tinjauan kebijakan moneter · tinjauan kebijakan moneter ... dalam batas aman dan mempertahankan...
TRANSCRIPT
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 1
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai in� asi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018
Dewan GubernurPERRY WARJIYO Gubernur
MIRZA ADITYASWARA Deputi Gubernur Senior
ERWIN RIJANTODeputi Gubernur
SUGENG Deputi Gubernur
ROSMAYA HADI Deputi Gubernur
DODY BUDI WALUYO Deputi Gubernur
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 20182
Daftar Isi
1. Ringkasan Eksekutif
2. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Perkembangan Ekonomi Dunia
Risiko Pasar Keuangan Global
Pasar Komoditas Global
Pertumbuhan Ekonomi
Neraca Pembayaran Indonesia
Nilai Tukar Rupiah
Inflasi
Pasar Keuangan
Transmisi Suku Bunga
Likuiditas Perekonomian
Intermediasi Perbankan
Pembiayaan NonPerbankan
Pasar Saham
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)
06
10
11
12
17
19
20
23
24
25
27
29
30
31
03
06
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 3
11111111111 Ringkasan Eksekutif
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Oktober 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Bank Indonesia juga terus menempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar Rupiah maupun pasar valas serta secara efektif memberlakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) mulai 1 November 2018. Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal, termasuk untuk mendorong ekspor dan menurunkan impor sehingga defisit transaksi berjalan dapat menurun dengan prakiraan kisaran 2,5% PDB pada 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan perekonomian seperti defisit transaksi berjalan, nilai tukar, stabilitas sistem keuangan, dan inflasi untuk menempuh langkah lanjutan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Sesuai perkiraan, pertumbuhan ekonomi global lebih rendah dari proyeksi semula disertai ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Di satu sisi, ekonomi AS diprakirakan makin kuat didukung permintaan domestik yang kemudian menyebabkan ekspektasi inflasi AS tetap tinggi dan akan direspons the Fed dengan tetap menaikkan suku bunga kebijakannya. Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Eropa dan negara-negara emerging markets, termasuk Tiongkok, diprakirakan lebih rendah dari proyeksi semula, yang pada gilirannya menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi secara global. Penurunan proyeksi ekonomi dunia juga dipengaruhi ketegangan hubungan dagang antara AS dan negara lain yang kemudian menurunkan volume perdagangan dunia. Harga komoditas ekspor Indonesia tumbuh lebih lambat, di tengah harga minyak dunia yang terus meningkat. Sementara itu, ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi juga mendorong investor global menempatkan dananya di aset-aset yang dianggap aman, khususnya di AS. Berbagai perkembangan tersebut pada gilirannya mengakibatkan dolar AS terus menguat dan akhirnya membuat tren pelemahan banyak mata uang negara berkembang berlanjut sampai dengan pertengahan Oktober 2018.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III 2018 tidak sekuat perkiraan terutama dipengaruhi penurunan ekspor neto. Konsumsi tetap baik didukung daya beli yang terjaga dan belanja terkait pemilu serta keyakinan konsumen yang tetap tinggi. Investasi masih tumbuh cukup tinggi ditopang baik investasi bangunan, terkait proyek infrastruktur dan properti, maupun investasi nonbangunan. Namun, kenaikan pertumbuhan ekspor tidak sekuat proyeksi, di tengah impor yang tumbuh tinggi. Pertumbuhan ekspor lebih terbatas disebabkan kinerja ekspor komoditas andalan, seperti pertanian dan pertambangan, yang tidak sekuat prakiraan. Sementara itu, impor tumbuh tinggi sejalan dengan permintaan domestik, meskipun pertumbuhan impor bulanan telah menunjukkan perlambatan. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2018 diprakirakan berada pada kisaran bawah 5,0-5,4%.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 20184
Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus pada September 2018. Surplus neraca perdagangan tercatat 0,23 miliar dolar AS, membaik dibandingkan dengan kinerja neraca perdagangan bulan sebelumnya yang mencatat defisit 0,94 miliar dolar AS. Perbaikan tersebut ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat dan defisit neraca perdagangan migas yang menurun. Perbaikan neraca perdagangan nonmigas dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas, terutama karena turunnya impor barang modal dan bahan baku. Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif Januari-September 2018, neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit 3,78 miliar dolar AS. Sementara itu, posisi cadangan devisa cukup tinggi sebesar 114,8 miliar dolar AS pada akhir September 2018, atau setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, prospek neraca perdagangan dan transaksi berjalan diharapkan terus membaik sejalan dengan berbagai upaya Pemerintah bersama Bank Indonesia untuk menurunkan defisit transaksi berjalan.
Nilai tukar Rupiah masih mengalami depresiasi namun dengan volatilitas yang terjaga. Tekanan depresiasi Rupiah pada September 2018 dan kemudian berlanjut pada Oktober 2018 sejalan dengan pergerakan mata uang negara peers. Rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,07% pada September 2018 dan sedikit melemah pada Oktober 2018. Dengan perkembangan ini, maka secara year to date (ytd) sampai dengan 22 Oktober 2018, Rupiah terdepresiasi 10,65% atau masih lebih rendah dari pelemahan yang terjadi di Brasil, India, Afrika Selatan, dan Turki. Ke depan, Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar, didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan. Kebijakan tersebut diarahkan untuk menjaga volatilitas Rupiah serta kecukupan likuiditas di pasar sehingga tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Inflasi masih terkendali pada level yang rendah dan stabil. Indeks Harga Konsumen mengalami deflasi sebesar 0,18% (mtm) pada September 2018, lebih dalam dibandingkan dengan deflasi bulan lalu sebesar 0,05% (mtm). Deflasi tersebut terutama bersumber dari deflasi kelompok volatile food, sedangkan inflasi inti melambat dan inflasi kelompok administered prices tercatat stabil. Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara tahunan mencapai 2,88% (yoy), menurun dari 3,20% (yoy) pada bulan sebelumnya. Kelompok volatile food mencatat deflasi seiring berlanjutnya koreksi harga beberapa komoditas pangan. Sementara itu, inflasi inti melambat dari 0,30% (mtm) pada bulan Agustus 2018 menjadi 0,28% (mtm) pada September 2018. Terkendalinya inflasi inti hingga September 2018 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar. Ke depan, inflasi diprakirakan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5±1% (yoy). Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dalam pengendalian inflasi sehingga inflasi tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil.
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai intermediasi perbankan yang meningkat dan risiko kredit yang terkelola dengan baik. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tetap tinggi mencapai 22,8% dan rasio likuiditas (AL/DPK) masih aman yaitu sebesar 18,3% pada Agustus 2018. Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yaitu sebesar 2,7% (gross) atau 1,3% (net). Pertumbuhan kredit pada Agustus 2018 tercatat sebesar 12,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,3% (yoy). Adapun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 5
(DPK) pada Agustus 2018 sebesar 6,9% (yoy), stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya 6,9% (yoy). Sementara pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, Medium Term Notes (MTN), dan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) selama Januari s.d. Agustus 2018 tercatat sebesar Rp146,1 triliun (gross), turun dibandingkan dengan periode yang sama 2017 sebesar Rp183,7 triliun (gross). Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit 2018 masih berada dalam kisaran proyeksi 10-12% (yoy), sementara pertumbuhan DPK diprakirakan akan mengalami perlambatan, berada di batas bawah kisaran 8,0-10,0% (yoy).
Stabilitas sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah secara umum terjaga dengan baik. Setelmen transaksi nontunai, baik nilai besar maupun ritel, dan transaksi tunai pada September 2018 tetap tumbuh positif. Rata-rata harian pertumbuhan nominal transaksi nontunai nilai besar yang diselesaikan melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS) meningkat 0,72% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan transaksi nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat 6,9% (yoy). Transaksi ritel melalui ATM, Debit, Kartu Kredit dan Uang Elektronik tercatat tumbuh 9,4% (yoy) pada Agustus 2018. Berbagai perkembangan transaksi tersebut didukung tetap terjaganya ketersediaan sistem pembayaran dan kelancaran operasional pada tingkat pelayanan yang tinggi, baik di Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) maupun di industri sistem pembayaran. Dari sisi pembayaran tunai, posisi Uang Yang Diedarkan (UYD) meningkat 10,7% (yoy), sejalan dengan kebutuhan transaksi kegiatan ekonomi.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 20186
Pertumbuhan Ekonomi ASGra� k 2.1
Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan MoneterPERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Pertumbuhan ekonomi global diprakirakan lebih rendah dari proyeksi semula dan disertai ketidakpastian yang tinggi di pasar keuangan global. Di satu sisi, ekonomi AS diprakirakan makin kuat didukung permintaan domestik yang kemudian menyebabkan ekspektasi inflasi AS tetap tinggi dan diprakirakan akan direspons the Fed dengan tetap menaikkan suku bunga kebijakannya. Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa dan negara-negara emerging markets, termasuk Tiongkok diprakirakan lebih rendah dari prakiraan, yang pada gilirannya menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi secara global. Penurunan proyeksi ekonomi dunia juga dipengaruhi ketegangan hubungan dagang antara AS dan negara lain yang kemudian menurunkan volume perdagangan dunia. Harga komoditas ekspor Indonesia diprakirakan tumbuh lebih lambat, di tengah harga minyak dunia yang terus meningkat. Sementara itu, ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi juga mendorong investor global menempatkan dananya di aset-aset yang dianggap aman, khususnya di AS. Berbagai perkembangan tersebut mengakibatkan dolar AS menguat dan pelemahan banyak mata uang negara berkembang terus berlanjut sampai dengan pertengahan Oktober 2018.
Pertumbuhan ekonomi AS diprakirakan tetap kuat didukung oleh solidnya kinerja konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah (Grafik 2.1). Kinerja konsumsi masih kuat didukung oleh dampak lanjutan kebijakan fiskal serta tingkat pengangguran yang terus menurun. Kinerja konsumsi yang masih kuat terindikasi dari Conference Board
2
Sumber: Bloomberg, diolah
Konsumsi
Investasi Swasta
Net Ekspor
Konsumsi Pemerintah
PDB (yoy)
-2
-1
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III-F2015 2016 2017 2018
% yoy
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 7
Consumer Index dan pertumbuhan permintaan barang manufaktur yang menunjukkan kinerja positif. Sementara itu, akselerasi kinerja investasi diperkirakan berlanjut pada triwulan III 2018 sejalan dengan investasi nonresidensial yang diperkirakan tetap kuat dan indikator permintaan manufaktur yang terjaga pada level yang tinggi. Pemotongan rasio pajak korporasi diperkirakan akan mendukung akselerasi investasi dan mulai berdampak signifikan pada triwulan III 2018. Sementara itu, masih kuatnya pengeluaran pemerintah tercermin dari defisit anggaran AS yang meningkat sejalan dengan implementasi reformasi pajak dan ekspansi belanja fiskal. Selain itu, perbaikan ekonomi AS tercermin pada kinerja produksi yang terindikasi dari PMI Manufaktur yang meningkat, kapasitas utilisasi yang naik, dan ISM All Economy yang tetap terjaga pada level yang tinggi.
Inflasi AS tetap tinggi sejalan dengan ekonominya yang terus menguat (Grafik 2.2). Inflasi AS didukung oleh inflasi perumahan dan kesehatan yang cukup kuat, sementara inflasi energi relatif menurun. Sementara itu, berdasarkan Concensus Forecast April - September 2018, ekspektasi inflasi tetap tinggi dengan rata-rata sebesar 2,5% (yoy).
Perekonomian Eropa diprakirakan tertahan sejalan dengan melambatnya aktivitas konsumsi dan investasi, serta melemahnya dukungan ekspor neto (Grafik 2.3). Pertumbuhan ekonomi Eropa diprakirakan tertahan oleh melambatnya aktivitas konsumsi yang terindikasi dari menurunnya tingkat keyakinan konsumen dan pelaku usaha. Penurunan tersebut didorong oleh ekspektasi perlambatan ekonomi, ketidakpastian politik di kawasan Euro, dan risiko perang dagang (trade war) (Grafik 2.4). Sementara itu, perlambatan kinerja investasi diperkirakan terus berlanjut, tercermin pada PMI Manufaktur yang menurun. Di sisi eksternal, dukungan ekspor neto terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan semakin
In� asi ASGra� k 2.2
Pertumbuhan Ekonomi EropaGra� k 2.3
Sumber: Bloomberg, diolah
Konsumsi
Investasi Konsumsi Pemerintah
Net Ekspor
PDB (yoy)
-2
-1
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III-F
2015 2016 2017 2018
% yoy
Sumber: Bloomberg, diolah
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
2017
%
2016
20188
2015 2016 2017 2018
9 11 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 2 4 6 910 12
IHK (YoY)Target 2%
PCE Inti (YoY)
PCE (YoY)
IHK Inti
PCE (mtm)
Proyeksi PCE
1,7
0,1
1,82,1
2,72,4
2,02,2
2,3
Konsumsi dan Penjualan Ritel EropaGra� k 2.4
Sumber: Bloomberg, diolah
111,60
-1,9
5,6
14,4
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
95
100
105
110
115
120
2 4 6 8 10 2 4 6 8 10 2 4 6 8 10 2 4 6 8 10 2 4 6 82014 2015 2016 2017 2018
IndeksIndeks
Tingkat Keyakinan Industri (Skala kanan)Tingkat Keyakinan Konsumen
(Skala kanan)
Tingkat Keyakinan Jasa(Skala kanan) Tingkat Keyakinan
Ekonomi
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 20188
Pertumbuhan Ekonomi JepangGra� k 2.5
kecil seiring dengan kinerja ekspor yang terus menurun di tengah impor yang terus meningkat.
Tekanan inflasi Eropa masih tinggi. Inflasi IHK Eropa meningkat pada September 2018 seiring dengan tingginya harga energi, terutama minyak. Sementara itu, inflasi inti masih tertahan pada level yang rendah dipengaruhi oleh menurunnya inflasi barang-barang industri non-energi dan inflasi jasa.
Di Jepang, pertumbuhan ekonomi diprakirakan melambat dipengaruhi tertahannya konsumsi, investasi, dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi Jepang diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan III 2018, setelah tumbuh meningkat pada triwulan II 2018 (Grafik 2.5). Kegiatan konsumsi tertahan sebagaimana tercermin pada tingkat keyakinan konsumen yang menurun, penjualan di department store dan convenience store yang relatif tertahan, serta penjualan kendaraan bermotor yang kembali tumbuh negatif. Sejalan dengan itu, kinerja investasi juga diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan III 2018 yang terindikasi dari permintaan peralatan mesin, PMI Manufaktur, serta tingkat keyakinan bisnis yang menurun. Di samping itu, dukungan ekspor neto diperkirakan melambat sejalan dengan masih tingginya impor, terutama impor energi, di tengah tertahannya ekspor akibat moderasi permintaan negara tujuan ekspor dan risiko eskalasi trade war.
Inflasi IHK Jepang meningkat didorong kenaikan harga energi. Inflasi IHK Jepang meningkat didorong oleh kenaikan harga energi. Sejalan dengan meningkatnya inflasi IHK, inflasi inti juga tercatat meningkat (Grafik 2.6).
Di Tiongkok, perlambatan ekonomi diprakirakan terus berlanjut, terutama disebabkan oleh melambatnya kinerja investasi. Kinerja investasi (Fixed Asset Investment-FAI) diperkirakan melambat Perkembangan In� asi JepangGra� k 2.6
Sumber: Bloomberg, diolah
Konsumsi
Investasi
Konsumsi Pemerintah
Ekspor Neto PDB (yoy)
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
II III IV I II III IV I II III IV I II III-F
20162015 2017 2018
%
In�asi IHK Tokyo
In�asi IHK
In�asi IHK (kecuali makanan segar)
In�asi IHK (kecuali makanan dan energi)
2
1
0
-1
% yoy
Sumber: Bloomberg
20162015
3 51 7 9 11 3 51 7 9 11 3 51 73 517 9 11
2017 2018
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 9
pada triwulan III 2018, sejalan dengan terus menurunnya investasi publik sebagai dampak kebijakan deleveraging yang semakin ketat (Grafik 2.7). Disamping itu, menurunnya investasi infrastruktur juga disebabkan oleh terbatasnya sumber pembiayaan pemerintah lokal dan menipisnya pembiayaan off balance sheet. Di sisi lain, neraca perdagangan Tiongkok pada September 2018 mencatat surplus sejalan dengan peningkatan kinerja ekspor akibat adanya aktivitas frontloading shipping ekspor Tiongkok sebelum kebijakan tarif impor AS (Grafik 2.8). Sementara itu, kinerja konsumsi diperkirakan akan relatif stabil seiring dengan membaiknya penjualan ritel serta adanya kebijakan stimulus Pemerintah berupa penurunan tarif impor barang dan penurunan pajak penghasilan.
Inflasi Tiongkok meningkat pada Agustus 2018. Meningkatnya inflasi IHK Tiongkok didorong oleh inflasi pangan (food) dan inflasi nonpangan (non-food) terutama pada kelompok perumahan dan rekreasi. Hal itu dipengaruhi oleh kenaikan harga energi dan meningkatnya permintaan pariwisata pada libur musim panas.
Di India, ekonomi diprakirakan tumbuh melambat dipengaruhi konsumsi dan investasi (Grafik 2.9). Konsumsi menurun terindikasi dari penjualan kendaraan yang tumbuh negatif dan berlanjutnya penurunan tingkat keyakinan konsumen (Grafik 2.10). Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh tingginya harga minyak serta kondisi keuangan yang ketat. Kinerja investasi juga diperkirakan tumbuh melambat yang tercermin dari PMI Manufaktur yang tumbuh negatif serta berlanjutnya tren perlambatan Industrial Production (IP). Di sisi eksternal, defisit neraca perdagangan semakin melebar seiring dengan akselerasi pertumbuhan impor, terutama akibat tingginya harga minyak dan tertahannya kinerja ekspor akibat melemahnya permintaan.
Investasi Publik TiongkokGra� k 2.7
Sumber: Bloomberg
0
5
10
15
20
25
7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2015 2016 2017 2018
% ytd yoy
Investasi Swasta
Investasi Publik
Total Investasi (FAI) YTD yoy
8,70
1,2
5,45,3
1,1
Neraca Perdagangan TiongkokGra� k 2.8
Sumber: Bloomberg, diolah
26,7 31,7
11,4 9,114,5
19,9
,714,3
-40-30-20-100102030405060
-50
-30
-10
10
30
50
70% yoyMiliar Dolar
Neraca Perdagangan
Impor (Skala kanan)
Ekspor (Skala kanan)
9 12 3 6 9 12 3 6 9 3 6 912
2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan Ekonomi IndiaGra� k 2.9
Sumber: Bloomberg, diolah
InvestasiKonsumsi Pemerintah Ekspor Neto
Lainnya
PDB (yoy)
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I II III-F2015 2016 2017 2018
% yoy
Konsumsi
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201810
Inflasi di India tercatat menurun sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Penurunan inflasi terutama disumbang oleh menurunnya inflasi inti serta inflasi kelompok makanan dan minuman. Inflasi inti menurun terutama bersumber dari kelompok sandang, kesehatan, dan perumahan.
RISIKO PASAR KEUANGAN GLOBAL
Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan semakin divergen, kebijakan ekonomi AS, ketegangan hubungan dagang, dan harga minyak. Ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi didorong oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan divergen sehingga mendorong perlambatan pertumbuhan volume perdagangan dunia dan harga komoditas. Selain itu, pasar keuangan menghadapi risiko terkait ketidakpastian AS yang terus meningkat, diikuti oleh kondisi likuiditas AS yang lebih ketat, tingginya harga minyak, dan ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok (Grafik 2.11 dan 2.12). Risiko-risiko tersebut memicu beberapa bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan.
Ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi mendorong aliran modal keluar dari emerging market (EM) (Grafik 2.13). Hal ini berdampak pada peningkatan ketidakpastian dan risiko di EM yang diikuti dengan penyesuaian aliran modal, termasuk Indonesia (Grafik 2.14). Selain itu, siklus kenaikan Fed Fund Rate yang diiringi dengan balance sheet reduction oleh AS turut mendorong perilaku risko off dan aliran modal keluar dari EM sehingga menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya peningkatan tekanan terhadap mata uang negara-negara EM.
Tingkat Keyakinan KonsumenGra� k 2.10
Sumber: Reserved Bank of India
85
90
95
100
105
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Indeks
Jul 2
015
Jan
2016
Jul 2
016
Jan
2017
Jul 2
017
Jan
2018
Jul 2
018
Jan
2019
Economic Policy Uncertainty (EPU) ASGra� k 2.11
Sumber: Bloomberg
Economic Policy Uncertainty (EPU) AS
600
500
400
300
200
100
0
2005
9 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 8
2006 2007 2008 2009 2010 2011 20132012 20152014 2016 2017 2018
Indeks
Perkembangan Indeks DolarGra� k 2.12
Sumber: Bloomberg; Data s.d. 12 Oktober 2018
Indeks Dolar
Indeks Dolar Asia (Skala Kanan)
193,81
95,22
Reverse Order
103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 88
89 90 91 92 93 94 95 96 97 98
Apresiasi Dolar AS vs Mata Uang Utama
IndeksIndeks
Apresiasi Dolar ASvs Mata Uang Asia
4 5 6
2018
7 8 9 10
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 11
PASAR KOMODITAS GLOBAL
Pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah dari perkiraan semula serta masih tingginya ketidakpastian ekonomi dunia berdampak pada volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang tumbuh lebih rendah dari perkiraan. Volume perdagangan dunia berpotensi tumbuh lebih rendah dari perkiraan pada tahun 2018, sejalan dengan tren perlambatan aktivitas perdagangan negara maju terutama Eropa dan negara-negara emerging market lainnya. Selain itu, menurunnya volume perdagangan dunia juga dipengaruhi oleh masih tingginya risiko trade war. Sementara itu, harga komoditas diperkirakan tumbuh lebih rendah terutama disebabkan oleh perlambatan harga batubara, tembaga, timah, nikel, dan CPO.
Harga batu bara diprediksi tumbuh lebih rendah dari perkiraan sejalan dengan menurunnya harga batubara Indonesia. Harga batu bara ekspor Indonesia yang berkalori rendah diperkirakan tumbuh lebih rendah karena penurunan permintaan Tiongkok sejalan dengan pengetatan syarat impor batu bara. Selain itu, pasokan batu bara kalori rendah yang relatif tinggi di Tiongkok turut menekan harga batu bara. Namun, harga batu bara internasional tercatat meningkat akibat naiknya permintaan menjelang musim dingin.
Penurunan harga sebagian besar komoditas non-energi diperkirakan terus berlanjut. Harga logam, seperti tembaga, timah, dan nikel diperkirakan menurun terutama dipengaruhi oleh sentimen negatif perang dagang AS dan Tiongkok. Selain sentimen negatif, penurunan harga tembaga juga disebabkan oleh melambatnya permintaan Tiongkok akibat adanya ekspektasi perlambatan ekonomi dan investasi Tiongkok serta implementasi tarif impor oleh AS. Sementara itu, penurunan harga timah juga didukung oleh adanya ekspektasi kenaikan pasokan
Perpindahan Aliran Modal Negara Berkembang ke Negara Maju
Gra� k 2.13
Sumber: EPFR, Fund Flows (FF); Data s.d. 12 Oktober 2018
Periode Out�ow (EM)
Aliran ModalNegara Berkembang (EM) Aliran Modal Negara Maju
(Skala kanan)
2056,58
283,27
0
500
1000
1500
2000
2500
0
50
100
150
200
250
300
350
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Miliar Dolar ASMiliar Dolar AS
Ketidakpastian dan Risiko EMGra� k 2.14
Sumber: Bloomberg
CDS Indonesia (Skala kanan)
Emerging Market Bond Index (EMBI)
250270290310330350370390410430
708090100110120130140150160
Indeks Indeks
1 2 3 4 5
2018
6 7 8 109
146,31
174,23
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201812
pasca-implementasi kebijakan penerapan tax exemption di Rusia pada tambang timah. Di samping itu, penurunan harga nikel didorong oleh peningkatan pasokan nikel pig iron di Filipina dan Indonesia. CPO diperkirakan akan melanjutkan penurunan harga dipengaruhi oleh terbatasnya permintaan dan meningkatnya pasokan komoditas subtitusi (kedelai). Selain itu, adanya penghapusan bea ekspor CPO Malaysia yang mulai berlaku pada September 2018 turut menekan harga CPO.
Harga minyak diperkirakan tetap tinggi sejalan dengan masih berlanjutnya gangguan pasokan (Grafik 2.15). Hal itu dipengaruhi oleh penurunan produksi minyak dari Venezuela dan dampak dari sanksi AS kepada Iran yang lebih besar dari ekspektasi. Selain itu, adanya permasalahan bottlenecks di AS, persediaan minyak dunia yang terus menurun, serta spare capacity OPEC yang semakin rendah turut menjaga harga minyak tetap tinggi. Sementara itu, permintaan minyak secara global diperkirakan stabil meskipun terdapat risiko penurunan terutama dari negara-negara emerging market. Risiko itu terutama bersumber dari depresiasi nilai tukar negara-negara emerging market, pengetatan kredit, dan kenaikan harga minyak yang terus berlanjut.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III 2018 tidak sekuat perkiraan terutama dipengaruhi penurunan ekspor neto (Tabel 2.1). Konsumsi tetap baik didukung daya beli yang terjaga dan belanja terkait pemilu serta keyakinan konsumen yang tetap tinggi. Investasi masih tumbuh cukup tinggi ditopang baik investasi bangunan, terkait proyek infrastruktur dan properti, maupun investasi nonbangunan. Namun, kenaikan pertumbuhan ekspor tidak sekuat proyeksi, di tengah impor yang tumbuh tinggi. Pertumbuhan ekspor lebih terbatas disebabkan kinerja ekspor komoditas andalan,
Harga MinyakGra� k 2.15
Sumber: Bloomberg, diolah; Data s.d 15 Oktober 2018
81,05
83,6
20
30
40
50
60
70
80
2015 2016 2017 2018
Dolar AS / barel
Harga Minyak Brent
Rata-rata Triwulanan
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 13
seperti pertanian dan pertambangan, yang tidak sekuat prakiraan. Sementara itu, impor tumbuh tinggi sejalan dengan permintaan domestik, meskipun pertumbuhan impor bulanan telah menunjukkan perlambatan. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2018 diprakirakan berada pada kisaran bawah 5,0-5,4%.
Konsumsi tetap baik didukung daya beli yang terjaga dan belanja terkait pemilu serta keyakinan konsumen yang tetap tinggi. Konsumsi rumah tangga didukung oleh daya beli yang membaik sejalan dengan pendapatan rumah tangga, baik kelompok bawah maupun kelompok menengah, yang meningkat di tengah inflasi yang terjaga pada level yang rendah. Pendapatan rumah tangga kelompok bawah yang membaik terindikasi dari nilai tukar petani (NTP) dan upah riil buruh tani yang tumbuh positif hingga September 2018 (Grafik 2.16). Sementara itu, pendapatan kelas menengah khususnya gaji karyawan swasta terindikasi membaik, tercermin pada kenaikan beban biaya gaji korporasi (salary expense). Pendapatan pegawai sektor publik juga terindikasi meningkat yang berasal dari realisasi gaji ke-13 bagi PNS. Kinerja positif konsumsi rumah tangga sejalan dengan tingkat keyakinan konsumen yang masih berada dalam teritori optimis (indeks di atas 100) serta meningkat pada Agustus 2018 (Grafik 2.17). Konsumsi swasta yang tetap kuat didukung
Persen, yoy
Sumber: BPS
I IIIII III IVKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Lembaga Nonpro�t Melayani Rumah TanggaKonsumsi PemerintahInvestasi
Investasi BangunanInvestasi Nonbangunan
EksporImporPDB
4,94 4,95 4,93 4,97 4,95 4,95 5,146,645,01
8,07 8,52 6,02 5,24 6,91 8,09 8,710,14 2,69 -1,92 3,48 3,81 2,14 2,74 5,264,47 4,77 5,34 7,08 7,27 6,15 7,95 5,875,18 5,87 6,07 6,28 6,68 6,24 6,16 5,02
2,43 1,46 3,23 9,47 9,03 5,90 13,57 8,41 1,57 8,41 2,80 17,01 8,50 9,09 6,09 7,702,45 4,81 0,20 15,46 11,81 8,06 12,66 15,175,03 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,27
Komponen PDB Pengeluaran 20162017 2018
2017
Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 2.1
NTP dan Upah Buruh TaniGra� k 2.16
Indeks Keyakinan KonsumenGra� k 2.17
Sumber: BPS, diolah; Data Juli-Agustus 2018
Nilai Tukar 0,96
0,97PetaniUpah Buruh Tani (riil)
-3
-2
-1
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II III 1 2 3 4 5 6 7 98
2016 2017 2018 2018
% yoy
Sumber: Bank Indonesia
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Pengeluaran Rp1-2 Juta
Pengeluaran Rp2-5 juta
Pengeluaran >Rp5 juta
95
100
105
110
115
120
125
130
135
I II III IV I II III IV I II III 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014
I II III IV
2015 2016
I II III IV
2017 2018 2018
Indeks
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201814
pula oleh konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang diperkirakan meningkat sebagaimana pola historis pengeluaran LNPRT pada dua triwulan sebelum Pemilu Legislatif/Pemilu Presiden (Grafik 2.18).
Konsumsi yang tetap kuat tercermin dari penjualan eceran dan penjualan kendaraan bermotor yang membaik. Perbaikan konsumsi terindikasi dari penjualan ritel yang tetap tumbuh baik pada triwulan III 2018, ditopang oleh penjualan kelompok pakaian dan peralatan rumah tangga. Penjualan ritel yang meningkat tersebut sesuai dengan pola musiman panen pada Agustus 2018 serta tahun ajaran baru pada Juli 2018. Indikasi konsumsi yang membaik tercermin juga pada penjualan kendaraan bermotor yang meningkat pada triwulan III 2018, ditopang oleh penjualan kendaraan jenis kendaraan penumpang multi purpose vehicle (MPV)). Sejalan dengan penjualan mobil, penjualan sepeda motor tumbuh positif (Grafik 2.19).
Belanja pemerintah pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan realisasi anggaran hingga September 2018, lebih tingginya konsumsi pemerintah bersumber terutama dari belanja pemerintah pusat dalam bentuk belanja barang serta belanja pegawai yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III 2017. Belanja barang yang cukup tinggi tersebut, antara lain, terkait kegiatan Asian Games. Dari sisi belanja pegawai, realisasi gaji ke-13 pada bulan Juli 2018 merupakan faktor pendorong akselerasi belanja.
Investasi masih tumbuh cukup tinggi ditopang baik investasi bangunan, terkait proyek infrastruktur dan properti, maupun investasi nonbangunan. Di sisi investasi bangunan, pembangunan proyek infrastruktur fisik masih terus berjalan termasuk proyek pendukung acara Internasional.
Sumber: BPS, diolah
0
22,824,1
4,7
12,8
23,2 22,4
5,8
0
5
10
15
20
25
30
2 Tw Sebelum 1 Tw Sebelum Pileg Pilpres
Pemilu 2009Pemilu 2014
% yoy
Historis Konsumsi LNPRTGra� k 2.18
Penjualan Eceran dan Kendaraan BermotorGra� k 2.19
Sumber: Bank Indonesia, Gaikindo, AISI
Penjualan Eceran (Total)
4,45
4,87
12,01
Penjualan Mobil
Penjualan Motor
-20-15-10-50510152025
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
% yoy
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 15
Realisasi proyek infrastruktur pada triwulan III 2018 diprakirakan belum terpengaruh oleh rencana penjadwalan ulang proyek strategis Pemerintah sebagai langkah memperbaiki kinerja defisit transaksi berjalan. Hal tersebut mengingat sebagian besar proyek yang ditunda merupakan proyek yang belum mencapai financial closing sehingga belum ada dampak aktivitas fisik. Penundaan proyek diperkirakan terbatas pada sektor kelistrikan yang memiliki konten impor tinggi. Selain terkait infrastruktur, kinerja investasi bangunan didukung oleh optimisme di pasar properti residensial seiring meningkatnya permintaan terhadap landed house maupun peningkatan penawaran properti di wilayah sekitar proyek infrastruktur, khususnya infrastruktur transportasi seperti MRT, LRT, jalan tol, dan bandara. Peningkatan aktivitas konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh data penjualan semen yang tercatat tumbuh meningkat pada triwulan III 2018 setelah tumbuh terbatas pada triwulan sebelumnya (Grafik 2.20). Selain itu, impor barang terkait infrastruktur khususnya impor besi baja juga masih tumbuh tinggi.
Akselerasi investasi diprakirakan juga bersumber dari investasi nonbangunan terkait infrastruktur, pertambangan, dan industri pengolahan. Hal tersebut terindikasi dari impor barang modal yang masih tumbuh tinggi (Grafik 2.21). Menurut jenisnya, impor barang modal non-alat angkut khususnya mesin dan peralatan industri terindikasi tetap tumbuh meningkat. Impor barang modal dalam bentuk alat angkutan masih tumbuh kuat tercermin dari penjualan alat angkut dan alat berat yang meningkat pada triwulan III 2018. Penjualan alat berat yang meningkat bersumber dari meningkatnya pertumbuhan penjualan di sektor nonkontruksi khususnya pertambangan. Sementara itu, penjualan alat berat di sektor konstruksi secara kumulatif tumbuh tinggi, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Impor Barang ModalGra� k 2.21
Sumber: Bank Indonesia
29,333,1
27,8
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I II III IV I II III IV I II III 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2016 2017 2018 2018
Impor Barang Modal
% yoy
Penjualan SemenGra� k 2.20
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
6,9
-10
-5
0
5
10
15
20
Penjualan Semen
25
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
% yoy
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201816
Impor tumbuh tinggi sejalan dengan permintaan domestik, meskipun pertumbuhan impor bulanan telah menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan impor diprakirakan meningkat bersumber dari impor barang modal, bahan baku, maupun barang konsumsi (Grafik 2.22). Meskipun tetap tumbuh tinggi secara triwulanan, impor cenderung sedikit termoderasi pada bulan Agustus dan September. Pertumbuhan impor terbesar tercatat pada impor bahan baku sejalan dengan perbaikan di sektor industri. Impor bahan baku dalam bentuk sparepart dan peralatan untuk barang modal juga meningkat. Di sisi lain, impor barang modal masih tumbuh tinggi seiring tingginya investasi nonbangunan. Dari sisi barang konsumsi, akselerasi impor bersumber dari impor makanan minuman olahan untuk keperluan rumah tangga.
Pertumbuhan ekspor lebih terbatas disebabkan kinerja ekspor komoditas andalan, seperti pertanian dan pertambangan, yang tidak sekuat prakiraan. Kinerja ekspor pada triwulan III 2018 dipengaruhi oleh perdagangan dunia yang diperkirakan tumbuh lebih lambat di tengah terbatasnya harga komoditas global. Pertumbuhan ekspor yang lebih rendah disebabkan oleh masih turunnya ekspor pertanian, terutama CPO sejalan dengan penurunan harga CPO global dan terbatasnya permintaan (Grafik 2.23). Selain ekspor pertanian yang terbatas, penurunan terjadi pada ekspor pertambangan khususnya komoditas batubara akibat eskalasi trade war serta terjadinya peralihan permintaan dunia ke batubara kalori tinggi terkait isu lingkungan (Grafik 2.24). Sementara itu, ekspor manufaktur membaik didukung subsektor kimia serta besi dan baja.
Impor Nonmigas RiilGra� k 2.22
Sumber: Bank Indonesia
Total Impor
17,8
31,829,3
27,817,411,9
5,511,3
Barang Konsumsi
Bahan Baku
Barang Modal
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III 7 8 9
2015 2016 2017 2018 2018
% yoy
Harga Ekspor NonmigasGra� k 2.23
Sumber: Bank Indonesia
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I II III IV I II III IV I II III 7 8 9
2016 2017 2018 2018
Total
Manufaktur
Pertambangan17,829,2
12,57,5
7,5
-2,4
10,0Pertanian
% yoy
1,0
Sumber: Bank Indonesia
Total
-1,0-3,2-0,8
-10,3
2,50,2
Pertanian
-1,8
1,2
Pertambangan
Manufaktur-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III 7 8 9
2016 2017 2018 2018
% yoy % yoy
Gra� k 2.24 Ekspor Nonmigas Riil
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 17
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 kembali mencatat surplus setelah mencatat defisit pada bulan sebelumnya. Surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 tercatat sebesar 0,23 miliar dolar AS, membaik dibandingkan dengan neraca perdagangan bulan sebelumnya yang mencatat defisit 0,94 miliar dolar AS (Grafik 2.25). Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menurunnya defisit neraca perdagangan migas. Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif Januari-September 2018, neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit 3,78 miliar dolar AS.
Surplus neraca perdagangan nonmigas didukung oleh turunnya impor nonmigas. Neraca perdagangan nonmigas pada September 2018 mencatat surplus 1,30 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan surplus pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,67 miliar dolar AS. Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dipengaruhi impor nonmigas yang turun 1,45 miliar dolar AS (mtm), terutama karena turunnya impor mesin dan pesawat mekanik, mesin/peralatan listrik, serta benda dari besi dan baja. Di sisi lain, ekspor nonmigas tercatat mengalami penurunan yang lebih kecil dibandingkan impor yakni 0,82 miliar dollar AS (mtm), bersumber dari turunnya ekspor mesin/peralatan listrik, mesin-mesin/pesawat mekanik, perhiasan/permata, alas kaki, serta pakaian jadi bukan rajutan. Secara kumulatif Januari-September 2018, neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus sebesar 5,59 miliar dolar AS.
Defisit neraca perdagangan migas tercatat lebih rendah karena penurunan impor migas yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor migas. Defisit neraca perdagangan migas pada September 2018 tercatat 1,07 miliar dolar AS, lebih baik dibandingkan dengan kondisi bulan
Neraca PerdaganganGra� k 2.25
Sumber: BPS, diolah
Migas
-1,07
Nonmigas
1,30Total
0,23
-3
-2
-1
0
1
2
3
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 92016 2017 2018
Miliar Dolar AS
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201818
sebelumnya yang tercatat defisit 1,61 miliar dolar AS. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh impor migas yang turun 0,77 miliar dolar AS (mtm), bersumber dari penurunan nilai impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah, hasil minyak, dan gas. Sementara itu, penurunan ekspor migas lebih terbatas, yakni 0,23 miliar dolar AS (mtm) yang disebabkan oleh penurunan ekspor hasil minyak, minyak mentah, dan gas. Secara kumulatif Januari-September 2018, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar 9,38 miliar dolar AS.
Sementara itu, investasi portofolio mencatat aliran keluar dana nonresiden pada September 2018. Aliran dana keluar tercatat sebesar 0,43 miliar dolar AS pada September 2018, setelah pada bulan sebelumnya mencatat surplus 1,01 miliar dolar AS. Berdasarkan jenis instrumen, aliran keluar dana nonresiden terjadi pada semua jenis instrumen (Grafik 2.26). Instrumen SUN, SBSN, dan saham mencatatkan aliran keluar dana nonresiden masing-masing sebesar 0,26 miliar dolar AS, 0,10 miliar dolar AS, dan 0,07 miliar dolar AS. Tekanan aliran keluar dana nonresiden pada saham terjadi seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global terutama terkait dengan tensi perang dagang antara AS dan beberapa negara mitra dagangnya, perkiraan berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat melalui kenaikan FFR, dan kenaikan harga minyak.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2018 masih berada pada level yang cukup tinggi. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2018 tercatat 114,8 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan akhir Agustus 2018 sebesar 117,9 miliar dolar AS (Grafik 2.27). Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan
Sumber: Bank Indonesia
Cadangan Devisa114,8
Bulan Impor dan PembayaranUtang Pemerintah (Skala kanan)
6,3
4
5
6
7
8
9
0
30
60
90
120
150
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2016 2017 2018
BulanMiliar Dolar AS
Gra� k 2.27 Perkembangan Cadangan Devisa
Sumber: Bank Indonesia, IDX, Bloomberg, diolah; *Data s.d. 28 Sept 2018
SBI SUN- 0,26
Saham
-0,07
SBSN
-0,10
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2015 2016 2017 2018
-3
-2
-1
0
1
2
3
4Miliar dolar AS
data s.d.
Gra� k 2.26 Aliran Dana Nonresiden
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 19
impor. Penurunan cadangan devisa pada September 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.
NILAI TUKAR RUPIAH
Nilai tukar Rupiah masih mengalami tekanan depresiasi dengan volatilitas yang terjaga. Tekanan depresiasi Rupiah pada September 2018 yang kemudian berlanjut pada Oktober 2018, sejalan dengan pergerakan mata uang negara peers. Depresiasi nilai tukar rupiah dan mata uang negara peers terjadi akibat berlanjutnya penguatan dolar AS.
Tekanan depresiasi masih dialami nilai tukar rupiah dengan volatilitas yang terjaga. Rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,07% pada September 2018 (Grafik 2.28). Depresiasi nilai tukar rupiah berlanjut pada Oktober 2018 sehingga pada 22 Oktober 2018 ditutup pada level Rp15.185 per dolar AS (Grafik 2.29). Dengan perkembangan ini, maka secara year to date (ytd) sampai dengan 22 Oktober 2018, Rupiah terdepresiasi 10,65% atau masih lebih rendah dari pelemahan yang terjadi di Brasil 10,73%, India 13,22%, Afrika Selatan 13,57%, dan Turki 32,89% (Grafik 2.30). Dari sisi pergerakannya, volatilitas rupiah hingga 22 Oktober 2018 tetap terjaga dan berada di bawah rata-rata kawasan, seperti Real Brasil, Rand Afrika Selatan, dan Lira Turki (Grafik 2.31).
Kondisi penawaran dan permintaan valuta asing pada September 2018 mengalami net demand yang kemudian berlanjut pada Oktober 2018. Kondisi net demand pada September 2018 disebabkan oleh permintaan valas baik oleh pelaku residen maupun
Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar KawasanGra� k 2.28
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah
1,27
-0,10
-0,21
-0,89
-1,14
-1,29
-2,07
-3,63
-4,31
-4,68
-6,46
1,38
-0,54
0,37
-2,35
-0,71
-0,87
-1,15
-2,06
0,12
3,87
7,99
-10 -5 0 5 10
THBCNYSGDJPY
MYRPHPIDRINRBRLZARTRY
%
point-to-pointRata-rata
September vs Agustus2018
Nilai Tukar RupiahGra� k 2.29
Sumber: Reuters, diolah; Data s.d. 22 Oktober 2018
15.185
14.869
13.576
13.952
14.601
13.250
13.500
13.750
14.000
14.250
14.500
14.750
15.000
15.250
15.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2018
IDR/USD
Rata-rata Bulanan
Rata-rata Triwulanan
15.163
Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (YTD)Gra� k 2.30
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah; Data s.d 22 Oktober 2018
2,04
5,33
7,412,76
5,11
3,32
3,16
-4,22
-5,35
-11,83
-3,82
2,19
-23,03
-0,12
-0,62
-2,72
-3,08
-4,36
-5,43
-6,26
-7,29
-10,65
-10,73
-13,22
-13,57-32,89
-35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10
JPYTHBMYRSGDEUR
KRWCNYPHPIDRBRLINRZARTRY
%
point-to-point
Rata-rata
YTD 2018 vs 2017
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201820
nonresiden. Permintaan valas oleh pelaku residen antara lain didorong oleh kebutuhan impor BBM yang terdampak oleh kenaikan volume dan harga minyak (Grafik 2.32). Kondisi net demand pasar valas berlanjut pada Oktober 2018 didorong permintaan valas oleh pelaku nonresiden sejalan dengan aliran modal asing keluar dari aset domestik, di tengah net supply valas oleh pelaku residen terutama sektor korporasi.
Ke depan, Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamental. Bank Indonesia tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan. Kebijakan tersebut diarahkan untuk menjaga volatilitas Rupiah serta kecukupan likuiditas di pasar sehingga tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
INFLASI
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap terkendali dalam kisaran sasaran. IHK pada September 2018 mengalami deflasi 0,18% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan deflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,05% (mtm). Deflasi tersebut terutama bersumber dari deflasi kelompok volatile food seiring dengan peningkatan pasokan. Selain itu, kelompok inti mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu terutama bersumber dari melambatnya komponen inti non-traded. Perlambatan inflasi inti juga tidak terlepas dari konsistensi kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar rupiah agar sesuai dengan fundamentalnya. Di sisi lain, inflasi administered prices relatif stabil. Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara kumulatif sampai dengan September 2018 tercatat 1,94% (ytd) dan secara tahunan sebesar 2,88% (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,20% (yoy).
Volatilitas Rupiah dan PeersGra� k 2.31
Permintaan-Penawaran Valas Neto di Pasar SpotGra� k 2.32
Sumber: Bank Indonesia
Net S(+)/D(-) Total
12.500
13.000
13.500
14.000
14.500
15.000
15.500
-5-4-3-2-1012345
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 10
2016 2017 2018
Miliar Dolar AS IDR/USD
IDR/USD (Skala kanan)
Net S(+)/D(-) Nonresiden
Net S(+)/D(-) Residen
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah; Data s.d. 22 Oktober 2018
16,7 22,5 13,1 10,2 5,1 3,0 5,4 5,3 5,1 5,3
33,2
23,221,3
8,9 8,1 7,6 7,2 5,8 5,8 5,5
12,67
0
5
10
15
20
25
30
35
TRY ZAR BRL KRW INR IDR THB SGD MYR PHP
2017YTD 2018
%
Rata-rata YTD 2018
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 21
Perkembangan terkini mengindikasikan inflasi IHK hingga akhir 2018 akan tetap berada pada rentang sasaran 3,5%±1% (Grafik 2.33).
Kelompok volatile food kembali mengalami deflasi seiring berlanjutnya koreksi harga beberapa komoditas pangan. Kelompok volatile food mencatat deflasi 1,83% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan deflasi bulan lalu sebesar 1,24% (mtm). Deflasi yang terjadi pada September 2018 tersebut juga lebih dalam bila dibandingkan dengan rata-rata historis deflasi bulan September empat tahun terakhir yakni sebesar 0,56% (mtm) - (Grafik 2.34). Deflasi terutama bersumber dari koreksi harga beberapa komoditas pangan seperti daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, cabai merah, dan tomat sayur (Tabel 2.2). Hal tersebut sejalan dengan peningkatan pasokan terutama di berbagai daerah sentra produksi. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 3,75% (yoy) pada September 2018, lebih rendah dibandingkan perkembangan bulan sebelumnya yang sebesar 4,97% (yoy).
Inflasi inti mengalami perlambatan. Inflasi inti tercatat sebesar 0,28% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi inti bulan lalu sebesar 0,30% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi inti adalah uang kuliah, emas perhiasan, upah pembantu rumah tangga, mie, dan tukang bukan mandor. Perlambatan inflasi inti terutama dipengaruhi oleh inflasi inti non-traded (Grafik 2.35). Perlambatan inflasi inti non-traded lebih lanjut tertahan oleh peningkatan inflasi uang kuliah dan upah (pembantu rumah tangga dan tukang bukan mandor). Secara tahunan, inflasi inti tercatat 2,82% (yoy), melambat dari 2,90% (yoy) pada bulan lalu. Terkendalinya inflasi inti tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar. Terjangkarnya ekspektasi inflasi tercermin pada hasil survei Consensus Forecast (CF) bulan Oktober 2018 yang tercatat 3,40%
Perkembangan In� asi Tahunan (yoy)Gra� k 2.33
Sumber: BPS, diolah
2,88Inti
2,82
Volatile Food
3,75
Administered Prices
2,40
-4
0
4
8
12
16
20
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2015 2016 2017 2018
% yoy%,
IHK
Perkembangan In� asi Administered PricesGra� k 2.34
Penyumbang In� asi/De� asi Komoditas Volatile FoodTabel 2.2
Komoditas VF In�asi/De�asi
Sumber: BPS, diolah
(% mtm)Sumbangan
(%)
Daging Ayam Ras Bawang Merah Telur Ayam Ras
Tomat Sayur
Cabai Rawit
Ketimun
Jengkol
Tomat Buah
Layang/Benggol
Kacang Panjang
Beras
Kentang
-8,8 -0,12-9,0 -0,04-4,6 -0,03-5,2 -0,03
-11,8 -0,02-12,8 -0,02-13,5 -0,01-17,2 -0,01-9,4 -0,01-6,0 -0,01-3,7 -0,010,26 0,014,34 0,01
Cabai Merah
Sumber: BPS, diolah
Volatile food (mtm)
-1,83
Volatile food (yoy) - skala kanan
3,75
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2015 2016 2017 2018
% mtm % yoy
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201822
(average yoy), berada dalam rentang sasaran inflasi 3,5%±1% bahkan sedikit lebih rendah dibandingkan hasil survei bulan lalu (Grafik 2.36).
Inflasi kelompok administered prices tercatat tidak mengalami perubahan, setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi. Inflasi kelompok administered prices pada bulan September 2018 tercatat 0,00% (mtm) - (Grafik 2.37). Perkembangan harga barang dan jasa di kelompok ini bersumber dari koreksi tarif angkutan udara yang masih berlangsung pasca Idul Fitri dan Idul Adha (Tabel 2.3). Deflasi angkutan udara yang paling dalam terjadi di provinsi Sulawesi Selatan (-14.1%), Sulawesi Barat (-8,0%), dan Sulawesi Utara (-7,98%). Tekanan inflasi pada kolompok administered prices lebih bersumber dari komoditas rokok seiring kenaikan cukai rokok yang berlaku pada awal tahun 2018. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi 2,40% (yoy), melambat dibandingkan dengan 2,55% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan yang terjadi sejak awal tahun 2018 seiring dengan berakhirnya dampak kenaikan tarif listrik non subsidi daya 900VA pada tahun 2017.
Secara spasial, terkendalinya inflasi pada kisaran sasaran didukung oleh perkembangan harga-harga di seluruh provinsi. Pada bulan September 2018, hampir seluruh provinsi mencatatkan deflasi, kecuali Sumatera Utara, Bengkulu, dan Papua. Deflasi terdalam terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah (-1,22%, mtm), terutama disumbang oleh subkelompok ikan segar (selar, cakalang, ekor kuning, dan mujair). Secara tahunan, hampir seluruh provinsi di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, dan Sulawesi, serta Maluku mencatat inflasi di kisaran sasaran 3,5±1% - (Gambar 2.1). Hanya Provinsi Papua yang mencatat inflasi di atas sasaran. Lebih tingginya inflasi di Papua terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi angkutan udara dan berbagai komoditas ikan segar di sepanjang 2018.
In� asi Inti Traded dan Non-tradedGra� k 2.35
Ekspektasi In� asiGra� k 2.36
Sumber: Consensus Forecast
Ekspektasi In�asi 2017
Ekspektasi In�asi 2018
3,40
Ekspektasi In�asi 2019 3,80
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 102017 2018
% yoy
Perkembangan In� asi Administered PricesGra� k 2.37
Komoditas AP In�asi/De�asi
Sumber: BPS, diolah
(% mtm)Sumbangan
(%)
Rokok KretekRokok Kretek Filter
0,600,44 0,01
0,01 Angkutan Udara
-2,8
-0,03
Penyumbang In� asi/De� asi Administered PricesTabel 2.3
Sumber: BPS, diolah
Inti 2,82Inti Traded
2,55
Inti Non Traded
3,03
0
1
2
3
4
5
6
7
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 92015 2016 2017 2018
% yoy
Sumber: BPS, diolah
Administered Prices (%, mtm)
0,00
Administered Prices (%, yoy) - Skala Kanan
2,40
-4-3-2-1012345
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2015 2016 2017 2018
-6
-1
4
9
14
19% mtm % yoy%
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 23
PASAR KEUANGAN
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga terus berlanjut. Hal ini tercermin dari peningkatan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) O/N sebagai respons kenaikan suku bunga kebijakan BI-7DRR. Pergerakan suku bunga PUAB O/N semakin mendekati suku bunga kebijakan dengan volatilitas yang tetap terkendali disertai likuiditas perbankan yang memadai. Transmisi kebijakan moneter juga terlihat pada kenaikan suku bunga deposito, sementara kenaikan suku bunga kredit masih terbatas. Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat dipengaruhi oleh penurunan aktiva luar negeri bersih dan melambatnya pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih. Secara keseluruhan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan disertai fungsi intermediasi perbankan yang membaik dan risiko kredit yang terjaga.
Aceh 2,3Sumut 1,6Riau 2,5Sumbar 2,7Lampung 2,9
Kepri 3,2Bengkulu 2,9Kep.Babel 3,5Sumsel 2,6Jambi 3,3
SUMATERAKalbar 2,9Kalsel 2,1Kaltim 3,6Kalteng 3,7Kaltara 2,8
KALIMANTAN
Gorontalo 1,8Sulut 1,5Sulteng 2,5Sulbar 2,0Sulsel 3,1Sultra 1,4
SULAWESI
Maluku -0,6Maluku Utara 3,7Papua 5,3Papua Barat 4,1
MALUKU-PAPUABanten 3,4Jakarta 2,9Jawa Barat 3,2Jawa Tengah 2,8Jawa Timur 2,8Yogyakarta 2,8
JAWAInf ≥ 4,5%
3,5% ≤ Inf < 4,5%
2,5% ≤ Inf < 3,5%
Inf < 2,5%
Sumber: BPS, diolah
INFLASI NASIONAL SEPTEMBER 2018: 2,88% (yoy)
3,30 3,44 3,07 2,52
2017 Jul Agu Sept
3,45 3,18 3,34 3,09
2017 Jul Agu Sept
3,94 3,04 3,06 2,49
2017 Jul Agu Sept
3,78 3,13 3,23 2,98
2017 Jul Agu Sept
Bali 3,6 NTB 3,1NTT 1,9
BALI-NUSA TENGGARA
3,203,52 3,54
3,18
2017 Jul Agu Sept
1,53 1,94 2,82 2,85
2017 Jul Agu Sept
Peta In� asi Daerah September 2018 (%,yoy)Gambar 2.1
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201824
Transmisi Suku Bunga
Suku bunga PUAB O/N meningkat dan semakin konvergen bergerak di kisaran suku bunga kebijakan BI-7DRR. Rata-rata harian (RRH) suku bunga PUAB O/N pada September 2018 naik 21 bps dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 5,39% (Grafik 2.38). Peningkatan suku bunga PUAB O/N merupakan respons dari suku bunga kebijakan BI-7DRR yang kembali naik sebesar 25 bps pada September 2018 menjadi 5,75%. Kenaikan suku bunga PUAB O/N tersebut semakin memperkecil RRH spread dengan suku bunga kebijakan BI-7DRR pada September 2018 menjadi 13 bps, dibandingkan RRH spread pada bulan sebelumnya yang sebesar 20 bps. Spread RRH tersebut merupakan yang terendah sepanjang 2018.
Volatilitas suku bunga PUAB O/N relatif terkendali meskipun sedikit meningkat. Volatilitas suku bunga PUAB O/N yang tercermin dari spread min-max RRH suku bunga PUAB O/N meningkat pada September 2018 menjadi 27 bps, lebih tinggi dibandingkan spread min-max pada bulan sebelumnya sebesar 23 bps. Melebarnya spread ini ditengarai karena adanya penyesuaian pricing perbankan terhadap kenaikan suku bunga kebijakan pada September 2018. Meski demikian, likuiditas perbankan masih mencukupi sebagaimana tercermin dari RRH volume PUAB pada September 2018 yang tercatat sebesar Rp20,7 triliun, lebih tinggi dibandingkan RRH volume PUAB pada bulan sebelumnya sebesar Rp19,0 triliun (Grafik 2.39).
Suku bunga deposito meningkat searah dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI-7DRR. Rata-rata tertimbang (RRT) suku bunga deposito pada Agustus 2018 tercatat naik 14 bps (mtm) menjadi 6,19% (Grafik 2.40). Kenaikan suku bunga deposito terutama terjadi pada tenor 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan yang masing-masing meningkat sebesar 14 bps, 19 bps dan 13 bps pada Agustus 2018
Sumber: Bank Indonesia
Suku Bunga PUAB O/N7 Days RR (Stlh
19/08/16)DF Rate
LF Rate
BI Rate
4,25
3,75
4,75
5,25
5,75
6,25
6,75
7,25
7,75
8,25%
2016 2017 2018
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 1 3 75 911
Suku Bunga Kebijakan dan PUAB O/NGra� k 2.38
Suku Bunga dan Volume PUAB O/NGra� k 2.39
Sumber: Bank Indonesia
Suku Bunga PUAB O/N0
5
10
15
20
25
30
3
4
5
6
7
8
9
10
11Rp Triliun%
Vol PUAB (Skala kanan)
Vol PUAB O/N (Skala kanan)
2016 2017 2018
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 1 3 75 911
Sumber: Bank Indonesia
Spread Skb Kredit -Deposito (skala kanan)
RRT Suku Bunga Deposito
RRT Suku Bunga Kredit
2
4
6
8
10
12
14
16
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2015 2016 2017 2018
% %
Selisih Suku Bunga PerbankanGra� k 2.40
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 25
dibandingkan posisi di bulan sebelumnya. Sementara itu, suku bunga deposito pada tenor panjang 12 bulan dan 24 bulan belum menunjukkan perubahan. Berdasarkan kelompok bank, Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 menunjukkan kenaikan suku bunga deposito tertinggi pada Agustus 2018 yaitu 20 bps (mtm), diikuti kelompok bank BUKU 2 dan BUKU 3 yang juga tercatat menaikkan suku bunga depositonya masing-masing sebesar 6 bps (mtm) dan 13 bps (mtm). Dengan perkembangan tersebut, maka kenaikan suku bunga deposito secara kumulatif hingga Agustus 2018 mencapai 39 bps sejak kenaikan suku bunga kebijakan BI-7DRR pada Mei 2018
Transmisi kenaikan suku bunga kebijakan pada pergerakan suku bunga kredit masih terbatas. RRT suku bunga kredit pada Agustus 2018 tercatat mengalami penurunan 10 bps (mtm) menjadi sebesar 10,96% (Grafik 2.41). Transmisi kenaikan suku bunga kebijakan ke suku bunga kredit tertahan oleh suku bunga kredit konsumsi (KK) dan suku bunga kredit modal kerja (KMK) yang mencatat penurunan meskipun suku bunga kredit investasi (KI) mulai beranjak naik pada Agustus 2018. Suku bunga KK dan KMK mengalami penurunan masing-masing sebesar 24 bps (mtm) dan 7 bps (mtm). Sementara, suku bunga KI meningkat meskipun masih terbatas yaitu sebesar 1 bps (mtm) pada Agustus 2018. Penyesuaian terhadap suku bunga kebijakan yang lebih cepat pada kenaikan suku bunga deposito dibandingkan suku bunga kredit menyebabkan spread antara suku bunga kredit dan deposito pada Agustus 2018 menyempit menjadi 477 bps, dibandingkan spread pada bulan sebelumnya sebesar 501 bps.
Likuiditas Perekonomian
Likuiditas perekenomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat. Posisi M2 pada Agustus 2018 tercatat Rp5.529,0 triliun atau tumbuh
Suku Bunga Jenis KreditGra� k 2.41
Sumber: Bank Indonesia
10
11
12
13
14
15
2015 2016 2017 2018
%
RRT Suku Bunga Kredit
Suku Bunga KMK
Suku Bunga KI
Suku Bunga KK
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 5 83
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201826
5,9% (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,4% (yoy) - (Grafik 2.42). Melambatnya pertumbuhan M2 disebabkan oleh komponen uang kuasi, dengan pangsa 74,7% dari total uang beredar. Uang kuasi pada Agustus 2018 tercatat Rp4.128,3 triliun atau tumbuh 5,2% (yoy), lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 6,2% (yoy). Melambatnya pertumbuhan uang kuasi sejalan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan yang juga mengalami perlambatan. Namun, melambatnya pertumbuhan M2 sedikit tertahan oleh akselerasi pertumbuhan komponen M1 yang sebesar 8,6% (yoy) pada Agustus 2018, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,0% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan M1 dipengaruhi oleh pertumbuhan giro rupiah dari 3,2% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 6,5% (yoy) pada Agustus 2018, terutama bersumber dari golongan nasabah korporasi. Di sisi lain, uang kartal tumbuh melambat dari 12,6% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 11,5% (yoy) pada Agustus 2018.
Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi, melambatnya pertumbuhan M2 disebabkan oleh penurunan aktiva luar negeri bersih (Net Foreign Assets atau NFA) dan perlambatan pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih (Net Domestic Assets atau NDA). NFA pada Agustus 2018 masih mencatat penurunan sebesar -1,7% (yoy), meski tidak sebesar bulan sebelumnya yang tercatat -2,5% (yoy). Menurunnya NFA dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan kewajiban luar negeri terutama karena melambatnya pertumbuhan pinjaman dari perbankan di luar negeri serta surat berharga yang dimiliki nonresiden (Grafik 2.43). Di sisi lain, NDA pada Agustus 2018 tumbuh melambat menjadi 9,0% (yoy), dari bulan sebelumnya yang tumbuh 9,9% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus)
Faktor yang Memengaruhi M2Gra� k 2.43
Sumber: Bank Indonesia
NFA
NDA
M2
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 72015 2016 2017 2018
% yoy
Uang Beredar M2Gra� k 2.42
Sumber: Bank Indonesia
M2
M1
Kuasi
02468101214161820
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2015 2016 2017 2018
% yoy
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 27
seiring penurunan tagihan sistem moneter kepada Pempus. Pada Agustus 2018, tagihan kepada Pempus tumbuh melambat menjadi 7,1% (yoy), dari bulan sebelumnya yang tumbuh 8,0% (yoy) terutama berasal dari obligasi negara. Sementara itu, pertumbuhan kewajiban kepada Pempus pada Agustus 2018 meningkat menjadi 19,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,4% (yoy).
Intermediasi Perbankan
Stabilitas sistem keuangan masih terjaga disertai intermediasi perbankan yang membaik dan risiko kredit yang terkelola dengan baik. Stabilitas sistem keuangan yang terjaga tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang tetap tinggi mencapai 22,8% dan rasio likuiditas (AL/DPK) yang masih aman yaitu sebesar 18,3% pada Agustus 2018 (Grafik 2.44). Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yaitu sebesar 2,7% (gross) atau 1,3% (net). Stabilitas sistem keuangan yang terjaga berkontribusi positif pada perbaikan fungsi intermediasi perbankan. Pertumbuhan kredit pada Agustus 2018 tercatat 12,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 11,3% (yoy) – (Grafik 2.45). Berdasarkan jenis penggunaan, meningkatnya pertumbuhan kredit ditopang oleh penyaluran kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI), masing-masing tumbuh sebesar 12,9% (yoy) dan 11,4% (yoy) pada Agustus 2018, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 11,6% (yoy) dan 10,7% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi (KK) tetap tumbuh tinggi pada Agustus 2018 yakni sebesar 11,4% (yoy) meski sedikit melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 11,5% (yoy). Perkembangan tersebut sejalan dengan kinerja konsumsi swasta yang diprakirakan tetap tumbuh kuat dan kinerja
Rasio Kecukupan Modal dan Rasio LikuiditasGra� k 2.44
Sumber: Bank Indonesia
AL/DPK
CAR
12
14
16
18
20
22
24
26
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2015 2016 2017 2018
%
Kredit Menurut PenggunaanGra� k 2.45
Sumber: Bank Indonesia
Total Kredit
KMKKI KK
02468101214161820
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2015 2016 2017 2018
% yoy
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201828
investasi yang diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada triwulan III 2018.
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit ke sektor perdagangan masih menjadi penopang utama peningkatan pertumbuhan kredit perbankan. Penyaluran kredit ke sektor perdagangan, dengan pangsa penyaluran kredit terbesar yakni mencapai 21%, pada Agustus 2018 tumbuh 9,8% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,7% (yoy) – (Grafik 2.46). Peningkatan penyaluran kredit di sektor perdagangan sejalan dengan aktivitas impor yang tinggi untuk pemenuhan bahan baku dan barang modal terkait investasi, serta permintaan domestik yang masih kuat. Demikian halnya penyaluran kredit di sektor industri yang tumbuh meningkat menjadi 8,5% (yoy) pada Agustus 2018, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,3% (yoy), seiring dengan positifnya kinerja dan prospek sektor industri. Di samping itu, penyaluran kredit di sektor konstruksi juga meningkat pada Agustus 2018 menjadi 18,8% (yoy), dari bulan sebelumnya yang tumbuh 18,6% (yoy) didorong oleh masih tingginya proyek fisik yang tercermin dari peningkatan impor bahan baku konstruksi. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2018 masih berada dalam kisaran proyeksi 10-12% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada 2017 sebesar 8,2% (yoy).
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan relatif stabil. Pertumbuhan DPK pada Agustus 2018 tercatat sebesar 6,9% (yoy), stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang juga sebesar 6,9% (yoy) – (Grafik 2.47). Stabilnya pertumbuhan DPK ditopang oleh pertumbuhan giro yang pada Juli 2018 tumbuh 8,3% (yoy), sedikit meningkat menjadi 8,4% (yoy) pada Agustus 2018 terutama bersumber dari giro milik korporasi dan pemerintah. Di samping itu, deposito juga tumbuh meningkat pada Agustus
Kredit Menurut Sektor EkonomiGra� k 2.46
Sumber: Bank Indonesia
9,811,3
8,523,5
18,814,1
10,315,4
11,029,6
12,1
9,7
11,57,3
21,118,6
14,610,7
15,4- 4,4
25,611,3
-10 0 10 20 30 40
PerdaganganLain-lain
IndustriPengangkutan
KonstruksiPertanian
Jasa Dunia UsahaJasa Sosial
PertambanganListrik
Total
% yoy
Jul-18Agu-18
Dana Pihak KetigaGra� k 2.47
Sumber: Bank Indonesia
Total DPK
Giro TabunganDeposito
-5
0
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 82015 2016 2017 2018
% yoy
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 29
2018 menjadi 3,4% (yoy), dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 3,3% (yoy). Perkembangan tabungan juga menunjukkan perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya, dari 11,3% (yoy) menjadi 11,0% (yoy) pada Agustus 2018. Berdasarkan jenis mata uang, DPK valuta asing tumbuh 8,5% (yoy) pada Agustus 2018, melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 10,5% (yoy) seiring terjadinya aliran keluar dana investor asing. Di sisi lain, pertumbuhan DPK rupiah membaik pada Agustus 2018 menjadi 6,6% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 6,3% (yoy). Perbaikan ini terutama terjadi pada giro rupiah yang bersumber dari nasabah korporasi dan pemerintah. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan DPK untuk keseluruhan 2018 diprakirakan melambat dan berada di batas bawah kisaran 8,0-10,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan capaian 2017 sebesar 9,4% (yoy).
Pembiayaan NonPerbankan
Pembiayaan ekonomi dari nonperbankan menunjukkan penurunan. Pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, Medium Term Notes (MTN), dan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) selama Januari s.d. Agustus 2018 tercatat sebesar Rp146,1 triliun (gross), turun dibandingkan dengan periode yang sama 2017 sebesar Rp183,7 triliun (gross). Menurunnya pembiayaan nonperbankan dipengaruhi oleh kenaikan cost of fund yang dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga mengikuti tren kenaikan yield SBN. Kondisi pasar yang masih belum kondusif seiring dengan ketidakpastian global yang tinggi juga memengaruhi keputusan korporasi untuk menunda aksi pendanaan melalui penerbitan obligasi. Sementara itu, pembiayaan melalui instrumen saham serta penerbitan MTN dan NCD masih diminati oleh korporasi di tengah pendanaan melalui obligasi yang dibayangi kenaikan beban bunga.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201830
Porsi Kepemilikan Saham AsingGra� k 2.49
Pasar Saham
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah dipengaruhi oleh tekanan eksternal yang masih tinggi. IHSG pada akhir September 2018 sedikit melemah 0,7% (mtm) menjadi berada pada level 5.976,55 (Grafik 2.48). Pelemahan IHSG dipengaruhi oleh tekanan eksternal yang meningkat diantaranya peningkatan tensi perang dagang AS dan Tiongkok, sentimen hawkish The Fed paska kenaikan FFR pada FOMC September 2018, serta kenaikan harga minyak dunia. Sementara dari domestik, pelemahan nilai tukar dan defisit neraca perdagangan menyebabkan pelemahan pasar saham lebih lanjut. Faktor-faktor tersebut mendorong kekhawatiran investor nonresiden sehingga menyebabkan terjadinya net jual sebesar Rp0,98 triliun pada September 2018. Namun, net jual tersebut lebih rendah dibandingkan net jual pada bulan sebelumnya sebesar Rp1,6 triliun, sehingga porsi investor nonresiden masih terjaga pada posisi sebesar 42,1% atau lebih baik dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 33,4% (Grafik 2.49).
Perkembangan pasar saham di kawasan Asia bergerak mixed, dengan sebagian negara peers mengalami pelemahan (Grafik 2.50). Pada September 2018, pelemahan pasar saham terutama dialami oleh negara-negara peers yang mengalami depresiasi nilai tukar dan defisit neraca perdagangan, antara lain Filipina, India, dan termasuk Indonesia. Indeks harga saham di Filipina mencatat pelemahan terdalam di kawasan, yaitu terkoreksi 7,4% (mtm), disusul India yang melemah 6,3% (mtm). Sementara, pasar saham di negara-negara yang memiliki surplus neraca perdagangan relatif dapat meredam dampak dari aksi jual investor asing dan mencatatkan kinerja positif, antara lain pasar saham di Jepang yang menguat 5,5% (mtm), kemudian Tiongkok (3,5%, mtm) dan Vietnam (2,8%, mtm).
Sumber: BEI, diolah; Data s.d. September 2018
Net Jual/Beli Asing (skala kanan)
IHSG
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000
6.500
7.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2016 2017 2018
Rp TriliunIndeks
Sumber: Bloomberg, diolah; Data s.d. September 2018
Residen
Nonresiden
0102030405060708090100
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2016 2017 2018
%
Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah; Data s.d. September 2018
-0,71,9
1,03,5
-1,5-0,4
5,51,4
2,82,0
-6,3-7,4
-10 -5 0 5 10
IndonesiaAmerika Serikat
InggrisTiongkokMalaysia
Hong KongJepang
SingapuraVietnamThailand
IndiaFilipina
% mtm
IHSG dan Net Jual/Beli AsingGra� k 2.48
IHSG dan Indeks Bursa GlobalGra� k 2.50
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Oktober 2018 31
Pelemahan IHSG terjadi di sebagian besar sektor (Grafik 2.51). Pelemahan kinerja saham tertinggi pada September 2018 terjadi pada sektor properti sebesar -5,8% (mtm). Investor memandang prospek kinerja saham properti akan terkoreksi seiring pertumbuhan sektor properti yang tertahan dan tren kenaikan suku bunga. Pelemahan cukup tinggi juga terjadi pada saham di sektor pertanian dan perdagangan. Hal ini dipengaruhi oleh potensi risiko akibat kinerja ekspor komoditas pertanian yang menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas dunia, serta penurunan aktivitas perdagangan ekspor akibat volume perdagangan dunia yang diperkirakan akan lebih rendah. Sementara itu, kinerja saham aneka industri dan konsumsi masih positif dipengaruhi oleh permintaan domestik yang masih kuat dan persepsi pelaku usaha yang memandang prospek industri akan membaik.
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)
Kinerja pasar SBN mengalami penurunan tercermin dari yield SBN yang berada pada tren meningkat. Pada September 2018, yield SBN secara keseluruhan naik 13 bps (mtm). Kenaikan terutama pada SBN tenor pendek dan panjang dengan kenaikan masing-masing sebesar 29 bps dan 20 bps ke level 7,75% dan 8,71%. Sentimen eksternal masih menjadi faktor yang memengaruhi kenaikan yield SBN. Yield SBN benchmark 10 tahun pada September 2018 sedikit menurun sebesar 9 bps ke level 8,12%, namun tetap berada dalam tren peningkatan dibandingkan posisi awal 2018 (Grafik 2.52). Secara kumulatif yield SBN benchmark 10 tahun telah mengalami kenaikan 185 bps sejak posisi awal tahun 2018.
Investor nonresiden mencatatkan net jual di pasar SBN. Pada September 2018, investor nonresiden kembali mencatatkan net jual di pasar SBN sebesar Rp4,9 triliun, setelah pada bulan sebelumnya mengalami
Sumber: BEI; Data s.d. September 2018
-0,70,3
-1,4-1,3
-1,81,1
2,8-3,0-3,1
-5,8
-10 -5 0 5
IHSGInfrastruktur
PertambanganKeuangan
Industri DasarAneka Industri
KonsumsiPerdagangan
PertanianProperti
% mtm
Indeks SektoralGra� k 2.51
Sumber: Bloomberg, diolah; Data s.d. Agustus 2018
Net Jual/Beli Asing (skala kanan)
-4,94
Yield SBN 10 Tahun
8,12
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0123456789
10
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2016 2017 2018
Rp Triliun%
SBN dan Net Jual/Beli AsingGra� k 2.52
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Oktober 201832
net beli sebesar Rp16,5 triliun. Aliran keluar modal asing dari pasar SBN dipengaruhi oleh persepsi risiko dari investor nonresiden yang meningkat terhadap perekonomian domestik seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah disertai defisit transaksi berjalan yang melebar. Pelemahan nilai tukar yang masih berlanjut juga menyebabkan total return SBN mengalami penurunan sehingga menyebabkan SBN domestik cenderung kurang menarik bagi investor nonresiden. Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif dibandingkan posisi awal tahun 2018 investor nonresiden masih mencatatkan net beli sebesar Rp14,7 triliun, dan kepemilikan asing di pasar SBN masih terjaga dengan pangsa 36,1% pada September 2018 (Grafik 2.53).
Sumber: Bloomberg, diolah; Data s.d. September 2018
Pangsa Asing (skala kanan)
Total Asing
Total SBN
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2015 2016 2017 2018
%Rp Triliun
Kepemilikan SBNGra� k 2.53
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan MoneterGrup Kebijakan MoneterDepartemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Telp : +62 21 2981 6836/5919Fax : +62 21 345 2489Email : [email protected] Website : http://www.bi.go.id