bahan tugas ii deklarasi konferensi perserikatan bangsa
DESCRIPTION
ioioioiTRANSCRIPT
Deklarasi Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan ManusiaKonferensi PBB mengenai Lingkungan Manusia, melaksanakan pertemuan di Stockholm pada 5-16 Juni 1972, mempertimbangkan perlunya suatu pandangan umum dan prinsip-prinsip umum untuk mengilhami dan membimbing seluruh manusia dalam pelestarian dan peningkatan lingkungan manusia ,Memproklamirkan bahwa :
1. Manusia adalah ciptaan sekaligus pencipta lingkungannya, yang memberinya kelebihan fisik dan kemampuan-kemampuan dalam hal kecerdasan berpikir, moral, sosial dan pertumbuhan rohani. Dalam evolusi yang panjang dan berliku dari kehidupan manusia di dunia telah dicapai suatu babak ,melalui percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah memperoleh kekuatan untuk mengubah lingkungannya dalam berbagai cara dan pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kedua aspek dari lingkungan manusia , yaitu alam dan ciptaan manusia sama-sama penting bagi kesejahteraan dan untuk perwujudan HAM itu sendiri.
2. Perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup manusia merupakan masalah besar yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan ekonomi di seluruh dunia, Hal ini menjadi keinginan yang mendesak bangsa-bangsa seluruh dunia serta merupakan kewajiban dari semua Pemerintah
3. Manusia secara terus-menerus memperbanyak pengalamannya dan terus menggali, menemukan, mencipta serta terus mengalami kemajuan.. Di masa kini, kemampuan manusia untuk mengubah lingkungannya, jika digunakan secara bijak, dapat membawa manfaat yang membangun bagi semua bangsa dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup. Penerapan yang salah atau semena-mena, kekuatan yang sama dapat sangat membahayakan manusia dan lingkungannya. Kita lihat di sekitar kita semakin banyak bukti dari kebrutalan kelakuan manusia di berbagai belahan dunia tingkat pencemaran baik air, udara, bumi serta makhluk hidup berada pada tingkatan yang berbahaya; bencana hebat dan tidak dikehendaki terhadap keseimbangan ekologi biosfer; kehancuran dan penipisan sumber daya non hayati; dan defisinesi kotor , berbahaya bagi fisik, mental dan kesehatan sosial manusia, dalam lingkungan buatan manusia, khususnya dalam lingkungan dan ruang kerja
4. Di negara-negara berkembang sebagian besar masalah lingkungan disebabkan oleh pembangunan. Jutaan di antaranya terus hidup, jauh di bawah tingkat minimum yang diperlukan untuk kehidupan manusia yang layak, kekurangan pangan dan sandang yang memadai, tempat berteduh dan pendidikan serta kesehatan dan sanitasi. Oleh karena itu, negara-negara berkembang harus mengarahkan upaya mereka pada pembangunan, mengingat prioritas mereka dan kebutuhan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan. Untuk tujuan yang sama, negara-negara industri harus melakukan upaya untuk mengurangi kesenjangan diri mereka sendiri dengan negara-negara berkembang. Di negara-negara industri, masalah lingkungan umumnya terkait dengan industrialisasi dan perkembangan teknologi ..
5. Pertumbuhan alami penduduk terus menerus menyajikan permasalahan bagi pelestarian lingkungan, dan kebijakan serta langkah-langkah yang memadai harus diadopsi, sebagaimana mestinya, untuk menghadapi masalah ini. Dibanding semua yang ada di dunia., manusia adalah makhluk yang paling berharga. Yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang mendorong
kemajuan sosial, menciptakan kemakmuran sosial, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta, melalui kerja keras mereka, terus-menerus mengubah sekitarnya. Seiring dengan kemajuan sosial dan kemajuan produksi, ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk memperbaiki lingkungan meningkat setiap harinya
6. Suatu hal telah tercapai dalam sejarah ketika kita sebagai masyrakat dunia diharuskan mengambil sikap kehati-hatian yang lebih sebagai sebuah konsekuensi dari kondisi lingkungan saat ini. Melalui ketidaktahuan atau ketidakpedulian kita bisa melakukan pembahayaan yang besar dan tidak dapat dirubah lagi terhadap bumi di mana kehidupan dan kesejahteraan kita bergantung. Sebaliknya, melalui pengetahuan yang lebih sempurna dan tindakan yang lebih bijaksana, kita dapat memeproleh kehidupan yang lebih baik dalam lingkungan yang lebih mampu memenuhi kebutuhan dan harapan manusia untuk diri kita dan anak cucu kita. Ada pemandangan yang luas untuk peningkatan kualitas lingkungan dan penciptaan kehidupan yang baik. Apa yang dibutuhkan adalah sebuah keantusiaan, pikiran yang tenang dan kuat namun bekerja dengan sepatutnya. Untuk tujuan pencapaian kebebasan akan sebuah dunia yang alami, manusia harus menggunakan pengetahuan untuk membangun, bekerja sama dengan alam, lingkungan yang lebih baik. Untuk mempertahankan dan meningkatkan lingkungan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang telah menjadi suatu keharusan bagi umat manusia-sebuah tujuan untuk dikejar bersama-sama dengan, dan selaras dengan, tujuan yang mapan dan mendasar akan perdamaian dan pembangunan ekonomi dan sosial di seluruh dunia.
7. Untuk mencapai tujuan lingkungan ini akan dituntut penerimaan tanggung jawab oleh warga negara dan masyarakat dan oleh perusahaan dan lembaga-lembaga di setiap tingkatan, semua berbagi secara adil dalam usaha bersama. Individu pada semua lapisan masyarakat seperti juga organisasi-organisasi di berbagai bidang, dengan nilai-nilai mereka dan jberbagai tindakannya, akan membentuk dunia menjadi lingkungan masa depan.
Lokal dan pemerintah nasional akan menanggung beban terbesar untuk kebijakan lingkungan dan tindakan dalam yurisdiksi mereka dalam skala besar. Kerjasama internasional juga diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan sumber daya untuk mendukung negara-negara berkembang dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dalam bidang ini. Sebuah pertumbuhan kelas dalam permasalahan lingkungan., karena tingkatannya adalah regional atau global atau karena mereka mempengaruhi kepentingan umum bagi dunia internasional, akan memerlukan kerjasama yang luas antar bangsa dan tindakan oleh organisasi-organisasi internasional dalam kepentingan bersama.
Konferensi menyerukan kepada Pemerintah dan masyarakat untuk mengerahkan usaha bersama untuk pelestarian dan perbaikan lingkungan manusia, untuk kepentingan semua orang dan bagi keturunan mereka.
Prinsip-prinsip dasar Menyatakan keyakinan umum sebagai berikut :
Prinsip 1
Manusia mempunyai hak asasi terhadap kebebasan, kesetaraan dan kondisi-kondisi kehidupan yang memadai, dalam suatu lingkungan berkualitas yang memungkinkan kehidupan yang bermartabat dan sejahtera, dan ia memegang tanggung jawab suci untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan untuk generasi sekarang dan mendatang. Dalam hal ini, kebijakan mempromosikan atau mengabadikan apartheid, segregasi rasial, diskriminasi, kolonial dan bentuk lain dari penindasan dan pendudukan asing dikutuk dan harus dihilangkan.
Prinsip 2Sumber daya alam bumi, termasuk udara, air, tanah, flora dan fauna dan khususnya contoh perwakilan dari ekosistem alam, harus dijaga untuk kepentingan generasi sekarang dan masa depan melalui perencanaan dan manajemen yang hati-hati, yang sesuai.
Prinsip 3Kapasitas bumi untuk menghasilkan sumber daya vital yang dapat diperbarui harus dipertahankan dan, dimanapun dilaksanakan, dipulihkan atau ditingkatkan.
Prinsip 4Manusia mempunyai tanggung jawab khusus untuk menjaga dan secara bijaksana mengelola warisan satwa liar dan habitatnya, yang sekarang benar-benar terancam punah oleh kombinasi faktor-faktor yang merugikan. Konservasi alam, termasuk satwa liar, harus menerima untuk itu pentingnya dalam perencanaan untuk pembangunan ekonomi.
Prinsip 5Sumber daya bumi yang tidak dapat diperbarui harus digunakan sedemikian rupa untuk menjaga dari bahaya kelelahan masa depan mereka dan untuk memastikan bahwa manfaat dari pekerjaan semacam itu juga dimiliki oleh seluruh umat manusia.
Prinsip 6Pembuangan zat-zat beracun atau bahan lain dan pelepasan panas, dalam jumlah besar atau konsentrasi yang melebihi kapasitas lingkungan yang aman dan tidak berbahaya, harus dihentikan dalam rangka untuk memastikan bahwa kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi tidak berdampak pada ekosistem. Perjuangan seluruh umat manusia dari negara yang rawan pencemaran harus didukung.
Prinsip 7Negara sebaiknya mengambil semua langkah yang memungkinkan untuk mencegah pencemaran laut oleh zat-zat yang bertanggung jawab membahayakan kesehatan manusia,hidup dan kehidupan laut, fasilitas merusak atau yang bertentangan dengan pemanfaatan laut yang sah lainnya.
Prinsip 8Pembangunan ekonomi dan sosial sangat penting untuk menjamin sebuah kehidupan yang baik dan lingkungan kerja bagi manusia dan untuk menciptakan kondisi di bumi yang diperlukan bagi peningkatan kualitas hidup.
Prinsip 9
Defisiansi lingkungan yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi akibat pengembangan dan bencana alam menimbulkan masalah yang mematikan dan paling baik dapat diatasi dengan percepatan pembangunan melalui transfer keuangan dan bantuan teknologi dalam jumlah besar sebagai pelengkap upaya dalam negeri negara-negara berkembang dan semacam bantuan tepat waktu sejauh diperlukan.
Prinsip 10Untuk negara-negara berkembang, kestabilan harga dan pendapatan yang memadai untuk komoditas primer dan bahan baku sangat penting untuk pengelolaan lingkungan hidup, karena itu faktor-faktor ekonomi serta proses-proses ekologis harus diperhitungkan
Prinsip 11Kebijakan lingkungan dari semua Negara harus meningkatkan dan tidak akan merugikan potensi pembangunan sekarang atau masa depan negara-negara berkembang, juga tidak boleh menghambat adanya pencapaian kondisi kehidupan yang lebih baik untuk semua, dan langkah-langkah tepat harus diambil oleh negara-negara dan organisasi internasional dengan maksud untuk mencapai kesepakatan mengenai kemungkinan pertemuan nasional dan menghasilkan konsekuensi ekonomi internasional sebagai akibat penerapan langkah-langkah lingkungan.
Prinsip 12Sumber daya harus dibuat tersedia untuk melestarikan dan memperbaiki lingkungan, dengan memperhitungkan keadaan dan persyaratan khusus negara-negara berkembang dan biaya apapun yang mungkin berasal-dari mereka yang menggabungkan perlindungan lingkungan ke dalam perencanaan pembangunan dan kebutuhan akan persediaan bagi mereka, setelah permintaan mereka, penambahan bantuan internasional dalam keuangan dan teknis untuk tujuan ini.
Prinsip 13Dalam rangka mencapai pengelolaan yang lebih rasional dan dengan demikian sumber daya untuk memperbaiki lingkungan, negara harus mengadopsi pendekatan terpadu dan terkoordinasi untuk perencanaan pembangunan mereka untuk memastikan bahwa pembangunan tersebut kompatibel dengan kebutuhan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan untuk kepentingan populasi mereka.
Prinsip 14Perencanaan rasional merupakan alat penting untuk mendamaikan setiap konflik antara kebutuhan pembangunan dan kebutuhan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan.
Prinsip 15Perencanaan harus diterapkan pada pemukiman manusia dan urbanisasi dengan tujuan untuk menghindari dampak buruk terhadap lingkungan dan memperoleh manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan yang maksimal untuk semua. Dalam hal ini proyek-proyek yang dirancang melengkung untuk kolonialis dan dominasi rasis harus ditinggalkan.
Prinsip 16Demografis kebijakan yang tanpa prasangka terhadap hak asasi manusia dan yang dianggap tepat oleh Pemerintah yang bersangkutan harus diterapkan di daerah-daerah di mana laju pertumbuhan
penduduk atau konsentrasi penduduk yang berlebihan cenderung memiliki dampak yang merugikan lingkungan hidup manusia dan menghambat pembangunan.
Prinsip 17Lembaga-lembaga nasional yang tepat harus dipercayakan dengan tugas perencanaan, mengelola atau mengendalikan 9 sumber daya lingkungan negara-negara dengan maksud untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Prinsip 18Ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai bagian dari sumbangan mereka kepada pembangunan ekonomi dan sosial, harus diterapkan pada identifikasi, penghindaran dan pengawasan risiko lingkungan dan pemecahan masalah lingkungan dan untuk kebaikan bersama umat manusia.
Prinsip 19Pendidikan dalam masalah lingkungan hidup, untuk generasi muda dan juga orang dewasa, memberikan pertimbangan kepada kaum miskin, adalah penting untuk memperluas basis untuk pencerahan pendapat dan bertanggung jawab melaksanakan bagi individu, perusahaan dan masyarakat dalam melindungi dan meningkatkan lingkungan dalam dimensi penuh manusia ini..Hal ini juga penting bahwa komunikasi media massa berkontribusi untuk menghindari kerusakan lingkungan, tetapi, sebaliknya, menyebarkan informasi dari alam pendidikan pada kebutuhan untuk proyek dan meningkatkan lingkungan dalam rangka untuk memungkinkan mal untuk berkembang dalam semua hal.
Prinsip 20Penelitian ilmiah dan pengembangan dalam konteks masalah lingkungan, baik nasional maupun multinasional, harus dipromosikan di semua negara, terutama negara-negara berkembang.Dalam hubungan ini, arus bebas dari informasi ilmiah yang mengikuti perkembangan jaman dan transfer pengalaman harus didukung dan dibantu, untuk memfasilitasi penyelesaian masalah lingkungan; teknologi lingkungan harus dibuat tersedia bagi negara-negara berkembang dalam hal-hal yang akan mendorong penyebar luasannya tanpa mernjadi beban ekonomi di negara-negara berkembang.
Prinsip 21Negara-negara telah sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan prinsip-prinsip hukum internasional, hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya mereka sendiri sesuai dengan kebijakan lingkungan mereka sendiri, dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa aktivitas dalam yurisdiksi atau kontrol mereka tidak menyebabkan kerusakan untuk lingkungan Negara-negara lainnya atau kawasan di luar batas yurisdiksi nasional.
Prinsip 22Negara-negara akan bekerja sama untuk mengembangkan lebih lanjut hukum internasional tentang tanggung jawab dan kompensasi untuk korban pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya yang disebabkan oleh kegiatan dalam yurisdiksi atau pengawasan Negara-negara tersebut untuk kawasan di luar yurisdiksi mereka.
Prinsip 23
Tanpa berprasangka terhadap kriteria tersebut dapat disepakati oleh masyarakat internasional, atau dengan standar-standar yang harus ditentukan secara nasional, ini akan menjadi hal penting dalam semua kasus untuk mempertimbangkan sistem nilai-nilai yang berlaku di setiap negara, dan sejauh mana penerapan standar yang berlaku untuk negara-negara yang paling maju, tetapi yang mungkin menjadi beban sosial tidak tepat dan tidak beralasan untuk negara-negara berkembang.
Prinsip 24Masalah internasional mengenai perlindungan dan perbaikan lingkungan harus ditangani dalam semangat kerjasama oleh semua negara, besar dan kecil, pada pijakan yang sama.Kerjasama multilateral atau bilateral melalui pengaturan atau sarana lain yang tepat sangat penting untuk mengendalikan, mencegah, mengurangi dan menghilangkan secara efektif dampak merugikan lingkungan akibat kegiatan yang dilakukan di semua bidang, sedemikian rupa yang berdampak pada nilai yang diambil dari kedaulatan dan kepentingan semua Serikat.
Prinsip 25Negara-negara harus memastikan bahwa organisasi-organisasi internasional menjalankan peran yang terkoordinasi, efisien dan dinamis untuk perlindungan dan perbaikan lingkungan.
Prinsip 26Manusia dan lingkungan harus terhindar dari efek senjata nuklir dan semua jenis pemusnah massal. Negara harus berusaha untuk mendesak tercapainya kesepakatan , dalam organ-organ internasional yang relevan, tentang penghapusan dan pelengkapan penghancuran senjata tersebut.
KTT Bumi Rio de Janeiro
Dalam pandangan dan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Deklarasi Stockholm 1972, anata lain
ditegaskan bahwa sebagian besar problema lingkungan di negara berkembang disebabkan oleh
kemiskinan. Sedangkan di negara-negara maju justru disebabkan oleh industrialisasi dan
kemajuan teknologi. Pemanfaatan lingkungan hidup tetap diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan fisik manusia dan sekaligus untuk berkembangnya nilai-nilai intelektual, moral, sosial
dan spiritual. Seluruh masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang,
semua unsur pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha, mempunyai kepentingan dan
tanggung jawab yang sama untuk menjaga dan memelihara lingkungan bagi generasi sekarang
sampai generasi mendatang, dengan mempertahankan tujuan mendasar dari perdamaian dan
pembangunan ekonomi global. Topik yang diangkat dalan konferensi ini adalah permasalahan
polusi, perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, penggunaan dan pengelolaan sumber daya air
dan lautan, meluasnya penggundulan hutan, penggurunan dan degradasi tanah, limbah-limbah
berbahaya serta berkurangnya keanekaragaman hayati.
KTT Bumi berupaya manyatukan perhatian dunia tentang masalah lingkungan yang terjadi.
Masalah tersebut sangat berkaitan erat de3ngan kondisi ekonomi dan masalah keadilan sosial.
Kon ferensi ini juga mendeklarasikan bahwa jika rakyat miskin dan ekonomi nasionalnya lemah,
maka lingkungannya yang menderita. Jika lingkungan hidup disalah gunakan dan sumber daya-
nya dikonsumsi secara berlebihan, akibatnya rakyat akan menderita dan perekonomian-pun akan
morat-marit.
Tujuan utama KTT Bumi ini adalah untuk menghasilkan agenda lanjutan, sebagai sebuah
perencanaan bagi gerakan internasional dalam menghadapi isu-isu lingkungan hidup dan pemb
angunan. Perencanaan tersebut akan membantu memberi arahan bagi suatu kerja sama
internasional serta pembuatan kebujakan pembangunan ke depan.
Konferensi Rio kemudian menyepakati bahwa konsep pembangunan berkelanjutan merupakan
tujuan dari setiap manusia. Bagaimanapun, menyatukan dan menyeimbangkan perhatian di
bidang ekonomi, sosial dan lingkungan membutuhkan cara pandang baru. Baik mengenai
bagaimana kita menghasilkan dan memakai sumberdaya, bagaimana kita hidup, bagaimana kits
bekerja, bagaimana kita bergaul dengan orang lain, atau bagaimana cara kita membuat
keputusan. Konsep ini menjadi perdebatan panjang, baik dikalangan pemerintahan, juga antara
pemerintah dan masyarakatnya tentang bagaimana mencapai keberlanjutan tersebut.
Konferensi Rio de Janeiro menghasilkan lima dokumen, yaitu :
a) Deklarasi Rio de Janeiro ,tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (The Rio de Janeiro
Declaration on Environment and Development ) juga dikenal dengan “Earth Chapter” terdiri
atas 27 prinsip yang memacu dan memprakarsai kerja sama internasional, perlunya
pembangunan dilanjutkan dengan prinsip perlindungan lingkungan, dan perlu adanya analisis
mengenai dampak lingkungan. Deklarasi ini juga mengakui pentingnya peran serta masyarakat
yang tidak hanya dikonsultasi mengenai rencana pembangunan, tetapi juga ikut serta dalam
pengambilan keputusan, serta aktif dalam proses pelaksanaan dan ikut menikmati hasil
pembangunan itu.
Berikut ini adalah Prinsip Pembangunan Berkelanjutan pilihan dari Deklarasi Rio (UNCED,1992
dalam Mitchel Bruce,dkk,2007) :
Prinsip 1 : Manusia menjadi pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan. Mereka hidup
secara sehat dan produktif, selaras dengan alam.
Prinsip 2 : Negara mempunyai, dalam hubungannya dengan the Charter of the United Nations
dan prinsip hukum internasional, hak penguasa untuk mengeksploitasi sumberdaya mereka yang
sesuai dengan kebijakan lingkungan dan pembangunan mereka……….
Prinsip 3 : Hak untuk melakukan pembangunan harus diisi guna memenuhi kebutuhan
pembangunan dan lingkungan yang sama dari generasi sekarang dan yang akan datang.
Prinsip 4 : Dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan
seharusnya menjadi bagian yang integral dari proses pembangunan dan tidak dapat dianggap
sebagai bagian terpisah dari proses tersebut.
Prinsip 5 : Semua nagara dan masyarakat harus bekerja sama memerangi kemiskinan yang
merupakan hambatan mencapai pembangunan berkelanjutan……..
Prinsip 8 : Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan kualitas kehidupan masyarakat
yang lebih baik, negara harus menurunkan atau mengurangi pola konsumsi dan produksi, serta
mempromosikan kebijakan demografi yang sesuai.
Prinsip 9 : Negara harus memperkuat kapasitas yang dimiliki untuk pembangunan berlanjut
melalui peningkatan pemahaman secara keilmuan dengan pertukaran ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dengan meningkatkan pembangunan, adaptasi, alih teknologi, termasuk
teknologi baru dan inovasi teknologi.
Prinsip 10 : Penanganan terbaik isu-isu lingkungan adalah dengan partisipasi seluruh
masyarakat yang tanggap terhadap lingkungan dari berbagai tingkatan. Di tingkat nasional,
masing-masing individu harus mempunyai akses terhadap informasi tentang lingkungan,
termasuk informasi tentang material dan kegiatan berbahaya dalam lingkungan masyarakat, serta
kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Negara harus
memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk tanggap dan partisipasi melalui pembuatan
informasi yang dapat diketahui secara luas.
Prinsip 15 : Dalam rangka mempertahankan lingkungan, pendekatan pencegahan harus
diterapkan secara menyeluruh oleh negara sesuai dengan kemampuannya. Apabila terdapat
ancaman serius atau kerusakan yang tak dapat dipulihkan, kekurangan ilmu pengetahuan
seharusnya tidak dipakai sebagai alasan penundaan pengukuran biaya untuk mencegah
penurunan kualitas lingkungan.
Prinsip 17 : Penilaian dampak lingkungan sebagai instrument nasional harus dilakukan untuk
kegiatan-kegiatan yang diusulkan, yang mungkin mempunysai dampak langsung terhadap
lingkungan yang memerlukan keputusan di tingkat nasional.
Prinsip 20 : Wanita mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan pembangunan
lingkungan. Partisipasi penuh mereka perlu untuk mencapai pembangunan berlanjut.
Prinsip 22 : Penduduk asli dan setempat mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan
pembangunan lingkungan karena pemahaman dan pengetahuan tradisional mereka. Negara harus
mengenal dan mendorong sepenuhnya identitas, budaya dan keinginan mereka serta menguatkan
partisipasi mereka secara efektif dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
b) Konvensi Perubahan Iklim /“The Framework Convention on Climate Change (FCCC)” :
Yang memuat kesediaan negara-negara maju untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan
melaporkan secara terbuka mengenai kemajuan yang diperolehnya dalam hubungan tersebut.
Negara-negara maju juga sepakat untuk membantu negara-negara berkembang dengan sumber
daya dan teknologi dalam upaya negara-negara berkembang untuk memenuhi kewajiban
sebagaimana tercantum dalam konvensi. Kesepakatan Hukum yang telah mengikat telah
ditandatangani oleh 152 pemerintah pada saat konferensi berlangsung. Tujuan pokok Konvensi
ini adalah “ Stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang telah
mencegah terjadinya intervensi yang membahayakan oleh manusia terhadap sistem iklim, yang
mengharuskan pengurangan sumber emisi gas seperti CO2, emisi pabrik, transportasi dan
penggunaan energy fosil pada umumnya”. Dalam Pasal 3 Konvensi dicantumkan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
(1) Para pihak harus melindungi sistem iklim untuk kepentingan kehidupan generasi kini dan
yang akan datang, atas dasar keadilan dan sesuai dengan tanggung jawab bersama yang berbeda-
beda dan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sesuai dengan itu, pihak negara maju harus
mengambil peranan penting dalam menanggulangi perubahan iklim dan kerugian yang
diakibatkan.
(2) Kebutuhan tertentu dan keadaan khusus dari pihak negara berkembang, terutama yang rawan
terhadap akibat perubahan iklim yang merugikan, dan bagi para pihak, teutama pihak negara
berkembang yang harus memikul ketidak seimbangan atau beban tidak wajar berdasarkan
konvensi ini, harus diberikan pertimbangan penuh.
(3) Para pihak harus mengambil tindakan pencegahan untuk mengantisipasi, mencegah atau
mengurangi penyebab dari perubahan iklim dan meringankan akibat yang merugikan. Apabila
ada ancaman serius atau kerusakan yang tidak dapat dipuilihkan, ketiadaan kepastian ilmiah
yang lengkap tidak boleh dijadikan alas an untuk menunda tindakan demikian itu, dengan
pertimbangan bahwa kebijaksanaan dan tindakan yang berkaitan dengan perubahan iklim harus
berdasarkan efektifitas biaya untuk terjaminnya manfaat secara global berdasarkan biaya
serendah mungkin. Untuk mencapai ini, kebijaksanaan dan tindakan demikian harus
mempertimbangkan konteks sosio-ekonomi yang berbeda, harus komprehensif, mencakup semua
sumber yang relevan, bak cuci dan tempat penyimpan gas rumah kaca serta penyesuaian dan
mencakup semua sector ekonomi. Upaya-upaya untuk menghadapi perubahan iklim dapat
dilakukan secara kerjasama dengan berbagai pihak yang berkepentingan.
(4) Semua pihak mempunyai hak untuk dan harys memajukan pembangunan berkelanjutan.
Kebijaksanaan dan tindakan untuk melindungi sistem iklim terhadap perubahan akibat campur
tangan manusia harus memadai bagi keadaan khusus setiap pihak dan harus diintegrasikan
dengan program pembangunan nasional, dengan memperhityngkan bahwa pembangunan
ekonomi adalah essensial bagi dilakukannya tindakan-tindakan untuk menghadapi perubahan
iklim.
(5) Semua pihak harus bekerjasama untuk mengembangkan sistem ekonomi internasional yang
menunjang dan bersifat terbuka menuju pada pwertumbuhan ekonomi dan permbangunan bagi
semua pihak, khususnya pihak negara berkembang, sehingga memungkinkan mereka untuk
secara lebih baik menghadapi perubahan iklim. Tindakan yang harus dilakukan untuk
menanggulangi perubahan iklim, termasuk tindakan unilateral, tidak boleh menjadi sarana bagi
diskriminasi sewenang-wenang dan tidak bertanggungjawab atau pembatasan perdagangan
internasional yang terselubung.
Pasal 23 ayat 1 menyatakan, bahwa Konvensi akan berlaku pada hari ke-90 setelah hari/tanggal
deposit instrument ke-50 ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau akses.
Pasal 23 ayat 2 menyatakan, bahwa untuk setiap negara atau organisasi integrasi ekonomi
regional yang meratifikasi, menerima atau menyetujui atau ikut serta setelah deposit instrument
ke-50 ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau akses. Konvensi diberlakukan pada hari ke-90
setelah tanggal deposit negara itu atau organisasi integrasi ekonomi regional dari instrument
ratifikasi, penerimaan, persetujuian atau akses.
Pasal 23 ayat 3 menyatakan bahwa untuk maksud dari ayat 1 dan 2 di atas, setiap instrument
yang didepositokan oleh sesuatu organisasi integrasi ekonomi regional tidak dihitung sebagai
tambahan pada yang didepositokan oleh anggota-anggota negara dari organisasi tersebut.
Konvensi ini dibuat di New York pada tanggal 9 Mei 1992.
c) Konvensi Keanekaragaman Hayati / “The Convention on Biological Diversity “ : yang
memberikan landasan untuk kerjasama internasional dalam rangka konservasi spesies dan
habitat. Kesepakatan Hukum yang mengikat telah ditandatangani sejauh ini oleh 168 Negara.
Menguraikan langkah-langkah kedepan dalam pelestarian keragaman hayati dan pemanfaatan
berkelanjutan komponen – kompennya, serta pembagian keuntungan yang adil dan pantas dari
penggunaan sumber daya genetic. Konvensi keanekaragaman hayati ini menyatakan dalam Pasal
1 tentang tujuannya, yaitu melestarikan dan mendayagunakan secara berkelanjutan
keanekaragaman hayati dan berbagai keuntungan secara adil dan merata dari hasil pemanfaatan
sumber genetika melalui akses terhadap sumber genetika tersebut, alih teknologi yang relevan,
serta pembiayaan yang cukup dan memadai. Asas dalam Pasal 3 menyatakan, bahwa Negara
memiliki kedaulatan untuk mengeksploitasi sumber alamnya sesuai dengan kebijaksanaan
pembangunan dan lingkungannya, serta mempunyai tanggung jawab untuk menjamin bahwa
kegiatannya itu tidak akan merusak lingkungan baik di dalam maupun di luar wilayah negaranya.
Konvensi ini dibuat di Rio de Janeiro pada tanggal 5 Juni 1992. Pada waktu Konferensi Rio
berakhir. Indonesia telah meratifikasi Konvensi ini dengan Undang-Undang No.5 Tahun 1994
pada tanggal 1 Agustus 1994.
d) Pernyataan Prinsip-Prinsip Kehutanan : Prinsip – prinsip yang telah mengatur kebijakan
nasional dan internasional dalam bidang kehutanan. Dirancang untuk menjaga dan melakukan
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya hutan global secara berkelanjutan yang bermakna
ekonomi dan keselamatan berbagai jenis biotanya. Prinsip-prinsip ini seharusnya mewakili
konsesi pertama secara internasional mengenai pemanfaatan secara lestari berbagai jenis hutan.
Prinsip tentang hutan ini mencakup tentang semua jenis hutan, yaitu hutan boreal, hutan iklim,
hutan tropic dan hutan austral. Dalam prinsip ini diakui fungsi ganda hutan yaitu untuk
memenuhi kebutuhan sosial ekonomi, ekologi, cultural dan spiritual generasi akan datang.
Dengan demikian diakui hak setiap negara untuk menggunakan hutan sebagai sumber daya untuk
pembangunan. Namun pembangunan harus dilakukan dengan berkelanjutan dengan mengingat
kebutuhan generasi yang akan datang. Dalam prinsip ini hutan diakui perlunya alih teknologi
dengan persyaratan yang menguntungkan. Prinsip lain adalah perlunya dikembangkan ekonomi
dan perdagangan internasional yang terbuka dan dilarangnya tindakan unilateral dengan dalih
lingkungan. Berdasarkan prinsip ini tidaklah dibenarkan untuk hanya memperhatikan hutan
tropic saja, baik yang berkaitan dengan pemanasan global maupun kepunahan jenis, melainkan
haruslah semua hutan ( Soemarwoto, Otto, 2004 ).
e) “Agenda 21” atau Komisi Pembangunan Berkelanjutan/Commission on Sustanable
Development ( CSD ) : Komisi ini di bentuk pada bulan Desember 1992. Tujuan CSD adalah
untuk memastikan keefektifan tindak lanjut KTT Bumi. Mengawasi serta melaporkan
pelaksanaan kesepakatan Konferensi Bumi baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
CSD adalah komisi Fungsional Dewan Ekonomi dan Sosial PBB/ Economic and Social
Commssion(ECOSOC) yang beranggotakan 53 negara. Agenda 21, sebuah rancangan tentang
cara mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan dari segi sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup. Telah disepakati bahwa tinjauan lima tahunan majelis Umum PBB tentang Konferensi
Bumi dan Agenda 21 harus dibuat pada bulan Juni 1997, dalam sidang istimewa rapat Earth
Summit + 5, atau Rio + 5 di New York.
Salah satu hasil KTT Bumi lainnya adalah Agenda 21, yang merupakan sebuah program luas
mengenai gerakan yang mengupayakan cara-cara baru dalam berinvestasi di masa depan untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan di abad 21. Rekomendasi – rekomendasi Agenda 21 ini
meliputi cara – cara baru dalam mendidik, memelihara sumberdaya alam, dan berpartisipasi
untuk merancang sebuah ekonomi yang berkelanjutan. Tujuan keseluruhan Agenda 21 ini adalah
untuk menciptakan keselamatan, keamanan dan hidup yang bermartabat. Agenda 21 merupakan
“action plan “ di abad 21, yang walaupun tidak mengikat secara resmi, tetapi memberi arah
strategi dan integritas program pembangunan dengan penyelamatan kualitas lingkungan. Agenda
21 ini disepakati untuk disusun oleh dan untuk masing-masing negara peserta.
Pokok – pokok cakupan Agenda 21 yang merupakan program aksi pembangunan berkelanjutan
adalah sebagai berikut :
a) Social and Economic Dimension yang meliputi : (1) Kerjasama internasional untuk
mempercepat pembangunan berkelanjutan negara berkembang serta kebijakan domestiknya. (2)
Memerangi kemiskinan. (3) Merubah pola konsumsi. (4) Dinamika demografi dan
sustainibilitasi. (5) Proteksi dan peningkatan kesehatan manusia. (6) Promosi pembangunan
pemukiman manusia berkelanjutan. (7) Integrasi lingkungan dan pembangunan dalam
pengambilan keputusan.
b) Conservation and Manajement of Resources for Development yang meliputi : (8)
Proteksi atmosfer. (9) Pendekatan terintegrasi dealam perencanaan dan manajemen sumber daya
lahan. (10) Memerangi deforestasi. (11) Pengelolaan ekosistem yang rawan, memerangi
desertifikasi dan kekeringan. (12) Pengelolaan ekosistem yang rawan, pembangunan pegunungan
berkelanjutan. (13) Mempromosikan pertanian yang berkelanjutan dan pembangunan pedesaan.
(14) Konservasi keanekaragaman hayati. (15) Pengelolaan bioteknologi berwawasan lingkungan.
(16)Proteksi samudera, keanekaragaman kelautan, termasuk lautan dan semi tertutup, kawasan
pesisir serta proteksi dan penngunaan secara rasional berikut pengembangan sumber alam hayati.
(17) Proteksi kualitas dan supply air. (18) Pengelolaan kimia toksik dan bahaya. (19)
Pengelolaan limbah beracun dengan wawasan lingkungan, termasuk pencegahan llintas
internasional secara illegal dalam limbah beracun dan berbahaya. (20) Pengelolaan limbah padat
dan limbah cair berwawasan lingkungan. (21) Pengelolaan yang aman dan berwawasan
lingkungan dari limbah radio aktif.
c) Strengthening the Role of major Group yang meliputi : (22) Aksi global bagi perempuan
mengembangkan oembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. (23) Anak dan Pemuda
dalam pembangunan berkelanjutan. (24) Mengakui dan memberdayakan peranan organisasi non-
pemerintah, mitra dalam pembangunan berkelanjutan. (26) Prakarsa otoritas lokal menunjang
Agenda 21. (27) Memberdayakan peranan buruh serta serikat buruhnya. (28) Memberdayakan
peranan bisnis dan industry. (29) Komunitas ilmuwan dan teknologi. (30) Memberdayakan
peranan petani.
d) Means Of Implementation yang meliputi : (31) Sumber keuangan dan mekanismenya. (32)
Pengalihan teknologi berwawasan lingkungan, kerjasama serta pengembangan kapasitas. (33)
Ilmu pengetahuan bagi pembangunan berkelanjutan. (34) Mempromosikan pendidikan,
kesadaran public dan latihan. (35) Mekanisme nasional dan kerja sama internasional untuk
mengembangkan kapasitas dalam negara berkembang. (36) Pengaturan kelembagaan
internasional, instrumental hukum dan mekanisme internasional. (37) Informasi bagi
pengambilan keputusan.
Pencapaian utama konferensi yang diadakan di Rio de Janeiro, adalah Konvensi Kerja PBB
untuk Perubahan Iklim: United Nations Framework Convention on Climate Change(UNFCCC).
Konvensi ini menjadi dasar pembahasan perubahan iklim ke depan dan menjadi dasar
penyusunan Protokol Kyoto. Protokol yang merupakan tindak lanjut dari Konvensi Perubahan
Iklim ini merupakan rezim global pertama yang menjadikan pemanasan global sebagai isi
utamanya. Tujuan dari protocol ini adalah membatasi emisi karbon tiap-tiap negara yang masuk
dalam daftar negara Annex 1. Negara – negara ini setidaknya harus mengurangi emisi karbonnya
sampai 5 persen dari emisi tahun 1990 . Protokol ini mulai dibuka penandatanganannya di
Kyoto, Jepang, pada 11 Desember 1997 dan dinyatakan berlaku mulai 16 Februari 2005. Namun
sayang protocol ini dinilai tidak efektif karena mundurnya beberapa negara maju seperti Amerika
Serikat dan Australia dan kemunculan negara industri baru, seperti China dan India, yang tidak
masuk dalam daftar negara Annex 1.
Bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara dan gas sebagai penyumbang terbesar polusi planet
bumi sekaligus menyebabkan pemanasan global. Karbondioksida yang merupakan gas buangan
dari pembakaran bahan bakar fosil menyumbang 75 persen penyebab pemanasan global. Efek
gas rumah kaca itu memicu perubahan iklim, badai, banjir dan meningkatnya ketinggian
permukaan laut. Sejumlah negara telah menandatangani Protokol Kyoto, kecuali Amerika
Serikat yang memilih untuk menolak fakta itu. Washington mempunyai argument bahwa
Protokol Kyoto terlalu mahal ongkosnya dan secara tidak langsung menghindarkan Cina dan
India sebagai penyumbang polusi harena percepatan pembangunannya. Menurut Presiden Afsel,
Cina dan AS sama-sama sebagai pengkonsumsi energy terbanyak di dunia. Diprediksikan
konsumsi minyak Cina malonjak hingga 80 juta barel per hari atau 6 juta barel lebih banyak
ketimbang produksi minyak dunia yang Cuma 74 juta barel.
Pada tahun 1994 Dewan Bumi (Earth Council ) dibentuk atas inisiatif Maurice Strong, Sekretaris
Jenderal Konferensi Rio dan Mikhail Gorbachev Presiden Green Cross International. Hal ini
merupakan kelanjutan atau produk KTT Bumi di Rio tahun 1992 untuk memprakarsai
perumusan kembali makna konservasi lingkungan. Di samping itu juga untuk merumuskan
kembali sustainable development serta berupaya mambangun kesadaran bersama tentang makna
kehidupan di Bumi ini. Komisi Piagam Bumi yang dibentuk tahun 1997, telah merumuskan etika
ekologi sebagai landasan pembangunan berkelanjutan dalam sebuah Piagam Bumi (Earth
Charter ). Pada tahun 2000 piagam ini dideklarasikan dan disebarluaskan ke berbagai penjuru
Dunia.
Indonesia dengan beraneka ragam budaya dan latar belakang lingkungan yang berbeda, menurut
Piagam Bumi perlu menerima kenyataan bahwa kita adalah bagian dari “keluarga manusia” dari
“masyarakat bumi” yang mempunyai tujuan (destiny ) yang sama. Dalam Komisi Piagam Bumi
ini duduk sebagai wakil Indonesia adalah Ir. Erna Witular Msi, sedang di Kepedulian dan Etika
Lingkungan (LENTING) yang dipimpin oleh Dr. Sony Keraf, salah seorang mantan Menteri
Lingkungan Hidup.
Pada tahun 2002 diselenggarakan konferensi Puncak Rio+10 di Johannesburg yang dihadiri oleh
Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Untuk kesekian kali yang diperbincangkan adalah konsep
dan pelaksanaan sustainable development yang dinilai belum berhasil baik untuk membebaskan
kemiskinan dan keterbelakangan, ketimpangan dalam ketenagakerjaan, kinerja yang belum
cukup produktif, dan kesetaraan antara konsumsi dasar dengan tingkat produktivitas yang
mendukungnya. Hal ini belum cukup terlaksana karena belum terbina kelembagaan yang
mendukung dan dinikmati hasilnya oleh seluruh anggota masyarakat Bumi.
3. Tanggapan Indonesia Terhadap Hasil-hasil KTT Bumi
Indonesia pada prinsipnya terbuka untuk kemitraan global dengan negara maju yang antara lain
terkait dengan konsep alih teknologi drngan tetap memperhatikan pengembangan teknologi yang
sesuai dengan kondisi Indonesia. Isu lingkungan kemudian makin bergulir dan melahirkan
kesepakatan-kesepakatan, kerjasama bilateral, regional, multilateral. Sampai pada isu
pemanasan global yang sudah dianggap pada taraf serius mengancam kondisi bumi. Protokol
Kyoto 1997 yang disepakati 159 negara dimaksud untuk menahan pemanasan global melalui
pengurangan konsumsi bahan bakar minyak bumi atau energy yang berasal dari fosil.
Dengan adanya KTT Bumi, Pemerintah Indonesia dengan cepat telah menyusun suatu rancangan
guna memenuhi persyaratan umum dari peinsip-prinsip perjanjian lingkungan serta tujuan umum
dari KTT Bumi dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Indonesia dalam dokumen
Agenda 21 nasional diselesaikan akhir tahun 1996, dokumen itu dicapai lewat proyek yang
dibiayai oleh United Nations Development Programme (UNDP) dan dilaksanakan oleh Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, proyek ini diberi nama Post UNCED Planning and Capacity
Building Activities Project, dan produk utama dari proyek ini adalah dokumen Agenda 21
Indonesia. Pada bulan-bulan awal, pelaksanaan proyek Agenda 21-Indonesia difokuskan pada
penetapan lingkup dan tujuan proyek yang mencerminkan isu penting serta perubahan yang
terjadi sejak KTT Bumi pada 1992 serta arah pembangunan di masa mendatang.
Identifikasi isu penting tentang pembangunan dan lingkungan dilakukan melalui survai ke-27
propinsi di Indonesia dengan mewancarai semua pihak terkait. Dengan menggunakan metode
Analisis Hirarki Proses (AHP), data survai diolah yang kemudian disebarkan kepada konsultan
penyusunan Agenda 21 sebagai bahan masukan. Dengan bantuan badan-badan PBB lainnya,
jumlah konsultan penyusun Agenda 21-Indonesia menjadi 22 konsultan nasional yang terlibat
dalam proyek ini. Konsultan penyusun Agenda-21 dibagi ke dalam 18 prioritas bidang dan
mengorganisasi kelompok kerja yang terdiri dari berbagai pihak terkait. Dalam kelompok kerja
ini peserta terdiri dari wakil berbagai lembaga, antara lain pegawai pemerintah, ORNOP,
Akademisi, dan wakil masyarakat umum. Laporan yang dihasilkan dibahas antar anggota
kelompok guna memperoleh suatu kesepakatan tentang prioritas program, tujuan, kegiatan yang
duisulkan, serta sarana pelaksanaannya. Para konsultan dibantu oleh empat coordinator dengan
pembagian sebagai berikut : (1) Pelayanan Masyarakat; (2) Pengelolaan Limbah; (3) Pengelolaan
Sumber Daya Lahan; dan (4) Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal, pendekatan broadbased-participation dilakukan
melalui berbagai seminar dan lokakarya yang melibatkan para pakar di bidang pembangunan dan
lingkungan baik dari kalangan pemerintah ( Bappenas, Departemen Teknik, dll), maupun dari
kalangan bisnis, dan masyarakat luas lainnya. Konsultan aktif secara terus menerus dilakukan
dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah serta dengan Kepala Biro Perencanaan
Departemen terkait sedemikian rupa sehingga publikasi awal Agenda 21-Indonesia dapat
diterbitkan.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, maka
integrasi pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan merupakan syarat yang harus dianut
oleh semua sektor pembangunan terkait. Kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan ini adalah
dilaksanakannya kemitraan nasional oleh seluruh sector yang berkaitan dengan pembangunan
dan lingkungan, yang merupakan inti dari tujuan baik Agenda 21 Global maupun Agenda 21-
Indonesia. Agenda 21-Indonesia memberikan serangkaian pandangan dan inspirasi yang dapat
dimasukkan ke dalam proses perencanaan pada setiap tingkatan pembangunan di Indonesia,
sedemikian rupa sehingga lembaga-lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat luas lainnya
dapat memanfaatkan dokumen ini sebagai referensi bagi penyusunan perencanaan dan program-
program jangka pendek dan panjang dalam menghadapi pasar bebas di masa mendatang dan
dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang diidam-idamkan. Agenda 21-Indonesia
juga memberikan seperangkat saran dan rekomendasi bagi kegiatan-kegiatan dan strategi
pelaksanaannya untuk penyusunan GBHN, Repelita VII dan berikutnya. Dokumen ini secara
komprehensif dan rinci mengungkapkan kaitan antara pembangunan ekonomi dan sosial, serta
perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya alam, serta memberikan “paradigma baru”
bagi pencapaian pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Sebagai kesimpulan, Agenda 21-Indonesia dapat dijadikan sebagai suatu advisory document
yang mencakup aspek kebijakan, pengembangan program dan strategi yang meliputi hampir
seluruh perencanaan pembangunan bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Dokumen berisi
rekomendasi untuk pembangunan berkelanjutan sampai tahun 2020 untuk setiap sektor
pembangunan, termasuk pelayanan masyarakat dan partisipasi masyarakat.
Cakupan Agenda 21 Nasional yang dikembangkan di Indonesia adalah :
a) Pelayanan Masyarakat : (1) Pengentasan kemiskinan; (2) Perubahan pola konsumsi; (3)
Dinamika penelitian; (4) Pengelolaan dan peningkatan kesehatan; (5) Pembangunan perumahan
dan pemukiman; (6) Instrumen Ekonomi serta neraca ekonomi dan lingkungan terpadu.
b) Pengelolaan Limbah : (7) Perlindungan Atmosfer; (8) Pengelolaan Limbah Bahan Beracun
dan Berbahaya ; (9) Pengelolaan bahan kimia beracun; (10) Pengelolaan limbah radioaktif; (11)
Pengelolaan limnah padat dan cair.
c) Pengelolaan Sumber Daya Tanah : (12) Penataan sumber daya tanah; (13) Pengelolaan hutan;
(14) Pengembangan pertanian; (15) Pengembangan pedesaan; (16) Pengelolaan sumber daya air.
d) Pengelolaan Sumber Daya Alam : (17) Konservasi keanekaragaman hayati; (18)
Pengembangan bioteknologi; (19) Pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan.
Dalam masalah pengentasan kemiskinan yang masih menjadi isu sentral di Indonesia, meskipun
kemiskinan pernah menurun pada kurun waktu 1976 – 1996, dari 40,1% menjadi 11,3%, dari
total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah orang miskin kembali meningkat pada periode 1996 –
1999, akibat dari krisis multidimensial yang menerpa Indonesia. Jumlah penduduk miskin pada
periode 1996 – 1998 meningkat tajam dari 22,5 juta jiwa ( 11,3% ) menjadi 49,5 juta jiwa
( 24,2% ), atau bertambah sebanyak 27 juta jiwa ( BPS,1999 dalam Huraera, Abu, 2007 ).
Hasil pendataan BPS pada tahun 2004, penduduk miskin di Indonesia sebanyak 36,1 juta jiwa
atau setara dengan 9 juta rumah tangga miskin. BPS memperkirakan rumah tangga miskin secara
nasional pada tahun 2005 mencapai 15,5 juta rumah tangga miskin, atau sama dengan 62 juta
jiwa penduduk miskin ( 17 September 2005 ).
Dalam upaya mengatasi kemiskinan tersebut maka telah dilakukan berbagai program, misalnya,
program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ), No.5/1993, tentang Peningkatan Penanggulangan
Kemiskinan. Pada saat terjadinya krisi ekonomi yang kemudian berlanjut menjadi krisis
multidimensional, diluncurkan Program Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi
(PDM-DKE), yang kemudian dilanjutkan dengan Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan
( P2KP ).
Dalam UU No. 5 tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological
Diversity ( Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keaneka ragaman Hayati )
dijelaskan bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menggariskan agar
Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945 menggariskan bahwa “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat “, selain itu juga Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1993 tentang Garis – Garis Besar Haluan Negara,
khususnya tentang Lingkungan Hidup dan Hubungan Luar Negeri, antara lain menegaskan
sebagai berikut :
a) Pembangunan lingkungan hidup yang merupakan bagian penting dari ekosistem yang
berfungsi sebagai penyangga kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi diarahkan pada
terwujudnya kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam keseimbangan dan keserasian yang
dinamis dengan perkembangan kependudukan agar dapat menjamin pembangunan nasional yang
berkelanjutan. Pembangunan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan mutu, memanfaatkan
sumber daya alam secara berkelanjutan, merehabilitasi kerusakan lingkungan, mengendalikan
pencemaran, dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
b) Sumber daya alam di darat, di laut maupun di udara , dikelola dan dimanfaatkan dengan
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup agar dapat mengembangkan daya dukung dan
daya tamping lingkungan yang memadai untuk memberikan manfaat bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat, baik bagi generasi masa kini maupun bagi generasi masa depan. Kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya peranan lingkungan hidup dalam kehidupan manusia terus
ditumbuhkembangkan melalui penerangan dan pendidikan dalam dan luar sekolah, pemberian
rangsangan, penegakan hukum, dan disertai dengan dorongan peran aktif masyarakat untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan ekonomi sosial.
c) Konservasi kawasan hutan nasional termasuk flora dan faunanya serta keunikan alam terus
ditingkatkan untuk melindungi keanekaragaman plasma nutfah, jenis spesies, dan ekosistem.
Penelitian dan pengembangan potensi manfaat hutan bagi kepentingan kesejahteraan bangsa,
terutama bagi pengembangan pertanian, industry, dan kesehatan terus ditingkatkan. Inventarisasi,
pemantauan dan perhitungan nilai sumber daya alam dan lingkungan hidup terus dikembangkan
untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatannya.
d) Kerja sama regional dan internasional mengenai pemeliharaan dan perlindungan lingkungan
hidup, dan peran serta dalam pengembangan kebijaksanaan internasional serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tentang lingkungan perlu terus ditingkatkan bagi kepentingan
pembangunan berkelanjutan.
e) Hubungan luar negeri merupakan kegiatan antar bangsa baik regional maupun global melalui
berbagai forum bilateral dan multilateral yang diabadikan pada kepentingan basional, dilandasi
prinsip politik luar negeri bebas aktif dan diarahkan untuk turut mewujudkan tatanan dunia baru
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta ditujukan untuk lebih
meningkatkan kerjasama internasional, dengan lebih memantapkan dan meningkatkan peranan
Gerakan Nonblok.
f) Peranan Indonesia di dunia internasional dalam membina dan mempererat persahabatan dan
kerjasama yang saling menguntungkan antara bangsa-bangsa terus diperluas dan ditingkatkan.
Perjuangan bangsa Indonesia di dunia internasional yang menyangkut kepentingan nasional,
seperti upaya lebih memantapkan dasar pemikiran kenusantaraan, memerlukan ekspor dan
penanaman modal dari luar negeri serta kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu terus
ditingkatkan.
g) Langkah bersama antar negara berkembang untuk mempercepat terwujudnya perjanjian
perdagangan internasional dan meniadakan hambatan serta pembatasan yang dilakukan oleh
negara industry terhadap eksport negara berkembang, dan untuk meningkatkan kerjasdama
teknik antar negara berkembang, terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan tata ekonomi serta
tata informasi dan komunikasi dunia baru.
Peranan aktif pemerintah RI disesuiakan dengan amanat yang digariskan baik GBHN maupun
program yang digariskan pemerintah dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan
nasional melalui pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi. Pengakuan
masyarakat internasional kepada Indonesia menjadi ketua Preparatory Committee WSSD (World
Summit on Sustainable Development ) dan menjadi tuan rumah sidang persiapan terakhir pada
tingkat Menteri WSSD membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi pemerintah dan masyarakat
Indonesia untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari pelaksanaan WSSD. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang mengeluarkan Agenda 21- In donesia mengenai
strategi pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal dan nasional pada tahun 1997 serta memiliki
Agenda 21 Sektoral yang dapat dijadikan dasar di dalam meningkatkan pelaksanaan agenda
pembangunan berkelanjutan. Indonesia meratifikasi seluruh konvensi hasil UNCED 1992
( UNFCCC, UNCBD, dan UNCCD ) dan memiliki perangkat normative penunjang pelaksanaan
agenda pembangunan berkelanjutan seperti Undang-Undang Lingkungan Hidup serta beberapa
ketentuan dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan
Keputusan Menteri.
Sebelum tahun 1982 peraturan hukum mengenai lingkungan tersebar dalam berbagai peraturan
perundang-undangan. Masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut berdiri sendiri,
tidak ada ikatan antara satu dengan yang lainnya sehingga efektifitasnya sudah banyak yang
berkurang ( Abdurachman, 1983). Karena itu dibutuhkan peraturan perundangan lingkungan
yang menyeluruh, integral dan komprehensif. Keinginan tersebut terwujud pada tanggal 11
Maret tahun 1982 yaitu dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH) oleh Presiden Republik
Indonesia. Undang-Undang ini menjadi landasan hukum seluruh kebijakan dan penyelenggaraan
pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia selama 15 tahun yaitu dari tahun 1982 sampai tahun
1997. Pada tanggal 19 eptember 1997 Presiden Republik Indonesia telah mensahkan berlakunya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)
sebagai pengganti UULH.
http://the-catetan.blogspot.com/2010/04/deklarasi-konferensi-perserikatan.html 12.06 14/9/14