totikolis merupakan kelainan kongenital dimana otot sternocleidomastoideus mengalami fibrosis dan...

27
Totikolis merupakan kelainan kongenital dimana otot Sternocleidomastoideus mengalami fibrosis dan gagal memanjang sementara tubuh anak terus tumbuh sehingga terjadi deformitas progresif. Etiologi Faktor utama masih belum diketahui (idiopatik) Faktor resiko : o Iskemik otot SCM di intrauterine karena posisinya yang menyimpang (presentasi bokong) o Trauma saat kelahiran o Riwayat lahir sungsang Patofisiologi Keadaan iskemik pada otot SCM akan mengakibatkan otot tersebut mengalami fibrosis dan tidak akan berkembang seperti otot lainnya. Bila terjadi pada salah satu sisi otot CSM saja, maka akan menimbulkan manifestasi yang membuat kepala anak menjadi miring ke arah sisi yang terkena tersebut. Manifestasi Klinis Sering kelainannya tidak terlihat nyata dari usia 1-2 tahun. Leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang fibrosis Di sisi yang fibrosis, telinga mendekati bahu Garis mata dan garis bahu membentuk sudut (normalnya sejajar) Perkembangan muka dapat menjadi asimetris Diagnosis Riwayat kelahiran sukar atau sungsang Kepala miring ke arah yang sakit (singkirkan penyebab lain : anomali tulang, diskitis , limfadenitis) Telinga mendekati bahu

Upload: zuhrahgiatamah

Post on 28-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

totikolis

TRANSCRIPT

Page 1: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

Totikolis merupakan kelainan kongenital dimana otot Sternocleidomastoideus mengalami fibrosis dan gagal memanjang sementara tubuh anak terus tumbuh sehingga terjadi deformitas progresif.

Etiologi

Faktor utama masih belum diketahui (idiopatik) Faktor resiko :

o Iskemik otot SCM di intrauterine karena posisinya yang menyimpang (presentasi bokong)

o Trauma saat kelahirano Riwayat lahir sungsang

PatofisiologiKeadaan iskemik pada otot SCM akan mengakibatkan otot tersebut mengalami fibrosis dan tidak akan berkembang seperti otot lainnya. Bila terjadi pada salah satu sisi otot CSM saja, maka akan menimbulkan manifestasi yang membuat kepala anak menjadi miring ke arah sisi yang terkena tersebut.

Manifestasi Klinis

Sering kelainannya tidak terlihat nyata dari usia 1-2 tahun. Leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang fibrosis Di sisi yang fibrosis, telinga mendekati bahu Garis mata dan garis bahu membentuk sudut (normalnya sejajar) Perkembangan muka dapat menjadi asimetris

Diagnosis

Riwayat kelahiran sukar atau sungsang Kepala miring ke arah yang sakit (singkirkan penyebab lain : anomali tulang, diskitis,

limfadenitis) Telinga mendekati bahu Terdapat benjolan berbatas tegas yang melibatkan satu atau kedua caput

sternocledomastoideus.

Tatalaksana

Bila diketahui sudah sejak bayi, maka dilakukan perentangan otot setiap hari untuk mencegah perkembangan deformitasnya.

Bila lehernya menjadi miring => koreksi dengan operatif. Otot yang berkontraksi dibelah (biasanya bagian bawah, tapi kadang-kadang juga pada ujung atas atau keduanya) dan kepala dimanipulasi agar posisinya netral. Setelah operasi, posisinya dipertahankan

Page 2: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

dengan suatu tutup-tengkorak/skull cup yang diikatkan ke bawah aksila. Sesudah itu, dipakai ban leher polietilen hingga anak dapat mempertahankan posisi kepalanya dengan benar.

PrognosisSemakin muda ditatalaksana, semakin baik prognosis. Pola pikirAda bayi dengan keluhan kepala miring sebelah => periksa dan singkirkan kemungkinan anomali tulang, diskitis dan limfadenitis => bila memang tortikolis, tatalaksana berdasar usia. Bila masih muda, lakukan perentangan (membiasakan menoleh ke arah yang fibrosis, diberi ASI searah yang fibrosis, dll) => bila tidak bisa, operatif.

http://catatanmahasiswafk.blogspot.com/2012/03/tortikolis-congenital-muscular.html

TORTIKOLIS

Tortikolis adalah istilah medis untuk menggambarkan suatu keadaan pada leher yang terputar. Dalam bahasa latin "torus" artinya berputar dan "collum" artinya leher.

Tortikolis sering terjadi pada anak dan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: bawaan (congenital) dan yang didapat setelah lahir (acquired).

Apa yang dimaksud dengan tortikolis kongenital?

Pada tortikolis kongenital, terjadi kontraktur/ kekakuan otot sternokleidomastoid pada satu sisi. Otot sternokleidomastoid adalah otot pada leher yang berfungsi untuk menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan. Kekakuan pada otot ini akan mengakibatkanterjadinya keterbatasan pergerakan leher bayi karena pemendekan serabut-serabut otot tersebut.

Tortikolis kongenital terjadi pada 3-19 per 1.000 kelahiran bayi. Penyebab dari tortikolis kongenital belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa teori yang mengatakan bahwa trauma jalan lahir mungkin menjadi penyebabnya. Tortikolis kongenital biasanya terlihat pada usia 2-4 minggu kelahiran.

Gejalanya adalah kepala leher yang selalu menoleh ke satu sisi saja saat tidur, dan pergerakan leher yang sangat terbatas. Komplikasi dari tortikolis kongenital yang tidak diterapi adalah asimetri bentuk wajah dan asimetri bentuk kepala atau penglihatan ganda (diplopia).

Tip

Tortikolis cukup mudah dikenali oleh orangtua. Bayi/anak dengan tortikolis cenderung hanya menoleh terus ke satu sisi. Jika orangtua mendapati bayi/anak menoleh ke satu sisi saja segera bawa bayi/anak ke dokter untuk diperiksa.

Page 3: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

Apa yang dimaksud tortikolis yang didapat setelah lahir?

Pada tortikolis yang didapat setelah lahir, biasanya penyebabnya diketahui yaitu:Cedera/peradangan pada saraf-saraf leherAbses retrofaringeal (nanah yang terletak di belakang tenggorokan)RadangtenggorokanPergeseran dari tulang belakang, terutama di daerah leherPerdarahan di sekitar tulang belakang daerah leherAdanya tumor di daerah tulang belakang kepalaPada tortikolis yang didapat setelah lahir, gejalanya hampir sama dengan tortikolis kongenital, yaitu leher bayi selalu menoleh ke arah yang sama dan pergerakan leher bayi yang terbatas.

Perbedaannya adalah biasanya terjadi beberapa bulan setelah kelahiran, ada faktor penyebab yang lebih jelas yang mendasarinya dan tidak terjadi komplikasi berupa asimetri wajah.

Bagaimana cara mengatasi tortikolis?

Prinsip pengobatan tortikolis, baik tortikolis kongenital atau tortikolis yang didapat sebenarnya hampir sama. Langkah pertama adalah memastikan apakah tortikolis tersebut memerlukan intervensi segera atau tidak.

Pada tortikolis kongenital kadang terjadi penyembuhan dengan sendirinya, dan bila dirasakan perlu dapat dilakukan fisioterapi dan latihan untuk otot sternokleidomastoid tersebut.

Penggunaan collar neck (penahan leher) pada tortikolis kongenital kadang diperlukan untuk membantu proses pemulihan. Pada tortikolis yang didapat, langkah awalnya adalah menangani penyebabnya. Pemberian obat-obat seperti pelentur otot dan penahan rasa sakit atau anti radang dapat membantu proses penyembuhan tortikolis.

KesimpulanTortikolis adalah istilah medis untuk menggambarkan keadaan leher yang terputar atau terpuntir.Tanda utama tortikolis adalah anak cenderung hanya menoleh ke satu sisi saja.Ada 2 jenis tortikolis yaitu tortikolis bawaan sejak lahir (kongenital) dan tortikolis yang didapat setelah lahir.Penanganan tortikolis disesuaikan dengan jenisnya. Penggunaan collar neck dan obat-obatan harus atas petunjuk dokter.

http://novia-ekaputri.blogspot.com/2010/09/tortikolis.html

Page 4: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

TORTICOLIS

Page 5: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

Kata Tortikolis berasal dari bahasa Latin , torta ( twisted = terputar ) dan collum ( leher ). Tortikolis menggambarkan posisi abnormal leher. Gangguan tortikolis yang paling sering ditemukan adalah Congenital Muscular Torticolis yaitu kondisi keterbatasan gerakan leher kongenital atau bawaan sejak lahir, dimana anak akan menahan atau memposisikan kepala pada satu sisi dengan dagu mengarah pada sisi yang berlawanan.

Apakah penyebab Tortikolis ?: Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Ada berbagai faktor yang dianggap sebagai penyebab diantaranya trauma lahir, malposisi in-utero, infeksi, iskemia jaringan, abnormalitas vertebra seperti rotary subluxation of the atlanto-axial joints atau hemivertebra, problem imbalance of extraocular muscles ( Ocular Torticollis ) serta ketidakseimbangan neurologis ( Benign Paroxysmal Torticollis ). Davids, Wenger dan Mubarak ( 1993 ) melalui penilaian anatomis, pemeriksaan klinis dan MRI menyatakan bahwa tortikolis merupakan gejala sisa dari uterine or perinatal compartment syndrome.

Otot sternocleidomastoid memendek karena berubah menjadi jaringan ikat akibat gangguan vaskularisasi atau karena posisi kepala saat intrauterin Ho BCS, Lee EH, Singh K (1999) yang meneliti 91 pasien tortikolis menemukan trauma lahir yang menyebabkan tortikolis adalah persalinan letak vertex dan sisi lesi tergantung letak bahu pada saat persalinan.

Trauma saat persalinan dapat menyebabkan perdarahan pada otot leher terutama otot sternocleidomastoid.. Weiner DS ( 1976 ) melaporkan 0.6% - 20% dari tortikolis mengalami juga hip dysplasia.

 Apakah gejalanya ?: Pada bayi baru lahir, massa yang firm, non-tender didapatkan pada bagian tengah otot sternocleidomastoid. Kondisi ini tidak menyebabkan sakit tapi orangtua akan cemas karena leher terangkat dan terpaku pada satu sisi atau arah.

Page 6: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

Kadangkala didapatkan massa lain yang dapat dilihat atau dirasakan pada otot ini yang merupakan hematoma yang sedang dalam proses membentuk jaringan ikat. Massa ini dapat sembuh total pada usia 3 bulan.

Jika tidak terkoreksi sebelum usia 1 tahun massa ini dapat berganti menjadi jaringan ikat sehingga otot semakin memendek , keterbatasan gerakan leher permanen. Kondisi ini mengakibatkan posisi kepala selalu miring ke satu sisi, dan jika dibiarkan anak bertumbuh dengan kondisi ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang tengkorak dan wajah, kepala dan wajah menjadi asimetris, datar pada sisi otot yang memendek dan mengakibatkan kelainan yang disebut plagiocephaly, kepala dan wajah menjadi miring pada satu sisi.

Datar pada satu sisi dan menonjol pada sisi lainnya. Artinya bila lebih dari usia 1 tahun hal ini tidak terkoreksi maka wajah yang tidak asimetris akan menetap.

Sisi kanan terlibat pada 75% kasus artinya anak menahan posisi kepala terangkat ke kanan, sedangkan wajah dan dagu berotasi ke kiri ( MacDonald D, 1969).

Bagaimana mengobati Tortikolis ?: Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan radiologis untuk menyingkirkan kemungkinan adanya masalah pada daerah leher dan panggul, dokter akan dapat menentukan penyebab dari tortikolis. Pada awalnya terapi utama yang dilakukan adalah latihan peregangan secara halus dan lembut pada otot yang mengalami pemendekan 15-20 kali, 4-6 kali per-hari.

Pada tortikolis kanan, kepala terangkat ke kanan, wajah terputar ke kiri. Peregangan dilakukan dengan mengangkat wajah ke kiri ( telinga kiri mendekati bahu dan putar wajah ke kanan – dagu ke arah bahu kanan ).

Pada tortikolis kiri, kepala terangkat ke kiri dan wajah terputar ke kanan. Stretching dilakukan dengan dengan mengangkat kepala ke kanan ( telinga kanan mendekati bahu dan putar wajah ke kiri – dagu ke arah bahu kiri ).

Dibutuhkan bantuan orang lain untuk stabilisasi bahu saat melakukan peregangan. Latihan harus konsisten dan dilakukan sampai usia 1 tahun

http://ppnitapinrantau.blogspot.com/2012/03/torticolis.html

Page 7: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

GAYA BERJALAN, KELAINAN POSTUR DAN MASALAH GANGGUAN IMOBILISASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1        LATAR BELAKANG

               Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas,

dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.

Mobilisasi dan imobilisasi berada pada rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial

diantaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada diantara

rentang mobilisasi—imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi

mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Perry dan Potter, 1994).

               Dalam makalah ini akan dibahas tentang gaya berjalan, dan kelainan postur tubuh

sebagaimana hal ini dipengaruhi oleh kedua faktor yang telah disebutkan diatas yaitu

mobilisasi dan imobilisasi

1.2    RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian gaya berjalan

2.      Bagaimana bentuk-bentuk kelainan postur tubuh

3.      Apa pengertian imobilisasi dan masalah-masalah yang menyertainya

1.3    TUJUAN

               Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang macam-macam kelainan postur tubuh

serta masalah yang berhubungan dengan imobilisasi sehingga mahasiswa dapat mengerti

bagaimana akan melakukan pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar.

Page 8: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    GAYA BERJALAN

               Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya

ketika berjalan  (Fish & Nielsen, 1993). Siklus gaya berjalan dimulai dari tumit

mengangkat satu tungkai dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama.

Interval ini sama dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuik

kenyamanan berjalan (Lehmann et al, 1992).

               Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat

kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa

bantuan. Mekanika gaya berjalan manusia mengikuti kesesuaian sistem skeletal, saraf, dan

otot dari tubuh manusia (Fish & Nielsen, 1993).

2.2    KELAINAN POSTUR TUBUH

Ketidak

normalan

Deskripsi Penyebab Penatalaksanaan

Tortikolis Mencondongkan

kepala kesisi yang

sakit, dimana otot

sterno

kleidomastoideus

berkontraksi

Kondisi

kongenital atau

didapat

Operasi, pemanasan, topangan

atau imobilisasi, berdasarkan

penyebab dan tingkat

keparahan

Lordosis Kurva anterior

pada spinalis

lumbal yang

melengkung

berlebihan

Kondisi

kongenital.

Kondisi temporer

(mis. Kehamilan)

Latihan peregangan spinal

(berdasarkan penyebab)

Kifosis Peningkatan

kelengkungan

Kondisi

kongenital.

Latihan peregangan spinal,

tidur tanpa bantal,

Page 9: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

pada kurva spinal

torakal

Penyakit tulang/

Ricket 

Tuberkulosis

spinal

menggunakan papan tempat

tidur, memakai brace/jacket,

penggabungan spinal

(berdasarkan penyebab dan

tingkat keparahan)

Kifolordosis Kombinasi dari

dan lordosis

Kondisi

kongenital

Sama dengan metode yang

disunakan untuk kifosis dan

lordosis (berdasarkan

penyebab)

Skoliosis  Karvatura spinal

lateral, tinggi

pinggul dan bahu

tidak sama

Kondisi

kongenital

Poliomielitis

Paralisis spatik

Panjang kaki

tidak sama

Immobilisasi dan operasi

(berdasarkan  penyebab dan

tingkat keparahan)

Kifoskoliosis Tidak normalnya

kurva spinal

anteroposterior

dan lateral

Kondisi

kongenital

Poliomielitis

Kor Pulmonal

Immobilisasi dan operasi

(berdasarkan  penyebab dan

tingkat keparahan)

Displasia

pinggul

kongenital

Ketidakstabilan

pinggul dengan

keterbatasan

abduksi pinggul,

dan kadang-

kadang kontraktur

adduksi (kaput

femur tidak

tersambung

dengan assebulum

karena abnormal

kedangkalan

Kondisi

kongenital

(biasanya dengan

kelahiran

sungsang)

Mempertahankan abduksi

paha yang terus menerus

sehingga kaput femur

menekan ke bagian tengah

asetabulum

Bebat abduksi, gips,

pembedahan

Page 10: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

asetabulum)

Knock-knee

(genu-

valgum)

Kurva kaki yang

masuk ke dalam

sehingga lutut

rapat jika

seseorang berjalan

Kondisi

kongenital

Penyakit tulang/

Ricket

Knee brances, operasi jika

tidak dapat diperbaiki oleh

pertumbuhan

Bowlegs

(Genu varum)

Satu atau dua kaki

bengkok keluar

pada lutut, kondisi

ini normal sampai

usia 2-3 tahun

Kondisi

kongenital

Penyakit tulang/

Ricket

Memperlambat kurva jika

tidak dapat diperbaiki oleh

pertumbuhan

Dengan penyakit tulang

meningkatkan vitamin D,

kalsium, dan fosfor

Clubfoot 95%: deviasi

medial dan

plantar-fleksi kaki

(equinovarus)

5%: deviasi lateral

dan dorsifleksi

(calcaneovalgus)

Kondisi

kongenital

Gips, pembidaian seperti

Denis-Browne splint, dan

operasi (tergantrung tingkat

deformitas)

Footdrop Plantarfleksi,

ketidakmampuan

menekuk kaki

karena kerusakan

saraf patoreal

Kondisi

kongenital

Trauma

Posisi

Immobilisasi

Tidak ada (tidak dapat

dikoreksi)

Dicegah melalui terapi fisik

Pigeon-toes Rotasi dalam kaki

depan, biasa pada

bayi

Kondisi

kongenital

Kebiasaan

Pertumbuhan, menggunakan

sepatu terbalik

2.3    IMMOBILISASI

               Gangguan mobilisasi fisik (immobilisasi) disefinisikan oleh North American

Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu

Page 11: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995).perubahan

dalam tingkat mobilisasi fisik daqpat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam

bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (mis.

Gips atau traksi rangka), pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik.

2.4    MASALAH DAN ETIOLOGI GANGGUAN IMMOBILISASI

Masalah yang berhubungan dengan immobilisasi dapat berpengaruh terhadap sistem tubuh

diantaranya:

A.     PENGARUH FISIOLOGIS

Pengaruh fisiologis meliputi:

1.      Perubahan Metabolik

Etiologi. Immobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju

metabolik; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan kalsium;

dan gangguan pencernaan. Keberadaan proses infeksius pada klien immobilisasi

mengalami peningkatan BMR diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka.

Demam dan penyembuhan luka meningkatkan kebutuhan oksigen selular (McCance

dan Huether, 1994).

Intervensi. Ketika mengkaji fungsi metabolik, perawat menggunakan pengukuran

antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot, menggunakan pancatatan asupan dan

haluaran serta data laboratorium untuk mengevaluasi status cairan, elektrolit maupun

kadar serum protein, mengkaji penyembuhan luka untuk mengevaluasi perubahan

transport nutrien, mengkaji asupan makanan dan pola eliminasi klien untuk

menentukan fungsi gastrointestinal.

2.      Perubahan Sistem Respiratori

Etiologi. Klien pasca operasi dan immobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi

paru-paru. Komplikasi paru-paru yang paling umum adalah atelektasis dan

pneumonia hipostatik. Pada atelektasis, bronkiolus menjadi tertutup oleh adanya

sekresi dan kolaps alveolus distal karena udara yang diabsorpsi, sehingga

menghasilkan hipoventilasi. Bronkus utama atau beberapa bronkus kecil dapat

terkena. Luasnya atelektasis ditentukan oleh bagian yang tertutup. Pneumonia

hipostatik adalah peradangan paru-paru akibat statisnya sekresi. Atelektasis dan

Page 12: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

pneumonia hipostatik, keduanya sama-sama menurunkan oksigenasi, memperlama

penyembuhan, dan menambah ketidaknyamanan klien (Long et al, 1993).

Intervensi. Pengkajian sistem respiratori harus dilakukan minimal setiap 2 jam pada

klien yang mengalami keterbatasan aktivitas. Perawat menginspeksi mengalami

keterbatasan aktivitas. Perawat menginspeksi pergerakan dinding dada selama siklus

inspirasi-ekspirasi penuh. Jika klien mempunyai area atelektasis, gerakan dadanya

menjadi asimetris. Selaia  itu, perawat mengauskultasi seluruh area paru-paru untuk

mengidentifikasi gangguan suara napas, crackles, atau mengi. Auskultasi harus

berfokus pada area paru-paru yang tergantung karena sekresi paru cenderung

menumpukdi area bagian bawah. Pengkajian sistem respiratori lengkap

mengidentifasi adanya sekresi dan menentukan tindakan keperawatan yang

dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori.

3.      Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Ada tiga perubahan utama yaitu:

·        Hipotensi ortostatik

Adalah penurunan tekanan darah sistolik 25 mmHg dan diastolik 10 mmHg ketika

klien bangun dari posisi berbaring atau duduk ke posisi berdiri. Pada klien

imobilisasi, terjadi penurunan sirkulasi volume cairan, pengumpulan darah pada

ekstremitas bawah, dan penurunan respon otonom. Faktor-faktor tersebut

mengakibatkan penurunan aliran listrik vena, diikuti oleh penurunan curah

jantung yangterlihat pada penurunan tekanan darah (McCance and Huether,

1994).

·        Beban kerja jantung

Jika beban kerja jantung meningkat maka konsumsi oksigen juga meningkat. Oleh

karena itu jantung bekerja lebih keras dan kurang efisien selama masa istirahat

yang lama. Jika imobilisasi meningkat maka curah jantung menurun, penurunan

efisiensi jantung yang lebih lanjutdan peningkatan beban kerja.

·        Trombus

Page 13: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

Adalah akumulasi trombosit, fibrin, faktor-faktor pembekuan darah, dan elemen

sel-sel darah yang menempel pada dinding bagian anterior vena atau arteri,

kadang-kadang menutup lumen pembuluh darah. Ada tiga faktor yang

menyebabkan pembentukan trombus:

-         Hilangnya integritas dinding pembuluh darah (mis. Artherosklerosis)

-         Kelainan aliran darah (mis. Aliran darah vena yang lambat akibat tirah

baring dan imobilisasi)

-         Perubahan unsur-unsur darah (mis. Perubahan dalam faktor pembekuan

darah atau peningkatan aktivitas trombosit) (McCance and Huether, 1994)

Intervensi. Pengakajian keperawatan kardiovaskuler pada klien imobilisasi termasuk

memantau tekanan darah, mengevaluasi nadi apeks maupun nadi perifer,

mengobservasi tanda-tanda adanya statis vena (mis. Edema dan penyembuhan luka

yang buruk). Tekanan darah klien harus diukur, terutama jika berubah dari berbaring

(rekumben) ke duduk atau berdiri akibat resiko terjadi hipotensi ortostatik. Dengan

cara ini, kemampuan klien meninggalkan pengaman tempat tidur.

      Perawat juga mengkaji nadi apeks dan perifer. Pada beberapa klien terutama

lansia, jantung tidak dapat mentoleransi beban kerja, dan berkembang menjadi gagal

jantung. Memantau nadi perifer memungkinkan perawat mengevaluasi kemampuan

jantung memompa darah. Tidak adanya nadi perifer di ekstrimitas bawah, terutama

jika sebelumnya ada, harus dicatat dan dipaorkan ke dokter. Perawat mengkaji sistem

vena karena trombosis vena profundan merupakan bahaya dari keterbatasan

mobilisasi dengan cara, perawat melepas stoking elastis klien dan/atau sequetial

compression devices (SCDs) setiap 8 jam dan mengobservasi betis terhadap

kemerahan, hangat, dan kelembekan. Tanda Homan (Homan’s sign) atau nyeri betis

pada kaki dorsifleksi, mengindikasikan adanya kemungkinan adanya trombus, tetapi

tanda ini tidak selalu ada (Beare dan Myers, 1994).

4.      Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Etiologi. Pengaruh imobilisasi pada sistem muskuloskeletal meliputi gangguan

mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui

kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, penurunan stabilitas, dan

gangguan metabolisme kalsium dan gangguan mobilisasi sendi.

Page 14: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

·        Pengaruh otot

            Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan massa tubuh,

yang membentuk sebagian otot. Massa otot menurun akibat metabolisme dan otot

tidak dilatih, maka akan terjadi penurunan massa yang berkelanjutan. Contohnya

akan terjadi atrofi, merupakan suatu keadaan yang dipandang secara luas sebagai

respon terhadap penyakit dan penurunan aktivitas sehari-hari, seperti paada

respons imobilisasi dan tirah baring (Kasper et al, 1993).

·        Pengaruh skelet

            Imobilisasi menyababkan dua perubahan terhadap skelet; gangguan

metabolisme kalsiumdan kelainan sendi. Imobilisasi berakibat pada resorpsi

tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat, dan terjadi osteoporosis

(Holm, 1998).

            Kelainan sendi adalah kondisi abnormal dan biasa permanen yang ditandai

oleh sendi fleksi dan terfiksasi. Hal ini disebabkan tidak digunakannya, atrofi, dan

pemendekan serat otot. Satu macam kontraktur umum dan lemah yang terjadi

adalah foot droop.

Intervensi. Kelianan muskuloskeletal utama dapat didentifikasi selama pengkajian

keperawatan meliputi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot, dan kontraktur.

Gambaran pengukuran antropometrik sebelumnya mengindikasikan kehilangan tonus

dan massa otot. Pengkajian rentan gerak adalah penting sebagai data dasar, yang

mana hasil pengukuran nantinya dibandingkan untuk mengevaluasi terjadi kehilangan

mobilisasi sendi. Rentang gerak diukur dengan menggunakan goniometer.

      Disuse Osteoporosis tidak teridentifikasi oleh pemeriksaan fisik. Pada wanita post

menopause dan orang yang mengalami peningkatan kadar kalsium di darah dan di

urine kemungkinan beresiko besar demineralisasi tulang. Resiko Desuse Osteoporosis

harus dipertimbangkan ketika merencanakan tindakan keperawatan. Contohnya

perkusi dan fibrasi tulang rusuk harus dilakukan hati-hati pada klien yang

kemungkinan disuse osteoporosis karena resiko terjadi fraktur tulang rusuk.

5.      Perubahan Sistem Integumen

Page 15: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

Etiologi. Dekubitus adalah salah satu penyakit iatrogenik paling umum dalam

perawatan kesehatan dimana berpengaruh terhadap populasi klien khususnya—lansia

dan yang imoblisasi (Alterescu dan Alterescu, 1992). Dekubitus terjaid akibat iskemia

dan anoksia jaringan. Jaringan yang tertekan, darah membelok, dan kontriksi kuat

pada pembuluh darah akibat tekanan persisten pada kulit dan struktur dibawah kulit

sehingga respirasi selular terganggu, dan sel menjadi mati (Ebersole dan Hose, 1994).

Intervensi. Perawat harus terus-menerus mengkaji kulit klien terhadap tanda-tanda

kerusakan. Kulit harus diobservasi ketika klien bergerak, diperhatikan higienisnya,

atau dipenuhi kebutuhan eliminasinya. Pengkajian minimal harus dilakukan setiap 2

jam.

6.      Perubahan Eliminasi Urine

Etiologi. Eliminasi urine klien berubah oleh adanya imobilisasi. Pada posisi tegak

lurus, urin mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandug

kemih akibat gaya gravitasi. Jika klien dalam posisi rekumben atau datar, ginjal dan

ureter membentuk garis datar seperti pesawat. Ginjal yang membentuk urine harus

masuk ke dalam kandung kemih melawan gaya gravitasi. Akibat kontraksi

peristaltikureter yang tidak cukup kuat melawan gaya gravitasi, pelvis ginjal menjadi

terisi sebelum urine masuk ke dalam ureter. Kondisi ini disebut statis urine dan

meningkatkan resiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.

      Batu ginjal adalah batu yang kalsium yang terletak di dalam pelvis ginjal dan

melewati ureter. Klien imobilisasi beresiko terjadi pembentukan batu karena

gangguan metabolisme kalsium dan akibat hiperkalsemia (Holm, 1989).

      Sejalan dengan masa imobilisasi yang berlanjut, asupan cairan yang terbatas, dan

penyebab lain, seperti demam, akan meningkatkan resiko dehidrasi. Akibatnya

haluaran urine menurun sekitar pada hari kelima atau keenam. Pada umumnya yang

diproduksi berkonsentrasi tinggi.

      Urine yang pekat ini meningkatkan resiko terjadi batu dan infeksi. Perawatan

perienal yang buruk setelah defekasi, terutama pada wanita, meningkatkan resiko

kontaminasi saluran perkemihan oleh bakteri Escherechia coli. Penyebab lain infeksi

saluran perkemihan pada klien imobilisasi adalah pemakaian kateter urine menetap.

Page 16: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

Intervensi. Status eliminasi klien harus dievaluasi setiap shift, dan total asupan dan

haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Perawat harus menentukan bahwa klien menerima

jumlah dan jenis cairan melalui oral atau parenteral dengan benar.

B.     PENGARUH PSIKOSOSIAL

Etiologi. Imobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual, sensoris, dan

sosiokultural. Perubahan status emosional biasa terjadi bertahap. Bagaimana juga

lansia lebih rentan terhadap perubahan-perubahan tersebut, sehingga perawat harus

mengobservasi lebih dini. Perubahan emosional paling umum adalah depresi,

perubahan perilaku, perubahan siklus tidur bangun, dan gangguan koping.

Intervensi. Perawat harus mengkaji perubahan status emosional untuk itu, perawat

harus mengobservasi selama beberapa hari sebelum menyimpulkan bahwa ia

mempunyai masalah depresi. Perawat juga harus mengobservasi perubahan perilaku,

perawat mencoba menentukan penyebab perubahan tersebut untuk mengidentifikasi

terapi keperawatan yang spesifik. Perawat juga mengobservasi perubahan

penggunaan mekanisme koping klien yang normal dalam beradaptasi terhadap

imobilisasi.

BAB III

PENUTUP

3.1    KESIMPULAN

               Gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya ketika

berjalan. Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat

kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa

bantuan. Masalah yang berhubungan dengan immobilisasi dapat berpengaruh terhadap

sistem tubuh yang berupa pengaruh fisiologis dan psikososial.

               Perawat mengkaji klien dari bahaya imobilisasi dengan melakukan pemeriksaan

fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selain itu, pengkajian keperawatan harus

berfokus pada area fisiologis, sama seperti aspek psikososial dan perkembangan klien.

Page 17: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

3.2    SARAN

               Dalam mengkaji tentang masalah yang berhubungan dengan imobilisasi seorang

perawat harus hati-hati dan teliti dimaksudkan untuk menjaga supaya tidak terjadi cedera

baru kepada klien. Oleh karena itu, seorang perawat harus benar-benar menguasai dan

memahami tentang seluk beluk masalah-masalah yang berhubungan dengan mobilisasi.

Page 18: Totikolis Merupakan Kelainan Kongenital Dimana Otot Sternocleidomastoideus Mengalami Fibrosis Dan Gagal Memanjang Sementara Tubuh Anak Terus Tumbuh Sehingga Terjadi Deformitas Progresif

http://nursing-academy.blogspot.com/2011/09/gaya-berjalan-kelainan-postur-dan.html

    Torticollis spasmodic merupakan kekakuan pada otot-otot leher yang disebabkan karena kontraksi terus menerus dalam jangka waktu tertentu, bisa juga karena adanya gerakan involunter dari kepala. Tortikolis terjadi pada 1 dari 10.000 orang dan sekitar 1,5 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria.Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur tetapi paling sering ditemukan pada usia antara 30-60 tahun. Penyakit ini juga bisa diderita oleh bayi sejak leher dengan mekanisme yang belum diketahui secara jelas, namun diduga karena posisi kepala saat berada di dalam kandungan ataupun saat proses persalinan.                                Pada masa lalu terjadinya tortikolis adalah kegagalan pada otot leher dimana timbul hysteria yang berlebihan. Dimana gejalanya sama dengan kelainan yang disebabkan secara organik. Ketika tortikolis diketahui berhubungan dengan efek voluter bentuk dari gejala yang ada adalah hysteria, dimana bentuk awal dari gejala ini adalah tic. Bentuk hysteria berasal dari gejala yang merupakan respon dari pengobatan dari terjadinya kelainan emosional yang utama.