tinjauan pustaka 3

22
TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA TEORI PARIWISATA Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pada Bab I pasal 1 menjelaskan tentang beberapa pengertian antara lain : wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah daerah, dan pengusaha. ODTW menurut undang-undang nomor 9 tahun 1990 adala segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kualitas ODTW bisa memberikan kesan bahwa suatu destinasi akan memberikan suatu atraksi yang berbeda dengan destinasi lainnya, yang sesungguhnya menawarkan atraksi yang tidak jauh berbeda, sehingga daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Pengusahaan objek wisata dapat dikelompokan kedalam tiga kategori : 1) pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, 2) Pengusahaan objek dan daya 11

Upload: purnama-suzanti

Post on 03-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gambaran pariwisata

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA TEORIPARIWISATA

Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pada Bab I pasal 1 menjelaskan tentang beberapa pengertian antara lain : wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah daerah, dan pengusaha.

ODTW menurut undang-undang nomor 9 tahun 1990 adala segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kualitas ODTW bisa memberikan kesan bahwa suatu destinasi akan memberikan suatu atraksi yang berbeda dengan destinasi lainnya, yang sesungguhnya menawarkan atraksi yang tidak jauh berbeda, sehingga daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Pengusahaan objek wisata dapat dikelompokan kedalam tiga kategori : 1) pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, 2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, dan 3) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus (Suwantoro, 2004 : 19)

Menurut Leiper (1990), pada dasarnya yang dimaksud dengan destinasi adalah interaksi antara berbagai elemen yang harus dikelola dengan baik. Elemen tersebut terdiri tiga hal yaitu wisatwan, obyek dan daya tarik wisata, serta informasi mengenai objek dan daya tarik wisata.

Komponen pariwisataGambar 1. komponen fungsi dan supply, sumber Gunn, 1994

Menurut Cooper (dalam Yoeti, 2006:168), unsur-unsur yang menentukan keberhasilan sebagai daerah tujuan wisata adalah : (a) Atraksi wisata (attraction) yang meliputi atraksi alam dan buatan; (b) Kemudahan untuk mencapai akses (access) seperti ketersediaan transportasi lokal, baik darat, laut maupun udara, serta sarana dan prasarana pendukungnya; (c) Kenyamanan (amenities) seperti kualitas akomodasi, ketersediaan restoran, jasa keuangan, dan keamanan; (d) Jasa pendukung yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta (anciliary service) termasuk di dalamnya peraturan dan perundang-undangan tentang kepariwisataan.ATRAKSI WISATA Menurut gunn (1988) atraksi merupakan elemen esensial dari produk kepariwisataan yang merupakan basis potensi daya tarik wisata/produk pariwisata yang merefleksikankeunikan alan/budaya suatu kawasan wisata tertentu. Atraksi menjadi salah satu komponen penting produk pariwisata pada sebuah destinasi atau objek wisata. Atraksi harus dikonsepkansebagai daya tarik yang mampu menstimulasi minat wisatawan untuk berkunjung dan mampu memberikan jaminan kepuasan bagi wisatwan.

Atraksi sebaiknya merefleksikan karakter setempat (memiliki keberbedaan, keunikan karakter alam dan budaya).Atraksi dalam hal ini mencakup (inskeep 1991) Objek/daya tarik wisata meliputi objek atas dasar fitur alam, atraksi budaya dan kegiatan wisata yang meliputi atraksi khusus yang dibuat sebagai atraksi wisata. Atraksi alam meliputi (1) Iklim; udara, angin, temperature, hujan, salju (2) Keindahan alam (scenic); lanskap alam, alam pedesaan (3) Pantai dan bahari, (4) Taman kawasan konservasi, (5) wisata kesehatan, (6) Flora dan Fauna, (7) Bentuk-bentuk khusus lingkungan; goa, tebing, volcano, air terjun. Atraksi Budaya meliputi (1) Situs arkeologi, sejarah dan budaya, (2)Kebudayaan yang distinktif; budaya tradisi, gaya hidup yang unik (3) Museum dan fasilitas budaya yang lain (4) Festival budaya (5) keramahtamahan masyarakat setempat (6) Seni dan kerajinan (7) kegiatan ekonomi (8) kawasan urban. Atraksi khusus meliputi (1) theme parks, amusement parks (2) Belanja (3) Pertemuan, konferensi dan konvensi. (4) event khusus (5) Judi dan kasino (6) Entertainment/hiburan (7) Rekreasi dan olah raga. Menurut swarbrooke (1995) atraksi adalah fitur dalam suatu area yaitu lokasi, venue atau focus aktifitas yang memiliki ciri-ciri (1) Dibuat dan dikelola sedemikian rupa untuk menarik wisatawan (2) Fun dan menghibur,mampu memberikan pengalaman yang menyenangkan (3) Dikembangkan berdasarkan potensi (4) Dikelola dengan baik sehingga memuaskan wisatawan (6)Didukung dengan fasilitas dan pelayanan yang memadai (7) Dipungut atau tidak dipungut biaya pada saat masuk untuk menikmatinya.Salah satu potensi yang bisa memperkaya khasanan daya tarik wisata adalah budaya atau kebudayaan. Kebudayaan sebagai potensi wisata tidak hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan di lingkungan keraton dan sebagainya, akan tetapi juga meliputi adat kebiasaan atau adat istiadat yang hidup ditengah-tengah masyarakat seperti jenis dan cara berpakaian, cara berkomunikasi, kegiatan di pasar, cara mengolah makanan dan sebagainya. Semua aktifitas dan hasil yang diperoleh dari aktifitas tersebut adalah wujud dari kebudayaan (Soekadijo, 2000: 54)

There are many definitions of cultural tourism butt all reflect the fact that people, places and heritage form the basis. Some researchers differentiate between cultural, historical, and ethnic tourism (Grabun 1989; Smith 1989). For some, cultural tourism includes the arts, music, theatre, architecture and fashion: historical tourism is the museum circuit depicting the glories of the past; and ethnic tourism focuses on the customs and artefacts of indigenous people.

Kontjaraningrat (1984) dalam purwanto (2008) mendefenisikan budaya merupakan keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Atrakasi budaya merupakan salah satu produk penggerak pariwisata. Salah satu produk wisata adalah atraksi sebagai objek yang disaksikan kekhususan dan keunikan serta penunjangnya yaitu amenitas berupa fasilitas-fasilitas dan aksesbilitas atau prasarana menuju ke objek (Yoeti, 1997)

Di Indonesia, atraksi wisata yang dianggap menjadi andalan adalah atraksi yang berkaitan dengan kebudayaan. Atraksi wisata budaya ini dapat berkisar pada beberapa hal seperti kesenian tradisional dalam bentuk pertunjukan, upacara adat, busana tradisional, demonstrasi kekebalan, komunikasi dengan alam gaib serta keterampilan-keterampilan khusus penduduk local dalam menghasilkan souvenir atau cinderamata sebagai ciri khas daerah tujuan wisata. Atraksi budaya yang dikembangkan bertujuan untuk melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa. Dasar pemikirannya adalah bila suatu daerah memiliki keindahan alam yang sama, fasilitas sarana dan prasarana yang sama pula, pantai yang bersih, udara yang segar, tempat rekreasi yang lengkap, maka untuk memenangkan persaingan yang tajam itu, harus pula diciptakan sesuatu nilai plus bagi wisatawan. Nilai plus itu adalah seni budaya tradisional yang banyak dijumpai dalam bentuk pertunjukan wisata (Yoeti, 2006)

PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA

Pengembangan daya tarik objek wisata menurut gartner (1996 : 353) ada 3 kategori atraksi yaitu (1)permanent attractions,(2) ambient attraction, dan(3) events. source : Getz, 1991

Jansen-Verbeke dan Lievois (1999) terdapat 4 faktor kunci yang mempengaruhi pembangunan pariwisata budaya, yakni (1) Nilai dan Tujuan yang diharapkan oleh para stakeholder, (2)Karakteristik dari asset budaya yang ada, (3)aksesibiltas dan aspek fungsional dari warisan budaya, dan (4)kesatuan antara aktivitas wisatawan dengan elemen pendukungnya. Du Cros (2001) membantah bahwa sebelum warisan budaya dikemas menjadi produk harus disesuaikan dengan keinginan pasar, yang benar menurutnya adalah, pasar pariwisata budaya adalah niche market yang diperuntukkan bagi mereka wisatawan yang benar-benar mencari pengalaman budaya, kesesuaian karakteristik warisan budaya itulah yang menentukan wisatawan yang diharapkan datang bukan sebaliknya. Diperlukan kehati-hatian dalam menentukan target pasar karena jika terjadi kesalahan akan menimbulkan berbagai pengaruh negative.Dalam pengembangan sebuah produk menjadi atraksi wisata perlu memperhatikan aspek-aspek berikut ini : 1) aspek keunikan, suatu objek wisata biasanya menjadi menarik antara lain karena keunikannya, kekhasannya, keanehannya.Artinya objek ini sulit didapatkan kesamaannya atau tidak ada dalam masyarakat-masyarakat lain. Aspek keunikan ini seringkali terkait dengan sejarah dari objek itu sendiri. 2) Aspek estetis atau keindahan merupakan unsur yang paling penting dari suatu objek wisata budaya untuk dapat menarik banyak wisatawan karena keindahan yang dimilikinya. 3) Aspek keagamaan. Suatu objek wisata budaya bisa saja tidak unik, tidak menarik namun mempunyai nilai keagamaan yang tinggi.Artinya objek tersebut dipercaya sebagai objek yang bersifat suci, wingit atau mempunyai kekuatan supernatural tertentu, yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. 4) Aspek ilmiah. Suatu Objek wisata juga dapat menarik banyak wisatawan karena nilai ilmiah atau nilai pengetahuan yang tinggi , yang dimilikinya, walaupun unsure unik, estetis dan keagamaannya kurang (Ahimsa-Putra, 2000).

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan wisata budaya yaitu (1) Objek wisata itu sendiri; (2) Waktu penyelenggaraan paket-paket wisata budaya yang ada; (3) paket wisata budaya itu sendiri. Masing masing hal saling terkait satu sama lain, namun demikian menuntut manajemen yang berbeda. Sebuah paket wisata budaya tidak akan banyak artinya, jika objeknya sendiri tidak menarik hanya karena tidak dikelola dengan baik atau secara professional. Dipihak lain paket wisata budaya tersebut juga tidak akan menarik jika tidak diselenggarakan pada waktu yang tepat serta tidak dikelola secara professional (Ahimsa Putra, 2004).

Survey dan evaluasi atraksi wisata (inskeep 1991) mencakup identifikasi dan deskripsi atraksi wisata; sistematika yang meliputi nama tipe, lokasi, aksesbilitas, karakter spesifik, tipe pembangunan yang telah ada, masalah pengambangan yang ada; dan beberapa tolak ukur evaluasi yang perlu diterapkan. Tolak Ukur dan evaluasi yang perlu diterapkan diantaranya adalah economic feasibility, environment impact, sosiocultural impact, national/regional important, international important. Tolak ukur dan evaluasi ini disesuaikan dengan karakteristik dari objek. ALTERNATIF MODEL PENGEMBANGAN

Matriks IFE dan EFE

Menurut Fred r. david; 2005, Matriks evaluasi factor eksternal (external factor evaluation-EFE Matrix) memungkinkan para penyususn strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan, politik. Pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan.Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE Matrix). Alat formulasi strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Penilaian intuitif dibutuhkan untuk mengembangkan Matriks IFE, jadi kemunculan pendekatan ilmiah tdak seharusnya diartikan bahwa ini adalah teknik yang sangat luar biasa. Pemahaman yang atas factor-faktor yang dimasukan lebih penting daripada angka yang sebenarnya.Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2001:19), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Menurut Robinson (1997:120), analisis SWOT merupakan cara sistematik untuk mengidentifikasi berbagai faktor dan menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan, dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. 16

Tunggal (1993:78) menyatakan bahwa tujuan dibuatnya analisis SWOT ini adalah untuk dapat mengidentifikasi salah satu dari empat pola yang berbeda dalam perpaduan antara situasi internal dan eksternal dalam perusahaan.Analisis SWOT pariwisata (Yoeti,1996:133) yaitu (1)Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata. Dengan mengetahui kekuatan, pariwisata dapat dikembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya, (2) Kelemahan (Weakness), yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi pariwisata. (3) Kesempatan (Opportunties), yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap memberi peluang bagi pariwisata untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. (4)Ancaman (Threats), yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata.Menurut Guidebook WTO, 2004 sebelum memilih indicator dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan SWOT analisis digunakan untuk menilai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman suatu destinasi. Analisi SWOT menilai potensi wisata dan menolong manajer memutuskan tipe indicator apa yang digunakan dalam memonitor kecendrungan dan pencapaian progress kedepan tujuan wisata dari suatu destinasi.Guidelines for SWOT analysis

Strengths Destination assets; local, complementary, attractions, natural andcultural assets, infrastructure and support services

Community support; active participation, common objectives

Workforce; availability, skill levels

Managemen capacity; skill level, funding available

Opportunities Economics opportunities for business, employment Product and market opportunities; unique, authentic products, product market match, niche markets

Community enhancement; socio-cultural benefits

Conservation tourism contribution to natural and cultural heritage

Weaknesses Lack of tourist appeal; few significant or unique tourism attractions, poor accessibility, lack of infrastructure No vision; uncertainties in direction, lack of understanding or cohesion in the destination community Preparedness; lack of plans, training needs, funds, alternative priorities.

Threats

(and constraints Environmental impacts; disturbance of loss of habitat, increased use of resources, waste; Cultural degradation; daily live, custom and practices disrupted Poor quality; tourist dissatisfaction, lack of standards

External threats; regulation, travel security, environmental impacts.

Harapan dan persepsiPerception merupakan kata dari bahasa asing yang jika di indonesiakan berarti persepsi yang mengandung pengertian penglihatan atau daya untuk memahami atau menanggapi. Menurut rakhmat (2005) persepsi ialah memberi makna pada stimulasi inderawi (sensory stimuli). Sedangkan menurut Walgito persepsi adalah pendapat atau keyakinan seseorang mengenai suatu objek atau situasi yang bersifat ajeg, yang disertai dengan adanya perasaan tertentu yang memberikan dasar kepada orang tersebut untuk mendapat respon atau prilaku dengan cara yang dipilihnya. Persepsi dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Persepsi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana, kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Kottler dan Amstrong (2002) mendefenisikan persepsi sebagai proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi informasi guna membentuk gambaran dunia yang berarti. Persepsi adalah salah satu proses manusia dalam memandang atau memberikan penilaiannya terhadap sesuatu oyektifitas yang didahului oelh diterimmanya sejumlah informasi dan dikomunikasikan secara timbal balik yang menyeluruh terhadap rangsangan yang membolehkan individu menyadari, memahami dan member makna kepada objektifitas tersebut.

Harapan adalah segala sesuatu yang kita gantungkan di masa depan, segala sesuatu yang ingin kita capai di masa yang akan datang

Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang.Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha (Wikipedia).

ModelPengertian model menurut Soekartawi, dkk (1986) menyatakan bahwa model adalah suatu dari sebuah realitas, yang mampu menemukan berbagai variable yang penting dan tepat dari realitas. Model merupakan wujud artificial, realita atau representative dari suatu obyek yang disederhanakan dengan tujuan untuk memberikan gambaran, penjelasan, pemikiran dan perencanaan (Terlien, 1996 dalam sartohadi dkk, 2005). Model dapat disajikan dalam bentuk uraian lisan atau factor-faktor yang terlibat dalam masalah, pernyataan matematik, misalnya matrik perencanaan linear, bagan sederhana atau arus hubunngan antara langkah-langkah didalam proses dan berbagai proses di suatu kegiatan. Model memberikan informasi yang berorientasi pada tindakan, menyajikan informasi yang berorientasi ke masa depan, menunjukan alternative arah tindakan untuk dievaluasi sebelum dilaksanakan.

Menurut fungsinya model ada yang bersikap deskriptif (hanya memberikan sesuatu tanpa meramal atau menyarankan sesuatu, prediktif dan normati (rakhmat : 1985 :68). Tujuan utama model adalah mempermudak pemikiran sistematis dan logis (Runyon, 1997:57). Pentingny suatu meodel dalam pengembangan pariwisata bahari adalah untuk mempermudah analisis masalah-masalah kepariwisataan bahari. Model-model kepariwisataan diharapkan dapat memberikan uraian deskriptif yang tepat, memberikan informasi ke masa depan, memberikan solusi sesuai dengan potensi dan permasalahan kepariwisataan yang ada. Dengan demikian dalam pembuatan sebuah model pengembangan pariwisata bahari diharapkan dapat dikristalkan bentuk proses pengembangan pariwisata bahari, dengan bercermin dari berbagi bentuk pengembangan pariwisata bahari yang sudah ada, yang secara realitas sudah berhasil, khususnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Terkait dengan model pengembangan maka tujuan model pengembangan pariwisata agar masyarakat setempat memiliki peranan dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan lingkungannya agar masyarakat setempat dapat memperoleh pendapatan yang pantas dari kegiatan tersebut (sumarwoto, 1997).

Pengertian tentang model sangat beragam dan diaplikasikan pada berbagai bidang. Menurut Winardi (1981:105) bahwa sebuah model merupakan sebuah abstraksi dari kenyataan dan mengidentifikasi pola-pola tertentu dan hubungan-hubungan dengan tujuan untuk menyajikan serta menerangkan fenomena-fenomena yang sedang dipersoalkan. Hal ini mengandung pemahaman bahwa model merupakan sebuah konseptualisasi tentang sesuatu objek, kejadian, atau proses dan model-model sebagai konsep-konsep pembantu pemikiran kita serta proses-proses (pengambilan) keputusan.

Kebutuhan pengembangan model didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas yaitu bahwa untuk melakukan eksperimen langsung pada system nyata untuk memahami bagaimana perilakunya, dalam beberapa keadaan, merupakan suatu hal yang mungkin untuk dilakukan. Pada kenyataannya, keadaan system nyata itu terlalu kompleks atau masih dalam bentuk hipotesis, sehingga terlalu mahal, tidak praktis atau bahkantidak mungkin dapat dilakukan, jika harus bereksperimen langsung. Bahkan kadang-kadang, hal itu tidak perlu. Secara umum, kendala-kendala inilah yang menjadi alas an bagi perancang untuk membuat model. Hal ini mengkonfirmasikan salah satu karakteristik model, yaitu penyederhanaan system nyata. Menurut Ali ramdhani dan kadarsah suryadi (1998:82), ada tiga bentuk proses penyederhanaan system nyata dalam studi-studi tentang system yang kebanyakan studi-studi itu tidak secara murni menggunakan satu bentuk saja, tetapi merupakan kombinasi dua bentuk atau bahkan ketiga-tiganya. Ketiga bentuk tersebut adalah analisis system (system analysis) , perancangan system (sytem design), dan postulasi system (system posfiliation).

Konstruksi model dan pemanfaatan model merupakan topic-topik yang banyak mendapatkan perhatian dalam berbagai ilmu yang mengakibatkan muncul aneka macam system klasifikasi maupun tipe-tipe model. Dalam bidang dunia usaha misalnya, terdapat tipe model produksi, marketing atau model jenis fungsional lainnya. Menurut Ali ramdani dan kadarsah Suryadi (1998) model digunakan untuk memberikan gambaran (description), memberikan penjelasan (prescription), dan memberikan perkiraan (prediction) dari realitas yang diselidiki. Dalam kaitan diungkapkan bahwa suatu model yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Tingkat generalisasi yang tinggi, semakin tinggi derajat generalisasi suatu model, maka semakin baik, sebab kemampuan model untuk memecahkan masalah semakin besar

b. Mekanisme transparansi, suatu model dikatakan baik jika kita dapat melihat mekanisme suatu model dalam memecahkan masalah, artinya kita bisa menerangkan kembali (rekonstruksi) tanpa ada yang disembunyikan. Jadi kalau ada suatu formula, formula tersebut dapat diterangkan kembali.

c. Potensial untuk dikembangkan, suatu model yang berhasil biasanya mampu membangkitkan minat (interest) peneliti lain untuk menyelidikinya lebih jauh.

d. Peka terhadap perubahan asumsi, hal ini menunjukan bahwa proses pemodelan tidak pernah berakhir (selesai), selalu member celah untuk membangkitkan asumsi.

Selanjutnya dijelaskan oleh Ali ramdhani dan Kadarsah Suryadi (1998) bahwa ada empat prinsip yang harus dipegang jika membuat model yang sekaligus menjadi titik-titik pandang untuk menentukan informasi apa saja yang akan dicakup dalam model yaitu :

a. Keterorganisasian (blok building). Tujuan pengorganisasian proses pemodelan adalah menyederhanakan spesifikasi interaksi didalam system. Masing-masing block menggambarkan satu bagian system yang bergantung pada beberapa atau sedikitnya satu variable inpu dan yang berubah menjadi variable output. Maka system secara keseluruhan, dapat digambarkan dalam terminology keterkaitan antar blok-blok

b. Relevansi (relevance). Prinsip relevansi merupakan sifat yang melekat dalam model karena model harus menggambarkan keadaan yang diamati. Dengan demikian, model hanya akan mencakup aspek-aspek yang relevan dengan sasaran-sasaran dan sudut pandang yang telah ditetapkan

c. Keakuratan (accuracy). Keakuratan informasi yang dikumpulkan untuk model harus dipertimbangkan. Keakuratan bergantung pada tingkat kebutuhan penggunaan model terhadap persoalan yang diamati atau ketelitian yang diinginkan.

d. Tingkat agregasi (aggregation) tingkat agregasi perlu dipertimbangkan sesuai dengan tingkat kecukupan atau kepuasan minimal yang harus didapatkan dengan memakai model. Maksudnya, sampai sejauh mana tiap-tiap komponen.

Model-model dapat diklasifikasi menurut derajat absraksinya. Kebanyakan definisi-definisi tentang model menekankan sifat khusus tersebut dan oleh karenanya, lazim elemen tersebut menjadi alat yang sangat umum untuk mengklasifikasi model-model. Apabila mereka digolongkan dengan cara demikian, maka model-model demikian kerapkali dinyatakan sebagai model fisik, model skematis atau model matematis (physical, schematic, mathematical models).

Secara ringkas winardi (1981) membagi jenis-jenis model menjadi beberapa macam yaitu :

a. Pembagian menurut fungsi terdiri dari :

1. Model-model deskriptif (model-model yang melukiskan), yakni model-model yang melukiskan atau menggambarkan situasi tertentu. Contohnya adalah skema organisasi formal sebuah perusahaan, contoh lainnya misalnya skema tata susunan (lay out) sebuah pabrik;

2. Model-model prediktif (model-model yanf meramalkan), yakni model-model yang biasanya didasarakan atas dasar model-model deskriptif, tetapi yang disamping itu memungkinkan adanya pernyataan-pernyataan dalam bentuk apabila timbuk keadaan a, maka akan timbul oleh adanya keadaan b.

3. Model-model normative (model-model yang mengharuskan dilakukannya sesuatu tindakan), yakni model-model yang berdasarkan situasi atau situasi yang diramalkan menganjurkan dilakukannya tindakan-tindakan tertentu.

b. Pembagian menurut struktur

1. Model-model ikonis, yaitu model-model yang memiliki beberapa sifat fisik daripada hal yang orisinal. (contoh; mak melukiskan kenyataan dengan bantuan symbol-simbol.

c. Pembagian menurut factor waktu dimasukan

1. Model-model statis, yaitu model-model dimana orang tidak memperhatikan perubahan dalam waktu;

Model-model dinamis, yaitu model-model dimana factor waktu secara eksplisit dimasukan sebagai variable berdiri sendiri

Stakeholders

Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagimana dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.

Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu issu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Aspek-aspek ini sangat penting dianalisis untuk mengenal stakeholder.

Kategori Stakeholder

Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok ODA (1995) mengelompkkan stakeholder kedalam yaitu stakeholder primer, sekunder dan stakeholder kunci . Sebagai gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program, dan proyek pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok stakeholder seperti berikut :

Stakeholder Utama (primer)

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.

1.Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak (kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Tokoh masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat

2.Pihak Manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.

Stakeholder Pendukung (sekunder)

Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.

1.lembaga(Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung jawab langsung.

2.lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung dalam pengambilan keputusan.

3.Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki concern (termasuk organisasi massa yang terkait).4.Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan pemerintah.

5.Pengusaha(Badan usaha) yang terkait.

Stakeholder Kunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten yaitu (1) Pemerintah Kabupaten (2) DPR Kabupaten (3) Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan

Stakeholders potensial pariwisata di destinasi localSetiap destinasi memiliki kelompok atau individu-individu yang unik dengan ketertarikan pada pariwisata atau aspek-aspek yang berhubungan dengan destinasi diantaranya (1)Komunitas/masyarakat,(2)Public sector, (3)Private sector, (4)NGOs. (5) organisasi kepariwisataan. Pengentahuan likal diperlukan untuk mengidetifikasi semua stakeholders; setiap orang atau setiap kelompok yang percaya bahwa mereka terlibat atau berpengaruh mesti dipertimbangkan sebagai stakeholder (guidebook,WTO, 2004).KERANGKA TEORI

Objek wisata dan potensi wisata yang ada perlu di identifikasi dan dideskripsikan untuk mengevaluasi pengembangan yang sesuai untuk kota Padangpanjang. Hasil dari analisis digunakan untuk memberikan arahan pengembangan yang sesuai setelah dilakukan analisisi SWOT untuk menemukan arahan model dan strategi yang sesuai untuk pengembangan kota ini. Dalam hal ini promosi tentunya tidak luput menjadi perhatian, karena ini merupakan salah satu tindakan yang harus dilakukan agar objek wisata lebih dikenal oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara. Pengembangan model wisata budaya dan heritage menggunakan pendekatan sustainable tourism development yang berbasiskan pelestarian seni dan budaya daerah merupakan pendekatan yang cocok untuk mengembangkan objek wisata ini. Sehingga dengan berkembangnya pariwisata di kota ini, masyarakat dapat lebih mengetahui tentang identitas atau jati dirinya dan belajar menghargai kearifan budaya lokalnya sendiri, meningkatkan pengalaman wisatawan, serta menciptakan rasa bangga akan potensi lokal yang dimiliki.

KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Attraction

Promotion

Transportation

Information

Services

Destination image and theme

Elements of events

Ambient attractions

Climate

Scenery

Culture

Hospitality

wildlife

Permanent attractions

Theme park

Outdoor park

Fairs, exhibition

Heritage sites

Cultural facility

Civic square, streets, other public places

Convention centers

Sport or recreation facilities

Educational facilities

Shrimes and sacred sites

events

Programs and events at permanent attractions

Tourinng attractions

Bussines events

Sporting events

Educational events

Religious events

Political events

Community festivals

Touring event attractions

Local event attractions and activity outlets

Regional event attractions

Mega event attractions

infrastructure

accomodation

transport

attractions

catering

retail

Recreation or entertainment

Kota Padangpanjang

Objek wisata

PDIKM

Mifan

Lubuk mato kuciang

ISI

Identifikasi deskripsi atraksi wisata

(inskeep) 1991

Nama tipe

Lokasi

Aksesbilitas

Karakter spesifik

Tipe pembangunan yang telah ada

Masalah pengembangan yang ada

Tolak ukur evaluasi yang perlu diterapkan. Ex ekonomi, social, teknologi

Potensi wisata yang bisa dikembangkan spt, kerajinan, kuliner dan sumber daya alam yang lain.

Analisa komponen perencanaan wisata (inskeep)

Analisis SWOT

Alternatif model pengembangan sustainable tourism yang berbasiskan pelestarian seni dan budaya dan lingkungan

Matriks IFE/EFE

21