bahan presentasi pajak
DESCRIPTION
BAHAN PRESENTASI PAJAKTRANSCRIPT
BENDAHARA MAHIR
PAJAK
BelanjaJasa
mengidentifikasipengeluaran anggaran sesuai dengan Kode
Mata Belanja Anggaran Kegiatan/Proyek
Bela
nja
gaji/
Honor
ari
um
Belanja
barang
modal HIB
AH
PENJELASAN UMUM PAJAK TERKAIT DENGAN PENGELUARAN TERSEBUT
a. PPh Pasal 21b. PPh Pasal 22c. PPh Pasal 23
d. PPh Pasal 4 (2)e. PPN
f. Bea Meterai
IDENTIFIKASI
MENGHITUNG DAN MELAPORKAN
PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 21
Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21 adalah:
1. Pasal 21 Undang-undang PPh;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010;
5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009
PNS yang penghasilan berasal dari APBN/APBN
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau APBD ditanggung oleh Pemerintah atas beban APBN atau APBD
Syarat-syarat
PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN
JIKA TIDAK
BERARTI FINAL
PPH PASAL 21Berdasarkan PP No. 80 tahun 2010 JO KMK NOMOR
262/PMK.03/2010PASAL 3
HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN DENGAN NAMA APAPUN Yg diterima oleh Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/ POLRI yg sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah : a. 0% PNS gol. I dan II, anggota TNI dan anggota Polri
gol. Pangkat Tamtama dan Bintara dan Pensiunannya.
b. Tarif sebesar 5% (lima persen) PNS gol. III, anggota TNI dan anggota Polri gol. Pangkat Perwira Pertama dan Pensiunannya.
c. Tarif sebesar 15% (lima belas persen) PNS gol. IV, anggota TNI dan anggota Polri gol. Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi dan Pensiunannya.
(Dikenakan PPh Pasal 21 bersifat final)
Tidak termasuk biaya perjalanan dinas
PMK-45/PMK.05/2007 JO PMK07/PMK05/2008 Biaya
Perjalanan Dinas
Biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), terdiri :
a. uang harian, terdiri dari uang makan, uang saku, dan transport lokal;
b. biaya transport pegawai;
c. biaya penginapan;
d. uang representatif
e. sewa kendaraan dalam kota
TIDAK DIKENAKAN PPH
Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26 (Pasal 3)
Pegawai Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnyaBukan pegawai :
Tenaga ahliSeniman/pekerja seni, pembawa acaraOlahragawanPenasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderatorPengarang, peneliti, penerjemahPemberi jasa dalam segala bidangAgen iklanPengawas dan pengelola proyekPembawa pesanan/yang menemukan langganan/perantaraPetugas penjaja barang daganganPetugas dinas luar asuransiDistributor MLM, Direct Selling
Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26 (Pasal 3)
Peserta kegiatan Peserta perlombaan Peserta rapat, konferensi, sidang,
pertemuan, kunjungan kerja Peserta/anggota kepanitiaan Peserta pendidikan, pelatihan dan
magang Peserta kegiatan lainnya
Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi kerja
Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
Pasal 8 ayat (1)
PENERIMA PENGHASILAN
Pegawai
Pegawai Tetap
Pegawai Tidak Tetap
Bukan Pegawai
Peserta Kegiatan
Penerima Pensiun
TARIF PPhPs. 17 ayat (1) huruf a UU PPh
SAMPAI DENGANRp 50 JUTA
DIATAS Rp 250 JUTA SAMPAI DENGAN
Rp 500 JUTA
5%
15%
25%
TARIFLAPISAN PENGHASILAN
KENA PAJAK
DI ATAS Rp 50 JUTASAMPAI DENGAN
Rp 250 JUTA
30%DI ATAS Rp 500 JUTA
PPH PASAL 21 : PESERTA KEGIATAN
TARIF PS. 17 DITERAPKAN ATAS :
PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH DAN
TIDAK DAPAT DIPECAH
JUMLAH PENGHASILAN
BRUTO
PPh Pasal 21 :Bukan Pegawai Atas Imbalan Berkesinambungan
Memiliki NPWP dan Hanya Menerima Ph Dari Pemotong Pajak Ybs serta tidak
memperoleh Ph Lain
Tidak Punya NPWP Atau Menerima Penghasilan Dari Selain Pemotong
Pajak Yang Bersangkutan
Tarif Pasal 17 atas Jumlah Kumulatif Penghasilan Kena Pajak
PKP adalah 50% dari Penghasilan Bruto Dikurangi PTKP per bulan
Tarif Pasal 17 atas Jumlah Kumulatif Penghasilan Kena Pajak
Menyerahkan fotokopi kartu NPWP dan bagi wanita kawin menyerahkan fotokopi
NPWP suami serta fotokopi surat nikah & KK
PKP adalah 50% dari Penghasilan Bruto
TARIF PS. 17
50% dari JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
X
PPh Pasal 21 :Bukan Pegawai Atas Imbalan Tidak
Berkesinambungan
Setiap ADA TRANSAKSI
Isi Surat Setoran PajakNPWP Bendahara, dittd BendaharaNon PNS : 411121 – 100Honor PNS : 411121 – 402
JIKA MEMAKAI UANG PERSEDIAAN ATAU NON LS Bayar Ke Bank / Kantor PosSebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 21Setiap Bulan
Setiap Akhir Bulan
Kumpulkan bukti potong pph 21, SSP Baik LS/Setor sendiri, rekap di daftar bukti potong dan Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 21
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor PajakSebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 21Setiap Bulan
Pajak PenghasilanPPh Psal 22
TATA CARA DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN
KMK154/PMK.03/2010 dan Per-57/PJ/2010 Jo
PER-15/PJ/2011
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atau PPh Pasal 22 dilakukan sehubungan dengan pembayaran atas pembelianbarang seperti: komputer, meubeler, mobil dinas, ATK dan barang lainnya oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak penyedia barang
Penjelasan :
BUKAN OBYEK PPH PASAL 22Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c dan, huruf d, berkenaan dengan:
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.
Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).Pasal 2 ayat (2)
Pengertian PPh Pasal 22
Pajak Penghasilan Sehubungan Dengan
• Pembayaran atas pembelian barang • mekanisme pembayaran langsung
(LS)• pembayaran yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP)
Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), bendahara pengeluaran, dan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh
KPA
Jumlah Pembayaran minimal 2 juta dan tidak terpecah-pecah
PPh Pasal 22 sebesar 1.5% dari Pembelian (tidak termasuk PPN)
Setiap Ada Pembayaran
Isi Surat Setoran PajakNPWP atas nama Rekanan, tetapi dittd BendaharaKode Jenis Setoran : 411122 – 900
Lakukan Rekapitulasi, kumpulkan ssp lbr 3Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 22
Bayar Ke Bank / Kantor Pos hari yang sama
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor PajakSebelum Tgl. 14 Bulan Berikutnya
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 22Setiap Bulan
Berikan SSP Lb. 1 Ke RekananKumpulkan SSP Lb. 3
PPH PASAL 23/26Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 atau PPh Pasal 23 adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan oleh bendahara kepada pihak lain. Penghasilan yang dibayarkan tersebut antara lain: Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, royalti, hadiah/penghargaan. dan imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan dan jasa lain.
PPH PASAL 23/26
Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 23 adalah: Pasal 23 Undang-Undang PPh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008
JENIS PPH PASAL 23
sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
1. dividen 2. bunga 3. royalti
4. hadiah, penghargaan, bonus
Jasa lain tersebut yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 antara lain:
a. Jasa penilai (appraisal);b. Jasa aktuaris;c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;d. Jasa perancang (design);e. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang
penambangan selain migas;h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar
udara; i. Jasa penebangan hutan;
j. Jasa pengolahan limbah;
k. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
Jasa lain tersebut yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 antara lain:
j. Jasa pengolahan limbah;k. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services) l. Jasa perantara dan/atau keagenan;m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga ,
kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;n. Jasa kustodian/pemyimpanan /penitipan, kecuali yang
dilakukan oleh KSEI;o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;p. Jasa mixing film;q. Jasa sehubungan dengan software computer,
termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
JENIS JASA LAIN s. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan
mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
t. Jasa maklon;
u. Jasa penyelidikan dan keamanan;
v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
w. Jasa pengepakan;
x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;
y. Jasa pembasmian hama;
z. Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa. Jasa catering atau tata boga.
Setiap ADA TRANSASKI 23
CARA Isi Surat Setoran PajakNPWP atas nama Bendahara, dittd BendaharaKode Jenis Setoran : 411124 – 104
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 23Setiap Bulan
JIKA MEMAKAI UP NON LS Bayar Ke Bank / Kantor Pos Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
Berikan Bukti Potong PPh 23 Ke Rekanan
Setiap Akhir Bulan
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 23Setiap Bulan
Kumpulkan bukti potong 23 rekap di daftar bukti potong dan Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 23
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor PajakSebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 4 AYAT 2
Pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 4ayat (2) atau PPh Pasal 4 ayat (2) adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan antara lain melalui pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final atas penghasilan tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
ANTARA LAIN:1. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
2. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
3. JASA KONSTRUKSI
PERATURAN PAJAK PEMOTONGAN PASAL 4 AYAT 2
1. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh;
2. PP Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomor 71Tahun 2008;
3. PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 5 Tahun 2002;
4. PP Nomor 51 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 40 Tahun2009;
5. Keputusan Menteri Keuangan 635/KMK.04/1994 sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2008;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002;
PERATURAN PAJAK PEMOTONGAN PASAL 4 AYAT 2
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009;
8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./2002.
Setiap Ada transaksi
Isi Surat Setoran PajakNPWP atas nama Bendahara, dittd BendaharaKode Jenis Setoran : 411128
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 4(2)
Setiap Bulan
Bayar Ke Bank / Kantor PosSebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
Buat dan Berikan Bukti Potong PPh 4 (2) Ke Rekanan
Setiap Akhir Bulan
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 4(2)
Setiap Bulan
Lakukan Rekapitulasi, kumpulkan bukti potong buat daftar bukti potong Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 4 (2)
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor PajakSebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
PPN Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari pihak ketiga, misal pembelian alat tulis kantor, pembelian seragam untuk keperluan dinas, pembelian komputer, pembelian mesin absensi pegawai,perolehan jasa konstruksi, perolehan jasa pemasangan mesin absensi, perolehan jasa perawatan AC kantor, dan perolehan jasa atas tenaga keamanan.
PPN
Aturan Pelaksanaan UU No. 42 Tahun 2009PMK.80/PMK.03/2008
PMK 563/KMK.03/2003
PPN dan PPn BM tidak dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah dalam hal :
a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;b. pembayaran untuk pembebasan tanah;c. pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang
menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar Minyak oleh PT (PERSERO) PERTAMINA;
e. pembayaran atas rekening telepon;f. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan
oleh perusahaan penerbangan; ataug. pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa
yang menurut ketentuan Perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan PPN
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya;
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;
d. uang, emas batangan, dan surat berharga.
JENIS JASA YANG TIDAK DIKENAI PPN
a. jasa pelayanan kesehatan medis;
b. jasa pelayanan sosial;
c. jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. jasa keuangan;
e. jasa asuransi;
f. jasa keagamaan;
g. jasa pendidikan;
h. jasa kesenian dan hiburan;
i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;
JASA Yang tidak dikenakan PPN
k. jasa tenaga kerja;
l. jasa perhotelan;
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum;
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
q. Jasa boga atau katering
42
a. PPN yg dipungut bendahara negeri wajib disetorkan ke bank persepsi atau kantor pos paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya setelah masa pajak.
b. Penyetoran PPN menggunakan SSP, dibuat rangkap 5, atas nama rekanan dan dittd Bendahara- Lembar Ke-1 untuk PKP rekanan- Lembar Ke-2 untuk KPP Pratama melalui KPPN- Lembar Ke-3 untuk PKP rekanan guna dilampirkan pada SPT masa PPN- Lembar Ke-4 untuk bank persepsi atau kantor pos atau pertinggal untuk KPPN
TATA CARA PENYETORAN DAN PELAPORAN PPN
Tata Cara Penyetoran
a. Rekanan membuat Faktur Pajak 3 rangkap (Arsip Bendahara, PKP Rekanan, Dilapor ke KPP).
b. Pada setiap lembar Faktur Pajak wajib dibubuhi cap “disetor tanggal….” dan dittd Bendahara.
c. Pemungutan PPN dilaporkan di KPP Pratama menggunakan SPT Masa PPN Pemungut (formulir 1107 PUT ) paling lambat akhir bulan berikutnya, dengan dilampiri SSP dan Faktur Pajak lembar ke-3.
d. Apabila dalam satu bulan tidak terdapat pemungutan/penyetoran, laporan tetap dibuat dan diisi Nihil.
Tata Cara Pelaporan
KEWAJIBAN PENYETORAN DAN PELAPORAN
JENIS PAJAK TANGGAL PENYETORAN
TANGGAL PELAPORAN
PPH PASAL 21 Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak Berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir
PPH PASAL 22 Disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaanpembayaran
Paling lama 14 hari setelah Masa Pajak Berakhir
PPH PASAL 23 Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak Berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir
PASAL 4 AYAT 2 Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak Berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir
KEWAJIBAN PENYETORAN DAN PELAPORAN
JENIS PAJAK
TANGGAL PENYETORAN TANGGAL PELAPORAN
PPN a. Bendahara pengeluaran sebagai Pemungut PPN paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir;
b. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN harusdisetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepadaPengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui KPPN.berakhir.
a. Paling lama akhirbulan berikutnyasetelah Masa Pajakberakhir;
b. Paling lama akhirbulan berikutnyasetelah Masa Pajak
SANKSI PERPAJAKAN
SANKSIADMINISTRASI
SANKSIPIDANA
DENDA
BUNGA
KENAIKAN
KURUNGANDAN
DENDA
PENJARADAN
DENDA
ALPA SENGAJA
04/19/2023 46
SANKSI ADMINISTRASI
DENDAPs. 7 UU KUP
BUNGAPs.8(2), 13(2), 14(3), 19(2)&(3) UU KUP
KENAIKANPs. 13(3), 15(2) UU KUP
Rp 100.000
Rp 1.000.000
• SPT MASA PPh Ps.21/22/23/26 TERLAMBAT/ TIDAK DISAMPAIKAN
• SPT TAHUNAN PPh Badan TERLAMBAT/ TIDAK DISAMPAIKAN
2%/BULANmaks 24 BULAN
• PEMBETULAN SENDIRI SPT
• HASIL PENELITIAN SPT AKIBAT SALAH TULIS DAN/ATAU SALAH HITUNG
• HASIL PEMERIKSAAN (SKPKB)
• IZIN PENUNDAAN PENYAMPAIAN SPT
• IZIN MENGANGSUR ATAU MENUNDA PEMBAYARAN
50%SPT TIDAK
DISAMPAIKAN SETELAH DITEGUR
TERTULIS
100%TIDAK MEMENUHI
KETENTUAN PSL 28 & 29 UU KUP
100%
KARENA DITERBITKAN
SKPKBT
PAJAK YANG TIDAK/KURANG DIBAYAR
DARI
Rp 500.000SPT Masa PPN Terlambat/Tidak Disampaikan
SANKSI PIDANA
ALPAPs. 38 UU KUP
SENGAJAPs. 39 UU KUP
• TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
• MENYAMPAIKAN SPT:
• ISINYA TIDAK BENAR
• TIDAK LENGKAP
• MELAMPIRKAN KETERANGAN YANG ISINYA TIDAK BENAR
• TIDAK MENDAFTARKAN DIRI, MENYALAHGUNAKAN NPWP/NPPKP
• TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
• MENYAMPAIKAN SPT :
• ISINYA TIDAK BENAR
• TIDAK LENGKAP
• MEMPERLIHATKAN PEMBUKUAN/ PENCATATAN PALSU
• TIDAK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN/PENCATATAN
• TIDAK MENYETORKAN PAJAK YANG DIPUNGUT/DIPOTONG
KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 1 TAHUNDAN
DENDA SETINGI-TINGGINYA 2 KALI
PENJARA SELAMA-LAMANYA 6 TAHUNDAN
DENDA SETINGI-TINGGINYA 4 KALI
MENIMBULKAN KERUGIANPADA PENDAPATAN NEGARA