tingkat pengetahuan ibu multipara … pengantar puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt...

73
TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG SIBLING RIVALRY DI TAMAN KANAK KANAK SRI JUWITA HANUM SURAKARTA TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : Putri Eriyana Aswin Sarie NIM B11 161 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Upload: letuong

Post on 23-May-2018

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG

SIBLING RIVALRY DI TAMAN KANAK – KANAK

SRI JUWITA HANUM SURAKARTA

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

Putri Eriyana Aswin Sarie

NIM B11 161

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara tentang

Sibling Rivalry di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta Tahun

2014”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas

akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta

2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan

Kusuma Husada Surakata.

3. Ibu Anis Nurhidayati, S ST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing meluangkan

waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu Iis Aisyah, S.Pd, selaku Kepala Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum

Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin penelitian kepada penulis

dalam pengambilan data dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. Ibu G.Tjiptaningrum, S.Pd, selaku Kepala Taman Kanak – Kanak Indriyasana

III Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin uji coba penelitian kepada

penulis.

6. Seluruh responden yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian ini.

7. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

v

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan,

oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 3 Juni 2014

Penulis

vi

Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Putri Eriyana Aswin Sarie

B11 161

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG SIBLING

RIVALRY DI TAMAN KANAK – KANAK SRI JUWITA HANUM

SURAKARTA

TAHUN 2014

xii+ 59 halaman + 20 lampiran + 8 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak

tumbuh dan berkembang. Pertama kali seorang anak mengembangkan diri secara

sosial adalah kepada keluarga sendiri. Anak berhubungan secara emosional

kepada ayah, ibu, dan saudara – saudara. Kehadiran seorang anggota

keluarga baru berpengaruh terhadap anak yang lebih tua, bila perbedaan usia

antara 2 - 3 tahun bisa dikatakan merupakan suatu ancaman bagi anak yang lebih

tua. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan

cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orang tua. Hasil studi

pendahuluan di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada 23

oktober 2013 dari wawancara 5 ibu multipara yang memiliki pengetahuan baik 1

orang (20%), cukup 2 ibu (40%), dan kurang 2 orang(40%).

Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry di

Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta tahun 2014 pada kategori

baik, cukup dan kurang.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif,

dilakukan di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada bulan

Februari 2014. Sampel yang digunakan berjumlah 45 orang dengan menggunakan

teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat yang

dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner.

Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry di

Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta tahun 2014 dapat

dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 6 ibu (13,33%), yang mempunyai

pengetahuan cukup 33 ibu (73,33%), dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 6

ibu (13,33%).

Kesimpulan: Responden dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 33 responden (73,33%)

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu Multipara, Sibling Rivalry.

Kepustakaan : 22 literatur (Tahun 2008 s/d 2013)

vii

MOTTO

v Seberat apapun harimu, jangan pernah biarkan seseorang membuat mu merasa

bahwa kamu tak pantas mendapat apa yang kamu inginkan.

v Jika kamu percaya pada diri mu, tidak ada yang dapat menghentikan mu untuk

mencapai apa yang kamu inginkan.

v Apabila kamu telah selesai dalam satu pekerjaan, maka segeralah mengerjakan

pekerjaan yang lain.

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis

persembahkan :

1. Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan

Hidayah – Nya, sehingga terwujud karya tulis ini.

2. Ayah dan Bunda tercinta terima kasih atas segala doa

restu dan cinta kasihnya selama ini, sehingga puput

sampai disaat membahagiakan seperti ini.

3. Adik – adik ku tercinta, Dimas dan Intan yang sudah

memberikan inspirasi dalam pembuatan ide karya

tulis ini.

4. Almahrum Kakek tercinta, atas doa restu dan pesan

mu, puput dapat mewujudkan cita – cita ini.

5. Ibu Anis Nurhidayati , S.ST, M.Kes terima kasih atas

kesabaran dalam membimbing selama ini.

6. M Afif Alfianto terima kasih atas dukungan yang

telah kamu berikan.

7. Teman – teman semua Ayu, Rosi, Meida, Lisa, terima

kasih atas support kalian yang telah mewarnai

hari – hari dikampus dengan canda tawa kalian.

8. Munyu, yang selalu menemani disetiap langkahku.

9. Almamater STIKes Kusuma Husada tercinta.

viii

CURICULUM VITAE

Nama : Putri Eriyana Aswin Sarie

NIM : B11 161

Tempat/ Tanggal Lahir : Sragen, 8 Januari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Bulu 04, Doyong, Miri, Sragen

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Doyong Lulus tahun 2005

2. SMP Negeri 1 Gemolong Lulus tahun 2008

3. SMA Negeri 6 Surakarta Lulus tahun 2011

4. Prodi DIII Kebidanan STikes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

CURICULUM VITAE ................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

E. Keaslian Penelitian ................................................................. 5

F. Sistematika Penelitian ............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ........................................................................ 8

B. Kerangka teori ........................................................................ 32

C. Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 34

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 35

D. Variable Penelitian ................................................................. 37

E. Definisi Operasional............................................................... 37

x

F. Instrument Penelitian ............................................................. 38

G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 43

H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ................................. 44

I. Etika Penelitian ...................................................................... 47

J. Jadwal Penelitian .................................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ................................................................... 48

B. Hasil Penelitian ...................................................................... 49

C. Pembahasan ........................................................................... 53

D. Keterbatasan ........................................................................... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 58

B. Saran ....................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Tabel 2.1 Kerangka Teori ................................................................................ 32

Tabel 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 33

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi operasional ......................................................................... 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner uji coba instrumen............................................. 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner penelitian........................................................... 40

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur...................................... 50

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ............................ 51

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan .............................. 51

Tabel 4.4 Tabel Mean dan Standaf Deviasi ..................................................... 52

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara tentang Sibling Rivaalry

di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta .................. 52

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6. Surat Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9. Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 10. Kuesioner Uji Coba Penelitian

Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner Uji Coba Penelitian

Lampiran 12. Kuesioner Penelitian

Lampiran 13. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian

Lampiran 14.Data Tabulasi Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Lampiran 15.Data Hasil Uji Validitas

Lampiran 16.Data Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 17.Data Tabulasi Penelitian

Lampiran 18.Perhitungan Manual

Lampiran 19.Nilai r Product Moment

Lampiran 20.Lembar Konsultasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

berkembang. Pertama kali seorang anak mengembangkan diri secara sosial

adalah kepada keluarga sendiri. Anak berhubungan secara emosional kepada

ayah, ibu, dan saudara – saudara. Berdasarkan fakta keluarga adalah faktor

yang sangat mempengaruhi perkembangan anak apabila hubungan antar

saudara baik, maka hubungan keluarga pun akan cenderung baik pula.

Sebaliknya jika hubungan antar saudara kurang baik, itu akan mengganggu

hubungan sosial dan pribadi anggota keluargalainnya (Hurlock, 2009).

Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk

mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orang tua,

atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih

(Suherni, dkk, 2009). Hal itu disebabkan karena ada kecemburuan dan

kemarahan yang lazim terjadi pada anak akibat kehadiran anggota keluarga

baru dalam keluarga (Bahiyatun, 2008).

Kehadiran seorang anggota keluarga baru berpengaruh terhadap anak yang

lebih tua, bila perbedaan usia antara 2 - 3 tahun bisa dikatakan merupakan

suatu ancaman bagi anak yang lebih tua. Pada saat usia anak yang paling tua

masih kecil, konsep diri belum matang sehingga muncul perasaan terancam

(Wong Donna, 2008).

2

Menurut Haritz (2008) bahwa persaingan antar saudara kandung biasa

terjadi pada anak usia balita dan usia sekolah, lalu berangsur – angsur

berkurang seiring dengan peningkatan kedewasaan. Namun, tidak menutup

kemungkinan berlanjut hingga dewasa jika orang tua tidak segera mengatasi.

Apalagi jika pemahaman keagamaan anak lemah, perselisihan saudara

kandung bisa bekelanjutan sepanjang hidup anak. Puncaknya adalah ketika

orang tua anak – anak meninggal maka anak akan memperebutkan warisan

dengan tidak jarang melukai saudara sendiri. Maka sikap mengabaikan

persaingan antar saudara kandung sama sekali tidak dibenarkan. Persaingan

antar saudara pada usia remaja hingga dewasa terjadi akibat ketidaktuntasan

orang tua dalam menyelesaikan atau mengatasi persaingan dan permusuhan

antar saudara kandung pada masa kanak – kanak. Sehingga rasa persaingan

dan permusuhan terus berlanjut.

Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap terhadap anak

(Hurlock, 2009).Sebenarnya sifat anak – anak itu unik, jadi orang tua harus

selalu menunjukkan bahwa anak harus mendapat kasih sayang yang sama.

Akan tetapi masih banyak ibu dan keluarga yang belum mengetahui cara

memperlakukan anak secara adil, sehingga dapat menimbulkan sibling rivalry.

Fenomena yang terjadi di masyarakat yaitu bagi keluarga yang memiliki

pendidikan cukup untuk mendidik anak – anak, maka akan berlaku adil

sehingga semua merasa mendapat kasih sayang yang sama. Tetapi bagi yang

kurang mengerti bagaimana mendidik anak yang baik, yang kebanyakan

terjadi karena kurang pengetahuan mendidik anak, sangat mungkin anak yang

3

menangis dicubit bahkan mungkin dicambuk dan lain – lain cara penyiksaan

fisik. Tentu hal ini sangat fatal dan berbahaya ditilik dari perkembangan dan

pendidikan anak.

Secara umum pengasuhan anak difokuskan pada ibu, dengan demikian

diperlukan pengetahuan dari seorang ibu untuk memahami perkembangan

anak secara pribadi agar tidak terjadi dampak dari sibling rivalry.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Taman

Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada tanggal 22 Oktober 2013

didapatkan data seluruh siswa 138 orang, dan siswa yang mempunyai saudara

kandung yang berjarak 2 – 3 tahun sejumlah 45 orang. Hasil wawancara

kepada 5 ibu multipara yang diberi pertanyaan seputar sibling rivalry, dua

orang termasuk dalam kategori kurang, dua orang lagi kategori cukup dan satu

orang dengan kategori baik.

Dari fenomena tersebut maka penulis tertarik mengambil judul “Tingkat

Pengetahuan Ibu Multipara tentang Sibling Rivarly di Taman Kanak – Kanak

Sri Juwita Hanum Surakarta tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Tingkat pengetahuan ibu

Multipara tentang Sibling Rivalry di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum

Surakarta tahun 2014?”.

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Tingkat pengetahuan ibu multipara tentang Sibling rivalry

di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta .

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry

di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada kategori

baik.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry

di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada kategori

cukup.

c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry

di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada kategori

kurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Ilmu pengetahuan

Sebagai salah satu upaya meningkatkan atau menambah ilmu

pengetahuan khusunya tentang sibling rivalry.

2. Manfaat Bagi Penulis

Sebagai proses belajar dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di

bangku kuliah dan dapat mengembangkan kemampuan di bidang

penelitian tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry.

5

3. Manfaat Bagi Institusi

a. Institusi Pendidikan

Sebagai refrensi atau bahan bacaan untuk menambah wawasan,

khususnya yang berkaitan dengan sibling rivalry.

b. Institusi Tempat Penelitian

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

tentang sibling rivalry.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Ibu multipara

tentang sibling rivalry, sebelumnya penah diteliti oleh :

Widayati (2009), dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan ibu tentang

Sibling Rivalry dengan Reaksi Sibling Rivalry di TPA Beringharjo,

Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-Experimental dengan

pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

mempunyai anak di TPA Beringharjo, Yogyakarta pada awal bulan Maret

sampai April 2009. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

total sampel sehingga diperoleh 21 responden. Analisa data menggunakan uji

corelasi contigent test. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat

pengatahuan ibu dalam kategori sedang yaitu 42,8% dan angka kejadian

sibling rivalry 42,9%. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

sibling rivalry dengan reaksi sibling rivalry dan bermakna secara statistik

yaitu p:0,010 (p< 0,005).

6

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah materi yang

digunakan yaitu mengenai sibling rivalry. Sedangkan hal – hal yang berbeda

dengan penelitian ini adalah tempat, metode, instrumen, sampel, responden,

variabel dan waktu penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari lima BAB di antaranya yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penenlitian, keaslian penenlitian,

dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan teori – teori dari masalah yang akan

diteliti, yaitu pengetahuan meliputi pengertian, tingkat

pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, faktor yang

mempengaruhi dan cara pengukuran pengetahuan,

sedangkan pada paritas berisi tentang pengertian tentang

ibu multipara dan sibling rivalry meliputi pengertian,

penyebab, bentuk perilaku, cara mengantisipasi dan

mengatasi sibling rivalry, kerangka teori dan kerangka

konsep penelitian.

7

BAB III METODOLOGI PENENLITIAN

Bab ini berisikan tentang jenis dan rancangan penenlitian,

lokasi dan waktu penelitian, teknik pengambilan sampel,

variable penelitian, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, metode pengolahan dan analisa data,

etika penelitian, dan jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan gambaran umum, hasil penelitian,

pembahasan dan keterbatasan dalam penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan suatu penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, penciuman, rasa dan raba, pengecapan, serta pendengaran.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung 2

aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan

sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif

dari objek di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap

objek tersebut (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan yang terdapat

di dalam domain kognitif dibagi dalam 6 tingkat, yaitu:

1) Tahu (Know)

Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik

8

9

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam struktur organisasi terebut dan masih ada kaitan satu sama

yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata

10

kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau

menhubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, missal : dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat

menyelesaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk justifikasi

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian – penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu :

1) Cara tradisional atau Non – Ilmiah

Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan, diantaranya sebagai

berikut :

11

a) Cara Coba – Salah (Trial and Error)

Cara yang paling tradisional, yang pernah di gunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan yaitu melalui cara coba-coba

atau yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang

sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelumnya adanya

peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi masalah,

upaya pemecahannya dengan cara coba – coba saja. Cara coba – coba

ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan memecahkan

masalah, apabila tidak berhasil di coba kemungkinan yang lain sampai

masalah terselesaikan.

b) Cara Kekuasaan atau Otoriter

Sumber pengetahuan tersebut berupa pemimpin – pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintah dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut

diperoleh berdaskan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi otoritas

pemerintahan, otoritas pemerintahan agama maupun ahli ilmu

pengetahuan. Dalam prinsip ini orang lain berpendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji dulu

atau membuktikan kebenarannya, baik ssecara fakta empiris atau

penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini di lakukan dengan cara mengulang

12

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

di hadapi pada masa lalu, bila gagal dengan cara tersebut tidak akan

mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara lain sehingga

dapat berhasil memecahkan masalah.

d) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikiran, baik melalui deduksi

maupun induksi.

e) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan – pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal

ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut

berdasarkan pengalaman – pengalaman empiris yang ditangkap oleh

indra kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang

memungkinkan sseorang untuk memahami suatu gejala.

f) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari penyataan–pernyataan

umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa

sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku

juga kebenaran pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang

termasuk dalam kelas itu.

13

g) Secara Kebetulan

Penemuankebenaran secara kebetulan terjadi karena terjadi tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

h) Cara Akal Sehat

Akal sehat kadang – kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

Misalnya pemberian hadiah dan hukuman meupakan cara yang masih

dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks

pendidikan.

i) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma Agama suatu kebenaran yang diwahyukan dari

Tuhan melalu para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini

oleh pengikut- pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah

kebenaran tersebut rasional atau tidak.

j) Kebenaran Intuitif

Kebenaran secara intiutif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran tanpa melalui proses penalaran atau

berpikir. Kebenaran yang diperoleh melaui intuitif sukar dipercaya

karena kebenaran itu tidak menggunakan cara rasional dan sistematis.

2) Cara modern

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,

logis, ilmiah yang disebut dengan metode penelitian ilmiah. Kemudian

metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh B.Barcon dilanjutkan

oleh Van Dalen bahwa dalam memperoleh kesimpulan di lakukan dengan

14

mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua

fakta sehubungan dengan objek yang di amati.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembagkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan

pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan

informasi, baik dari orang lain mapun dari media massa. Semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuan. Namun perlu ditekannkan bahwa seorang

yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal, akan tetapi juga dapat diperoleh dengan pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak

15

aspek positif dari objek yang diketahui, semakin positif juga sikap

terhadap objek tersebut.

2) Media massa/ informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek, sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya

teknologi akan tersedia bermacam – macam media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain – lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan masyarakat. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokok, media massa membantu pula

pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu landasan kognitif baru

untuk terbentuk pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang – orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengentahuan walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang sekarang juga menentukan tersedia suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

16

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diskitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini tejadi karena danya interaksi timbal

balik atau pun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah

nyata dalam bidang kerjanya.

6) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2009), pekerjaan

adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja

17

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-

ibu akan berpengaruh terhadap kehidupan keluarganya.

7) Umur

Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2009), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (2009) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi tingkat kedewasan. Hal

ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa.

e. Cara pengukuran pengetahuan

Cara pengukuran pengetahuan yaitu dengan menggunakantes. Tes adalah

serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,

pengetahuan, kemampuan ynag dimiliki oleh individu atau kelompok.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan pengetahuan. Menurut Riwidikdo (2013), tingkat pengetahuan

dikategorikan menjadi tiga yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik bila nilai responden yang diperoleh

(x) > mean + 1SD

2) Tingkat pengetahuan cukup bila nilai responden yang diperoleh

mean – 1SD ≤(x)≤ mean + 1SD

3) Tingkat pengetahuan kurang bila nilai responden yang diperoleh

(x) < mean - 1SD

18

2. Multipara

Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau

bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan

dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram

(Varney, 2006). Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan

janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Multipara adalah seorang wanita

yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik

mampu bertahan hidup (Varney, 2006). Primapara dan multipara merupakan

penjabaran dari paritas.

3. Anak

a. Pengertian anak usia dini (masa kanak – kanak)

Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak – kanak

adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa

itu adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan

menentukan pengalaman anak selanjutnya. (Ayu Citra, dkk, 2013).

Menurut Rahman (2005), anak usia dini adalah anak usia 0 - 8 tahun.

Hal tersebut karena pada usia itu anak mengalami lompatan

perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar biasa dibanding usia

setelah itu. Pada saat itu kesempatan yang sangat efektif untuk

membangun seluruh aspek kepribadian anak dan merupakan usia emas

(golden age) yang tidak akan terulang lagi.

19

b. Perkembangan Kognitif pada Anak

Perkembangan kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap,

dantaranya adalah sebagai berikut:

1) Tahap Sensorimotor

Pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai

mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai

kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal

atau peralatan guna mencapai tujuan, melakukan berbagai eksperimen

dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap

sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.

2) Tahapan Pra-operasional

Pada tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan yang

masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun

pola pikir masih bersifat statis dan masih belum mampu untuk berpikir

secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih

tetap terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7

tahun.

3) Tahap konkret operasional

Pada tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional dan

berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas

seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan,

menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap

konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun.

20

4) Tahap Formal Operasional

Dalam tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai seorang remaja.

Anak sudah mulai berpikir secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis

yang relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai

masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap hal-hal

yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida

menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika,

agama dan lain-lain.

c. Perkembangan psykologis pada anak.

Pada masa ini, emosi anak sangat kuat, ditandai oleh ledakan amarah,

ketakutan yang hebat atau iri hati yang tidak masuk akal. Hal ini

dikarenakan kelemahan anak akibat lamanya bermain, tidak mau tidur

siang atau makan telalu sedikit. Disamping itu anak, anak menjadi marah

karena tidak dapat melakukan suatu kegiatan yang dianggap dapat

dilakukan dengan mudah. Ketegangan emosi dapat juga terjadi pada anak

jika anak diharapkan mencari standar yang tidak masuk akal.

Menurut Mansur (2008), pola emosi umum yang terjadi pada masa

anak – anak antara lain :

1) Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap

membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui

tahapan, yaitu mula – mula tidak takut, karena anak belum sanggup

melihat kemungkinan bahaya yang terdapat dalam objek, baru

21

kemudian timbul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya, dan tahap

selanjutnya adalah kehilangan rasa takut setelah mengetahui cara – cara

menghindar dari bahaya.

2) Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada

objek. Kecemasan itu muncul kemungkinan dikarenakan

situasi – situasi yang dikhayalkan, berdasarkan pengalaman yang

diperoleh, baik perlakuan orang tua, buku – buku bacaan/ komik, radio

atau film.

3) Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap

orang lain, diri sendiri atau objek tertentu yang diwujudkan dalam

bentuk verbal (kata – kata kasar/ makian/ sumpah serapah) atau non

verbal (seperti mencubit, memukul, menampar, menendang, dan

merusak). Perasaan marah itu merupakan reaksi terhadap situasi frustasi

yang dialami.

4) Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang

dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah

mencurahkan kasih sayang. Perasaan cemburu ini diikuti dengan

ketegangan yang biasanya dapat diredakan dengan reaksi – reaksi,

seperti agresif atau permusuhan terhadap saingan, regresif yang

meliputi perilaku kekanak – kanakan seperti mengompol atau

menghisap jempol, sikap tidak peduli, dan menjauhkan diri dari

saingan.

22

5) Kegembiraan, kesenangan, dan kenikmatan, yaitu perasaan yang positif,

nyaman karena telah terpenuhi keinginan. Kondisi yang melahirkan

perasaan gembira pada anak diantaranya adalah terpenuhi kebutuhan

jasmani (makan dan minum), keadaan jasmani yang sehat, diperoleh

kasih sayang, ada kesempatan untuk bergerak (bermain dan leluasa),

dan memiliki mainan yang disenangi.

6) Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian atau

pelindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. Perasaan itu

berkembang berdasarkan pengalaman yang menyenangkan dalam

berhubungan dengan orang lain (orang tua, saudara, dan teman), hewan

(seperti kucing dan burung) atau benda (seperti mainan). Kasih sayang

anak kepada orang tua atau saudara amat dipengaruhi oleh iklim

emosional dalam keluarga.

7) Fobia, yait perasaan takut kepada objek yang tidak patut ditakuti (takut

abnormal) seperti takut ulat, kecoa, dan lain – lain. Perasaan ini muncul

akibat perlakuan orang tua yang suka menakut – nakuti anak, sebagai

cara orang tua untuk menghukum atau menghentikan perilaku anak

yang tidak disenangi.

8) Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, ingin mengetahui segala

sesuatu atau objek – objek, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan

anak. Seperti anak bertanya tentang dari mana mereka berasal, siapa

23

Tuhan, dan dimana Tuhan berada. Masa ini dimulai pada usia 3 tahun,

dan mencapai puncak pada usia sekitar 6 tahun.

4. Sibling Rivalry

a. Pengertian

Sibling Rivalry dapat diartikan sebagai persaingan antara saudara

kandung. Persaingan antara saudara kandung merupakan respon yang

normal seorang anak karena merasa ada ancaman gangguan yang

mengganggu kestabilan hubungan keluarga dengan kehadiran saudara baru

(Ambarwati dan wulandari, 2008).

Sedangkan menurut Marmi (2009), menjelaskan sibling rivalry adalah

kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki – laki dan

peempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua orang

anak atau lebih.

Sawitri (2009), menerangkan bahwa sibling rivalry adalah persaingan

antara dua saudara kandung dalam memperebutkan kasih sayang dan

perhatian orang tua yang telah dirasakan saat anak usia 3 tahun. Berebut

mainan, berebut tempat untuk bisa lebih dekat dengan ayah atau ibu, berebut

kue, berebut kesempatan memainkan sesuatu dan sebagainya.

Sibling Rivalry adalah menunjuk pada kecemburuan dan kemarahan yang

lazim terjadi pada anak sehubungan dengan kehadiran anggota keluarga

baru dalam keluarga yang dalam hal ini adalah saudara kandung

(Wulandari dan Handayani, 2011).

24

Sibling rivalry adalah adanya rasa persaingan saudara kandung terhadap

kelahiran adiknya. Biasanya, hal tersebut terjadi pada anak dengan usia

toddler (2-3 tahun), yang juga dikenal dengan usia nakal pada anak. Anak

mendemostrasikan sibling rivalry dengan berperilaku temperamental,

misalnya menangis keras tanpa sebab, berperilaku ekstrim untuk menarik

perhatian orang tuanya, atau dengan melakukan kekerasan terhadap adiknya

(Sulistyawati, 2009).

b. Penyebab timbulnya sibling rivalry

Menurut Suherni, dkk (2009), penyebab terjadinya sibling rivalry

adalah :

a) Kompetensi (kemampuan) berkaitan dengan kecemburuan.

b) Ciri emosional, yakni temperamen, seperti mudah bosan, mudah

frustasi, mudah marah atau sebaliknya, tidak mudah bosan, tidak

mudah frustasi, dll.

c) Sifat perasaan anak seusia sampai dengan 2 – 3 tahun, yakni apa yang

disenangi adalah miliknya, harus difahami benar oleh orang tua.

d) Kelemahan perkembangan seperti kelemahan atau keterlambatan

kemampuan bahasa, kurang dalam hal interaksi sosial, sehingga

mudah terjadi friksi dan konflik.

Disisi lain menurut Marmi (2012), menjelaskan bahwa penyebab

sibling rivalry diantaranya adalah :

25

1) Masing – masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka

sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.

2) Anak – anak merasa kurang mendapat perhatian, disiplin dan mau

mendengarkan dari orang tua mereka.

3) Anak – anak merasa hubungan dengan orang tua terancam oleh

kedatangan anggota baru atau bayi.

4) Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat

mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama

lain.

5) Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai

pertengkaran.

6) Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau

memulai pemainan dengan saudara mereka.

7) Dinamika keluarga dalam memainkan peran.

8) Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang

berlebihan dalam keluarga adalah normal.

9) Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan

anggota keluarga.

10) Orang tua mengalami stres dalam menjalankan kehidupan.

11) Anak – anak mengalami stres dalam kehidupannya.

12) Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang

terjadi pada anak.

c. Bentuk Perilaku anak yang mengalami sibling rivalry

26

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), anak mungkin memiliki reaksi

campuran terhadap adik baru, seperti: bergairah karena mendapat teman

bermain baru, takut akan ditelantarkan, dan sering kecewa ketika sang

adik tidak mau segera bermain. Temperamen anak dan cara orang tua

memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan berapa besar

persaingan saudara kandung.

Bahiyatun (2008), mengatakan respon yang dapat ditunjukkan oleh

anak, antara lain :

a) Memukul bayi (adik).

b) Mendorong bayi dalam pangkuan ibu.

c) Menjauhkan putting susu dari mulut bayi.

d) Secara verbal menginginkan bayi kembali ke perut ibu

e) Ngompol lagi.

f) Kembali bergantung pada susu botol.

g) Bertingkah agresif.

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), reaksi sibling rivalry

dapat diekspresikan dengan menunjukan perilaku regresi seperti ingin

disuapi, dimandikan kembali, ngompol, dan berak dicelana, rasa takut

pada hal-hal yang tertentu yang sebelumnya tidak ada. Selain itu yang

paling menonjol adalah rasa marah, merengek, menarik simpati, atau

dengan cara murung seakan sedang sedih atau malah mulai berfantasi.

Menurut Marmi (2012), respon anak – anak terhadap kelahiran

seorang bayi laki – laki atau perempuan bergantung pada umur dan

27

tingkatan perkembangan. Biasanya anak – anak kurang sadar akan

kehadiran anggota keluarga baru, sehingga menimbulkan persaingan dan

perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif

dapat muncul dan merupakan petunjuk stres pada anak – anak ini.

Tingkah laku ini antara lain adalah:

1) Masalah tidur.

2) Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota

keluarga lain.

3) Kembali ke pola tingkah laku kekanak – kanakan seperti:

mengompol, dan menghisap jempol.

d. Cara mengantisipasi agar tidak terjadi sibling rivalry

Menurut Suherni, dkk (2009), usaha yang dapat dilakukan untuk

mengantisipasi sibling rivalry :

1) Mengajak anak ke rumah teman atau tetangga yang mempunyai bayi

sehingga diamelihat bagaimana bayi memerlukan perawatan. Atau

gunakan boneka sebagai model bayi untuk menekankan bahwa bayi

memerlukan perawatan sehingga dia sebagai anak yang besar dapat

memberikan sesuatu untuk adiknya.

2) Memperlihatkan foto anda dulu ketika sedang hamil sambil

menjelaskan apa yang kan terjadi saat kelahiran nanti ketika adiknya

lahir. Saat adiknya lahir beri hadiah padanya dan katakan bahwa

hadiah itu dari adik bayi.

28

3) Meletakkan foto anak di dalam box bayi.

4) Ketika anda sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk kelahiran

tanyakan pada anak apakah ada yang mau dibawa baik dari dirinya

maupun untuk adik bayi.

Sedangkan menurut Bahiyatun (2008), cara mengantisipasi perubahan

sikap dan perilaku anak adalah dengan menyiapkan untuk kelahiran adik,

yaitu :

1) Mulai memperkenalkan pada organ reproduksi dan seksual.

2) Memberi penjelasan yang konkret tentang pertumbuhan bayi dalam

rahim dengan menunjukan gambar sederhana tentang uterus dan

perkembangan janin.

3) Memberi kesempatan anak untuk ikut gerakan janin.

4) Melibatkan anak dalam perawatan bayi.

5) Memberi pengertian mendasar tentang perubahan suasana ramah,

seperti alasan pindah kamar.

6) Melakukan aktivitas seperti biasa dan lakukan bersama dengan anak,

seperti mendongeng sebelum tidur atau piknik bersama.

e. Cara mengatasi persaingan saudara kandung pada anak-anak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi sibling rivalry

menurut Suherni, dkk (2009) :

29

1) Orang tua tidak perlu langsung ikut campur tangan kecuali saat terdapat

semua dihargai, seakan sama – sama benar, cara memberikan nasehat

bahwa salah satu itu salah adalah contoh – contoh, tetapi tidak langsung

saat itu. Yang penting anak – anak yang lagi konflik fisik, dipisah

sedemikian rupa sehingga keduanya menjadi tenang dan sesudah itu dapat

menjadi akrab lagi.

2) Jika anak – anak memperebutkan kedua benda yang sama, orang tua harus

dapat memberikan teknik pengajaran agar semua dapat menggunakan

secar bergantian yang adil dan menggembirakan.

3) Memberi kesempatan setiap anak mengungkapkan apa yang dirasakan

tentang saudara, dan membawa anak dapat mengendalikan emosi, bahkan

dibawa ke arah teknik bersahabat lagi. Cerita – cerita dan dongeng

keagamaan tentang baik rukun dengan saudara dapat membangkitkan anak

agar menjadi rukun.

4) Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatif sifat sibling rivalry.

Jangan memberikan cap pada anak tentang kekurangan atau kelebihan dari

pada anak lain.

5) Kesabaran dan keuletan serta contoh – contoh yang baik dari perilaku

orang tua sehari – hari adalah cara pendidikan anak – anak untuk

menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

Marmi (2012), menjelaskan cara yang dapat dilakukan untuk

mengatasi sibling rivalry meliputi:

1) Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.

30

2) Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.

3) Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak.

4) Membuat anak-anak mampu bekerja sama dari pada bersaing antara satu

sama lain.

5) Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa

terjadi.

6) Mengajarkan anak – anak tentang cara – cara positif untuk mendapatkan

perhatian dari satu sama lain.

7) Bersikap adil sangat penting, tetapi di sesuaikan pada kebutuhan anak.

Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.

8) Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.

9) Menyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan

anak.

10) Orang tua tidak perlu langsung campurtangan kecuali saat tanda-tanda

akan kekerasan fisik.

11) Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak – anak,

bukan untuk anak – anak.

12) Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan

satu sama lain.

13) Jangan memberi tunduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.

14) Kesabaran dan keuletan serta contoh - contoh yang baik dari perilaku

orang tua sehari – hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk

menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

31

1. Pengertian

2. Penyebab

terjadinya sibling

rivalry

3. Bentuk Perilaku

anak yang

mengalami sibling

rivalry

4. Cara

mengantisipasi

agar tidak terjadi

sibling rivalry

5. Cara mengatasi

persaingan saudara

kandung pada

anak-anak.

B. Kerangka teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Notoadmojo (2010) dan Marmi (2012)

Pengetahuan

1. Pengertian

2. Tingkat

pengetahuan

3. Cara memperoleh

pengetahuan

4. Faktor – faktor

yang

mempengaruhi

pengetahuan

5. Pengukuran

pengetahuan

6. Kriteria tingkat

pengetahuan

Multipara Sibling

Rivalry Anak

1. Pengertian

anak usia

dini

2. Perkemban

gan

kognitif

3. Perkemban

gan

psykologis

Tingkatan

pengetahuan:

1.Baik

2. Cukup

3.Kurang

32

Kurang

C. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

= Faktor yang diteliti

= Faktor yang tidak diteliti

Tingkat Pengetahuan Ibu

Multipara Tentang Sibling

Rivalry

Baik

Faktor – faktor yang

mempengaruhi :

1. Pendidikan

2. Media massa

3. Sosial budaya dan

ekonomi

4. Lingkungan

5. Pengalaman

6. Usia

Cukup

33

BAB III

METODE PENELITIAN

D. Jenis dan Rancangan Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan penelitian, desain penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoadmojo (2010),

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara obyektif. Menurut

Arikunto (2010), penelitian kuantitatif dituntut mengguanakan angka, mulai

dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan

hasilnya.

Penelitian yang dilakukan menggambarkan Tingkat Pengetahuan Ibu

Multipara tentang Sibling Rivalry di Taman Kanak – kanak Sri Juwita Hanum

Surakarta.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian.

1. Lokasi penelitian.

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Taman

Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk

melakukan penelitian (Notoadmojo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada

24 – 26 Februari 2014.

34

34

F. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan

(Hidayat, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ibu

Multipara yang yang berada di Taman Kanak – kanak Sri Juwita Hanum

Surakarta, yang berjumlah 79 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ibu Multipara yang

mempunyai rentang umur anak diantara 2 – 3 tahun, yang berada di

Taman Kanak – kanak Sri Juwita Hanum Surakarta, yang berjumlah 45

responden. Menurut Saryono (2010), kriteria pengambilan sampel

dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Kriteria Inklusi

Batasan ciri atau karakter umum pada suatu obyek penelitian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

1) Ibu multipara yang berada di Taman Kanak – kanak Sri Juwita

Hanum Surakarta.

35

2) Ibu multipara yang mempunyai rentang usia anak antara 2 – 3

tahun.

3) Ibu multipara yang bisa membaca dan menulis

4) Ibu multipara yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Menurut Saryono (2010), kriteria ekslusi merupakan sebagian

subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi, yang harus dikeluarkan

dari penelitian karena sebab yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu :

1) Ibu multipara yang tidak bersedia menjadi responden.

2) Ibu multipara yang sedang berhalangan untuk hadir.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah proses menyeleksi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian

(Nursalam, 2009). Teknik yang digunakan adalah teknik non probabiliti

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

atau kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Pemilihan elemen – elemen sampel

didasarkan pada kebijaksanaan peneliti sendiri. Sedangkan untuk

jenisnya menggunakan purposive sampling yaitu cara pengambilan

sampel dengan tujuan tertentu.

36

G. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Variabel dalam

penelitiaan ini merupakan variabel tunggal yaitu Tingkat Pengetahuan Ibu

Multipara Tentang Sibling Rivalry di Taman Kanak – kanak Sri Juwita

Hanum Surakarta.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang membatasi ruang

ringkup atau pengertian variabel – variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Indikator Skala Kategori

1. Tingkat

Pengetahuan Ibu

Multipara tentang

Sibling Rivalry

Kemampuan

responden untuk

menjawab berbagai

pengetahuan tentang

sibling rivalry yang

meliputi pengertian,

penyebab terjadinya,

bentuk perilaku, cara

mengantisipasi dan

cara mengatasi.

Ordinal a. Baik

(x)> Mean +1 SD

b. Cukup

Mean –1SD≤(x)≤ 1 +SD

c. Kurang

(x)< Mean – 1 SD

Riwidikdo (2013)

37

I. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah kuesioner.

Menurut Notoatmodjo (2010), kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah

tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan

jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu.

Untuk mengetahui pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry,

kuisioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan jawaban benar

atau salah. Untuk menghindari ketidak seriusan responden yang sering kali

terjadi dalam pengisian kuesioner, maka pernyataan dibuat dalam 2 kategori,

yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jawaban benar dengan

penyataan positif (favorable) dan jawaban salah jika pernyataan negatif

(unfavorable) mendapat nilai 1. Jawaban salah jika pernyataan positif

(favorable) dan benar jika pernyataan negatif (unfavorable) mendapat nilai 0.

Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada

jawaban yang dianggap benar.

38

Tabel 3.2

Kisi – Kisi Kuesioner Uji Coba Instrumen

No Variable Indikator No Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Tingkat

pengetahuan

ibu

multipara

tentang

sibling

rivalry

a. Pengertian

sibling

rivalry

b. Penyebab

timbulnya

sibling

rivalry

c. Perilaku

anak yang

mengalami

sibling

rivalry

d. Cara

mengatasi

sibling

rivalry

e. Cara

mengantisi

pasi

sibling

rivalry

1, 2, 4*, 5, 6

8,9,11,14

15,16,17*,18,20,21

22,23,24,27

28*,

30,31,32,33,34*,35

3, 7

10,12,13

19

25,26

29

7

7

7

6

8

Total 35

Keterangan

*= Nomor Soal yang tidak Valid

39

Tabel 3.3

Kisi – Kisi Kuesioner Penelitian

No Variable Indikator No Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Tingkat

pengetahuan

ibu

multipara

tentang

sibling

rivalry

a. Pengertian

sibling rivalry

b. Penyebab

timbulnya

sibling rivalry

c. Perilaku anak

yang mengalami

sibling rivalry

d. Cara mengatasi

sibling rivalry

e. Cara

mengantisipasi

sibling rivalry

1, 2, 4, 5

7, 8, 10, 13

14, 15,16, 18, 19

20, 21, 22, 25

27, 28, 29, 30, 31

3, 6

9, 11,12

17

23, 24

26

6

7

6

6

7

Total 31

Kuesioner penelitian tersebut terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Untuk itu, maka

kuisioner tersebut harus dilakukan uji coba di lapangan. Responden yang

digunakan untuk uji coba sebaiknya memiliki ciri – ciri responden dari tempat

dimana penelitian tersebut harus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010).

Uji coba instrumen dilakukan di Taman Kanak – Kanak Indriyasana III

Surakarta, dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Menurut Mahfoed

40

(2007), alasan memilih jumlah responden tersebut 30 orang berdasarkan

kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian

mendekati kurva normal.

1. Uji Validitas

Menurut Riwidikdo (2013), validitas didefinisikan sebagai ukuran

seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya. Jadi validitas

adalah ukuran yang mampu menunjukkan sejauh mana instrument

pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dengan

menggunakan teknik korelasi pearson product moment dengan bantuan

SPSS. Rumus pearson product moment sebagai berikut :

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan di Taman

Kanak – Kanak Indriyasana III Surakarta, dari 35 soal diperoleh 31 soal

yang valid sedangkan yang tidak valid berjumlah 4 soal, yaitu nomor 4,

17, 28 dan 34. Soal yang tidak valid dikeluarkan dari kuesioner karena

sudah ada yang mewakili setiap indikator.

}Y - Y {N }X X {

YX. - XY . N

222 2Nrxy

41

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya,

yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga

(Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrument, peneliti menggunakan Alpha

Chonbach dengan bantuan program komputer SPSS for windows.

Rumus alpha chonbach adalah sebagai berikut :

t

b

k

kr

2

2

11 11 t2

b2

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2= Jumlah varian butir

σt2

= Varians total

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode alpha

chonbach diperoleh nilai koefisien alpha sebesar 0,925 hasil ini lebih besar

dari 0,7. Sehingga kuisioner penelitian dinyatakan reliabel dan selanjutnya

dapat dipergunakan sebagai penelitian.

42

J. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan cara memberikan lembar pertanyaan

persetujuan dan membagikan kuisioner pada ibu di Taman Kanak – Kanak

Sri Juwita Hanum Surakarta, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.

Responden diminta mengisi kuesioner dengan seleksi dan kuesioner diambil

pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari :

1) Data Primer

Menurut Riwidikdo (2013), data primer diperoleh secara langsung

diambil oleh peneliti, sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan yang

disediakan melalui kuisioner oleh responden. Data primer dari hasil

pengisian kuesioner oleh responden tentang sibling rivalry di Taman

Kanak – kanak Sri Juwita Hanum Surakarta, dengan jumlah 45 orang.

2) Data Sekunder

Data sekunder didapat tidak didapat secara langsung dari obyek

penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan

oleh pihak lain dengan berbagai metode bak secara komersial, maupun non

komersial (Riwidikdo, 2013). Peneliti mendapatkan data sekunder dari

Kepala Sekolah Taman Kanak – kanak Sri Juwita Hanum Surakarta tentang

jumlah ibu multipara, jumlah 79 orang.

43

K. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1) Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2010),

adalah:

a) Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari

kuisioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing

dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekuarangan atau tidak

sesuai dapat segera dilengkapi.

b) Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuisioner terhadap

tahap – tahap selanjutnya dari jawaban responden agar lebih mudah

dalam pengolahan data selanjutnya.

c) Entry data

Kegiatan ini memasukkan data dalam program komputer untuk

dilakukan analisis lanjutan.

d) Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuisioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan

kedalam tabel.

44

2) Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis tiap variabel dari hasil

tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi prosentase dari tiap

variabel (Notoadmojo, 2010). Selanjutnya untuk mengetahui hasil tingkat

pengetahuan Ibu Multipara menurut Riwidikdo (2013), hasil untuk

mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Multipara dapat ditunjukkan pada

skala pengukuran sebagai berikut :

a)Tingkat pengetahuan baik bila nilai responden yang diperoleh

(x) > mean + 1SD

b)Tingkat pengetahuan cukup bila nilai responden yang diperoleh

mean – 1SD ≤(x)≤ mean + 1SD

c)Tingkat pengetahuan kurang bila nilai responden yang diperoleh

(x) < mean - 1SD

Sebelum menentukan tingkat pengetahuan ibu multipara terlebih

dahulu peneliti menghitung nilai mean dan standard deviation. Menurut

Riwidikdo (2013), rumus untuk menghitung nilai mean yaitu :

X = n

xx

Keterangan :

X : Rata-rata ( mean )

x : Jumlah seluruh jawaban responden

n : Jumlah responden

45

Sedangkan rumus untuk menghitung Standard Deviation, yaitu :

SD = 1

)( 2

2

1

( )2

n

n

xixi

Keterangan:

x : Nilai responden

n : Jumlah responden

Setelah didapatkan hasil nilai mean dan standard deviation tiap responden

kemudian hasil tersebut dimasukkan dalam skala pengetahuan yang sudah

tercantum diatas. Adapun rumus prosentase untuk jumlah Ibu Multipara

tentang Sibling Rivalry menurut tingkat pengetahuan (Riwidikdo, 2010) :

L. Etika Penelitian

Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan

kepada responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan

peneliti serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam

penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari

STIKes Kusuma Husada Surakarta, Kepala Sekolah Taman Kanak – Kanak

Sri Juwita Hanum dan dari responden sendiri melalui informed consent

yang terjamin rahasia.

Masalah etika penelitian harus diperhatikan antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

46

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampak. Apabila responden bersedia, maka

mereka harus, menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

3. Kerahasian (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah – masalah lain. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin rahasian oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010).

M. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan langkah – langkah kegiatan dari mulai

menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,

47

beserta waktu berjalan dan berlangsung tiap kegiatan tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

Jadwal penelitian terlampir.

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta adalah sebuah

lembaga pendidikan formal yang berada di Jalan Letjen Sutoyo No.133

Surakarta. Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum merupakan sekolah

terpadu yang di dalamnya ada terdapat TK yang terdiri dari kelompok A,

kelompok B dan Playgroup. Jumlah siswa untuk tahun ajaran 2013/ 2014

sejumlah 138 siswa, dengan rincian untuk kelompok A dengan jumlah

murid 50 anak, kelompok B dengan jumlah murid 50 anak dan Playgroup

dengan jumlah murid 38 anak. Jumlah pengajar 7 guru, 1 Kepala sekolah,

1 Staff Tata Usaha, 1 Penjaga Sekolah, dan Guru dari luar untuk mengajar

tari dan lukis masing - masing 1 orang. Taman Kanak – Kanak Sri Juwita

terdiri dari 1 ruang pengelola, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1

ruang UKS, 1 ruang bermain di dalam, 3 ruang kelas untuk kegiatan

belajar mengajar (KBM) dan 1 ruang sebagai area (area balok. area musik,

area keluarga, area masak, area olah raga dan area baca tulis). Selain itu

ruang bermain berada diluar dan alat bermainnya bermacam – macam,

sehingga disekolah tercipta suasana belajar sambil bermain.

Belajar seraya bermain karena dalam belajar anak didampingi oleh

guru yang sudah berpengalaman dengan latar pendidikan dibidang PAUD.

49

49

B. Hasil Penelitian

1. Karaktreistik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu – ibu yang mempunyai

anak usia 2 – 3 tahun yang menyekolahkan anaknya di Taman Kanak –

Kanak Sri Juwita Hanum, yang berjumlah 45 orang.

a. Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Prosentase (%)

1 25 – 30 tahun 16 35,55

2 31 – 36 tahun 21 46,66

3 >37 tahun 8 17,77

Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 diatas 16 responden (35,55%)

berumur 25 – 30 tahun, 21 responden (46,66%) berumur 31 – 36

tahun dan 8 responden berumur lebih dari 37 tahun. Sehingga

sebagian besar responden berumur 31 – 36 tahun yaitu sebanyak 21

responden (17,77%)

b. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)

1 SD 3 6,66

2 SMP 10 22,22

50

3 SMA 24 53,33

4 Perguruan Tinggi 8 17,77

Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui responden

yang dengan pendidikan SD terdapat sebanyak 3 responden

(6,66%), pendidikan SMP sebanyak 10 responden (22,22%),

pendidikan SMA sebanyak 24 responden (53,33%), dan

pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 8 responden (17,77%).

Responden dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan

SMA yaitu sebanyak 24 responden (53,33%).

c. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)

1 Swasta 18 40

2 IRT 17 37,77

3 PNS 10 22,22

Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel karakteristik pekerjaan responden diatas

18 responden (40%) bekerja dibidang swasta, 17 responden

(37,77%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan 10 responden

(22,22%) sebagai Pegawai Negeri Sipil. Jadi pekerjaan responden

dalam penelitian ini sebagian besar dibidang Swasta yaitu 18

responden (40%).

2. Hasil Penelitian

51

Berikut ini tabel hasil analisis Tingkat Pengetahuan Ibu

Multipara tentang Sibling Rivalvy di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita

Hanum Surakarta. Sebelum menentukan tingkat pengetahuan pada

kategori baik, cukup dan kurang maka harus diketahui Mean dan

Standar Deviasi (SD)

Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi

Variabel Penelitian Mean Standar Deviasi (SD)

Tingkat Pengetahuan

Ibu Multipara

tentang Sibling

Rivalry

25,6 4,7

Sumber : Data Primer

Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Multipara tentang

Sibling Rivalry di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum

Surakarta.

No Tingkat

Pengetahuan

Frekuensi Prosentase (%)

1 Baik 6 13,34

2 Cukup 33 73,33

3 Kurang 6 13,33

Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5 di atas jumlah ibu multipara yang mempunyai

pengetahuan baik tentang sibling rivalry berjumlah 6 orang dengan

prosentase 13,34 %, sedangkan yang mempunyai pengetahuan cukup

berjumlah 33 orang dengan prosentase 73.33%, dan yang mempunyai

pengetahuan kurang sejumlah 6 orang dengan prosentase 13,33%.

52

C. Pembahasan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan suatu penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, penciuman, rasa dan raba, pengecapan, serta pendengaran.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognisi merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang ibu

multipara yang mempunyai anak balita dengan rentang usia 2-3 tahun

adalah pengetahuan tentang sibling rivalry.

Sibling Rivalry dapat diartikan sebagai persaingan antara saudara

kandung. Persaingan antara saudara kandung merupakan respon yang

normal seorang anak karena merasa ada ancaman gangguan yang

mengganggu kestabilan hubungan keluarga dengan kehadiran saudara baru

(Ambarwati dan wulandari, 2008).

Sedangkan menurut Marmi (2009), menjelaskan sibling rivalry

adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki –

laki dan peempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai

dua orang anak atau lebih.

Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa tingkat pengetahuan ibu

dari murid Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta yanhg

berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (13,34%), yang

53

berpengetahuan cukup sebanyak 33 responden (73,33%), dan yang

berpengetahuan kurang sebanyak 6 responden (13,33%).

Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, diantaranya pendidikan, pekerjaan, dan umur.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Hurlock, 2009). Berdasarkan

peneliatian tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry dari

murid Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta dapat

dipaparkan bahwa ibu yang mempunyai karakteristik umur 25 – 30 tahun

sebanyak 16 responden (35,55%), yang berpengetahuan baik sebanyak 2

responden, cukup sebanyak 11 responden dan kurang sebanyak 3

responden. Umur 31 – 36 tahun sebanyak 21 responden (46,66%), yang

berpengetahuan baik sebanyak 4 responden, cukup sebanyak 16 responden

dan kurang sebanyak 1 responden. Sedangkan Ibu yang mempunyai

karakteristik umur >37 tahun adalah 8 orang (17,77%) dengan

pengetahuan cukup sebanyak 6 responden dan kurang sebanyak 2

responden.

Menurut Erfandi (2009), pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi.

Tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry dari

murid Taman Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta berdasarkan

54

karakteristik pendidikan sebanyak 6 responden (6%) tamatan Sekolah

Dasar, dengan pengetahuan cukup sebanyak 1 responden dan kurang

sebanyak 2 responden. Tamatan Sekolah Menengah Pertama 10 responden

(22,22%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 6 responden dan kurang

sebanyak 4 responden. Tamatan Sekolah Menengah Atas 24 responden

(53,33%) yang berpengetahuan cukup sebanyak 24 responden. Dan

sebanyak 8 responden (17,77%) adalah tamatan dari Perguruan Tinggi,

dengan pengetahuan baik sebanyak 6 responden dan kurang sebanyak 2

responden.

Karakteristik yang lain yaitu pekerjaan responden yang diteliti

mulai dari ibu yang bekerja (PNS dan swasta) dan ibu yang tidak bekerja

(IRT). Seseorang akan lebih banyak mendapatkan informasi apabila

berada dalam lingkungan pekerjaan yang mendukung. Sebanyak 28

responden ibu adalah bekerja (PNS dan swasta), dengan pengetahuan baik

sebanyak 6 responden, cukup sebanyak 19 responden dan kurang sebanyak

3 responden. Sedangkan untuk ibu yang tidak bekerja (IRT) sebanyak 17

responden, dengan pengetahuan cukup sebanyak 14 responden dan kurang

sebanyak 3 responden.

Berdasarkan definisi bahwa sibling rivalry adalah persaingan antara

dua saudara kandung dalam memperebutkan kasih sayang dan perhatian

orang tua yang telah dirasakan saat anak usia 3 tahun. Banyak balita yang

kembali berperilaku regresi seperti masa kecil dulu antara lain

mengompol, memukul adiknya, kembali bergantung pada botol susu,

55

kemudian berak dalam celana, ingin dimandikan sepeti bayi, meminta

disuapi kembali,itu termasuk beberapa contoh balita dalam

mendemonstrasikan sibling rivalry. Kejadian tersebut disebabkan karena

orang tua terutama ibu kurang memiliki pengetahuan tentang sibling

rivalry, kurangnya ibu dalam mendidik anak, terlalu memihak pada salah

satu anak, karena pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran

anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal, kurangnya waktu

berkumpul dengan keluarga karena orang tua terlalu sibuk, sehingga

mengakibatkan terjadinya sibling rivalry.

Diharapkan ibu dengan pengetahuan yang tinggi tentang sibling

rivalry ini dapat mendidik anaknya, agar dapat mengatisipasi secara dini

terjadinya sibling rivalry ini, sehingga dalam keluarga tercipta suansana

yang menyenangkan tanpa adanya persaingan antar saudara. Apabila

sudah terjadi sibling rivalry maka ibu yang berpengetahuan tentang itu

diharapkan bisa mengatasi masalah tersebut. Dengan tidak terjadinya

persaingan antar saudara dirumah maka anak dapat melewati

perkembangan psykologisnya dengan baik, sehingga tidak tejadi gangguan

maupun hambatan yang menjadikan anak tersebut lebih cerdas, sehat, dan

kreatif.

56

D. Ketebatasan

1. Kendala penelitian

Kendala dalam penelitian ini adalah dalam waktu untuk

mengumpulkan responden tidak secara bersama – sama, sehingga

peneliti harus berkunjung ke lokasi dalam beberapa hari.

2. Kelemahan Penelitian

a. Alat (kuesioner) yang yang dipakai menggunakan jawaban tertutup

sehingga responden tidak dapat menguraikan jawaban selain

jawaban yang tersedia.

b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya variabel

tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling

rivalry.

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat pengetahuan ibu

multipara tentang sibling rivalry di Taman Kanak – Kanak Sri Juwita

Hanum Surakarta Tahun 2013”. Tingkat pengetahuan responden dapat

disimpulkan sebagai berikut :

d. Tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry di Taman

Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada kategori baik

sebanyak 6 responden (13,34%).

e. Tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry di Taman

Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada kategori cukup

sebanyak 33 responden (73,33%).

f. Tingkat pengetahuan ibu multipara tentang sibling rivalry di Taman

Kanak – Kanak Sri Juwita Hanum Surakarta pada kategori kurang

sebanyak 6 responden (13,33%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu

Multipara tentang Sibling Rivalry, maka saran yang dapat penulis

diberikan adalah sebagai berikut :

57

58

1. Bagi Institusi PAUD

Diharapkan institusi PAUD dapat kerjasama dengan tenaga kesehatan

untuk memberikan informasi tentang sibling rivalry kepada orang tua

murid.

2. Bagi Responden

Diharapkan dapat lebih mendalami dan menambah informasinya

tentang sibling rivalry agar dapat mengantisipasi terjadinya sibling

rivalry.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai literature atau bahan bacaan

khususnya tentang sibling rivalry.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan

variabel penelitian, sampel dan kuesioner penelitian.

59

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R., dan Wulandari, D. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:

Mitra Cendikia Press.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penenlitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bahiyatun, 2008. Asuhan kebidanan Nifas Normal. Jakarta: ECG.

Dewi, V.N.L., dan Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:

Salemba Medika.

Erfandi. 2009. Pengetahuan dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi,

http://www.forbetterhealth.wordpress.com.23 Oktober 2013.

Haritz, U. 2008. Mengelola Persaingan Kakak Adik. Solo: Individu Kreasi.

Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta :

Salemba Medika.

Hurlock, E. B. 2009. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Mahfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,

Kebidanan. Jogjakarta: Fitramaya.

Mansur, H. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk kebidanan. Jakarta : Salemba

Medika.

Marmi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Putri, A.C.T., Sri M.D., Rulita H. 2013. Dampak Sibling Rivalry (Persaingan

Saudara Kandung) Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Psikologi.

Universitas Negeri Semarang.

Riwidikdo, H. 2013. Statistik kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia.

60

Sawitri, 2009. Sibling Rivalry. http://www.kompaseybermedia.com. 23 Oktober

2013

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suherni,Widyasih,H., dan Rahmawati. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:

Fitramaya.

Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.

Widayati. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan ibu tentang Sibling Rivalry

dengan Reaksi Sibling Rivalry di TPA Beringharjo. Karya Tulis Ilmiah.

Wong, D.L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta: EGC.