tor agrotechnoparkok.doc

19
KERANGKA ACUAN KERJA STUDI PENGEMBANGAN AGRO TECHNOPARK KOTA BATU I. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sebagian besar penduduknya tinggal di kawasan perdesaan dan berupaya di sektor agragris ternyata memilih jalan aneh dalam membangun ekonominya. Pertanian ternyata dijadikan landasan bagi sektor sekunder untuk tumbuh. Sebagai landasan, yang terjadi memang sektor pertanian benar-benar dilindas dan menjadi tumbal pertumbuhan industri manufaktur. Pertanian dan masyarakat pedesaan dijadikan pasar dan dibuat tergantung pada sektor manufaktur. Penghidupan petani—diukur dari nilai tukar produknya—menurun hingga sepersepuluh dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir. Berbeda dengan Thailand dan Malaysia, pembangunan di kedua negara itu justeru berpusat pada industri pertanian. Thailand memberikan cukup banyak stimulasi bagi pertumbuhan sektor pertanian dan masyarakat petani. Sementara Malaysia membuat keterkaitan—linkage—yang jelas antara sektor pertanian (didominasi oleh perkebunan kelapa sawit, karet dan buah) dengan sektor industri pengolahan. Keterkaitan ini misalnya memungkinkan Malaysia untuk menjamin bahwa pendapatan terendah buruh atau petani kelapa sawit masih dalam batas yang wajar. Di Thailand, lebih baik lagi, petani bisa mengakses hasil penelitian di bidang pertanian untuk meningkatkan kualitas produksinya. Indonesia dengan potensi wilayahnya yang subur, dikelilingi oleh lautan yagn kaya akan sumber daya hayati laut, kandungan air yang melimpah di sebagian wilayah seharusnya mampu untuk mengembangkan sektor petanian dalam arti luas. Berbagai komoditas pertanian yang cukup signifikan masih di pasok oleh negara lain seperti Thailand, Malaysia, Australia, New Zealand dan lain

Upload: mual-alim

Post on 06-Dec-2015

256 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOR AgrotechnoparkOK.doc

KERANGKA ACUAN KERJASTUDI PENGEMBANGAN AGRO TECHNOPARK KOTA BATU

I. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang sebagian besar penduduknya tinggal di kawasan

perdesaan dan berupaya di sektor agragris ternyata memilih jalan aneh dalam membangun

ekonominya. Pertanian ternyata dijadikan landasan bagi sektor sekunder untuk tumbuh.

Sebagai landasan, yang terjadi memang sektor pertanian benar-benar dilindas dan menjadi

tumbal pertumbuhan industri manufaktur. Pertanian dan masyarakat pedesaan dijadikan

pasar dan dibuat tergantung pada sektor manufaktur. Penghidupan petani—diukur dari nilai

tukar produknya—menurun hingga sepersepuluh dalam kurun waktu dua puluh tahun

terakhir. Berbeda dengan Thailand dan Malaysia, pembangunan di kedua negara itu justeru

berpusat pada industri pertanian. Thailand memberikan cukup banyak stimulasi bagi

pertumbuhan sektor pertanian dan masyarakat petani. Sementara Malaysia membuat

keterkaitan—linkage—yang jelas antara sektor pertanian (didominasi oleh perkebunan

kelapa sawit, karet dan buah) dengan sektor industri pengolahan. Keterkaitan ini misalnya

memungkinkan Malaysia untuk menjamin bahwa pendapatan terendah buruh atau petani

kelapa sawit masih dalam batas yang wajar. Di Thailand, lebih baik lagi, petani bisa

mengakses hasil penelitian di bidang pertanian untuk meningkatkan kualitas produksinya.

Indonesia dengan potensi wilayahnya yang subur, dikelilingi oleh lautan yagn kaya

akan sumber daya hayati laut, kandungan air yang melimpah di sebagian wilayah

seharusnya mampu untuk mengembangkan sektor petanian dalam arti luas. Berbagai

komoditas pertanian yang cukup signifikan masih di pasok oleh negara lain seperti Thailand,

Malaysia, Australia, New Zealand dan lain sebagainya. Potensi wilayah yang beragam di

Indonesia masih belum termanfaatkan dengan baik. Kebijakan pengembangan pertanian

dan pengembangan daerah masih belum terarah dan belum mendapatkan dukungan

pemerintah yang memadai. Demikian pula konsep pengembangan wilayah agropolitan

masih belum optimal dan cenderung merupakan pelabelan yang semena-mena. Konsep

agropolitan mestinya dapat diterapkan dan ditetapkan sebagai wacana nasional sebagai

negara agraris.

Lepas dari itu, kota Batu merupakan salah satu kota Agropolitan di wilayah Jawa

Timur. Kota Batu merupakan katagori kota sedang dengan jumlah penduduk kurang lebih

190.000 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sedang. Kondisi topografi pegunungan

dan perbukitan tersebut menjadikan kota Batu terkenal sebagai daerah dingin. Temperatur

rata-rata kota Batu 2l,5°C, dengan temperatur tertinggi 27,2°C dan terendah 14,9°C.Rata-

Page 2: TOR AgrotechnoparkOK.doc

rata kelembaban nisbi udara 86' % dan kecepatan angin 10,73 km/jam. Curah hujan

tertinggi di kecamatan Bumiaji sebesar 2471 mm dan hari hujan 134 hari. Jenis tanah yang

berada di kota Batu sebagian besar merupakan andosol, selanjutnya secara berurutan

kambisol, latosol dan aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak mengandung

mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi, sifat tanah semacam ini mempunyai

tingkat kesuburan yang tinggi. Dengan kondisi ini, kota Batu merupakan wilayah dengan

potensi pertanian yang sangat baik dengan beragam komoditas yang unik, yang utamanya

adalah komoditas sayuran berkualitas tinggi dan komoditas tanaman buah yang spesifik.

Berbagai hasil perkebunan dan pertanian telah cukup baik dikembangkan di wilayah

kota Batu. Bahkan karena itu Batu sering disebut sebagai koa Apel, sebagai ikon keunikan

hasil perkebunan di kota Batu. Disamping itu masih banyak hasil perkebunan yang bernilai

ekonomi tinggi seperti jeruk, alpukat, nangka, dan pisan. Tidak kalah dengan perkebunan,

dibidang pertanian juga telah sangat baik dan telah berkembang seperti sayur unggulan

seperti wortel, kubis dan kentang. Penelitian untuk pengembangan produk pertanian kedelai

Jepang Edamamae untuk ekspor. Saat ini komoditas apel mulai menurun karena kendala

teknis di lapangan seperti hama dan penyakit serta produktivitas pohon yang makin rendah

disamping karena persaingan dengan apel-apel impor dari Amerika, Australia, dan New

Zealand. Beberapa terobosan telah dilakukan dalam upaya mempebaiki nasib petani seperti

adanya wisata agro, pengembangan produk turunan seperti sari apel dan cuka apel, keripik

apel dan lain sebagainya.

Bidang biotekonlogi karen kondisi suhu dan kelembaban lingkungan yang cocok

berbagai jenis jamur telah berkembang pesat. Di wilayah desa Sumberbrantas juga

berkembang sentra budidaya jamur kualitas eksport. Demikian pula di daerah dusun Junggo

juga terdapat sentra produksi jamur tiram dengan cakupan distribusi Malang hingga

Surabaya dengan tingkat permintaan lebih dari 2 kwintal per hari. Disamping itu juga masih

banyak petani jamur skala rumah tangga yang tersebar di wilayah kota Batu. Sistem

distribusi yang masih belum dikelola dengan baik menjadikan beberapa produsen jamur

tiram tidak lagi berproduksi, padahal bila dilihat dari peluang pasar masih sangat terbuka.

Produk peternakan juga cukup berkembang di kota Batu seperti sapi, kambing,

kelinci dan lain sebagainya. Kota Batu mempunyai koperasi susu, yang mana bergerak pada

pengolahan dan distribusi susu sapi hasil peternak di kota Batu. Meskipun bidang

peternakan dan perikanan tidak sehebat sektor perkebunan dan pertanian akan tetapi sektor

peternakan merupakan sektor unggulan yang cukup unik dibanding dengan daerah lain.

Potensi lain disamping produk pertanian adalah potensi wisata alam yang bisa

dikembangkan dari Kota Batu ini. Pengembangan potensi wisata sangat berpengaruh

terhadap berkembangnya produk lokal yang bernilai ekonomis tinggi. Batu sebagai kota

wisata telah menjadi slogan dan visi pengembangan kota Batu. Pensinergian antara potensi

Page 3: TOR AgrotechnoparkOK.doc

pertanian dan potensi wisata menjadi harapan besar terciptanya akselerasi pertumbuhan

ekonomi masyarakat kota Batu. Sebagai contoh adanya pemandian air panas Cangar,

wisata olahraga paralayang yang mengambil lokasi di Gunungbanyak, Kecamatan Bumiaji

dan membentang hingga Kecamatan Batu dan Junrejo. Konon, menurut atlet dan para

pengunjung, pemandangannya adalah yang paling bagus se-Asia. Potensi lain yang segera

akan dikembangkan adalah akan dibangun wisata bunga yang rencananya akan mengambil

lokasi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu. Konsepnya, seluruh desa akan dipenuhi para

penjual bunga, dan pengunjung dapat datang untuk sekedar berjalan-jalan sambil melihat-

lihat pemandangan aneka bunga. Rencana lai adalah dengan menggarap puluhan goa

peninggalan Jepang yang terletak di tiga lokasi, yaitu Cangar (Kecamatan Bumiaji), Tlekung

(Kecamatan Juntrejo) dan Songgokerto (Kecamatan Batu). Pengembangan di sektor

pariwisata diharapkan mampu menjadi akselerator bagi pengembangan perekonomian kota

Batu dengan konsep pengembangan potensi ekonomi berbasis kearifan lokal.

Pengembangan agrotechnopark (ATP) diharapkan mampu meningkatkan

produktivitas pertanian dan turunan produk pertanian yang lebih bernilai ekonomis.

Sudah menjadi sebuah kesepatan bahwa Agro Technopark merupakan pengembangan

model pertanian yang dikembangkan secara terpadu mulai dari pertanian, peternakan,

dan perikanan dalam satu siklus produksi yang pada akhirnya menghasilkan zero waste

(nol limbah – pertanian ramah lingkungan). Arah pengembangan ATP mengacu pada

potensi pertanian secara luas di kota Batu. Arah pengembangan ATP adalah adanya

sentra teknologi baik yang berkaitan dengan teknologi dasar agro, teknologi pengolahan

produk agro serta pusat pengenalan dan distribusi produk hasil teknologi.

Pengembangan kawasan ATP tidak hanya berorientasi pada riset, akan tetapi juga pada

pemasaran dan advokasi aplikasi teknologi pertanian serta teknologi pengolahan hasil

pertanian.

Secara ekonomis pengembangan wilayah ATP mempunyai manfaat yang

penting bagi pertumbuhan ekonomi kota Batu seperti :

1. Pusat riset dan pengembangan teknologi pertanian;

2. Pusat informasi dan distribusi produk unggulan pertanian dan industri pertanian;

3. Pusat layanan pengembangan teknologi tepat guna bidang pertanian;

4. Pusat pengembangan dan pemberdayaan bagi masyarakat tentang teknologi

pertanian secara umum (bioteknologi, pengolahan hasil pertanian, pemanfaatan

dan pengelolaan limbah pertanian);

5. Sebagai daya tarik wisata pendidikan bidang agro industri dan bioteknolgi.

Page 4: TOR AgrotechnoparkOK.doc

II. Maksud, Tujuan dan Sasaran

Maksud dari kegiatan kajian ini adalah memberikan pertimbangan pengembangan pusat ATP

untuk lebih meningkatkan potensi agroindustri dan agrobisnis di Kota Batu.

Berdasarkan maksud di atas maka tujuan dari kegiatan kajian ini adalah :

1.Identifikasi potensi pertanian dalam arti luas, serta kendala-kendala yang dihadapi oleh para

petani.

2.Identifikasi gap potensi ekonomi agro dengan capaian saat ini serta penyebab-penyebabnya.

3.Identifikasi dan evaluasi agroindustri yang telah ada dan kemudian mengalami

kemunduran/mati.

4.Identifikasi varietas hasil pengolahan produk pertanian, serta potensi pengembangan varietas

baru.

5.Identifikasi pusat pengembangan laboratorium riset bagi pengembangan produk pertanian dan

solusinya.

6.Identifikasi kebutuhan teknologi pengolahan hasil pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat.

Adapun sasaran dari kegiatan kajian ini adalah sebagai berikut :

1. Optimalisasi perkembangan kota Batu berbasis agroteknologi dan agro bisnis.

2. Pengembangan potensi wisata pendidikan agroteknologi dan agrobisnis.

3. Sebagai pusat distribusi dan informasi bagi hasil pertanian dan pengolahannya melalui

pengembangan sentra wisata pendidikan agroteknologi dan agroindustri.

4. Sebagai rujukan bagi pengembangan agroteknologi dan agrobisnis di wilayah Jawa

Timur.

III. Dana dan Sumber Dana

Besar dana yang dibutuhkan dalam kegiatan kajia ATP ini adalah sesuai Rencana Kerja

Angggaran yang disetujui dimana sumber dana tersebut berasal dari alokasi Perubahan Anggaran

Keuangan (PAK), APBD Kota Batu. Sebelum melaksanakan kegiatan pihak perencana diwajibkan

membuat usulan anggaran biaya dengan perincian biaya pada setiap kegiatan yang dilakukan.

IV. Sistem Pelaksanaan Kegiatan

Sistem pelaksanaan kajian Pengembangan ATP adalah dengan jasa konsultasi dalam kajian

lapangan dan pelaporannya.

Page 5: TOR AgrotechnoparkOK.doc

V. Pendekatan Strategi

Dalam kajian tentang sentra ATP di kota Batu memperhatikan dasar, kaidah dan konsep

sebagai berikut :

1. Strategi pengembangan sektor pertanian dalam arti luas menjadi priorias pembangunan

ekonomi sebagai masyarakat agraris dan sebagai kota agrowisata.

2. Pengembangan potensi pertanian mampu memberikan nilai tambah ekonomi yang signifikan

sebagaimana yang telah dicapai oleh Malaysia dan Thailand.

3. Menjadikan sektor pertanian sebagai basis dalam pengembangan ekonomi pada suatu daerah

dengan tetap mengembangkan sektor lain sebagai penopang ekonomi masyarakat.

4. Arah KebijakanKebijakan pembangunan pertanian diarahkan untuk dapat meningkatkan

kesejahteraan petani melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan tetap

memperhatikan kelestariannya.

5. Peningkatan kualitas SDM pertanian melalui pengembangan wawasan pola pikir, pengetahuan

dan ketrampilan mengenai budidaya pertanian serta membantu memenuhi kebutuhan gizi

masyarakat.

6. Meningkatkan keanekaragaman tanaman pangan dan non pangan yang meliputi identifikasi

tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, pengembangan budi daya tanaman,

pemanfaat lahan kritis sebagai konsevarsi lahan dan peningkatan produktivitas

7. Mengembangkan agribisnis meliputi pertanian tanaman pangan, perikanan , perkebunan, dan

peternakan yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing hasil

pertanian

8. Pengembangan sumberdaya, sarana dan prasarana untuk meningkatkan aktivitas pertanian,

meningkatkan pendapatan petani dan pembangunan pertanian berkelanjutan melalui :

pengembangkan bibit/benih, perlindungan tanaman pangan dan perkebunan, ternak dan

perikanan, pemberdayaan.

9. Pengembangan sarana dan prasarana bagi pengembangan bioteknologi (utamanya produk

jamur) serta peralatan yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha bioteknologi jamur yang

berorientasi pada pengembangan IPTEK.

10. Pengembangan sarana informasi global sebagai upaya pengenalan potensi ekonomi dan

agrotechnologi sebagai wahana wisata baru di kota Batu.

11. Pemanfaatan sarana informasi global dalam pengembangan jaringan kerjasama dengan daerah

dan atau negara lain guna meningkatkan perekonomian kota Batu dan intensifikasi pengengalan

kota Batu sebagai kota tujuan wisata yang multi dimensi.

12. Peningkatan resistensi ekonomi kota Batu melalui pengembangan agroteknologi dan agrowisata

yang mengedepankan pada kearifan lokal.

Page 6: TOR AgrotechnoparkOK.doc

13. Meningkatkan peran serta departemen sebagai penanggungjawab dalam pengelolaan dan

pemberdayaan masyarakat secara sinergi dan berkelanjutan dalam upaya pengembangan

ekonomi berbasis agroteknologi dan agrobisnis.

14. Perubahan paradigma departemen dari fungsi birokrasi menjadi fungsi strategis dan fungsi

bisnis. Dengan paradigma ini diharapkan setiap departemen mempunyai tanggungjawab yang

lebih luas dalam srtategi pemasaran dan pengembangan bisnis pada bidang masing-masing.

VII.Standar Teknis

Standar teknis dalam pemetaan potensi sumber daya pendukung industri kota Batu

mengacu pada :

a. Rencana pengembangan wilayah kota Batu.

b. Kebijakan pembangunan ekonomi sebagai bagian dari RPJM Kota batu.

c. Kebijakan pembangunan ekonomi propinsi Jawa Timur.

d. Arah pembangunan ekonomi pertanian yang telah dicapai oleh daerah/negara lain.

VIII.Peraturan Perundang-undangan

Pemetaan potensi sumber daya pendukung industri Kota Batu pada dasarnya harus bertitik

tolak (mengacu) kepada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku. Peraturan dan

perundangan maupun kebijakan yang perlu dijadikan dasar tersebut diantaranya adalah

sebagaimana berikut:

1. Peraturan Perundangan

a. UU No. 5/1984 tentang Perindustrian

b. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;

c. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

d. Peraturan Presiden No. 7/2005) tentang fokus pembangunan industri pada

jangka menengah (2004-2009).

e. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan

rencana rinci tata ruang

f. Disamping itu yang perlu dijadikan acuan dalam pemetaan potensi sumber

daya pendukung industri adalah arahan atau kebijakan dari pimpinan instansi terkait.

Page 7: TOR AgrotechnoparkOK.doc

VIII.Lingkup Kegiatan Pemetaan

Ruang lingkup kajian pengembangan sentra agrotechnopark (ATP) Kota Batu pada

hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan program serta sintesis

program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program pengembangan ATP yang

dapat menjadi sentra agrotecnologi dan agrobisnis yang representattif, sehingga mampu

memberikan kemanfaatan yang tinggi dan pengembangan ekonomi masyarakat.

Studi pengembangan ATP Kota Batu ini pada dasarnya mencakup penjelasan hal – hal yang

perlu diperhatikan sebagai dasar pijkan, rambu-rambu, kebijakan, format dan muatan substansi yang

perlu dikandung di dalam pembangunan bidang agroteknologi di Kota Batu. Adapun lingkup cakupan

dalam program kajian pengembangan sentra ATP ini adalah sebagai berikut :

1. Sektor produk pertanian unggulan kota batu dan teknologi budidaya;

2. Kendala teknis dalam pengembangan budidaya produk pertanian unggulan;

3. Potensi agroindustri yang dimiliki oleh masyarakat kota Batu;

4. Pola dan sebaran distribusi produk pertanian dan pengolahan hasil pertanian;

5. Produk olahan hasil pertanian yang berpotensi ekspor;

6. Kajian teknologi tepat guna penunjang teknologi pengolahan hasil pertanian;

7. Riset dan pengembangan teknologi pengolahan hasil pertanian yang

mengoptimalkan nilai tambah produk.

IX.Output Kegiatan Pemetaan

Output yang dihasilkan dari kajian sentra ATP Kota Batu adalah sebagai berikut :

1. Data potensi pertanian unggulan dan kendala teknis budidaya dan distribusi;

2. Data industri kecil pengolah produk pertanian yang mempunyai kualifikasi ekspor;

3. Identifikasi manfaat adanya ATP kota Batu dalam pembangunan bidang Ekonomi kota Batu;

4. Pola keterkaitan antara petani dan industri pengolahan hasil pertanian dengan pemerintah

dan peran ATP dalam pegembangan ekonomi agroteknologi;

5. Identifikasi kebutuhan infastruktur dalam pengembangan sentra ATP kota Batu;

6. Identifikasi kebutuhan peralatan dalam pengembangan senra ATP kota Bat;

7. Rancangan struktur organisasi dan pola manajemen ATP kota Batu;

Page 8: TOR AgrotechnoparkOK.doc

X.Tahapan Kegiatan Kajian Sentra ATP kota Batu

1. Tahapan persiapan kajian sentra ATP kota Batu : penyiapan form survey lapang yang

dibutuhkan.

2. Tahapan kegiatan survey dan pengambilan data di lapangan untuk melihat potensi produk

pertanian dan pengolahan hasil pertanian.

3. Inventarisasi data survey : potensi, kendala, distribusi, kelembagaan, kebutuhan teknologi

dan berbagai keluhan dari para pelaku budidaya pertanian dan Industri pengolahan hasil

pertanian.

4. Identifikasi kebutuhan teknologi dasar budidaya pertanian, teknologi pengolahan hasil

pertanian, jaringan distribusi dan pusat informasi.

5. Pembentukan forum FGD yang beranggotakan dari petani, IKM, perguruan tinggi dan

pemerintah daerah untuk merumuskan agenda kegiatan dan kebijakan dalam

pengembangan ATP kota Batu.

6. Rekomendasi dalam studi lanjutan (feasibility studi) pengebangan ATP kota Batu

XI.Jadwal Kegiatan Pemetaan

Kegiatan kajian sentra ATP Kota Batu akan dilaksanakan dalam waktu 3 bulan atau sekitar 90

hari kalender sejak penandatanganan Surat Perintah Kerja dengan rincian sebagai berikut :

1. Persiapan dan Pelaksanaan Survey : 4 minggu

2. Laporan Pendahuluan . : 1 minggu

3. Pembentukan FGD dan Laporan Analisis : 4 minggu

4. Laporan Akhir : 3 minggu

Berikut ini adalah jadwal kajian sentra ATP Kota Batu:

NO KegiatanBulan 1 Bulan 2 Bulan 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1Persiapan dan Kegiatan Survey

2 Laporan Pendahuluan

3 FGD dan Laporan Analisis

4 Laporan Akhir

Page 9: TOR AgrotechnoparkOK.doc

XII. Organisasi Perencana Kegiatan Kajian Sentra ATP

Dalam melaksanakan kajian sentra ATP Kota Batu perencana kegiatan harus membentuk tim

pelaksana secara fungsional dengan memberi tugas dan wewenang serta tanggung jawab sesuai

dengan yang di mandatkan perencana. Tim pelaksana yang dimaksud adalah merupakan gabungan

dari beberapa tenaga ahli yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan spesifikasi dan kualifikasi

kegiatan kajian pengembangan ATP sebagai berikut :

1. Team Leader /Ahli Manajemen Produksi

Minimal Sarjana S2 Teknik Industri. Team leader bertugas dan bertanggung jawab dalam

mengkoordinasikan pekerjaan, menyusun rencana kerja, dan memberikan pengarahan dan

pengorganisasian kegiatan demi kelancaran kajian pengembangan ATP yang akan dilaksanakan

sehingga bisa menghasilkan output sebagaimana yang direncanakan.

2. Ahli IT

Minimal Sarjana S2 Bidang Teknik Informasi. SDM Ahli bidang Teknologi Informasi ini bertugas

dan bertanggung jawab dalam merancang dan menganalisis kebutuhan Informasi untuk

pengembangan IT tentang ATP di Kota Batu.

3. Ahli Agrobisnis

Minimal Sarjana S2 Bidang Agrobisnis. SDM Ahli bidang agrobisnis ini bertugas dan konsep

pengembangan sentra distibusi ATP kota Batu.

4. Ahli Pengembangan Wilayah

Minimal Sarjana S2 Bidang Pengembangan Wilayah. SDM ahli Pengembangan Wilayah ini

bertugas dan bertanggung jawab dalam menganalisis kondisi saat ini dari pengembangan

wilayah Kota Batu dan rencana kedepan hubungannya dengan pengembangan sentra ATP kota

Batu.

5. Ahli Sosiologi

Minimal Sarjana S2 Bidang Sosiologi. SDM Ahli bidang Sosiologi ini bertugas dan bertanggung

jawab dalam proses pencarian informasi dan data secara partisipatif, pembentukan dan

manejemen FGD.

6. Tenaga Administrasi

Minimal Sarjana S1 Bidang Administrasi. SDM Administrasi ini bertugas dan bertanggung jawab

dalam kesekretariatan dan pembuatan laporan kegiatan potensi sumber daya pendukung

industri Kota Batu.

Page 10: TOR AgrotechnoparkOK.doc

7. Tim pendukung yang dibutuhkan dalam kajian sesuai kebijakan konsultan pelaksana dengan

spesifikasi dan kualifikasi yang telah ditentukan.

Secara detil struktur organisasi tim konsultan pelaksana kegiatan kajian adalah sebagai berikut :

XIII. Jenis dan Sistem Pelaporan

A. Jenis Pelaporan

Jenis pelaporan yang harus disiapkan dalam kegiatan pengembangan ATP ini adalah

sebagai berikut :

a. Log Book kegiatan mingguan yang dilaporkan pada setiap bulan kegiatan.

b. Laporan Final yang merupakan laporan yang terstruktur dari kegiatan yang

dilakukan dan hasil pengolahan dan analisis data kegiatan.

B. Sistem Pelaporan

Sistem penyajian pelaporan yang harus disiapkan dalam kegiatan pemetaan ini

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Log Book kegiatan mingguan disajikan dengan kaidah sebagai berikut :

Pengetikan menggunakan 2 spasi pada kertas HVS putih polos

ukuran A4.

Judul log book kegiatan ” Log Book Kegiatan Mingguan Bulan

Ke-..”

Isi laporan dalam format tabel rincian kegiatan.

b. Laporan Pendahuluan disajikan dengan kaidah sebagai berikut :

Pengetikan menggunakan 2 spasi pada kertas HVS putih polos

ukuran A4.

Judul Laporan ” Laporan Pendahuluan”

Tim Leader

Ahli Pengembangan

Wilayah

Tenaga Administrasi/

Kesekretariatan

Ahli Sosiologi

Tenaga Pendukung

Ahli Teknologi Informasi

AhliAgrobisnis

Page 11: TOR AgrotechnoparkOK.doc

Lima (5) buku laporan disajikan setelah mendapat persetujuan pihak

yang berwenang dalam kegiatan pemetaan .

c. Laporan Analisis disajikan dengan kaidah sebagai berikut :

Pengetikan menggunakan 2 spasi pada kertas HVS putih polos

ukuran A4.

Judul Laporan ” Laporan Hasil Analisis”

Lima (5) buku laporan disajikan setelah mendapat persetujuan pihak

yang berwenang dalam kegiatan pemetaan .

d. Laporan Akhir disajikan dengan kaidah sebagai berikut :

Pengetikan menggunakan 2 spasi pada kertas HVS putih polos

ukuran A4.

Judul Laporan ” Laporan Akhir”

Lima (5) buku laporan disajikan setelah mendapat persetujuan pihak

yang berwenang dalam kegiatan pemetaan .

Page 12: TOR AgrotechnoparkOK.doc

Lampiran Rincian Biaya Jasa Konsultasi

No. Uraian Pendidikan Lama Kegiatan(Bulan)

Honor/bulan Jumlah

1 Team Leader S2 3 Rp 6.000.000,- Rp18.000.000,-

2 Ahli Pengembangan Wilayah

S2 3 Rp 5.000.000,- Rp15.000.000,-

3 Ahli Agrobisnis S2 3 Rp 5.000.000,- Rp15.000.000,-

4 Ahli Sosiologi S2 3 Rp 5.000.000,- Rp15.000.000,-5 Ahli Teknologi

InformasiS2 3 Rp 5.000.000,- Rp15.000.000,-

6 Administrasi S1 3 Rp 4.000.000,- Rp12.000.000,-

7 Teknisi D3 3 Rp 2.500.000,- Rp7.500.000,-

TOTAL Rp 97.500.000,-