tinjauan pustaka mengenai pendidikan di kalangan masyarakat

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pendidikan 2.1.1 Pengertian Tingkat Pendidikan Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003:50) tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Dengan demikian Hariandja (2002: 169) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja perusahaan. 2.1.2 Indikator-indikator Tingkat Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari: a. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. b. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. c. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Universitas Sumatera Utara

Upload: ebram-liverpudlian

Post on 25-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Deskripsi mengenai abstrak Penelitian mengenai Pendidikan

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tingkat Pendidikan

    2.1.1 Pengertian Tingkat Pendidikan

    Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003:50) tingkat

    pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur

    sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari

    pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Dengan demikian

    Hariandja (2002: 169) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan

    dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja perusahaan.

    2.1.2 Indikator-indikator Tingkat Pendidikan

    Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri

    dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah

    tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

    didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:

    a. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun

    pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan

    menengah.

    b. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

    c. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

    mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang

    diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kesesuaian jurusan adalah sebelum karyawan direkrut terlebih dahulu

    perusahaan menganalisis tingkat pendidikan dan kesesuaian jurusan pendidikan

    karyawan tersebut agar nantinya dapat ditempatkan pada posisi jabatan yang

    sesuai dengan kualifikasi pendidikannya tersebut. Dengan demikian karyawan

    dapat memberikan kinerja yang baik bagi perusahaan.

    2.2 Insentif

    2.2.1 Pengertian Insentif

    Menurut Handoko (2002:176), menyatakan bahwa pengertian insentif

    adalah: Perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan untuk melaksanakan

    kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah ditetapkan.

    Hasibuan (2003:118), mengatakan bahwa insentif adalah Tambahan balas

    jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang kinerjanya diatas kinerja

    standar.

    Panggabean (2002:89), mengatakan bahwa insentif adalah: penghargaan

    dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui

    standar yang telah ditentukan.

    2.2.2 Tujuan Pemberian Insentif

    Fungsi utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan

    dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan

    mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan tujuan

    utama pemberian insentif adalah untuk meningkatkan kinerja individu maupun

    kelompok (Panggabean, 2002:93).

    Universitas Sumatera Utara

  • Secara lebih spesifik tujuan pemberian insentif dapat dibedakan dua

    golongan yaitu:

    a. Bagi Perusahaan

    Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam

    kegiatan produksi adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja

    karyawan dengan jalan mendorong/merangsang agar karyawan:

    1) Bekerja lebih bersemangat dan cepat

    2) Bekerja lebih disiplin

    3) Bekerja lebih kreatif

    b. Bagi Karyawan

    Dengan adanya pemberian insentif karyawan akan mendapatkan

    keuntungan:

    1) Standar kinerja dapat diukur secara kuantitatif.

    2) Standar kinerja di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas

    jasa yang diukur dalam bentuk uang.

    3) Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.

    2.2.3. Jenis/Tipe Insentif

    Menurut Manulang (2001:141), tipe insentif ada dua yaitu:

    a. Finansial insentif

    Merupakan dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja meliputi

    gaji-gaji yang pantas. Tetapi juga termasuk didalamnya kemungkinan

    memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan dan soal-soal kesejahteraan yang

    meliputi pemeliharaan jaminan hari tua, rekreasi, kesehatan dan lain-lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Non finansial insentif

    Ada 2 elemen utama dari non finansial insentif, yaitu:

    1. Keadaan pekerjaan yang memuaskan yang meliputi tempat kerja, jam kerja,

    tugas dan rekan kerja.

    2. Sikap pimpinan terhadap keinginan masing-masing karyawan seperti jaminan

    pekerjaan, promosi, keluhan-keluhan, hiburan-hiburan dan hubungan dengan

    atasan.

    Menurut Dessler (2001:141), jenis rencana insentif secara umun adalah:

    a. Program insentif individual memberikan pemasukan lebih dan diatas gaji

    pokok kepada karayawan individual yang memenuhi satu standar kinerja

    individual spesifk. Bonus di tempat diberikan, umumnya untuk karyawan

    individual, atas kinerja yang belum diukur oleh standar, seperti contoh

    mengakui jam kerja yang lama yang digunakan karyawan tersebut bulan

    lalu.

    b. Program insentif kelompok adalah seperti rencana insentif individual

    namun memberi upah lebih dan gaji pokok kepada semua anggota tim

    ketika kelompok atau tim secara kolektif mencapai satu standar yang

    khusus, kinerja atau perilaku sehubungan dengan kerja lainnya.

    c. Rencana pembagian laba secara umum merupakan program insentif di

    seluruh perusahaan yang memberikan kepada karyawan satu bagian

    (share) dari laba perusahaan dalam satu periode khusus.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Program pembagian perolehan (gain sharing) adalah rencana upah di

    seluruh perusahaan yang dirancang untuk memberi imbalan kepada

    karyawan atas perbaikan dalam kinerja organisasi.

    2.2.4. Proses Pemberian Insentif

    Menurut Panggabean (2002: 90), proses pemberian insentif dapat

    dibedakan menjadi dua bagian yakni proses pemberian individu dan kelompok.

    Rencana insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan

    tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar kinerja

    tertentu. Sedangkan insentif akan diberikan kepada kelompok kerja apabila

    kinerja mereka juga melebihi standar yang telah ditetapkan.

    Menurut Panggabean (2002: 91), pemberian insentif terhadap kelompok

    dapat diberikan dengan cara:

    1. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang diterima

    oleh mereka yang paling tinggi kinerjanya.

    2. Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama dengan

    pembayaran yang diterima oleh karyawan yang paling rendah kinerjanya.

    3. Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan rata-rata

    pembayaran yang diterima oleh kelompok.

    Menurut Dessler (2001: 154-157), insentif juga dapat diberikan kepada

    seluruh organisasi, tidak hanya berdasarkan insentif individu atau kelompok.

    Rencana insentif seluruh perusahaan ini antara lain terdiri dari:

    1. Profit sharing plan, yaitu rencana dimana kebanyakan karyawan berbagi

    laba perusahaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Rencana kepemilikan saham karyawan, yaitu insentif yang diberikan oleh

    perusahaan dimana perusahaan menyumbang saham dari stoknya sendiri

    kepada orang kepercayaan dimana sumbangan-sumbangan tambahan

    dibuat setiap tahun. Orang kepercayaan mendistribusikan stok kepada

    karyawan yang mengundurkan diri (pensiun) atau yang terpisah dari

    layanan.

    3. Rencana Scanlon, yaitu suatu rencana insentif yang dikembangkan pada

    tahun 1937 oleh Joseph Scanlon dan dirancang untuk mendorong

    kerjasama, keterlibatan dan berbagai tunjungan.

    4. Gainsharing plans, yaitu rencana insentif yang melibatkan karyawan

    dalam suatu usaha bersama untuk mencapai sasaran kinerja dan pembagian

    perolehan.

    2.2.5 Syarat Pemberian Insentif

    Menurut Panggabean (2002:92) syarat tersebut adalah:

    1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat

    dimengerti.

    2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan

    untuk mereka lakukan.

    3. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal

    untuk memperoleh sesuatu.

    4. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk

    menentukan rencana insentif. Program dolar akan sia-sia (program

    Universitas Sumatera Utara

  • evaluasi akan terhambat), jika kinerja tertentu tidak dapat dikaitkan

    dengan dolar yang dibelanjakan.

    2.3 Kinerja Karyawan

    2.3.1 Pengertian Kinerja

    Istilah kinerja dari kata job performance atau actual performance (prestasi

    kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Prestasi kerja pada

    umumnya dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan

    kesungguhan kerja dari tenaga kerja yang bersangkutan.

    Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

    karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka

    memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu

    maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja

    orgaisasi (Mathis dan Jackson, 2002: 78).

    Menurut Hasibuan (2003: 78), kinerja adalah hasil kerja nyata dan standar

    kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Pengertian kinerja

    atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam Asad, 2001: 46) sebagai

    kesuksesan seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi

    Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah successful role achievement

    yang diperoleh dari perbuatan-perbuatannya (Asad, 2001: 46). Dari batasan

    tersebut, Asad menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang

    menurut ukuran yang berlaku pada pekerjaan yang bersangkutan. Meningkatnya

    kinerja perorangan (individual performance) maka kemungkinan besar juga akan

    Universitas Sumatera Utara

  • meningkatkan kinerja perusahaan (corporat performance) karena keduanya

    mempunyai hubungan yang erat.

    Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam menilai prestasi kerja

    (Asad, 2001:22) yaitu:

    a. Subjective Procedure

    Prosedur ini meliputi penilaian ataupun pertimbangan-pertimbangan

    terhadap kecakapan kerja yang dilakukan oleh superior (atasan), sub ordinates

    (bawahan), peers (kelompok kerja), rekan-rekan sekerja, outside observer (para

    observer dari luar) dan self (diri sendiri).

    Prosedur sangat bergantung pada opini manusia, maka prosedur memiliki

    kesalahan-kesalahan disebabkan oleh manusia (human error), yaitu:

    1. Tipe Liniency, terjadi kalau penilai cenderung memberikan nilai yang

    tinggi kepada bawahannya.

    2. Tipe Strictness, terjadi kalau penilai cenderung memberikan nilai yang

    rendah kepada bawahannya.

    3. Tipe Central Tendency, terjadi apabila orang yang dinilai enggan

    memberikan niai yang tinggi kepada bawahannya.

    4. Halo Effect Error, adalah keselahan kesan umum dari si penilai karena

    pengaruh pengalaman sebelumnya.

    5. Personal Bias, adalah bentuk kesalahan karena adanya prasangka-

    prasangka, baik kearah positif maupun kearah negatif.

    b. Direct Measures

    Universitas Sumatera Utara

  • Metode ini tidak seperti metode terdahulu dimana evaluator diminta

    pertimbangannya terhadap perilaku kerja karyawan bawahannya. Ada dua

    (2) tipe untuk evaluasi ini yaitu:

    1. Berhubungan dengan produksi, yaitu menyangkut unit-unit yang

    diproduksi dan kualitas produk

    2. Berhubungan dengan personal information, yaitu meliputi absensi,

    ketepatan dating, keluhan-keluhan dari karyawan, waktu yang

    dipergunakan untuk mempelajari pekerjaan dan sebagainya.

    a. Proficiency Testing

    Merupakan pendekatan lain dalam mengevaluasi kecakapan karyawan.

    Dalam hal ini karyawan yang di tes diminta untuk memerankan pekerjaan

    seperti keadaan yang sesungguhnya.

    2.3.2. Indikator Kinerja

    Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang menunjukkan tingkatan

    pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan

    sesuatu yang dapat dihitung serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau

    melihat bahwa kinerja setiap hari dalam perusahaan dan perseorangan terus

    mengalami peningkatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

    Menurut Mathis (2002: 78) kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi

    seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi antara lain

    termasuk:

    1. Kuantitas kerja

    Universitas Sumatera Utara

  • Standar ini dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya

    volume kerja yang seharusnya (standar kerja normal) dengan kemampuan

    sebenarnya.

    2. Kualitas kerja

    Standar ini lebih menekankan pada mutu kerja yang dihasilkan dibanding

    volume kerja.

    3. Pemanfaatan waktu

    Yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijaksanaan

    perusahaan.

    Berdasarkan keseluruhan definisi diatas dapat dilihat bahwa kinerja

    karyawan merupakan output dari penggabungan faktor-faktor yang penting

    yakni kemampuan dan minat, penerimaan seorang pekerja atas penjelasan

    delegasi tugas dan peran serta tingkat seorang pekerja atas penjelasan delegasi

    tugas. Semakin tinggi faktor-faktor diatas, maka semakin besarlah kinerja

    karyawan yang bersangkutan.

    2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

    Menurut Mathis (2002: 80) dalam pembahasan mengenai permasalahan

    kinerja karyawan maka tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang menyertai

    diantaranya.

    a. Faktor kemampuan (ability)

    Secara psikologis kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan

    potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill) artinya

    karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (110-120) denga pendidikan

    Universitas Sumatera Utara

  • yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan

    pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah mencapai kinerja

    diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan

    yang sesuai dengan keahliannya.

    b. Faktor motivasi

    Motivasi terbentuk dari sikap (atitude) seorang karyawan dalam

    menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

    menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan kerja.

    2.3.4 Penilaian Kinerja Karyawan

    Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh

    seorang manajer atau pimpinan. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang

    objektif bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus dihindarkan adanya like

    dan dislike dari penilai agar objektivitas penilai dapat terjaga. Kegitan penilai ini

    penting, karena dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan

    personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja

    mereka.

    Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan umpan balik

    untuk karyawan, yang merupakan kunci pengembangan bagi mereka dimasa

    mendatang. Disaat atasan mengidentifikasi kelemahan, potensi dan kebutuhan

    pelatihan melalui umpan balik penilaian kinerja, mereka dapat memberitahu

    karyawan mengenai kemajuan mereka, mendiskusikan keterampilan apa yang

    perlu mereka kembangkan dan melaksanakan perencanaan pengembangan

    (Malthis dan Jackson, 2002: 83).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.5 Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

    1. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan

    pengembangan jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.

    2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada tenaga kerja dalam perusahaan.

    3. Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong kearah

    kemajuan dan kemungkinan memperbaiki/meningkatkan kualitas kerja

    bagi seorang tenaga kerja.

    4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang

    pemegang tugas dan pekerjaan.

    5. Landasan/bahan informasi untuk pengambilan keputusan dalam bidang

    ketenagakerjaan baik promosi, mutasi maupun kegiatan ketenagakerjaan

    lainnya.

    2.3.6 Kegunaan Penilaian Kinerja

    Menurut Rivai (2004: 315) kegunaan kinerja ditinjau dari berbagai

    perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen Sumber Daya

    Manusia adalah:

    1. Posisi tawar

    Untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan

    rasional dengan serikat buruh (kalau ada) atau lansung dengan karyawan.

    2. Perbaikan kinerja

    Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi karyawan dalam

    bentuk kegiatan untu meningkatkan kinerja karyawan.

    3. Penyesuaian kompensasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan dalam penyesuaian

    ganti rugi, menentukan siapa yang perlu dinaikkan gajinya.

    5. Keputusan penempatan

    Membantu dalam promosi, keputusan penempatan, perpindahan dan

    penurunan pangkat pada umumnya didasarkan pada masa lampau atau

    mengantisipasi kinerja.

    6. Pelatihan dan Pengembangan

    Kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan.

    Demikian juga, kinerja baik dapat mencerminkan adanya potensi yang

    belum digunakan dan harus dikembangkan.

    2.4 Peneliti Terdahulu

    Prisma Astuti (2009) dengan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal

    Dan Non Formal Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan

    Sekretariat Daerah Propinsi Lampung. Subjek dalam penulisan ini adalah PNS di

    lingkungan Sekretariat Daerah Propinsi Lampung yang berjumlah 675 orang.

    Pengujian yang dilakukan adalah uji validitas dan reliabilitas kuisioner serta

    pengujian hipotesis menggunakkan analisi regresi binary. Hasil penulisan

    berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa pendidikan non formal tidak

    memberikan pengaruh terhadap kinerja PNS di lingkungan Sekretariat Daerah

    Propinsi Lampung sedangan pendidikan formal memberikan pengaruh sebesar

    0,141. Oleh karena itu disarankan kepada Sub Bagian Pengembangan SDM di

    Sekretariat Daerah Propinsi Lampung untuk membuat suatu program peningkatan

    kecakapan PNS, dengan memberi kesempatan kepada PNS berpendidikan formal

    Universitas Sumatera Utara

  • SMA yang kinerjanya cukup bagus untuk melanjutkan pendidikan formal ke

    jenjang yang lebih tinggi, minimal S1 dengan biaya dari Pemerintah Daerah

    Propinsi Lampung.

    2.5 Kerangka Konseptual

    Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang

    dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan

    atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2001:34).

    Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance

    (prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang). Kinerja

    adalah hasil kerja seseorang selama periode tertentu yang dinilai dengan

    serangkaian tolak ukur yang berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta

    kriteria yang ditetapkan (Siagian, 2002:224).

    Kinerja seorang karyawan pada kenyataannya akan dapat berbeda dengan

    karyawan lain. Agar kinerja dari setiap karyawan dapat meningkat diperlukan

    suatu pendorong atau faktor yang dapat membuat kinerja karyawan tersebut sesuai

    dengan yang diterapkan oleh perusahaan.

    Menurut Mangkuprawira dalam Gunawan (2004:1), faktor-faktor yang

    mempengaruhinya antara lain tingkat pendidikan, pengetahuan, ketrampilan,

    motivasi, kesehatan, pengalaman, kompensasi, iklim kerja, kepemimpinan,

    fasilitas kerja, dan hubungan sosial. Pada penulisan ini, faktor yang memiliki

    pengaruh dengan kinerja karyawan yang ada akan diteliti adalah tingkat

    pendidikan dan insentif.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pendidikan dapat meningkatkan kinerja seorang karyawan, hal ini

    disebabkan bahwa semakin tinggi daya analisisnya maka akan mampu

    memecahkan masalah yang dihadapi. Pendidikan seorang karyawan juga dapat

    memperbaiki kualitasnya dalam menjalankan tugas. Menurut Hasibuan (2003:54)

    Pendidikan adalah suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang

    untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.

    Pendidikan sekolah yang bersifat umum, pada dasarnya hanya

    mengakibatkan penguasaan pengetahuan tertentu, yang tidak dikaitkan dengan

    jabatan atau tugas tertentu. Dengan menempuh tingkat pendidikan tertentu

    menyebabkan seorang pekerja memiliki pengetahuan tertentu. Orang dengan

    kemampuan dasar apabila mendapatkan kesempatan-kesempatan pelatihan dan

    motivasi yang tepat, akan lebih mampu dan cakap untu melaksanakan tugas-

    tugasnya dengan baik, dengan demikian jelas pendidikan akan mempengaruhi

    kinerja karyawan.

    Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan lebih mudah

    baginya untuk melaksanakan fungsi-fungsinya di perusahaan tersebut. Disamping

    itu, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengenyam

    pendidikan akan dijadian dasar untuk melaksanakan tugasnya.

    Untuk meningkatkan kinerja karyawan maka perusahaan juga perlu

    memberikan insentif kepada karyawan yang berkinerja sehingga karyawan

    menjadi termotivasi dan senang melaksanakan kerja. Pada akhirnya yang

    diuntungkan dari hal itu adalah karyawan itu sendiri, pimpinan dan perusahaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Semakin besar perhatian yang diberikan perusahaan dalam merangsang

    karyawan melalui insentif, maka pada akhirnya akan memberikan dampak yang

    positif dalam peningkatan kinerja karyawan. Dengan meningkatnya kinerja

    karyawan tentunya akan menciptakan hasil kerja secara kuantitas, kualitas

    pemanfaatan waktu dan kerja sama yang baik dari karyawan dalam melaksanakan

    tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh atasan kepadanya.

    Dengan demikian pendidikan dan pemberian insentif kepada karyawan

    merupakan faktor untuk meningkatkan kinerja karyawan. Berdasarkan uraian

    yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

    Sumber: Nasution (2004), Gunawan (2004), Malthis (2002), diolah (2011)

    Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

    Tingkat Pendidikan (X1)

    a. Jenjang Pendidikan

    b. Kesesuian Jurusan Kinerja (Y)

    a. Kualitas kerja

    b. Kuantitas kerja

    c. Pemanfaatan waktu Insentif (X2)

    a. Besarnya Insentif

    b. Ketepatan dan kelancaran f

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6 Hipotesis

    Hipotesis penelitian ini adalah Tingkat pendidikan dan insentif

    berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT Garuda

    Plaza Hotel Medan.

    Universitas Sumatera Utara