tor dinamika politik kampus

2
Mahasiswa seharusnya adalah manusia yang dipenuhi idealisme. Ia adalah tunas-tunas baru yang akan menggantikan peran para pemimpin bangsa dimasa yang akan datang karena di tangannya lah masa depan itu dibentuk dari sekarang. Ia juga merupakan agent of change. Ketika pemerintahan berjalan baik, mahasiswa harus senantiasa berperan untuk menjadi oposisi dengan mengawal kinerja pemerintahan yang berjalan. Sebaliknya, saat pemerintah mengalami penurunan kinerja, sudah seharusnya mahasiswa bergerak untuk mengingatkan pemerintah tetap di koridornya. Dalam menjalankan tugasnya sebagai agent of change mahasiswa perlu bekal yang bisa didapatkan melalui politik kampus. Politik kampus tidak selalu diartikan sebagai perebutan kekuasaan di kampus yang dilakukan oleh aktor-aktornya (mahasiswa). Salahnya, ia diasosiasikan sebagai stigma negatif dengan menempatkan istilah ‘politik’ sebagai kegiatan yang menghalalkan segala cara dengan tujuan utama kekuasaan. Seharusnya, politik kampus dapat dijadikan oleh mahasiswa sebagai arena pembelajaran untuk mengubah masa depan bangsa. Walau demikian, ketika berbicara dinamika politik kampus, ada kondisi yang terbentuk di dalam mahasiswa yang mengakibatkan mahasiswa terjebak dalam kondisi diam. Berdiam diri tentunya bukanlah pilihan. Sayangnya dalam proses mencari bentuk setelah reformasi 1998, mahasiswa pada akhirnya terhimpit pada masalah apatisme. Dalam kondisi apatis, mahasiswa disibukan dengan pola-pola mementingkan masa depan sendiri tanpa pernah mementingkan suatu permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Mencoba untuk mengkritisi suatu

Upload: mega-mustika

Post on 04-Jul-2015

159 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOR Dinamika Politik Kampus

Mahasiswa seharusnya adalah manusia yang dipenuhi idealisme. Ia adalah tunas-tunas

baru yang akan menggantikan peran para pemimpin bangsa dimasa yang akan datang karena

di tangannya lah masa depan itu dibentuk dari sekarang. Ia juga merupakan agent of change.

Ketika pemerintahan berjalan baik, mahasiswa harus senantiasa berperan untuk menjadi

oposisi dengan mengawal kinerja pemerintahan yang berjalan. Sebaliknya, saat pemerintah

mengalami penurunan kinerja, sudah seharusnya mahasiswa bergerak untuk mengingatkan

pemerintah tetap di koridornya.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai agent of change mahasiswa perlu bekal yang

bisa didapatkan melalui politik kampus. Politik kampus tidak selalu diartikan sebagai

perebutan kekuasaan di kampus yang dilakukan oleh aktor-aktornya (mahasiswa). Salahnya,

ia diasosiasikan sebagai stigma negatif dengan menempatkan istilah ‘politik’ sebagai kegiatan

yang menghalalkan segala cara dengan tujuan utama kekuasaan. Seharusnya, politik kampus

dapat dijadikan oleh mahasiswa sebagai arena pembelajaran untuk mengubah masa depan

bangsa.

Walau demikian, ketika berbicara dinamika politik kampus, ada kondisi yang

terbentuk di dalam mahasiswa yang mengakibatkan mahasiswa terjebak dalam kondisi diam.

Berdiam diri tentunya bukanlah pilihan. Sayangnya dalam proses mencari bentuk setelah

reformasi 1998, mahasiswa pada akhirnya terhimpit pada masalah apatisme. Dalam kondisi

apatis, mahasiswa disibukan dengan pola-pola mementingkan masa depan sendiri tanpa

pernah mementingkan suatu permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Mencoba untuk

mengkritisi suatu permasalahan tanpa ikut memikirkan bagaimana cara untuk menyelesaikan

suatu permasalahan bukan berarti keluar dari lingkup apatis. Kita akan lahir sebagai individu

yang pintar beretorika, tanpa bisa mencari penyelesaian dari permasalahan-permasalahan

yang ada. Hal ini terbukti dengan sering kalinya kita lihat di berbagai pemberitaan bahwa

pergerakan teman-teman dalam berdemostrasi yang membawa nama rakyat, akan tetapi

masyarakat merasa antipati akan pergerakan tersebut. Hal ini dimungkinkan terjadi akibat

adanya kesalahan dalam memaknai suatu pergerakan oleh mahasiswa tersebut. Kesalahan

dalam memaknai ini jelas mengacaukan arti dari politik kampus.

Melalui diskusi inilah, mari secara bersama-sama mencari solusi akan permasalahan

tersebut. Mencoba mencari suatu strategi/ untuk meningkatkan gairah politik kampus di

kalangan mahasiswa dan menempatkan kembali politik kampus sebagai wadah mahasiswa

untuk pembelajaran dalam berpolitik.