV di ICU
RSMP.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam pelaksanaan TPP ini:
1. Untuk mengetahui definisi gangguan CCV
2. Untuk mengetahui jenis gangguan CCV
3. Untuk mengetahui penyebab gangguan CCV
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pasien gangguan CCV
Page 2
![Page 3: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/3.jpg)
5. Untuk mengetahui cara penanganan pasien gangguan CCV di ICU RSMP
1.4 Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat dalam pelaksanaan TPP ini:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi, jenis, penyebab, tanda dan gejala pasien
gangguan CCV.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara penanganan pasien gangguan CCV di ICU
RSMP.
Page 3
![Page 4: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Cardiocerebrovaskuler
Cardio (dari bahasa Yunani kardia - jantung) , Cerebro adalah otak , Sedangkan
Vaskular adalah istilah yang mencakup segala yang terkait arteri dan vena dalam sistem
pembuluh darah.
2.1.1 Cardiac
Struktur anatomi dari cavitas thorax
a. Rongga thorax dibagi jadi bagian median yang disebut mediastinum dan
paru serta pleura juga terletak di lateral
b. Mediastinum meluas kedepan sampai sternum dan posterior sampai pars
thoracica columna vertebralis
c. Struktur-strukturnya tersusun dari anterior ke posterior dengan urutan
sebagai berikut :
Mediastinum Superius
Thymus
Vena-vena besa
Arteri-arteri besar
Trachea
Page 4
![Page 5: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/5.jpg)
Esophagus dan ductus thoracicus
Truncus symphaticus
Mediastinum inferius
Thymus
Jantung di dalam pericardium dengan nervus phrenicus di kanan dan
kirinya
Esophagus dan ductus thoracicus
Aorta descendens
Truncus symphaticus
Anatomi Jantung
Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri
antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang
berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan
epicardium. Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan
berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang
paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endocardium.
Jantung terletak di dalam pericardium di mediastinum. Pericardium terbagi
atas dua macam yaitu pericardium fibrosum dan pericardium serrosum.
Pericardium serrosum terdiri dari lamina-lamina yaitu :
- Lamina parietalis : membatasi pericardium fibrosum.
- Lamina visceralis : berhubungan erat dengan jantung, dan sering
dinamakan epicardium.
Jantung mempunyai tiga permukaan, yaitu :
- Facies sternocostalis (anterior) : dibentuk oleh atrium dextrum
dan ventriculus dexter yang dipisahkan satu sama lain oleh sulcus
atrioventrikularis.
- Facies diaphragmatica : dibentuk oleh ventriculus dexter dan sinister
yang dipisahkan oleh sulcus interventricularis posterior.
- Basis cordis ( facies posterior ) : dibentuk oleh atrium sinistrum,
tempat bermuara empat vena pulmonales.
Page 5
![Page 6: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/6.jpg)
Jantung tidak terletak pada basisnya, tetapi terletak pada facies
diaphragmatica (inferior)
Batas Jantung :
- Batas kanan dibentuk oleh atrium dextrum.
- Batas kiri dibentuk oleh auricula sinistra
- Batas bawah dibentuk oleh ventriculus dexter dan atrium dextum serta
apex oleh ventriculus sinister.
Dinding jantung tersusun atas otot jantung (myocardium), di luar
terbungkus oleh pericardium serosum (epicardium) dan di bagian dalam
diliputi oleh sleapis endothel (endocardium).
Page 6
![Page 7: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/7.jpg)
Ruang Jantung
Jantung dibagi oleh septa vertical menjadi empat ruang :
1. Atrium Dextrum (terletak anterior terhadap atrium sinistrum)
Terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong kecil, auricular.
Bagian anterior secara embriologis berasal dari atrium primitive.
Muara pada atrium dextrum:
- Vena cava superior bermuara ke dalam bagian atas atrium
dextrum, dan tidak punya katup. Vena cava superior ini
mengembalikan darah ke jantung dari setengah bagian atas
tubuh.
- Vena cava inferior ( lebih besar dari vena cava superior)
bermuara ke bagian bawah atrium dextrum. Vena cava
inferior mengembalikan darah ke jantung dari setengah
bagian bawah tubuh.
- Sinus coronalius yang mengalirkan sebagian besar darah dari
dinding jantung. Bermuara ke dalam atrium dextrum, diantara
vena cava inferior dan ostium atrioventriculare dextrum dan
dilindungi oleh katup rudimenter yang tidak berfungsi.
2. Ventriculus dexter (terletak anterior terhadap ventrikulus sinister)
Ventriculus dexter berhubungan dengan atrium dextrum
melalui ostium atrioventriculare dextrum dan dengan trunchus
pulmonalis melalui ostium trunchi pulmonalis. Dinding
ventriculus dexter jauh l;ebih tebal daripada atrium dexter dan
menunjukkan beberapa rigi yang menonjol ke dalam yang
dibentuk oleh berkas – berkas otot.
Di dalam ventriculus dexter, ada 2 macam valva (katup), yaitu :
- Valva tricuspidalis : melindungi ostium atrioventriculare
yang terdiri atas tiga cuspis (cuspis anterior, cuspis septalis ,
cuspis interior {posterior}).
Basis cuspis melekat pada cincin fibrosa rangka jantung.
Sedangkan ujung bebas dan permukaan ventricular nya
FK UMP 2012 Page 7
![Page 8: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/8.jpg)
dilekatkan pada chordae tendineae. Chordae tendineae
menghubungkan cuspis dengan musculi papillares. Bila
ventrikel berkontraksi, musculi papillares ikut berkontraksi
dan mencegah agar cuspis tidak terdorong masuk ke dalam
atrium dan terbalik waktu tekanan intraventricular meningkat.
- Valva trunchi pulmonalis : melindungi ostium trunchi
pulmonalis. Terdiri atas tiga valvula semilunaris yang
dibentuk oleh lipatan endocardium disertai sedikit jaringan
fibrosa. Disini tidak ada corda tendineae atau musculi
papillares yang berhubungan dengan cuspis valva ini. Pada
pangkal trunchus pulmonalis, terdapat tiga pelebaran , yang
dinamakan sinus.
3. Atrium sinitrum
Terletak di belakang atrium dextrum, membentuk sebagian
besar basis jantung, dibelakangnya, terdapat sinus obliquus
pericardi serosum dan pericardium firbrosum memisahkannya
dari ooesophagus.
Muara pada atrium sinistrum:
- Empat venae pulmonales, dua dari masing – masing paru –
paru bermuara pada dinding posterior, dan tidak punya katup.
Ostium atrioventriculare sinistrum dilindungi oleh valva
nitralis.
4. Ventriculus sinister
Berhubungan dengan atrium sinisterum melalui ostium
atrioventriculare sinistrum dan dengan aorta melalui ostium
aortae. Dinding ventriculus sinister tiga kali lebih tebal dari
dinding ventriculus dexter (karena tekanan darah dalam
ventrikulus sinister enam kali lebih tinggi dari tekanan darah
dalam ventriculus dexter ).
Pada penampang melintang, ventriculus sinister berbentuk
sirkular. Bagian ventrikel di bawah ostium aortae disebut
festibulum aortae .
FK UMP 2012 Page 8
![Page 9: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/9.jpg)
Ada dua macam valva di ventrikulus sinister yaitu :
- Valva mitralis : melindungi ostium atrioventriculare dan
terdiri dari dua cuspis ( cuspis anterior dan cuspis posterior).
Yang memiliki struktur sama dengan cuspis valva
tricuspidalis.
- Valva aortae : melindungi ostium aortae dan mempunyai
struktur yang sama dengan struktur valva trunchi pulmonalis.
Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri atas lapisan tebal otot jantung
(myocardium), yang dibungkus diluar oleh epicardium dan dibatasi
di sebelah dalam oleh endocardium. Bagian atrium jantung relative
mempunyai dinding yang tipis dan dibagi dua oleh septum
interatriale menjadi atrium sinistrum dan dextrum.
Bagian ventrikel jantung mempunyai dinding yang tebal dan
dibagi dua oleh septum ventriculare menjadi ventriculus dexter dan
sinister. Bagian bawah septum tebal dan dibentuk oleh otot. Bagian
atas septum lebih kecil, tipis, membranosa, dan terikat pada rangka
fibrosa.
Pendarahan jantung
Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria dextra dan
sinistra yang berasal dari aorta ascendens tepat diatas valva aortae.
Arterie coronariae dan cabang – cabang utamanya terdapat di
permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.
1. Arteri coronaria dextra
Berasal dari sinus anterior aortae dan berjalan ke depan diantar
trunchus pulmonalis dan auricular dextra. Cabang – cabangnya :
- Ramus coni arteriosi
- Rami ventriculares anteriores
- Rami ventriculares posteriors
- Ramus interventricularis posterior (descendens)
FK UMP 2012 Page 9
![Page 10: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/10.jpg)
- Rami atriales
2. Arteria coronaria sinistra
Biasanya lebih besar daripada arteriae coronaria dextra,
mendarahi sebagian besar jantung. Cabang – cabangnya :
- Ramus interventricularis (descendens) anterior
- Ramus circumflexus
Persyarafan jantung
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis
susunan saraf otonom melalui flexus cardiacus yang terletak di
bawah arcus aortae. Serabut-serabut postganglionic simpatis berakhir
di nodus sinutrialis dan nodus atrioventricularis, serabut-serabut otot
jantung dan arteriae coronariae.
Katup-katup jantung:
- Valva tricuspidalis: terletak dibelakang setengah bagian kanan
sternum pada spastium intercostale IV.
- Valva mitralis: terletak di belakang setengah bagian kiri
sternum setinggi cartilage costalis IV.
- Valva trunci pulmonalis: terletak di belakang ujung medial
cartilage costalis III sinistra dan bagian yang berhubungan
dengan sternum.
- Valva aortae: terletak di belakang setengah bagian kiri sternum
pada spatium intercostale III.
FK UMP 2012 Page 10
![Page 11: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/11.jpg)
Fisiologi Jantung
Siklus Jantung
Peristiwa yang terjadi pada jantung yang berawal dari
permulaan sebuah denyut jantung sampai permulaan denyut
jantung berikutnya disebut siklus jantung. Setiap siklus jantung
diawali oleh pembentukan potensial aksi yang spontan di dalam
nodus sinus. Nodus ini terletak pada dinding lateral superior
atrium kanan dekat tempat masuk vena kava superior, dan
potensial aksi menjalar dari sini melalui kedua atrium dan
kemudian melalui berkas A-V ke ventrikel. Atrium akan
berkontraksi mendahului kontraksi ventrikel, sehingga akan
mempompakan darah ke ventrikel sebelum terjadi kontraksi
ventrikel yang kuat. Siklus jantung terdiri atas satu periode
relaksasi yang disebut diastolik, yaitu periode pengisian jantung
dengan darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang
disebut sistolik. Siklus jantung dapat terbagi menjadi beberapa
periode sebagai berikut:
Periode pengisian cepat pada ventrikel (periode diastasis)
Tekanan yang cukup tinggi yang telah terbentuk di dalam
atrium selama fase sistemik ventrikel segera mendorong katup A-
FK UMP 2012 Page 11
![Page 12: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/12.jpg)
V agar terbuka sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke
dalam ventrikel.
Periode kontraksi isovolemik (isometrik)
Tekanan ventrikel meningkat dengan tiba-tiba, sehingga
menyebabkan katup A-V menutup. Selanjutnya akan terjadi
kontraksi di dalam ventrikel agar dapat membentuk tekanan yang
cukup untuk mendorong katup semilunaris agar terbuka, melawan
tekanan di dalam aorta dan arteri pulmonalis.
Periode ejeksi
Tekanan ventrikel mendorong katup semilunaris hingga
terbuka. Darah mulai mengalir keluar dari ventrikel.
Periode relaksasi isovolemik (isometrik)
Pada akhir sistolik, relaksasi ventrikel mulai terjadi secara
tiba-tiba, sehingga mengurangi tekanan intraventrikel sampai ke
tekanan diastoliknya yang rendah. Peninggian tekanan dalam
arteri besar yang berdilatasi, yang baru saja diisi dengan darah
yang berasal dari ventrikel yang berkontraksi, segera mendorong
darah kembali ke atrium sehingga aliran darah ini akan menutup
katup aorta dan pulmonalis dengan keras. Otot ventrikel terus
berelaksasi, meskipun volume ventrikel tidak berubah.
Curah Kerja Jantung (Cardiac Output)
Curah kerja sekuncup jantung adalah jumlah energi yang
diubah oleh jantung menjadi kerja selama setiap denyut jantung
sewaktu memompa darah ke arteri. Curah kerja semenit adalah
jumlah total energi yang diubah menjadi kerja dalam 1 menit,
yang sebading dengan curah kerja sekuncup atau volume
sekuncup(stroke volume) dikalikan dengan denyut jantung per
menit atau frekuensi denyut jantung (heart rate).
FK UMP 2012 Page 12
![Page 13: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/13.jpg)
Pengaturan Pemompaan Jantung
Dua alat dasar yang mengatur volume darah yang
dipompakan oleh jantung adalah:
(1) Pengaturan intrinsik pempompaan jantung sebagai respons
terhadap perubahan volume darah yang mengalir ke dalam jantung
(2) Pengendalian frekuensi denyut jantung dan kekuatan pemompaan
jantung oleh sistem saraf otonom.
(1) Pengaturan intrinsik pompa jantung-Mekanisme Frank-Starling
Semakin besar otot jantung diregangkan selama pengisian,
semakin besar kekuatan kontraksi dan semakin besar pula jumlah darah
yang dipompa ke dalam aorta, atau dengan kata lain, dalam batas-batas
fisiologis, jantung akan memompa semua darah yang kembali ke jantung
melalui vena. Berarti, jumlah darah yang dipompa oleh jantung hampir
seluruhnya ditentukan oleh kecepatan aliran darah ke dalam jantung yang
berasal dari vena-vena, disebut alir balik vena.
Bila darah dalam jumlah lebih mengalir ke dalam ventrikel, otot
jantung sendiri akan lebih meregang. Keadaan ini selanjutnya akan
menyebabkan otot berkontraksi dengan kekuatan yang bertambah karena
filamen aktin dan miosin dibawa mendekati tahap tumpang tindih yang
optimal.
(2) Pengaturan Jantung oleh Saraf Parasimpatis dan Simpatis
Perangsangan simpatis yang kuat dapat meningkatkan frekuensi
denyut jantung dan kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga dapat
meningkatkan curah jantung. Serabut-serabut vagus (parasimpatis)
didistribusikan terutama ke atrium sehingga terutama mengurangi
frekuensi denyut jantung daripada kekuatan kontraksi otot jantung.
Pengaturan Irama Jantung dan Konduksi Impuls oleh Saraf
Jantung
Saraf Parasimpatis
FK UMP 2012 Page 13
![Page 14: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/14.jpg)
Perangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan pelepasan
hormon asetilkolin pada ujung saraf vagus. Hormon ini akan menurunkan
frekuensi irama nodus sinus dan menurunkan eksitabilitas serabut-serabut
penghubung A-V, sehingga akan memperlambat penjalaran impuls
jantung yang menuju ke ventrikel.
Saraf Simpatis
Perangsangan saraf ini akan menyebabkan pelepasan hormon
norepinefrin, yang meningkatkan kecepatan pelepasan impuls dari nodus
sinus, kecepatan konduksi, tingkat eksitabilitas di semua bagian jantung,
dan kekuatan kontraksi semua otot-otot jantung.
2.1.2 Cerebro
ANATOMI
Susunan saraf pusat :
- Otak
Prosensepalon
- Cerebrum
- Dienscephalon
Mesencephalon
Rhombencephalon
- Medulla Oblongata
- Pons
- Cerebellum
- Medulla spinalis
- Pars cerficalis
- Pars thoracica
- Pars lumbalis
- Pars sacralis
- Pars coccygea
FK UMP 2012 Page 14
![Page 15: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/15.jpg)
Susunan saraf tepi :
Saraf spinal dan ganglianya
8 cervicalis
12 thorachica
5 lumbalis
5 sacralis
1 coccygea
Nervus Cranialisdan ganglianya
FK UMP 2012 Page 15
![Page 16: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/16.jpg)
I. Nervus Olfaktorius
II. Nervus Optikus
III. Nervus Okulomotorius
IV. Nervus Trokhlearis
V. Nervus Trigeminus
VI. Nervus Abdusen
VII. Nervus Fascialis
VIII. Nervus Auditorius
IX. Nervus Glossopharyngeus
X. Nervus Vagus
XI. Nervus Accesorius
XII. Nervus Hypoglossus
FISIOLOGI
Sebagian besar aktivitas sistem syaraf diawali oleh
pengalaman-pengalaman sensoris atau reseptor yang
terangsang, yaitu reseptor & fisual di mata, reseptor auditorik
ditelinga, reseptor di permukaan tubuh atau macam-macam
reseptor lainnya. Pengalaman sensoris ini dapat menimbulkan
reaksi segera diotak , atau memori. Dari pengalaman tersebut
dapat disimpan dalam otak selama beberapa menit, minggu
atau tahun dan selanjutnya dan dapat menentukan reaksi
tubuh lainnya. Informasi ini akan masuk ke dalam sistem
saraf pusat melalui saraf-saraf perifer dan segera dihantarkan
ke berbagai area sensorik pada (semua tingkat medulla
spinalis, substansia ventricular dari medulla , pons,
mesencepalon, cerebellum, tahlamus dan area korteks
serebri). (Prince & Wilson, 2005)
FK UMP 2012 Page 16
![Page 17: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/17.jpg)
2.1.3 Vascular
Sirkulasi darah otak
- Kedua arteri ini bersatu membentuk basilaris, arteri
basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah,
dan disini bercabang menjadi dua membentuk
sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang
sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula
oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian
diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-
cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ
vestibular.
- Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem :
kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah
vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak dipermukaan hemisfer otak, dan
mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinius-sinus
basalis lateralis dan seterusnya ke vena-vena jugularis,
dicurahkan menuju ke jantung.
(Snell, 2006)
FK UMP 2012 Page 17
![Page 18: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/18.jpg)
Pembuluh Darah Besar Jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:
Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor
dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor
dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa
darah kotor dari jantung sendiri.
Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
Arteri coronaria dextra, cabang :
- Ramus coni arteriosi
- Rami ventriculares anterior
- Rami ventricularis posterior (desendens)
- Rami atriales
FK UMP 2012 Page 18
![Page 19: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/19.jpg)
Arteri Coronaria sinistra
- Ramus interventricular (desendens) anterior
- Ramus circumflexus
2.2 Definisi Gangguan Cardiocerebrovaskular
Gangguan Cardiocerebrovaskular terdiri dari tiga bagian yaitu jantung
(cardiac), otak (cerebro) dan pembuluh darah (vaskuler). Gangguan pada jantung
khususnya jantung koroner adalah gangguan pembuluh darah yang mensuplai
jantung. Implikasinya meliputi infark miokard (serangan jantung), angina (nyeri
dada), dan aritmia (irama jantung abnormal). (Guyton, 2008)
Kemudian gangguan serebrovaskular adalah gangguan pembuluh darah yang
mensuplai otak. Implikasinya meliputi stroke (kerusakan sel otak karena kurangnya
suplai darah) dan transient ischaemic attack (kerusakan sementara pada penglihatan,
kemampuan berbicara, rasa atau gerakan). (Guyton, 2008)
Sedangkan gangguan vaskular perifer adalah penyakit pembuluh darah yang
mensuplai tangan dan kaki yang berakibat rasa sakit yang sebentar datang dan pergi,
serta rasa sakit karena kram otot kaki saat olah raga. (Guyton, 2008)
2.3 Penyakit Kardiocerebrovaskuler
2.3.1 PJK ( Penyakit Jantung Koroner )
2.3.1.1 Pengertian
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyempitan pembuluh
darah kecil yang memasok darah dan oksigen ke jantung. PJK juga
disebut penyakit arteri koroner.
2.3.1.2 Penyebab
Penyakit jantung koroner (PJK) biasanya disebabkan oleh
penumpukan deposit lemak pada dinding arteri di sekitar jantung (arteri
koroner). Deposito lemak, disebut ateroma, yang terdiri dari kolesterol
dan zat limbah lainnya.
FK UMP 2012 Page 19
![Page 20: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/20.jpg)
Penumpukan dari ateroma di dinding arteri koroner membuat
arteri sempit dan membatasi aliran darah ke jantung. Proses ini disebut
aterosklerosis . Resiko terkena aterosklerosis meningkat secara signifikan
jika :
a. merokok
b. memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi)
c. memiliki kadar kolesterol darah tinggi
d. tidak mengambil olahraga teratur
e. memiliki diabetes
Faktor risiko lain untuk mengembangkan atherosclerosis meliputi:
a. mengalami obesitas atau kelebihan berat badan
b. memiliki riwayat keluarga PJK - risiko meningkat jika Anda
memiliki saudara laki-laki dengan PJK di bawah 55 atau saudara
perempuan di bawah 65 tahun.
2.3.1.3 Tanda dan gejala
Gejala yang paling umum dari penyakit jantung koroner (PJK)
merupakan nyeri dada (angina) dan serangan jantung.
Juga dapat mengalami gejala lain, seperti jantung berdebar dan sesak
napas yang tidak biasa. Dalam beberapa kasus, mungkin tidak memiliki
gejala apapun sebelum mereka didiagnosis.
Angina
Jika arteri koroner menjadi sebagian terblokir, hal ini dapat
menyebabkan nyeri dada ( angina ).
Biasanya perasaan tidak nyaman, mirip dengan gangguan pencernaan.
Namun, serangan angina yang berat dapat menyebabkan rasa sakit berat
atau sesak, biasanya di tengah dada, yang dapat menyebar ke lengan,
leher, rahang, punggung atau perut.
Angina sering dipicu oleh aktivitas fisik atau situasi stres. Gejala
biasanya hilang dalam waktu kurang dari 10 menit dan dapat berkurang
dengan istirahat atau menggunakan tablet nitrat atau semprot.
Serangan jantung
Jika arteri benar-benar diblokir, dapat menyebabkan serangan
jantung (infark miokard).
FK UMP 2012 Page 20
![Page 21: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/21.jpg)
Serangan jantung dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otot
jantung dan, jika tidak diobati langsung, bisa berakibat fatal.
Meskipun gejala dapat bervariasi, ketidaknyamanan atau nyeri dari
serangan jantung biasanya mirip dengan angina, tetapi sering lebih parah.
Selama serangan jantung Anda juga mungkin mengalami gejala berikut:
a. berkeringat
b. mual
c. sesak napas
Gejala-gejala serangan jantung dapat mirip dengan gangguan
pencernaan. Sebagai contoh, nyeri dada, sakit perut atau mulas. Namun,
gejala ini juga dapat disertai dengan rasa sakit yang mempengaruhi
lengan (terutama lengan kiri), leher dan rahang.
Serangan jantung bisa terjadi kapan saja, termasuk saat Anda
sedang beristirahat. Jika sakit jantung berlangsung lebih lama dari 15
menit, mungkin menjadi awal dari serangan jantung.
Tidak seperti angina, gejala serangan jantung biasanya tidak hilang
menggunakan tablet nitrat atau semprot.
Dalam beberapa kasus, serangan jantung tidak ada atu tanpa gejala, yang
disebut silent infark miokard. Sering terjadi pada orang dengan diabetes.
Gagal jantung
Gagal jantung juga dapat terjadi pada orang dengan PJK ketika
jantung menjadi terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh,
yang dapat menyebabkan cairan menumpuk di paru-paru yang
membuatnya semakin sulit untuk bernapas.
Gagal jantung dapat terjadi tiba-tiba (akut gagal jantung) atau secara
bertahap dari waktu ke waktu (gagal jantung kronis).
2.3.1.4 Diagnosis
Penyakit jantung koroner (PJK) biasanya didiagnosis setelah
penilaian risiko dan beberapa tes lebih lanjut. Sejumlah tes yang berbeda
digunakan untuk mendiagnosa masalah yang berhubungan dengan
jantung, termasuk:
a. Elektrokardiogram (EKG)
b. Sinar-X
FK UMP 2012 Page 21
![Page 22: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/22.jpg)
c. Echocardiogram
d. Tes darah
e. Angiografi koroner
f. Tes radionuklida
g. Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan
h. Computerized tomography (CT) scan
Elektrokardiogram (EKG)
EKG mencatat ritme dan aktivitas listrik jantung Anda. Sejumlah
elektroda (kecil, patch lengket) diletakkan pada lengan, kaki dan dada.
Elektroda dihubungkan ke mesin yang mencatat sinyal listrik dari setiap
detak jantung.
Meskipun EKG dapat mendeteksi masalah dengan irama jantung
Anda, pembacaan yang abnormal tidak selalu berarti ada sesuatu yang
salah. Demikian pula, pembacaan normal tidak selalu mengesampingkan
masalah jantung.
Dalam beberapa kasus, Anda mungkin memiliki tes EKG latihan,
atau "stress test". Ini adalah ketika sebuah rekaman EKG diambil saat
Anda berolahraga (biasanya di atas treadmill atau sepeda latihan). Jika
Anda mengalami rasa sakit saat berolahraga, tes dapat membantu
mengidentifikasi apakah gejala Anda disebabkan oleh angina, yang
biasanya disebabkan oleh PJK.
Sinar-X
Sebuah X-ray dapat digunakan untuk melihat jantung, paru-paru
dan dinding dada. Hal ini dapat membantu menyingkirkan kondisi lain
yang dapat menyebabkan gejala Anda.
Echocardiogram (echo)
Sebuah echocardiogram mirip dengan pemindaian ultrasound
digunakan pada kehamilan. Ini menghasilkan gambar jantung Anda
menggunakan gelombang suara. Tes ini dapat mengidentifikasi struktur,
ketebalan dan pergerakan setiap katup jantung dan dapat digunakan
untuk membuat gambaran yang rinci dari hati.
Selama ekokardiogram, Anda akan diminta untuk menghapus utama
Anda dan perangkat genggam kecil yang disebut transducer akan
melewati dada Anda. Gel pelumas dimasukkan ke kulit Anda untuk
FK UMP 2012 Page 22
![Page 23: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/23.jpg)
memungkinkan transduser untuk bergerak dengan lancar dan pastikan
ada kontak terus-menerus antara sensor dan kulit.
Tes darah
Selain pengujian kolesterol, Anda mungkin harus memiliki
sejumlah tes darah untuk memantau aktivitas jantung. Ini mungkin
termasuk tes enzim jantung, yang dapat menunjukkan apakah telah
terjadi kerusakan baru-baru ini pada otot jantung.
Angiografi koroner
Angiografi koroner , juga dikenal sebagai tes kateter jantung,
dapat mengidentifikasi apakah arteri koroner menyempit dan seberapa
parah adalah penyumbatan. Hal ini juga memberikan informasi tentang
tekanan di dalam bilik jantung Anda dan seberapa baik hati Anda
berfungsi.
Dalam sebuah angiogram, kateter (tabung fleksibel) dilewatkan
ke arteri di pangkal paha atau lengan dan dipandu ke dalam arteri
koroner dengan menggunakan sinar-X. Sebuah dye disuntikkan ke dalam
kateter muncul arteri yang menyuplai jantung dengan darah. Sejumlah
X-ray gambar yang diambil, yang akan menyoroti penyumbatan. Hal ini
biasanya dilakukan di bawah anestesi lokal .
Sebuah angiogram koroner relatif aman dan jarang terjadi
komplikasi serius. Risiko terkena serangan jantung, stroke atau kematian
selama prosedur ini diperkirakan sekitar satu atau dua di setiap 1.000.
Namun, setelah angiogram koroner Anda mungkin mengalami beberapa
efek samping ringan, termasuk:
sensasi yang sedikit aneh ketika pewarna meletakkan kateter
sejumlah kecil perdarahan saat kateter akan dihapus
memar di pangkal paha atau lengan
Tes radionuklida
Tes radionuklida bisa menunjukkan seberapa kuat jantung dapat
memompa dan menunjukkan aliran darah ke dinding otot jantung Anda.
Tes radionuklida memberikan informasi lebih rinci dari uji latihan EKG.
Selama tes radionuklida, sejumlah kecil zat radioaktif disebut isotop
disuntikkan ke dalam darah Anda (kadang-kadang selama latihan). Jika
Anda mengalami kesulitan berolahraga, Anda mungkin akan diberi
FK UMP 2012 Page 23
![Page 24: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/24.jpg)
beberapa obat untuk membuat jantung Anda berdetak lebih cepat.
Sebuah kamera ditempatkan dekat dengan dada Anda mengambil radiasi
yang dikirimkan oleh isotop saat melewati hati Anda.
Pengujian Magnetic resonance (MRI)
MRI dapat digunakan untuk menghasilkan detil gambar hati
Anda. Selama scan MRI, Anda berbaring di dalam terowongan-seperti
scanner yang memiliki magnet di sekitar luar. Pemindai menggunakan
medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar.
Tomography terkomputerisasi (CT) scan
CT scan menggunakan sinar X dan komputer untuk membuat
gambar rinci dari dalam tubuh Anda. Selama CT scan, Anda berbaring di
tempat tidur sementara tabung kecil yang mengambil sinar-X bergerak
dan berputar di sekitar tubuh Anda.
2.3.1.5 Tatalaksana
PJK dapat dikelola secara efektif dengan kombinasi perubahan
gaya hidup, obat-obatan dan, dalam beberapa kasus, pembedahan.
Dengan pengobatan yang tepat, gejala PJK dapat dikurangi dan fungsi
jantung membaik.
Tidak ada obat untuk penyakit jantung koroner. Namun, obat
dapat digunakan untuk mengurangi risiko masalah jantung di masa
depan, dan mengurangi atau mengatasi gejala.
Saat ini sudah ada berbagai macam obat-obatan untuk mengobati
penyakit jantung koroner dan faktor risiko, seperti tekanan darah tinggi
dan kadar kolesterol total darah tinggi. Obat-obatan umum (atau kelas
obat-obatan) meliputi:
a. Aspirin
b. Obat anti-angina pektoris (nitrat)
c. ACE inhibitor
d. Beta-blocker
e. Statin
f. Clopidogrel
g. Warfarin.
FK UMP 2012 Page 24
![Page 25: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/25.jpg)
2.3.1.6 Komplikasi
1. Aritmia
2. Kematian mendadak
3. Syok Jantung
4. Gagal Jantung
5. Dll : - Emboli Paru
- Emboli Arteri Sistemik
- Ruptur Dinding Jantung
- Ruptur M. Papillaris
- Ruptur Septum Ventrikel
- Aneurisma Ventrikel
2.3.2 Stroke
2.3.2.1 Pengertian
Stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap
gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
berhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Istilah stroke
biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum.
Istilah yang masih lama dan masih sering digunakan adalah
cerebrovaskular accident (CVA) (Price, 2006).
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak. Yang biasanya diakibatkan oleh trombosis, embolisme, iskemia dan
hemoragi (Smeltzer, 2002). Menurut Arif Muttaqin, stroke merupakan
penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang
bisa terjadi pada siapa saja (Muttaqin, 2008).
2.3.2.2Penyebab
Adapun penyebab dari stroke:
a. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak dan leher).
Aterosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah
FK UMP 2012 Page 25
![Page 26: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/26.jpg)
penyebab utama, trombosis serebral merupakan penyebab yang umum
pada serangan stroke.
b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung
kiri, seperti endokarditis, infeksi, penyakit jantung rematik dan infark
miokard serta infeksi pulmonal adalah tempat-tempat asal emboli.
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabang
yang merusak sirkulasi serebral.
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak). Iskemia serebral
(insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi ateroma
pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
d. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Hemoragi
dapat terjadi diluar durameter (hemoragi ekstradural dan epidural),
dibawah durameter (hemoragi subdural), diruang subarakhnoid
(hemoragi subarakhnoid) atau didalam subtansi otak (hemoragi
intraserebral) (Smeltzer, 2001).
2.3.2.3 Tanda dan gejala
Gejala stroke dapat bersifat fisik, psikologis dan perilaku. Gejala
fisik yang paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi
diwajah, lengan atau tungkai disalah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara,
kesulitan menelan dan hilangnya sebagian penglihatan disatu sisi.
Seorang dikatakan terkena stroke jika salah satu atau kombinasi apapun
dari gejala diatas berlangsung selama 24 jam atau lebih (Feigin, 2007).
Tanda dan gejala dari stroke dapat berupa defisit lapang pandang
seperti kehilangan setengah lapang penglihatan, Kehilangan penglihatan
perifer, dan diplopia. Defisit motorik (seperti Hemiparesis, Hemiplegia,
Ataksia, Disartria dan Disfagia). Defisit sensori (seperti Parestesia).
Defisit Verbal (seperti Afasia eksprensif: tidak mampu membentuk kata
yang dapat dipahami, Afasia reseptif: tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan, Afasia global: kombinasi afasia eksprensif dan reseptif).
Defisit kognitif (seperti Kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
Penurunan lapang perhatian, Perubahan penilaian, Kerusakan untuk
FK UMP 2012 Page 26
![Page 27: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/27.jpg)
berkosentrasi). Defisit emosional (seperti Kehilangan kontrol diri,
Labilitas emosional, Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan
stres, Depresi, Menarik diri, Perasaan isolasi) (Smeltzer. 2001).
2.3.2.4 Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi dari stroke yaitu: Stroke Hemoragi,
stroke ini merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid, disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area
otak tertentu. Biasanya kejadian saat melakukan aktifitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya
menurun. Stroke Nonhemoragi, stroke ini dapat berupa iskemia atau
emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat istirahat, bangun
tidur, atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema
sekunder (Muttaqin, 2008).
2.3.2.5 Diagnosis
Diagnosis stroke adalah secara klinis beserta pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain CT
scan kepala, MRI. Untuk menilai kesadaran penderita stroke dapat
digunakan Skala Koma Glasgow. Untuk membedakan jenis stroke dapat
digunakan berbagai sistem skor, seperti Skor Stroke Siriraj, Algoritma
Stroke Gajah Mada, atau Algoritma Junaedi.
Simtoma klinis
Fitur stroke iskemik yang sangat umum, menurut Uniformed
Services University of the Health Sciences, masih berdasar kepada
banyaknya hasil diagnosis pemeriksaan fisik terhadap penderita yang
dirangkum dalam satu kurun waktu. USUHS merangkumnya menjadi
tabel berikut agar dapat digunakan masyarakat awam untuk mengenali
gejala klinis stroke sedini mungkin. Dan bagi tenaga medis
profesional, The National Institute of Health telah membuat tabel skala
FK UMP 2012 Page 27
![Page 28: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/28.jpg)
strok sebagai panduan guna melakukan diagnosis dalam waktu kurang
dari sekitar 5 hingga 10 menit.
Simtoma paraklinis
Beberapa senyawa biokimiawi di dalam serum darah yang dapat
dijadikan dasar diagnosis dan prognosis terjadinya nekrosis otak.
S100-β
S100-β adalah peptida yang disekresi astrosit pada saat terjadi
cedera otak, proses neurodegenerasi dan kelainan psikiatrik. S100-β
merupakan senyawa pengikat kalsium, secara in vitro, pada kadar
rendah, interaksi dengan sistem kekebalan di otak akan meningkatkan
kelangsungan hidup bagi neuron yang sedang berkembang, namun, pada
kadar yang lebih tinggi, S100-β akan menstimulasi produksi sitokina
pro-peradangan dan apoptosis.
Studi terhadap hewan menunjukkan efek neuroprotektif S100-β
dengan teraktivasinya proses selular di neuron yang menahan
eksitotoksisitas yang diinduksi NMDA. Peningkatan serum S100-β
selalu terjadi pada stroke iskemik, dan terjadi pula pada kondisi yang
lain seperti traumatic brain injury (TBI), Alzheimer dan schizophrenia.
Saat terjadi stroke iskemik, konsentrasi serum S100-β mencapai
titik maksimum pada hari ke-2 hingga 4. Nilai konsentrasi maksimum
S100-β berkaitan dengan skala stroke NIH, ukuran dan patofisiologi
infark, sehingga semakin tinggi nilai maksimum S100-β, semakin tinggi
pula risiko terjadinya transformasi hemorragik. Peningkatan S100-β juga
ditemukan dalam stroke hemorragik primer, yang
menunjukkan volume hematoma awal.
Peningkatan kadar S100-β tidak harus terjadi dengan cepat, dan
masih banyak sel selain astrosit dan sel Schwann yang menhasilkan
S100-β, sehingga penggunaan nilai serum S100-β sebagai salah satu
dasar diagnosis stroke masih cukup rentan. Namun beberapa studi telah
menunjukkan bahwa serum S100-β lebih terkait dengan kondisi
integritas sawar darah otak.
Glial fibrillary-associated protein (GFAP)
FK UMP 2012 Page 28
![Page 29: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/29.jpg)
GFAP merupakan monomeric intermediate filament protein yang
terdapat di astrosit dan sel ependimal otak yang berfungsi sebagai
bagian sitoskeleton. Kadar serum S100-β dan GFAP akan meningkat
tajam pada hari 1-2 sesuai dengan ukuran infark, dan kembali normal
sekitar 3 minggu kemudian.
Serum GFAP merupakan indikator yang lebih peka daripada
S100-β pada stroke minor maupun guratan kecil, namun waktu tunda
peningkatan serum ini membuat aplikasi diagnostiknya menjadi terbatas.
Myelin basic protein (MBP)
MBP adalah protein hidrofilik penting bagi struktur selubung
mielin. Kadar MBP dalam CSF sering digunakan sebagai indikasi
aktivitas patogen dalam sklerosis multipel. Stroke juga disertai dengan
peningkatan kadar MBP dalam CSF sekitar 1 minggu setelah terjadinya
serangan, dan kembali normal setelah minggu ketiga.
Fatty acid-binding proteins (FABPs)
FABP adalah kelompok molekul intraselular yang berperan
dalam menyangga dan sebagai transportasi asam lemak berantai panjang,
yang akan segera disekresi ke dalam sirkulasi darah sesaat setelah terjadi
kerusakan sel. Di tubuh manusia terdapat 9 jenis FABP yang tersebar
dalam masing-masing jenis jaringan yang berbeda. Empat jenis FABP
terdapat di sistem saraf, dua diantaranya hanya ditemukan di sistem saraf
pusat orang dewasa, yaitu brain-type (B-FABP) di glia dan heart-
type (H-FABP) di neuron.
Ditemukannya H-FABP dalam berbagai jenis jaringan
merupakan tanda-tanda infak miokardial akut. B-FABP berada dalam
jaringan di dalam sistem saraf pusat dan tidak dapat dideteksi dalam
serum darah manusia sehat. Serum H-FABP dan B-FABP akan tajam
dalam 2-3 jam sejak terjadi serangan stroke. B-FABP merupakan
indikasi yang sangat peka terhadap infark lakunar dan infark subkortikal,
namun tidak menunjukkan tingkat kerusakan yang terjadi di neuron, dan
bukan merupakan indikasi spesifik terjadinya stroke. Sebaliknya
peningkatan H-FABP berbanding lurus dengan ukuran infark dan tingkat
kerusakan saraf.
FK UMP 2012 Page 29
![Page 30: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/30.jpg)
Neuron-specific enolase (NSE)
NSE merupakan salah satu dari tiga bentuk enolase,
sebuah enzim yang terdapat di lintasan glikolisis. Walaupun cukup
spesifik di neuron, NSE juga dapat ditemukan di kultur sel
neuroendokrin dan bentuk sel kanker terkait. Konsentrasi NSE di
dalam CSF akan meningkat seiring terjadinya stroke iskemik dan
sejumlah cedera otak lain seperti subarachnoid hemorrhage, ICH, dan
lain-lain, hingga mulai dapat dideteksi setelah 4-8 jam setelah terjadinya
serangan. Konsentrasi tertinggi setelah terjadi stroke iskemik memiliki
korelasi dengan nilai pada skala stroke NIH.
Protein tau (TP)
Otak memiliki 6 isomer TP yang memungkinkan
terbentuknya mikrotubula dengan interaksi tubulin. Peningkatan kadar
TP terjadi dengan sangat lambat dan hanya 27% total konsentrasi yang
mengalami peningkatan di luar batas atas ambang normal dalam waktu
24 jam setelah serangan stroke iskemik, namun nilai konsentrasi ini
menunjukkan ukuran infark dan strata serangan stroke. Peningkatan
kadar TP dalam CSF pasca stroke juga merupakan indikasi ukuran
infark. Akan tetapi stroke tidak mempengaruhi kadar β-
amyloid, ApoE dan klusterin dalam CSF.
2.3.2.6 Tatalaksana
Penderita stroke akut biasanya diberikan microplasmin, oksigen,
dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan, kemudian
diberikan manitol atau kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan
dan tekanan di dalam otak, akibat infiltrasi sel darah putih. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa
dicegah atau dipulihkan jika recombinan tissue plasminogen
activator (rtPA) atau streptokinase yang berfungsi
menghancurkan emboli diberikan dalam waktu 3 jam, setelah timbulnya
stroke.Trombolisis dengan rtPA terbukti bermanfaat pada manajemen
stroke akut, walaupun dapat meningkatkan risiko pendarahan
otak, terutama pada area sawar darah otak yang terbuka.
FK UMP 2012 Page 30
![Page 31: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/31.jpg)
Beberapa senyawa yang diberikan bersamaan dengan rtPA untuk
mengurangi risiko tersebut antara lain batimastat (BB-94)
dan marimastat (BB-2516), yang menghambat enzim MMP,
senyawa spin trap agent seperti alpha-phenyl-N-t-butylnitrone (PBN)
dan disodium- [tert-butylimino)methyl]benzene-1,3-disulfonate N-
oxide (NXY-059), dan senyawa anti-ICAM-1.
2.3.2.7 Komplikasi
Komplikasi medis yang sering menyebabkan kematian dalam
bulan pertama setelah stroke adalah: yang pertama terjadi pembengkakan
otak diikuti oleh dislokasi yang menyebabkan tertekannya pusat-pusat
vital diotak yang mengendalikan pernapasan dan denyut jantung. Kedua,
terjadi pneumonia aspirasi yang diakibatkan masuknya makanan atau
cairan kedalam paru oleh karena mengalami disfagia. Ketiga, terjadi
bekuan darah di arteri jantung dan paru. Keempat, terjadi infeksi saluran
kemih, infeksi dada, dan infeksi kulit akibat dekubitus. Kelima, terjadi
komplikasi kardiovaskuler seperti gagal jantung (Smeltzer. 2002).
Setelah stroke iskemik atau perdarahan intraserebrum, sel yang
mati dan hematom itu diganti oleh kista yang mengandung cairan
serebrospinalis. Pada kondisi ini mungkin pasien mengalami komplikasi
yang dapat menyebabkan kematian atau cacat. Gejala sisa stroke
mencakup komplikasi antara lain: 80% pasien stroke mengalami
penurunan parsial atau total gerakan dan kekuatan lengan atau tungkai di
salah satu sisi tubuh, 30% mengalami masalah komunikasi, 30%
mengalami kesulitan menelan (Disfagia), 10% mengalami masalah
melihat, banyak pasien stroke menderita sakit kepala, tanpa pencegahan
yang memadai, 10-20% pasien dapat mengalami dekubitus (Feigin,
2007).
FK UMP 2012 Page 31
![Page 32: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/32.jpg)
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Nama Kegiatan
Tugas Pengenalan Profesi dengan judul “Observasi Penderita Gangguan CCV” di
ICU Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
3.2 Lokasi Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi Blok X dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
3.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat :
Waktu :
3.4 Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Alat rekam
3.5 Langkah Kerja
1. Membuat proposal TPP
2. Konsultasi dengan pembimbing
3. Melakukan kunjungan ke Penderita yang memiliki Gangguan Jantung Bawaan
4. Mencatat hasil observasi
5. Membuat laporan TPP
6. Membuat kesimpulan
FK UMP 2012 Page 32
![Page 33: tpp10edit1](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013105/55cf996e550346d0339d5c26/html5/thumbnails/33.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Feigin Valery. 2007. Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Gaziano JM, Ridker PM, Libby P. pengobatan dan pencegahan sekunder penyakit jantung koroner. In: Bonow RO, Mann DL, DP Zipes, Libby P, eds. Penyakit Jantung Braunwald: A Textbook of Cardiovascular Medicine . 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011: chap 49.
Gunawan,L, 2001. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta : PercetakanKanisus
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Hansson GK, Hamsten A. Aterosklerosis, trombosis, dan biologi vaskular. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil Medicine. Ed-24. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier; 2011: chap 70.
Muttaqin. A. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, silvia A. Wilson, Lorraine.M. 2003. Patofisiologi ‘Konsep Klinis dan Proses –Proses Penyakit’ ed.6.. Penerbit Buku Kedokteran (EGC) : Jakarta.
Richard S. Snell, 2006. Anatomi Klinik. Jakarta: EGC
Sheps, S.G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi. Jakarta: PT Intisari Mediatama.
FK UMP 2012 Page 33