kata pengantar - just another wordpress.com site … · web viewa. pengertian ham. menurut teaching...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rehmat-
Nya penulis dapat menyusun makalah ini, makalah ini disusun berdasarkan atas tugas
yang diberikan kepada penulis. Salah satu keistimewaan makalah ini adalah agar
pembaca maupun penulis dapat mengetahui dan mengenal hak-hak azasi manusia
(HAM).
Pada kesempatan ini penulis berterimaksih kepada dosen pembimbing yaitu
kepada Mudzakir khatib, M.Ag, karena berkat beliau makalah ini terselesaikan
dengan baik. Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi mahasiswa/I. oleh karena itu, penulis menharapkan kritik dan saran yang
bersifat mendukung demi kesempurnaan makalah ini.
1
A. Pengertian HAM
Menurut Teaching Rigth yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) Hak Azasi Manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia yang
tampaknya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup misalnya,
adalah untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat
seseorang tetap, karena tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai manusia akan
hilang.
Senada dengan pengertian diatas yang menyatakan Hak Azasi Manusia yang
dikemukakan oleh Jhon Locke. Menurut locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa, pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati,
karena sifatnya yang demikian maka tidak ada kekuasaan apa pun di dunia yang
mencabut hak azasi manusia. Ia adalah hak dasar setiap manusia atau lembaga
kekuasaan.1
HAM tertuang dalam Undang-undang (UU) No. 39 Thn 1999 tentang HAM.
Dalam salah satu bunyipasalnya (pasal 1) secara tersurat dijelaskan bahwa “Hak
Azasi Manusia” adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugrahnya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dijunjung oleh negara hukum pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
B. Macam-macam HAM
Manusia selalu memiliki hak-hak dasar (basic rigth) antara lain:
1. Hak hidup
2. Hak untuk hidup tanpa ada perasaan takut dilukai atau dibunuh oleh orang
lain
3. Hak kebebasan
1 Abdul Rojak, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 102.
2
4. Hak untuk bebas, hak untuk memiliki agama/kepercayaan, hak untuk
memperoleh informasi, hak menyatakan pendapat, hak berserikat dan
sebagainya, hak pemilihan
5. Hak untuk memilih sesuatu, seperti: pakaian, rumah, mobil, perusahaan,
pabrik, dan sebagainya.
Sedangkan menurut deklarasi HAM PBB secara singkat dijelaskan
seperangkat hak-hak dasar manusia yang sangat sarat dengan hak-hak yuridis, seperti
hak tanpa hidup, tidak menjadi budak, tidak disiksa dan tidak ditahan, dipersamakan
dimuka umum (equality before the law), mendapatkan praduga tidak bersalah dan
sebagainya. Hak-hak lain juga dimuat dalam deklarasi tersebut seperti hak-hak akan
nasionalisme, pemilihan, pemikiran, agama, pendidikan, pekerjaan dan kehidupan
berbudaya.
C. Bagaimana Sejarah Lahirnya HAM
Pada umumnya para pakar HAM berpendapat bahwa HAM dimulai dengan
lahirnya magna sharta. Piagam ini antara lain mencanagkan bahwa raja yang semula
memiliki kekuasaan absolut (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat dengan hukum) menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta
pertanggungjawabannya dimuka hukum. Dari piagam inilah lahir doktrin bahwa raja
tak kebal hukum lagi serta bertanggungjawab kepada hukum.
Sejak lahirnya piagam ini maka dimulailah beban baru bagi pelaksanaan
HAM yaitu jika raja melanggar hukum ia harus diadili dan
mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya kepada parlemen. Artinya sejak itu,
sudah mulai dinyatakan bahwa raja terikat dengan hukum dan bertanggungjawab
kepada rakyat, walaupun kekuasaan membuat undang-undang pada masa itu lebih
banyak berada ditangannya dengan demikian kekuasaan raja mulai dibatasi sebagai
emdrio lahirnya morarki konstitusional yang beritikan kekuasaan raja sebagai simbol
belaka.
3
Pasal 21 dari piagam magna charta menggariskan “Earls and barons shall be
fined by their equat and only in proportion to the measure of the ossence (para
pangeran dan baron akan dihukum (didenda) berdasarkan atas kesamaan dan sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukan. Selanjutnya pada pasal 40 ditegaskan lagi “……
no one will we deny or deray, rigth or justice” (……. Tidak seorangpun orang
mnghendaki kita mengingkari atau menunda tegaknya atau keadilan). Lahirnya
magna charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih konkrit, dengan
lahirnya bill of rights di Inggris pada tahun 1689.
Hak Azasi Manusia adalah hak yang dimiliki yang telah diperoleh dan dibawa
bersama-sama dengan kelahiran atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat.
Hak yang dimiliki manusia tanpa perbedaan bangsa, ras, agama atau kelahiran,
karena bersifat azasi dan universal.2
Sejalan dengan pemikiran ini maka PBB memprakarsai berdirinya sebuah
komisi HAM untuk pertama kali yang diberi nama comission on human right pada
tahun 1946. komisi inilah yang kemudian menetapkan secara terperinci beberpaa
hak-hak ekonomi dan sosial, disamping hak-hak politi, yaitu:
1. Hak hidup, kebebasan dan keamanan pribadi (pasal 3)
2. Larangan Perbudakan (pasal 4)
3. Larangan Penganiayaan (pasal 5)
4. Larangan penangkapan (pasal 9)
5. Hak atas pemeriksaan pengadilan yang jujur (pasal 10)
6. Hak atas kebebasan bergerak (pasal 13)
7. Hak atas harta benda (pasal 17)
8. Hak atas Pekerjaan (pasal 23)
9. Hak atas taraf hidup yang layak (pasal 25)
Empat Generasi HAM, yaitu:
2 A. Ubaidilah, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), hlm. 78.
4
1. Generasi ini berpandangan bahwa pengertian HAM berpusat terhadap hal-hal
hukum dan politik. Generasi awal HAM tersebut terjadi setelah perang dunia
II, folus generasi 1 pada hukum dan politik disebabkan olleh dampak dan
situasi PD II, totaliterisme dan adanya keinginan negara-negara yang baru
merdeka untuk menciptakan kehidupan negara terutama negara.
2. Jika mengkaji secara serius perkembangan kehidupan negara terutama negara
dunia III, maka akan jelas terlihat bahwa kemerdekaan diperoleh banyak
negara ketiga setelah perang dunia II menuntut lebih dari hak-hak yuridis
3. Kondisi-kondisi ketidakseimbangan perkembangan menyebakan timbulnya
berbagai kritik-kritik dari banyak kalangan melahirka generasi ke 3 yang
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya dan politik.
4. Generasi ke 4 banyak melakukan kritik terhadap peranan negara yang sangat
dominan
D. HAM Dalam Islam
Islam adal agama yang universal mengandung prinsip-prinsip HAM, sebagai
seuah konsep ajaran Islam menetapkan manusia kedudukannya yang sejajar dengan
manusia lainnya.
Menurut ajaran Islam, perbedaan antara satu individu dan individu lain terjadi
bukan sebagai haknya sebagai manusia, melainkan didasarkan keimanan dan
ketakwaan. Adanya perbedaan itu tidak menyebabkan perbedaan dalam kedudukan
sosial. Hal ini merupakan dasar yang sangat kuat dan tidak dapat dipungkiri telah
memberikan konstribusi pada perkembangan prinsip-prinsip Hak Azasi Manusia di
dalam masyarakat internasional.
Penegakan dan Perlindungan HAM di Indonesia
Dalam upaya penegakan HAM di Indonesia dibutuhkan sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana penegakan HAM tersebut dikategorikan menjadi 2 bagian
yakni:
5
1. Sarana yang terbentuk institusiatau kelembagaan seperti lahirnya advokasi
tentang HAM yang dibentuk LSM.
2. Sarana yang berbentuk peraturan atau UU, seperti adanya beberapa pasal
dalam konstitusi UUD 1945 yang memuat tentang HAM, UU RI No.39 Thn
1999, Kepres RI No. 50 Thn 1993, Keppres RI. No. 129 Thn 1998, Keppres
RI No. 181 Thn 1998 dan Inpres RI No. 26 Thn 1998, kesemua perangkat
hukum tersebut merupakan sarana pendukung perlindungan HAM.
E. Analisis Jender Sebagai Alat dan Mekanisme
Dalam implementasi pengarusutaman Jender
1. Terhadap Pengarusutaman Jender
Lima tahap utama dalam penyelenggaraan pembangunan yang dapat menjadi
celah masuk dalam upaya pengarusutaman Jender dalam pembangunan adalah:
1. Melakukan analisis jender pada kebajikan
2. Mempermulasikan kebajikan yang responsif
3. Menyusun rencana aksi kebijakan
4. Melaksanakan kebijakan
5. Dalam menyelenggarakan kemantauan dan evaluasi yang responsif
2. Prinsip-prinsip Dasar atau Analisis Jender
Telah dijelaskan bahwa analisis jender mempunyai peran yang sangat penting
dalam proses pengarusutaman jender. Dibawah ini adalah prinsip-prinsip kerja dan
alat analisis jender
1. Setiap kebijakan akan berdampak terhadap kehisupan manusia perempuan
dan lak-laki
2. Perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan peran
3. Sebagaimana perempuan dan laki-laki bukanlah kelompok homogen
4. Perencana dan para pembuat kebijakan yang sadar dan sensitif jender tidak
akan membuat perencanaan dan kebijakan yang bias jender
6
F. Islam dan Hak Reproduksi Perempuan
Allah SWT menciptakan manusia dengan jenis kelamin yang berbeda, laki-
laki dan perempuan. Kaum perempuan dikaruniai oleh Allah SWT suatu hak
istimewa, yaitu hak reproduksi. Reproduksi adalah sebuah proses yang dimiliki oleh
kaum perempuan untuk menjaga keberlangsungan spesias manusia dimuka bumi ini.
A. Hak Reproduksi dalam Al-Qur'an
Hak-hak reproduksi bagi kaum perempuan tersebut dijelaskan dan dipaparkan
secara tegas dalam Al-Qur'an. Dalam soal hak ‘Haid misalnya Allah berfirman
“mereka bertanya tentang ‘Haid”. Katakanlah ‘Haid itu adalah kotoran, karena itu
hendaklah kamu (kaum laki-laki) menjauhkan diri dari wanita waktu haid; dan
janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah SWT kepadamu.” (QS. Al-
Baqarah (2) : 222).
Pernikahan antara laki-laki dan perempuan merupakan salah satu perintah
suci yang dibenarkan Islam kepada setiap manusia.
B. Hak Reproduksi dan HAM
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita memang melihat sebagian kecil kaum
perempuan yang justru tidak menghormati hal repproduksi yang diberikan sang
pencipta secara istimewa kepada mereka. Secara umum pelanggaran terhadap hal
reproduksi itu biasanya terjadi dikota-kota besar, misalnya ada pergaulan bebas yang
luar biasa, sehingga hamil dan melahirkan tanpa untuk menjaga dan melestarikan
kelangsungan keturunan, seharusnya kita memberikan perlindungan kepada
perempuan untuk bisa menikah, mengandung dan melahirkan dengan aman yang
tidak dihantui dosa-dosa.
Dalam pandangan Islam pernikahan tidak hanya untuk melestarikan
kelanjutan keturunan, tetapi juga untuk menikmati hubungan seks. Pernikahan antara
laki-laki dan perempuan merupakan perintah suci yang dibenarkan Islam kepada
semua manusia. Dengan kata lain, hak reproduksi selain sesuai dengan prinsip-
7
prinsip Islam juga sejalan dengan HAM, yang tidak bertentangan dengan agama
Islam.
G. Hambatan Penegakan HAM
Sejarah HAM dimulai pada saat berakhirnya perang dunia II dan negera-
negara penjajah berusaha menghapuskan segi-segi kebobrokan daripada penjajahan,
sehingga pemikir-pemikir barat mencetuskan konsep-konsep “Declaration of human
Rights” (DUHAM) pada tahun 1948. Semula konsep HAM ini secara suka rela dijual
kesemua negara yang sedang berkembang atau negara bekas jajahan namun tidak
banyak mendapat repons, banyak negara tidak bersedia menandatangani “Declaration
of Human Rights”.
Sekitar tahun 1970 para investor asing menekankan bahwa “pinjaman luar
negeri” tidak akan diberikan kepada negara-negara yang tidak menerima dan tidak
mengakui Hak-hak Azasi Manusia. Kondisi ini mengakibatkan hak azasi dicap dan
dijuluki sebagai komoditi dagang terade communyty. Bersamaan dengan itu negara-
negara yang sedang berkembang dan negara maju tersa sangat tidak seimbang.
Dengan kata lain “Hubungan Dagang” itu hanya menguntungkan dan sangat
menguntungkan negara maju dan merugikan negara sedang berkembang.
Dalam keadaan ilustrasi dibidang hubungan dagang internasional ditambah
dengan meningkatnya tekanan internasional negara sedang berkembang akhirnya
harus meratifikasikan of human rights (DUHAM). Bahkan posisi HAM
dipropagandakan sebagai juru selamat peradaban dunia, sekarang negara
berkemabang diharapkan lagi kepada isu globalisasi.3
Penegakan HAM di Indonesia masih bersifat: reaktfif, didorong unjuk rasa,
demonstratif, pertentangan kelompok dibawah tekanan negara maju dan didanai oleh
beberapa lembaga internasional, belum build dalam strategi nasiona. Hal ini terjadi
karena ada beberapa kelemahan pokok yaitu:
3 Muhammad Kusnardi, SH dan Harmaili Ibrahim, SH, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1976), hlm. 202.
8
1. Masih kurang pemahaman HAM
2. Masih kurang pengalaman
3. Kemanusiaan
4. Keterbelakangan
5. Masih dipertanyakan bagaimana bentuk pelatihan HAM dalam masyarakat
6. Pemaham HAM masih terbatas dalam pemahaman gerakan
7. Amatai dan perhatikan setiap perkembangan dan gerakan dilapangan dalam
melaksanakan suatu konsep atau ide
H. Perkembangan HAM
1. Sebelum Deklarasi Universal HAM 1948
Kalangan ahli HAM mengatakan, bahwa sejak perkembangan HAM bermula
dari kawasan eropa. Kemunculannya dinilai dengan lahirnya magna charta yang
membatasi kekuasaan absolut para penguasa atau raja. Kekuasaan absolut saja,
seperti menciptakan hukum namun tidak terikat dengan peraturan yang mereka buat.
Menjadi dibatasi dan kekuasaan mereka harus dipertanggungjawabkan secara hukum,
sejak lahirnya Magna Charta pada tahun 1215, raja yang melanggar aturan kekuasaan
harus diadili dipertanggungjawabkan kebajikan pemerintahannya dihadapan
parlemen.
2. Sejarah Deklarasi universal HAM 1948
Secara garis besar perkembangan pemikiran tentang HAM dibagi menjadi 4
gurun genarasi:
Generasi pertama, generasi ini perpandangan pengertian HAM hanya
berpusat pada bidang hukum dan politik. Dampak perang dunia II sangat mewarnai
pemikirdan generasi ini, dimana totaliterensme dan munculnya keinginan negara-
negara yang baru merdeka untuk menciptakan tertib hukum yang baru sangat kuat.
Seperangkat hukum yang disepakati sangat sarat dengan hak-hak yuridis, seperti hak
9
otentik hidup, hak untuk tidak menjadi budak, hak untuk disiksa dan ditahan, hak
kesamaan dan keadilan dalam proses hukum (faint trial), hak praduga tak bersalah
sebagainya. Selain dari hak-hak tersebut hak nasionalisme, hak pemilikan, hak
pemikiran, hak beragama, hak pendidikan, hak pekerjaa dan kehidupan budaya juga
mewarnai pemikiran HAM, generasi pertama ini.
Generasi kedua: pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis seperti
dikampanyekan generdasi pertama, tetapi juga menyerukan hak-hak sosial, ekonomi,
politik dan budaya. Pada generasi kedua ini lahir dua konvensi HAM internasional
dibidang ekonomi, sosial dan budaya serta konvensi bidang sipil. Juga hal-hal politik
sipil (internasional covenanton economic sosial and cultural rights dan internasional
covenant on civil and volitical rigths) kedua konvensi tersebut disepakati dalam
sidang umum PBB 1966.
Generasi ketiga: sebagai penyempurnaan wacana HAM generasi sebelumnya.
Generasi ini menyerukan wacana kesatuan HAM antara hak ekonomi, sosial, budaya,
politik dan hukum dalam satu bagian integral yang dikenal dengan istilah hak-hak
melaksanakan pembangunan (the rights og develofment), sebagian dinyatakan oleh
komisi keadilan internasional (international comision of justice).
I. Hak-hak azasi Dalam Undang-undang Dasar 1945
Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa Undang-undang Dasar 1945
terdiri dari tiga bagian yang mempunyai kedudukan yang sama, yaitu pembukaan,
batang tubuh yang teriri dari 37 pasal, emapat aturan peralihan dan dua aturan
tamabahan serta penjelasan.
a. Dalam Pembukaan
Sesungguhnya Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 banyak menyebutkan
alinea pertama sampai dengan terakhir memuat hak-hak azasi. Alinea pertama
hakekatnya adalah merupakan pengakuan akan adanya kebebasan untuk merdeka
(freedom to be free). Pengakuan akan prikemanusiaan adalah ini sari dari hak-hak
10
azasi manusia. Dalam alinea kedua disebutkan Indonesia sebagai negara yang adil.
Kata sifat adil jelas menunjukkan kepada salah satu tujuan dari negara hukum untuk
mencapai dan mendekati keadilan. Apabila prinsip negara hukum ini betul-betul
dijalankan, maka dengan sendirinya hak-hak azasi manusia akan terlaksana dengan
baik. Dari alinea ketiga dapat disimpulkan bahwa rakyat Indonesia menyatakan
kemerdekaannya supaya terjelma kehidupan bangsa Indonesia yang bebas. Hal ini
adalah salah satu dari pengakuan dan perlindungan hak-hak azasi yang mengandung
persamaan dalam bentuk polotik. Sedangkan alinea keempat menunjukkan
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak azasi dala segala bidang politik,
hukum sosial, kulturil, dan ekonomi. Hanya sangat disayangkan bahwa, pengaturan
lebih lanjut dalam batang Tubuh Undang-undang Dasar 1945 tidak begitu banyak
karena perbedaa pendapat dari para penyusunnya.
b. Dalam Batang Tubuh
Undang-undang Dasar 1945 mengatur hak-hak azasi manusia dalam 7 pasal,
yaitu pasal-pasal yang langsung berbicara mengenai hak-hak azasi. Ketujuh pasal
tersebut adalah pasal 27 tentang persamaan dalam hukum dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan, pasal 28 tentang kebebasan berserkat, berkumpul dan
mengeluarkan pikiran secara llisan dan tulisan, pasal 29 tentang kemerdekaan untuk
memeluk agama, pasal 31 perlindungan yang bersifat kulturil, pasal 33 tentang hal-
hal ekonomi dan pasal 34 tentang kesejahteraan sosial.
Walaupun 7 pasal, namun ketujuh pasal tersebut adalah hal-hal yang pokok.
Dan ini sesuai dengan sifat Undang-undang Dasar 1945 yang hanya mengatur hal-hal
yang pokok saja. Karena Undang-undang Dasar 1945 hanya mengatur hal-hal yang
pokok, maka adalah merupakan suatu keharusan adanya undang-undang yang
melaksanakannya. Tanpa ini pasal-pasal itu akan merupakan selogan-selogan saja
yang belum dapat dilaksanakan. Umpamanya pasal 28 tentang kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan dengan tulisan dan lisan. Ketiga hak-hak azasi ini
adalah hak-hak yang sangat penting dalam suatu negara demokrasi. Kebebasan
11
berserikat tidak akan ada artinya kalau tidak ada kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat. Undang-undang Dasar sendiri menyebutkan bahwa hal tersebut harus
diatur lebih lanjut dengan Undang-undang. Pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat baru dapat menyusun Undang-undang No.3 tahun 1975 sebagai pelaksana
dari pasal 28 khususnya mengenai kebebasan berserikat. Sedangkan kebebasan yang
lainnya sampai sekarag belum ada pegangan yang jelas, sehingga sering
menimbulkan berbagai penafsiran.
Apakah yang dimaksud dengan kebebasan berserikat ? Kebebasan berserikat
atau freedom of association adalah kebebasan untuk mendirikan partai politik.
Pengakuan partai tersebut oleh pemerintah tidak boleh dikaitkan dengan program
partai tersebut yangakan mendukung pemerintah atau tidak. Jadi partai tersebut bebas
untuk menentukan sikapnya apakah dia akan beroposisi kepada pemerintah atau akan
menjadi pendukung yang setia. Dan adalah bertentangan dengan hak-hak azasi
melarang berdirinya partai politik baru, keculai bagi partai politik yang
menghancurkan sifat demokratis negara itu sendiri. Bagi pemerintah semua partai
adalah sama, baik besar maupun kecil. Tidak boleh pemerintah bersikap
membedakan partai yang ada, walaupun partai tersebut adalah oposisi.
Kehidupan partai tidak akan cerah manakala tidak ada kebebasan untuk
mengeluarkan pikiran dnegan lisan dan tulisan. Partisipasi partai dan rakyata
terhadap kegiatan pemerintah tergantung banyak sejauh manakah kedua kebebasan
yang menjadi dasar dari academic freedom.
Pasal 27 (1) menyebutkan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum. Prinsip persamaan di dalam hukum ini hampir sama
dengan prinsip equality before the law. Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan
warga terbuka bagi setiap warga negara yang memenuhi persyaratan untuk itu.
Sedangkan pasal 27 ayat (2) menghendaki bahwa warga negara berhak atas
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Karenanya adalah kewajiban pemerintah
12
untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan syarat-syarat yang layak bagi
manusia.
Dalam hubungan manusia dengan Tuhannya pasal 29 ayat (2) menyebutkan
bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-
masing. Kata peduduk disini berarti bahwa bagi setiap orang asing, diberikan
kebebasan beribadat menurut agamanya. Namun ayat ini harus ditafsirkan
sehubungan dengan ayat (1) dari pasal 29 yang menyatakan bahwa negara berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi kebebasan tersebut adalah dalam hubungannya
dengan agama yang mempercayai Ke-Esaan Tuhan.
Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa dengan paasal-pasal 31,32,33, dan 34
dijaminlah hak-hak terhadap pengajaran, perlindungan kulturil, ekonomi dan
kesejahteraan sosial. Dengan demikian berdasarkan uraian terhadap pasal-pasal 27,
28, 29 diatas, maka sebenarnya walaupun Undang-undang Dasar 1945 hanya
mengatur 7 pasal tentang hak-hak azasi, namun ketujuh pasal itu telah mencakup
seluruh bidang hak-hak azasi yaitu bidang-bidang sosial, kebudayaan, politik dan
ekonomi.
Masalahnya sekarang adalah bagaimanakah pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat supaya menyusun Undang-undang pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
13
Kusnardi, Muhammad dan Harmaili Ibrahim. Hukum Tata Negara Indonesia,
Jakarta: PT Grafindo Persada, 1976.
Rojak, Abdul. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Ubaidilah, A. dkk. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000.
14