tinjauan pustaka mengenai pendidikan di kalangan masyarakat
DESCRIPTION
Deskripsi mengenai abstrak Penelitian mengenai PendidikanTRANSCRIPT
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Pendidikan
2.1.1 Pengertian Tingkat Pendidikan
Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003:50) tingkat
pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur
sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Dengan demikian
Hariandja (2002: 169) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan
dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja perusahaan.
2.1.2 Indikator-indikator Tingkat Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri
dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:
a. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.
b. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
c. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
-
Kesesuaian jurusan adalah sebelum karyawan direkrut terlebih dahulu
perusahaan menganalisis tingkat pendidikan dan kesesuaian jurusan pendidikan
karyawan tersebut agar nantinya dapat ditempatkan pada posisi jabatan yang
sesuai dengan kualifikasi pendidikannya tersebut. Dengan demikian karyawan
dapat memberikan kinerja yang baik bagi perusahaan.
2.2 Insentif
2.2.1 Pengertian Insentif
Menurut Handoko (2002:176), menyatakan bahwa pengertian insentif
adalah: Perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan untuk melaksanakan
kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah ditetapkan.
Hasibuan (2003:118), mengatakan bahwa insentif adalah Tambahan balas
jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang kinerjanya diatas kinerja
standar.
Panggabean (2002:89), mengatakan bahwa insentif adalah: penghargaan
dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui
standar yang telah ditentukan.
2.2.2 Tujuan Pemberian Insentif
Fungsi utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan
dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan
mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan tujuan
utama pemberian insentif adalah untuk meningkatkan kinerja individu maupun
kelompok (Panggabean, 2002:93).
Universitas Sumatera Utara
-
Secara lebih spesifik tujuan pemberian insentif dapat dibedakan dua
golongan yaitu:
a. Bagi Perusahaan
Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam
kegiatan produksi adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja
karyawan dengan jalan mendorong/merangsang agar karyawan:
1) Bekerja lebih bersemangat dan cepat
2) Bekerja lebih disiplin
3) Bekerja lebih kreatif
b. Bagi Karyawan
Dengan adanya pemberian insentif karyawan akan mendapatkan
keuntungan:
1) Standar kinerja dapat diukur secara kuantitatif.
2) Standar kinerja di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas
jasa yang diukur dalam bentuk uang.
3) Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.
2.2.3. Jenis/Tipe Insentif
Menurut Manulang (2001:141), tipe insentif ada dua yaitu:
a. Finansial insentif
Merupakan dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja meliputi
gaji-gaji yang pantas. Tetapi juga termasuk didalamnya kemungkinan
memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan dan soal-soal kesejahteraan yang
meliputi pemeliharaan jaminan hari tua, rekreasi, kesehatan dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
-
b. Non finansial insentif
Ada 2 elemen utama dari non finansial insentif, yaitu:
1. Keadaan pekerjaan yang memuaskan yang meliputi tempat kerja, jam kerja,
tugas dan rekan kerja.
2. Sikap pimpinan terhadap keinginan masing-masing karyawan seperti jaminan
pekerjaan, promosi, keluhan-keluhan, hiburan-hiburan dan hubungan dengan
atasan.
Menurut Dessler (2001:141), jenis rencana insentif secara umun adalah:
a. Program insentif individual memberikan pemasukan lebih dan diatas gaji
pokok kepada karayawan individual yang memenuhi satu standar kinerja
individual spesifk. Bonus di tempat diberikan, umumnya untuk karyawan
individual, atas kinerja yang belum diukur oleh standar, seperti contoh
mengakui jam kerja yang lama yang digunakan karyawan tersebut bulan
lalu.
b. Program insentif kelompok adalah seperti rencana insentif individual
namun memberi upah lebih dan gaji pokok kepada semua anggota tim
ketika kelompok atau tim secara kolektif mencapai satu standar yang
khusus, kinerja atau perilaku sehubungan dengan kerja lainnya.
c. Rencana pembagian laba secara umum merupakan program insentif di
seluruh perusahaan yang memberikan kepada karyawan satu bagian
(share) dari laba perusahaan dalam satu periode khusus.
Universitas Sumatera Utara
-
d. Program pembagian perolehan (gain sharing) adalah rencana upah di
seluruh perusahaan yang dirancang untuk memberi imbalan kepada
karyawan atas perbaikan dalam kinerja organisasi.
2.2.4. Proses Pemberian Insentif
Menurut Panggabean (2002: 90), proses pemberian insentif dapat
dibedakan menjadi dua bagian yakni proses pemberian individu dan kelompok.
Rencana insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan
tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar kinerja
tertentu. Sedangkan insentif akan diberikan kepada kelompok kerja apabila
kinerja mereka juga melebihi standar yang telah ditetapkan.
Menurut Panggabean (2002: 91), pemberian insentif terhadap kelompok
dapat diberikan dengan cara:
1. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang diterima
oleh mereka yang paling tinggi kinerjanya.
2. Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama dengan
pembayaran yang diterima oleh karyawan yang paling rendah kinerjanya.
3. Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan rata-rata
pembayaran yang diterima oleh kelompok.
Menurut Dessler (2001: 154-157), insentif juga dapat diberikan kepada
seluruh organisasi, tidak hanya berdasarkan insentif individu atau kelompok.
Rencana insentif seluruh perusahaan ini antara lain terdiri dari:
1. Profit sharing plan, yaitu rencana dimana kebanyakan karyawan berbagi
laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
-
2. Rencana kepemilikan saham karyawan, yaitu insentif yang diberikan oleh
perusahaan dimana perusahaan menyumbang saham dari stoknya sendiri
kepada orang kepercayaan dimana sumbangan-sumbangan tambahan
dibuat setiap tahun. Orang kepercayaan mendistribusikan stok kepada
karyawan yang mengundurkan diri (pensiun) atau yang terpisah dari
layanan.
3. Rencana Scanlon, yaitu suatu rencana insentif yang dikembangkan pada
tahun 1937 oleh Joseph Scanlon dan dirancang untuk mendorong
kerjasama, keterlibatan dan berbagai tunjungan.
4. Gainsharing plans, yaitu rencana insentif yang melibatkan karyawan
dalam suatu usaha bersama untuk mencapai sasaran kinerja dan pembagian
perolehan.
2.2.5 Syarat Pemberian Insentif
Menurut Panggabean (2002:92) syarat tersebut adalah:
1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat
dimengerti.
2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan
untuk mereka lakukan.
3. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal
untuk memperoleh sesuatu.
4. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk
menentukan rencana insentif. Program dolar akan sia-sia (program
Universitas Sumatera Utara
-
evaluasi akan terhambat), jika kinerja tertentu tidak dapat dikaitkan
dengan dolar yang dibelanjakan.
2.3 Kinerja Karyawan
2.3.1 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja dari kata job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Prestasi kerja pada
umumnya dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan
kesungguhan kerja dari tenaga kerja yang bersangkutan.
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu
maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja
orgaisasi (Mathis dan Jackson, 2002: 78).
Menurut Hasibuan (2003: 78), kinerja adalah hasil kerja nyata dan standar
kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Pengertian kinerja
atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam Asad, 2001: 46) sebagai
kesuksesan seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi
Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah successful role achievement
yang diperoleh dari perbuatan-perbuatannya (Asad, 2001: 46). Dari batasan
tersebut, Asad menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang
menurut ukuran yang berlaku pada pekerjaan yang bersangkutan. Meningkatnya
kinerja perorangan (individual performance) maka kemungkinan besar juga akan
Universitas Sumatera Utara
-
meningkatkan kinerja perusahaan (corporat performance) karena keduanya
mempunyai hubungan yang erat.
Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam menilai prestasi kerja
(Asad, 2001:22) yaitu:
a. Subjective Procedure
Prosedur ini meliputi penilaian ataupun pertimbangan-pertimbangan
terhadap kecakapan kerja yang dilakukan oleh superior (atasan), sub ordinates
(bawahan), peers (kelompok kerja), rekan-rekan sekerja, outside observer (para
observer dari luar) dan self (diri sendiri).
Prosedur sangat bergantung pada opini manusia, maka prosedur memiliki
kesalahan-kesalahan disebabkan oleh manusia (human error), yaitu:
1. Tipe Liniency, terjadi kalau penilai cenderung memberikan nilai yang
tinggi kepada bawahannya.
2. Tipe Strictness, terjadi kalau penilai cenderung memberikan nilai yang
rendah kepada bawahannya.
3. Tipe Central Tendency, terjadi apabila orang yang dinilai enggan
memberikan niai yang tinggi kepada bawahannya.
4. Halo Effect Error, adalah keselahan kesan umum dari si penilai karena
pengaruh pengalaman sebelumnya.
5. Personal Bias, adalah bentuk kesalahan karena adanya prasangka-
prasangka, baik kearah positif maupun kearah negatif.
b. Direct Measures
Universitas Sumatera Utara
-
Metode ini tidak seperti metode terdahulu dimana evaluator diminta
pertimbangannya terhadap perilaku kerja karyawan bawahannya. Ada dua
(2) tipe untuk evaluasi ini yaitu:
1. Berhubungan dengan produksi, yaitu menyangkut unit-unit yang
diproduksi dan kualitas produk
2. Berhubungan dengan personal information, yaitu meliputi absensi,
ketepatan dating, keluhan-keluhan dari karyawan, waktu yang
dipergunakan untuk mempelajari pekerjaan dan sebagainya.
a. Proficiency Testing
Merupakan pendekatan lain dalam mengevaluasi kecakapan karyawan.
Dalam hal ini karyawan yang di tes diminta untuk memerankan pekerjaan
seperti keadaan yang sesungguhnya.
2.3.2. Indikator Kinerja
Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang menunjukkan tingkatan
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan
sesuatu yang dapat dihitung serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau
melihat bahwa kinerja setiap hari dalam perusahaan dan perseorangan terus
mengalami peningkatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Menurut Mathis (2002: 78) kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi antara lain
termasuk:
1. Kuantitas kerja
Universitas Sumatera Utara
-
Standar ini dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya
volume kerja yang seharusnya (standar kerja normal) dengan kemampuan
sebenarnya.
2. Kualitas kerja
Standar ini lebih menekankan pada mutu kerja yang dihasilkan dibanding
volume kerja.
3. Pemanfaatan waktu
Yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijaksanaan
perusahaan.
Berdasarkan keseluruhan definisi diatas dapat dilihat bahwa kinerja
karyawan merupakan output dari penggabungan faktor-faktor yang penting
yakni kemampuan dan minat, penerimaan seorang pekerja atas penjelasan
delegasi tugas dan peran serta tingkat seorang pekerja atas penjelasan delegasi
tugas. Semakin tinggi faktor-faktor diatas, maka semakin besarlah kinerja
karyawan yang bersangkutan.
2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
Menurut Mathis (2002: 80) dalam pembahasan mengenai permasalahan
kinerja karyawan maka tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang menyertai
diantaranya.
a. Faktor kemampuan (ability)
Secara psikologis kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill) artinya
karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (110-120) denga pendidikan
Universitas Sumatera Utara
-
yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah mencapai kinerja
diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya.
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (atitude) seorang karyawan dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan kerja.
2.3.4 Penilaian Kinerja Karyawan
Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh
seorang manajer atau pimpinan. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang
objektif bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus dihindarkan adanya like
dan dislike dari penilai agar objektivitas penilai dapat terjaga. Kegitan penilai ini
penting, karena dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan
personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja
mereka.
Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan umpan balik
untuk karyawan, yang merupakan kunci pengembangan bagi mereka dimasa
mendatang. Disaat atasan mengidentifikasi kelemahan, potensi dan kebutuhan
pelatihan melalui umpan balik penilaian kinerja, mereka dapat memberitahu
karyawan mengenai kemajuan mereka, mendiskusikan keterampilan apa yang
perlu mereka kembangkan dan melaksanakan perencanaan pengembangan
(Malthis dan Jackson, 2002: 83).
Universitas Sumatera Utara
-
2.3.5 Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
1. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan
pengembangan jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.
2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada tenaga kerja dalam perusahaan.
3. Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong kearah
kemajuan dan kemungkinan memperbaiki/meningkatkan kualitas kerja
bagi seorang tenaga kerja.
4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang
pemegang tugas dan pekerjaan.
5. Landasan/bahan informasi untuk pengambilan keputusan dalam bidang
ketenagakerjaan baik promosi, mutasi maupun kegiatan ketenagakerjaan
lainnya.
2.3.6 Kegunaan Penilaian Kinerja
Menurut Rivai (2004: 315) kegunaan kinerja ditinjau dari berbagai
perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen Sumber Daya
Manusia adalah:
1. Posisi tawar
Untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan
rasional dengan serikat buruh (kalau ada) atau lansung dengan karyawan.
2. Perbaikan kinerja
Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi karyawan dalam
bentuk kegiatan untu meningkatkan kinerja karyawan.
3. Penyesuaian kompensasi
Universitas Sumatera Utara
-
4. Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan dalam penyesuaian
ganti rugi, menentukan siapa yang perlu dinaikkan gajinya.
5. Keputusan penempatan
Membantu dalam promosi, keputusan penempatan, perpindahan dan
penurunan pangkat pada umumnya didasarkan pada masa lampau atau
mengantisipasi kinerja.
6. Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan.
Demikian juga, kinerja baik dapat mencerminkan adanya potensi yang
belum digunakan dan harus dikembangkan.
2.4 Peneliti Terdahulu
Prisma Astuti (2009) dengan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal
Dan Non Formal Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Sekretariat Daerah Propinsi Lampung. Subjek dalam penulisan ini adalah PNS di
lingkungan Sekretariat Daerah Propinsi Lampung yang berjumlah 675 orang.
Pengujian yang dilakukan adalah uji validitas dan reliabilitas kuisioner serta
pengujian hipotesis menggunakkan analisi regresi binary. Hasil penulisan
berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa pendidikan non formal tidak
memberikan pengaruh terhadap kinerja PNS di lingkungan Sekretariat Daerah
Propinsi Lampung sedangan pendidikan formal memberikan pengaruh sebesar
0,141. Oleh karena itu disarankan kepada Sub Bagian Pengembangan SDM di
Sekretariat Daerah Propinsi Lampung untuk membuat suatu program peningkatan
kecakapan PNS, dengan memberi kesempatan kepada PNS berpendidikan formal
Universitas Sumatera Utara
-
SMA yang kinerjanya cukup bagus untuk melanjutkan pendidikan formal ke
jenjang yang lebih tinggi, minimal S1 dengan biaya dari Pemerintah Daerah
Propinsi Lampung.
2.5 Kerangka Konseptual
Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2001:34).
Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang). Kinerja
adalah hasil kerja seseorang selama periode tertentu yang dinilai dengan
serangkaian tolak ukur yang berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta
kriteria yang ditetapkan (Siagian, 2002:224).
Kinerja seorang karyawan pada kenyataannya akan dapat berbeda dengan
karyawan lain. Agar kinerja dari setiap karyawan dapat meningkat diperlukan
suatu pendorong atau faktor yang dapat membuat kinerja karyawan tersebut sesuai
dengan yang diterapkan oleh perusahaan.
Menurut Mangkuprawira dalam Gunawan (2004:1), faktor-faktor yang
mempengaruhinya antara lain tingkat pendidikan, pengetahuan, ketrampilan,
motivasi, kesehatan, pengalaman, kompensasi, iklim kerja, kepemimpinan,
fasilitas kerja, dan hubungan sosial. Pada penulisan ini, faktor yang memiliki
pengaruh dengan kinerja karyawan yang ada akan diteliti adalah tingkat
pendidikan dan insentif.
Universitas Sumatera Utara
-
Pendidikan dapat meningkatkan kinerja seorang karyawan, hal ini
disebabkan bahwa semakin tinggi daya analisisnya maka akan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi. Pendidikan seorang karyawan juga dapat
memperbaiki kualitasnya dalam menjalankan tugas. Menurut Hasibuan (2003:54)
Pendidikan adalah suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang
untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.
Pendidikan sekolah yang bersifat umum, pada dasarnya hanya
mengakibatkan penguasaan pengetahuan tertentu, yang tidak dikaitkan dengan
jabatan atau tugas tertentu. Dengan menempuh tingkat pendidikan tertentu
menyebabkan seorang pekerja memiliki pengetahuan tertentu. Orang dengan
kemampuan dasar apabila mendapatkan kesempatan-kesempatan pelatihan dan
motivasi yang tepat, akan lebih mampu dan cakap untu melaksanakan tugas-
tugasnya dengan baik, dengan demikian jelas pendidikan akan mempengaruhi
kinerja karyawan.
Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan lebih mudah
baginya untuk melaksanakan fungsi-fungsinya di perusahaan tersebut. Disamping
itu, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengenyam
pendidikan akan dijadian dasar untuk melaksanakan tugasnya.
Untuk meningkatkan kinerja karyawan maka perusahaan juga perlu
memberikan insentif kepada karyawan yang berkinerja sehingga karyawan
menjadi termotivasi dan senang melaksanakan kerja. Pada akhirnya yang
diuntungkan dari hal itu adalah karyawan itu sendiri, pimpinan dan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
-
Semakin besar perhatian yang diberikan perusahaan dalam merangsang
karyawan melalui insentif, maka pada akhirnya akan memberikan dampak yang
positif dalam peningkatan kinerja karyawan. Dengan meningkatnya kinerja
karyawan tentunya akan menciptakan hasil kerja secara kuantitas, kualitas
pemanfaatan waktu dan kerja sama yang baik dari karyawan dalam melaksanakan
tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh atasan kepadanya.
Dengan demikian pendidikan dan pemberian insentif kepada karyawan
merupakan faktor untuk meningkatkan kinerja karyawan. Berdasarkan uraian
yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Sumber: Nasution (2004), Gunawan (2004), Malthis (2002), diolah (2011)
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Tingkat Pendidikan (X1)
a. Jenjang Pendidikan
b. Kesesuian Jurusan Kinerja (Y)
a. Kualitas kerja
b. Kuantitas kerja
c. Pemanfaatan waktu Insentif (X2)
a. Besarnya Insentif
b. Ketepatan dan kelancaran f
Universitas Sumatera Utara
-
2.6 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah Tingkat pendidikan dan insentif
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT Garuda
Plaza Hotel Medan.
Universitas Sumatera Utara