total berkonsep hijau - ftp.unpad.ac.id filekepala buddha dan lukisan bergambar koi merah dan hitam....

1
H OME & LIVING | SABTU, 26 NOVEMBER 2011 | HALAMAN 13 PETUALANGAN SERU BERLATAR MITOS MESIR Dalam latar belakang mitologi Mesir, kisah fiksi petualangan disajikan apik dengan kandungan nilai kekeluargaan. Jendela Buku, Hlm 16 FOTO-FOTO: MI/ANGGA YUNIAR Tanaman hias sebagai penyejuk. Pekarangan rumah dengan hamparan rumput dan pepohonan. Kaca sebagai akses cahaya. Interior bergaya eklektik. Dari A sampai Z, rumah ini sah disebut hunian hijau yang sebenarnya. Menggunakan Material Bekas CHRISTINE FRANCISKA Total Berkonsep Hijau DEMI total mengadopsi hunian hijau, Naning Adiwoso pun tak tanggung-tanggung menggunakan material bekas. Berbagai kusen, pintu, tegel, lampu, dan aneka perabot rumah diperolehnya dari barang bekas. Kebanyakan ia dapat dari pedagang pinggir jalan yang menjual bongkaran dari Segitiga Senen dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). “Pokoknya rumah saya itu isinya bekas semua deh,” ujarnya. Pintu putih bersekat horizontal yang terpasang pada gudang dan pintu ruang utama misalnya, diperoleh dari bongkaran RSCM. Di lain hal, pegangan tangga untuk menuju lantai dua diambil dari bongkaran Segitiga Senen. “Bagusnya, bangunan zaman dulu banyak menggunakan kayu jati jadi kuat dan tahan lama,” lanjut Naning. Tentang gaya interior Naning mengisti- lahkan rumahnya sebagai rumah bergaya eklektik yang memadukan unsur etnik, modern, dan klasik. Alhasil, elemen tra- disional lokal, Asia, hingga Eropa tersebar di tiap sudut ruang. Satu sisi terkesan kental bernuansa Asia Timur dengan patung kepala Buddha dan lukisan bergambar koi merah dan hitam. Di sisi lain terlihat bergaya sangat Eropa dengan jam klasik dan patung- patung zaman renaisans. Lainnya, ada juga patung pengantin Jawa, tombak, patung Asmat, hingga lumbung padi sebagai unsur lokal. “Kalau memilih klasik saja atau modern saja, saya bisa cepat bosan. Jadinya dicampur saja,” katanya. Berbagai hiasan rumah ini dikumpulkan Naning sejak 30 tahun lalu dari tiap daerah yang ia kunjungi. Walau tak menyebut secara spesik, ia sangat menyukai koleksi figurine ayam yang terletak pada satu meja di ruang tamu. Pun, ada juga koleksi perkakas perak yang ia simpan dalam sebuah lemari kaca. “Kalau sekarang sudah jarang beli-beli. Nanti mau disimpan di mana? Rumahnya sudah penuh begini,” katanya. (CE/M-3) T IDAK susah mencari lokasi hunian yang dinamai Griya Adi ini. Tak jauh dari pintu keluar tol Bintaro, Anda akan menemu- kan kompleks perumahan Villa Mutiara. Sekitar 200 meter dari sana, terlihat sebuah ger- bang kayu di sebelah kiri jalan. Jika dilihat dari jalan besar, gerbang ini me- mang terlihat agak tersembunyi. Jika dibanding- kan dengan rumah yang ada di kanan dan kiri, ukurannya juga terlihat lebih kecil. Namun, penampilannya luar bisa mengecoh. Ketika masuk ke dalam, tamu yang datang akan menemukan sebuah lorong dengan tanaman rambat pada kedua sisinya. Beberapa meter dari situ, lahan dengan luas lebih dari 1 hektare mem- bentang dengan tiga bangunan utama berada di tengahnya. Dipenuhi dengan tanaman hijau seperti trem- besi, rambutan, duku, dan manggis, lahan itu terasa seperti sebuah oasis di tengah perumahan padat yang menyesakkan. “Maaf menunggu lama, saya agak sedikit u pagi ini,” kata pemilik rumah, Naning Adiwoso, ketika Media Indonesia bertamu beberapa waktu lalu. Sebagai seorang arsitek dan desainer interior, ketua Green Building Council Indonesia, serta pendiri Asosiasi Toilet Indonesia, kemampuan Naning untuk membuat konsep hunian yang menawan memang tak diragukan lagi. Rumah tinggal miliknya ini tak hanya memiliki konsep hijau, tapi juga memiliki estetika yang lain daripada yang lain. Membangun rumah dan menggarap halaman yang luas tak serta-merta ia lakukan dalam sekejap. Naning mengaku telah memulainya sejak tahun 1980-an. “Dulu ini tanah kosong. Perumahan juga belum ada. Bangunan utama saya buat dengan bambu- bambu dengan konsep dinding terbuka,” katanya sambil menunjukkan foto-foto lama yang tersim- pan rapi dalam sebuah album. Sejak ada perumahan, kini semua pohon yang ditanamnya 30 tahun lalu telah tumbuh besar dan menjulang tinggi. Selain rumah tinggal yang terdapat di tengah lahan, ada juga bangunan yang diperuntukkan kantor, kamar tamu, rumah pegawai, dan gudang. Maksimalkan cahaya Konsep hunian hijau, menurut Naning, sebe- tulnya sederhana saja. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bagaimana memaksimalkan pencahayaan dari sinar matahari di dalam rumah. Untuk itu, penggunaan kaca lebar sebagai peng- ganti dinding bata bisa jadi pilihan. Seperti pada ruang tamu yang didesainnya, pintu kaca memenuhi dinding di sebelah depan, kanan, dan kiri. Daripada ditempel kaca begitu saja, Naning memilih untuk membuatnya sebagai pintu sehingga bisa dibuka tutup agar sirkulasi udara makin baik. Supaya cahaya bisa menembus lebih ke dalam, desain ruangan sebaiknya dibiarkan terbuka. Di antara ruang satu dan ruang lain, tak mengenal konsep sekat, terbuka saja tanpa dinding dan pintu. Jika memang perlu pemisahan, Naning meng- anjurkan untuk membuat sliding door saja untuk menghemat ruang. “Jangan lupa, semua lampu juga harus menggunakan lampu hemat energi,” katanya. Posisi rumah, lanjutnya, juga menentukan intensitas cahaya yang masuk. Maka, Naning memutuskan untuk membuat rumahnya meng- hadap utara atau selatan, sehingga bagian kanan dan kiri bangunan bisa menghadap timur dan barat. “Karena matahari bergerak dari timur ke barat, rumah kita bisa mendapat cahaya matahari sepanjang hari.” Untuk menghalau panas, penanaman pohon di sekitar rumah jadi kunci. Selain rumput dan tanaman hias, pohon-pohon besar juga punya peran penting menjaga suhu. Tapi, ia mengingat- kan ranting-ranting pendek hendaknya dipangkas sehingga pohon hanya lebat di atas saja. “Di-trim saja semuanya. Jadi, cahaya bisa masuk tapi panasnya tidak,” katanya. Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah membuat kolam ikan di sisi rumah, karena air cenderung dapat menyejukkan suhu sekitar. Air, udara, dan sampah Di luar rumah, pengolahan sampah, udara, dan air juga harus diperhatikan untuk mewu- judkan hunian yang hijau. Dengan konsep zero waste, pengolahan sampah harus konsisten dan berlanjutan. Plastik dipisah-pisah untuk dijual kembali, sedangkan sampah lain diolah menjadi kompos di belakang rumah. “Jadi di rumah saya itu tidak ada yang dibuang. Semuanya terpakai,” kata Naning. Untuk memaksimalkan lahan yang luas, Naning tak hanya menanam pohon besar, tapi tanaman hias yang berfungsi untuk menyaring udara kotor seperti sansevieria, eceng gondok, perdu, palem, pakis dan lainnya. Selain berguna untuk kebersihan udara, banyak tanaman di rumah Naning juga disewakan untuk acara-acara korporat sebagai penghias ruangan. Untuk hal yang satu ini, ia mempekerjakan dua pegawai khusus untuk merawat aneka tanaman hias itu. Terakhir, lubang biopori untuk peresapan air dibuat di sekitar kebun hijau. Untuk mencegah banjir saat hujan deras, Naning juga memiliki dua kolam resapan besar yang berfungsi sebagai bak penampungan. “Tapi sayangnya, sejak daerah ini dibangun jadi perumahan padat, air kolam resapan saya jadi ke- ring, tikus jadi banyak, dan udara tak lagi bersih. Di sekeliling, saya juga harus pasang tembok tinggi agar tak disusupi maling,” ujar Naning. (M-3) [email protected] Pokoknya rumah saya itu isinya bekas semua deh.” Naning Adiwoso Pemilik rumah

Upload: phungnhan

Post on 06-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Total Berkonsep Hijau - ftp.unpad.ac.id filekepala Buddha dan lukisan bergambar koi merah dan hitam. ... Berbagai hiasan rumah ini dikumpulkan Naning sejak 30 tahun ... penggunaan

HOME & LIVING| SABTU, 26 NOVEMBER 2011 | HALAMAN 13

PETUALANGAN SERU BERLATAR MITOS MESIRDalam latar belakang mitologi Mesir, kisah fiksi petualangan disajikan apik dengan kandungan nilai kekeluargaan.Jendela Buku, Hlm 16

FOTO-FOTO: MI/ANGGA YUNIAR

Tanaman hias sebagai penyejuk.

Pekarangan rumah dengan hamparan rumput dan pepohonan.

Kaca sebagai akses cahaya.

Interior bergaya eklektik.

Dari A sampai Z, rumah ini sah disebut hunian hijau yang sebenarnya.

Menggunakan Material Bekas

CHRISTINE FRANCISKA

Total Berkonsep Hijau

DEMI total mengadopsi hunian hijau, Naning Adiwoso pun tak tanggung-tanggung menggunakan material bekas. Berbagai kusen, pintu, tegel, lampu, dan aneka perabot rumah diperolehnya dari barang bekas. Kebanyakan ia dapat dari pedagang pinggir jalan yang menjual bongkaran dari Segitiga Senen dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). “Pokoknya rumah saya itu isinya bekas semua deh,” ujarnya.

Pintu putih bersekat horizontal yang terpasang pada gudang dan pintu ruang utama misalnya, diperoleh dari bongkaran RSCM. Di lain hal, pegangan tangga untuk menuju lantai dua diambil dari bongkaran Segitiga Senen. “Bagusnya, bangunan zaman dulu banyak menggunakan kayu jati jadi kuat dan tahan lama,” lanjut Naning.

Tentang gaya interior Naning mengisti-lahkan rumahnya sebagai rumah bergaya eklektik yang memadukan unsur etnik, modern, dan klasik. Alhasil, elemen tra-disional lokal, Asia, hingga Eropa tersebar di tiap sudut ruang.

Satu sisi terkesan kental bernuansa Asia Timur dengan patung kepala Buddha dan lukisan bergambar koi merah dan hitam. Di sisi lain terlihat bergaya sangat Eropa dengan jam klasik dan patung-patung zaman renaisans. Lainnya, ada juga patung pengantin Jawa, tombak, patung Asmat, hingga lumbung padi sebagai unsur lokal.

“Kalau memilih klasik saja atau modern saja, saya bisa cepat bosan. Jadinya dicampur saja,” katanya.

Berbagai hiasan rumah ini dikumpulkan Naning sejak 30 tahun lalu dari tiap daerah yang ia kunjungi. Walau tak menyebut secara spesifi k, ia sangat menyukai koleksi fi gurine ayam yang terletak pada satu meja di ruang tamu. Pun, ada juga koleksi perkakas perak yang ia simpan dalam sebuah lemari kaca. “Kalau sekarang sudah jarang beli-beli. Nanti mau disimpan di mana? Rumahnya sudah penuh begini,” katanya. (CE/M-3)

TIDAK susah mencari lokasi hunian yang dinamai Griya Adi ini. Tak jauh dari pintu keluar tol Bintaro, Anda akan menemu-kan kompleks perumahan Villa Mutiara.

Sekitar 200 meter dari sana, terlihat sebuah ger-bang kayu di sebelah kiri jalan.

Jika dilihat dari jalan besar, gerbang ini me-mang terlihat agak tersembunyi. Jika dibanding-kan dengan rumah yang ada di kanan dan kiri, ukurannya juga terlihat lebih kecil.

Namun, penampilannya luar bisa mengecoh. Ketika masuk ke dalam, tamu yang datang akan menemukan sebuah lorong dengan tanaman rambat pada kedua sisinya. Beberapa meter dari situ, lahan dengan luas lebih dari 1 hektare mem-bentang dengan tiga bangunan utama berada di tengahnya.

Dipenuhi dengan tanaman hijau seperti trem-besi, rambutan, duku, dan manggis, lahan itu terasa seperti sebuah oasis di tengah perumahan padat yang menyesakkan. “Maaf menunggu lama, saya agak sedikit fl u pagi ini,” kata pemilik rumah, Naning Adiwoso, ketika Media Indonesia bertamu beberapa waktu lalu.

Sebagai seorang arsitek dan desainer interior, ketua Green Building Council Indonesia, serta pendiri Asosiasi Toilet Indonesia, kemampuan Naning untuk membuat konsep hunian yang menawan memang tak diragukan lagi.

Rumah tinggal miliknya ini tak hanya memiliki konsep hijau, tapi juga memiliki estetika yang lain daripada yang lain. Membangun rumah dan menggarap halaman yang luas tak serta-merta ia lakukan dalam sekejap. Naning mengaku telah memulainya sejak tahun 1980-an.

“Dulu ini tanah kosong. Perumahan juga belum ada. Bangunan utama saya buat dengan bambu-bambu dengan konsep dinding terbuka,” katanya sambil menunjukkan foto-foto lama yang tersim-pan rapi dalam sebuah album.

Sejak ada perumahan, kini semua pohon yang ditanamnya 30 tahun lalu telah tumbuh besar dan menjulang tinggi. Selain rumah tinggal yang terdapat di tengah lahan, ada juga bangunan yang diperuntukkan kantor, kamar tamu, rumah pegawai, dan gudang.

Maksimalkan cahayaKonsep hunian hijau, menurut Naning, sebe-

tulnya sederhana saja. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bagaimana memaksimalkan pencahayaan dari sinar matahari di dalam rumah. Untuk itu, penggunaan kaca lebar sebagai peng-ganti dinding bata bisa jadi pilihan.

Seperti pada ruang tamu yang didesainnya, pintu kaca memenuhi dinding di sebelah depan, kanan, dan kiri. Daripada ditempel kaca begitu saja, Naning memilih untuk membuatnya sebagai pintu sehingga bisa dibuka tutup agar sirkulasi udara makin baik.

Supaya cahaya bisa menembus lebih ke dalam, desain ruangan sebaiknya dibiarkan terbuka. Di antara ruang satu dan ruang lain, tak mengenal konsep sekat, terbuka saja tanpa dinding dan pintu.

Jika memang perlu pemisahan, Naning meng-anjurkan untuk membuat sliding door saja untuk menghemat ruang. “Jangan lupa, semua lampu juga harus menggunakan lampu hemat energi,” katanya.

Posisi rumah, lanjutnya, juga menentukan intensitas cahaya yang masuk. Maka, Naning memutuskan untuk membuat rumahnya meng-hadap utara atau selatan, sehingga bagian kanan dan kiri bangunan bisa menghadap timur dan barat. “Karena matahari bergerak dari timur ke barat, rumah kita bisa mendapat cahaya matahari sepanjang hari.”

Untuk menghalau panas, penanaman pohon

di sekitar rumah jadi kunci. Selain rumput dan tanam an hias, pohon-pohon besar juga punya peran penting menjaga suhu. Tapi, ia mengingat-kan ranting-ranting pendek hendaknya dipangkas sehingga pohon hanya lebat di atas saja. “Di-trim saja semuanya. Jadi, cahaya bisa masuk tapi panasnya tidak,” katanya. Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah membuat kolam ikan di sisi rumah, karena air cenderung dapat menyejukkan suhu sekitar.

Air, udara, dan sampahDi luar rumah, pengolahan sampah, udara,

dan air juga harus diperhatikan untuk mewu-judkan hunian yang hijau. Dengan konsep zero waste, pengolahan sampah harus konsisten dan berlanjutan. Plastik dipisah-pisah untuk dijual kembali, sedangkan sampah lain diolah menjadi kompos di belakang rumah. “Jadi di rumah saya itu tidak ada yang dibuang. Semuanya terpakai,” kata Naning.

Untuk memaksimalkan lahan yang luas, Naning

tak hanya menanam pohon besar, tapi tanaman hias yang berfungsi untuk menyaring udara kotor seperti sansevieria, eceng gondok, perdu, palem, pakis dan lainnya.

Selain berguna untuk kebersihan udara, banyak tanaman di rumah Naning juga disewakan untuk acara-acara korporat sebagai penghias ruangan. Untuk hal yang satu ini, ia mempekerjakan dua pegawai khusus untuk merawat aneka tanaman hias itu.

Terakhir, lubang biopori untuk peresapan air dibuat di sekitar kebun hijau. Untuk mencegah banjir saat hujan deras, Naning juga memiliki dua kolam resapan besar yang berfungsi sebagai bak penampungan.

“Tapi sayangnya, sejak daerah ini dibangun jadi perumahan padat, air kolam resapan saya jadi ke-ring, tikus jadi banyak, dan udara tak lagi bersih. Di sekeliling, saya juga harus pasang tembok tinggi agar tak disusupi maling,” ujar Naning. (M-3)

[email protected]

Pokoknya rumah saya

itu isinya bekas semua deh.”

Naning Adiwoso Pemilik rumah