tor dinamika politik kampus
TRANSCRIPT
Mahasiswa seharusnya adalah manusia yang dipenuhi idealisme. Ia adalah tunas-tunas
baru yang akan menggantikan peran para pemimpin bangsa dimasa yang akan datang karena
di tangannya lah masa depan itu dibentuk dari sekarang. Ia juga merupakan agent of change.
Ketika pemerintahan berjalan baik, mahasiswa harus senantiasa berperan untuk menjadi
oposisi dengan mengawal kinerja pemerintahan yang berjalan. Sebaliknya, saat pemerintah
mengalami penurunan kinerja, sudah seharusnya mahasiswa bergerak untuk mengingatkan
pemerintah tetap di koridornya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai agent of change mahasiswa perlu bekal yang
bisa didapatkan melalui politik kampus. Politik kampus tidak selalu diartikan sebagai
perebutan kekuasaan di kampus yang dilakukan oleh aktor-aktornya (mahasiswa). Salahnya,
ia diasosiasikan sebagai stigma negatif dengan menempatkan istilah ‘politik’ sebagai kegiatan
yang menghalalkan segala cara dengan tujuan utama kekuasaan. Seharusnya, politik kampus
dapat dijadikan oleh mahasiswa sebagai arena pembelajaran untuk mengubah masa depan
bangsa.
Walau demikian, ketika berbicara dinamika politik kampus, ada kondisi yang
terbentuk di dalam mahasiswa yang mengakibatkan mahasiswa terjebak dalam kondisi diam.
Berdiam diri tentunya bukanlah pilihan. Sayangnya dalam proses mencari bentuk setelah
reformasi 1998, mahasiswa pada akhirnya terhimpit pada masalah apatisme. Dalam kondisi
apatis, mahasiswa disibukan dengan pola-pola mementingkan masa depan sendiri tanpa
pernah mementingkan suatu permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Mencoba untuk
mengkritisi suatu permasalahan tanpa ikut memikirkan bagaimana cara untuk menyelesaikan
suatu permasalahan bukan berarti keluar dari lingkup apatis. Kita akan lahir sebagai individu
yang pintar beretorika, tanpa bisa mencari penyelesaian dari permasalahan-permasalahan
yang ada. Hal ini terbukti dengan sering kalinya kita lihat di berbagai pemberitaan bahwa
pergerakan teman-teman dalam berdemostrasi yang membawa nama rakyat, akan tetapi
masyarakat merasa antipati akan pergerakan tersebut. Hal ini dimungkinkan terjadi akibat
adanya kesalahan dalam memaknai suatu pergerakan oleh mahasiswa tersebut. Kesalahan
dalam memaknai ini jelas mengacaukan arti dari politik kampus.
Melalui diskusi inilah, mari secara bersama-sama mencari solusi akan permasalahan
tersebut. Mencoba mencari suatu strategi/ untuk meningkatkan gairah politik kampus di
kalangan mahasiswa dan menempatkan kembali politik kampus sebagai wadah mahasiswa
untuk pembelajaran dalam berpolitik.