tinjauan hukum islam terhadap konvensi perserikatan bangsa...

101
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI KEJAHATAN PERANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: Dian Kemala Sari 106045201525 KONSENTRASI SI YASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

Upload: doankhuong

Post on 03-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN

BANGSA-BANGSA MENGENAI KEJAHATAN PERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Dian Kemala Sari106045201525

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa Mengenai Kejahatan Perang ” telah diujikan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juni 2011. Skripsi telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah

Siyasah Konsentrasi Ketatanegaran Islam (Siyasah Syari’iyyah).

Jakarta, 22 Juni 2011Mengesahkan,Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MMNIP. 19550505 198203 1 012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : Dr. Asmawi, M. Ag (……………..…)NIP. 19721010 199703 1 008

2. Sekretaris : Afwan Faizin, MA (…….……….…)NIP. 19721026 200312 1 008

3. Pembimbing I : Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, MA (……………..…)NIP. 19691216 199603 1 001

4. Penguji I : Prof. Dr. H. Masykuri Abdillah (…………..……)NIP. 19581222 198903 1 001

5. Penguji II : Nahrowi, SH, MH (………….…….)NIP. 19730215 199903 1 002

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Dzat yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang

telah memberikan banyak nikmat dan senantiasa memberikan hidayahnya kepada

setiap makhluk ciptaan-Nya. Sehingga dengan izinnya akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Kejahatan Perang ”. Shalawat

dan salam selalu tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang

telah membawa umatnya minadzulumati illa nur dan kesejahtraan semoga selalu

tercurahkan kepada keluarga besar beliau, sahabat -sahabatnya-Nya, tabi’in-

tabi’uttabiin, dan kita sebagai umatnya semoga mendapatkan syafaatnya kelak.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna baik

dalam proses maupun isinya. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat

banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak -pihak yang telah membimbing,

membantu dan memotivasi penul is, antara lain:

1. Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan Fakultas

Syariah dan Hukum, dan beserta staf -staf nya.

2. Dr. Asmawi, M.Ag dan Afwan faizin, M.Ag, selaku Ketua Program Studi dan

Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah yang telah ban yak membantu

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

ii

penulis selama masih dalam masa kuliah. Serta ibu Sri Hidayati, M. Ag selaku

Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah terdahulu yang telah memberikan

semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

3. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, MA selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya disela -sela kesibukan untuk

memberikan bimbingan, pengarahan, dan dorongan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada orangtuaku tercinta, Papa Burhanudin dan Mama Yarniati, yang

sangat berperan dalam mendidik, mengasuh dan membimbing penulis dengan

kesabaran dan pengertian serta tiada henti memberikan dukungan secara moril

maupun materil. Terimakasih yang teramat sangat atas cinta dan kasih

sayangnya.

5. Kepada seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membekali

penulis dengan ilmu yang berharga, nasehat -nasehat penyemangat yang

memberikan motivasi kepada penulis, kesabaran dalam mendidik penulis

selama penulis melakukan studi.

6. Bagian administrasi dan tata usaha yang telah banyak membantu memberikan

kelancaran kepada penulis dalam proses penyelesaian prosedur

kemahasiswaan, serta pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Umum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan khususnya Perpustakaan FSH, terima

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

iii

kasih atas penyediaan buku-buku penunjang sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Untuk adik-adikku, Dian Amami Burhani dan Ari Rahman Maulana, tetap

semangat untuk belajar terus menerus, jangan pernah bosan mendengar

nasehat plus omelan dari Mama-Papa, Kakak, Guru-guru kalian, tunjukan

prestasi kalian dan jangan kecewakan Papa-Mama dan Kakak. Kalian bisa

lebih dari Kakak dan harus! Dan untuk keluarga besarku di Jakarta, Padang,

Lombok dan Sampit, terimakasih dukungan dari kalian,. Love ya!

8. Mein Schatzi, Trisna Piliandy. Terimakasih atas dukungannya, motivasinya,

omelannya dan marahnya supaya terus bersemangat untuk menyelesaikan

skrispsi ini. Insya Allah yang kita impikan dan cita -citakan tercapai karena

kita sedang berusaha. Lakukan yang terbaik da n bertawakal, Insya Allah, kita

mendapat restu-Nya. Amiin.

9. Para sahabatku Siyayah Syar’iyyah angkatan 2006, Esha, Rifko, Uthi, Yudha,

Supardi, Boim (yang heboh di detik -detik terakhir buat daftar kompre dan

pendaftaran skripsi, makasih teman) , Eri dan Luthfi cepet lulus biar cepet

meminang gadis pujaan, Echa yang udah jadi mama, Apri yang sibuk cari

kerja, Lina, Achiy, Ziah, Atiqoh, Alif, Bowo, Ridwan, Ade, Irsyad, Bangkit

dan teman-teman yang lain. Terimakasih kebersamaan nya selama menjadi

mahasiswa SS di kampus ini, semoga kita tetap bisa menjalin silahturahmi

dan kita semua menjadi orang-orang yang sukses dimasa depan. A miin.

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

iv

10. Para sahabatku di FORSA UIN, teh Lulu yang selalu kasih semangat, selalu

berbagi suka dan duka bersama. Oky, Tika, Tiara, Isma, Kak Ayu, Kak Fitri,

Kak Ozy, Kak Dede, Kak Soleh, Kak Ibnu, Kak Zainal, Kak Febri dan para

senior-senior serta teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terimakasih telah mencurahkan perhatian dan pengajaran baik

tentang kuliah, berorganisasi di FORSA maupun teknik voli di lapangan.

11. Para sahabatku di SMAN 1 Sampit, Yunis Triana, Harliana, Annisa Soraya,

Puspita Sari, Danny Sundari, Herli Agustina, yang memberi semangat dan doa

untuk proses tugas akhir. Terimakasih telah memberi warna dalam usia

remajaku, sangat berharap bisa bertemu kalian lagi. Para sahabatku di SMAN

1 Ciputat, Nur Fadhila Juwita , Wansri Handayani, Ayu Inggar Reswari,

Windy, Gita. Terimakasih doa dan semangatnya.

Demikianlah beberapa pihak yang mendukung skripsi ini, teri ma kasih penulis

ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat besar bagi keperluan pengembangan

ilmu syariah dan hukum khususnya ketatanegaraan Islam.

Depok, 13 Juni 2011

Dian Kemala Sari

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................ ................................ ............................... i

DAFTAR ISI ................................ ................................ ................................ ..............v

BAB I PENDAHULUAN................................ ................................ ...................1

A. Latar Belakang Masalah ................................ ................................ .....1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ .................8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ ...........................8

D. Tinjauan Kajian Terdahulu................................ ................................ .9

E. Metode Penelitian ................................ ................................ ...............11

F. Sistematika Penulisan ................................ ................................ .........14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERANG ................................ ..........16

A. Perang Dalam Hukum Humaniter Internasional ................................16

B. Pengertian Perang Dalam Islam ................................ .........................19

C. Etika Dalam Perang ................................ ................................ ............25

D. Perdamaian Pasca Perang ................................ ................................ ...34

BAB III KEJAHATAN PERANG DALAM ISLAM DAN KONVENSI

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) ................................ ....41

A. Pengertian Kejahatan Perang ................................ .............................41

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

vi

B. Bentuk-bentuk Kejahatan Perang ................................ .......................47

C. Perlakuan Terhadap Tawanan Perang dan Penduduk Sipil ................51

D. Sanksi Kejahatan Perang ................................ ................................ ....65

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM MENGENAI KEJAHATAN PERANG

DALAM KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA -BANGSA (PBB)

A. Hak-Hak Asasi Manusia................................ ................................ .....71

B. Analisa Kejahatan Perang Menurut Hukum Islam .............................81

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan................................ ................................ .........................86

B. Saran-saran ................................ ................................ .........................87

DAFTAR PUSTAKA ................................ ................................ ................................89

LAMPIRAN

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peperangan yang marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir yang menimpa

beberapa negara bagian di belahan dunia, banyak sekali menimbulkan kerugian baik

fisik maupun mental. Tujuan peperangan umumnya sebagai upaya pencaplokan suatu

wilayah, memperluas kekuasaan dengan mengerahkan kekuatan militer yang

dilengkapi persenjataan yang lengkap dan canggih. Perang mengakibatkan kejahatan

kemanusiaan bagi generasi saati ini dan akan datang.

Sejarah mencatat perang merupakan fenomena yang mempengaruhi nilai-nilai

kemanusiaan, karena selama berlangsungnya perang sering terjadi pelanggaran hak -

hak individu dan masyarakat. Sehing ga manusia yang mulia menjadi sosok yang

tidak bernilai. Perang seperti apapun bentuknya selalu men datangkan kerugian dan

penderitaan bagi kedua belah pihak yang berperang. Baik yang menang maupun yang

kalah selalu dirugikan oleh kekejaman dan kebengisan senjata dan kekerasan selama

perang berlangsung.1 Setidaknya ada beberapa akibat yang disebabkan oleh perang.

Selain kerugian materi seperti mengakibatkan kelaparan, kekurangan pangan dan

mewabahnya penyakit dan jiwa, perang juga senantiasa melahirkan dendam. Ekses

1 Radjab Suryadi, Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia (Jakarta: Lembaga Penerbitan PBHI,2002), cet.I, hal. 20.

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

2

sosiologinya mengakibatkan kemiskinan massal, kebodohan dan mewariskan

permusuhan. Lebih jauh peperangan juga melahirkan resesi dunia dan krisis ekonomi

dunia.2

Sejarah Islam mencatat, perang yang terjadi sepanjang sejarah Islam bukanlah

perang untuk memperluas wilayah dan mencari harta rampasan. Namun, perang yang

terjadi ialah memerangi orang-orang musyrik dan penganut paganisme3. Walaupun

demikian, Islam sangat menjunjung tinggi hak -hak asasi manusia, hak-hak minoritas

dan non-Islam. Contohnya, memberikan perlindungan terhadap kaum Harbi dan

Kaum Musta’min yang sedang berada di wilayah dar al-islam.4

Tidak dapat disangkal besarnya jumlah korban dan dampak dari perang

terutama Perang Dunia II yang banyak sekali memakan korban. Selain korban dari

pasukan perang (combatant) yang ditawan dan ditahan bahkan dieksekusi, banyak

diungkap pengalaman pahit dan penderitaan yang dialami oleh kelompok masyarakat

yang tidak terlibat langsung dalam perang. E tnis Yahudi, Polandia, Swiss dan

Yugoslavia di Eropa sebagai penduduk sipil yang menjadi korban peperangan,

termasuk pula harta benda mereka yang dirampas , hilang, hangus dan musnah. 5

Bentuk tindakan pelanggaran inilah yang disebut dengan kejahatan perang, dalam

2 Ratno Lukito, Saddam dalam Hukum Internasional , Kompas, (Jakarta), Rabu, 17 Desember2003, hal. 4.

3 Sebuah kepercayaan/praktek spiritual penyembahan terhadap berhala yang pengikutnyadisebut Pagan. Pagan pada zaman kuno percaya bahwa terdapat lebih dari satu dewa dan dewi danuntuk menyembahnya mereka menyembah patung, contoh Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno,dan lain-lain. Istilah ini telah meluas, meliputi semua Agama Abrahamik, Yahudi, Kristen, dan Islam.

4 Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, Alih Bahasa: Samson Rahman, (Jakarta: Pustaka al -Kautsar,2000), cet.I, hal. 19.

5 Radjab Suryadi, Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia , (Jakarta; Lembaga Penerbitan PBHI,2002), cet.I, hal. 20.

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

3

cakupan hukum internasional, ialah pelanggaran terhadap hukum perang oleh satu

atau beberapa orang, baik militer maupun sipil. Setiap pelanggaran hukum perang

pada konflik antar bangsa merupakan kejahatan perang. Pelanggaran yang terjadi

pada konflik internal suatu negara, belum tentu bisa dianggap kejahatan perang.

Perlakuan semena-mena terhadap tawanan perang atau penduduk sipil, pembunuhan

massal dan genosida kadang dianggap juga sebagai suatu kejahatan perang . 6 Dan

tidak sesuai dengan prinsip dasar Hukum Humaniter bahwa pihak yang bersengketa

diharuskan untuk memperhatikan perikemanusiaan, dimana mereka dilarang untuk

menggunakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan

yang tidak perlu.7

Dalam konvensi dinyatakan bahwa kejahatan-kejahatan perang dan

kejahatan-kejahatan kemanusiaan merupakan kejahatan -kejahatan yang paling gawat

dalam hukum internasional. Dan pelaku kejahatan perang dimungkinkan untuk

dituntut dan dipidana di forum mahkamah militer nasional maupun mahkamah

kejahatan internasional.8 Di pasal 3 dari empat Konvensi Jenewa tentang hukum

humaniter 1949 menyatakan bahwa pada masa pertikaian be rsenjata seseorang yang

dilindungi konvensi “dalam kondisi apapun diperlakukan secara manusiawi, tanpa

pembedaan yang merugikan berdasarkan ras, warna kulit, agama atau kepercayaan,

6 Di akses pada tanggal 3 Februari 2010 , http://id.wikipedia.org/wiki/Kejahatan_perang7 Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor), Hukum Hak Asasi

Manusia/Rhona K. M. Smith, at.al.---Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008 , h. 3778 Konvensi tentang Tidak Dapat Ditetapkannya Pembatasan Statuta pada Kejahatan Perang

dan Kejahatan Kemanusiaan, hal. 1

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

4

jenis kelamin, keturunan atau kejayaan, atau kriteria sejenis lainnya”.9 PBB telah

menetapkan peraturan bagi kerja sama Internasional untuk pencegahan dan hukuman

tindak kejahatan terhadap perdamaian, tindak kejahatan dalam perang dan tindak

kejahatan terhadap kemanusiaan. Konvensi sepakat bahwa genosida, baik yang

dilakukan pada saat damai maupun perang, merupakan tindak kejahatan berdasarkan

hukum Internasional yang mesti dicegah dan dihukum Negara Pihak. 10 Dan

merupakan kejahatan yang mencapai status jus cogens11 atau hukum yang harus

ditaati (compelling law). Artinya, menurut pendapat kebanyakan pengadilan di dunia,

kejahatan tersebut dianggap sebagai bagian dari hukum kebiasaan internasional. Juga

dari fakta bahwa kebanyakan negara telah meratifikasi perjanjian -perjanjian yang

berkaitan dengan kejahatan ini; dan telah dijalankan nya pengadilan internasional ad

hoc terhadap pelaku kejahatan-kejahatan tersebut.12

Untuk kejahatan perang, Hukum humaniter mengatur perilaku Negara pada

saat konflik. Awalnya hanya pada situasi konflik internasional (antara sedikitnya 2

negara), tetapi akhirnya mencakup konflik internal ( Common Article 3, Konvensi

Jenewa 1949), pertanggungjawaban individu atas tindakan pelanggaran berat (grave

9 Jurnal Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia, Hukum Humaniter Internasi onal danHak Asasi Manusia; Lembar Fakta No.13, h. 2.

10 Ibid., h. 11.11 Serangkaian prinsip atau norma yang tidak dapat diubah yang tidak boleh diabaikan,dan

dapat berlaku membatalkan suatu traktat atau perjanjian antar negara -negara,dalam hal perjanjiantersebut tidak sesuai dengan salah satu prinsip tersebut.

12 Komisi Nasional Perempuan, Hukum Pidana Internasional dan Perempuan; SebuahResource Book Untuk Praktisi , t.t., Komisi Nasional Perempuan, t.th., h. 1.

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

5

breaches), dan kewajiban Negara untuk mencari, mengekstradisi atau mengadili

pelaku pelanggaran berat .13

Begitu pula dalam hukum Islam, ada beberapa hak -hak yang ditetapkan Islam

sebagai perlindungan terhadap korban perang dan konflik bersenjata antara lain para

korban yang luka dan cidera dari pihak musuh harus segera diamankan dari segala

bentuk tindakan pelanggaran, harus dilindungi dan diperlakukan secara manusiawi.

Kemudian, Islam memberikan perhatian istimewa bagi tawanan dimana kehormatan

dan hak-hak tawanan terjaga dan terhindar dari segala bentuk tindakan pelanggaran.

Serta Islam memberikan hak pada tawanan untu k melaksanakan ritual agama yang

dianut selama menjadi tawanan. 14

Islam menekankan pentingnya menghormati tawanan. Dalam al-Quran,

pemberian pangan untuk para tawanan merupakan salah satu dari kebajikan, dan

terhitung sebagai salah satu sifat mu'min yang ba ik. Islam menekankan pentingnya

menghormati tawanan. Allah swt . berfirman mengenai sifat-sifat mu'min yang

merdeka: "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,

anak yatim dan orang yang ditawan " (QS. Al-Insan: 8). Dalam ayat ini memberikan

suatu gambaran langsung bahwa seorang tawanan seakan disambut layaknya seorang

tamu, bukan sebagai tawanan yang lantas dijadikan budak. Pimpinan perang dibawah

naungan panji Islam, tawanan diperlakukan secara terhormat dan manusiawi, tidak

membuat mereka haus dan lapar.

13 Ibid., h. 9.14 Prof. Dr. Zayyid bin Abdel Karim al-Zayyid, Pengantar Hukum Humaniter Internasional

dalam Islam, (Jakarta: ICRC Delegasi Regional Indonesia, 2008), hal. 30.

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

6

Sholahuddin Al-Ayyubi menorehkan sejarah dengan tinta emas: saat

berperang, Sholahuddin menangkap pasukan Salib yang berjumlah sangat besar

sedangkan makanan yang tersedia tidak cukup buat mereka. Dengan lapang dada,

akhirnya Sholahuddin membebaskan mereka tanpa syarat. Muhammad Abu Zahrah,

dalam bukunya "nazariyat al-harb fi al-Islam" (Teori Perang dalam Islam) menulis:

"motivasi perang dalam Islam itu reagresi, atau membalas serangan lawan ".15

Sejumlah perang yang terukir dalam seja rah Islam bukan perang melawan rakyat,

melainkan perang menghadapi prajurit yang menindas rakyat dan orang -orang yang

memiliki otoritas mengambil kekuatan senjata sebagai alat untuk memusuhi

kebenaran. Berdasarkan itu, simpul -simpul ukhuwah umat Islam deng an pemimpin

wilayah tidak terputus jika komunikasi tetap prospektif dan memungkinkan.

Sedangkan perang yang menimpa umat Islam seperti terjadi sekarang ini tidak

demikian, karena hanya invasi atau agresi antarnegara, sebab pertama kali yang

dilakukan sang agresor itu kini tidak segan-segan menangkap para pemimpin negara

yang ia perangi, serta menyita habis harta mereka.

Dalam Islam tidak menghendaki tindakan sewenang-wenang terhadap pihak

musuh. Bahkan Islam menganjurkan bahwa , contohnya, dalam hubungan dagang

antar-negara tidak bisa diputuskan hanya oleh perang, hubungan dagang antar -

pebisnis itu akan masih tetap terjalin. Karena itu para pengusaha yang memasuki dar

al-islam akan merasa aman, sebab mereka diberikan 'transaksi' kontrak keamanan

15 Dewan Asatidz, “Tawanan dalam Persepsi Islam”, artikel diakses pada 02 Februari 2011dari http://www.pesantrenvirtual.com/983 :tawanan–dalam-persepsi-islam

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

7

yang memadai. Dengan cara pandang ini, jika dilihat apa yang terjadi dengan para

tawanan di Irak, atau berbagai macam barisan perlawanan Irak yang ada di sana, atau

operasi penculikan terhadap orang yang tidak berkaitan langsung dengan perang, itu

sama sekali tidak relevan dengan kesepakatan Jenewa mengenai hak -hak

perlindungan tawanan, terlebih lagi dengan prinsip dan nilai -nilai ajaran Islam.16

Untuk itu, baik dalam hukum Islam dan hukum internasional, khususnya

konvensi-konvensi Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB), mengatur bagaimana cara

berperang yang sesuai dengan peraturan yang dibuat dan cara memperlakukan

tawanan perang maupun penduduk sipil . Merupakan suatu keharusan bagi pihak yang

berperang untuk melindungi dan menjaga keselamatan tawanan perang dan penduduk

sipil yang tidak terlibat langsung maupun yang terlibat langsung dalam peperangan.

Karena tawanan perang dan penduduk sipil mempunyai hak untuk hidup dalam

keadaan aman dan tentram. Sungguh sangat menarik hal -hal yang berkaitan dengan

peperangan termasuk kejahatan perang. Dan hal ini menarik untuk diteliti, sehingga

penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Konvensi Perserikatan Bangsa -Bangsa Mengenai Kejahatan

Perang”

16 Ibid., http://www.pesantrenvirtual.com/983:tawanan –dalam-persepsi-islam.

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, pembahasan akan difokuskan pada kejahatan

perang dalam perspektif Islam. Oleh kar ena itu, masalah pokok dalam pem bahasan

ini adalah Bagaimana Pandangan Hukum Islam Mengenai Kejahatan Perang Dalam

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Perumusan Masalah

Mengingat tema skripsi maka penulis perlu membuat rumusan masalah yang

dianggap penting dan berkesinambungan yang akan dicari jawabannya dalam

penelitian ini. Maka berdasarkan paparan dalam latar belakang diatas, maka d iantara

rumusan masalahnya yaitu:

a) Apa yang dimaksud dengan kejahatan perang?

b) Bagaimana pandangan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai

kejahatan perang?

c) Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai kejahatan perang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini disusun bermaksud untuk menjelaskan mengenai kejahatan-

kejahatan perang yang perlu dihapuskan baik menurut Konvensi Perserikatan Bangsa -

Bangsa maupun Hukum Islam. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk:

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

9

a) Untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk-bentuk kejahatan perang

menurut konvensi.

b) Menjawab pertanyaan pokok diatas untuk mengetahui ketentuan

mengenai peraturan perang dalam konvensi.

c) Mengetahui ketentuan hukum Islam tentang perang dan kejahatan perang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

a) Untuk memberikan jawaban yang relevansi dan aktual.

b) Untuk menambah khasanah pengetahuan dan wawasan terutama mengenai

hukum Islam tentang perang dan pengaturan dan etika berperang dalam

konvensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

c) Bisa menjadi acuan bagi peneliti berikutnya.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penulis menemukan beberapa karya ilmiah dan judul skripsi yang pernah

ditulis oleh mahasiwa sebelumnya yang berkaitan erat dengan judul skripsi yang

diteliti oleh penulis. Akan tetapi, setelah penulis membaca beberapa karya ilmiah dan

skripsi tersebut ada perbedaan yang cukup signifikan dalam penulisan skripsi ini, dan

nantinya tidak akan ada timbul kecurigaan plagiasi. Peneliti memfokuskan perhatian

pada bidang yang berkaitan tentang satu atau lebih dari variabel yang berkaitan

tentang penghapusan kejahatan perang . Untuk itu dibawah ini akan penulis

kemukakan karya ilmiah dan skripsi yang pernah ada, diantarannya sebagai berikut:

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

10

1. Konvensi tentang Pencegahan d an Penghukuman Kejahatan Genosida .

Temuan pokok dalam konvensi ini ialah kejahatan genosida yaitu setiap

perbuatan yang dilakukan dengan tujuan merusak begitu saja, dalam

keseluruhan ataupun sebagian, suatu kelompok bangsa, etnis, rasial atau

agama. Dari semua periode sejarah kejahatan genosida membawa kerugian -

kerugian besar bagi manusia , baik itu dilakukan pada masa damai maupun

pada masa perang, dan menurut hukum internasional, kejahatan ini perlu

dicegah dan menghukum pelakunya.

2. Karya Majid Khadduri dalam bukunya yang berjudul War and Peace in the

Law of Islam. Temuan pokok dalam karya ini menyatakan bahwa Allah telah

mengatur jihad yang boleh dilakukan oleh umat Islam dan tata cara berjihad.

Perdamaian tetap menjadi tujuan utama, walaupun peperangan se dang

berlangsung tetapi Islam memperlakukan para tawanan dan jenasah secara

baik-baik. Bahkan dalam pembagian rampasan perang, Islam memberikan

aturan yang jelas dan adil bagi seluruh umat.

3. Karya Prof. Dr. Zayyid bin Abdel Karim al -Zayyid dalam bukunya yang

berjudul Pengantar Hukum Humaniter Internasional Dalam Islam . Temuan

pokok dalam karya ini ialah para korban luka dan cidera dari pihak musuh,

bila sudah tidak sanggup memikul senjata untuk memerangi umat Islam, harus

segera diamankan dari segala bentuk pelanggaran. Bahkan harus dilindungi

dan diperlakukan secara kemanusiaan. Tidak dibenarkan melakukan siksaan

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

11

terhadap korban luka, karena tindakan tersebut sama sekali bukan termasuk

etika berperang yang baik.

4. Judul: “Sanksi Kejahatan Perang (Tinjauan Huku m Islam dan Hukum

Humaniter Internasional)”

Penulis: Ahmad Maulana /PMH/2005

Sesungguhnya Islam selalu ingin m enghindarkan diri dari peperangan

karena perang akan menimbulkan penjajahan, perbudakan dan berbagai sikap

negatif serta ambisi buruk dari negara -negara penakluk, dengan cara

pemanfaatan situasi seperti mencari keuntungan pribadi, menciptakan pasar -

pasar baru, merampas sumber bahan baku dan memperbudak sesama manusia.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang a kan diteliti maka

tentunya penulis harus mengumpulkan data -data yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti. Secara tipologis, penelitian penulis ini

menggunakan studi kepustakaan yaitu memperoleh dan mengumpulkan data

untuk mendapatkan data sesuai harapan penulis dan seperti yang digambarkan

dalam data kepustakaan.

Sifat data dalam penelitian ini merupakan model penelitian deskriptif

analitis yang memaparkan kejahatan dalam perang, yakni penelitian yang

menggambarkan data dan informasi yang diper oleh dari penelitian kepustakaan

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

12

secara mendalam agar dapat memberikan informasi kepada pembaca secara

optimal.

Dalam pendekatan ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Analisis

ini digunakan untuk mengetahui secara kualitatif tentang penghapusan kejahatan

perang sehingga dapat membantu memecahkan dan menemukan solusi terhadap

persoalan yang diteliti dalam skripsi ini. Ditinjau dari sudut metodologi

penelitian hukum pada umumnya, studi ini merupakan studi hukum Islam dengan

menggunakan pendekatan normat if doktriner yaitu menurut undang -undang,

konvensi dan pemikiran para ulama.

2. Sumber Penelitian Hukum

Dalam penelitian hukum tidak mengenal data. Untuk memecahkan isu hukum

maka diperlukan sumber-sumber penelitian diantaranya sumber penelitian hukum

yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dibawah ini akan

dirinci satu yang termasuk ke dalam data primer dan data sekunder.

a. Bahan Primer

Bahan primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif dan

mempunyai otoritas. Bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari ki tab-

kitab Al-Qur’an, Hadits, Konvensi-konvensi, Buku-buku dan bila diperlukan

pidato-pidato.

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

13

b. Bahan Sekunder

Bahan sekunder merupakan bahan yang diperoleh dengan jalan mengadakan

studi dokumen yang berhubungan dengan masa lah yang dikaji, seperti paparan

pendapat-pendapat para ahli.

3. Pengumpulan Data

Peneliti melakukan penelusuran untuk mencari bahan -bahan hukum yang

relevan terhadap isu yang dihadapi. Karena didalam penelitian penulis

menyebutkan pendekatan terhadap konven si maka peneliti harus mencari

beberapa konvensi-konvensi atau yang berkaitan dengan isu kejahatan perang.

Oleh karena itu untuk memecahkan suatu isu kejahatan perang peneliti harus

menelusuri sekian banyak berbagai konvensi-konvensi yang bersangkutan

dengan kejahatan perang.

Maka dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan teknik studi

dokumen dengan mengumpulkan bahan dari sumber -sumber bahan primer,

sekunder, dan tersier seperti yang telah dijelaskan diatas.

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data, diterapkan tekhnik analisis isi secara kualitatif.

Metode data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data -data tersebut secara

jelas dan mengambil isinya dengan menggunakan content analysis. Kemudian

melakukan bongkar pasang dan menata kembali secara s istematis data-data yang

telah terkumpul sebelumnya dengan menggambarkan satu kesatuan yang utuh.

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

14

Penulis menginterpretasikan dengan menggunakan bahasa penulis sendiri, dengan

demikian akan nampak rincian jawaban atas pokok permasalahan yang diteliti.

Sementara untuk teknis penulisan ini penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2009.”

F. Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya laporan hasil ilmiah yang standar dalam bentuk

skripsi, maka laporan ini menjelaskan secara teknis prosedural. Untuk mendapatkan

gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok penulisan skripsi ini dan agar

memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan penulisan ini, maka

penulis menyusun sistematika penulisan ini sebagai berikut :

Bab pertama yaitu pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisa n.

Bab kedua yaitu tinjauan umum tentang perang. Dalam bab ini penulis

membagikan pengertian perang dalam dua perspektif hukum. Yang pertama, perang

dalam perspektif hukum Islam dan yang kedua dalam perspektif hukum internasional.

Disini penulis ingin memperlihatkan bahwa dalam hukum Islam dan hukum

internasional juga memberikan pemahaman yang sama tentang perang, bagaimana

tata cara dan etika dalam perang.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

15

Bab ketiga yaitu kejahatan perang dalam Islam dan Konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa. Penulis memberikan uraian mengenai apa itu yang disebut dengan

kejahatan perang, bentuk-bentuknya seperti apa, hak-hak tawanan yang seperti apa

yang harus dilindungi.

Bab keempat yaitu analisa hukum Islam mengenai kejahatan perang dalam

Konvensi Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB). Bab ini merupakan hasil penelitian

yang akan menjelaskan penghapusan kejahatan perang dalam konvensi PBB dalam

kacamata hukum Islam. Serta bagaimana seharusnya pengaturan yang baik untuk

berperang.

Bab kelima akhir dari seluruh rangkaian pembahas an dalam penulisan skripsi

yang menyajikan hasil-hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti berisi kesimpulan

dan saran-saran.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERANG

A. Perang dalam Hukum Humaniter Internasional

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perang adalah suatu

permusuhan antara dua negara (bangsa, agama, suku, dan sebagainya) atau

pertempuran bersenjata antara dua pasukan tentara dan laskar.1 Dalam pasal 3

Konvensi Jenewa 1949 dijelaskan bahwa perang adalah kekerasan terhadap

kehidupan orang, khususnya pembunuhan dari segala jenis, pemotongan anggota

tubuh, perlakuan kejam, dan penyiksaan. Perang juga bisa diartikan suatu

kesengajaan melakukan serangan terhadap penduduk sipil atau serangan terhadap

gedung material, satuan, angkutan dan lain-lain.2

Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah

kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok

manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara

purba dimaknai sebagai pertikaian bersenjata, di era modern, perang lebih mengarah

pada superioritas teknologi dan industri, hal ini tercermin dari doktrin angkatan

1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1989, cet. 1, h. 323.

2 Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional, Jakarta, Elsam, 2000, h. 15

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

17

perangnya seperti "Barang siapa menguasai ketinggian maka menguasai dunia", hal

ini menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian harus dicapai oleh teknologi.3

Manusia telah mengenal konflik sejak lama, yaitu sejak manusia mengenal

manusia lainnya pada saat interaksi inidividu satu dengan kelompok masyarakat

sosial lainnya, sebagaimana teori kontrak sosial (social contract).4 Konflik adalah

suatu pertentangan, perselisihan, percekcokan. Dan pada fase tertentu akan muncul

tarik-menarik kepentingan (vasted interest) antar individu dan pada titik yang paling

pasif terhadap tarik-menarik kepentingan yang akan menyebabkan peperangan yang

terjadi dalam berbagai ragam dan bentuk. Perang menurut Jean Jacques Rosseau

bukanlah hubungan antara manusia dengan manusia, tetapi antar negara dan negara

dimana orang-orang yang terlibat permusuhannya didalamnya hanyalah bersifat

kebetulan (by accident). Orang-orang yang terlibat dalam perang itu tidak bertindak

sebagai manusia (human), bukan pula sebagai warga negara (citizen), melainkan

sebagai tentara (soldier) sebagai kekuatan negara.

Oleh karena itu, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dengan perang

adalah menghancurkan lawan atau musuh, yaitu negara yang satu menyerang dengan

senjata dengan maksud menghancurkan atau melumpuhkan, dan yang lain bertahan

juga dengan cara berusaha menghancurkan atau melumpuhkan lawan atau musuh.

Dengan demikian, sah bagi para pihak untuk saling berusaha membunuh karena

mereka menggunakan senjata yang memamg mematikan. Akan tetapi, apabila mereka

3 www.wikipedia.com, diakses pada tanggal, 10 Maret 2010.

4 Cheppy Harcahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, Yogyakarta, Tiara Kencana, 1996,

Cet. 1, h. 46

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

18

menyerah atau meletakkan senjata, segera sesudah itu, mereka bukan lagi berstatus

sebagai musuh atau agen dari musuh. Mereka secara serta-merta berubah statusnya

menjadi manusia biasa dan tidak terdapat lagi dasar legitimasi untuk membunuh

mereka. Jika mereka dibunuh, menurut ketentuan hukum yang berlaku saat ini, hal itu

termasuk kategori kejahatan perang yang harus ditindak menurut hukum

internasional.5 Dan di dalam U.S. Army Field Manual of the law of Landwarfare

dijelaskan pula beberapa tujuan perang, yaitu:

1. Melindungi baik kombat maupun noncombat dari penderitaan yang tidak

perlu.

2. Menjamin hak-hak asasi tertentu dari orang yang jatuh ke tangan musuh.

3. Memungkinkan dikembalikannya perdamaian.

4. Membatasi kekuasaan pihak yang berperang.6

Hak asasi manusia adalah hak dimana setiap orang/manusia sejak lahir

memiliki hak utama yang melekat dan suci, yaitu hak hidup dari Tuhan dan hak-hak

lainnya demi pemenuhan kebutuhan lahir batinnya. Oleh karena itu, tidak seorangpun

yang berhak mengambil dan mencabutnya. Hanya dengan landasan hukum dan

kontitusional, adil dan benar dengan melalui proses yang legal, pencabutan baik

untuk waktu sementara ataupun seterusnya dapat dibenarkan. Dalam piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tegas memasukkan unsur penghormatan

hak asasi manusia dan mengakui iindividu sebagai subjek Hukum Internasional.

5 Jimly Assiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, Jakarta, Rajawali Press, 2007, cet. 1, h. 197

6 KGPH Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2007,

h. 7.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

19

Piagam PBB juga memberikan kewenangan kepada Majelis Umum untuk

memprakarsai kajian dan membuat rekomendasi bagi terpacunya perkembangan

progresif terhadap Hukum Internasional dan kodifikasinya serta untuk membantu

pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua orang tanpa pandang

ras, jenis kelamin, bahasa maupun bangsa.7

Deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

yang dicetuskan tiga tahun setelah PBB terbentuk dan disahkan oleh Majelis Umum

PBB tanggal 10 Desember 1948, telah dianggap deklarasi HAM Universal. Pada

hakekatnya, Deklarasi HAM Universal ini dimunculkan sebagai akibat dari porak

porandanya kehidupan kemanusiaan setelah Perang Dunia II. Sebelumnya konsep

mengenai HAM ini sudah tercantum dalam beberapa pasal dari Piagam PBB serta

preamble Piagam itu. Meskipun rekomendasi PBB tidak mengikat negara-negara

anggota tetapi negara anggota wajib mengkaji rekomendasi secara sungguh-sungguh,

sehingga bagi negara yang menolaknya dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap

piagam PBB.8

B. Pengertian Perang dalam Islam

Kata jihad sudah tidak asing lagi di telinga kita, apalagi akhir-akhir ini Islam

sedang menjadi sorotan dunia dengan tuduhan aksi terorismenya yang

mengatasnamakan jihad. Jihad berasal dari kata jahada yang berarti berusaha,

7 Lihat Pasal 13 Piagam PBB

8 Lihat Pasal 56 Piagam PBB

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

20

berusaha sekuat tenaga di jalan Allah untuk menyebarkan keimanan dan firman Allah

ke seluruh dunia.9 Menurut bahasa, al-Jihad berasal dari kata jahada-yajhadu-jahda

atau juhdan, yaitu keluasan atau kekuatan.10

Dalam Islam, Allah mewajibkan manusia

untuk menyebarkan ajaran-Nya ke seluruh penjuru dunia. Ketika penyebaran ini

menemui berbagai hambatan berupa penolakan terhadap masuknya ajaran agama

Islam di tanah mereka, dengan kondisi ini jihad pun diperlukan. Jihad, dalam arti

luas, tidak selalu bermakna perang atau mengobarkan peperangan, sebab melangkah

di jalan Allah bisa dicapai dengan cara damai ataupun tindak kekerasan. Jihad

dianggap sebagai suatu propaganda religius yang dilakukan persuasif ataupun

pedang.11

Islam tidak membenarkan peperangan yang bertujuan menaklukan suatu

negara, atau perluasan wilayah, dan mendiktekan kehendak (offensive war), perang

yang diajarkan oleh ajaran Islam (masyru’iyah/legal) adalah perang untuk menolak

serangan musuh, atau mempertahankan hak yang sah yang dilanggar oleh musuh atau

untuk melindungi keamanan dakwah (depensive war).12

Artinya, dakwah kepada

kebenaran dan keadilan serta kepada prinsip-prinsip yang mulia tidak boleh dihalangi

dan ditindas oleh penguasa manapun. Dan perang yang sah di dalam Islam ialah

perang pembelaan diri yakni untuk membalas serangan yang benar-benar telah terjadi

9 Majid Khadduri, War and Peace in the Law of Islam, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002, h.

46. 10

Dr. Abdullah Azzam, Perang Jihad Di Jaman Modern, (Jakarta: Gema Insani Press), 1992,

hal. 11 11

Khadduri, War and Peace, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002, h. 46. 12

Prof. H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslhatan Umat Dalam Rambu-Rambu

Syariah, Jakarta, Kencana, 2003, Cet. 3, h. 146

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

21

terhadap kaum muslimin. Dan perang yang tidak sah ialah perang yang bermaksud

merampas, atau menduduki, atau membuat kerusakan.13

Para ahli hukum membedakan 4 (empat) cara bagi umat untuk memenuhi

panggilan jihad yaitu: dengan hati, dengan lidah, dengan panggilan dan dengan

pedang. Cara pertama (hati) berkenaan dengan perintah melawan setan dan berusaha

menghindari bujuk rayu setan dan jihad ini bagi nabi Muhammad dianggap sebagai

jihad terbesar. Cara kedua (lidah) dan ketiga (tangan) dilakukan untuk penegakan

kebenaran serta mengoreksi kesalahan. Cara keempat (pedang) setara dengan makna

perang dan dititikberatkan pada peperangan melawan orang kafir serta musuh Islam

atas nama iman.14

Berikut ayat-ayat al-Qur’an mengenai perintah perang:

tβÏŒé& tÏ% ©#Ï9 šχθè=tG≈ s)ムöΝßγ¯Ρr' Î/ (#θßϑÎ=àß 4 ¨βÎ)uρ ©!$# 4’n? tã óΟÏδÎ�óÇtΡ í ƒ ωs)s9 ∩⊂∪ tÏ%©!$# (#θã_Ì ÷zé&

ÏΒ ΝÏδÌ ≈tƒ ÏŠ Î�ö� tóÎ/ @d,ym HωÎ) χr& (#θä9θà)tƒ $ oΨš/u‘ ª!$# 3 )���:���(

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena

sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha

Kuasa menolong mereka itu. (Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampong

halaman mereka tanpa alas an yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan

kami hanyalah Allah”… ”

Ayat ini merupakan ayat yang pertama kali diturunkan Allah berkenaan

dengan peperangan. Menurut al-Sarakhi, sebelum memerintahkan perang, Allah lebih

dulu memberikan beberapa tuntutan menghadapi orang-orang yang menganggu Islam

13

Ibid., h. 144 14

Majid Khadduri, War and Peace in the Law of Islam, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002,

h. 47.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

22

dan umatnya. Pertama, Allah memerintahkan kepada Nabi untuk membuat

pernyataan sikap dan menarik diri dari mereka (kaum musyrik), jika mereka masih

melakukan penolakan terhadap Islam dan menggangu umat Islam. Hal ini dinyatakan

Allah dalam surat al-Hijr ayat 94, “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-

terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-

orang yang musyrik.”. Kedua, Allah memerintahkan Nabi untuk mengadakan

perdebatan-perdebatan dengan baik, seperti yang dijelaskan dalam surat an-Nahl,”…

(kalau kamu berdebat) bantahlah mereka dengan cara-cara yang baik pula.”. Ketiga,

apabila mereka (kaum musyrik) tidak mau menerima dan menggangu umat Islam,

maka Allah mengizinkan Nabi dan orang mukmin untuk mempertahankan diri,

seperti halnya dimaksudkan dalam surat al-Hajj di atas.15

#sŒÎ)uρ 4’<uθs? 4 tëy™ ’ Îû ÇÚö‘F{$# y‰Å¡ø�ã‹ Ï9 $ yγŠÏù y7 Î=ôγムuρ y ö ysø9$# Ÿ≅ó¡¨Ψ9$#uρ 3 ª!$#uρ Ÿω �=Ïtä† yŠ$ |¡x�ø9$#

∩⊄⊃∈∪ )� ����:�� (

Artinya: “Dan apabila ia berpaling darimu ia berjalan di muka bumi untuk

mengadakan kerusakan, menghancurkan tanaman-tanaman dan binatang ternak,

sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan.”

15

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta, Gaya

Media Pratama, 2007, Cet. 2, h. 250.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

23

y7 ù=Ï? â‘#¤$!$# äοt ÅzFψ$# $ yγè=yèøgwΥ tÏ%©#Ï9 Ÿω tβρ߉ƒ Ì ãƒ #vθè=ãæ ’ Îû ÇÚö‘F{ $# Ÿωuρ #YŠ$ |¡sù 4 èπt7 É)≈ yèø9$#uρ

tÉ)−F ßϑù=Ï9 ∩∇⊂∪ )�����:��(

Artinya: “Kampung akhirat itu akan dijadikan bagi orang-orang yang tidak ingin

menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan akhir yang baik

adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Sejarah peperangan Nabi Muhammad merupakan awal dari kehormatan dari

sebuah perikemanusiaan karena Nabi Muhammad mengajarkan etika perang yang

beradab dan berperikemanusiaan. Agenda perjanjian gencatan senjata, pengiriman

delegasi keluar negeri, dan strategi Nabi di medan perang itu mempunyai pengertian

yuridis yang secara tidak langsung sama dan mendukung Hukum Internasional, yaitu

meminimalisir jatuhnya korban dan menghindari kerusakan-kerusakan. Pada

dasarnya peperangan Nabi Muhammad merupakan respon terhadap tindakan-tindakan

resisten yang dilakukan oleh lawan-lawan politiknya atau tindakan untuk

mempertahankan diri (self defence) dari segala bentuk serangan.16

Rasulullah saw.

tidak akan memerangi suatu kaum kecuali berdakwah dan menyerukan agama Islam.

Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi, ”Bisyr bin As-Sirry menceritakan dari Sufyan dari

Ibnu Abi Najih dari ayahnya dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah SAW tidak

16

http://psktti-ui.com.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

24

akan memerangi suatu kaum melainkan terlebih dahulu ia berdakwah mengajak

mereka kepada Islam. (HR. Ahmad).”17

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah ibn

Abi Awfa, Nabi menyatakan, “Janganlah kalian berharap bertemu musuh, dan

berdoalah kepada Allah untuk perdamaian. Namun bila kalian bertemu musuh,

hadapilah dengan kesabaran.” Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa damai adalah

prinsip utama dalam Islam, sedangkan penggunaan kekuatan senjata dikarenakan

keadaan yang sangat terpaksa untuk mempertahankan kedamaian tersebut.

Seperti yang dijelaskan di atas tujuan perang dalam Islam ialah untuk

memelihara perdamaian, keamanan dan kesejahteraan umat serta untuk melindungi

kemerdekaan penyiaran dakwah islamiyah. Selain tujuan tersebut, adapun tujuan

yang lainnya, yaitu:

1. Untuk menolak permusuhan kepada Islam dan kaum Muslimin, yang

dilakukan oleh kaum musyrik, kafir, pembangkangan dan orang-orang

yang dendam terhadap Islam.

2. Untuk mengokohkan dakwah Islam agar bisa sampai kepada orang-orang

yang berhak mengetahuinya.

3. Untuk menawarkan Islam kepada kaum musrikin, kaum kafirin, orang-orang

yang zhalim dan orang-orang yang mempunyai prasangka buruk kepada

Allah.

4. Untuk mengokohkan agama dan syariat Allah.18

17

Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Riyadh, Darul Hadits, 1997, h. 173, hadis no. 2001

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

25

C. Etika dalam Perang

1. Perintah Perang

Khalifah, secara hukum, merupakan pimpinan yang membawahi

kekuasaan sipil dan militer. Ahli hukum berpendapat, kekuatan militer sebagai

kekuatan dasar kekuasaan, suatu sudut pandang yang mencerminkan

kecenderungan terhadap pengaturan lembaga diserahkan kepada seorang

komandan militer. Perintah militer ada dua jenis, khusus dan umum.

Penggolongan pertama, hanya berkaitan dengan kebijakan militer angkatan

perang, sedangkan yang lain berhubungan dengan aspek diiplomatik yang

juga menyangkut aspek militer.

Berikut jabaran secara umum mengenai kewajiban yang berhubungan

dengan perintah khusus:

a) Memimpin angkatan perang, termasuk didalamnya

memperhatikan kepribadian prajuritnya, pemeriksaan pasukan

berkuda, dan perlengkapan persenjataan.

b) Mengatur jalannya peperangan serta memberi dukungan semangat

tempur kepada para prajurit.

c) Menerapkan kemampuan dan teknik militer, sesuai dengan sabda

nabi yang berbunyi, “Perang adalah usaha tipu daya”, untuk

melindungi pasukan dari serangan mendadak dan meraih

18

Ali Abdul Halim Mahmud, Rukun Jihad, Jakarta, Al’ithisom Cahaya Umat, h. 97.

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

26

kemenangan. Dan seorang komandan juga harus memilih posisi

yang strategis dan terbaik yang memungkinkan untuk menyerang.

d) Tugas observasi militer seperti melihat aspek ketabahan, daya

juang dalam melawan musuh dan mengontrol para prajurit apabila

ada yang meninggalkan pasukan. Di pihak lain, prajurit jihad ini

berkewajiban mematuhi perintah komandan serta menerima

keputusannya dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi.19

Perang dimulai dengan dikeluarkannya perintah dari komandan

angkatan perang. Perintah tersebut diikuti dengan takbir (Allahu Akbar) atau

do’a sebagai pertanda baik sebelum peperangan di mulai. Sebagian khalifah

dan para komandan perang dinasehatkan unutk menjauhkan diri dari

peperangan pada hari-hari tertentu atau saat terjadi musibah, sekaligus

memilih waktu yang lebih baik.20

Oleh karenanya, tidak diperkenankan

memasuki wilayah peperangan kecuali setelah adanya

pengumuman/pernyataan perang di dalam rentan waktu yang memungkinkan

sampainya berita itu kepada musuh. Walaupun, peperangan tidak bisa

dielakkan lagi, maka diberi tiga pilihan:

a) Masuk Islam.

19

Majid Khadduri, War and Peace in the Law of Islam, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002,

h. 71 20

Ibid., h. 74

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

27

b) Mengadakan perjanjian agar damai dan dapat mengamankan

dakwah.

c) Berperang, pernyataan perang untuk memilih, ini merupakan

pengumuman, agar tidak ada serangan tiba-tiba sebelum perang

dimulai. Dengan tidak bermaksud menjajah atau memperbudak

tapi hanya sekeradar memberikan pilihan kebebasan kepada

manusia untuk memilih kepercayaannya.21

Berikut ayat-ayat yang memerintahkan kaum Muslimin untuk

berperang, dan ini terbagi dalam 2 (dua) tahap, pertama melancarkan perang

terhadap orang-orang yang lebih dulu menyerang dan memerangi mereka:

(#θè=ÏG≈ s%uρ ’Îû È≅‹Î6 y™ «!$# t Ï%©!$# óΟ ä3tΡθè=ÏG≈ s)ムŸωuρ (#ÿρ߉tG÷ès? 4 $χÎ) ©!$# Ÿω �=Åsãƒ

šÏ‰tG÷èßϑø9$# ∩⊇⊃∪

Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,

(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang melampaui batas ”

Al-Ustadz Sayyid Quthb mengatakan bahwa menurut sebagian

riwayat, ayat ini merupakan ayat awal yang diturunkannya perintah berperang

– kepada kaum Muslimin – setelah sebelumnya turun ayat yang memuat izin

dari Allah kepada mereka untuk memerangi orang-orang kafir karena mereka

telah dianiaya (dizhalimi) dan kaum Muslimin pun telah mengetahui bahwa

21

Prof. H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslhatan Umat Dalam Rambu-Rambu

Syariah, Jakarta, Kencana, 2003, Cet. 3, h. 146

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

28

izin tersebut merupakan pendahuluan (muqaddimah) bagi kewajiban berjihad

atas mereka yang bertujuan untuk memantapkan kedudukan mereka di muka

bumi. (Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an juz I hlm. 265).22

Kemudian firman Allah dalam surah At-Taubah ayat (36):

...��� �������� !"#$�% �&�'"(����� ��)* "+�% ,-./$�% "0�1�%2 �3)+,-./ )-4�5�� :�6( Artinya: “… dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana

merekapun memerangi kamu semuanya…”.

Menurut sebagian ulama, perintah dalam ayat ini ditujukan kepada orang-

orang musyrik bangsa Arab karena mereka selalu memusuhi kaum Muslimin.

Allah SWT. memerintahkan Rasul untuk memerangi mereka agar dapat

menolak kejahatan, memusnahkan kejuwudan dan sikap keras kepala mereka

di dalam mempertahankan tradisi nenek moyang serta kecurangan yang

melampaui batas.

Sejarah telah membuktikan bahwa kaum Muslimin tidak pernah

menggunakan kekuatan senjata untuk memerangi kelompok lain yang

menghalangi. Apalagi memaksa seseorang atau kelompok untuk memeluk

agama islam. Seperti yang dinyatakan tegas dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah

ayat 256, bahwa tidak ada paksaan dalam agama:23

22

Debby M. Nasution, Kedudukan Militer dalam Islam dan Peranannya pada Masa

Rasulullah saw., Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 2002, cet. 1, h. 21. 23

Ibid., h. 22.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

29

Iω oν#t ø.Î) ’Îû ÈÏe$!$# ( ‰s% t ¨t6 ¨? ߉ô© ” 9$# z ÏΒ Äcxöø9$# 4 yϑsù ö à�õ3tƒ ÏNθäó≈©Ü9$$Î/ -∅ÏΒ ÷σムuρ

«!$$ Î/ ωs)sù y7|¡ôϑtGó™$# Íοuρó,ãèø9$$Î/ 4’s+øOâθø9$# Ÿω tΠ$ |ÁÏ�Ρ$# $ oλ m; 3 ª!$#uρ ìì‹Ïÿxœ îΛÎ=tæ ∩⊄∈∉∪ )� ����/�:��6(

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya

telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu,

barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka

sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang

tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”.

2. Etika dan Aturan Perang

Dalam teori hukum Islam, perang tidak bertujuan untuk mencapai

kemenangan atau merampas harta kekayaan musuh. Perang lebih bertujuan

untuk menjalankan kewajiban jihad di jalan Allah dengan cara penyebaran

agama Islam. Orang-orang yang melakukan jihad diminta untuk menahan diri

dari pertumpahan darah atau penghancuran kekayaan yang tidak perlu

dilakukan demi mencapai tujuan. Aturan ini didasarkan pada ucapan Abu

Bakar yang diucapkan pada ekspedisi pertama perbatasan Syria dan juga

dilakukan oleh khalifah sesudahnya.24

Sebelum berperang, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan

pasukan. Ini dimaksudkan supaya taktik dan strategi yang direncanakan dalam

peperangan berjalan efektif dan tentara muslim berhasil memenangkan

peperangan. Menurut Ali Wahbah, pertama, percaya sepenuhnya pada

24

Majid Khadduri, War and Peace in the Law of Islam, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002,

h. 83.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

30

komando pimpinan perang. Prajurit muslim harus mempercayakan segala

keputusan dan tindakan di tangan komandan perang. Kedua, bersabar

menghadapi musuh. Ini penting, Karena bersabar merupakan kunci untuk

meningkatkan moral dan semangat prajurit dalam pertempuran. Ketiga, tetap

konsekuen dan teguh pendirian dalam menghadapi musuh di medan

pertempuran. Keempat, taat pada komando komandan pasukan. Komandan

adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pasukan muslim.

Karena itu, bila komandan telah memutuskan suatu sikap dan perintah, wajib

hukumnya bagi tentara untuk mematuhinya. Hal ini didasarkan pada al-Quran

surat al-Nisa (4) ayat (58), “…taatilah Allah, taatilah Rasul dan para

pemimpin di antara kamu….”. Kelima, mempersiapkan bekal yang cukup.25

Berikut 10 (sepuluh) perilaku mulia yang dipegang oleh Islam di

dalam peperangan, antara lain:

a) Dilarang membunuh anak-anak, dalam kasus ini pernah sahabat

bertanya kenapa dilarang membunuh anak-anak musyrik? Nabi

menjawab: bukanlah di antara kamu juga dahulu anak-anak orang-

orang musyrik.

b) Dilarang juga membunuh wanita-wanita yang tidak ikut berperang

juga dilarang memperkosa, apabila memperkosa di waktu perang,

maka orang yang memperkosa tersebut harus bertanggung jawab

25

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta, Gaya

Media Pratama, 2001, Cet. II, h. 257.

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

31

secara pidana; artinya mendapat sanksi zina bahkan ditambah

dengan sanksi takzir.

c) Dilarang membunuh orang yang sudah tua apabila orang-orang tua

tersebut tidak ikut berperang, anak kecil, perempuan dan orang-

orang tua dilarang dibunuh adalah menunjukkan ajaran Islam

penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan yaitu penghormatan kepada

nilai kemanusiaannya.

d) Tidak memotong dan merusak pohon-pohon, sawah, dan ladang.

Hal ini semakna dengan al-Quran:

#sŒÎ)uρ 4’<uθs? 4të y™ ’ Îû ÇÚö‘F{ $# y‰Å¡ø�ã‹Ï9 $yγŠÏù y7Î=ôγムuρ y ö ysø9$# Ÿ≅ ó¡Ψ9$#uρ 3 ª!$#uρ Ÿω �= Ïtä† yŠ$|¡x�ø9$# ∩⊄⊃∈∪ )� ����:�� (

Artinya: “Dan apabila berpaling dia berusaha di muka bumi untuk

membuat kerusakan dan menghancurkan tanaman dan binatang

ternak.”.

e) Tidak merusak binatang ternak baik sapi, domba dan lain-lain

kecuali untuk dimakan.

f) Tidak menghancurkan gereja, biara, dan rumah-rumah ibadat. Hal

ini tersirat dari firman-Nya:

3... Ÿωöθs9uρ ßìøùyŠ «!$# } $ ¨Ζ9$# Νåκ|Õ÷èt/ <Ù ÷èt7Î/ ôM tΒÏd‰çλ °; ßìÏΒ≡ uθ|¹ Óìu‹ Î/uρ

ÔN≡ uθn=|¹uρ ߉Éf≈ |¡tΒ uρ )���:(

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

32

Artinya: “Dan sekiranya Allah tidak menolak keganasan sebagian

manusia terhadap yang lain, pasti telah dirobohkan, biara-biara,

gereja-gereja, dan masjid-masjid”.

g) Dilarang pula mencincang-cincang mayat musuh, bahkan bangkai

binatang pun tidak boleh dicincang.

h) Dilarang membunuh pendeta dan para pekerja yang tidak ikut

berperang, karena para pekerja itu adalah orang-orang yang lemah

yang ada di bawah tindasan dan pemerasan penguasa-penguasa

yang rakus;juga dilarang membunuh tentara yang luka dan tidak

melawan.

i) Bersikap sabar, berani dan ikhlas di dalam melakukan peperangan,

membersihkan niat dari mencari keuntungan duniawi.

j) Tidak melampaui batas, dalam arti batas-batas aturan hukum dan

moral di dalam peperangan, karena Allah di dalam al-Quran

berulang kali menyatakan bahwa: “Allah tidak menyukai orang-

orang yang melampaui batas”.26

Selain perihal pengaturan mengenai larangan-larangan dalam

peperangan, Altaf Gaufar dalam bukunya yang berjudul “The Challenge Of

Islam” menegaskan mengenai peraturan-peraturan hukum Islam yang

mengizinkan tindakan-tindakan berikut di medan perang, diantaranya:

26

Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 146.

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

33

a) Kaum muslimin boleh membunuh, melukai, mengejar, dan

melawan musuh. Namun dalam keadaan terpaksa dan dalam usaha

membela diri maka diperbolehkan membunuh musuh yang bukan

tentara.

b) Kaum muslimin boleh menggunakan tipu muslihat atau kid’ah di

medan perang untuk memperoleh kemenangan.

c) Kaum muslimin boleh melakukan peperangan terhadap musuh

pada malam hari dengan memakai segala macam persenjataan.

Dan dimungkinkan juga untuk mengadakan serangan-serangan

kepada pihak musuh dari jarak jauh asalkan tidak diarahkan

kepada penduduk sipil/bukan tentara.

d) Dalam keadaan tentara musuh membaurkan diri dengan penduduk

sipil bahkan berlindung dibelakang perempuan-perempuan atau

anak-anak ataupun orang-orang Islam yang mereka tawan,

disamping itu tentara Islam harus melancarkan serangan-serangan

dari jarak jauh maka dalam situasi seperti ini dapat diperintahkan

untuk tidak membidik kan senjata kepada pihak yang netral atau

pihak musuh bukan tentara.

e) Harta kekayaan musuh boleh dirampas atau dihancurkan bahkan

perbekalan-perbekalan musuh boleh dilumpuhkan dengan berbagai

cara dan bahan pangan dan ternak boleh diambil dengan dibeli

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

34

secara paksa atau kekerasan apabila rakyat di negeri musuh itu

berkeberatan.27

D. Perdamaian Pasca Perang

Dalam siyasah dauliyah, diyakini bahwa peperangan terjadi karena sistem

politik yang ada sudah tidak mampu lagi menyerap dan memecahkan masalah

ketegangan yang timbul di antara dua negara atau lebih. Konsekuensi dari asas bahwa

hubungan internasional dalam Islam adalah perdamaian saling membantu dalam

kebaikan, maka:

1. Perang tidak dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Sesuai dengan

persyaratan darurat, hanya dilakukan seperlunya (tuqadaru biqadariha).

2. Orang yang tidak ikut berperang tidak boleh diperlakukan sebagai musuh.

3. Segera menghentikan perang apabila salah satu pihak cenderung kepada

damai.

4. Memperlakukan tawanan perang dengan cara manusiawi.

Peperangan dapat berakhir dengan menyerahnya musuh dan perjanjian damai

atau genjatan senjata. Apabila musuh telah menyerah, maka tidak diperkenankan

untuk diserang lagi dan mereka diberikan pilihan. Pertama, ajak mereka masuk

Islam. Apabila diterima, ajak mereka untuk pindah ke negeri Islam dengan status dan

27

L. Amin Widodo, Fiqih Siasah dalam Hubungan Internasional, Yogyakarta, Tiara Wacana

Yogya, 1994, h. 75.

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

35

kedudukan sama dengan umat Islam lainnya, dan mereka berhak mendapatkan harta

rampasan. Tapi kalau mereka enggan untuk hijrah maka mereka tidak berhak

mendapat rampasan perang, kecuali mereka ikut berperang bersama tentara muslim.

Atau kedua, mereka membayar jizyah. Jiwa dan harta benda mereka wajib dilindungi

bila mereka telah membayar jizyah.28

Dalam hukum internasional sekarang pakta perdamaian merupakan hasil

persetujuan internasional di antara negara-negara yang menciptakan hak-hak dan

kewajiban yang legal bagi semua pihak yang bersifat mengikat. Dulu pakta

perdamaian sebagian besar terdiri dari peraturan-peraturan hukum kebiasaan

internasional yang tertulis (convention) berdasar hasil konferensi Wina tanggal 22

Mei 1969, yang sekarang dikenal dengan Konvensi Wina. Dalam Islam pakta

perdamaian (muhadana atau muwada’a) merupakan suatu prinsip ikatan atau

semacam hubungan kemasyarakatan yang bersifat internal dan universal yang sangat

didambakan. Muwadana’a semacam aqad (secara harfiah, yaitu sebuah ikatan atau

hubungan yang ditandai dengan sebuah persetujuan adanya tindakan-tindakan nyata

dengan maksud menciptakan konsekuensi dan kepastian hukum29

) hubungan antara

kaum muslimin dengan orang-orang non muslimin yang dibolehkan sebagai suatu

bentuk persetujuan bersama antara kedua belah pihak mengenai suatu perbuatan

28

Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, h. 261. 29

Majid Khadduri, War and Peace in the Law of Islam, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002, h.

167.

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

36

tertentu yang bertujuan untuk menciptakan akibat-akibat hukum tertentu secara

legal.30

Dari fakta sejarah telah dapat kita saksikan bahwa Rasulullah SAW tidak

sedikit telah merealisasikan berbagai pakta prinsip perdamaian dalam segala bentuk

perjanjian damai sesuai dengan tujuan-tujuan politik dan faktor-faktor situasi serta

kondisi yang menjadi penentu. Sebagai contoh:

1. Pakta perdamaian yang diadakan antara suku Auz dengan suku Khajraj yang

kemudian diabadikan dalam “Piagam Nabi”, sehingga ditaati oleh orang

Yahudi di Madinah.

2. Perjanjian Hudaibiyah yang merupakan perjanjian damai (sementara) antara

segenap kaum muslimin di Madinah dengan para kaum politisi Quraisy di

Mekah.

3. Berbagai bentuk perjanjian yang diadakan antara Nabi Muhammad SAW

dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menjadi warga negara Islam

seperti yang kemudian diabadikan pada bagian pasal dari “Piagam

Madinah”.31

Kewenangan untuk membuat perjanjian terletak di tangan Nabi Muhammad

dan para penggantinya, tetapi kekuasaan dan kewenangan ini secara berkala diberikan

kepada para komandan di lapangan yang diberi wewenangan untuk merundingkan

perjanjian dengan lawan, apabila musuh akan mengadakan hubungan dengan Islam.

30

Widodo, Fiqih Siasah dalam Hubungan Internasional, h. 107. 31

Ibid., h. 109.

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

37

Meskipun demikian, nabi dan para penggantinya selalu menyiapkan dasar hukum

untuk membatalkan perjanjian atau rencana-rencana yang menurut pertimbangan

akan berbahaya bagi umat Islam, dimana persetujuan atau ratifikasi yang mereka buat

merupakan prasyarat agar membuat kaum Muslimin terikat dalam sebuah

masyarakat, yaitu masyarakat Islam.32

Allah lebih menyukai jika kaum muslimin berdamai dengan musuh, seperti

dijelaskan dalam al-Quran surat al-Anfal (8) ayat 61, “Jika mereka (musuh) itu

cenderung kepada perdamaian, maka berdamailah dan tawakallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.33

Di dalam Islam,

perjanjian terjadi karena adanya penawaran dan persetujuan, tidak terlalu terikat pada

bentuk atau prosedur apapun. Setiap ketetapan perjanjian disetujui, perjanjian

menjadi sesuatu yang mengikat kedua belah pihak. Jika perjanjian telah

ditandatangani oleh penguasa Islam, berarti perjanjian tersebut harus dilaksanakan

dalam kehidupan sesuai denga pasal-pasal yang disetujui. Al-Qur’an memerintahkan

umat Islam agar “jangan melanggar sumpah setelah membuatnya”34

dan apabila

kaum non-Islam juga mematuhinya, maka “penuhilah janjinya sampai batas

waktunya.”35

.36

Dalam perjanjian, menurut Abu Zahrah, masing-masing pihak berada pada

posisi yang sama. Tidak boleh ada pihak yang mensyaratkan perjanjian yang

32

Khadduri, War and Peace, h. 167. 33

Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, h. 261. 34

Q.S. An-Nahl ayat 91. 35

Q.S. At-Taubah ayat 4. 36

Khadduri, War and Peace, h. 168.

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

38

memberatkan bagi pihak lain, seperti menuntut ganti rugi kepada rakyat, menahan

pasokan bahan makanan atau syarat-syarat lain yang tidak adil. Umat Islam wajib

menerima dan mematuhi perdamaian tersebut. Karena dengan perjanjian genjatan

senjata ini, maka berakhirlah pertumpahan darah di kedua belah pihak. Di samping

itu juga akan menahan terjadinya kerusakan yang lebih parah akibat perang.37

Berikut

minimal 3 syarat dalam memenuhi pakta perdamaian dalam Islam:

1. Perjanjian diadakan dasar persetujuan antara kedua belah pihak tanpa adanya

unsur pemaksaan dan initimidasi, unsur kerelaan merupakan syarat mutlak

yang harus terpenuhi.

2. Perjanjian diselenggarakan dengan tujuan dan cara-cara yang jelas. Harus

jelas tujuannya untuk mengusahakan terwujudnya perdamaian abadi. Dan

harus jelas batas-batas komitmen dan hak-haknya untuk menjunjung tinggi

dan menghormati hak-hak asasi kemanusiaan yang sangat didambakan oleh

seluruh bangsa didunia.

3. Isi perjanjian tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan jiwa syariat Islam,

sehingga tidak ada kemungkinan-kemungkinan musuh-musuh Islam

mempunyai kesempatan untuk menerobos kubu-kubu pertahanan Islam.38

Namun dalam suasana damai, Allah juga mengingatkan dan mengisyaratkan

supaya umat Islam tetap waspada dan siaga, kalau-kalau perjanjian damai ini hanya

menjadi siasat musuh untuk memukul kembali tentara muslim. Dalam surah Al-

37

Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, h. 262. 38

Widodo, Fiqih Siasah dalam Hubungan Internasional, h. 113.

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

39

Anfaal ayat 62, Allah menegaskan jika mereka bermaksud menjadikan gencatan

senjata sebagai kedok untuk menipu umat Islam, maka untuk umat Islam agar

meminta perlindungan kepada Allah untuk menghadapi mereka. Artinya, apabila

mereka mengingkari perjanjian gencatan senjata tersebut, maka tidak ada artinya lagi

umat Islam mempertahankan isi perjanjian. Umat Islam harus bangkit melawan

mereka yang mengingkari perjanjian tersebut.39

Sebagai contoh, dari sirah Nabi, fakta

sejarah menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menyerang Mekkah walaupun telah

mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Mekkah. Karena penduduk Mekkah

telah melanggar janji damai dengan tindakan mereka mengirimkan bantuan militer

meraka kepada Bani Kinanah untuk menyerbu Bani Khazi’ah yang notabene ialah

sekutu Rasulullah SAW.40

Islam sangat mengedepankan sebuah perdamaian, Islam adalah agama dunia,

berlaku universal, dan untuk kebaikan semua manusia dan alam. Karena itu, setiap

Muslim memandang hubungan antar sesama manusia adalah atas dasar cinta,

persahabatan, kerjasama untuk kebaikan dan perdamaian. Hanya mereka yang

dangkal imannya, sempit ilmunya, perasaan benci dan dendam, serta mereka yang

tidak sabarlah yang cenderung membuat permusuhan dan perperangan sesama

manusia. Islam yang suci, sering dinodai oleh segelintir kelompok yang memaksakan

keyakinannya kepada pihak lain dengan menebar teror dan kekerasan dengan dalih

39

Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, h. 262. 40

Widodo, Fiqih Siasah dalam Hubungan Internasional, h. 114.

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

40

agama. Mereka harus kembali pada prinsip Islam dalam menata hubungan dengan

sesama manusia yang berbeda keyakinan dan agama.41

Ada tiga karamah (kemuliaan) yang dianugerahkan Allah kepada manusia

terlepas dari latar belakang etnik, agama dan politik, yaitu:

1. Karamah fardiyyah (kemuliaan individual) yang berarti bahwa Islam

melindungi aspek-aspek kehidupan manusia baik aspek spiritual maupun

aspek material

2. Karamah ijtima’iyyah (kemuliaan kolektif) yaitu Islam menjamin sepenuhnya

persamaan di antara individu-individu.

3. Karamah siyasiyyah (kemuliaan secara politis) yaitu Islam memberi hak

politik pada individu-individu untuk memilih atau dipilih pada posisi-posisi

politik, karena mereka adalah wakil Allah.42

Karena itu, golongan nonMuslim di tengah masyarakat Muslim secara sosial

diperlakukan sama dengan orang-orang Muslim sendiri. Antara mereka dibolehkan

untuk melakukan interaksi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti perdagangan,

perkawinan dan belajar mengajar.

.

41

http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3260_0_3_0_M, di akses pada tanggal 21

Juni 2011 pukul. 22.56 WIB 42

Masykuri Abdillah, Demokrasi Di Persimpangan Makna: Respon Intelektual Muslim

Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1996), Yoogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999, h. 99

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

41

BAB III

KEJAHATAN PERANG DALAM ISLAM DAN KONVENSI

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB)

A. Pengertian Kejahatan Perang

1. Kejahatan Perang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kejahatan adalah perilaku yang

bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah disahkan

oleh hukum tertulis (hukum pidana).1 Perkataan kejahatan menurut pengertian tata

bahasa adalah suatu tindakan atau perbuatan yang jahat adalah pembunuhan,

pencurian, perampokan, dan lain sebagainya yang dilakukan oleh manusia. Para pakar

ilmu kriminologi banyak membuat rumusan tentang kejahatan. Antara lain seperti

yang diungkap oleh W.A. Bonger (1963), seperti yang dikutip oleh Soedjono

mengemukakan bahwa kejahatan merupakan perbuatan anti sosial yang secara sadar

mendapat reaksi dari rumusan-rumusan hukum mengenai kejahatan. Pengertian ini

sama dengan yang diutarakan oleh Sutherland yang menekankan bahwa ciri pokok

dari kejahatan ialah perilaku yang dilarang oleh negara dan perbuatan tersebut dapat

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai

Pustaka, 1989, cet. 2, h. 344.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

42

menimbulkan reaksi dari negara, yaitu dengan hukuman sebagai suatu upaya yang

ampuh.2

Kejahatan perang adalah segala pelanggaran terhadap hukum-hukum perang

atau hukum humaniter internasional yang mendatangkan tanggung jawab kriminal

individu. Pengadilan Militer Internasional di Nuremberg mendefinisikan kejahatan

perang sebagai “pelanggaran terhadap hukum atau kebiasaan hukum”, termasuk

pembunuhan, perlakuan buruk, atau deportasi penduduk sipil dalam wilayah yang

telah diduduki, pembunuhan atau perlakuan buruk terhadap tahanan perang,

pembunuhan sandera; perampasan barang-barang publik atau harta milik pribadi;

perusakan tanpa alasan atas kota-kota; dan penghancuran tanpa kepentingan militer.3

Bagi tujuannya sendiri, Mahkamah Kejahatan Internasional bagi Bekas negara

Yugoslavia (ICTY atau Internasional Criminal Tribunal for the former Yugoslavia)

mendefinisikan sebagai sesuatu yang berkonsekuensi berat bagi korbannya dan

melanggar aturan yang melindungi nilai-nilai penting. Contoh kecilnya, membakar

hasil panen sebuah desa merupakan sebuah pelanggaran serius, tetapi mencuri

sepotong roti bukanlah sebuah pelanggaran serius.4

Tindakan ilegal yang paling serius adalah pelanggaran-pelanggaran berat atas

Konvensi-Konvensi Jenewa tahun 1949. Tindakan ilegal mencakup: penggunaan cara

2 Soedjono D. Soekamto, Kriminologi Suatu Pengantar, Bandung, Ghalia Indonesia, 1986,

cet. Ke-11, h. 21 3 Steven R.Ratner, Kategori Kejahatan Perang, dalam Roy Gutman dan David Reff, ed.,

Kejahatan Perang yang Harus Diketahui Publik, t.t., Program Pelatihan Jurnalistik Televisi, 2004, h.

462. 4 Ewen Allison dan Robert K.Goldman, Tindakan Ilegal dan Dilarang (Ilegal or Prohibited

Acts), dalam Roy Gutman & David Reff, ed., Kejahatan Perang yang Harus Diketahui Publik, t.t.,

Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Interviews Europe, 2004, h. 231.

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

43

dan metode peperangan yang dilarang, termasuk racun atau senjata lain yang

terhitung menyebabkan pernderitaan yang tidak seharusnya; serangan curang yang

tidak melibatkan penyalahgunaan lambang yang dilindungi atau lambang maupun

seragam negara-negara netral; gagal mengenakan suatu seragam untuk

mengidentifikasi diri sendiri sebagai kombatan yang sah; penjarahan; terorisme;

campur tangan dalam kiriman kapal untuk bantuan kemanusiaan; perusakan serius,

yang tidak dibenarkan terhadap harta milik; serangan atau pembombardiran terhadap

kota yang tidak dipertahankan, pemikiman, atau bangunan-bangunan; tindakan

perusakan sengaja dilakukan terhadap lembaga-lembaga kebudayaan tertentu, seperti

bangunan yang diperuntukkan untuk keagamaan, pendidikan, amal, seni, ilmu

pengetahuan, atau monument sejarah dan karya seni; tindakan balasa terhadap orang

atau objek yang dilindungi; dan tiap bentuk pelanggaran kesepakatan gencatan

senjata.

Protokol Tambahan I tahun 1977 memperluas wilayah proteksi Konvensi

Jenewa untuk konflik internasional dengan memasukkan hal-hal berikut sebagai

pelanggaran perang antara lain, eksperimen medis tertentu, membuat penduduk sipil

atau suatu tempat sebagai obyek atau korban serangan yang tidak dapat dihindarkan,

berlaku curang dalam penggunaan lambang Palang Merah Internasional, apartheid,

dan mencabut hak seorang yang dilindungi dari pengadilan yang adil.5

5 Steven R.Ratner, Kategori Kejahatan Perang, dalam Roy Gutman & David Reff, ed.,

Kejahatan Perang yang Harus Diketahui Publik, t.t., Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Interviews

Europe, 2004, h. 462.

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

44

Kejahatan perang terbagi menjadi empat kategori, yang merefleksikan evolusi

historis dari subjek dengan membedakan antara kejahatan yang dilakukan pada saat

konflik internasional dan pada saat konflik bersenjata internal. Kategori pertama –

pasal 8 (2) (a) – meliputi semua ‘pelanggaran berat’ Konvensi Jenewa, 1949.

Kategori kedua – pasal 8 (2) (b) – meliputi ‘pelanggaran yang berat terhadap hukum

dalam kerangka hukum internasional’. Kategori ini meliputi serangan atas pasukan

penjaga perdamaian atau mereka yang memberikan bantuan kemanusiaan di bawah

naungan PBB; serangan yang dilakukan dengan sengaja dan mengetahui bahwa

serangan tersebut dapat menimbulkan kematian atau cidera terhadap penduduk sipil;

serangan secara sengaja terhadap target non-militer seperti tempat ibadah, museum,

rumah sakit, dan tempat-tempat bersejarah atau yang memiliki nilai kebudayaan.

Kategori ketiga – pasal 8 (2) (c) – memperluas yuridiksi atas konflik bersenjata

internasional yaitu serangan tidak manusiawi kepada warga sipil atau orng yang

sedang sakit atau prajurit yang sudah menyerah. Dan kategori keempat – pasal 8 (2)

(e) – kejahatan yang mencakup penggunaan anak-anak sebagai tentara atau

keterlibatan dalam kejahatan seksual.

2. Kejahatan Perang dalam Hukum Islam

Pada awalnya Islam memang melarang adanya peperangan, pada masa

periode awal dakwah Islam di Mekkah yang berlangsung selama kurang lebih 13

tahun, dimana kaum kafir Quraisy selalu menghalangi, memusuhi dan menindas

kaum Muslimin secara kejam, karena al-Qur’an menyebutkan dalam QS. An-Nisa

ayat (77):

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

45

óΟ s9r& t� s? ’n<Î) t Ï%©!$# Ÿ≅ŠÏ% öΝçλ m; (#þθ’�ä. öΝä3tƒ ω÷ƒ r& (#θßϑŠÏ%r& uρ nο4θn=¢Á9$# (#θè?#u uρ nο4θx.¢•9$# $ ¬Ηs>sù |= ÏGä.

ãΝÍκö� n=tã ãΑ$ tF É)ø9$# #sŒÎ) ×,ƒÌ�sù öΝåκ÷]ÏiΒ tβöθt±øƒs† } $ ¨Ζ9$# Ïπ u‹ô±y‚x. «!$# ÷ρr& £‰x© r& Zπ u‹ô±yz 4 (#θä9$s%uρ $ oΨ−/u‘

zΟ Ï9 |Mö6 tGx. $ uΖøŠn=tã tΑ$tF É)ø9$# Iωöθs9 !$ oΨs?ö� ¨zr& #’ n<Î) 9≅ y_r& 5=ƒ Ì� s% 3 ö≅ è% ßì≈ tF tΒ $ u‹÷Ρ‘‰9$# ×≅‹Î=s% äοt� ÅzFψ$#uρ

×�ö) yz ÇyϑÏj9 4’ s+?$# Ÿωuρ tβθßϑn=ôàè? ¸ξ‹ÏGsù ∩∠∠∪ )������� :��(

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:

"Tahanlah tanganmu (dari berperang), Dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah

zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari

mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada

Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan kami,

Mengapa Engkau wajibkan berperang kepada Kami? Mengapa tidak Engkau

tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu

lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia Ini Hanya sebentar dan akhirat itu lebih

baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”

Oleh karena itu, al-Quran melarang umat Islam menyerang suatu bangsa yang

tidak menunjukkan sikap permusuhan terhadap Islam. Di samping dapat memberikan

jaminan keselamatan, umat Islam harus selalu bersikap adil dan penuh hormat, belas

kasihan serta menjunjung harga diri. Seperti yang ditegaskan oleh Allah dalam al-

Quran bahwa tujuan mulia dari jihad atau perang yaitu menolak keganasan manusia

serta pemeliharaan hak-hak hidup agama samawi lainnya serta perlindungan terhadap

rumah-rumah ibadah.6

Prof. Dr. Marcel A. Boisard dalam bukunya “L’Humanisme De L’Islam”

menegaskan beberapa prinsip-prinsip fundamental dan sistem hukum Islam yang

6 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad sebagai Seorang Pemimpin Militer, Jakarta, Amzah,

2002, h. 306.

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

46

dapat diterapkan sebagai kaedah-kaedah dalam sengketa bersenjata antar negara atau

dalam suatu negara, secara ringkas dikemukakan sebagai berikut:

a) Dalam peperangan dilarang membuat ekses, pengkhianatan dan

ketidakadilan dalan segala bidang.

b) Dalam peperangan dilarang melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat

menyebabkan musuh menderita secara berlebihan seperti memberikan

hukuman-hukuman yang keji. Dan melakukan perbuatan penghancuran

yang sia-sia, khususnya pengrusakan tanaman-tanaman dan lain

sebagainya.

c) Dalam peperangan harus memberikan perlakuan yang berperikemanusiaan

terhadap tawanan-tawanan perang yang akan ditukar atau dibebaskan

secara sepihak, apabila perang sudah selesai dan tidak ada lagi tawanan

perang muslim di pihak musuh.

d) Dalam peperangan harus memberi perlindungan kepada penduduk sipil

dengan menghormati agama dan kebudayaan mereka. Untuk syariah Islam

membenarkan untuk menghukum orang yang melakukan pembunuhan

terhadap penduduk sipil.

e) Syariat Islam melarang segala bentuk tindakan yang dilakukan

bertentangan dengan ketentuan-ketentuan perjanjian damai yang telah

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

47

dibuat. Pakta perdamaian harus dipegang teguh sejauh pihak musuh masih

menghormati isi perjanjian damai tersebut.7

B. Bentuk-Bentuk Kejahatan Perang

1. Bentuk-bentuk Kejahatan Perang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-

Bangsa

Suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau dilarang

berdasarkan aturan-aturan hukum humaniter yang dilanggar atau berdasarkan

konsekuensinya bagi si pelaku. Beberapa tindakan tersebut melibatkan cara atau

metode peperangan yang dilarang (menurut “hukum Den Haag,” yaitu, hukum yang

berasal dari Konvensi-Konvensi Den Haag tahun 1899 dan 1907). Tindakan lainnya

adalah tindakan yang menyakiti orang-orang yang dilindungi—yang sakit dan

terluka, korban kapal karam atau rakyat sipil (menurut “hukum jenewa”, yaitu hukum

yang berasal dari Konvensi-Konvensi Jenewa).

Berikut bentuk-bentuk kejahatan perang:

a) Kejahatan perang pada jiwa dan raga, seperti pembunuhan; perlakuan

kejam dan penganiayaan kepada tawanan perang (termasuk eksperimen

medis); perkosaan; tindakan sengaja yang menyebabkan penderitaan berat

atau luka serius pada tubuh atau kesehatan; dan mutilasi.

7 L. Amin Widodo, Fiqih Siyasah dalam Hubungan Internasional, Yogyakarta, Tiara Wacana

Yogya, 1994, h. 69.

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

48

b) Kejahatan perang pada harta dan benda, seperti membakar hasil panen;

perampasan barang-barang publik atau harta milik pribadi; perusakan

pada kota-kota tanpa ada alasan; penghancuran tanpa kepentingan militer;

serangan atau pembombardiran terhadap kota yang tidak dipertahankan,

pemukiman, atau bangunan-bangunan; tindakan perusakan sengaja

dilakukan terhadap lembaga-lembaga kebudayaan tertentu.

c) Kejahatan perang pada kehormatan dan keadilan, seperti deportasi

penduduk sipil dalam wilayah yang telah diduduki; memaksa tahanan

perang atau penduduk sipil untuk masuk angkatan bersenjata dari

penguasa musuh; dengan sengaja menghilangkan hak tawanan perang

atau warga sipil yang dilindungi untuk mendapat pengadilan regular yang

adil; dan eksekusi tanpa pengadilan.

d) Kejahatan perang pada aturan dalam peperangan, seperti berlaku curang

dalam penggunaan lambang Palang Merah Internasional; penggunaan

senjata beracun atau senjata lain yang terhitung menyebabkan penderitaan

yang tidak seharusnya.

Akhirnya, pembentukan badan hukum kejahatan terhadap pelanggaran

tertentu dalam hukum perang tidak berarti pelaku kejahatan perang sebenarnya kan

dituntut. Ini tetap menjadi persoalan bagi negara-negara dan PBB serta organisasi

internasional lainnya. Konvensi Jenewa mewajibkan semua pihak untuk mencari dan

atau mengekstradisi atau mengadili seluruh tersangka pelaku pelanggaran berat dan

hukum internasional memberikan hak sah kepada negara-negara untuk menuntut

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

49

pelaku-pelaku kejahatan perang berdasarkan teori yuridiksi internasional. Sementara

beberapa negara beberapa kali menuntut pelaku kejahatan perang, contohnya

Pengadilan Amerika Serikat terhadap penyerang My Lai, dengan pola yang lebih

tidak begitu umum, meski ada kewajiban dari Konvensi Jenewa, biasanya sekedar

hukuman administratif belaka atau pengampunan. Pengadilan ad hoc untuk

Yugoslavia dan Rwanda memiliki yuridiksi terhadap kedua pelanggaran berat atas

Konvensi Jenewa dan kejahatan lain yang dilakukan dalam konflik tersebut dan ICC

akan mempunyai yuridiksi terhadap hampir semua kejahatan perang.8

2. Bentuk-bentuk Kejahatan Perang dalam Hukum Islam

Selain bentuk-bentuk kejahatan perang menurut Konvensi-Konvensi Jenewa,

berikut bentuk-bentuk kejahatan perang menurut Hukum Islam:

a) Membunuh atau memenggal kepala para tawanan perang, menjagal orang

dan binatang, membinasakan tanaman-tanaman dan menebangi pohon-

pohon dengan semena-mena.

b) Melakukan perbuatan-perbuatan pengkhianatan dan kecurangan.

Demikian juga dengan berbuat zina sekalipun terhadap wanita-wanita

tawanan perang.

c) Membunuh pihak-pihak musuh yang tidak ikut berperang termasuk

didalamnya seperti wanita, anak-anak, pelayan dan budak, orang-orang

8 Steven R.Ratner, Kategori Kejahatan Perang, dalam Roy Gutman & David Reff, ed.,

Kejahatan Perang yang Harus Diketahui Publik, t.t., Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Interviews

Europe, 2004, h. 462.

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

50

jompo/buta, orang-orang cacat badan, para pemuka agama, biarawan dan

biarawati, dan orang gila.

d) Membunuh para saudara pihak musuh sebagai tindakan pembalasan

meskipun sandera-sandera dari pihak Islam mungkin telah dibunuh oleh

pihak musuh.

e) Melakukan pembantaian missal setelah musuh dapat dikalahkan atau

setelah suatu daerah diduduki.

f) Membakar para tawanan perang, membunuh para petani dan pedagang

yang tidak ikut memerangi kaum muslimin.

g) Melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan musuh menderita secara

berlebihan.

h) Menggunakan senjata-senjata beracun, melakukan penghancuran dan

serangan membabi buta.

i) Melakukan perbuatan-perbuatan penghancuran yang tidak berarti, seperti

menghancurkan tempat-tempat ibadah, bangunan-bangunan pendidikan,

perpustakaan, benda-benda budaya dan sarana-sarana umum lainnya.

j) Agresi, atau serangan tanpa alasan yang dapat dibenarkan dan tanpa

pernyataan perang atau peringatan terlebih dahulu.9

9 Altaf Gauhar, Tantangan Islam, Alih Bahasa: Anas Mahyudin, Bandung, Pustaka, 1982, h.

230.

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

51

C. Perlakuan terhadap Tawanan Perang dan Penduduk Sipil

1. Tawanan Perang dan Penduduk Sipil dalam Hukum Humaniter

Internasional

Dalam Hukum Humaniter Internasional (HHI), ada dua jenis kelompok

komunitas yang dapat dikategorikan sebagai tawanan perang:

a) Tentara Reguler dan Kombatan Sejenis

Tentara regular (yang memenuhi syarat-syarat yang telah

ditetapkan oleh Hukum Humaniter Internasional seperti menghormati

hukum-hukum dan kebiasaan-kebiasaan perang) dapat menikmati jaminan

hukum yang telah ditetapkan bagi tawanan perang pada saat meninggalkan

peperangan dengan cara terpaksa seperti mengalami cidera, atau karena

keinginannya sendiri dengan membuang senjata. Kriteria ini juga

diberikan bagi angkatan perang regular yang tunduk pada suatu

pemerintahan atau kekuasaan yang tidak diakui oleh negara yang

menahan.

b) Kelompok Lain yang Dikategorikan Sebagai Tawanan Perang

Istilah tawanan perang juga berlaku bagi kelompok lain yang tidak

dianggap sebagai prajurit regular (kombatan), yaitu:

1) Orang-orang yang menyertai angkatan perang yang mencakup;

para pemasok perbekalan, anggota-anggota unit yang

bertanggungjawab atas kesejahteraan dan kenyamanan

angkatan perang, orang-orang sipil yang menjadi awak pesawat

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

52

terbang militer, wartawan atau koresponden perang, dengan

syarat mereka dibekali surat-surat pengesahan dan identitas

pribadi angkatan perang.

2) Anggota awak kapal pelayaran niaga, para taruna dan awak

pesawat terbang sipil dari pihak-pihak yang bersengketa yang

tidak menerima perlakuan yang menguntungkan menurut

ketentuan-ketentuan lain dalam hukum internasional.10

Dalam Konvensi Den Haag IV 1907 mengenai Hukum dan Kebiasaan Perang

di Darat, tawanan perang ialah mereka yang berada dalam kekuasaan pemerintah

musuh, bukan berada dalam kekuasaan individu atau kelompok-kelompok yang

menangkap mereka.11

Seluruh negara yang berperang diwajibkan memperlakukan

tawanan secara manusiawi, mengizinkan mereka menyimpan barang-barang pribadi,

beribadah, dan membebaskan petugas dari tugas-tugas yang berhubungan dengan

dinas militer.12

Serupa dengan Konvensi Den Haag, dalam Konvensi Jenewa tahun 1949 yang

disebut tawanan perang adalah tawanan negara musuh, bukan tawanan orang-orang

atau kesatuan militer yang telah menahan mereka. Negara penahan bertanggung

jawab atas perlakuan yang diberikan kepada mereka. Tawanan hanya dapat

dipindahkan oleh negara penahan ke suatu negara yang menjadi peserta konvensi.

10

Abdul Ghani A. Hamid Mahmud, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata dalam

Perspektif Hukum Humaniter Internasional dan Hukum Islam, t.t., Komite Internasional Palang

Merah: ICRC Delegasi Regional Indonesia, 2008, h. 24. 11

Konvensi Den Haag Iv 1907 Mengenai Hukum dan Kebiasaan Perang Di Darat, h. 6. 12

Suhartono, ed., Kejahatan Terhadap Kemanusiaan: Perjuangan untuk Mewujudkan

Keadilan Global, Jakarta, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2002, h. 215.

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

53

Sama halnya dengan Konvensi Den Haag, dalam konvensi ini para tawanan perang

harus diperlakukan dengan manusiawi. Setiap perbuatan yang bertentangan dengan

hukum, atau kelalaian negara penahan yang mengakibatkan kematian atau yang

membahayakan kesehatan seorang tawanan perang yang berada di bawah

pengawasannya adalah terlarang dan harus dianggap sebagai pelanggaran berat dari

Konvensi ini. Tawanan perang juga harus selalu dilindungi dari tindakan-tindakan

kekerasan, ancaman-ancaman dan penghinaan-penghinaan serta tontonan umum.

Tawanan perang dalam segala keadaan berhak mendapat penghormatan. Terutama

wanita harus mendapat perlakuan segala penghormatan yang patut diberikan dan

perlakuan sebaik-baiknya dari kaum laki-laki. Dan negara yang menahan tawanan

wajib menjamin pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang dibutuhkan oleh

keadaan kesehatan dengan cuma-cuma.13

Hukum Humaniter Internasional mewajibkan pihak-pihak yang bersengketa

untuk membedakan antara penduduk sipil dan kombatan. Istilah penduduk sipil

mencakup semua orang yang berstatus sipil. Yang dimaksud dengan orang sipil

adalah setiap orang yang tidak ikut berperang. Bila ada keraguan apakah seseorang

itu seorang sipil atau kombatan, maka ia harus dianggap sebagai orang-orang yang

berkerja sebagai penolong, wartawan dan pesonel organisasi pertahanan sipil.

Penduduk sipil akan menerima perlindungan umum dari berbagai serangan

militeryang bersifat defensif maupun ofensif di wilayah mana saja terjadi

13

Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-Konvensi Palang Merah Tahun 1949 mengenai

Perlindungan Korban Perang, Bandung, Binacita, 1986, h. 177.

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

54

penyerangan. Mereka tidak boleh menjadi sasaran serangan, mereka berhak mendapat

perlindungan menghadapi serangan yang diarahkan terhadap sasaran militer, orang-

orang sipil atau obyek-obyek sipil tanpa pembedaan.14

Pasal 3 Konvensi Jenewa cocok untuk melindungi semua pihak yang tidak

ikut berperang tapi terjebak didalamnya. Pasal ini secara khusus melarang

pembunuhan, penyiksaan, penawanan, pelanggaran atas harga diri seseorang dan

eksekusi di luar putusan pengadilan. Pasal ini juga berlaku untuk semua aksi gerilya,

polisional, atau militer yang dengan sengaja mengakibatkan korban atau mencederai

warga sipil atau tawanan. Ditegaskan pula, perlindungan harus diberikan pada

pengungsi, perempuan, anak, wartawan, serta siapa saja yang mendapat kartu

identitas dari pemerintahnya. Mereka dianggap warga sipil dengan tugas khusus

sepanjang tidak melakukan aksi yang bertentangan dengan status mereka (seperti

harus memiliki surat keterangan, tidak boleh memotret hanya dari satu sisi, tidak

memperbanyak informasi yang salah untuk menyudutkan satu pihak). Secara umum,

Pasal 3 memang hanya mewajibkan negara peserta untuk mengawasi hak asasi

manusia selama berlangsung konflik, sehingga bersifat netral terhadap konflik di

dalam suatu negara.15

14

Abdul Ghani, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata, h. 53 15

Suhartono, Kejahatan terhadap Kemanusian, h. 220

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

55

2. Perlindungan Tawanan Perang dan Penduduk Sipil dalam Hukum

Internasional

Tawanan perang bukan tawanan orang-perorang atau kesatuan-kesatuan

militer yang menahannya, tetapi mereka adalah tawanan dari negara musuh yang

berhasil menahannya. Negara yang melakukan penahanan berkewajiban menghormati

tawanan perang yang tunduk di bawah kekuasaannya dengan memberikan mereka

jaminan perlindungan dan perlakuan yang manusiawi. Tujuan penahan hanya sebatas

untuk mencegah pihak yang ditawan berada di suatu tempat yang memungkinnya

menerima gangguan atau ancaman, bukan dengan tujuan untuk membalas dendam.

Tindakan-tindakan yang keluar dari tujuan awal dianggap telah melanggar batas-batas

yang harus dihormati dalam suatu konflik bersenjata.16

Berikut perlindungan tawanan perang pada masa tahanan, antara lain:

a) Hak Mendapatkan Perlakuan Manusiawi

Pasal 13 Konvensi Jenewa III menyebutkan tentang kewajiban

memperlakukan tawanan perang dengan perlakuan yang manusiawi kapan

dan dalam kondisi apapun. Pasal ini melarang memperlakukan tawanan

dengan perlakuan yang dapat mengakibatkan kematian atau

membahayakan kesehatan.

b) Hak Kehormatan Martabat dan Harga Diri

Tawanan perang berhak atas kehormatan martabat dan harga

dirinya dan berhak mendapatkan hak-hak sipil yang mereka miliki pada

16

Abdul Ghani, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata, h. 27

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

56

saat mereka tertangkap sebagai tawanan dan hak. Hak-hak yang diberikan

harus sesuai dengan hukum yang berlaku di negara asal mereka bukan

berdasarkan hukum negara penahan. Mengenai tawanan wanita, mereka

juga harus diperlakukan dengan perlakuan yang baik dan terhormat

mengingat jenis kelamin mereka, perasaan mereka tidak boleh dinodai dan

tempat khusus bagi mereka harus disiapkan.

c) Hak Perawatan Medis

Pasal 15 dalam Konvensi Jenewa III mewajibkan negara yang

melakukan penahanan untuk memenuhi perawatan medis yang

menjadikan kebutuhan kondisi kesehatan para tawanan. Pada pasal 29

disebutkan bahwa negara penahan diharuskan untuk mengambil tindakan

dan prosedur kesehatan yang diperlukan untuk menjamin kebersihan,

kesehatan, sanitasi kamp-kamp tawanan perang, serta untuk mencegah

tersebarnya wabah dan penyakit-penyakit menular.17

d) Hak Melaksanakan Ritual Keagamaan

Dalam Konvensi Jenewa III dijelaskan bahwa diwajibkan bagi

negara yang melakukan penahanan agar memberikan kebebasan penuh

kepada para tawanan perang untuk melakukan kewajiban ibadah ritual

keagamaan mereka dengan syarat dapat memenuhi peraturan disiplin yang

ditentukan oleh penguasa-penguasa militer. Demikian pula, negara

17

Lihat Konvensi Jenewa III tahun 1949, pasal 15 dan pasal 29.

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

57

penahan berkewajiban menyediakan tempat-tempat yang memadai untuk

kelangsungan ritual-ritual keagamaan tersebut.18

Negara dapat mempekerjakan para tawanan perang dan tidak boleh berlebihan

serta tidak ada hubungannya dengan peperangan. Apabila pekerjaan dilakukan

dengan tujuan untuk pelayanan publik atau untuk kepentingan perorangan, maka

persyaratan-persyaratannya harus ditentukan dalam perjanjian dengan pihak penguasa

Militer. Tawanan perang harus tunduk pada hukum, aturan-aturan dan perintah resmi

dari pasukan bersenjata negara yang menangkap mereka. Tawanan perang dapat

dibebaskan sesuai dengan masa percobaan dan terikat dengan perjanjian. Tawanan

yang sudah dibebaskan dengan masa percobaan dan tertangkap kembali, maka

tawanan tersebut akan kehilangan haknya sebagai tawanan perang dan dapat diajukan

ke pengadilan.19

Sama halnya dengan tawanan perang, penduduk sipil juga perlu diberikan

perlindungan. Orang-orang sipil juga harus diperlakukan dengan perlakuan yang

manusiawi tanpa suatu pembedaan diskriminatif yang didasarkan atas jenis kelamin,

warna kulit, ras, agama atau kepercayaan, pandangan politik atau pandangan-

pandangan lainnya, asal kebangsaan dan sosial, kekayaan, keturunan, dan standar-

standar pembedaan serupa lainnya. Dalam kondisi apa pun, orang-orang sipil harus

menerima perlindungan berkaitan dengan kehormatan, kemuliaan, hak-hak keluarga,

18

Abdul Ghani, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata, h. 28 19

Konvensi Den Haag Iv 1907 Mengenai Hukum dan Kebiasaan Perang Di Darat, h. 6.

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

58

ideologi dan pelaksanaan ritual keagamaan serta adat istiadat dan tradisi. Tidak boleh

melakukan aksi-aksi perampokan, pencurian, atau penyiksaan terhadap mereka dan

harta benda milik mereka.

Semua pihak yang bertikai berkewajiban melakukan upaya-upaya yang

memudahkan pelacakan anggota-anggota keluarga yang tercerai berai sebagai akibat

sengketa bersenjata dengan tujuan menyatukan mereka kembali. Orang-orang sipil

yang berdomisili di salah satu wilayah pihak yang bersengketa atau dalam wilayah

yang diduduki salah satu pihak yang bersengketa, harus diperbolehkan

menyampaikan dan menerima kabar yang benar-benar bersifat pribadi kepada dan

dari keluarga mereka dimana pun berada.

Hukum Humaniter Internasional (HHI) menaruh perhatian khusus berkaitan

dengan perlindungan ekstra bagi para wanita dan anak-anak di tengah-tengah

berkecamuknya konflik bersenjata. HHI juga memberikan jaminan perlindungan bagi

warganegara asing yang tengah berada di wilayah salah satu pihak yang bertikai.

Warganegara asing tersebut diberi hak meninggalkan negara di tengah-tengah

terjadinya peperangan. Pemulangan harus disertai keterangan tentang status mereka

sebagai warga sipil yang harus dilindungi dalam situasi yang kondusif dari aspek

keamanan, kesehatan dan ketersediaan pangan.20

3. Tawanan Perang dan Penduduk Sipil dalam Hukum Islam

Dalam Islam, tawanan perang ialah orang kafir atau musyrik yang dalam

peperangan berhasil ditangkap oleh tentara Islam. Dalam fiqh, tawanan perang dapat

20

Abdul Ghani, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata, h. 53.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

59

dikelompokkan menjadi al-asra dan al-sabiyy. Al-asra adalah tawanan perang yang

berasal dari tentara musuh yang ikut berperang melawan tentara Islam. Sedangkan al-

sabiyy ialah anak-anak dan wanita musyrik yang berhasil ditangkap oleh tentara

Islam.21

Adapun yang dimaksud dengan tawanan perang dalam Hukum Islam adalah

kombatan dari kalangan orang-orang nonmuslim yang berhasil ditangkap hidup-hidup

oleh kaum muslim. Adapun yang dimaskud dengan kombatan dalam persperktif

Hukum Islam adalah mereka laki-laki yang mampu melakukan peperangan dan ikut

serta dalam aksi perlawanan/permusuhan terhadap negara muslim. Demikian pula

halnya kaum wanita, anak-anakm dan tokoh-tokoh agama yang berada di medan

pertempuran. Secara umum, orang-orang yang tidak ikut serta dalam aksi peperangan

dan aksi perlawanan harus diperlakukan seperti layaknya warga sipil, dan tidak

termasuk dalam kategori tawanan perang.22

4. Perlindungan Tawanan Perang dan Penduduk Sipil dalam Hukum Islam

Jaminan perlindungan tawanan perang berdasarkan prinsip-prinsip

kemanusiaan sebenarnya sangat jelas dikukuhkan oleh Hukum Islam. Oleh karena itu,

Islam telah memberikan jaminan perlakuan yang manusiawi terhadap tawanan

perang, serta menghormati hak dan kebebasan mereka sejak mereka jatuh dalam

kekuasaan kaum muslim, sampai para tawanan kembali ke negara dan keluarga

masing-masing. Dalam hukum Islam, tawanan perang tidak tunduk pada kekuasaan

21

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta, Gaya

Media Pratama, 2007, Cet.2, h. 262 22

Abdul Ghani, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata, h. 26

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

60

orang-perorang atau kesatuan militer yang menahan mereka. Tawanan perang hanya

tunduk terhadap kekuasaan pemerintahan Islam atau pejabat yang diberikan

wewenang untuk mengurus tawanan perang.23

Al-Quran menganjurkan kepada kaum Muslimin agar memberi bantuan-

bantuan apa saja yang paling baik yang dimiliki dan memperlakukan tawanan-

tawanan secara manusiawi. Seperti yang dicontohkan oleh para sahabat, mereka

bersedia mendahulukan kepentingan para tawanan daripada kepentingan pribadi.

Islam melarang keras melakukan pembunuhan, menyiksa atau melampiaskan dendam

terhadap tawanan. Tujuan para kaum Muslimin menahan para tawanan agar mereka

tidak turut serta kaum musyrikin lainnya untuk memerangi umat Islam.24

Ada

beberapa perlindungan dan hak tawanan perang yang ditetapkan dalam Islam, antara

lain:

a) Hak Tempat Tinggal Tawanan Perang

Dalam sejarah Islam, para tawanan perang yang berada di bawah

naungan pemerintahan Islam telah menikmati penempatan dan

penampungan yang baik selama masa tawanan berlangsung. Sejarah

mencatat bahwa seringkali Rasulullah saw. mendistribusikan

penampungan para tawanan perang di rumah-rumah kaum muslimin.

Tidak jarang juga ditempatkan di masjid sampai berakhirnya masa

penahanan. Memuliakan tawanan dapat diwujudkan dengan baik dengan

23

Ibid., h. 34 24

L. Amin Widodo, Fiqih Siyasah dalam Hubungan Internasional, Yogyakarta, Tiara

Wacana, 1994, h. 96.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

61

cara menyediakan tempat tinggal yang layak, disamping makan dan

minum, serta memberikan mereka perlakuan-perlakuan yang sesuai

dengan prinsip kemuliaan manusia yang dijunjung tinggi oleh Islam,

berdasarkan firman Allah SWT:

* ô‰s)s9uρ $ oΨøΒ§� x. û Í_t/ tΠyŠ#u öΝßγ≈ oΨù=uΗxquρ ’Îû Îh�y9 ø9$# Ì� óst7ø9$#uρ Νßγ≈ oΨø%y— u‘uρ š∅ÏiΒ ÏM≈ t7ÍhŠ©Ü9$#

óΟßγ≈ uΖù=�Òsùuρ 4’n? tã 9�) ÏVŸ2 ô£ϑÏiΒ $ oΨø)n=yz WξŠÅÒø�s? ∩∠⊃∪ )�� ����:��(

Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam,

kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], kami beri mereka

rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan

yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.”

b) Hak Pakaian

Rasulullah saw berpesan kepada para sahabatnya agar memuliakan

dan berbuat baik kepada tawanan yang berada di bawah kekuasaan kaum

muslim, dan jangan dibiarkan terlantar tanpa pakaian atau memakai

pakaian yang compang-camping. Dan karena Islam juga tidak

memperkenankan aurat yang seharusnya tertutup dilihat oleh orang lain.

c) Hak Bersatu dan Berkumpul dengan Keluarga

Para pakar hukum Islam sepakat berpendapat bahwa tawanan yang

masih kecil tidak boleh ditempatkan terpisah dengan ibunya. Kesepakatan

ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw., “Tidak boleh memisahkan

seorang ibu dengan anaknya”. Larangan pemisahan ini berlaku juga bagi

dua tawanan lelaki bersaudara atau dua tawanan wanita bersaudara. Jika

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

62

seorang anak dianggap dewasa, telah mencapai usia akil baligh,

diperbolehkan memisahkannya dari ibunya. Hal ini berdasarkan hadits

yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah bin al-Shamit bahwa Rasulullah saw.

bersabda25

:

“Tidak boleh memisahkan seorang anak kecil dengan ibunya”.

Lalu ada seorang sahabat yang bertanya, “Sampai usia berapa anak itu

tidak boleh berpisah dengan ibunya?”, Nabi saw. menjawab, “Sampai

seorang anak laki-laki mencapai akil baligh dan anak perempuan

mendapatkan haid”.

Dalam sejarah, Nabi tidak pernah memperlakukan tawanan perang dengan

kasar apalagi membunuhnya, kecuali hal-hal yang prinsip, seperti tawanan perang

melakukan tindak pidana (jarimah) atau sangat berbahaya apabila dibiarkan hidup,

sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi dalam kasus Perang Badr. Selain yang

dibunuh, masih banyak tawanan Perang Badr yang dibebaskan, bahkan tanpa

meminta tebusan dari mereka. Dan Nabi berpesan agar memperlakukan para tawanan

dengan sebaik-baiknya. Dalam Al-Quran, Allah juga mengajarkan memperlakukan

tawanan secara manusia:

tβθßϑÏèôÜãƒuρ tΠ$ yè©Ü9$# 4’ n?tã ϵÎm7ãm $ YΖŠÅ3 ó¡ÏΒ $ VϑŠ ÏK tƒuρ #·�)Å™r& uρ ∩∇∪ $ oÿ ©ςÎ) ö/ä3 ãΚÏèôÜçΡ

ϵô_ uθÏ9 «! $# Ÿω ߉ƒÌ�çΡ óΟä3ΖÏΒ [ !#t“ y_ Ÿωuρ #·‘θä3 ä© ∩∪ )�� ����:� ��(

Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,

anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan

kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki

balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”

25

Abdul Ghani, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata, h. 34

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

63

Dalam kasus Yahudi Bani Quraizhah, Nabi pernah membunuh tawanan

perang tapi dalam kasus ini bukan termasuk tawanan perang. Mereka ialah warga

negara Madinah yang terikat dengan Piagam Madinah untuk taat dan patuh kepada

Nabi serta mendapat perlindungan dari Nabi. Akan tetapi mereka mengingkari isi

perjanjian dan melakukan tindakan makar ingin menggulingkan Nabi dan

bekerjasama dengan kaum kafir Mekkah. Mereka bersekongkol membantu tentara

sekutu (ahzab). Oleh karena itu, Nabi mengambil tindakan membunuh mereka bukan

sebagai tawanan tapi sebagi kaum pemberontak yang melakukan penghianatan. Dan

ini sesuai dengan penghukuman bagi kaum bughah dan pelaku makar.26

Setelah selesai pertempuran, sesuai dengan yang tersurat dalam Surat

Muhammad ayat 427

, penguasaan negeri Darus Salam dalam mengambil sikap

terhadap para tawanan yaitu membebaskan tawanan tanpa syarat atau menukarkan

tawanan dengan tebusan. Membebaskan tawanan tanpa syarat, berarti mengampuni

atau membebaskan tawanan tanpa syarat tebusan apapun. Hal ini dilakukan apabila

tawanan sudah tidak lagi memiliki harta apapun untuk menebusnya. Melakukan

penukaran tawanan dengan tebusan, kadang dilakukan dengan menukar tawanan

kaum muslimin dengan tawanan musuh atau tawanan ditebus dengan harta sampai ia

26

Iqbal, Fiqh Siyasah, h. 263. 27

“Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) Maka pancunglah

batang leher mereka. Sehingga apabila kamu Telah mengalahkan mereka Maka tawanlah mereka dan

sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir.

Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah

hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. dan orang-orang yang syahid pada

jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.”

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

64

bebas. Pernah Rasulullah saw membebaskan tawanan dengan memberikan syarat

pada setiap tawanan harus menebus dirinya dengan mengajar membaca dan menulis

sepuluh anak-anak muslim.28

Banyak pesan Rasulullah dan sahabat besar seperti Abu Bakar dan Umar bin

Khattab yang dapat dijadikan petunjuk dan ketentuan-ketentuan jihad dalam Islam,

khususnya yang berkaitan dengan perlakuan terhadap tawanan. Pesan-pesan Abu

Bakar yang diriwayatkan Imam Ahmad menyatakan dari sahabat Yahya bin Sa’ad

bahwa Abu Bakar pernah menngirimkan pasukan ke Syam, kemudian mengangkat

Yaziu bin Abu Sofyan sebagai Amir Syam. Pesan beliau kepada Yahya bin Sa’ad

yaitu:

a. Janganlah engkau bunuh wanita-wanita, anak-anak dan orang-orang yang

sudah tua.

b. Jangan kamu tebangi pohon-pohon yang sedang berbuah dan kurma-

kurma.

c. Jangan engkau rusak dan membakar bangunan-bangunan.

d. Jangan engkau bunuh domba-domba dan sapi-sapi kecuali untuk dimakan.

e. Jangan engkau menjadi pengecut dan pendendam.

Umar bin Khattab pernah juga berpesan seperti yang diucapkan Abu Bakar

As-Shiddieqy dan pesan-pesan Rasulullah SAW dan juga pesan Khulafa ar-Rasyidin

lainnya.29

28

Widodo, Fiqih Siyasah, h. 96. 29

Ibid., h. 98

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

65

D. Sanksi Kejahatan Perang

1. Sanksi dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Ketika Perang Dunia I pecah, seluruh aturan perang dilanggar dengan sengaja.

Para penjahat perang, bahkan dari pihak Jerman yang kalah perang, lolos dari

hukuman. Tahun 1921 pengadilan di Jerman memang mengadili kasus yang dikenal

dengan sebutan the Llandovery Castle, yakni pengadilan terhadap tentara yang

membantai nelayan-nelayan tak bersenjata setelah kapal mereka ditenggelamkan.

Pembelaan para tersangka bahwa operasi dijalankan dengan dalih perintah atasan

tidak dapat diterima pengadilan. Menurut pengadilan, perintah yang diterima para

prajurit tersebut secara universal sudah diketahui melanggar hukum.30

Sesuai pasal-pasal dalam empat konvensi yang mengatur represi terhadap

penyalahgunaan dan pelanggaran, salah satunya pasal 4931

:

1. Mewajibkan pihak-pihak penandatanganan untuk mengadakan tindakan

legislative, yaitu menetapkan undang-undang yang mengatur pemberian

sanksi pidana efektif terhadap orang-orang, baik yang melakukan maupun

yang memerintahkan untuk melakukan pelanggaran berat.

2. Mengatur kewajiban negara penandatangan untuk mencari dan mengadili

orang-orang yang telah melakukan atau memerintahkan untuk melakukan

sesuatu pelanggaran berat, tanpa memperhatikan kebangsaannya. Dan

30

Suhartono, ed., Kejahatan Terhadap Kemanusiaan: Perjuangan untuk Mewujudkan

Keadilan Global, Jakarta, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2002, h. 216. 31

Lihat Geneva Convention I.

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

66

mengatur kemungkinan diadakannya ekstradisi yang harus dipenuhi

beberapa syarat, yaitu:

a) Adanya suatu pelanggaran berat yang nyata (prima facie case).

b) Adanya ketentuan dalam perundang-undangan nasional mengenai

penyerahan orang-orang yang melanggar Konvensi Jenewa 1949.

c) Adanya perjanjian (ekstradisi) dengan negara yang bersangkutan.

3. Pihak penandatangan harus mengambil tindakan-tindakan yang perlu

untuk memberantas segala perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan

konvensi.

4. Mengatur jaminan bagi tertuduh agar mendapat perlakuan yang wajar

pada waktu ia diadili. Jaminan tersebut tidak boleh kurang dari jaminan

yang terdapat dalam artikel 105 Konvensi III yang berbunyi32

:

Tawanan perang berhak akan bantuan salah seorang kawan

tawannya, pembelaan seorang pembela atau pengacara yang

cakap pilihannya sendiri, memanggil saksi-saksi dan apabila

dianggap perlu, jasa-jasa seorang penerjemah yang cakap. Ia

harus diberitahukan tentang hak-haknya itu oleh negara

penahan pada waktunya sebelum peradilan dimulai.

Pelanggaran tersebut tidak saja yang mencakup pelanggaran terhadap Pasal 3

dalam era perang saudara, namun meliputi kejahatan berikut jika dilakukan dalam

konflik internasional33

:

pembunuhan dengan sengaja, penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi,

termasuk eksperimen biologis yang secara sengaja menyebabkan penderitaan

32

KGPH. Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,

2007, h. 108. 33

Suhartono, ed., Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, h. 222.

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

67

yang hebat atau cidera serius pada tubuh atau kesehatan seseorang,

penghancuran meluas atas hak milik seseorang, yang tidak dilakukan demi

keperluan militer dan dilakukan tanpa alasan dan tanpa pengakuan yang sah.

Kejahatan yang paling berat menghasilkan hukuman yang paling berat, sesuai

dengan perjanjian-perjanjian hak asasi manusia. Pasal 7734

menyatakan bahwa

hukuman bagi pelanggaran terburuk adalah hukuman penjara seumur hidup. Sebagai

tambahan, tertuduh mungkin akan dikenakan denda dan harta milik serta asset yang

diperoleh terdakwa karena melalukan kejahatan. Pasal 109 menyatakan negara-negara

pihak harus bekerja sama dalam pembekuan dan penyitaan aset yang berada dalam

yuridiksi mereka.35

2. Sanksi dalam Hukum Islam

Hukum Islam telah meletakkan kaedah-kaedah yang tegas dalam semua aspek

kehidupan yang tidak boleh dilanggar. Kaedah-kaedah Hukum Islam ini memiliki

keunggulan yang menjadikannya terlihat unik dibandingkan dengan hukum positif

secara umum, dimana pelanggaran terhadap kaedah-kaedah tersebut dapat

mengakibatkan dua sanksi; sanksi duniawi yang akan diberlakukan suatu pemerintah

muslim, dan sanksi ukhrawi yang akan diterima pada Hari Kiamat kelak.36

Hukum

pidana Islan dalam syariah atau fikih disebut dengan jinayah atau jarimah. Secara

umum, hukum pidana dalam syariah terdiri dari tiga: pertama, qishash, yaitu

34

Lihat Rome Statute Of The International Criminal Court,17 July 1998. 35

Suhartono, ed., Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, h. 439. 36

Abdul Ghani A. Hamid Mahmud, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata dalam

Perspektif Hukum Humaniter Internasional dan Hukum Islam, t.t., Komite Internasional Palang

Merah: ICRC Delegasi Regional Indonesia, 2008, h. 5

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

68

hukuman balas yang sebanding dengan tindak pidana yang dilakukan. Jenis hukuman

ini berlaku terutama tindak pidana pembunuhan disengaja yang bentuk hukuman bagi

pelakunya adalah hukuman mati. Kedua, hudud, yaitu hukuman yang ketetapannya

sudah ditentukan dalam al-Quran dan Hadits. Ada banyak bentuk hudud dalam

syariah, yaitu hukum potong tangan bagi tindak pencurian yang barang curiannya

senilai dengan 93,6 gram emas; hukum cambuk 100 kali bagi pezina gadis dan

bujangan; rajam (dilempari dengan batu hingga mati) bagi tindak perzinahan yang

dilakukan oleh duda, janda, atau seorang berstatus menikah; hukuman cambuk 40/80

kali bagi tindak pidana meminum minuman beralkohol; hukum cambuk 80 kali mati

bagi tindak menuduh zina orang baik-baik; dan hukuman mati bagi tindak pidana

murtad. Ketiga, ta’zir, yaitu hukuman yang bentuknya ditentukan oleh ijtihad hakim,

karena tidak dijelaskan oleh al-Quran dan Hadits.37

Sanksi-sanksi kejahatan perang menurut Hukum Islam, ialah:

1. Sanksi Melanggar Perjanjian

Firman Allah swt,

Ÿω tβθç7è%ö� tƒ ’Îû ?ÏΒ ÷σãΒ ~ωÎ) Ÿωuρ Zπ ¨ΒÏŒ 4 š�Í× ¯≈ s9'ρé&uρ ãΝèδ šχρ߉tG÷èßϑø9$# ∩⊇⊃∪ βÎ*sù

(#θç/$s? (#θãΒ$ s%r& uρ nο4θn=¢Á9$# (#âθs?#u uρ nο4θŸ2“9$# öΝä3çΡ≡ uθ÷zÎ*sù ’Îû ǃÏe$!$# 3 ã≅Å_Áx�çΡuρ

ÏM≈tƒ Fψ$# 5Θ öθs)Ï9 tβθßϑn=ôètƒ ∩⊇⊇∪ )�������:�����(

37

Sukron Kamil, ed., Syariah Islam dan HAM: Dampak Perda Syariah terhadap Kebebasan

Sipil, Hak-hak Perempuan, dan Non-Muslim, Jakarta, Center fot the Study of Religion and Culture

(CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 89.

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

69

Artinya: “Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-

orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. dan mereka

Itulah orang-orang yang melampaui batas. Jika mereka bertaubat,

mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah

saudara-saudaramu seagama. dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi

kaum yang Mengetahui.”

Dari ayat al-Quran ini dapat ditarik kesimpulan bahwa orang

Muslim harus melancarkan perang terhadap orang yang melanggar

perjanjian yang telah dibuat. Sebagaimana Rasulullah saw memerangi

pihak musuh yang melanggar perjanjian dengan beliau, seperti kasus

Yahudi bani Qainuqa, Yahudi bani Nadhir, Yahudi bani Quraidhoh dan

pelanggaran perjanjian oleh Bani Bakr (sekutu Quraisy) terhadap Bani

Khuza’ah (sekutu Rasulullah). 38

2. Sanksi Spionase

Pendapat Imam Malik adalah menta’zir seorang mata-mata

Muslim dengan hukuman mati (sebagian pengikut Ahmad bin Hambal

menyepakatinya). Sebagian pengikut Imam Syafi’I juga menyebutkan hal

itu. Sedangkan pendapat Imam Abu Hanifah adalah menjauhkan para

imam dari hukum ta’zir ke hukuman mati. Boleh menta’zir untuk maslahat

seperti membunuh pembunuh karena hal tersebut setimpal.

Al-Qadhi Abu Yusuf, pengikut Abu Hanifah (dalam Kitab Al-

Kharraj) berkata, “Aku bertanya pada Amirul Mukminin tentang beberapa

38

Afzalur Rahman, Nabi Muhammad sebagai Seorang Pemimpin Militer, t.t., Amzah, 2002,

cet 1, h. 322.

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

70

mata-mata yang termsuk ahlu-dzimmah, atau dari golongan yang

diperangi atau dari golongan Muslim”. Beliau menjawab, “Apabila

mereka dari golongan (kafir) yang diperangi atau dari golongan (kafir)

yang dilindungi dari Yahudi dan Nasrani atau dari Majusi yang

membayar jizyah, maka pancunglah mereka. Apabila mereka dari

pemeluk Islam yang dikenal, maka beratkanlah hukuman mereka dan

penjarakan yang lama sampai mereka bertaubat.”

Dalam kasus mata-mata terhadap umat Islam dan membocorkan

rahasia pada pihak musuh, hukuman yang dijatuhkan tidak sampai

dibunuh, tetapi Syafi’I dan Malik meminta imam untuk menghukumnya.

Awza’I menyarankan hukuman pembelangan atau siksaan fisik.

Sedangkan Abu Hanifa memerintahkan untuk diperjara sampai orang

tersebut menyesali perbuatannya. Aturan yang sama diterapkan pada

mata-mata dari golongan Ahli kitab.39

39

Majid Khadduri, War and Peace in the Law of Islam, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002,

h. 88.

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

71

BAB IV

ANALISA HUKUM ISLAM MENGENAI KEJAHATAN PERANG

DALAM KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA

A. Hak-Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang telah dipunyai oleh semua

orang sesuai dengan kondisi yang manusiawi.1 Hak yang melekat pada diri manusia

yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus

dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara.2 Hak

asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal.

Dalam Islam seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang

tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu,

hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka

negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan

mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.3

Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi

setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan

1 Adam Kuper dan Jesicca Kuper, Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I,Rajawali Pers,

Jakarta, 2000, h. 464 2 Abdul Rozak, ed., Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi

MAnusia dan Masyarakat Madani, Cet ke II, Jakarta, ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, h.

200. 3 MAhfudz Shiddiq, Hak Asasi Manusia, http://www.angelfire.com, di akses pada tanggal 20

maret 2011.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

72

non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara

diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini. Dari sinilah kaum

muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar

zakat.

Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini dari pihak

individu. Sebab pemerintah mempunyai tugas sosial yang apabila tidak dilaksanakan

berarti tidak berhak untuk tetap memerintah. Allah berfirman4:

tÏ% ©!$# βÎ) öΝßγ≈ ¨Ψ©3Β ’Îû ÇÚö‘F{ $# (#θãΒ$s%r& nο4θn=¢Á9$# (#âθs?#u uρ nο4θŸ2“9$# (#ρã� tΒ r&uρ Å∃ρã� ÷èyϑø9$$ Î/

(#öθyγtΡuρ Çtã Ì� s3Ζßϑø9$# 3 ¬!uρ èπ t6É)≈ tã Í‘θãΒ W{ $# ∩⊆⊇∪ )�����:�( Artinya: "Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya di muka bumi,

niscaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf

dan mencegah perbuatan munkar. Dan kepada Allah-lah kembali semua urusan."

(QS. Al-Hajj ayat (41))

Pelanggaran hak asasi manusia merupakan ancaman besar terhadap

perdamaian, keamanan dan stabilitas suatu negara. Oleh beberapa ahli mendefinisikan

pelanggaran hak asasi manusia itu sebagai suatu “pelanggaran terhadap kewajiban

negara yang lahir dari instrumen-instrumen internasional hak asasi manusia”.

Pelanggaran negara terhadap kewajibannya dapat dilakukan baik dengan

perbuatannya sendiri (acts of commission) maupun oleh karena kelalaiannya sendiri

(acts of ommission). Dalam rumusan yang lain, pelanggaran hak asasi manusia adalah

“tindakan atau kelalaian oleh negara terhadap norma yang belum dipidana dalam

4 Ibid., h. 2.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

73

hukum pidana nasional tetapi merupakan norma hak asasi manusia yang diakui secara

internasional”.5

Konsep tanggung jawab negara dalam hukum hak asasi manusia internasional,

ialah tanggung jawab yang timbul sebagai akibat dari pelanggaran terhadap

kewajiban untuk melindungi dan menghormati hak asasi manusia oleh negara.

Kewajiban yang dimaksud ialah kewajiban yang lahir dari perjanjian-perjanjian

internasional hak asasi manusia, maupun dari hukum kebiasaan internasional

(international customary law), khususnya norma-norma hukum kebiasaan

internasional yang memiliki sifat jus cogens.6

Sepanjang sejarah, telah diketahui selama berlangsungnya peperangan banyak

sekali terjadi pelanggaran hak-hak individu dan masyarakat yang mendatangkan

kerugian dan penderitaan bagi kedua belah pihak yang berperang.7 Kejahatan perang

yang terjadi seperti pembunuhan yang disengaja, penyiksaan, eksperimen medis,

membunuh wanita, anak-anak dan orang-orang cacat serta masih banyak lagi

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.8

Begitu banyak pelanggaran yang dilakukan dalam perang, baik pelanggaran

terhadap hukum perang maupun terhadap hak asasi manusia. Dan hal tersebut

bertolak belakang dengan apa yang diatur dalam Hukum Islam dan Deklarasi

5 C. de Rover, To Serve and to Protect , International Committee of the Red Cross, 1988, hlm.

455. 6 Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi, ed., Hukum Hak Asasi Manusia,

Yogyakarta, PUSHAM UII, 2008, h. 77 7 Soedjono D. Soekamto, Kriminologi Suatu Pengantar, Bandung, Ghalia Indonesia, 1986,

cet. Ke-II, h. 21. 8 Altaf Gaufar, Tantangan Islam, Alih Bahasa: Anas Mahyudin, Bandung, Pustaka, 1982, h.

230.

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

74

Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Contohnya, dalam DUHAM pasal 3 dan 5,

menjelaskan bahwa setiap manusia berhak atas kehidupannya, mendapatkan

kemerdekaan dan keamanan pribadi. Dan tidak seorangpun bisa menyiksa atau

menghukum secara keji, tidak manusiawi bahkan merendahkan martabatnya sebagai

seorang manusia yang merdeka.9

Sependapat dengan DUHAM, dalam hukum Islampun tidak mengakui

pelanggaran yang dirincikan di atas jelas adalah perbuatan yang mulia. Kejahatan

perang merupakan hal yang sangat tidak diinginkan terjadi. Dan ini melanggar hak-

hak manusia yang dilindungi dalam Islam, yaitu:

1. Hak Hidup

Hak untuk memelihara jiwa atau hak untuk hidup merupakan suatu yang

paling pokok dan mendasar bagi manusia. Hak ini harus ada dan setara bagi setiap

manusia tanpa melihat perbedaan-perbedaan yang ada diantara sesama manusia.

Tidak ada seorang atau sekelompok manusia yang hak hidupnya lebih diprioritaskan

dari hak hidup seseorang atau sekelompok manusia yang lainnya.10

Perlindungan hukum Islam terhadap hak hidup manusia dapat dilihat dari

ketentuan-ketentuan syariah yang melindungi dan menjunjung tinggi darah dan

nyawa manusia, melalui larangan membunuh, ketentuan qishash, dan larangan bunuh

9 Lihat Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Pasal 3 dan 5.

10 Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta, Logos, 2004, h. 23.

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

75

diri. Membunuh adalah dosa besar yang diancam dengan balasan neraka, sesuai

firman Allah SWT dalam al-Maidah ayat (32)11

:

tΒuρ ö≅çF ø)tƒ $YΨÏΒ ÷σãΒ #Y‰ÏdϑyètG•Β …çνäτ !#t“yfsù ÞΟ ¨Ψyγy_ #V$ Î#≈ yz $ pκ'Ïù |=ÅÒxîuρ ª! $# ϵø‹ n=tã … çµuΖyès9uρ

£‰tãr& uρ …çµ s9 $ ¹/#x‹tã $VϑŠÏà tã ∩⊂∪ )���� ��:��(

Artinya: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka

balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan

mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”

Ayat ini mengajarkan kesamaan nilai jiwa setiap manusia. Penghilangan jiwa

seseorang tanpa alasan yang dibenarkan berarti tidak menghargai nilai jiwa setiap

manusia dan itu sama artinya dengan membunuh kesucian dan kehormatan jiwa

seluruh manusia. Sebaliknya, pemeliharaan kepada satu jiwa manusia berarti

pemeliharaan terhadap nilai, kesucian, dan kehormatan jiwa manusia secara umum

sehingga dapat diartikan sebagai pemeliharaan terhadap jiwa manusia seluruhnya.

Firman Allah lainnya dalam surat Al An’am ayat (151):

Ÿωuρ (#θè=çGø)s? š[ø�Ζ9$# ÉL©9$# tΠ§� ym ª! $# �ωÎ) Èd,ysø9$$ Î/ ....)������ :�(

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.”

Ayat ini mempertegas keberadaan dan ketinggian nilai hak hidup setiap

manusia. Tidak dibenarkan menghilangkan nyawa orang atas dasar alasan-alasan

subyektif. Menghilangkan nyawa seseorang hanya dapat dilakukan atas alasan-alasan

11

T. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Islam dan Hak Asasi Manusia, Semarang, PT. Rizki

Putra, 1999, h. 40.

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

76

obyektif, yaitu alasan-alasan yang dibenarkan oleh Allah swt sebagai pencipta dan

pemberi hak hidup seluruh manusia.12

Ketentuan qishash merupakan kolerasi dari larangan membunuh. Qishash

adalah sanksi hukum kejahatan terhadap diri dan jiwa orang lain. Qishash ini

diwajibkan oleh Allah terhadap pembunuhan yang disengaja, mewajibkan diyat dan

fidyah dalam hal yang tak sengaja. Dan sebagai pencegahan, untuk memelihara

kelangsungan hidup manusia yang adil, aman dan tentram. Pengaturan mengenai

qishash ini dituangkan dalam surah al-Baqarah ayat (178):

$ pκš‰r' ¯≈ tƒ tÏ%©!$# (#θãΖtΒ#u |= ÏGä. ãΝä3ø‹n=tæ ÞÉ$|ÁÉ)ø9$# ’Îû ‘n=÷F s)ø9$# ( ”� çtø: $# Ìh�çtø: $$ Î/ ߉ö6 yèø9$#uρ ωö7 yèø9$$ Î/

4 s\ΡW{ $#uρ 4s\ΡW{ $$ Î/ 4 ôyϑsù u’ Å∀ãã …ã& s! ôÏΒ ÏµŠÅzr& Ö ó x« 7í$t6 Ïo?$$ sù Å∃ρã� ÷èyϑø9$$ Î/ í!#yŠr& uρ ϵø‹ s9Î) 9≈|¡ômÎ*Î/ 3 y7 Ï9≡ sŒ ×#‹Ï�øƒrB ÏiΒ öΝä3În/§‘ ×π yϑômu‘uρ 3 Çyϑsù 3“ y‰tGôã$# y‰÷èt/ y7Ï9≡ sŒ … ã& s#sù ë>#x‹ tã ÒΟŠÏ9r& ∩⊇∠∇∪

) ��������:��(

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan

dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba

dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu

pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara

yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi

ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari

Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,

Maka baginya siksa yang sangat pedih”.

Islam melarang semua bentuk pembunuhan kecuali yang dilakukan

berdasarkan hukum. Selama perang dan pemberontakan, hanya pemerintah yang sah

12

Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam, h. 24.

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

77

dan bijaksana, yang mengikuti syariah, yang dapat memutuskan pembenaran

pencabutan nyawa.

Islam mengharamkan tindakan bunuh diri untuk menjamin hidup,

sebagaimana sabda Nabi saw13

:

“Barang siapa yang menerjunkan dirinya dari suatu bukit, maka dia kekal

dalam neraka jahanam. dan barang siapa menegak racun lalu mati, maka racunnya

tetap berada ditangannya yang akan diteguknya dalam api neraka jahanam, dia

kekal didalamnya. dan barang siapa membunuh diri dengan sepotong besi, maka besi

itu tetap berada ditangannya, dan akan ditusuk-tusuk perutnya dengan besi itu dalam

neraka jahanam dan dia kekal didalamnya”.

Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam Tahun 1990

mengatur tentang hak hidup dalam pasal 2 yang berbunyi:

a) Kehidupan adalah berkah Tuhan dan hak untuk hidup dijamin bagi setiap

ummat manusia, dan ngara-negara untuk melindungi hak-hak ini dari

setiap pelanggaran apapun dan dilarang untuk mencabut kehidupan

kecuali berdasarkan syariat.

b) Dilarang untuk memilih jalan yang dapat mengakibatkan pemusnahan

missal suatu bangsa.

c) Perlindungan kehidupan manusia sampai akhir masa merupakam

kehendak Tuhan dan suatu kewajiban yang ditetapkan syariat.14

13

Hasbi Ash Shiddieqy, Hak Asasi Manusia, , h. 40. 14

Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam, h. 25.

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

78

2. Hak Kebebasan Beragama

Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM, termasuk

didalamnya kebebasan menganut agama sesuai keyakinannya. Oleh karena itu, Islam

melarang keras adanya pemaksaan keyakinan agama kepada orang yang telah

menganut agama lain. Seperti yang dijelaskan dalam surah al-Baqarah ayat (256):

Iω oν#t� ø.Î) ’Îû ÈÏe$!$# ( ‰s% t ¨ t6? ߉ô©”�9$# z ÏΒ Äc xöø9$# 4 yϑsù ö�à�õ3tƒ ÏNθäó≈ ©Ü9$$ Î/ -∅ÏΒ ÷σãƒuρ

) �����:���(

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. ”

Kemerdekaan beragama terwujud dalam bentuk-bentuk yang meliputi:

a) Tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu

atau paksaan untuk menanggalkan agama yang telah diyakininya.

b) Islam memberikan kekuasaan kepada orang-orang Ahli Kitab untuk

melakukan apa yang menjadi hak dan kewajiban atau apa saja yang

dibolehkan selama tidak bertentangan dengan hukum Islam.

c) Islam menjaga kehormatan Ahli Kitab, bahkan lebih dari itu mereka

diberikan kemerdekaan untuk mengadakan perdebatan dan bertukat

pikiran serta pendapat dalam batasan-batasan etika perdebatan serta

menjauhkan kekerasan dan pemaksaan. 15

15

Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut Al-Quran, Jakarta, PT. al-Husna Zikra, 1995, h.

32

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

79

3. Hak atas Keadilan

Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan disiplin mutlak

untuk menegakkan kehormatan manusia. Dalam hal ini ada ayat al-Quran dalam surat

al-Nahl ayat (90) mengajak untuk menegakkan keadilan:

* ¨βÎ) ©! $# ã� ãΒ ù' tƒ ÉΑô‰yèø9$$ Î/ Ç≈|¡ômM}$#uρ Ç›!$ tGƒ Î)uρ “ ÏŒ 4†n1ö� à)ø9$# 4‘sS÷Ζtƒ uρ Çtã Ï !$ t±ósx�ø9$#

Ì� x6Ψßϑø9$#uρ Ä øöt7ø9$#uρ 4 öΝä3Ýà Ïètƒ öΝà6¯=yès9 šχρã�©.x‹ s? ∩⊃∪ ) !�"��:#$(

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran.”

Keadilan adalah hak setiap manusia dan menjadi dasar bagi setiap hubungan individu.

oleh karena itu, merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada

penguasa yang sah, dengan menjadi kewajiban bagi para pemimpin atau penguasa

untuk menegakkan keadilan dan menberikan jaminan keamanan yang cukup bagi

warganya.

4. Hak Persamaan

Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak diantara

manusia tanpa memandang warna kulit, ras, atau kebangsaan, melainkan

menjadikannya realitas yang penting. Al-Quran menjelaskan mengenai persamaan

manusia dalam surat al-Hujarat ayat (13):

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

80

$ pκš‰r' ¯≈ tƒ â¨$ ¨Ζ9$# $ΡÎ) /ä3≈ oΨø)n=yz ÏiΒ 9� x.sŒ 4 s\Ρé& uρ öΝä3≈ oΨù=yèy_uρ $ \/θãèä© Ÿ≅Í←!$ t7 s%uρ (#þθèùu‘$ yètGÏ9 4 ¨βÎ)

ö/ä3tΒ t� ò2r& y‰ΨÏã «! $# öΝä39 s)ø?r& 4 ¨βÎ) ©!$# îΛ Î=tã ×8G Î7yz ∩⊇⊂∪ )%��&��:�(

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Adanya pengakuan terhadap persamaan dalam Islam juga mencakup

persamaan didepan hukum. Islam memberikan kepada umatnya hak atas kedudukan

yang sama dihadapan hukum, artinya setiap manusia mempunyai hak-hak dan

kewajiban-kewajiban yang sama. Dengan demikian, setiap orang harus diperlakukan

dan diberikan sanksi yang sama dalam menjalankan suatu hukum.

5. Hak Kepemilikan

Islam menjamin hak kepemilikin yang sah dan mengharamkan penggunaan

cara apapun untuk mendapatkan hak orang lain yang bukan haknya. Firman Allah

swt yang artinya, “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu

Mengetahui.”16

16

Ibid., h. 64.

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

81

B. Analisa Kejahatan Perang Menurut Hukum Islam

Pengertian dan model perang dalam Islam dapat merujuk pada informasi atau

sejarah perang yang dilakukan oleh Nabi dan sahabatnya. Peperangan dalam zaman

Nabi Muhammad merupakan sebuah lembaran yang pertama kali berhasil

mereformasi dari perang yang tidak beradab menjadi perang yang beradab dengan

menetapkan kode etik yang berdasarkan perikemanusiaan dan keberadaban. Nabi

Muhammad menetapkan kaidah-kaidah dalam berperang, seperti melarang

membunuh orang yang tidak ikut dan tidak aktif dalam peperangan, atau yang biasa

disebut non-combatant, serta melarang menghancurkan sumber penghidupan.

Disamping pengaturan kepada etika dalam perang, Nabi juga menganjurkan untuk

memperlakukan tawanan perang dengan manusiawi.17

Islam merupakan agama perdamaian yang menuntun kaum muslim untuk

bekerja demi terwujudnya perdamaian yang hakiki. Perang dalam Islam berpijak pada

prinsip perang yang adil (bellum justum) berdasarkan perintah Allah SWT yang

terdapat dalam al-Quran, Hadits dan sumber-sumber Hukum Islam tentang

perlindungan terhadap para tawanan perang secara manusiawi, adil dan kesetaraan.

Para pemikir barat menyatakan Hukum Islam lebih manusiawi dalam memberikan

perlindungan terhadap para tawanan perang.18

Menurut teori Hukum Islam, maksud perang bukanlah memperoleh

kemenangan atau harta benda musuh, tetapi terutama menjalankan kewajiban yaitu

17

http://adakabarapa.wordpress.com, diakses pada tanggal 20 Maret 2011 18

Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, Alih Bahasa: Samson Rahman, (Jakarta: Pustaka al-

Kautsar,2000), cet.I, hal. 19

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

82

berjihad dengan jalan yang ditunjukkan Allah, supaya agama Islam menjadi agama

universal. Dengan begitu, maka kepada umat Islam yang berjihad dianjurkan supaya

menghindarkan pertumpahan darah yang berlebihan dan jangan merusak harta benda.

Jika hal itu tidak diperlukan untuk mencapai maksudnya.

Para ahli hukum bersepakat, bahwa mereka yang turut serta bertempur, seperti

perempuan, anak-anak, pendeta dan pertapa, orang tua/lansia, buta dan sakit jiwa

tidak boleh dianiaya. ‘Abdullah ibn Umar menerangkan:

“Bahwasanya seorang perempuan dijumpai telah mati terbunuh dalam salah

satu peperangan Nabi saw. Maka Rasul sangat tidak membenarkan orang

membunuh wanita dan anak-anak”(Muslim 22:8)

Para ulama sependapat menetapkan, bahwa haram untuk membunuh wanita

dan anak-anak dalam penyerangan ke wilayah musuh jika wanita dan anak-anak tidak

ikut serta dalam peperangan. Bila mereka turut serta dalam perang maka hukum

membunuh mereka sama dengan membunuh musuh laki-laki. Orangtua/lansia jika

mereka tidak ikut berperang atau tidak mencampuri peperangan, maka mereka tidak

boleh dibunuh juga.19

Beberapa ahli hukum aliran Hanafi dan Syafi’I bahkan berpendapat bahwa

umat petani dan pedagang yang tidak turut serta bertempur tidak boleh dianiaya.

Umat Islam yang berjihad dinasehatkan pula oleh ahli-ahli hukum, supaya tidak

membunuh ayahnya yang musyrik, jika sang ayah ikut bertempur melawan Islam.

Seorang ahli hukum mazhab Maliki yaitu Khalil, memberi nasehat kepada umat Islam

19

T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, 2002 Mutiara Hadits, Jakarta, Bulan Bintang, 1979, cet ke-I, h.

178

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

83

yang berjihad supaya jangan menggunakan panah beracun. Khalil bahkan melarang

racun dipakai dengan cara apapun terhadap musuh.

Disamping ditentukan tentang larangan-larangan yang harus dijauhi oleh umat

Islam yang berjihad, di dalam Hukum Islam ditentukan pula perlakuan-perlakuan

yang dapat dilakukan terhadap musuh. Misalnya, jika orang-orang kafir penduduk

dar al-harb sudah dinasehati supaya menganut agama Islam dan menolak salah satu

usul baik menganut agama Islam maupun membayar pajak, maka diperbolehkan

untuk membunuhnya, baik prajurit maupun bukan prajurit, asal pembunuhan itu tidak

dilakukan dengan cara mencederai.20

Perang membutuhkan pertimbangan rasional. Pada zaman Rasul, Nabi

Muhammad saw setiap akan pergi berperang sebelumnya selalu melakukan

musyawarah dengan para sahabat untuk mengambil keputusan teknis dalam

peperangan. Untuk mengatur strategi, persenjataan, kalkulasi kekuatan, penetapan

situasi darurat, dan bahkan perlakuan manusiawi terhadap musuh.21

Tujuan mulia dari jihad atau perang yaitu menolak perilaku manusia yang

tidak manusiawi agar terpelihara hak-hak hidup agama samawi dan memberi

perlindungan terhadap rumah-rumah ibadah.

Berikut hadis yang menerangkan tentang melepaskan tawanan dan

memberinya kelonggaran:

20

Pusat Studi Hukum Humaniter, Hukum Humaniter Suatu Perspektif, Jakarta, PSH

USAKTI, 1997, cet. Ke-I, h. 148 21

http://indonesia.irib.ir/politk/2005/desember05/oki.htm, diakses pada tanggal 18 Maret

20011.

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

84

“Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa rasulullah mengirim pasukan berkuda

kea rah Najed, lalu mereka menangkap seorang laki-laki dari bani Hanifah

yang bernama Tsumamah bin Utsal, pemimpin orang Yamamah. Mereka

mengikat Tsumamah bin Utsal di salah satu tiang masjid, lalu Rasulullah

keluar mendekatinya, kemudian beliau bertanya kepada Tsumamah, “Apa

yang kau miliki hai Tsumamah?” Dia menjawab, “Hai Muhammad! Saya

memiliki kebaikan. Jika kau membunuh saya, maka berarti kau membunuh

orang yang terhormat. Jika kau membebaskan saya, berarti kau

membebaskan orang yang akan membalas budi. Jika kau menginginkan harta

sebagai tebusan, maka mintalah sesukamu pasti kau akan diberi”.

Rasulullah meninggalkan Tsumamah sampai esoknya lagi, lalu

Rasulullah bertanya lagi, “Apa yang kau miliki hai Tsumamah?” Dia

menjawab, “Saya memiliki apa yang telah saya katakan kepadamu. Jika kau

membebaskan saya, berarti kau membebaskan orang yang membalas budi.

Jika kau membunuh saya, maka kau membunuh orang yang terhormat. Jika

kau menginginkan harta sebagai tebusan, maka mintalah kehendakmu, pasti

kau akan diberi”.

Lalu Rasulullah meninggalkan Tsumamah sampai esok harinya.

Kemudian Rasulullah bertanya lagi, “Apa yang kau miliki hai Tsumamah?”

Dia menjawab, “Saya memiliki apa yang telah saya katakan kepadamu. Jika

kau membebaskan saya, berarti kau akan membebaskan orang yang

membalas budi. Jika kau membunuh saya, berarti kamu membunuh orang

yang terhormat. Jika kau menginginkan harta sebagai tebusan, pasti kau akan

diberi”.

Maka, Rasulullah bersabda, “Bebaskanlah Tsumamah!”

Setelah itu Tsumamah pergi ke dekat pohon kurma di dekat masjid,

lalu mandi, kemudian masuk ke masjid dan mengucapkan, “Saya bersaksi

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad

adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Hai Muhammad! Demi Allah! Semula di

atas bumi tidak ada wajah yang lebih saya benci daripada wajahmu, tapi

sekarang wajahmu paling saya cintai. Demi Allah! Dia atas bumi ini tadinya

tidak ada agama yang paling saya benci daripada agamu, tapi sekarang

agamamulah yang paling saya senangi. Demi Allah! Semula tidak ada negeri

yang lebih saya benci daripada negerimu, tapi sekarang negerimulah yang

paling saya cintai. Sungguh pasukanmu yang berkuda menangkap saya ketika

saya hendak berumrah. Bagaimana menurutmu?” Maka, Rasulullah

manghiburnya dan menyuruhnya berumrah.

Setelah Tsumamah tiba di Mekkah, ada seseorang bertanya, “Apakah

kamu pindah agama?” Tsumamah menjawab, “Tidak, tapi saya masuk Islam

menyertai Rasulullah. Demi Allah! Tidak ada sampai kepada kalian sebutir

gandum pun dari Yamamah kecuali setelah diizinkan oleh Rasulullah.””

(Muslim 32:19)

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

85

Dalam hadits ini diceritakan bahwa Nabi Muhammad menahan seorang lelaki

dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah ibn Utsal, mengikatnya pada salah satu

tiang masjid. Nabi memberi pertanyaan sebanyak 3 kali dan dijawab pula dengan

jawaban yang sama setiap pertanyaan tersebut terlontar. Dan Rasulullah

memerintahkan untuk melepas ikatan Tsumamah. Kemudian Tsumamah pergi untuk

mandi dan kembali lagi ke masjid lalu mengucapkan kalimat syahadat dan Nabi

memerintahkannya untuk umrah. Ia pun bersumpah dengan tidak akan kembali

kepada agama yang dulu dan tidak akan mengirim barang sebutir gandum ke Mekkah

tanpa seizin Rasulullah. Hadits ini memberikan pengertian dan pencerminan, bahwa

kita boleh menahan tawanan dan memenjarakannya dan kita juga boleh

membebaskannya tanpa ada tebusan.22

22

Ash-Shiddieqy, Hadist, h. 235

Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

86

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dan uraian di bab -bab sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa kejahatan perang adalah segala pelanggaran terhadap hukum -hukum perang

atau hukum humaniter internasional yang mendatangkan tanggung jawab kriminal

individu. Kejahatan perang merupakan pelanggaran terhadap hukum atau kebiasaan

hukum, termasuk pembunuhan, perlakuan buruk terhadap tawanan dan penduduk

sipil, perampasan barang-barang publik atau harta milik pribadi, dan perusakan

bangunan-bangunan tanpa alasan. Dan pelaku kejahatan perang dimungkinkan untuk

dituntut dan dipidana di forum mahkamah militer nasional maupun mahkamah

kejahatan internasional.

Dalam Islam tidak menghendaki adanya tindakan sewenang -wenang baik

terhadap musuh maupun terhadap tawanan perang dari pihak musuh. Dalam Islam,

dalam ketentuan-ketentuan syariah, melindungi dan menjunjung tinggi darah dan

nyawa manusia. Karena perang dalam Islam bertujuan bukan untuk mencapai

kemenangan atau merampas harta kekayaan musuh melainkan untuk memerangi

orang-orang musyrik yang melakukan penyerangan terhadap umat Islam terlebih

Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

87

dahulu. Setiap perang perlu ada pengaturan atau etika dalam berperang, agar terhindar

dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama, seperti:

1. Sengaja membunuh wanita, anak -anak, orang yang sudah tua, dan

penduduk lainnya yang tidak ikut serta dalam perang.

2. Sengaja merusak tanaman dan pohon -pohon, binatang ternak, dan

bangunan-bangunan seperti rumah-rumah ibadah.

Dalam Konvensi PBB juga menetapkan perbuatan -perbuatan yang dilarang

dilakukan dalam keadaan berperang yaitu pembunuhan yang disengaja ; penyiksaan

atau perlakuan yang tidak manusiawi (termasuk eksperimen medis); dengan sengaja

menyebabkan penderitaan berat atau luka serius pada tubuh atau kesehatan, memaksa

tahanan perang atau orang sipil untuk masuk angkatan bersenjata dari penguasa

musuh, dengan sengaja menghilangkan hak tawanan perang atau warga sipil yang

dilindungi untuk mendapat pengadilan regular yang adil, deportasi atau pemindahan

penduduk sipil yang tidak berdasark an hukum, penahanan penduduk sipil yang

dilindungi tanpa ada dasar hukum dan menyandera.

B. Saran-saran

1. Negara wajib untuk mencari dan menangkap pelaku kejahatan perang agar

pelaku kejahatan perang dapat diminta pertanggungjawaban oleh hukum, guna

menghindari kejahatan-kejahatan serupa terulang lagi di masa yang akan

datang.

Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

88

2. Peraturan yang dibuat oleh Hukum Internasional maupun Hukum Islam dapat

membuat pihak yang berperang menaati peraturan untuk melindungi

keselamatan tawanan perang dan penduduk sipil yang tidak ikut berperang.

Page 97: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

89

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Kariem

Abdillah, Masykuri, Demokrasi Di Persimpangan Makna: Respon Intelektual Muslim

Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966 -1996), Yoogyakarta: Tiara

Wacana Yogya, 1999.

Aidid, Hasyim, Konsep Islam tentang Hukum Humaniter I nternasional, Makasar:

November 2001.

Amin, L. Widodo, Fiqih Siasah dalam Hubungan Internasional , Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya, 1994.

Ash Shiddieqy, T. Muhammad Hasbi, Islam dan Hak Asasi Manusia , Semarang: PT.

Rizki Putra, 1999.

---------, 2002 Mutiara Hadist, Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Asplund, Knut D., Suparman Marzuki, Eko Riyadi, (Editor), Hukum Hak Asasi

Manusia, Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008 .

Assiddiqie, Jimly, Hukum Tata Negara Darurat , Jakarta: Rajawali Press, 2007 .

Azzam, Abdullah, Perang Jihad Di Jaman Modern , Jakarta: Gema Insani Press,

1992.

Djazuli, H. A., Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu -

Rambu Syariah, Jakarta: Kencana, 2003.

Page 98: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

90

Faqih, Maryadi, MH, SH., et. al., Perang sebagai Pelanggaran HAM , Surabaya:

Lembaga Penerbitan Fak. Hukum Universitas Islam Malang, 2003, cet. I .

Gauhar, Altaf, Tantangan Islam, Alih Bahasa: Anas Mahyudin, Bandung: Pustaka,

1982.

Gutman, Roy, David Reff. (Editor), Kejahatan Perang Yang Harus Diketahui Publik ,

Program Pelatihan Jurnalistik Televi si, 2004.

Harcahyono, Cheppy, Ilmu Politik dan Perspektifnya , Yogyakarta: Tiara Kencana,

1996.

Haryomataram, KGPH, SH., Pengantar Hukum Humaniter , Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2007.

Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam , Jakarta: Logos, 2004.

Iqbal, Afzal, Diplomasi Islam, Alih Bahasa: Samson Rahman, Jakarta: Pustaka al -

Kautsar, 2000, cet.I.

Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah: Kontekstual Doktrin Politik Islam , Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2007.

Kamil, Syukron, (Editor)., Syariah dan HAM: Dampak Perda Syar iah Terhadap

Kebebasan Sipil, Hak-hak Perempuan, dan Non-Muslim, Jakarta, Center for

the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2007.

Khadduri, Majid, War and Peace in the law of Islam , Yogyakarta: Tarawang Press,

2002, cet. I.

Page 99: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

91

Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor), Hukum Hak

Asasi Manusia/Rhona K. M. Smith, at.al. ---Yogyakarta: PUSHAM UII,

2008.

Kuper, Adam, Jessica Kuper, Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Rajawali Pers,

2000.

Kusumaatmadja, Mochtar, Konvensi-Konvensi Palang Merah Tahun 1949 Mengenai

Perlindungan Korban Perang , Bandung: Binacita, 1986.

Nasution, Debby M., Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa

Rasulullah saw., Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002 .

Mahmud, Abdul Ghani A. Hamid, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Dalam

Perspektif Hukum Humaniter Internasional dan Hukum Islam , t.t., Komite

Internasional Palang Merah: ICRC Delegasi Regional Indonesia, 2008 .

Mahmud, Ali Abdul Halim, Rukun Jihad, Jakarta: Al’ithisom Cahaya Umat.

Pusat Studi Hukum Humaniter, Hukum Humaniter Suatu Perspektif , Jakarta: PSH

USAKTI, 1997.

Putra, Dalizar, Hak Asasi Manusia menurut Al -Quran, Jakarta: PT. Husna Zikra,

1995.

Rahman, Afzalur, Nabi Muhammad sebagai Seorang Pemimpin Militer , Jakarta:

Amzah, 2002.

Rusman, Rina, Hukum Kejahatan Perang dan Posisinya dalam Hukum Nasional ,

Jakarta: News Letter ICRC, Edisi 01 (Maret, 2004) .

Rover, C. de, To Serve and protek, International Committee of the Red Cross, 1988 .

Page 100: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

92

Rozak, Abdul, (Editor)., Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):

Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani , Jakarta: ICCE

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005 .

Shiddiq, Mahfudz, Hak Asasi Manusia, http://angelfire.com, di akses pada tanggal 20

Maret 2011.

Soekamto, Soedjono D., Kriminologi Suatu Pengantar , Bandung : Ghalia Indonesia,

1986.

Suhartono. (Editor)., Kejahatan Terhadap Kemanusiaan: Perjuangan umtuk

Mewujudkan Keadilan Global , Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia, 2002.

Suryadi, Radjab, Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia, Jakarta: Lembaga Penerbitan

PBHI, 2002.

Widodo, L. Amin, Fiqih Siasah Dalam Hubungan Internasional , Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya, 1994.

Zayyid bin Abdel Karim al -Zayyid, Prof. Dr., Pengantar Hukum Humaniter

Internasional dalam Islam , Jakarta: ICRC Delegasi Regional Indonesia,

2008.

INTERNET

http://adakabarapa.wordpress.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Kejahatan_perang

http://indonesia.irib.ir/politik

Page 101: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5704/1/DIAN... · BANGSA-BANGSA MENGENAIKEJAHATAN PERANG Skripsi

93

http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3260_0_3_0_M

http://psktii-ui.com

http://www.pesantrenvirtual.com/983:tawanan-dalam-persepsi-islam

SUMBER LAIN

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta:

Balai Pustaka, 1989

Jurnal Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia, Hukum Huma niter Internasional

dan Hak Asasi Manusia; Lembar Fakta No.13

Komisi Nasional Perempuan, Hukum Pidana Internasional dan Perempuan; Sebuah

Resource Book Untuk Praktisi

Konveksi Den Haag IV 1907 Mengenai Hukum dan Kebiasaan Perang Di Darat

Konvensi Jenewa I

Konvensi Jenewa III Tahun 1949

Konvensi Tentang Tidak Dapat Ditetapkannya Pembatasan Statuta pada Kejahatan

Perang dan Kejahatan Kemanusiaan

Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional, Jakarta: Elsam, 2000