tp - 9 penerbitan sekuritas ekuitas juni 2013.docx
DESCRIPTION
resume chapter 9TRANSCRIPT
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 1
PENERBITAN SEKURITAS EKUITAS & KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Go Public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat umum untuk
pertama kalinya. Pertama kali berarti bahwa pihak penerbit (emiten) pertama kalinya
melakukan penjualan saham atau obligasi. Perusahaan yang sudah melakukan
penawaran umum berarti perusahaan tersebut sudah merupakan milik masyarakat
pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan.
Kegiatan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana disebut IPO (Initial
Public Offering). Dalam rangka IPO, ada yang disebut dengan prospektus yaitu salah
satu media informasi yang digunakan untuk penyebaran informasi ke masyarakat.
Menurut UUPM No. 8/1995, “prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan
dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek”.
Perusahaan yang memutuskan untuk menjual sahamnya ke masyarakat memiliki
beberapa konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan di samping manfaat
yang diperoleh. Dengan melakukan penawaran umum berarti perusahaan dituntut untuk
lebih terbuka dan harus mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai
kewajiban pelaporan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan baik
pemasukan maupun pengeluaran harus tercatat secara terperinci dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk perusahaan yang go public, tuntutan untuk meningkatkan pertumbuhan
perusahaan akan semakin kuat karena pemilik menginginkan keuntungan yang
semakin meningkat juga sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya dividen yang
akan dibagikan. Selain itu, dengan pertumbuhan dan perkembangan yang bagus, citra
perusahaan akan meningkat sehingga harga saham di pasar sekunder juga akan
semakin meningkat.
Di samping konsekuensi di atas, perusahaan yang go public juga akan menerima
manfaat. Dengan melakukan penawaran umum (saham), perusahaan akan
memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus jika dibandingkan dengan
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 2
perolehan dana melalui pinjaman di lembaga keuangan. Proses go public juga relatif
lebih mudah dan biayanya juga relative lebih murah. Konsekuensinya adalah kerelaan
untuk memberikan kepemilikan perusahaannya kepada masyarakat luas.
Dana hasil penawaran umum biasanya digunakan untuk melakukan ekspansi,
memperbaiki struktur permodalan, atau untuk melakukan divestasi. Melalui go public,
emiten sebagai penerbit saham akan dikenal oleh masyarakat, sehingga proses ini bisa
dianggap promosi tidak langsung bagi perusahaan maupun bagi produk dan jasa yang
dihasilkannya.
Penawaran umum dilakukan di pasar perdana atau disebut dengan periode pasar
perdana di mana efek ditawarkan kepada masyarakat pemodal oleh penjamin emisi
melalui para agen penjual yang sudah ditunjuk. Masyarakat bisa memulai membeli
saham yang ditawarkan pada harga perdana yang sudah ditetapkan. Harga perdana ini
merupakan harga kesepakatan antara penjamin emisi (lead underwriters) dan calon
emiten dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu, seperti permintaan
masyarakat pemodal, kebutuhan emiten, pesaing dalam indutri yang sama dan lain-lain.
Untuk tahap berikutnya emiten dapat mencatatkan sahamnya di bursa efek dengan
mengajukan pendaftaran, sebagai kelanjutan dari kontrak pendahuluan yang telah
dilakukan sebelumnya. Setelah pencatatan saham di bursa efek, maka perdagangan di
pasar sekunder bisa dimulai, dan saham tersebut dapat mulai ditransaksikan.
Pencatatan saham yang ditawarkan kepada publik pada saat IPO (first issue)
jumlahnya sekitar 10%-40%. Saham inilah yang dicatatkan di bursa efek (listed),
sedangkan sisanya masih pemilik pendiri/pemegang saham lama.
Setelah masuk ke bursa efek, maka harga saham akan ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Pada saat permintaan meningkat,
maka harga saham cenderung naik, sebaliknya penawaran saham meningkat, harga
saham cenderung turun.
Initial Public Offering ( IPO )
Asimetri informasi antara pihak manajemen dan investor potensial sangat tinggi ketika
perusahaan belum melakukan IPO. Hal ini disebabkan karena informasi perusahaan
yang belum go public relatif sulit diperoleh investor. Ketika perusahaan melakukan IPO,
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 3
investor potensial hanya mengandalkan informasi dari prospektus. Menurut Rao (1993)
dalam Teoh et al. (1998a) tidak terdapat media lain yang menyediakan informasi
perusahaan yang sedang melakukan IPO, kecuali prospektus yang disyaratkan
Pengawas Pasar Modal. Kelangkaan informasi perusahaan sebelum IPO, memaksa
investor potensial hanya mengandalkan prospektus sebagai sumber informasi
mengenai perusahaan. Padahal prospektus hanya menyediakan laporan keuangan
selama tiga tahun sebelum IPO dan informasi non keuangan (Teoh et al. 1998a).
Kondisi ini memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan manajemen
laba supaya meningkatkan kemakmurannya, yaitu mengharapkan harga saham akan
tinggi pada saat IPO.
Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan studi manajemen laba sebelum IPO.
Friedlan (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat
menaikkan laba akuntansi perioda satu tahun sebelum IPO. Jain dan Kini (1994)
menyatakan bahwa terdapat penurunan kinerja operasional perusahaan setelah IPO.
Penurunan tersebut menunjukkan indikasi telah terjadi manajemen laba menjelang IPO.
Hal ini dilakukan dengan cara menggeser pendapatan perioda yang akan datang ke
perioda sekarang atau menggeser biaya perioda sekarang ke perioda yang akan
datang, sehingga laba perioda sekarang dilaporkan tinggi. Teoh et al. (1998a)
menemukan ada perusahaan yang berperilaku agresif (menaikkan laba) dan ada yang
berperilaku konservatif ketika menyusun laporan keuangan satu perioda sebelum IPO.
Teoh et al. (1998b) juga menemukan bahwa manajemen melakukan penyesuaian
akrual dalam rangka menaikkan laba menjelang SEO. Rangan (1998) juga menemukan
hasil yang sama.
Return saham perusahaan setelah IPO dalam jangka panjang akan turun. Hal ini
disebabkan investor terlalu optimis, sehingga harga saham akan lebih tinggi pada awal
penawarannya dan berangsur-angsur turun dalam jangka panjang (Brav dan Gompers
1997). Kemudian Brav et al. (2000) melakukan pengujian terhadap abnormal return
yang mengikuti penawaran sekuritas (IPO dan SEO). Mereka menyimpulkan bahwa
kinerja saham rendah untuk perusahaan yang memiliki book to market ratio rendah.
Teoh et al. (1998a) meneliti kinerja perusahaan jangka panjang setelah IPO, hasilnya
menggambarkan return saham jangka panjang rendah setelah IPO dibandingkan
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 4
dengan perusahaan yang tidak melakukan IPO. Mereka juga membuktikan bahwa
kinerja yang rendah tersebut berhubungan dengan akrual diskresioner di sekitar IPO.
Menurut Teoh et al. (1998b) kinerja saham juga rendah untuk perusahaan yang
melakukan SEO. Loughran dan Ritter (1995) bahkan menyatakan kinerja saham yang
rendah terjadi sampai lima tahun setelah SEO. Rangan (1998) membuktikan bahwa
kinerja saham perusahaan setelah melakukan SEO rendah. Hal ini membukti¬kan
bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang SEO akan memiliki
return saham lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen
laba. Ran¬gan (1998) mencoba memprediksi return saham dengan komponen akrual
diskre¬sioner untuk mendapatkan koefisien negatif yang menunjukkan kinerja saham
yang rendah tersebut mampu dijelaskan dengan manajemen laba. Hasilnya
menunjukkan bahwa koefisien regresi hubungan antara akrual diskresioner dan return
saham adalah negatif, sehingga ia menyimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham
mampu dijelaskan komponen akrual. Ali et al. (2000) menguji apakah komponen akrual
mampu menjelaskan return saham perusahaan setahun setelah penerbitan laporan
keuangan.
Komponen akrual penelitian tersebut dihitung dengan pendekatan Dechow et al. (1995).
Hasilnya menunjukkan komponen akrual berhubungan negatif dengan return saham.
Subramanyam (1996) juga menemukan akrual diskresioner berhubungan dengan harga
saham.
Bartov et al. (2000a) menguji hubungan antara kecerdasan investor dengan pola return
saham yang diobservasi setelah pengumuman laba kuartalan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kecerdasan investor berhubungan secara negatif dengan pola
return abnormal yang diobservasi setelah pengumuman laba kuartalan. Hasil ini
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan investor, maka semakin rendah
return abnormal setelah pengumuman laba kuartalan dan sebaliknya.
Bartov et al. (2000a) mendefinisikan investor yang cerdas sebagai investor yang
mampu mengumpulkan dan memproses informasi publik, sedangkan investor yang
tidak cerdas adalah investor yang hanya menggunakan informasi keuangan pers dan
intuisi serta tidak melakukan analisis laporan keuangan dengan baik. Jogiyanto (2005)
juga menyatakan bahwa investor yang cerdas mampu menganalisis informasi lebih
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 5
lanjut untuk menentukan apakah informasi memberikan sinyal yang sahih dan dapat
dipercaya, sedangkan investor yang tidak cerdas akan menerima informasi tanpa
menganalisis lebih lanjut.
Pada umumnya literatur menggunakan kepemilikan institusi sebagai proksi kecerdasan
investor (Hand 1990; Utama dan Cready 1997; Walther 1997; El-Gazzar 1998; atau
Bartov et al. 2000a). Alasan utama yang membuat kepemilikan institusi cocok dijadikan
proksi kecerdasan investor karena investor institusi memiliki informasi privat yang lebih
banyak dan memiliki tim analis yang lebih canggih untuk menganalisis informasi
daripada investor individu (Mayer 1988; Shiller dan Pound 1989; atau Yunker dan
Krehbiel 1988). Alasan lain adalah karena investor institusi siap melakukan investasi
pada sejumlah besar perusahaan (Bartov et al. 2000a).
Bartov et al. (2000a) juga menguji mengenai validitas kepemilikan institusi sebagai
proksi kecerdasan investor. Hasilnya menunjukkan bahwa kepemilikan institusi
merupakan proksi yang valid untuk kecerdasan investor. Rajgopal S., Mohan V., dan
James Jiambalvo (1999) juga menemukan hasil yang sama. Penelitian ini juga
menggunakan kepemilikan institusi sebagai proksi kecerdasan investor dan cutoff 40%
atau lebih kepemilikan institusi menunjukkan investor cerdas. Sedangkan kepemilikan
institusi di bawah 40% menunjukkan investor tidak cerdas (Balsam et al. 2002).
Bartov et al. (2000a), Rajgopal (1999), dan Walther (1997) menyatakan bahwa
kecerdasan investor (investor sophistication) merupakan faktor penentu hubungan
antara laba dan return. Balsam et al. (2002) menguji reaksi pasar (investor cerdas dan
tidak cerdas) terhadap manajemen laba di sekitar pelaporan keuangan kuartalan (10-
Q). Hasilnya menunjukkan bahwa para investor yang cerdas (sophisticated investors)
mampu mendeteksi manajemen laba lebih cepat daripada para investor yang tidak
cerdas (unsophisticated investors).
Rajgopal et al. (1999) menguji hubungan manajemen laba dengan kecerdasan investor
menggunakan data perioda 1989-1995. Hasilnya menunjukkan bahwa manajemen laba
berhubungan negatif dengan kecerdasan investor. Hasil ini menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat kecerdasan investor, maka semakin rendah tingkat manajemen
laba dan sebaliknya.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 6
Persiapan go public
Untuk dapat memasarkan saham yang akan dilakukan dalam penawaran umum,
sebelumnya perusahaan harus mengajukan pernyataan pendaftaran go public kepada
Bapepam. Bapepam akan menanggapi pernyataan pendaftaran ini dalam waktu 45
hari. Jika dalam waktu 45 hari tersebut tidak ada tanggapan yang disampaikan oleh
Bapepam, maka pendaftaran dinyatakan efektif.
UUPM No. 8/1995 pasal 70 menyatakan :
1. Yang dapat melakukan penawaran umum hanyalah emiten yang telah
menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk
menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan pernyataan
pendaftaran tersebut telah efektif.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi pihak
yang melakukan :
a. penawaran efek yang bersifat utang yang jatuh temponya tidak lebih dari
satu tahun.
b. Penerbitan sertifikat deposito.
c. Penerbitan polis asuransi.
d. Penawaran efek yang diterbitkan dan dijamin pemerintah Indonesia, atau
e. Penawaran efek lain yang ditetapkan oleh Bapepam.
Sedangkan pasal 74 berbunyi :
1. Pernyataan pendaftaran menjadi efektif pada hari ke-45 sejak diterimanya
pernyataan pendaftaran secara lengkap atau pada tanggal yang lebih awal
jika dinyatakan efektif oleh Bapepam.
2. Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat
meminta perubahan dan atau tambahan informasi dari emiten atau
perusahaan publik.
Selama pengajuan pernyataan pendaftaran go public ke Bapepam, perusahaan dapat
melakukan pemasaran atau public expose kepada masyarakat. Dalam public expose
ini, perusahaan mengundang calon investor yang dianggap potensial. Perusahaan perlu
menjelaskan tentang pertumbuhan perusahaan, prospek ke depan, serta hal-hal lain
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 7
yang berhubungan dengan perusahaan yang pada intinya berusaha menarik
masyarakat untuk bersedia menanamkan modalnya.
Syarat-syarat bagi perusahaan yang akan melakukan go public :
a. Emiten berkedudukan di Indonesia.
b. Pemegang saham minimal 300 orang.
c. modal disetor penuh sekurang-kurangnya tiga miliar rupiah.
d. Setelah diaudit, selama dua tahun berturut-turut memperoleh laba.
e. Laporan keuangan telah telah diperiksa akuntan public untuk dua tahun
terakhir berturut-turut dengan pernyataan wajar tanpa pengecualian untuk
tahun terakhir.
f. Untuk perbankan harus memenuhi kriteria sebagai bank sehat dan memenuhi
kecukupan modal sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Proses dan tahapan go public
Setelah pemasaran dilakukan serta pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif oleh
Bapepam, maka perusahaan bisa melakukan go public. Penawaran umum ini dilakukan
di pasar perdana atau sering disebut dengan periode pasar perdana di mana efek
ditawarkan kepada masyarakat pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual
yang sudah ditunjuk. Masyarakat bisa mulai membeli saham yang ditawarkan pada
harga perdana yang sudah ditetapkan. Harga perdana ini merupakan harga
kesepakatan antara penjamin emisi (lead underwriters) dan calon emiten dengan
mempertimbangkan faktor-faktor tertentu, seperti permintaan masyarakat pemodal,
kebutuhan emiten, pesaing dalam industri yang sama, dan lain-lain.
Proses lain yang perlu diperhatikan adalah adanya penjatahan saham. Hal ini untuk
menghindari kekecewaan dari masyarakat karena tidak mendapatkan saham yang
diinginkannya. Untuk menjamin prinsip keadilan, dilakukan penjatahan, sehingga
alokasi efek pesanan dari masyarakat pemodal akan disesuaikan dengan jumlah efek
yang tersedia. Penjatahan ini dilakukan oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten.
Setelah itu, efek bisa diserahkan kepada pemodal.
Untuk tahap berikutnya, emiten dapat mencatatkan sahamnya di bursa efek dengan
mengajukan pendaftaran, sebagai kelanjutan dari kontrak pendahuluan yang telah
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 8
dilakukan sebelumnya. Setelah pencatatan saham-saham emiten di bursa efek, maka
perdagangan di pasar sekunder bisa dimulai, dan saham tersebut dapat mulai
ditransaksikan.
Hal lain yang perlu diperhatikan setelah melakukan emisi saham adalah masalah
pelaporan. Pelaporan di sini menyangkut laporan tahunan maupun laporan tengah
tahun. Di samping itu juga kejadian-kejadian yang bersifat materiil juga perlu
dipublikasikan atau diinformasikan kepada masyarakat.
Pencatatan saham yang ditawarkan kepada public pada saat IPO (first issue)
jumlahnya sekitar 10%-40%. Saham inilah yang dicatatkan di bursa efek (listed),
sedangkan sisanya masih milik pendiri/pemegang saham lama. Selama belum
dicatatkan, saham ini belum bisa diperdagangkan di bursa. Pencatatan saham bisa
pada satu bursa yang disebut dengan single listing atau bisa pada dua bursa yang
disebut dengan dual listing.
Untuk selanjutnya, jika sisa saham ini kemudian dicatatkan di bursa sekaligus, maka
cara ini disebut dengan company listing. Sedangkan jika sisa saham dicatatkan secara
sebagian-sebagian (partial), cara ini disebut dengan partial listing.
Menurut lampiran I Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. KEP-01/BEJ/1992,
untuk dapat mencatatkan sahamnya di bursa, emiten wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a. Pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum maupun sebagai
perusahaan public telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.
b. Laporan keuangan perusahaan untuk tahun buku terakhir diaudit dengan
wajar tanpa syarat.
c. Saham yang dicatatkan minimal berjumlah 1.000.000 saham.
d. Jumlah pemegang saham, baik perseorangan maupun lembaga minimal 200,
dan pemegang saham masing-masing memiliki minimal 1 satuan
perdagangan.
e. Wajib mencatatkan seluruh saham yang telah disetor penuh, sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan tentang persentase pemilikan saham oleh
pemodal asing.
f. Perusahaan telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya 3 tahun.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 9
g. Dalam dua tahun terakhir mendapat laba operasi, tidak terdapat saldo
kerugian pada posisi keuangan yang terakhir.
Dalam perdagangan di bursa efek, nama perusahaan emiten tidak ditulis secara
lengkap, tetapi menggunakan kode yang terdiri dari 4 karakter alfabetik. Kode ini
disebut dengan ticker symbol. Karakter terakhir Q digunakan untuk warrant, sedangkan
karakter terakhir Z digunakan untuk bukti right.
Setelah masuk ke bursa efek maka harga saham akan ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.
Secondary Public Offering
Tahap secondary market adalah masa pencatatan saham di bursa Efek dan sekaligus
saham tersebut di perdagangkan. Pada masa ini para pemilik saham yang telah
membeli saham di pasar perdana dapat memperjualbelikan sahamnya dengan
mekanisme perdagangan yang berlaku di Bursa Efek. Pemilik saham atau pemodal
dapat melakukan jual ataupun beli atas saham yang dimilikinya melalui perusahaan
efek yang bergerak sebagai perantara pedagang efek atau pialang saham. Pada
secondary market ini menjadi menarik karena saham perusahaan yang dijual oleh
emiten tersebut akan diuji apakah saham ini memiliki prospek atau kinerja bagus atau
tidak. Suatu saham yang memiliki kinerja baik, maka harga sahamnya akan memiliki
kecenderungan naik karena diminati oleh pemodal. Sebaliknya, saham kurang baik,
akan memiliki kecenderungan harga menurun.
Rights (Sertifikat Bukti Right)
Right dapat didefinisikan sebagai efek yang memberikan hak kepada pemegang saham
lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten pada proporsi dan
harga tertentu. Hak dalam right sering disebut sebagai preemptive right, yaitu suatu hak
untuk menjaga proporsi kepemilikan saham bagi pemegang saham lama di suatu
perusahaan sehubungan dengan pengeluaran saham baru.
Biasanya right muncul ketika emiten melakukan penawaran saham kedua (second
issue).
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 10
Dampak jika pemegang saham tidak menggunakan preemptive right adalah :
a. Dilusi (berkurangnya proporsi kepemilikan pemegang saham yang tidak
menggunakan haknya).
b. Mengurangi ROI (Return on Investment) dengan bertambahnya saha
beredar.
c. Mengecilnya DPS (Dividend Per Share) karena harus dibagikan kepada
pemegang saham.
Harga saham yang ditentukan dalam right untuk membeli saham baru dengan proporsi
sesuai ketentuan, harganya ditentukan sama dengan atau di atas nilai nominal saham
tapi nilai nominal saham tetap di bawah harga pasar. Harga penebusan saham baru ini
disebut dengan exercise price atau subscription price.
Dalam kaitannya dengan right, ada istilah right issue, yang didefinisikan sebagai
kegiatan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka
penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu.
Untuk penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu dibutuhkan persetujuan dari
pemegang saham mayoritas. Right issue ini pun harus mendapatkan persetujuan efektif
dari Bapepam.
Rumus untuk menghitung harga teoritis rights :
Pr = Ps – Pe
Pr = harga teoritis right
Ps = harga teoritis saham ex right
Pe = harga saham baru (harga tebus right)
Dengan adanya right issue akan terjadi penambahan saham baru yang akan
menyebabkan adanya dilusi kepemilikan saham. Untuk menghitung harga teoritis
saham sesudah right issue digunakan rumus berikut :
Ps = RR.Pc + PE
RR + 1
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 11
Ps = harga teoritis saham ex right
Pc = harga penutupan saham pada cum-right
RR = rasio rights issue
PE = exercise price (harga penebusan rights)
Periode perdagangan right tidak selamanya, melainkan hanya sementara saja.
Biasanya antara 5 hingga 10 hari bursa. Dengan sifatnya yang berupa hak ada
beberapa keistimewaan dan keuntungan yang bisa diperoleh investor dengan right.
Investor yang menjadi pemegang saham lama memiliki hak istimewa untuk membeli
saham baru pada harga yang telah ditetapkan dengan menukarkan right yang
dimilikinya. Hak istimewa tersebut memungkinkan investor untuk memperoleh
keuntungan dengan membeli saham baru dengan harga yang lebih murah.
Contoh :
Emiten ABC melakukan right issue dengan harga Rp1.500 per lembar. Right dari
saham itu dijual pada harga Rp200. Itu artinya bagi pemegang saham lama
untuk dapat membeli saham baru emiten senilai Rp1.500, dia harus menebus
right (yang menjadi hak untuk membeli saham) senilai Rp200 per saham.
Dengan demikian modal yang dikeluarkan investor untuk membeli saham baru
emiten itu adalah Rp1.700 per saham. Kalau pada saat pelaksanaan harga
saham di pasar naik menjadi Rp2.000 per saham, berarti pemegang saham
sudah menikmati keuntungan sebesar Rp300 per saham.
Di samping memiliki keuntungan, right juga memiliki risiko. Salah satu contoh risiko
yang sering terjadi adalah apabila harga saham pada periode pelaksanaan atau yang
biasa disebut dengan exercise date lebih rendah. Dalam kondisi ini dengan sendirinya
investor tidak akan mengkonversikan right tersebut, sementara itu investor akan
mengalami kerugian atas harga beli right. Contoh: Seorang investor membeli right di
pasar sekunder pada harga Rp200 dengan harga pelaksanaan Rp1.500. Kemudian
pada periode pelaksanaan, harga saham turun menjadi Rp1.200 per saham. Investor
tersebut tentunya tidak akan menukarkan right yang dimilikinya, karena jika dia
melakukannya, maka dia harus membayar Rp1.700 (Rp1.500 harga pelaksanaan +
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 12
Rp200 harga right). Sebagai konsekuensi tidak dilakukannya penukaran saham
tersebut akan terjadi dilusi pada kepemilikan saham investor. Dilusi atau berkurangnya
kepemilikan saham investor itu akan terjadi secara proporsional. Misalnya emiten yang
melakukan right issue itu sebelumnya memiliki saham sebanyak 200 juta. Ketika emiten
itu mengeluarkan right issue dengan perbandingan (rasio) 1:1 artinya setelah right issue
saham emiten itu akan bertambah jumlahnya menjadi 400 juta lembar saham. Dengan
kata lain tiap satu pemegang saham lama akan diberi hak untuk membeli 1 saham
baru. Kalau kemudian right tidak ditebus oleh pemegang saham lama (yang
mendapatkan hak untuk membeli terlebih dulu), dengan sendirinya jumlah kepemilikan
sahamnya akan terpangkas (dilusi) sebesar 50 persen. Artinya jika sebelum right issue
seorang investor memiliki 1 juta saham, maka setelah right issue jumlah sahamnya
tinggal 500 ribu lembar saja.
Warrants
Waran adalah hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan
pada waktu yang telah ditetapkan pula. Waran biasanya melekat sebagai daya tarik
(swetener) pada penawaran umum saham perdana (IPO) ataupun obligasi. Biasanya
harga pelaksanaan lebih rendah dari pada harga pasar saham. Setelah saham ataupun
obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
Periode perdagangan waran sekitar 3 - 5 tahun. Waran merupakan suatu pilihan
(option), di mana pemilik waran mepunyai pilihan untuk menukarkan atau tidak
warannya pada saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang
dimilikinya 6 bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh emiten. Harga waran itu
sendiri berfluktuasi selama periode perdagangan di pasar sekunder.
Untuk menghitung harga suatu waran digunakan rumus berikut :
Pw = Ps – Pe
Pw = harga/nilai fundamental suatu waran
Ps = harga pasar yang berlaku pada saham biasa yang terkait dengan
waran.
Pe = exersice price waran untuk penebusan saham.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 13
Yang menjadi keistimewaan waran ini antara lain :
1. Pemilik waran memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan
harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut di pasar sekunder dengan
cara menukarkan waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan
tersebut melebihi harga pelaksanaan.
Misalnya seorang investor membeli waran pada harga Rp 200,- per lembar
dengan harga pelaksanaan Rp 1.500,-. Kalau pada saat tanggal pelaksanaan
(penukaran waran menjadi saham), harga saham perusahaan meningkat
menjadi Rp 1.800,- per saham, maka investor dapat dikatakan hanya membeli
saham perusahaan tersebut dengan harga hanya Rp1.700 (Rp 1.500,- +
Rp200,-). Jelas hal itu sangat menguntungkan membeli saham secara langsung
di pasar sekunder yang harganya Rp 1.800,- per saham.
2. Karena sifatnya yang bisa diperdagangkan itu waran ini juga memberikan
keuntungan berupa capital gain. Karakteristik yang demikian itu sekaligus juga
menjadi faktor yang merugikan bagi investor apabila harga waran jatuh dari
harga belinya. Begitu pula apabila harga saham pada periode pelaksanaan jatuh
dan menjadi lebih rendah dari harga pelaksanaan, maka investor akan
mengalami kerugian atas harga beli waran.
Misalnya investor membeli waran seharga Rp 200,- dengan harga pelaksanaan
Rp 1.500,-. Kemudian pada periode pelaksanaan, harga saham turun menjadi
Rp1.200,- per saham. Investor tersebut tentunya tidak akan menukarkan waran
yang dimilikinya, karena jika ia melakukannya, maka ia harus membayar
Rp1.700,- (Rp 1.500,- harga pelaksanaan + Rp 200,- harga waran). Oleh karena
itu investor akan mengalami kerugian sebesar harga pembelian waran Rp 200,-.
Sesuai dengan peraturan Bapepam, jumlah waran yang diterbitkan dan waran yang
telah beredar tidak melebihi 15% dari modal disetor pada saat waran diterbitkan.
Proses penebusan waran akan mengakibatkan peningkatan jumlah saham yang
diterbitkan, sehingga akan terjadi dilusi persentase kepemilikan saham.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 14
Harga teoritis saham setelah redemption waran dapat dihitung sebagai berikut :
Ps = Ss.Pc + WR . PE
S + WR
Ps = harga teoritis saham yang baru sesudah redemption waran
Ss = jumlah saham sebelum terjadinya redemption waran
Pc = harga penutupan yang tersedia pada saat terjadinya redemption waran
PE = exercise price waran
WR = banyaknya saham biasa yang ditebus dengan waran
Kewajiban Jangka Panjang
Terdapat banyak dimensi lain dari kewajiban (utang) jangka panjang, termasuk hal-hal
seperti jaminan, karakteristik penebusan kembali (call), dana pelunasan (sinking fund),
peringkat, dan perjanjian perlindungan (protective covenant). Karakterisik-karakterisitik
tersebut dirinci di dalam perjanjian obligasi (indenture).
Indenture adalah suatu perjanjian tertulis antara perusahaan (peminjam) dengan
krediturnya. Kadang-kadang disebut juga sebagai perjanjian dengan wali amanat (deed
of trust). Biasanya, suatu pengawas keuangan (trustee) misalnya sebuah bank, ditunjuk
oleh perusahaan untuk mewakili para pemegang obligasi. Perusahaan pengawas
harus:
1. memastikan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian telah dipatuhi.
2. Mengelola dana pelunasan
3. Mewakili pemegang obligasi dalam kegagalan pembayaran yakni jika
perusahaan gagal bayar.
Indenture obligasi adalah dokumen legal yang biasanya memuat persyaratan-
persyaratan berikut :
1. persyaratan dasar obligasi
2. jumlah total emisi obligasi
3. uraian tentang harta yang digunakan sebagai jaminan
4. kesepakatan pelunasan
5. rincian perjanjian perlindungan
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 15
Protective Covenants
Protective covenant adalah bagian dari indenture atau perjanjian pinjaman yang
membatasi tindakan-tindakan tertentu yang mungkin akan diambil oleh perusahaan
selama jangka waktu pinjaman. Protective covenant dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Positif covenant
Positif covenant adalah jenis janji “Anda dilarang”. Janji ini membatasi atau
melarang tindakan-tindakan yang mungkin diambil oleh perusahaan. Berikut
adalah contoh umum di antaranya :
a. Perusahaan harus membatasi jumlah dividen yang dibayarkan menurut
suatu rumus tertentu.
b. Perusahaan tidak dapat menjaminkan asetnya kepada pemberi pinjaman
lain.
c. Perusahaan tidak dapat bergabung dengan perusahaan lain.
d. Perusahaan tidak dapat menjual atau menyewakan semua asset utama
tanpa persetujuan dari pemberi pinjaman.
e. Perusahaan tidak dapat menerbitkan utang jangka panjang tambahan.
2. Negatif covenant
Negatif covenant adalah jenis perjanjian “Anda harus”. Janji ini menyebutkan
satu tindakan yang oleh perusahaan disetujui untuk diambil atau suatu
persyaratan yang harus dipatuhi oleh perusahaan. Berikut beberapa contohnya :
a. Perusahaan harus menjaga modal kerjanya pada atau di atas suatu
tingkat minimum yang telah ditentukan.
b. Perusahaan harus memberikan laporan keuangan yang telah diaudit
kepada pemberi pinjaman secara berkala.
c. Perusahaan harus menjaga semua agunan atau jaminan dalam kondisi
yang baik.
Beberapa contoh di atas hanya sebagian daftar covenant. Suatu indenture tertentu
mungkin memiliki banyak janji yang berbeda.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 16
Sinking Fund
Obligasi dapat dilunasi saat jatuh tempo, di mana saat itu pemegang obligasi akan
menerima nilai nominal, atau yang dinyatakan dari obligasi. Obligasi juga bisa dilunasi
sebagian atau secara keseluruhan sebelum jatuh tempo. Pelunasan sebelum jatuh
tempo lebih umum terjadi dan sering kali ditangani melalui dana pelunasan.
Dana pelunasan (sinking fund) adalah suatu rekening yang dikelola oleh pengawas
obligasi dengan tujuan untuk melunasi obligasi. Perusahaan melakukan pembayaran
tahunan kepada pengawas, yang selanjutnya akan menggunakan dana tersebut untuk
melunasi sebagian utang. Pengawas melakukan ini dengan membeli sebagian obligasi
di pasar atau menebus sebagian obligasi yang beredar.
Sinking fund juga didefinisikan sebagai penyisihan sejumlah dana oleh emiten secara
teratur untuk melunasi obligasi atau utang jangka panjangnya. Sinking fund didesain
untuk melindungi investor dengan memastikan bahwa emiten memperhatikan
kepentingan para pemodal.
Boardman dan McEnally (1981) dalam Foster (1986) membuat model penelitian untuk
menguji faktor penentu harga dan return obligasi pada tiap kategori rating secara time
series. Ia menggunakan salah satu variabel independen yaitu ada tidaknya sinking fund
pada penerbitan obligasi. Hasilnya menyatakan bahwa obligasi berkualitas rendah
(tidak menyediakan sinking fund) harga dan return-nya kurang homogen dibanding
yang berkualitas tinggi. Dalam hal ini bila terdapat sinking fund maka peringkat obligasi
akan semakin tinggi. Obligasi yang memberikan penyisihan dana atau memberi
ketetapan sinking fund pada saat mengemisi dipandang relatif lebih aman dibanding
obligasi tanpa adanya sinking fund.
Terdapat berbagai jenis kesepakatan dana pelunasan di mana rinciannya akan
diuraikan di dalam indenture. Contohnya :
1. Beberapa dana pelunasan dimulai sekitar 10 tahun setelah penerbitan awal.
2. Beberapa dana pelunasan akan meminta pembayaran dengan jumlah yang
sama sepanjang umur obligasi.
3. Beberapa emisi obligasi berkualitas tinggi memiliki pembayaran kepada dana
pelunasan yang tidak mencukupi untuk menebus keseluruhan emisi. Sebagai
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 17
konsekuensinya, ada kemungkinan terdapat pembayaran yang besar saat
jatuh tempo.
Call Provision
Ketentuan penarikan (call provision/call feature), merupakan hak perusahaan
sebagaipenerbit untuk menebus obligasinya sebelum waktu jatuh temponya. Ketentuan
penarikan tersebut biasanya menetapkan bahwa penerbit harus membayar kepada
investor/pemegang obligasi suatu jumlah yang lebih besar dari pada nilai pari (nominal)
obligasi jika obligasi tersebut ditarik. Jumlah tambahan tersebut disebut sebagai premi
penarikan/call premium.
Ketentuan penarikan sering kali tidak dioperasikan selama paruh pertama umur suatu
obligasi. Hal ini membuat para pemegang obligasi tidak perlu mengkhawatirkan
ketentuan penebusan dalam tahun-tahun pertama obligasi. Contohnya, sebuah
perusahaan mungkin melarang obligasinya ditebus selama 10 tahun pertama. Ini
disebut ketentuan penebusan yang ditangguhkan (deffered call provision). Selama
periode pelarangan ini, obligasi tersebut dikatakan diproteksi dari penebusan (call
protected).
Dalam beberapa tahun terakhir, ada satu jenis ketentuan penebusan baru yang disebut
penebusan “make-whole”, dengan karakteristik penebusan ini pemegang obligasi akan
menerima kurang lebih nilai obligasi jika obligasi tersebut ditebus. Karena pemegang
obligasi tidak mengalami kerugian jika terjadi penebusan maka dikatakan sebagai
“made whole” atau “impas”.
Contoh soal:
PT Hijau Rindang mengeluarkan obligasi 20 tahun yang memiliki nilai pari sebesar
$100.000, bunga 10%. Obligasi tersebut dijual dengan harga 95%. Empat tahun setelah
obligasi dikeluarkan, perusahaan menarik obligasi tersebut dengan call price sebesar
102. Maka call premium obligasi tersebut adalah:
Call price = $102,000
Nilai pari = 100,000
Call premium= $ 2,000
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 18
Dengan kata lain, dalam kasus tersebut, call premium obligasi sebesar 2% (dari 102% -
100%) dari nilai nominal obligasi (2% x $100.000 = $2.000), dan call price = nilai pari +
call premium.
Bond Refunding
Bond refunding berarti menggantikan seluruh atau sebagian bonds (obligasi) yang
diterbitkan.
Jika manajemen memprediksi bahwa tingkat suku bunga di pasar modal (market rate)
obligasi sejenis di masa mendatang akan turun, maka perusahaan akan
mempertimbangkan untuk membeli kembali obligasi (buy back) yang tingkat bunganya
tinggi, dan menerbitkan obligasi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Dalam
hal ini disebut bahwa obligasi didanai ulang (refunded). Jadi, kapan perusahaan perlu
melakukan pendanaan ulang obligasinya tergantung dari ekspektasi tingkat suku bunga
di masa mendatang.
Adanya penarikan kembali inilah biasanya yang menyebabkan obligasi yang
mengandung ketentuan call provision diterbitkan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan obligasi tanpa call provision. Investor lebih memilih obligasi
dengan situasi dimana perusahaan tidak membeli kembali obligasinya sebelum jatuh
tempo, sebab investor cenderung ingin memiliki obligasi dengan bunga tinggi dibanding
obligasi dengan bunga rendah.
Keputusan pendanaan ulang (refunding) menyangkut dua pertanyaan yang berbeda,
yaitu :
1. apakah menguntungkan untuk menarik obligasi yang sedang beredar pada
periode berjalan dan menggantinya dengan obligasi baru? dan
2. jika bond refunding saat ini menguntungkan, apakah tidak lebih
baik/menguntungkan lagi jika pendanaan ulang ditangguhkan dulu untuk
sementara?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pada prinsipnya perusahaan menganalisis sama
halnya pada saat mengkaji tentang penganggaran barang modal (capital budgeting).
Dengan melakukan bond refunding artinya terdapat arus kas keluar.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 19
Biaya atas pendanaan ulang (sama halnya dengan pengeluaran investasi, karena
perusahaan mengeluarkan dana untuk membeli kembali obligasi) yang terdiri atas:
a. Premi penarikan (call premium) yang dibayarkan pada pemegang obligasi
yang ditarik.
b. Biaya penjualan obligasi baru.
c. Bunga (coupon rate) yang harus dibayar ketika kedua obligasi sedang sama-
sama beredar (disebut sebagai overlap interest). Ada kalanya obligasi baru
dijual lebih dahulu sebelum dilakukan penarikan obligasi lama, ini untuk
memastikan ada/tersedia dana untuk membayar pokok pinjaman dari obligasi
lama.
Seluruh pengeluaran kas tersebut dibandingkan dengan arus kas masuk, yang dalam
hal ini berupa penghematan biaya atas ditariknya obligasi lama. Penghematan dapat
terjadi karena ada selisih beban bunga antara obligasi lama dan obligasi baru, serta
amortisasi atas biaya-biaya terkait dengan kedua obligasi tersebut. Penghematan biaya
diperhitungkan setelah pajak. Penghematan biaya yang terjadi setiap tahun (karena
biaya bunga dibayarkan tiap tahun) kemudian dipresent value-kan dengan
menggunakan tingkat bunga obligasi baru sebagai discount factor. Perusahaan lebih
baik melakukan pendanaan ulang obligasi jika nilai sekarang (present value) dari
penghematan melebihi biaya pendanaan ulang.
Contoh Soal.
PT Artha Finance, Tbk pada tahun 2000 mengeluarkan 1.000 lembar obligasi berumur
20 tahun dengan coupon rate 15% per tahun, nilai nominal Rp200.000,00/lembar dan
laku dijual pada tingkat 98%. Pada saat emisi, perusahaan mengeluarkan biaya emisi
Rp 10.000.000,00 dan akan diamortisasi dengan dasar garis lurus selama umur
obligasi. Pada tahun 2005, perusahaan mempertimbangkan untuk menarik obligasi
tersebut karena dalam beberapa tahun mendatang diprediksikan obligasi sejenis
memiliki market rate yang lebih rendah dibandingkan obligasi yang dikeluarkan PT
Artha Finance, Tbk.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 20
Obligasi lama ditarik dengan call premium 10% (atau sebesar 10% x Rp 200.000,00 =
Rp 20.000,00) per lembar obligasi. Untuk mengganti obligasi lama, perusahaan akan
mengeluarkan obligasi baru dengan nilai pari dan jumlah lembar yang dikeluarkan sama
dengan obligasi lama. Akan tetapi, tingkat bunga (coupon rate) obligasi baru adalah
10% dengan umur 15 tahun (sisa umur obligasi lama). Biaya emisi atas penerbitan
obligasi baru sebesar Rp 12.000.000,00.
Manajemen memperhitungkan proses penarikan obligasi lama membutuhkan waktu 3
bulan, sehingga akan terjadi overlap interest selama 3 bulan. Tingkat pajak perusahaan
adalah 30%. Dengan informasi tersebut di atas, Anda diminta untuk menganalisa
apakah keputusan bond refunding menguntungkan bagi perusahaan atau tidak.
Jawab :
Obligasi lama dijual pada kurs 98%, jadi diskon yang ditanggung perusahaan adalah
2% atau sebesar 2% x Rp 200.000,00 x 1.000 lbr = Rp 4.000.000,00. Biaya diskon ini
harus diamortisasi atau disusutkan selama umur obligasi supaya dapat diakui sebagai
biaya pada setiap tahunnya. Jadi pengakuan biaya diskon setiap tahun adalah Rp
4.000.000,00/20 th = Rp 200.000,00/th.
Dengan cara yang sama, biaya emisi obligasi lama juga harus diamortisasi agar setiap
tahunnya dapat diperhitungkan besarnya biaya emisi yang dibebankan pada tahun
tersebut.
Untuk obligasi baru:
Amortisasi biaya emisi adalah = Rp 12,000,000.00/15 thn = Rp 800,000.00/thn. Artinya
setiap tahun (selama 15 tahun) perusahaan mengakui sebesar Rp 800,000.00 sebagai
biaya emisi. Dengan cara yang sama biaya diskon juga diamortisasi = diskon Rp 250.00
per lembar x 1,000 lbr = Rp 250,000.00, sehingga amortisasi per tahun adalah Rp
250,000.00/15 thn = Rp 16,666.67. Jadi biaya diskon per tahun yang dibebankan setiap
tahun adalah Rp 16,666.67.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 21
Berikut tahap perhitungan kelayakan bond refunding :
1. Hitung arus kas keluar (Initial cash outlay)
Biaya penarikan obligasi lama
Nominal obligasi lama Rp 200.000 x 1.000 lbr = Rp200,000,000.00
Call premium 10% x Rp 200.000.000 = 20,000,000.00
Call price = Rp220,000,000.00
Biaya penerbitan obligasi baru = Rp 12,000,000.00
Interest Overlap 3/12 x 15% x Rp 200.000 x 1.000 lbr = 7,500,000.00
Arus kas keluar = Rp239,500,000.00
2. Hitung arus kas masuk/penghematan (Initial cash inflow)
Penjualan obligasi baru
(Rp 200.000,00 - Rp. 250) x 1.000 lbr = Rp199.750.000,00
Penghematan pajak dari biaya-biaya:
Call premium 10% x Rp 200.000.000 = Rp 20.000.000
Amortisasi diskon (obligasi lama) = 3.000.000
15/20 x 2% x Rp 200.000 x 1.000 lbr
Amortisasi biaya emisi (obligasi lama) = 7.500.000
15/20 x 2% x Rp 10.000.000
Interest overlap (obligasi lama) = 7.500.000
3/12 x 15% x Rp 200.000 x 1.000 lbr -
Total penghematan pajak = Rp 38.000.000
Dikalikan tingkat pajak 30% x 0,3
Penghematan pajak = Rp 11.400.000,00
Arus kas masuk = Rp211.150.000,00
3. Hitung arus kas keluar bersih (Net Initial Cash Outlay)
Arus kas keluar = Rp 239.500.000,00
Arus kas masuk = 211.150.000,00
Arus kas keluar bersih = Rp 28.350.000,00
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 22
4. Hitung penghematan biaya per tahun
Obligasi lama
Biaya bunga 15% x Rp200.000 x 1.000 lbr = Rp30.000.000
Dikurangi :
Biaya bunga = Rp30.000.000
Amortisasi diskon = 200.000
(2% x Rp 200.000 x 1000 lbr)/20th
Amortisasi biaya emisi = 500.000
Rp 10.000.000/20th -
= Rp 30.700.000
Dikalikan tingkat pajak 30% x 0,3
Penghematan pajak = Rp 9.210.000
Penghematan (karena ada biaya) setelah pajak per tahun =Rp 20.790.000
Obligasi baru
Biaya bunga 10% x Rp 200.000 x 1.000 lbr = Rp 20.000.000
Dikurangi :
Biaya bunga = Rp 20.000.000
Amortisasi diskon = 16.667
(Rp250 x 1.000 lbr)/15 th
Amortisasi biaya emisi = 800.000
Rp 12.000.000/15 th -
= 20.816.667
Dikalikan tingkat pajak 30% x 0,3
Penghematan pajak = Rp 6.245.000
Penghematan (karena ada biaya) setelah pajak per tahun = Rp 13.755.000
Penghematan biaya setelah pajak/tahun (dengan penarikan obligasi lama)
Obligasi lama = Rp 20.790.000
Obligasi baru = Rp 13.755.000
Penghematan dengan obligasi baru = Rp 7.035.000
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9
Penerbitan Sekuritas Ekuitas 23
5. Perhitungan NPV
Cost of debt setelah pajak = 10% (1-0,3) = 7%. Inilah yang digunakan sebagai
discount factor untuk menghitung present value penghematan biaya dengan
obligasi baru.
NPV = PV penghematan biaya (dengan obligasi baru) – arus kas keluar
setelah pajak
= Rp 7.035.000 x PVIFA 7%, 5th – Rp 28.350.000
= Rp 64.074.175, 03 - Rp 28.350.000
= Rp 35.724.175,03
Jadi bond refunding dapat dilaksanakan karena nilai NPV penghematan biaya setelah
pajak dengan penggunakan obligasi baru bernilai positif.
Pasar Modal dan Manajemen Keuangan – Pertemuan 9