tinjauan kebijakan moneter - november 2012 · pasar surat berharga negara (sbn) .....19 pasar...

24

Upload: doandan

Post on 10-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

1

Tinjauan Kebijakan MoneterNovember 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,

September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai

media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan

penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi

moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian

Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang

dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara

triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.

Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan

terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama

bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang

ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5

Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................8

Inflasi ..............................................................................................10

Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................12

Perkembangan Sektor Keuangan ...................................................14

Pasar Keuangan Internasional .....................................................14

Suku Bunga .................................................................................14

Kredit ..........................................................................................16

Uang Beredar ..............................................................................17

Pasar Saham ................................................................................18

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................19

Pasar Reksadana ..........................................................................19

Kondisi Perbankan .......................................................................20

III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................21

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

3

I. Statement KebIjaKaN MoNeTeR

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 8 November 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten

dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran

inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Sejalan dengan dinamika

perekonomian dan sejumlah kebijakan yang ditempuh selama ini, tekanan

ketidakseimbangan eksternal mulai mereda dengan defisit transaksi

berjalan yang telah menurun dan neraca pembayaran yang kembali

mengalami surplus. Nilai tukar rupiah juga bergerak sesuai kondisi pasar

dengan intensitas depresiasi yang menurun. Sementara itu, perekonomian

domestik masih tumbuh cukup baik, meskipun sedikit melambat akibat

menurunnya ekspor karena dampak berlanjutnya pelemahan ekonomi

global. Ke depan, Bank Indonesia mengarahkan kebijakannya untuk

mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan

dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi

domestik. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi

dengan Pemerintah dalam upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan

kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dewan Gubernur menilai bahwa perekonomian domestik sejauh ini masih tumbuh cukup baik walaupun mengalami sedikit perlambatan. Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2012 tumbuh

6,2%, sedikit lebih rendah dari prakiraan akibat penurunan kinerja ekspor

yang masih berlanjut. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kuatnya

permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan kembali meningkat,

ditopang oleh konsumsi dan investasi domestik yang tetap kuat. Ekspor

diprakirakan juga akan mengalami perbaikan sejalan dengan membaiknya

perekonomian beberapa negara mitra dagang utama, meskipun

masih dibayangi ketidakpastian kondisi perekonomian global. Dengan

perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun

2012 diprakirakan tumbuh 6,3% dan pada tahun 2013 meningkat menuju

kisaran 6,3%-6,7%.

Keseimbangan eksternal dalam perekonomian juga mengalami perbaikan sebagaimana yang diharapkan. Defisit transaksi berjalan

pada triwulan III 2012 turun menjadi 2,4% dari PDB, lebih rendah dari

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

4

triwulan II 2012 sebesar 3,5% dari PDB. Perbaikan defisit transaksi berjalan

ini disebabkan oleh membaiknya kinerja neraca transaksi perdagangan

yang didorong oleh penurunan impor yang cukup tajam, khususnya

barang-barang konsumsi, sementara beberapa komoditas ekspor non

migas seperti CPO mulai tumbuh positif. Transaksi Modal dan Finansial

(TMF) mencatat peningkatan surplus yang lebih besar, terutama didorong

oleh investasi langsung (FDI), sehingga secara keseluruhan Neraca

Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2012 kembali mencatat surplus.

Ke depan, NPI pada triwulan IV 2012 diprakirakan akan mengalami

surplus yang lebih besar, ditopang oleh membaiknya transaksi berjalan

dan meningkatnya surplus TMF, khususnya investasi langsung. Dengan

perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Oktober 2012

meningkat sehingga mencapai 110,3 miliar dolar AS atau setara dengan

6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Perkembangan nilai tukar rupiah pada oktober 2012 bergerak sesuai kondisi pasar dengan intensitas depresiasi yang menurun.

Hal ini sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia

untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan tingkat

fundamentalnya. Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,36%

(mtm) ke level Rp9.605 per dolar AS atau secara rata-rata melemah

0,41% (mtm) menjadi Rp9.593 per dolar AS. Intensitas tekanan terhadap

rupiah menurun sejalan dengan menurunnya defisit transaksi berjalan dan

neraca pembayaran yang kembali mencatat surplus. Aliran masuk modal

asing, baik FDI maupun investasi portofolio, terus meningkat ditopang

oleh imbal hasil yang masih menarik, kondisi fundamental, dan prospek

perekonomian Indonesia yang cukup baik.

Inflasi tetap terkendali dan diperkirakan pada akhir tahun akan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 2012 sebesar 4,5%±1%. Inflasi IHK pada Oktober 2012 tercatat 0,16% (mtm) sehingga

secara tahunan sebesar 4,61% (yoy). Inflasi inti masih terkendali, meskipun

sedikit meningkat menjadi 4,59% (yoy), terutama didorong oleh kenaikan

sewa dan kontrak rumah. Secara fundamental, terkendalinya inflasi inti

dipengaruhi oleh turunnya imported inflation sejalan dengan penurunan

harga komoditas pangan dan energi global, relatif terjaganya stabilitas

rupiah, stabilnya ekspektasi inflasi, serta respons sisi penawaran yang

memadai. Sementara itu, perkembangan harga bahan pangan (volatile

food) mencatat deflasi didorong oleh koreksi harga komoditas pangan

seiring dengan meningkatnya pasokan. Di sisi lain, inflasi administered

prices juga terjaga pada level yang rendah seiring dengan tidak adanya

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

5

kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat

strategis.

Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid

tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy

Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit

bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu,

pertumbuhan kredit hingga akhir September 2012 mencapai 22,9% (yoy),

melambat dari 23,6% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama

pada kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 21,9% (yoy) sementara

kredit konsumsi tumbuh relatif stabil sebesar 19,6% (yoy). Namun, kredit

investasi tumbuh tinggi sebesar 30,4% (yoy), dan diharapkan dapat

meningkatkan kapasitas perekonomian nasional.

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER

Pertumbuhan ekonomi IndonesiaKetahanan perekonomian Indonesia di tengah kondisi kerentanan perekonomian global masih cukup baik. Realisasi pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada triwulan III 2012 tercatat sebesar 6,17% (yoy),

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan akibat penurunan

kinerja ekspor. Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan III

2012 berasal dari peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi yang

masih tumbuh tinggi. Masih kuatnya konsumsi rumah tangga sejalan

dengan peningkatan keyakinan konsumen dan terjaganya daya beli

masyarakat. Sementara masih tingginya pertumbuhan investasi didorong

oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih tinggi dan iklim

usaha yang kondusif. Hal tersebut juga didukung oleh optimisme pelaku

usaha. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor terkontraksi akibat tekanan kondisi

perekonomian global yang menyebabkan menurunnya daya serap negara

mitra dagang utama dan rendahnya harga komoditas. Laju pertumbuhan

impor juga mengalami kontraksi yang cukup signifikan yang terutama

disebabkan oleh penurunan ekspor.

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

6

Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2012 masih bersumber dari sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sejalan dengan masih kuatnya

aktivitas ekonomi domestik. Kinerja subsektor industri makanan dan

minuman yang meningkat serta industri semen yang tumbuh tinggi

sejalan dengan maraknya pertumbuhan sektor bangunan menopang

kenaikan pertumbuhan industri pengolahan. Perbaikan kinerja subsektor

pupuk, kimia, dan barang dari karet turut mendukung meningkatnya

pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor PHR masih mencatat

pertumbuhan yang tinggi meski menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sejalan dengan impor yang menurun. Sektor pengangkutan

dan komunikasi masih tetap tumbuh tinggi didukung oleh peningkatan

sub sektor angkutan, khususnya angkutan udara, dan subsektor

komunikasi yang masih tetap tumbuh tinggi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap baik, terutama didukung oleh perekonomian domestik yang tetap kuat. Sumber pertumbuhan ekonomi terutama

berasal dari investasi dan konsumsi rumah tangga. Kinerja ekspor

diprakirakan berpotensi membaik pada akhir tahun, sejalan dengan

potensi perbaikan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama

dan kenaikan harga komoditas. Konsumsi rumah tangga diprakirakan

tetap tumbuh tinggi seiring dengan kuatnya keyakinan konsumen dan

terjaganya daya beli masyarakat. Kinerja investasi diprakirakan masih

tumbuh tinggi pada triwulan IV 2012 didukung oleh kondusifnya iklim

usaha dan prospek ekonomi ke depan. Sementara itu, belanja pemerintah

berpotensi membaik pada triwulan laporan seiring dengan pemenuhan

serapan anggaran pada akhir tahun.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap tumbuh kuat sejalan dengan masih kuatnya keyakinan konsumen. Hal tersebut tercermin dari hasil survei keyakinan konsumen

yang menunjukkan tren penguatan optimisme konsumen. Dorongan

meningkatnya keyakinan akan ketersediaan lapangan kerja baik saat

ini maupun pada 6 bulan yang akan datang serta ekspektasi konsumen

ke depan mendukung Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI pada

Oktober 2012 terus menguat (Grafik 2.1). Searah dengan hal tersebut,

Indeks Tendensi Konsumen BPS pada triwulan III 2012 juga menguat Grafik 2.2 Indeks Ekspektasi Harga Ke Depan - SK BI

Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen

������

���������������������������������������������������

���

���

���

���

��

��

��

���� ���� ����

���

����

�����

����

���

����

�����

����

���

����

�����

�����

��� ��� ��� ���

����

��

���

���������

����������������

����������

������

������������������������������� ����

���

���

���

���

���

���

���

���� � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � �� ���� � � � �

��������������������������������������������������������������������������������������������

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

7

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ekonomi konsumen

pada triwulan IV 2012 diperkirakan membaik dengan tingkat optimisme

konsumen yang relatif stabil. Penjualan mobil pada Oktober 2012 kembali

meningkat didorong oleh tingginya transaksi saat pameran Indonesian

International Motor Show (IIMS) pada September lalu. Namun, penjualan

sepeda motor diprakirakan masih terkontraksi dan diprakirakan di bawah

target tahun 2012.

Pertumbuhan investasi pada triwulan IV 2012 diprakirakan tetap tumbuh kuat terutama sejalan dengan masih solidnya konsumsi rumah tangga. Positifnya pertumbuhan investasi juga tidak lepas dari

dukungan optimisme pelaku usaha yang masih kuat di tengah iklim

usaha yang masih kondusif. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

BI menunjukkan nilai investasi pada semester II 2012 diprakirakan masih

tinggi meski sedikit menurun (Grafik 2.4). Investasi tersebut terutama

dalam bentuk investasi baru. Optimisme pelaku usaha menurut Indeks

Tendensi Bisnis BPS juga terus meningkat pada triwulan III 2012 (Grafik

2.5). Perspektif positif investasi juga turut didukung oleh kenaikan

peringkat Indonesia menjadi petingkat layak investasi (investment grade)

dari lembaga pemeringkat Rating & Investment (R&I) pada Oktober 2012.

Kinerja investasi didukung oleh masih tingginya investasi bangunan dan nonbangunan. Kapasitas utilisasi menurut hasil SKDU secara

agregat mengalami peningkatan, meskipun untuk industri pengolahan

sedikit menurun. Potensi perbaikan ekspor pada triwulan IV 2012

diprakirakan akan meningkatkan rencana investasi baru. Sementara itu,

masih tingginya pertumbuhan investasi bangunan tercermin dari indikator

rata-rata penjualan semen yang meningkat meskipun impor bahan

bangunan melambat. Selain itu, pola serapan belanja modal pemerintah

khususnya pada akhir tahun turut mendukung tumbuhnya investasi. Dari

sisi pembiayaan, kredit investasi riil masih tumbuh tinggi didukung oleh

menurunnya suku bunga kredit investasi riil. Selain itu, tetap stabilnya suku

bunga deposito riil satu bulan pada level yang rendah diprakirakan akan

berpengaruh pada peningkatan investasi.

ekspor pada triwulan IV 2012 berpotensi meningkat meskipun masih lemah. Harga komoditas yang berangsur meningkat menjelang

akhir tahun (Grafik 2.6) serta prospek perbaikan ekonomi beberapa

negara mitra dagang, berpeluang meningkatkan pertumbuhan ekspor

meskipun terbatas. Namun di sisi lain, terdapat risiko yang perlu dicermati

berupa masih lemahnya daya serap negara tujuan ekspor seperti Eropa.

Grafik 2.3 Penjualan Eceran dan Kendaraan Bermotor

Grafik 2.4 Nilai Investasi - SKDU

������

���

��

��

��

��

����

����

����

���������������������������������

�� �� �� �� �� �� �� �� ��� ��� ���

���� ���� ����

�����������������������������

��������������

��������������������

��������������

��

��

��

��

��

��

��� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���� ���� ���� ������������������������������������������������

������

���

���

���

���

��

��

��

���������������������

����������

����������������

Grafik 2.5 Indeks Tendensi Bisnis - BPS

������

������������

������

��

��

���

���

���

���

���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ����

��

��

��

��

���

���

���

����������������������������������

����������

�������������������

���������

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

8

Upaya pemerintah memotong bea keluar minyak kelapa sawit mentah

(Crude Palm Oil/CPO) menjadi 9% pada November 2012 dari sebelumnya

sebesar 13,5% diprakirakan berpotensi memperbaiki kinerja ekspor.

Selain itu, mulai menurunnya pasokan batubara di pasar global serta

masuknya musim dingin di sebagian negara belahan bumi bagian utara

diprakirakan dapat meningkatkan kembali harga batu bara pada akhir

tahun. Sementara itu, terkait dengan penurunan harga karet, tiga negara

produsen karet terbesar dunia yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia,

yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC)

sepakat untuk memangkas volume ekspor karet untuk mendorong harga

karet internasional.

Kendati masih relatif rendah, kinerja impor pada triwulan IV 2012 diprakirakan berpotensi membaik. Ditopang oleh masih kuatnya

permintaan domestik dan pemulihan ekspor pada akhir tahun, impor

diperkirakan akan meningkat. Perkiraan masih kuatnya permintaan

domestik, terutama investasi, diperkirakan akan mendorong peningkatan

impor dalam bentuk impor barang modal. Impor bahan baku dan barang

konsumsi diperkirakan juga akan meningkat sejalan dengan meningkatnya

aktivitas perekonomian domestik.

Dari sisi penawaran, kinerja sektoral pada triwulan IV 2012 masih tumbuh baik. Sumber utama pertumbuhan ekonomi masih ditopang

oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta

pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan diprakirakan

masih tumbuh kuat didukung oleh permintaan domestik yang masih

kuat dan potensi perbaikan kinerja ekspor. Sektor perdagangan, hotel,

dan restoran diprakirakan masih tumbuh tinggi didorong oleh aktivitas

ekonomi domestik yang masih baik dan adanya faktor musiman liburan di

akhir tahun. Sementara itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi

diprakirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh kinerja subsektor

pengangkutan yang masih baik, khususnya angkutan udara, serta

subsektor komunikasi terutama yang berasal dari komunikasi data.

Neraca Pembayaran IndonesiaKeseimbangan eksternal dalam perekonomian juga mengalami perbaikan sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut ditunjukkan

oleh defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2012 yang turun

menjadi 2,4% dari produk domestik bruto (PDB), lebih rendah dari Grafik 2.7 Nilai Impor Riil Non Migas

Grafik 2.6 Indeks Harga Komoditas Ekspor Non Migas

������

�����������

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ����

���� ������������ �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���

���

��

��

��

��

��

��

������

�����

���������

����������

�����������������������

������

�����������

�����

��������������

������������������������

���

���

��

��

��

��

��

��

���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ����

����

���

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

9

triwulan sebelumnya yang sebesar 3,5% dari PDB. Perbaikan defisit

transaksi berjalan disebabkan oleh membaiknya kinerja transaksi

perdagangan yang didorong oleh penurunan impor yang cukup tajam,

sementara ekspor nonmigas, seperti CPO mulai tumbuh positif. Di sisi lain,

neraca transaksi modal dan finansial (TMF) mencatat peningkatan surplus,

terutama didorong oleh investasi langsung (FDI). Dengan demikian kinerja

neraca pembayaran Indonesia pada triwulan III 2012 kembali mencatat

surplus.

Memasuki triwulan IV 2012, perbaikan kinerja NPI diprakirakan terus berlanjut dengan surplus yang semakin meningkat. Suplus

tersebut ditopang oleh membaiknya transaksi berjalan dan meningkatnya

surplus TMF, khususnya investasi langsung. Kembali meningkatnya harga

komoditas global pada triwulan tersebut diprakirakan dapat mengurangi

tekanan defisit neraca transaksi berjalan (TB). Aliran masuk modal asing,

baik FDI maupun investasi portofolio, diperkirakan akan terus meningkat

ditopang oleh imbal hasil yang masih menarik, kondisi fundamental,

dan prospek perekonomian Indonesia yang cukup baik serta kebijakan

moneter global yang tetap akomodatif. Kondisi tersebut diharapkan akan

meningkatkan surplus transaksi modal dan finansial (TMF) pada triwulan

IV 2012. sehingga surplus NPI menjadi lebih besar dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya..

Neraca transaksi berjalan pada triwulan IV 2012 diprakirakan akan mencatat defisit yang lebih rendah. Perkembangan ini didukung oleh

kinerja neraca perdagangan pada triwulan IV 2012 yang diperkirakan

akan lebih baik dari triwulan sebelumnya (Grafik 2.8). Perbaikan tersebut

lebih disebabkan oleh melambatnya impor sementara ekspor diperkirakan

meningkat, meskipun masih terbatas. Perbaikan ekspor tersebut didorong

antara lain oleh membaiknya harga komoditas dan prospek perbaikan

ekonomi beberapa negara mitra dagang. Selanjutnya, sejalan dengan

perlambatan impor, aktivitas pengangkutan diprakirakan mengalami

penurunan. Kondisi tersebut berdampak pada lebih rendahnya defisit

neraca jasa. Sementara itu, defisit neraca pendapatan diprakirakan lebih

tinggi sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk dana asing.

Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan akan mencatat surplus yang meningkat. Meningkatnya surplus TMF tersebut

disebabkan besarnya aliran masuk dana asing, terutama dalam bentuk

investasi langsung, sejalan dengan masih berlanjutnya ekspansi ekonomi

domestik. Di sisi lain, aliran dana dalam bentuk portofolio diperkirakan Grafik 2.8 Perkembangan Neraca Perdagangan

��������������� ���������������

���

���

���

��

��

��

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������������������������������������������

�������������������������������

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

10

masih akan cukup tinggi. Aliran masuk modal asing ditopang oleh

imbal hasil yang masih menarik, kondisi fundamental, dan prospek

perekonomian Indonesia yang cukup baik serta kebijakan moneter global

yang tetap akomodatif Pada Oktober 2012, kepemilikan asing pada

instrumen Surat berharga Negara (SBN), termasuk Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN), mengalami kenaikan. Di pasar saham, investor asing juga

mencatat beli neto.

Dengan perkembangan di atas cadangan devisa masih berada pada level yang aman. Cadangan devisa pada akhir Oktober 2012 meningkat

menjadi sebesar 110,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor

barang dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.

I n f l a s iInflasi tetap terkendali dan diperkirakan pada akhir tahun akan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 2012 sebesar 4,5±1%. Laju inflasi IHK pada Oktober 2012 tercatat sebesar 0,16% (mtm)

sehingga secara tahunan sebesar 4,61% (yoy) (Grafik 2.9). Kelompok

volatile food tercatat masih mengalami deflasi pada bulan laporan, sedikit

berbeda dari pola historis pada akhir tahun yang cenderung mengalami

inflasi. Deflasi pada kelompok tersebut disebabkan oleh membaiknya

pasokan dan koreksi harga pangan. Secara fundamental, inflasi inti masih

terkendali dipengaruhi oleh turunnya tekanan inflasi impor sejalan dengan

penurunan harga komoditas pangan dan energi, serta terjaganya stabilitas

nilai tukar rupiah, stabilnya ekspektasi inflasi dan respons sisi penawaran

yang masih memadai. Sejalan dengan hal tersebut, inflasi administered

prices tetap rendah karena tidak ada kebijakan pemerintah yang

berdampak pada harga barang dan jasa yang strategis.

Koreksi harga pangan yang masih berlanjut mendorong kembali terjadinya deflasi pada kelompok volatile food. Pada Oktober

2012, kelompok volatile food mencatat deflasi sebesar 0,41% (mtm).

Deflasi volatile food yang terjadi didorong oleh koreksi harga beberapa

komoditas pangan yang masih berlanjut. Penyumbang utama terjadinya

deflasi kelompok tersebut adalah telur ayam, ikan segar, aneka bawang

dan minyak goreng. Ikan segar mengalami penurunan harga yang cukup

signifikan di wilayah Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Selain

itu, deflasi juga terjadi pada beberapa komoditas aneka bumbu (bawang

merah dan bawang putih) serta sayur-mayur disebabkan pasokan yang

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi

Grafik 2.10 Inflasi Beras

������

��

��

��

���

���� ���� ���� ������������

����

��������

����

�������� �������� �������� �������� �������� ����

��������������������������������������

��

������

������������������������������

��

��

��

��

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

11

membaik. Sementara itu, inflasi beras juga tercatat lebih rendah akibat

terjaganya pasokan beras (Grafik 2.10). Rendahnya inflasi beras didorong

oleh produksi beras tahun ini yang jauh lebih tinggi dari rata-rata kenaikan

produksi beberapa tahun terakhir yang sebesar 3,3%.

Inflasi inti pada oktober 2012 relatif masih terkendali. Inflasi inti

mencapai 0,33% (mtm), relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya

yang sebesar 0,34% (mtm), dan secara tahunan mencapai 4,59% (yoy),

meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,12% (yoy). Peningkatan

tersebut terutama didorong oleh kenaikan sewa dan kontrak rumah.

Secara fundamental, terkendalinya inflasi inti dipengaruhi oleh turunnya

imported inflation, stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga, stabilnya

ekspektasi inflasi serta respons sisi penawaran yang memadai.

Dari sisi eksternal, inflasi impor selama januari-oktober mereda akibat penurunan harga komoditas global (pangan dan minyak) serta terbatasnya depresiasi rupiah. Penurunan harga komoditas

global khususnya CPO, jagung, dan minyak selama bulan laporan

memberikan dampak pada penurunan harga berbagai komoditas

terkait dan mengurangi dampak depresiasi nilai tukar dan tekanan dari

kenaikan harga emas. Terjadinya badai Sandy di AS yang menyebabkan

beberapa kilang penyulingan mengurangi produksinya, diperkirakan akan

memberikan tekanan kenaikan harga minyak dunia.

Dari sisi domestik, respons penawaran yang masih memadai dan ekspektasi inflasi yang terjaga mendukung stabilnya inflasi inti. Terpenuhinya peningkatan permintaan tercermin dari stabilnya kapasitas

utilisasi serta stabilnya harga barang-barang hasil industri pengolahan

di tingkat konsumen. Sementara itu, tetap terjaganya ekspektasi inflasi

tercermin dari hasil survei penjualan eceran dan Consensus Forecast yang

menunjukkan arah ekspektasi inflasi yang masih stabil untuk tahun 2012

(Grafik 2.13 dan 2.14). Ekspektasi inflasi terindikasi meningkat pada tahun

2013 terkait rencana pemerintah meningkatkan Tarif Tenaga Listrik (TTL)

sebesar 4,3% secara bertahap tiap triwulan sejak awal tahun depan.

Inflasi administered prices oktober 2012 masih terjaga pada level yang rendah, meski sedikit meningkat. Inflasi administered prices

tercatat sebesar 0,23% (mtm) atau 2,82% (yoy), sedikit meningkat

dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,28% (mtm) atau 2,74%

(yoy). Meningkatnya inflasi kelompok ini dipengaruhi oleh kebijakan

kenaikan tarif parkir di DKI Jakarta sebesar 50%. Namun, dampak

kenaikan tarif parkir tersebut tidak signifikan memberikan tekanan

Grafik 2.11 Inflasi Inti Pangan dan Non Pangan

Tabel 2.1Penyumbang Inflasi Volatile Food

Komoditas Inflasi(%, mtm)

Kontribusi(%, mtm)

oktober 2012

DeflasiMinyak GorengBawang PutihTelur AyamBawang Merah

InflasiDaging AyamCabe MerahWortelCabe RawitDaging

1,57 0,02 5,08 0,02 2,11 0,01 4,68 0,01

1,28 0,02 5,34 0,02 13,18 0,01 8,05 0,01 0,67 0,01

Sumber : BPS

������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������������������������������������������������������

Grafik 2.12 Inflasi Inti & Harga Global

������

���

���

���

���

���

��

������

���

��

�������

���� ���� ���� ���� ����

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � �

��������������������������������������������������

�����������������������������������������

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

12

inflasi karena bobotnya dalam IHK yang relatif rendah. Selain tarif

parkir, komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada kelompok

administered prices pada bulan laporan adalah rokok.

Nilai Tukar Rupiah Tekanan depresiasi nilai tukar rupiah masih berlanjut pada oktober 2012 namun dengan intensitas yang cenderung menurun.

Melemahnya rupiah dipicu oleh masih tingginya permintaan valuta asing

untuk kebutuhan impor serta kondisi perekonomian global yang masih

bergejolak. Masih tingginya ketidakpastian terkait prospek penanganan

krisis utang dan fiskal di Eropa di tengah kondisi makroekonomi yang

terus menurun, belum solidnya pemulihan ekonomi Amerika Serikat

(AS), perlambatan pertumbuhan ekonomi China, serta melemahnya

harga komoditas sebagai basis utama ekspor Indonesia turut menekan

pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, terus berlanjutnya aliran dana

asing ke pasar keuangan domestik paska kebijakan stimulus oleh negara

maju dan perolehan status investment grade Indonesia mampu menahan

pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut. Nilai tukar rupiah selama bulan

laporan secara rata-rata melemah sebesar 0,41% ke Rp9.593 per dolar

AS dari Rp9.554 per dolar AS (Grafik 2.15). Sementara secara point-to-

point (ptp), nilai tukar melemah sebesar 0,36% menjadi Rp9.605 per

dolar AS dari Rp9.570 per dolar AS. Pergerakan rupiah tersebut diiringi

oleh volatilitas yang lebih terjaga. Hal ini sejalan dengan kebijakan yang

ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah

sesuai dengan tingkat fundamentalnya.

Pemulihan ekonomi global yang belum solid serta ketidakpastian prospek penanganan krisis utang dan fiskal di kawasan eropa tetap memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah. Beberapa

perkembangan global yang terjadi selama Oktober 2012 memberikan

pengaruh pada pergerakan nilai tukar diantaranya yaitu : (1) semakin

dalamnya dampak krisis di Eropa sebagaimana tercermin pada rilis data

perkembangan makroekonomi yang terus mengonfirmasi terjadinya

perlambatan aktivitas ekonomi di kawasan Eropa; (2) pemulihan ekonomi

AS yang belum solid meskipun perkembangan data terkini pada Oktober

menunjukkan perbaikan; (3) perlambatan pertumbuhan ekonomi China;

(4) melemahnya kinerja ekspor negara kawasan seperti China, Jepang, dan

Korea Selatan seiring dengan melambatnya permintaan global. Sementara

Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast

Grafik 2.14 Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran

Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

������

�� � � � � � � � � ��

����������������������������������������������

���� �������� ���� ����

��������

���� ���� ����

���� ���� ����

��������

����

���� ���� ��������

������

���

���

���

���

���

������

��

��

���� ���� ���� ����

������������ �������� �������� ��

�����������������������������������������

�������������������������������������������������������������������������

�������������������������������������������������

�������

����������������������������������������������������

����

�������������������������������

����

��������

��������

����

����

����

����

����

����

����

���� ���� ���������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� � � � � � � ��� ����������������������������

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

13

itu, faktor risiko global relatif stabil. Pernyataan European Central Bank

(ECB) yang akan segera melaksanakan kebijakan pembelian Surat-surat

Berharga (SSB) berdampak positif pada faktor risiko global seperti terlihat

pada penurunan NDF negara kawasan Eropa dan indeks VIX yang relatif

stabil (Grafik 2.16).

Faktor risiko domestik mengalami perbaikan seiring dengan membaiknya risiko global. Hal tersebut tercermin pada perkembangan

premi swap dan Credit Default Swap (CDS) selama Oktober 2012. Premi

swap bergerak dalam tren yang menurun selama Oktober 2012 meskipun

masih pada level yang tinggi (Grafik 2.17). Premi swap mengindikasikan

persepsi pasar terhadap pergerakan rupiah ke depan. Sementara itu, CDS

berada pada tren yang menurun meski sempat meningkat pada akhir

bulan (Grafik 2.18). Imbal hasil investasi pada instrumen berdenominasi

rupiah yang masih relatif lebih kompetitif dibandingkan dengan negara-

negara sekitar, masih memberikan daya tarik bagi investor. Hal tersebut

tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (Uncovered

Interest Parity/UIP) yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa

negara di kawasan regional (Grafik 2.19). Posisi imbal hasil Indonesia juga

akan semakin kompetitif seiring dengan kebijakan bank sentral lain seperti

Korea Selatan dan Filipina yang menurunkan suku bunga kebijakannya

selama Oktober 2012. Dengan memperhitungkan premi risiko, daya tarik

investasi dalam rupiah relatif masih tetap menarik.

Grafik 2.16 Indeks Risiko Global (VIX, MSCI World)

Grafik 2.17 Premi Swap

Grafik 2.18 CDS Indonesia & Selisih Imbal Hasil

Grafik 2.19 UIP (Uncovered Interest Parity)

� ������

����

����

����

����

����

����

��������������� ���������������������

��

��

��

��

��

��� ������ � ���� � ���������� � ���� � ���� � �� �� ��� �� ��� �� ��� �� ��� ��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���

���������������������������������������

����������������������������� ����

������������������

�������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ���

���������������������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������������������

������������������������������

��������������� ���������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����������������������������������������������

���������

���������

�����

��������

��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

14

Perkembangan Sektor Keuangan

Pasar Keuangan Internasional Perkembangan pasar keuangan internasional pada Oktober 2012

mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara

umum, kinerja bursa saham di Asia tercatat positif dan mata uang Asia

mengalami penguatan terhadap dolar AS. Namun, perbaikan tersebut

sedikit tertahan oleh kekhawatiran akan memburuknya prospek ekonomi

dunia serta krisis utang Eropa.

Di sisi lain, harga minyak dunia tercatat lebih rendah dari bulan

sebelumnya sejalan dengan perbaikan pasokan. Penurunan harga minyak

dunia juga dipengaruhi oleh sentimen negatif pelemahan ekonomi dunia

yang mendorong berkurangnya permintaan dunia. Sejalan dengan itu,

tekanan inflasi dunia relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Respons kebijakan di beberapa negara baik negara maju maupun negara

berkembang cenderung semakin akomodatif. Di negara maju, negara-

negara seperti AS, Eropa dan Jepang masih terus melakukan pelonggaran

moneter seperti The Fed yang meluncurkan kebijakan Quantitative Easing

3 (QE 3) dan Bank of Japan (BoJ) yang meluncurkan kebijakan bond-

buying.

Suku Bunga Suku bunga di pasar uang antar bank (PUab) Rupiah relatif stabil dengan risiko yang tetap terjaga. Rata-rata tertimbang suku bunga

PUAB O/N pada Oktober 2012 meningkat tipis sebesar 5 bps menjadi

4,13%. Sejalan dengan itu, suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang

turut bergerak searah. Suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih

panjang bergerak pada kisaran 4,08% - 6,00% Di sisi risiko, persepsi

risiko di pasar uang antar-bank masih tetap terjaga. Persepsi risiko di

PUAB sebagaimana tercermin pada selisih (spread) suku bunga PUAB O/N

tertinggi dan terendah pada Oktober 2012 tidak jauh berbeda dari bulan

sebelumnya yaitu sebesar 8 bps. Sementara itu, volume transaksi di PUAB

pada Oktober 2012 juga meningkat dari bulan sebelumnya sejalan dengan

meningkatnya kebutuhan likuiditas masyarakat.

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

15

Dari sisi operasi moneter, bank Indonesia masih konsisten untuk terus melakukan upaya penguatan operasi moneter. Upaya

penguatan operasi moneter dilakukan melalui optimalisasi instrumen

Term Deposit (TD) dan Reverse Repo SUN (RR-SUN). Pada Oktober 2012,

rata-rata suku bunga instrumen moneter meningkat sebesar 6 bps

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan suku

bunga PUAB O/N yang juga meningkat tipis sebesar 5 bps.

Suku bunga kredit dan suku bunga deposito bergerak stabil. Rata-

rata suku bunga kredit dan suku bunga deposito 1 bulan pada September

2012 tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya masing-masing sebesar

12,2% dan 5,4%. Stabilnya pergerakan suku bunga kredit dan suku

bunga deposito tersebut turut menyebabkan selisih (spread) antara suku

bunga kredit dan suku bunga simpanan tidak banyak berubah dari bulan

sebelumnya sebesar 6,84%. Hal tersebut menggambarkan masih adanya

ruang bagi penurunan suku bunga kredit yang lebih besar sejalan dengan

perbaikan efisiensi operasional perbankan dan efisiensi penyaluran dana

perbankan.

Suku bunga kredit konsumsi (KK) dan suku bunga kredit modal kerja

(KMK) mengalami sedikit penurunan, sedangkan suku bunga kredit

investasi relatif stabil dari bulan sebelumnya. Suku bunga KK, KMK dan KI

pada September 2012 masing-masing tercatat sebesar 13,7%, 11,7% dan

11,4% (Tabel 2.2 dan Grafik 2.20).

Tabel 2.2Perkembangan berbagai Suku bunga

Suku bunga (%)

6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 12,39 12,36 12,31 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 11,70 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 11,35 11,36 14,25 14,02 14,18 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92 13,69 13,67

BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (rata-rata tertimbang)Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)Kredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)

2011 2012

Sep okt Nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep

Penurunan suku bunga kredit juga tercermin pada suku bunga dasar kredit (SbDK) yang terus menurun. Penurunan SBDK terjadi di

hampir seluruh segmen, kecuali segmen Korporasi yang tercatat sedikit

meningkat. SBDK pada September 2012 untuk korporasi dan ritel masing-

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

16

masing tercatat sebesar 9,75% dan 11,03%. Sementara itu, SBDK untuk

jenis KPR dan non KPR masing-masing tercatat sebesar 10,45% dan

10,67%.

KreditPertumbuhan kredit mengalami perlambatan namun masih tetap pada level yang tinggi. Pada September 2012, pertumbuhan kredit

(tidak termasuk kredit chaneling) tercatat sebesar 22,9% (yoy), melambat

dari bulan sebelumnya yang men capai 23,6% (yoy) (Grafik 2.21).

Perlambatan pertumbuhan kredit terutama dikontribusi oleh perlambatan

penyaluran kredit modal kerja (KMK) sejalan dengan penurunan ekspor

dan impor sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global serta

perlambatan penyaluran kredit konsumsi (KK). KMK dan KK tercatat lebih

rendah dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 21,9% (yoy) dan 19,6%

(yoy). Sementara itu, kredit investasi (KI) tetap tumbuh kuat mencapai

30,4% (yoy) sehingga diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan

kapasitas ekonomi (Grafik 2.22).

Secara sektoral, perlambatan kredit terutama terjadi di sektor perdagangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa sosial. Perlambatan kredit yang terjadi pada sektor perdagangan sekaligus

mengonfirmasi kinerja sektor perdagangan yang mengalami penurunan

cukup signifikan pada triwulan III 2012. Sementara itu, sampai dengan

September 2012 penyaluran kredit terbesar tercatat pada sektor pertanian

dan konstruksi yang mencapai 35% dan 32% (yoy). Kredit pada masing-

masing sektor tersebut tumbuh tinggi sejalan dengan kinerja di kedua

sektor yang meningkat pada triwulan III 2012. Selain itu, pertumbuhan

pada sektor pengangkutan (transportasi) juga masih tercatat tinggi sebesar

30% (yoy), stabil dari bulan sebelumnya.

berdasarkan jenis valutanya, pertumbuhan kredit baik dalam valuta asing (valas) maupun dalam rupiah mengalami perlambatan.

Pada September 2012, kredit valas dan rupiah tumbuh menjadi sebesar

20,5% (yoy) dan 23,4% (yoy) atau melambat dibandingkan dengan bulan

sebelumnya sebesar 22,6 % (yoy) dan 23,85 (yoy). Hal tersebut selain

dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang kurang kondusif, juga sejalan

dengan penurunan pertumbuhan KMK yang cukup besar.

Dari sisi simpanan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat.

Pertumbuhan DPK pada September 2012 tercatat sebesar 19,8% (yoy),

Grafik 2.20 Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Grafik 2.21 Perkembangan BI Rate, Kredit dan DPK

Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����

���������������������������������������

�������������������������������

� �� � ��� � � ��� � � ��� � �� �

������

��

��

��

��

��

��

��

������������������������������������������

������������

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

������

��������������������

��

��

��

��

��

����

����

����

����������������������������

���������������������������������

��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ����

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

17

melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 21,3%

(yoy) (Grafik 2.21). Perlambatan tersebut dikontribusi oleh perlambatan

giro dan deposito di tengah pertumbuhan tabungan yang relatif stabil.

Berdasarkan valutanya, perlambatan DPK terutama disumbang oleh

pertumbuhan DPK rupiah yang menurun. Sampai dengan September 2012,

pertumbuhan DPK rupiah melambat menjadi 18,7% (yoy) dibandingkan

dengan bulan sebelumnya sebesar 19,9% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan

dengan pola historis DPK terkait pola konsumsi masyarakat pasca lebaran.

Sementara itu, pertumbuhan DPK valas juga menurun menjadi 26,9% (yoy)

dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 29,7% (yoy).

Uang BeredarPertumbuhan uang primer meningkat. Pada Oktober 2012,

pertumbuhan uang primer meningkat sebesar 14,4% (yoy) dibandingkan

dengan bulan sebelumnya yang sebesar 13,0% (yoy) (Grafik 2.23). Dengan

pertumbuhan tersebut, jumlah uang primer sampai dengan Oktober 2012

menjadi Rp648,1 triliun. Peningkatan uang primer terutama didukung oleh

pertumbuhan uang kartal yang juga meningkat dari bulan sebelumnya

sebesar 17,2% (yoy) menjadi Rp329,6 triliun.

Pada September 2012, likuiditas perekonomian kembali meningkat setelah bulan sebelumnya melambat akibat pergeseran pola hari raya Idul Fitri. Pertumbuhan M1 dan M2 pada September 2012

meningkat masing-masing menjadi sebesar 21,3% (yoy) dan 18,2% (yoy)

dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 16,5% (yoy) dan 17,8%

(yoy) (Grafik 2.24). Pertumbuhan M1 kembali meningkat terutama terkait

dengan pola uang kartal yang meningkat setelah bulan sebelumnya

mengalami perlambatan akibat pergeseran pola lebaran. Sementara itu,

pertumbuhan M2 juga meningkat sejalan dengan pertumbuhan M1.

Dari sisi faktor-faktor yang memengaruhi, peningkatan pertumbuhan M2

didorong oleh meningkatnya sumbangan Net Claim Government (NCG)

yang mengalami ekspansi neto sebesar Rp38 triliun (per September 2012).

Sementara itu, pertumbuhan Net Foreign Asset (NFA) yang meningkat

lebih disebabkan oleh dasar penghitungan pada periode yang sama tahun

sebelumnya (September 2011) yang cenderung rendah.

Grafik 2.23 Pertumbuhan Uang Primer

Grafik 2.24 Pertumbuhan Uang Beredar

������

��������������������

��

��

��

��

��������������������������

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����������������

���������������

��������������������

������ �

����������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

����

����

�����

�����

�����������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ����

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

18

Pasar SahamKinerja pasar saham domestik menguat. Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) pada Oktober 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,1%

ke level 4.350,29 dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Grafik 2.25).

IHSG bahkan sempat mencapai level tertinggi sepanjang sejarah yakni

pada level 4.364,60 pada 30 Oktober 2012. Kenaikan tertinggi terjadi

di sektor aneka industri sebesar 6,5% (mtm) yang diikuti oleh sektor

infrastruktur sebesar 5,7% (mtm), sedangkan pelemahan terjadi pada

sektor pertambangan dan pertanian yang menurun sebesar 6,3% (mtm)

dan 5,3% (mtm) yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas dan

permintaan eksternal, terutama China (Grafik 2.26).

Penguatan bursa domestik selama oktober 2012 dipicu oleh sentimen positif eksternal dan domestik. Sentimen positif eksternal

antara lain berasal dari rilis berbagai data indikator ekonomi AS dan China

yang membaik, serta beberapa langkah kebijakan yang diambil oleh bank

sentral Eropa maupun Pemerintah di negara-negara Uni Eropa dalam

menanggulangi dampak krisis. Sementara itu, sentimen positif domestik

antara lain berasal dari laporan kinerja emiten triwulan III 2012 yang masih

positif serta optimisme investor akan prospek ekonomi Indonesia sejalan

dengan perbaikan rating Indonesia1. Penguatan indeks juga ditopang

oleh kondisi makro ekonomi domestik yang kondusif dan kebijakan

perekonomian yang akomodatif serta kinerja emiten domestik yang positif.

Namun, sejumlah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia yang

diindikasi oleh penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh IMF

serta masih tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis di Eropa menahan

laju peningkatan indeks lebih lanjut.

Kinerja saham yang menguat diikuti oleh pembelian saham oleh investor asing. Pada Oktober 2012, investor asing kembali mencatat beli

neto sebesar Rp2,65 triliun, setelah bulan sebelumnya juga mencatat beli

neto.

1 Berdasarkan penilaian lembaga rating R&I yang meningkatkan rating Indonesia masuk pada per-ingkat layak investasi (investment grade) menjadi BBB- dengan outlook stabil dari sebelumnya BB+.

Grafik 2.25 IHSG dan BI Rate

Grafik 2.26 Perkembangan Indeks Sektoral

����

������������������������������������

�����������������������

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ������� ������ ��� ��� ��� ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ���

������ �

��������������������������������

�����������������

��������������������

��������������

�������������������

�����������������

��� �� � ��

����

����

�����

�����

��

����

��������

����

����

����

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

19

Pasar Surat Berharga negara (SBn)Kinerja pasar SbN sejalan dengan kinerja pasar saham domestik.

Pada Oktober 2012, imbal hasil SBN tercatat menurun pada seluruh tenor.

Secara keseluruhan, imbal hasil SBN turun sebesar 21 bps dibandingkan

dengan bulan sebelumnya menjadi sebesar 5,65%. Imbal hasil SBN

untuk tenor pendek, menengah, dan panjang masing-masing menurun

sebesar 22 bps, 26 bps, dan 12 bps. Imbal hasil SBN dengan tenor 10

tahun mengalami penurunan sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,71%

dibandingkan dengan September 2012 sebesar 5,97% (Grafik 2.27 dan

Grafik 2.28).

Penurunan imbal hasil SBN didorong oleh berbagai sentimen positif baik

dari eksternal maupun domestik. Membaiknya prospek perekonomian AS

dan China menyebabkan masuknya aliran dana asing ke pasar SBN. Selain

itu, penurunan imbal hasil SBN juga didorong oleh kondusifnya kondisi

ekonomi domestik sebagaimana tercermin pada inflasi yang terjaga rendah

dan neraca perdagangan yang mengalami surplus serta kenaikan peringkat

Indonesia ke level peringkat layak investasi. Meskipun mengalami

penurunan, namun jika dibandingkan dengan imbal hasil di negara

kawasan, imbal hasil SBN masih tercatat cukup menarik bagi investor.

Investor asing menambah porsi kepemilikannya pada pasar SbN.

Pada Oktober 2012, investor asing mencatat beli neto sebesar Rp9,35

triliun dibandingkan dengan September 2012 yang mencatat beli neto

sebesar Rp7,82 triliun. Aksi beli investor asing tersebut terjadi pada seluruh

instrumen SBN baik tenor jangka pendek, menengah, maupun panjang

sejalan dengan sentimen positif global dan fundamental ekonomi domestik

yang membaik dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stabil serta

imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan negara kawasan.

Pasar ReksadanaKinerja reksadana sampai dengan September 2012 terus menunjukkan peningkatan. Secara umum, kinerja reksadana yang

tercermin dalam NAB meningkat sebesar 1,2% dibandingkan dengan

September 2012. Peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk

reksadana pasar uang dan pendapatan tetap. Dalam hal ini, portofolio aset

untuk produk reksadana membukukan kinerja dibawah kinerja IHSG.

Grafik 2.27 Imbal Hasil SBN dan BI Rate

Grafik 2.28 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan

��

��

��

��

��������������

������������� �������

�������������

��������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ���� ����

� ���

�����

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

� � � � � � � � � �� �� �� ��

������������������������������������������������������

Page 22: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

20

Kondisi PerbankanKinerja perbankan domestik tetap solid di tengah perlambatan akselerasi pertumbuhan ekonomi. Rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio/CAR) masih terjaga pada kisaran 17% - 18%, jauh di

atas angka persyaratan minimum sebesar 8%. Sementara itu, rasio kredit

bermasalah (Non Performing Loan/NPL) selain kredit channeling baik gross

maupun neto tercatat sedikit menurun dari bulan sebelumnya sebesar

2,1% dan 0,6%. Di sisi profitabilitas perbankan, indikator Return on Asset

(ROA) mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 3,1% (Tabel 2.4).

Tabel 2.3Perkembangan Reksadana

jenis ReksadanaPeriode 2012

jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sept bulanan TW-III Ytd

Saham 58,04 59,35 58,46 58,64 58,23 62,15 63,36 59,82 62,57 4,59% 0,67% 2,26%Pasar Uang 10,19 11,07 11,92 12,67 12,03 11,15 12,23 12,95 11,71 -9,58% 5,04% 19,12%Mixed 20,69 21,43 21,33 21,97 21,01 21,31 21,70 20,58 21,24 3,21% -0,34% 1,75%Fixed Income 31,69 33,44 33,32 33,62 31,40 31,67 32,97 32,79 32,32 -1,46% 2,03% 11,70%Terproteksi 42,16 41,44 40,64 41,31 41,50 42,06 42,18 42,17 41,80 -0,89% -0,62% -0,09%Indeks 0,24 0,25 0,29 0,33 0,30 0,31 0,32 0,30 0,34 12,35% 8,79% 40,22%ETF-Saham 0,03 0,06 0,05 0,05 0,05 0,06 0,08 0,07 0,07 5,51% 11,38% 108,92%ETF-Fixed Income 0,56 0,60 0,60 1,13 1,10 1,13 1,12 1,10 1,15 4,72% 1,91% 116,26%Syariah-Mixed 0,92 0,97 1,02 1,14 1,10 1,17 1,17 1,96 2,12 8,08% 81,69% 127,99%Syariah-Mixed 1,71 1,83 1,79 1,88 1,80 1,89 2,10 1,50 1,72 14,64% -9,25% 3,57%Syariah-Fixed Income 0,68 0,69 0,69 0,73 0,74 0,66 0,67 0,71 0,73 1,88% 10,74% 19,70%Syariah-Terproteksi 0,55 0,54 0,48 0,48 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18 -0,62% -1,58% -68,51%Syariah-Indeks 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% 0,00% 0,00%RDPT-Saham 0,17 0,17 1,06 0,17 0,17 1,11 0,17 0,17 0,17 0,14% -84,83% -83,83%RDPT-Mixed 0,82 13,52 16,13 13,90 13,23 4,32 0,79 0,69 0,69 -0,28% -84,07% -95,73%RDPT-Fixed Income 0,14 8,99 9,24 8,99 8,52 0,31 0,28 0,00 0,25 0,00% -18,21% -97,28% 168,60 194,34 197,01 196,99 191,36 179,49 179,32 175,00 177,05 1,17% -1,36% -8,60%

Tabel 2.4Kondisi Umum Perbankan

IndikatorUtama

Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp)LDR* (%) NPLs Gross* (%) NPLs Net * (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%)

3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5 3.891,1 3.902,5 3.923,8 4.009,4 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 2.984,1 3.050,0 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 2.510,6 2.555,9 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1 83,8 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,6 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,2 17,3 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1 3,0 3,1

2011 2012

Sep Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep

* tanpa channeling

Page 23: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

21

III. ReSPoNS KebIjaKaN MoNeTeR

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 8 November 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten

dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran

inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Sejalan dengan dinamika

perekonomian dan sejumlah kebijakan yang ditempuh selama ini, tekanan

ketidakseimbangan eksternal mulai mereda dengan defisit transaksi

berjalan yang telah menurun dan neraca pembayaran yang kembali

mengalami surplus. Nilai tukar rupiah juga bergerak sesuai kondisi pasar

dengan intensitas depresiasi yang menurun. Sementara itu, perekonomian

domestik masih tumbuh cukup baik, meskipun sedikit melambat akibat

menurunnya ekspor karena dampak berlanjutnya pelemahan ekonomi

global. Ke depan, Bank Indonesia mengarahkan kebijakannya untuk

mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan

dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi

domestik. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi

dengan Pemerintah dalam upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan

kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Page 24: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012 · Pasar Surat Berharga Negara (SBN) .....19 Pasar Reksadana .....19 Kondisi Perbankan .....20 III. Respons Kebijakan Moneter .....21

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2012

22

Indikator Terkini

* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SeKToR KeUaNGaN

H a R G a

SeKToR eKSTeRNaL

INDIKaToR KUaRTaLaN

SUKU bUNGa & SaHaMSuku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

beSaRaN MoNeTeR (miliar Rp)base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah Tagihan kepada Sektor LainnyaTagihan pada Sektor Swasta

Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor

4,88 3,82 3,83 3,93 4,24 4,32 4,46 4,54 4,67 - - 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 - - 6,68 6,52 6,31 6,00 5,89 5,76 5,67 5,61 5,69 - - 4,43 3,93 3,81 3,81 3,83 4,10 4,17 4,29 4,24 - - 3.942 3.985 4.122 4.181 3.833 3.956 4.142 4.060 4.263 4.350 -

594.078 578.964 586.034 596.592 604.979 627.359 634.993 657.955 638.869 - - 696.323 683.253 714.258 720.924 749.450 779.416 771.792 783.478 762.658 - - 286.242 280.103 287.046 290.861 294.768 314.670 315.375 327.059 306.238 - - 410.082 403.150 427.212 430.064 454.682 464.746 456.417 456.418 456.419 - - 2.854.978 2.849.796 2.911.920 2.927.259 2.992.057 3.050.355 3.054.530 3.100.060 3.091.753 - - 2.145.246 2.150.808 2.182.891 2.190.885 2.227.527 2.254.329 2.269.805 2.304.474 2.317.638 - - 1.842.815 1.848.124 1.875.257 1.887.124 1.900.824 1.915.625 1.926.042 1.960.339 1.967.141 - - 993.655 998.643 1.022.038 1.020.792 1.027.151 1.016.060 1.017.021 1.030.262 1.030.243 - - 849.160 849.481 853.219 866.332 873.673 899.565 909.020 930.077 936.898 - - 141.171 145.623 148.649 148.486 159.186 164.762 170.722 171.517 180.380 - - 161.260 157.061 158.984 155.275 167.516 173.942 173.041 172.617 170.117 - - 13.409 15.735 14.771 15.450 15.081 16.610 12.932 12.108 11.457 - - 2.854.978 2.849.796 2.911.920 2.927.259 2.992.057 3.050.355 3.054.530 3.100.060 3.091.753 - -

2.374.862 2.403.464 2.464.483 2.519.946 2.586.786 2.653.871 2.667.448 2.696.876 2.757.704 - - 2.106.449 2.138.727 2.189.236 2.230.960 2.289.504 2.361.812 2.377.917 2.406.188 2.470.605 - -

0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,70 0,95 0,01 0,16 - 3,65 3,56 3,97 4,50 4,45 4,53 4,56 4,58 4,31 4,61 -

9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 9.485 9.560 9.588 9.615 - 12.414 12.594 13.565 12.698 13.315 12.422 13.257 10.594 - - - 11.715 11.894 12.296 12.381 13.363 12.937 13.249 10.337 - - - 88,84 87,74 89,93 94,46 92,55 85,58 - - - - -

jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep okt Nov

2012

Tw. I Tw. II Tw. III

2012

6,3 6,4 6,2 5,0 5,5 4,6 10,0 12,3 10,0 164,1 108,7 -9,5 7,9 2,2 -2,8 8,0 10,9 -0,5