torserialfgd padang

9
KERANGKA ACUAN KERJA FOCUS GROUP DISCUSSION “SINERGITAS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN MELALUI PERBAIKAN REGULASI” KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS-BAPPEDA PROV SUMBAR-FH UNAND PADANG, JUNI 2011 A. LATAR BELAKANG Perencanaan dan penganggaran pembangunan dalam manajemen pemerintahan bagaikan dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus berjalan selaras dan seiring sejalan. Perencanaan tanpa anggaran, hanyalah sebatas mimpi yang sulit diwujudkan. Sedangkan penganggaran tanpa perencanaan menyebabkan inefesiensi dan ketidakjelasan tujuan belanja negara. Sinergitas perencanaan dan penganggaran (money follow function) merupakan kebutuhan yang tidak terelakan. Pengalaman pasca reformasi selama satu dasawarsa ini telah menunjukan banyak bukti perencanaan pembangunan yang tidak sejalan dengan penganggaran telah menyebabkan tidak fokusnya pembiayaan pembangunan dan pemborosan belanja negara. Target dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan secara sistematis, terarah, dan berpihak pada kepentingan masyarakat dalam dokumen perencanan sulit dicapai. Penganggaran dan belanja negara ditujukan pada berbagai kegiatan yang muncul tanpa basis perencanaan yang kuat dan tidak berorientasi pada dampak manfaat yang dihasilkan (outcomes). Penganggaran disusun dan belanja negara dilakukan untuk keperluan sesaat dan tertentu tanpa visi ke depan yang jelas dan terukur. Ketidaksinergian perencanaan dan penganggaran disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah regulasi di bidang perencanaan dan penganggaran yang belum mendukung prinsip money follow function. 1

Upload: nia-kurniati

Post on 22-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TOR

TRANSCRIPT

Page 1: Torserialfgd Padang

KERANGKA ACUAN KERJA

FOCUS GROUP DISCUSSION

“SINERGITAS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN MELALUI PERBAIKAN REGULASI”

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS-BAPPEDA PROV SUMBAR-FH UNAND

PADANG, JUNI 2011

A. LATAR BELAKANG

Perencanaan dan penganggaran pembangunan dalam manajemen pemerintahan bagaikan

dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus berjalan selaras dan

seiring sejalan. Perencanaan tanpa anggaran, hanyalah sebatas mimpi yang sulit

diwujudkan. Sedangkan penganggaran tanpa perencanaan menyebabkan inefesiensi dan

ketidakjelasan tujuan belanja negara.

Sinergitas perencanaan dan penganggaran (money follow function) merupakan kebutuhan

yang tidak terelakan. Pengalaman pasca reformasi selama satu dasawarsa ini telah

menunjukan banyak bukti perencanaan pembangunan yang tidak sejalan dengan

penganggaran telah menyebabkan tidak fokusnya pembiayaan pembangunan dan

pemborosan belanja negara. Target dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan

secara sistematis, terarah, dan berpihak pada kepentingan masyarakat dalam dokumen

perencanan sulit dicapai. Penganggaran dan belanja negara ditujukan pada berbagai

kegiatan yang muncul tanpa basis perencanaan yang kuat dan tidak berorientasi pada

dampak manfaat yang dihasilkan (outcomes). Penganggaran disusun dan belanja negara

dilakukan untuk keperluan sesaat dan tertentu tanpa visi ke depan yang jelas dan terukur.

Ketidaksinergian perencanaan dan penganggaran disebabkan oleh berbagai hal, salah

satunya adalah regulasi di bidang perencanaan dan penganggaran yang belum mendukung

prinsip money follow function. Beberapa permasalahan regulasi terkait dengan sinergitas

perencanaan dan penganggaran adalah sebagai berikut:

1

Page 2: Torserialfgd Padang

1. Regulation Hierarchy Challenge

Terkait dengan hirarki peraturan perundang-undangan, terdapat dua hal yang perlu

dikaji dan dicermati sebagai hal yang mempengaruhi sinergitas perencanaan dan

penganggaran. Hal tersebut adalah:

a. Reformasi telah memberi dampak perubahan pada konsep ketatanegaraan dan

hukum tata negara. Berkurangnya peran Majelis Permusyawaratan Rakyat diikuti

dengan berkurangnya kekuatan mengikat secara luas produk regulasi yang

dihasilkannya (TAP MPR). TAP MPR telah dihapus dari tata urutan peraturan

perundang-undangan dan tidak lagi dianggap sebagai sumber hukum. Tidak ada lagi

TAP MPR yang mengatur dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) sebagai rujukan arah pembangunan jangka panjang yang dipatuhi dan

dijaga konsistensinya sebagai bagian dari komitmen bernegara. Hal ini

menyebabkan peraturan perundang-undangan yang ada di bidang perencanaan dan

penganggaran (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara serta peraturan dibawahnya dari kedua Undang-Undang

tersebut dan Undang-Undang lainnya yang terkait) kehilangan induk perekat.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP) yang diharapkan dapat menggantikan Peran GBHN, dapat

dikalahkan dengan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) yang selalu berubah setiap tahunnya.

b. Euforia politik yang berlebih berdampak pada berkurangnya nilai ”sakralitas”

Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Konsitusi yang telah dibangun dengan hati-hati

oleh para pendiri negara, dengan ”mudah” diubah dan menjadi kelinci percobaan

dalam laboratorium politik yang penuh euforia. Dalam rencana awal perubahan

kelima Undang-Undang Dasar 1945 yang saat ini tengah digagas, peran

penganggaran DPR semakin diperkuat. Pemerintah hanya sebatas mengusulkan

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang penetapannya dilakukan

oleh DPR dan DPD. Hal ini tentu berdampak besar pada sinergitas perencanaan

dan penganggaran. Proses politik semakin kuat mempengaruhi penganggaran dan

menafikan proses perencanaan yang telah disusun secara teknokratik dan

partisipatif.

2

Page 3: Torserialfgd Padang

2. Regulation disharmonize

Dampak dari hilangnya TAP MPR yang menetapkan GBHN dalam tata urutan peraturan

perundang-undangan, menyebabkan perencanaan dan penganggaran diatur dalam

undang-undang tersendiri yang masing-masing terpisah dan saling mengalahkan.

Undang-Undang Keuangan Negara (UUKN) disusun tanpa memperhatikan Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-Undang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (UUSPPN) disusun tanpa kekuatan penganggaran. Undang-

Undang RPJP dikalahkan dengan Undang-Undang APBN yang muncul kemudian setiap

tahunnya (lex posterior derogat lege priori).

3. Regulation compliance & consistency

Kepatuhan terhadap regulasi juga menjadi masalah tersendiri. UUSPPN telah

menyatakan dengan jelas bahwa Rencana Kerja Pemerintah (RKP) menjadi pedoman

penyusunan RAPBN dan RKP Daerah menjadi pedoman penyusunan RAPBD. Namun

hal tersebut tidak berjalan dengan mulus dan kurang dipatuhi. Bappenas mencatat pada

periode awal lahirnya, hanya 30% penganggaran dalam APBN yang mendukung

pencapaian RKP.

Disamping itu, konsistensi antara RKP dengan Rencana Kerja (Renja)

Kementerian/Lembaga, RKP Daerah, dan Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja

Perangkat Daerah menambah kompleksitas permasalahan. Sejauh apa RKP diikuti oleh

Renja yang nantinya akan diteruskan menjadi Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

merupakan hal yang harus dikaji dan dicari solusinya.

Meski saat ini, upaya perbaikan compliance dan consistency dilakukan melalui

mekanisme pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) antara Bappenas, Kementerian

Keuangan, dan Kementerian/Lembaga terkait, namun hal tersebut belum menuntaskan

persoalan yang ada. Terutama di tingkat Provinsi dan Kabupaten yang belum tentu

memiliki mekanisme serupa dengan pertemuan tiga pihak.

4. Regulation Enforcement

Ciri peraturan yang efektif, selain mengandung tujuan dan rumusan norma yang jelas,

juga memuat sanksi dan ditegakkan oleh badan resmi. UUSPPN yang mengatur sistem

dan prosedur penyusunan perencanaan pembangunan tidak mengandung sanksi

maupun badan resmi yang menegakkan sanksi. Sehingga kepatuhan dan konsistensi

3

Page 4: Torserialfgd Padang

sebagaimana dijelaskan di atas tidak dapat ditegakkan. Penganggaran sesunggguhnya

dapat menjadi alat penegakan regulasi. Ketidakpatuhan terhadap sistem dan prosedur

perencanaan pembangunan akan berdampak pada pengalokasian anggaran.

5. Rules Sactioning Instititution

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa badan resmi yang mengawal

pelaksanaan sebuah regulasi merupakan unsur penting dalam mencapai efektifitas

pelaksanaan regulasi. Terkait dengan sinergitas perencanaan pembangunan dan

penganggaran, dalam hal ini terjadi kekosongan kelembagaan dan kewenangan badan

yang tidak hanya memastikan perencanaan pembangunan dituangkan dalam dokumen

anggaran, namun juga melaksanakan pengawasan untuk memastikan perencanaan

pembangunan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Kalaupun ada pengawasan, hal

tersebut dilakukan secara parsial dan tidak diikuti dengan tindakan korektif guna

meluruskan program dan kegiatan kembali pada pencapaian tujuan nasional.

Sehubungan dengan hal tersebut maka, Biro Hukum Kementerian PPN/Bappenas

memandang perlu melakukan Focus Group Discussion (FGD) terkait dengan “Sinergitas

Perencanaan dan Penganggaran melalui Perbaikan Regulasi” guna mendapatkan masukan

dari berbagi pihak terkait.

B. TUJUAN

Tujuan kegiatan FGD ini adalah untuk:

1. Mendapatkan masukan terkait dengan permasalahan regulasi di bidang perencanaan

pembangunan dan penganggaran;

2. Mendapatkan masukan dan solusi atas permasalahan sebagaimana tersebut di atas;

dan

3. Menyusun rekomendasi kebijakan terkaitan dengan upaya perbaikan regulasi di bidang

perencanaan pembangunan yang akan disampaikan kepada pimpinan.

C. KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari FGD ini adalah:

a. Pandangan narasumber dan peserta terkait dengan permasalahan regulasi di bidang

perencanaan pembangunan dan penganggaran; dan

b. Rekomendasi Kebijakan yang merupakan saran solutif atas permasalahan perencanaan

pembangunan dan penganggaran.

4

Page 5: Torserialfgd Padang

D. PELAKSANAAN

1. Waktu dan Tempat

FGD ini akan dilaksanakan pada

Hari : Senin

Tanggal : 6 Juni 2011

Pukul : 08.30-17.00 WIB

Tempat : Hotel Basko Kota Padang

2. Narasumber

Narasumber kegiatan FGD ini adalah:

1. Narasumber I : Dr. Ir. Dida H Salya, MA (Staf Ahli Menteri PPN/Kepala Bappenas

Bidang Hubungan Kelembagaan)

Narasumber I diharapkan dapat memberikan paparan dengan topik ”Arti Penting

Sinergitas Perencanaan dan Penganggaran”. Dalam paparannya diharapkan

Narasumber I dapat membahas beberapa isu sebagai berikut:

Mengapa sinergitas perencanaan dan penganggaran merupakan hal yang

penting dalam mencapai tujuan bernegara sebagaimana yang diamanatkan

dalam UUD 45

Permasalahan apa yang muncul jika tidak ada kesinergian antara perencanaan

dan penganggaran dan apa contoh faktualnya yang sekarang telah/tengah

terjadi

Bagaimana pengalaman negara lain dalam menjaga sinergitas perencanaan dan

penganggaran

Hal-hal lain yang menurut Narasumber I perlu diuraikan terkait dengan topik di

atas.

2. Emmy Suparmiatun, SH, MPM (Kepala Biro Hukum Kementerian PPN/Bappenas)

Narasumber II diharapkan dapat memberikan paparan dengan topik ”Permasalahan

Sinergitas Perencanaan dan Penganggaran. Dalam paparannya diharapkan

Narasumber II dapat membahas beberapa isu sebagai berikut:

Kondisi perencanaan dan penganggaran saat ini

Apa yang saat ini menjadi permasalahan dalam perencanaan dan

penganggaran, termasuk permasalahan regulasi

5

Page 6: Torserialfgd Padang

Hal-hal lain yang menurut Narasumber II perlu diuraikan terkait dengan topik di

atas

3. Kepala Bappeda Prov. Sumatera Barat

Narasumber III diharapkan dapat memberikan paparan dengan topik ”Perencanaan

dan Penganggaran di Dearah dan segala permasalahannya”. Dalam paparannya

diharapkan Narasumber III dapat membahas beberapa isu sebagai berikut:

Berbagai ketentuan peraturan di daerah terkait dengan perencanaan dan

pengangaran

Kondisi faktual proses perencanaan dan penganggaran di daerah dan segala

permasalahannya, termasuk permasalahan regulasi

Hal-hal lain yang menurut Narasumber III perlu diuraikan terkait dengan topik di

atas

4. Prof. Dr. Sadli Isra SH, MPA (Akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Andalas)

Narasumber IV diharapkan dapat memberikan paparan dengan topik ”Analisa

Yuridis Terhadap Regulasi di Bidang Perencanaan dan Penganggaran serta

Saran Perbaikannya”. Dalam paparannya diharapkan Narasumber IV dapat

membahas beberapa isu sebagai berikut:

Analisa Krtitis terhadap berbagai regulasi di bidang perencanaan dan

penganggaran

Saran dan rekomendasi dalam rangka perbaikan regulasi untuk mewujudkan

sinergitas perencanaan dan penganggaran

Hal-hal lain yang menurut Narasumber III perlu diuraikan terkait dengan topik di

atas

Bertindak selaku moderator FGD ini adalah Kepala Bagian Pengembangan Hukum dan

Informasi Hukum Kementerian PPN/Bappenas

3. Peserta

Diskusi ini diikuti oleh:

a. Staf Kementerian PPN/Bappenas

b. Akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Andalas

c. Pejabat/Staf Bappeda Provinsi Sumatera Barat

d. Undangan lainnya

6

Page 7: Torserialfgd Padang

4. Susunan AcaraWAKTU ACARA PIC

08.30 – 09.00 REGISTRASI Biro Hukum Bappenas

09.00 – 09.15 Keynote Speech dan Pembukaan oleh Staf Ahli Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Hubungan Kelembagaan

- Dr. Ir. Dida H Salya, MA

09.15 – 11.00 PAPARAN NARASUMBER- Narasumber I : Emmy

Suparmiatun, SH, MPM- Narasumber II : Kepala

Bappeda Prov Sumatera Barat- Narasumber III : Prof. Sadli Isra

- Moderator - Para narasumber

11.00 – 12.00 Diskusi dan Tanya Jawab - Moderator 12.00 – 13.00 Makan Siang Venue13.00 – 15.30 Perumusan Hasil Diskusi &

RekomendasiTim Biro Hukum

15.30 – 16.00 Coffee Break & Sholat Ashar 16.00 – 17.00 Lanjutan Perumusan Hasil Diskusi

& RekomendasiTim Biro Hukum

5. Referensi Peraturan

Sebagai bahan pertimbangan, beberapa peraturan yang dapat dikaji dan analisa adalah sebagai

berikut:

Di Bidang Penganggaran Di Bidang Perencanaan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pengendalian

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun

2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja

dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

2006 tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Pembangunan Nasional

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun

2002 tentang Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun

2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah

7

Page 8: Torserialfgd Padang

Di Bidang Penganggaran Di Bidang Perencanaan

sebagaimana telah beberapa kali diubah,

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor

2 Tahun 2010

E. PEMBIAYAAN

Kegiatan ini dibiayai dari DIPA Kementerian PPN/Bappenas Tahun Anggaran 2011.

F. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan.

Kepala Biro Hukum,

Emmy Suparmiatun, SH, MPM

8