tinjauan pustaka a. buah naga -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BUAH NAGA
1. Sejarah Buah Naga
Menurut sejarah penyebarannya, Tanaman kaktus pemanjat penghasil
buah naga, diketemukan pertama kali ditempat tumbuhnya yang asli, di
lingkungan hutan belantara. Tempat asalnya adalah Meksiko, Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan bagian utara. Di Meksiko buah naga disebut pita
haya. Sedangkan di Amerika Selatan disebut pitaya roja. Sebagai hasil hutan,
buah ini sudah lama dimanfaatkan oleh orang Indian, tetapi selama itu tidak
pernah diberitakan dalam media massa dunia (Winarsih S, 2007 ).
Pada tahun 1977 buah ini dibawa ke Indonesia dan berhasil
dibudidayakan. Buah naga kaya akan vitamin dan mineral dengan kandungan
serat cukup banyak sehingga cocok untuk diet (Tim Karya Mandiri, 2010).
2. Sistematika Buah Naga
Adapun klasifikasi buah naga sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Cactales
Famili : Cactaseae
Subfamili : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
5
6
Spesies : a. Hylocereus undatus (daging putih)
b. Hylocereus polyrhizus (daging merah)
(Kristanto D, 2008)
3. Pembagian kelas buah
Ukuran buh dapat dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan berat
buah dan harganya juga berbeda bagi setiap kelas.
a. Kelas AA berat 500-800 g.
b. Kelas A berat 350-450 g.
c. Kelas B berat 250-350 g.
d. Kelas D berat di bawah 250 g.
4. Jenis –jenis buah naga
Jenis buah naga yang telah dibudidayakan ada empat, yaitu
a. Buah naga berdaging putih ( Hylocereus undatus )
Hylocereus undatus yang lebih popular dengan sebutan white pitaya
adalah buah naga yang kulitnya berwarna merah dan daging berwarna
putih.
Rasa buahnya masam bercampur manis. Dibanding jenis lainnya, kadar
kemanisannya tergolong rendah, sekitar 10-13 briks.
b. Buah naga berdaging merah ( Hylocereus polyrhizus )
Hylocereus polyrhizus yang lebih banyak dikembangkan di Cina dan
Australia ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging
berwarna merah keunguan. Rasa buah lebih manis dibanding Hylocereus
undatus.
7
c. Buah naga berdaging super merah (Hylocereus costaricensis)
Buah Hylocereus costaricensis sepintas memang mirip buah hylocereus
polyrhizus. Namun warna daging buahnya lebih merah. Rasa manis
buah ini memiliki kadar kemanisan mencapai 13-15 briks.
d. Buah naga kulit kuning berdaging putih (Selenicereus megalanthus)
Selenicereus megalanhus berpenampilan berbeda dibanding jenis anggota
hylocereus. Kulit buah berwarna kuning tanpa sisik sehingga cenderung
lebih halus. Rasa buahnya jauh lebih manis dibanding buah naga lainnya
karena memiliki kadar kemanisan 15-18 briks.
5. Morfologi
Tanaman buah naga merupakan tanaman jenis merambat, secara
morfologi, tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki
daun. Berikut adalah morfologi buah naga :
a. Akar
Perakaran tanaman buah naga bersifat epifit, yaitu merambat dan
menempel pada batang tanaman lain. Kalaupun tanaman ini dicabut dari
tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air
dan mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya. Perakaran
tanaman buah naga tidak terlalu panjang dan terbentuk akar cabang dari
akar cabang, tumbuh akar rambut yang sangat kecil, lembut, dan banyak.
Pertumbuhan perakaran tanaman normal, dianjurkan agar derajat keasaman tanah
berada pada kondisi ideal, yaitu pH 7. Bila pH dibawah 5, pertumbuhan tanaman
akan menjadi lambat, bahkan menjadi kerdil. Oleh karena itu, sebaiknya pH
tanah harus diketahui sebelum tanaman ditanam maupun sesudah ditanam. Ini
8
disebabkan perakaran tanaman menjadi media penghisap hara yang ada di dalam
tanah.
Gambar 1. akar Buah Naga
b. Batang dan cabang
Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir
dan berlapis lilin bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru-biruan atau
ungu. Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga.
Batang dan cabang ini juga berfungsi sebagai daun dalam proses
asimilasi. Itulah sebabnya batang dan cabangnya berwarna hijau. Batang
dan cabang mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan
tanaman. Tanaman ini juga dianggap sebagai kaktus tidak berduri karena
durinya yang pendek dan letak duri pada tepi siku-siku batang maupun
cabang.
Gambar 2. cabang dan batang Buah Naga berdaging putih
9
Gamabar 3. cabang dan batang Buah Naga berdaging merah
c. Bunga
Kuncup bunga yang sudah berukuran panjang sekitar 30 cm akan
mulai mekar pada sore hari. Ini terjadi karena pada siang hari kuncup
bunga dirangsang untuk mekar oleh sinar matahari dan perubahan suhu
yang agak tajam antara siang dan malam hari. Bunga ini mekar penuh pada
waktu tengah malam. Itulah sebabnya tanaman ini dijuluki sebagai night
blooming cereus.
Gambar 4. Bunga Buah Naga
d. Buah
Buah berbentuk bulat panjang serat berdaging warna merah dan
sangat tebal. Letak buah pada umumnya mendekati ujung cabang atau
batang. Pada cabang atau batang dapat tumbuh buah lebih dari satu,
terkadang bersamaan atau berhimpitan. Bentuk buah bulat lonjong.
10
Ketebalan kulit buah 2-3 cm. Permukaan kulit buah terdapat jumbai atau
jumbul berukuran 1-2 cm.
Gambar 5. buah naga berdaging merah
Gambar 6. Buah Naga berdaging putihe. Biji
Biji berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam, kulit biji
sangat tipis tetapi keras. Biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan
tanaman secara generative, tetapi cara ini jarang dilakukan karena
memerlukan waktu yang lama sampai berproduksi.
Biasanya biji digunakan para peneliti untuk memunculkan varietas baru.
Setiap buah naga mengandung lebih dari 1.000 biji. Biji berwarna hitam
dan halus, endosperma sedikit atau bahkan tidak ada.
Gambar 7. biji buah naga
11
6. Khasiat buah naga
Buah naga memiliki khasiat untuk kesehatan manusia, diantaranya
ialah sebagai penyeimbang kadar gula darah, membersihkan darah,
menguatkan ginjal, menyehatkan lever, perawatan kecantikan, menguatkan
daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata, mengurangi keluhan panas
dalam, menstabilkan tekanan darah, mencegah sembelit dan memperlancar
feses, pencegah kanker usus, pelindung kesehatan mulut, serta pengurang
kolestrol, pencegah pendarahan, dan obat keluhan keputihan. Adanya khasiat-
khasiat tersebut disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam buahnya yang
sangat mendukung kesehatan manusia. Tabel 1 memberikan gambaran tentang
kandungan nutrisi dalam buah naga.
Tabe1 1. Kandungan Nutrisi Buah Naga (Kristanto D,2008)
Nutrisi Satuan KandunganKadar gula (briks) 13-18Air (%) 90,20Karbohidrat (g) 11,5Asam (g) 0,139Protein (g) 0,53Serat (g) 0,71Kalsium (mg) 134,5Fosfor (mg) 8,7Magnesium (mg) 60,4Lemak (g) 0,21 – 0,61Betakarotin (mg) 0,005 – 0,012Kalsium (mg) 6,3 – 8,8Besi (mg) 0,55 – 0,65Vitamin B1 (mg) 0,28 – 0,30Vitmin B2 (mg) 0,043 – 0,045Vitamin C (mg) 9,4Miasin (mg) 1,297 – 1,300
12
7. Manfaat buah naga
Hal menarik pada Buah naga (dragon fruit) adalah hampir semua
bagian pada tanaman buah naga aman untuk dikonsumsi dan tentu saja
mempunyai khasiat yang bagus untuk kesehatan.
Kulit dari buah naga juga aman untuk dikonsumsi dan saat ini sudah
banyak masakan yang menggunakan kulit buah naga misalnya capcay, sop,
salad layaknya kol atau kubis, atau dapat diblender sebagai bahan campuran
minuman jus dan lain-lain.
8. Penanganan panen dan pasca panen
a. Panen
1) Waktu Panen
Setelah tanaman berumur 1,5-2 tahun, mulai berbunga dan
berbuah. Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah
yang memiliki cirri-ciri warna kulit merah mengkilap, jumbai/sisik
berubah warna dari hijau menjadi kemerahan.
Pemanenan dilakukan saat buah mencapai umur 50 hari terhitung
sejak bunga mekar. Dalam 2 tahun pertama Musim panen terbesar
buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret. Umur produktif
buah naga ini berkisar antara 15 – 20 tahun.
2) Kematangan Buah
Buah naga akan matang dalam masa 40 – 50 hari setelah proses
penyerbukan. Kelopak bunga akan menjadi layu, kering dan putik
muda mulai membesar. Buah cukup matang apabila semua kulit buah
13
berwarna merah, kecuali sisik buah di bagian ujung buah masih hijau
sedikit.
Apabila buah naga terlambat dipetik, rekahan akan terjadi dan
buah mudah rusak dan tidak akan bertambah manis setelah dipetik.
Oleh karena itu, untuk memastikan buah yang dipetik manis dan enak
dimakan buah naga perlu dipanen pada masa yang sesuai.
3) Cara pemetikan
Pemetikan buah naga perlu dilakukan dalam jangka waktu lima
hari supaya buah tidak merekah di pokok. Buah dipotong tangkainya
dengan menggunakan pisau atau gunting tanpa merusak kulit buah dan
disimpan didalam bakul plastik.
b. Penangan Buah Pascapanen
Setelah panen buah disortir berdasarkan ukuran buah. Penyortiran
atau penyeleksian dilakukan untuk memisahkan buah berdasarkan ukuran
dan kondisi buah seperti cacat. Setelah penyortiran selesai buah siap untuk
dikirimkan. Dalam pengiriman buah, yang pertama harus diperhatikan
adalah jarak tempuh hingga tujuan akhir. Hal ini sangat berpengaruh pada
ketahanan buah selama pengiriman.
c. Pengemasan
Untuk pemasaran dekat, pengemasan buah naga dapat disusun di
dalam kardus atau keranjang plastik sesuai dengan ketentuan pembagiaan
kelas masing – masing buah.
14
Untuk pemasaran jauh, pengemasan buah naga perlu dibungkus
dengan “Styrofoam” lembut dan disusun di dalam kotak beralas dengan
potongan – potongan kertas (Tim Karya Mandiri, 2010).
B. VITAMIN C
1. Definisi Vitamin C
Asam askorbat (Vitamin C) adalah suatu heksosa dan klasifikasikan
sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan mono sakarida. Vitamin C
mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian
atas usus halus lalu masuk keperedaran darah melalui venna porta. Rata-rata
absorpsi adalah 90 % untuk konsumsi diantara 20 dan 120 mg sehari. Tubuh
dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C, bila konsumsi mencapai 100
mg sehari (Sunita Almatsier, 2001).
Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen
interseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam
tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan vaskulair endothelium.
Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua
amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin
(Winarno,2004).
2. Nama dan Struktur
15
a. Nama Umum
1) Vitamin C
Nama ini pertama kali diusulkan oleh J.C. Drummond pada tahun
1920 untuk menamakan suatu senyawa yang dapat mencegah dan
mengobati penyakit “scurvy”.
2) Asam askorbat
Pertama kali diusulkan oleh Szent – Gyorgyi dan Hawort pada tahun
1993
3) Asam ceritamat (ceritamic acid)
Nama ini diperkenalkan oleh badan Kimia dan Farmasi Amerika
Serikat (Council on Pharmacy and Chemistry of The American
Medical Association). Organisasi ini kemudian mengubah nama
tersebut menjadi asam askorbat.
b. Nama Trivial
1) Asam Heksuronat (Hexuronic Acid)
Nama ini diusulkan oleh Szent – Gyorgyi pada tahun 1928 untuk suatu
senyawa yang bersifat pereduksi kuat yang diisolasi dari kelenjar anak
ginjal (adrenal), jeruk dan kubis.
16
2) Anti – Scorbutin
Pertama kali diusulkan oleh Holst pada tahun 1912.
3) Vitamin anti – Scorbut (anti – scorbutat vitamin)
4) Scorbutamin
Diusulkan oleh R.L. Jones pada tahun 1928
c. Nama kimia
Nama kimia yang diberikan pada vitamin C antara lain : L-asam askorbat,
L-threo-3-keto-asam heksuronat lakton, L-xylo-threo-asam heksuronat
lakton, L-threo-2-3-4-5-6-pentoksi-heksan-2-asam karboksilat lakton.
d. Rumus empiris : C6H8O6
Berat Molekul : 176,13 (Farmakope Indonesia edisi IV 1995)
3. Fungsi vitamin C
Salah satu fungsi utama vitamin C adalah berperan dalam
pembentukan kolagen. Vitamin C bertindak sebagai ko-enzim atau ko-faktor
pada proses hidroksilasi, baik secara aktif maupun sebagai zat reduktor.
Vitamin C juga penting dalam proses sintesis dari carnitine, yakni zat
penting pembawa asam lemak rantai panjang ke mitokhondria untuk proses β
–oksidasi. Pada defisiasi vitamin C pembentukan enersi dalam tubuh dapat
ikut terganggu akibat gangguan sintesa carnitine yang akan menimbulkan
perasaan lemah dan lesu.
Penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa defisiensi
vitamin C menahun dapat menurunkan aktivitas enzim hidroksilasi pada sel-
17
sel hepar, akibatnya terjadi akumulasi kolesterol di jaringan-jaringan dan
plasma.
Dengan demikian kekurangan vitamin C dapat dianggap sebagai
faktor risk dalam patogenesa hiperkolesterolemia dan penyakit jantung
koroner ( Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,1985). Vitamin
C juga dianggap ikut berperan dalam berbagai proses biokimiawi tubuh.
4. Metabolisme Vitamin C
Jumlah masukan vitamin C yang diperlukan pada orang dewasa agar
jangan sampai terjadi gejala defisiensi adalah 10 mg/hari. Sedangkan di
Indonesia, kebutuhan yang dianjurkan adalah 30 mg/hari.
Sebagian dari vitamin C tadi akan diubah menjadi garam-garam
oksalat, dan keadaan fisiologis banyak kira-kira 40-50 mg garam oksalat yang
diekskresikan berasal dari vitamin C, yakni setengah dari seluruh ekskresi
oksalat.
Kelebihan vitamin C juga dapat menaikkan kadar keasaman darah
khususnya yang mendapat vitamin C dosis tinggi secara intravena. Pada
keadaan tertentu, penurunan pH darah tidak diharapkan. Yang jelas,
kelebihan vitamin C akan meningkatkan keasaman urin.
Sumber vitamin C dapat kita jumpai pada sayuran dan buah-buahan
segar. Atau dapat pula dengan tablet-tablet vitamin C yang sekarang banyak
dipasarkan. (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,1985)
18
5. Sifat Vitamin C
Vitamin C sangat mudah larut dalam air (1 vitamin C gram dapat larut
sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 gram vitamin C larut
dalam 50 ml alkohol absolute atau 100 ml Gliserin) dan tidak larut dalam
benzena, eter, chloroform, minyak dan sejenisnya.
Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan
mereduksinya yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa
logam, terutama Cu dan Ag. (Nuriandarwulan, Sutrisno Koswara 1992)
6. Metode Penetapan Kadar Vitamin C
a. Metode Fisik
1) Metode spektroskopis
Metode ini berdasarkan pada kemampuan vitamin C yang terlarut
dalam air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelobang
maximum pada 265 nm.
2) Metode Polarografik
Metode ini berdasarkan pada potensial oksidasi asam askorbat dalam
larutan asam atau bahan pangan yang bersifat asam, misalnya ekstrak
buah – buahan dan sayuran.
b. Metode Kimia
1) Titrasi dengan Iodin
Kandungan vitamin C dalam larutan murni dapat ditentukan
secara titrasi menggunakan larutan 0,01N Iodin.
19
2) Titrasi dengan 2,6-dikhlorofenol indofenol
Pengukuran vitamin C dengan titrasi menggunakan 2,6-
dikhlorofenol indofenol pertama kali dilakukan oleh Tillmans pada
tahun 1972.
Metode titrasi dengan 2,6 dikhlorofenol atau larutan dye
merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan
kadar vitamin C dalam bahan pangan. Disamping mengoksidasi
vitamin C, pereaksi indifenol juga mengoksidasi senyawa lain,
misalnya senyawa-senyawa sulfidhril, thiosianat, senyawa-senyawa
peridimium, bentuk tereduksi dari turunan asam nikosianat dan
riboflavin. Dalam larutan vitamin C, terdapat juga bentuk dehidro
asam askorbat yang harus diubah menjadi asam askorbat. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menambahkan gas nitrogen atau CO2 ke dalam
larutan.
Karena jumlah dehidro asam askorbat yang aktif sangat kecil
dan tidak berarti sebagai sumber vitamin C (tetapi dalam bahan-bahan
yang disimpan jumlah cukup besar) maka kadar vitamin C dapat
ditentukan secara langsung dengan titrasi dikhlorofenol Indifenol.
Tetapi untuk itu diperlukan syarat, bahan pangan yang akan diukur
kandungan vitamin C nya diekstrak dengan asam kuat dalam waktu
yang cukup tepat. Asam kuat yang dapat digunakan asam metafosat
dan asam oksalat. Penggunaan asam dimaksudkan untuk mengurangi
oksidasi vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi dan pengaruh glutation
20
yang terdapat dalam jaringan tanaman (Andarwulan Nuri dan Sutrisno
Koswara).
3) Titrasi dengan Methylene-blue (biru metilen)
Asam askorbat dapat direduksi oleh methyline-blue dengan
bantuan cahaya menjadi bentuk senyawa leuco (leuco methylene-blue).
4) Metode Tauber
Larutan vitamin C dalam asam asetat ditambah atau
dicampurkan dengan larutan ferrisulfat dan asam fosfat, kemudian
ditambahkan dengan larutan permanganat yang akan membentuk
warna biru.
5) Tes Furfural
Jika vitamin C dididihkan dalam asam khlorida akan
membentuk furfural, yang jumlahnya dapat ditentukan dengan aniline
phtorogencinal atau dengan resorsinol.
c. Metode Biokimia
Metode ini berdasarkan kemampuan enzim asam askorbat oksidase
untuk mengoksidasi asam askorbat.
d. Metode Biologi
Walaupun banyak diganti dengan metode kimia dan fisika untuk
menentukan dan paling mendekati kebenaran.