bahan presentasi padang

Upload: vanny-resi

Post on 14-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahan Presentasi Padang

TRANSCRIPT

  • Disampaikan oleh:

    Hasan Bisri

    Anggota BPK RI

    Pada Acara Sosialisasi Tugas dan Wewenang

    Badan Pemeriksa Keuangan

    Padang, 7 November 2008

    Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

    1

  • PENDAHULUAN

    Reformasi diberbagai aspek kehidupan, telah membangkitkan kesadaran ttg pengelolaan keuangan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    Kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan (stakeholder) terhadap pengelolaan keuangan negara yang lebih baik.

    Reformasi keuangan negara antara lain ditandai dengan terbitnya 3 paket UU di bidang Keu. Negara, yaitu UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara dan UU Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, telah memberikan landasan yg kokoh dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.

    UU Keuangan Negara telah mempertegas definisi keuangan negara, sehingga dpt menghindari perbedaan pendapat tentang lingkup keuangan negara.

    Good governance khususnya di bidang keuangan negara/daerah adalah pilar utama menuju Clean Government.

    Akuntabiitas, transparansi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah merupakan inti Good Governance dan Clean Government.

    2

  • DEFINISI KEUANGAN NEGARA

    Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

    Unsur-unsur keuangan negara : a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan

    mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan

    umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

    c. Penerimaan negara;d. Pengeluaran negara;

    3

  • DEFINISI KEUANGAN NEGARA (LANJUTAN)

    e. Penerimaan daerah;f. Pengeluaran daerah;g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri

    atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;

    h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

    i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah.

    4

  • Pengelolaan Keuangan Negara

    Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.

    Presiden menguasakan kpd Menkeu selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.

    Presiden menguasakan kpd menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang pada kementerian/lembaga yang dipimpinnya.

    5

  • Pengelolaan Keuangan Negara (lanjutan)

    Presiden menyerahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

    Kewenangan Presiden dalam bidang keuangan negara, tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang yang diatur dengan undang-undang.

    Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara, antara lain untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    6

  • KAIDAH PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA/DAERAH

    Keuangan Negara dikelola secara tertib, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

    Akuntabilitas berorientasi pada hasil (kinerja) artinya pengelolaan keuangan negara/ daerah selain hrs mengikuti ketentuan, juga harus menghasilkan output dan outcome yang efektif sesuai dgn tujuan yg telah ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan indikator pengukuran kinerja yg jelas pada setiap entitas pengguna anggaran atau pada setiap program/kegiatan.

    Profsesionalitas artinya keuangan negara/daerah harus dikelola olehSDM yg berkompeten dan profesional, disertai pedoman yang jelas sesuai dgn azas-azas tata kelola yang baik.

    7

  • KAIDAH PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA/DAERAH(lanjutan)

    Proporsionalitas artinya alokasi keuangan negara/daerah pada setiap sektor/ bidang pemerintahan dilakukan secara proporsional sesuai dgn tugas, fungsi dan tanggung jawabnya.

    Transparan menghendaki agar alokasi anggaran setiap satuan kerja/sektor/ bidang pemerintahan dilakukan secara transparan, standar penerimaan/tarif pungutan dan standar pengeluaran harus diketahui oleh publik. Transparansi juga menghendaki agar semua penerimaan/pengeluaran negara tercakup dalam APBN/APBD, yang disetujui olehDPR/DPDRD.

    Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Badan/lembaga yang berada di bwh kendali pemerintah tdk akan dapat melakukan audit secara independen. Badan pemeriksa yang bebas dan mandiri sesuai UUD 1945 adalah BPK.

    8

  • PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

    Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD harus disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dan disetujui untuk ditetapkan dengan peraturan daerah.

    Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

    LRA berisi target dan realisasi penerimaan, belanja dan pembiayaan dalam satu periode tertentu (biasanya satu tahun anggaran).

    Neraca memuat posisi aset, kewajiban (hutang) dan kekayaan bersih Pemda pada tanggal tertentu (biasanya akhir tahun).

    Laporan Arus Kas berisi aliran kas masuk dan keluar selama satu tahun anggaran.

    LKPD sebelum disampaikan kepada DPRD, harus terlebih dahulu diperiksa oleh BPK.

    9

  • PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH(lanjutan)

    Laporan pemeriksaan BPK atas LKPD disampaikan kepada Gubernur, Bupati/Walikota dan DPRD.

    Laporan pemeriksaan BPK atas LKPD merupakan salah satu bahan bagi DPRD dalam membahas Rancangan Perda atas Pengesahan Pertanggungjawaban APBD.

    Dalam membahas laporan pertanggungjawaban atas APBD, DPRD dapat meminta penjelasan kepada BPK.

    Dalam membahas laporan pertanggungjawaban APBD, DPRD memperhatikan hasil pemeriksaan BPK, serta hasil-hasil pengawasan lainnya, termasuk hasil pengawasan yang dilakukan sendiri oleh DPRD.

    Sebagai pemegang hak buget, DPRD dapat menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban keuangan daerah dari gubernur/bupati/walikota.

    10

  • TENTANG BPK

    SEJARAH BPK

    Lahir tanggal 1 Januari 1947 di Magelang, era perjuangan kemerdekaan.

    Era Orde Lama pemerintahan tidak stabil, Ketua BPK menjadi bagian dari Kabinet; Anggota BPK adalah wakil partai politik.

    Era Orde Baru UU No.5/1973 tentang BPK; secara formal independen, tetapi praktiknya menjadi subordinat Pemerintah.

    Era Reformasi Amandemen UUD 1945, peranan BPK lebih dipertegas, lahir 3 paket UU bidang keuangan negara yang menuntut transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, UU Nomor 5/1973 ttg BPK diganti menjadi UU 15/2006.

    11

  • TENTANG BPK (lanjutan)

    Landasan KonstitusionalUUD 1945 sebelum amandemen Pasal 23 ayat 5 UUD 1945 (sebelum amandemen): untuk memeriksa

    tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil Pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat

    Penjelasan : Cara pemerintah mempergunakan uang belanja yg sudahdisetujui oleh DPR, harus sepadan dgn keputusan tsb. Untuk memeriksa tanggung jawab pemerintah itu perlu ada suatu badan yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah. Suatu badan yg tunduk kpd pemerintah tidak dpt melakukan kewajiban yg seberat itu. Sebaliknya badan itu bukanlah pula badan yg berdiri di atas pemerintah. Sebab itu kekuasaan dan kewajiban badan itu ditetapkan dgn undang-undang.

    12

  • TENTANG BPK (lanjutan)

    Landasan KonstitusionalUUD 1945 setelah amandemenBab VIIIAPasal 23E (1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara

    diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD

    sesuai dengan kewenangannya.(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau

    badan sesuai dengan undang-undangPasal 23F(1) Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan

    diresmikan oleh Presiden.(2) Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota.Pasal 23G(1) BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap propinsi(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai BPK di atur dengan undang-undang

    13

  • TENTANG BPK (lanjutan)

    Kedudukan BPK sebelum amandemen UUD 1945Lembaga tinggi dan tertinggi negara

    UUD 45

    MPR

    DPR BPK PRESIDEN DPA MA

    14

  • TENTANG BPK (lanjutan)

    Kedudukan BPK setelah amandemen UUD 1945Lembaga Negara / Penyelenggara Negara

    UUD 45

    DPDMPR DPR PRESIDEN KYBPK MK MA

    15

  • TENTANG BPK (lanjutan)

    Landasan OperasionalUU Nomor 15 tahun 2006 tentang BPKBPK terdiri dari 9 orang yaitu satu orang ketua merangkap

    anggota, satu orang wakil ketua merangkap anggota dan tujuh orang anggota.

    Ketua dan wakil ketua BPK dipilih dari dan oleh anggota

    Untuk melaksanakan tugasnya BPK dibantu oleh Pelaksana BPK yang terdiri dari : Sekretariat Jenderal, Unit Pelaksana Tugas Pemeriksaan, Unsur Penunjang, Perwakilan BPK, dan pejabat lain sesuai dengan kebutuhan.

    16

  • TENTANG BPK (lanjutan)Struktur Organisasi BPK

    (SK Ketua BPK RI No 34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni 2007)

    BADAN PEMERIKSA KEUANGAN(Ketua, Wakil Ketua dan 7 Anggota)

    STAF AHLI(5 orang)

    ITAMA SEKJENDITAMA

    REVBANG

    DITAMABINBANGKUM

    AUDITORATUTAMA KN I

    AUDITORATUTAMA KN II

    AUDITORATUTAMA KN III

    AUDITORATUTAMA KN IV

    AUDITORATUTAMA KN V

    AUDITORATUTAMA KN VI

    AUDITORATUTAMA KN VII

    PERWAKILAN BPKWIL. BARAT

    PERWAKILAN BPKWIL. TIMUR

    17

  • WEWENANG BPK

    Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyajikan laporan pemeriksaan;

    Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, BLU, BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;

    Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara;

    Menetapkan kode etik pemeriksaan18

  • WEWENANG BPK (LANJUTAN)

    BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara.

    Memberikan keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai keuangan negara/daerah

    19

  • BAGAN PROSES PELAKSANAAN TUGAS PEMERIKSAAN BPK RI

    PelaksanaanPemeriksaan

    PROGRAM

    UU No.5/1973UU No.17/2003UU No.1/2004

    UU No.15/2004

    Rencana StrategisBPK RI

    RKT &RKP,

    HASILRIK

    PengolahanHASIL RIK/

    RPTL

    HAPSEM/PARSIAL

    DPRDPD

    DPRD

    Pemerintah/Instansi yang

    diperiksa

    Ps.23E, 23F, 23GUUD 1945

    Visi dan MisiBPK RI

    TERWUJUDNYA PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

    YANG BAIK DAN BENAR(GOOD GOVERNANCE)

    20

  • PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

    Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (PPTKN) merupakan tugas, wewenang dan tanggung jawab BPK.

    PPTKN meliputi seluruh unsur keuangan negara, sebagaimana dimaksud dalam UU Keuangan Negara.

    Jenis pemeriksaan meliputi (1) pemeriksaan keuangan; (2) pemeriksaan kinerja; dan (3) pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

    Pemeriksaan keuangan ditujukan untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan.

    Pemeriksaan kinerja ditujukan untuk menilai aspek ekonomi dan efisiensi serta efektivitas dalam pengelolaan keuangan negara.

    21

  • PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (lanjutan)

    Dalam merencanakan pemeriksaan, BPK memperhatikan permintaan, saran dan pendapat lembaga perwakilan. Permintaan, saran dan pendapat tersebut dapat dibahas lebih dahulu oleh BPK dan lembaga perwakilan.

    Dalam merencanakan tugas pemeriksaan BPK dapat memperhatikan informasi dari pemerintah, bank sentral dan masyarakat.

    Dalam melaksanakan pemeriksaan BPK dapat memperhatikan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah (APIP). Oleh karena itu APIP wajib menyampaikan laporan hasil pemeriksaannya kepada BPK.

    Dalam melaksanakan pemeriksaan, BPK dapat menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK.

    22

  • PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (lanjutan)

    Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat : Meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang

    berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

    Mengakses semua data yang disimpan di berbagai media dan lokasi. Melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang dan dokumen. Meminta keterangan kepada seseorang Memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu

    pemeriksaan.

    Pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan investigative guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara dan/atau unsur pidana.

    Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang.

    23

  • PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

    PEMERIKSAAN KEUANGAN

    PEMERIKSAAN KINERJA

    PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN

    TERTENTU

    Aspek tertentu dari Suatu Kegiatan

    Asepek Ekonomi, Efisiensi dan

    Efektivitas dari Suatu kegiatan atau program.

    LAPORAN KEUANGAN

    24

  • LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP)

    LHP atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara disampaikan kepada DPR, DPD dan DPRD, untuk ditindaklanjuti.

    LHP juga disampaikan kepada pimpinan instansi yang diperiksa, Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

    LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan kepada DPR/DPD selambat-lambatnya 2 bulan setelah LKPP tersebut diterima dari pemerintah pusat.

    LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 2 bulan setelah LKPD tersebut diterima dari pemerintah daerah.

    25

  • LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP)

    LHP yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan (DPR, DPD dan DPRD), dinyatakan terbuka untuk umum, kecuali untuk informasi yang sesuai dengan ketentuan undang-undang harus dirahasiakan.

    BPK menyampaikan ikhtisar hasil pemeriksaan selama satu semester kepada DPR, DPD dan DPRD serta kepada Presiden dan Gubernur/Bupati/Wali Kota paling lambat 3 bln setelah berakhirnya semester ybs.

    Temuan pemeriksaan yang berindikasi Tindak Pidana akan disampaikan kepada aparat penegak hukum, untuk bahan penyidikan. Paling lambat 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya dugaan tindak pidana.

    26

  • Laporan Hasil Pemeriksaan

    Pemeriksaan Keuangan

    Pendapat Temuan Keseimpulan Rekomendasi

    Temuan Kesimpulan Reomendasi

    Pemeriksaan dgn

    Tujuan Tertentu

    Pemeriksaan Kinerja

    MEMUAT :TANGGAPAN INSTANSI YANG

    DIPERIKSA

    27

  • JENIS-JENIS PENDAPAT ATAS LAPORAN KEUANGAN

    Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau

    Wajar Tanpa Syarat (WTS) atau Unqualified Opinion

    WTP artinya Laporan Keuangan (LK) telah menyajikan secara wajar dlm semua hal yg material, posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum. Penjelasan laporan kauangan juga telah disajikan secara memadai, informatif dan tidak menimbulkan penafsiran yang menyesatkan.

    Wajar di sini dimaksudkan bahwa LK bebas dari keraguan dan ketidakjujuran serta lengkap informasinya. Pengertian wajar tdk hanya terbatas pada jumlah-jumlah dan pengungkapan yg tercantum dalam LK, namun meliputi pula ketepatan pengklasifikkasian aktiva dan kewajiban.

    Pendapat WTP diberikan oleh pemeriksa, apabila : (1) tidak ada pembatasan lingkup pemeriksaan sehingga pemeriksa dapat menerapkan semua prosedur pemeriksaan yang dipandang perlu untuk meyakini kewajaran LK; atau ada pembatasan lingkup pemeriksaan tetapi tidak material dan dapat diatasi dengan prosesur pemeriksaan alternatif; (2) tidak ada tekanan dari pihak lain kepada pemeriksa, (3) tidak ada penyimpangan terhadap standar akuntansi, atau ada penyimpangan dari standar akuntansi tetapi tidak material.

    28

  • JENIS-JENIS PENDAPAT ATAS LAPORAN KEUANGAN (lanjutan)

    Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau Qualified Opinion

    WDP artinya laporan keuangan telah menyajikan secara wajar dlm semua hal yg material, posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan atau sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

    Pendapat WDP diberikan oleh pemeriksa, apabila : (1) tidak ada pembatasan lingkup pemeriksaan; sehingga pemeriksa dapat menerapkan semua prosedur pemeriksaan yang dipandang perlu untuk meyakini kewajaran laporan keuangan; atau ada pembatasan lingkup pemeriksaan tetapi tidak material dan dapat diatasi dengan prosesur pemeriksaan alternatif; (2) tidak ada tekanan dari pihak lain kepada pemeriksa, (3) ada penyimpangan terhadap standar akuntansi, yang menurut pendapat pemeriksa dampaknya cukup material; atau ada ketidakkonsistenan dlm penerapan prinsip akuntansi.

    Pendapa WDP diberikan jika secara keseluruhan LK telah menyajikan informasi keuangan secara wajar, tetapi ada bbrp unsur yg dikecualikan, namun pengecualian tersebut tdk mempengaruhi kewajaran LK secara keseluruhan.

    29

  • JENIS-JENIS PENDAPAT ATAS LAPORAN KEUANGAN (lanjutan)

    Tidak Wajar (TW) atau Adverse Opinion

    Pendapat TW artinya LK tdk menyajikan secara wajar posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan atau sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum.

    Pendapat Tidak Wajar diberikan oleh pemeriksa, apabila tidak adapembatasan lingkup pemeriksaan, tidak ada tekanan kepada pemeriksa, tetapi ada penyimpangan terhadap standar akuntansi, yang sangat material atau LK tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum.

    30

  • JENIS-JENIS PENDAPAT ATAS LAPORAN KEUANGAN (lanjutan)

    Tidak Memberikan Pendapat atau Disclaimer Opinion

    Artinya pemeriksa tidak dapat memberikan pendapat atas LK, karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan atau ada tekanan kepada pemeriksa, sehingga pemeriksa tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang dipandang perlu, prosedur pemeriksaan alternatif juga tidak dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi pemeriksa.

    Pendapat disclaimer juga bisa diberikan apabila sistem pengendalian intern sangat lemah, sehingga pemeriksa tidak dapat memperoleh kayakinan yang memadai; atau apabila pemeriksa menghadapi keraguan tentang kelangsungan hidup entitas.

    31

  • PEMERIKSAAN KINERJA

    Pemeriksaan keuangan ternyata tdk cukup untuk memberikan informasi tentang kinerja suatu organisasi, karena audit LK hanya memberikan keyakinan mengenai kewajaran penyajian LK.

    Pemeriksaan kinerja akan menjawab pertanyaan : Apakah sumber daya yg ada dipergunakan secara hemat dan efisien. Sejauhmana manajemen telah memilih alternatif yang terbaik agar

    sumber daya digunakan secara hemat dan efisien. Apakah out put dan out come dapat dicapai, dengan sumber daya yg

    telah digunakan. Apakah organisasi dan kebijakan yg telah ditetapkan dpt berjalan secara

    efektif.Dalam pemeriksaan kinerja, auditor dan auditee hrs terlebih dahulu menyepakati Key Performance Indicator (KPI).

    32

  • Pemeriksaan Investigative

    Pemeriksaan investigative biasanya ditujukan untuk membuktikan ada atau tidak dugaan tindak pidana korupsi.

    Pemeriksaan investigative dapat dilakukan sebagai kelanjutan audit atas LK atau audit kinerja atau untuk menindaklanjuti pengaduan masyarakat.

    Dalam audit investigative, auditor akan menggali informasi dan data melalui berbagai teknik audit, seperti pengujian dokumen, interview mendalam, pengamatan, pengintaian, permintaan keterangan kpd berbagai pihak, pengujian laboratorium atau teknik-teknik forensic audit lainnya.

    Laporan audit investigative akan memberikan petunjuk awal yg lebih jelas dan lengkap kepada aparat penegak hukum dlm melakukan penyelidikan dan penyidikan.

    33

  • Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

    Pasal 20 UU No 15/2004 mengatur kewajiban entitas yang diaudit menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK selambat-lambatnya 60 hari

    Tindak lanjut merupakan suatu upaya continuous improvement atas kinerja instansi yang diperiksa.

    Bagi lembaga pemeriksan, tindak lanjut merupakan suatu evaluasi tentang kualitas hasil pemeriksaan.

    Pasal 14 ayat (1) UU No 15 tahun 2004, mengatur apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi penegak hukum.

    Pasal 26 ayat (2) UU No. 15 Tahun/2004 menyatakan bahwa setiap orang yg tidak memenuhi kewajiban utk menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK diancam dipidana paling lama 1 thn 6 bln dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000.

    34

  • Terima Kasih

    35