tp 2 sirup fruktosa

Upload: mardanputraranto-dvilex

Post on 10-Feb-2018

306 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Tp 2 Sirup Fruktosa

    1/4

    Produksi HFS

    Indonesia diharapkan pada Tahun 2014 bisa swasembada gula total, baik untuk

    memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan industri. Saat ini, kebutuhan gula di

    Indonesia mencapai 4,1 juta ton per tahun, sedang produksi gula Indonesia diperkirakan

    Cuma 2,45 juta ton per tahun dan sisanya masih impor sehingga indonesia saat ini menjadi

    negara pengimpor gula terbesar ke dua di dunia. Produktivitas gula di Indonesia masih rendah

    sementara kebutuhan gula terus meningkat dan efisiensi sistem produksi yang rendah karena

    tingginya biaya produksi, ditambah lagi dengan dampak kenaikan BBM sehingga harga gula

    pasir makin tinggi. Harga gula pasir saat ini mencapai Rp.7000-an per kilonya yang membuat

    industri makanan dan minuman yang menggunakan pemanis memilih pemanis lain selain

    gula pasir sebagai bahan baku untuk produksinya. Alternatif lain yang digunakan oleh

    industri yaitu menggunakan sodium siklamat (bahan pemanis sintetik) sebagai pemanis yang

    telah diketahui dan dilarang penggunaannya karena dapat mengganggu kesehatan, meskipun

    telah di larang penggunaannya masih saja secara terang-terangan industri-industri makanan

    dan minuman menggunakannya.

    Gula alternatif yang sekarang sudah digunakan antara lain adalah gula siklamat,

    stearin, dan gula dari hidrolisa pati. Gula dari pati dapat berupa sirup glukosa, fruktosa,

    maltosa, manitol, dan sorbitol. Gula pati tersebut mempunyai rasa dan tingkat kemanisan

    yang hampir sama dengan gula tebu (sukrosa), bahkan beberapa jenis lebih manis. Gula pati

    dibuat dari bahan berpati seperti tapioka, umbi-umbian, sagu, dan jagung. Di Indonesia,

    industry dengan bahan baku pati baru dimulai pada tahun 80-an, namun tidak sepopuler

    dengan gula pasir.

    Sirup fruktosa atau High Fructose Syrup (HFS) salah satu jenis gula yang manisnya

    hampir sama dengan gula pasir (sukrosa). Teknologi pengolahan sirup fructosa dimulai sejak

    tahun 1970-an, dan lebih-lebih setelah diperoleh cara pemisahan glukosa dan fruktosa dengan

    cara khromatografi, maka pemanfaatan dan minat terhadap bahan pemanis ini semakin

    membumbung dari tahun-ketahun. Di dunia, Amerika serikat sebagai produsen HFS tertinggi

    mencapai produksi 5,4 juta ton ditahun 1995, kemudian jepang yang mencapai produksi 4

    ratus ribu ton di tahun yang sama.

  • 7/22/2019 Tp 2 Sirup Fruktosa

    2/4

    Produksi HFS di Amerika yang mencapai produksi 5 juta ton per tahun, pasaran

    utama dari bahan pemanis ini adalah perusahaan-perusaan minuman ringan, terutama Coca

    Cola dan Pepsi Cola. Ada sekitar 18 merk minuman ringan, diantaranya kedua merk yang

    telah disebutkan merupakan pengguna HFS sebagai bahan pemanisnya. Meskipun banyak

    jenis minuman atau buah-buahan di dalam kaleng yang diimpor ke Indonesia mencantumkan

    HFS sebagai bahan pemanis yang di gunakan, namun pemanis ini masih belum dikenal secara

    luas di masyarakat. Salah satu pabrik HFS yang berhasil didirikan dan beroperasi hingga

    sekarang yaitu milik PT Sari Tani Nusantara di Gondanglegi, Malang Selatan dan hasilnya

    telah digunakan oleh beberapa industri pengalengan buah, dan sirup, namun belum digunakan

    oleh pabrik-pabrik minuman ringan yang memiliki lisensi asing seperti Coca Cola. Oleh

    Departemen perindustrian beberapa izin industri pendirian HFS telah diterbitkan, dan

    beberapa izin sementara telah mati karena beberapa sebab. Sebenarnya potensi HFS sebagai

    bahan baku alernatif gula memiliki masa depan yang cerah di Indonesia, selain karena

    ketersediaan sumber pati yang cukup besar juga karena biaya investasi jauh lebih murah

    daripada investasi pabrik gula tebu.

    Profil High Fructose Syrup (HFS)

    Bahan baku pengolahan High Fructose Syrup (HFS) adalah sirup dekstrosa (D-

    glukosa) yang dihasilkan melalui cara pengenceran, dektrinisasi, dan sakarisasi pati memakai

    katalisator sistem enzim. Proses ini merupakan proses hidrolisa pati. Proses pengolahan HFS

    sendiri merupakan proses isomerisasi glukosa menjadi fruktosa sirup dekstrosa yang keluar

    dari tangki sakarisasi, setelah melalui beberapa tahapan hidrolisis dimasukkan kedalam

    tangki isomerisasi untuk dikonversi menjadi HFS. Enzim glukoisomerase dimasukkan

    kedalam tangki isomerisasi (dalam keadaan kedap udara). Tangki isomerisasi berbentuk

    silinder yang kedua ujungnya tertutup rapat (kecuali lubang-lubang pemasukan dan

    pengeluaran).

  • 7/22/2019 Tp 2 Sirup Fruktosa

    3/4

    Proses isomerisasi menghasilkan High Fructose Syrup dengan nama HFS-42 yang

    susunan karbohidrat yang dikandungnya menyerupai sukrosa, maka HFS-42 memiliki kadar

    kemanisan yang hampir sama dengan gula. HFS berbeda dengan pure fructose. Pure fructose

    mengandung 100% fructose, sedangkan HFS mengandung fructosa dan glukosa dengan

    perbandingan tertentu.

    Menjelang tahun 1980-an telah berhasil dikembangkan cara pemisahan (separasi)

    fruktosa dari glukosa yang terkandung dalam HFS-42. Sistem tersebut menggunakan sistem

    khromatografis yang dapat memisahkan sebagian sirup yang yang memiliki kandungan

    fruktosa amat tinggi (80%-90%), sedangkan sirup yang lain miskin akan fruktosa, tetapi kaya

    akan glukosa. Sirup yang kaya akan glukosa tersebut akan dikembalikan lagi kedalam proses

    untuk dapat diisomerisasikan lagi (recycling). Syrup yang didapat dicampur dengan HFS-42dengan perbandingan tertentu sehingga diperoleh HFS generasi ke-dua, yaitu HFS-55

    Karena teknik pembuatannya, HFS merupakan larutan pekat (sirup) dengan derajat

    kemurnian yang sangat tinggi, bebas dari ion-ion logam maupun ion-ion beracun lainnya,

    misalnya timah hitam, besi, tembaga, sulfat, sianida, dan sebagainya. Untuk menghidari

    kristalisai karena kandungan dekstrosa pada HFS, maka hendaknya HFS disimpan pada suhu

    32OC. Karena viskositasnya yang relatif rendah, maka dimungkinkan pembubuhan bahan

    kering lain kedalam larutan untuk menaikkan tekanan osmosa maupun kadar kemanisannya

    tanpa mempengaruhi kualitas produk akhir. Tekanan osmosa dari larutan HFS pada

  • 7/22/2019 Tp 2 Sirup Fruktosa

    4/4

    konsentrasi yang sama dengan sukrosa adalah dua kali lipatnya (berat molekul HFS = berat

    molekul sukrosa = berat molekul maltosa). Karena tekanan osmosa yang tinggi tersebut,

    maka perkembangbiakan bakteri, jamur, dan kapang dapat dibatasi. Dengan demikian produk

    HFS akan tetap segar meskipun telah disimpan dalam waktu yang lama.

    Kelarutan HFS sebanding dengan kelarutan gula invert, lebih cepat larut dari

    dekstrosa, serta sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan sukrosa. Oleh karena kemurnian

    dan sifat-sifat kimia/fisika yang dimilikinya, HFS sangat tepat jika dipergunakan sebagai

    bahanpemanis dan doctoring agent pada industri-industri pengalengan buah-buahan,

    minuman ringan, yogurt, limun, kue, permen dan lain-lain (Richana Nur, dan suarni, 2008).

    Terutama untuk minuman-minuman ringan tak beralkohol, HFS memiliki kelebihan

    yaitu lebih menekankan rasa buah karena hadirnya fruktosa dalam komposisi HFS, terutama

    sangat terasa pada minuman-minuman rasa buah sitrus. Pada pengalengan buah-buahan, hasil

    terbaik dicapai dengan cara mencampur (70-80)% HFS dengan (30-20)% sirup glukosa

    dengan kadar maltosa yang tinggi. sebagaimana halnya gula invert, 1-3% HFS dapat

    dibubuhkan kedalam adonan es krim. Jika tidak digunakan sukrosa, campuran 25% : 75%

    atau 50% : 50% HFS dengan High Maltose Syrup dapat digunakan dalam pembuatan es krim.