tingkat penerimaan media video conference dalam proses pembelajaran dengan menggunakan technology...

Upload: bekti-fahrenheit

Post on 16-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 1

    TINGKAT PENERIMAAN MEDIA VIDEO CONFERENCE DALAM PROSES PEMBELAJARAN

    DENGAN MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTED MODEL (TAM)

    Syilvia Soviani

    Pendidikan Ilmu Komputer, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan

    Indonesia

    [email protected]

    Abstrak

    Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin merambah ke dunia pendidikan telah mengakibatkan terjadinya

    modernisasi pendidikan yang terkait dengan bagaimana kita belajar, kapan dan dimana kita belajar, saat ini mulai

    marak dilaksanakan pembelajaran jarak jauh. Salah satu teknologi yang muncul dalam dunia pendidikan sebagai

    media pembelajaran jarak jauh adalah video conference yang menjadi perantara antara guru dan siswa saat melakukan

    kegiatan belajar mengajar. Ketika video conference digunakan sebagai media pembelajaran jarak jauh maka perlu

    diketahui bagaimana tingkat penerimaan siswa sebagai pembelajar terhadap media tersebut. Untuk mengetahui tingkat

    penerimaan penggunaan media video conference dalam proses pembelajaran maka dilakukan penelitian dengan

    menggunakan Technology Accepted Model (TAM), untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan

    media tersebut. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Struktural Equation Model (SEM) menggunakan AMOS

    18.

    Kata kunci : Pembelajaran jarak jauh, Video Conference, Technology Accepted Model (TAM), Structural Equation

    Model (SEM).

    1. Pendahuluan

    Berbagai teknologi dirancang dan dibuat untuk

    dapat meningkatkan kualitas pendidikan, hal tersebut

    berdampak pada terjadinya modernisasi pendidikan

    yang terkait dengan bagaimana kita belajar, apa yang

    kita pelajari, serta kapan dan dimana kita belajar

    (Resnick, 2002).

    Seperti yang diungkapkan Rosenberg (2001)

    perkembangan TIK telah menyebabkan lima pergeseran

    dalam proses pembelajaran, dari pelatihan ke

    penampilan, dari ruang kelas ke di mana dan kapan

    saja, dari kertas ke on line atau saluran, fasilitas fisik ke

    fasilitas jaringan kerja, dari waktu siklus ke waktu

    nyata. Proses pembelajaran tidak lagi terbatas jarak dan

    waktu juga tidak terpaku pada keberadaan pengajar dan

    pembelajar yang harus berada dalam satu ruang dan

    tempat yang sama. Oleh karena itu proses pembelajaran

    jarak jauh pun bukan lagi hal asing dalam dunia

    pendidikan.

    Salah satu produk teknologi yang dapat

    digunakan dalam pembelajaran jarak jauh adalah video

    conference atau dikenal juga dengan video

    teleconference yakni suatu teknologi multimedia

    videobroadcasting yang dapat memungkinkan

    terjadinya komunikasi interaktif antara suatu pihak

    dengan pihak lain di tempat yang berbeda dalam waktu

    yang bersamaan. Keberadaan media video conference

    dapat memungkinkan pemerataan pendidikan ke

    berbagai wilayah, apalagi Indonesia merupakan negara

    kepulauan yang luas tentunya jika video conference

    dapat diterapkan dalam proses pembelajaran jarak dan

    waktu tidak akan lagi menjadi hambatan.

    Ketika sebuah teknologi atau media diterapkan

    dalam proses pembelajaran tentunya perlu diketahui

    bagaimana sikap dan perilaku yang dirasakan

    (penerimaan) siswa terhadap teknologi atau media yang

    digunakan saat mereka belajar. Penerimaan pengguna

    (siswa) akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

    implementasi dari teknologi yang ada dalam hal ini

    video conference.

    Penelitian ini berisi tentang kajian perilaku

    pengguna dalam hal ini siswa terhadap penggunaan

    media video conference dalam proses pembelajaran.

    Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswa

    kelas X Sekolah Menengah Atas yang diberikan

    treatment belajar dengan menggunakan media video

    conference.

    Penelitian dilakukan dengan menggunakan

    kerangka Technology Accepted Model (TAM). Uji

    statistik dilakukan dengan menggunakan metode

    Stuctural Equation Model (SEM) pada perangkat lunak

    AMOS 18.

  • 2

    2. Landasan Teori

    2.1 Pendidikan Jarak Jauh

    Menurut De Anza College San Franscison oleh

    Watkinss (1993) pendidikan jarak jauh berarti proses

    belajar mengajar yang diadakan terpisah antara

    pengajar atau instruktur dan siswa selama proses

    pengajaran. Pendidikan jarak jauh merupakan metode

    pembelajaran yang menggunakan korespondensi

    sebagai alat untuk berkomunikasi antara pembelajar

    dengan pengajar (Mackenzie, Christense, dan Rigby).

    Korespondensi berperan sebagai alat untuk

    berkomunikasi antara pembelajar dengan pengajar

    dengan karakteristik pembelajar dan pengajar bekerja

    secara terpisah, namun keduanya dipersatukan dengan

    korespondensi ini sehingga terjadi interaksi antara

    pengajar dan pembelajar. Karena lokasi pengajar dan

    pembelajar terpisah maka kegiatan belajar mengajar

    harus dilakukan dengan menggunakan media, seperti

    media cetak, elektronik, mekanis dan peralatan lainnya

    Pembelajaran jarak jauh diharapkan dapat

    mengatasi masalah kesenjangan pemerataan

    kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi

    dalam bidang pendidikan yang disebabkan oleh

    berbagai hambatan seperti jarak, tempat, dan waktu.

    Kemajuan pembelajaran jarak jauh dapat

    memungkinkan terjangkaunya pendidikan oleh seluruh

    lapisan masyarakat yang tinggal di berbagai tempat

    baik di kota maupun di desa, sistem pembelajaran jarak

    jauh merupakan suatu alternative pemerataan

    kesempatan dalam bidang pendidikan

    2.2 Video Conference

    Video conference merupakan seperangkat

    teknologi telekomunikasi interaktif yang

    memungkinkankan dua pihak atau lebih di lokasi

    berbeda dapat berinteraksi melalui pengiriman dua arah

    audio dan video secara bersamaan. Teknologi inti yang

    digunakan dalam konferensi video adalah sistem

    kompresi digital audio dan video stream secara nyata.

    Komponen lain yang dibutuhkan untuk sistem

    konferensi video meliputi:

    a. Video input: kamera video atau webcam

    b. Video output: monitor komputer, televisi atau

    proyektor

    c. Audio input: mikrofon

    d. Audio output: biasanya pengeras suara yang

    berkaitan dengan perangkat layar atau telepon

    e. Data transfer: jaringan telepon analog atau digital,

    LAN atau Internet

    Video conference dapat menghemat waktu,

    tempat, dan tenaga, serta menghindarkan segala resiko

    yang bisa terjadi setiap saat.

    2.3 Technology Accepted Model

    Technology Acceptance Model (TAM)

    merupakan salah satu model yang dibangun untuk

    menganalisis dan memahami faktorfaktor yang

    mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi

    komputer, TAM diperkenalkan pertama kali oleh Fred

    Davis pada tahun 1986. TAM merupakan hasil

    pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA),

    yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan

    Ajzen pada 1980. TRA menjelaskan tingkah laku

    manusia secara nyata sebagai hasil pengaruh dua

    kategori kepercayaan yang signifikan - yaitu tingkah

    laku (behavioral) dan normatif (normative), (Tery,

    1993: 207).

    TAM bertujuan untuk menjelaskan dan

    memperkirakan penerimaan (acceptance) pengguna

    terhadap suatu teknologi atau sistem informasi. TAM

    menyediakan suatu basis teoritis untuk mengetahui

    faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap

    suatu teknologi. TAM menjelaskan hubungan sebab

    akibat antara keyakinan (akan manfaat suatu sistem

    informasi dan kemudahan penggunaannya) dan

    perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari

    pengguna/user suatu teknologi atau sistem informasi.

    Hubungan antar konstruksi dalam TAM dapat dilihat

    pada gambar berikut :

    Gambar 2.1 Technology Accepted Model (TAM)

    1. Perceived Ease of Use (PEOU)

    Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah

    teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran

    dimana seseorang percaya bahwa suatu teknologi

    dapat dengan mudah dipahami dan digunakan.

    Persepsi

    Kegunaan

    (Perceived Usefulness)

    PU

    Persepsi

    Kemudahan

    Penggunaan (Perceived

    Easy to Use)

    PEOU

    Sikap terhadap

    penggunaan teknologi

    (Attitude

    Towards Using

    Technology

    ) ATU

    Minat perilaku menggunakan

    teknologi

    (Behavioral Intention to

    Uses) BITU

    Penggunaan

    teknologi sesungguhnya

    (Actual

    Technologi

    Use) ATU

  • 3

    2. Perceived Usefulness (PU)

    Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai

    suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi

    dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang

    yang menggunakannya.

    3. Attitude Toward Using (ATU)

    Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan

    sebagai sikap terhadap penggunaan teknologi yang

    berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai

    dampak bila seseorang menggunakan suatu

    teknologi dalam pekerjaan atau aktivitasnya.

    4. Behavioral Intention to Use (BITU)

    Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan

    perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi.

    Tingkat penggunaan teknologi pada seseorang dapat

    diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap

    teknologi tersebut, misalnya motivasi untuk tetap

    menggunakan serta keinginan untuk memotivasi

    5. Actual Use (AU)

    Actual Use adalah kondisi nyata penggunaan sistem.

    Hal ini terlihat dari kepuasan seseorang dalam

    menggunakan teknologi dimana mereka akan

    meyakini bahwa teknologi tersebut mudah

    digunakan dan akan meningkatkan produktifitas

    mereka. Jika diterapkan dalam waktu yang lama

    maka dapat dilihat pula dari frekuensi dan durasi

    waktu penggunaan teknologi tersebut.

    2.4 Structural Equation Model (SEM)

    Structural Equation Modeling (SEM)

    merupakan teknik analisis multivariat yang

    dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang

    dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang

    telah digunakan secara luas dalam penelitian statistik.

    Model-model yang dimaksud diantaranya adalah

    regression analysis (analisis regresi), path analysi

    (analisis jalur), dan confirmatory factor analysis

    (analisis faktor konfirmatori) (Hox dan Bechger, 1998).

    Menurut Widodo (2006) SEM tidak digunakan

    untuk menghasilkan model namun untuk

    mengkonfirmasi suatu bentuk model, hubungan

    kausalitas diantara variabel tidak ditentukan oleh SEM,

    namun dibangun oleh teori yang mendukungnya, SEM

    tidak digunakan untuk menyatakan suatu hubungan

    kausalitas, namun untuk menerima atau menolak

    hubungan sebab akibat secara teoritis melalui uji data

    empiris, studi yang mendalam mengenai teori yang

    berkaitan menjadi model dasar untuk pengujian aplikasi

    SEM.

    3. Metodologi Penelitian

    3.1 Instrumen Penelitian

    Variabel penelitian terdiri dari :

    a. Konstruk Eksogenous (Exogenous Constructs)

    Konstruk ini dikenal sebagai sources variables atau

    independen variabel yang tidak diprediksi arau

    dipengaruhi oleh variabel yang lain dalam model.

    Pada penelitian ini konstruk eksogenous meliputi

    Perceived Ease of Use (PEOU) yaitu suatu tingkatan

    dimana seseorang percaya bahwa sebuah teknologi

    dapat dengan mudah digunakan.

    b. Konstruk Endogen (Endogenous Constructs)

    Adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau

    beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat

    memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen

    lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat

    berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Pada

    penelitian ini konstruk endogen meliputi Perceived

    Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU),

    Behavioral Intention To Use (BITU) dan Actual Use

    (AU).

    Berdasarkan variable laten yang dikembangkan

    dari teori maka terbentuk model teoritis seperti yang

    dijelaskan berikut ini :

    1. Perceived Ease of Use (PEOU) meliputi :

    Fleksibilitas penggunaan video conference

    (X1)

    Video conference mudah untuk

    dipelajari/dipahami (X2)

    Video conference mudah untuk digunakan

    (X3)

    Kemudahan untuk berinteraksi saat

    menggunakan video conference (X4)

    2. Perceived Usefulness (PU) meliputi :

    Video conference mempertinggi efektivitas

    (Y1)

    Video conference memberikan apa yang

    dibutuhkan dalam proses pembelajaran (Y2)

    Video conference meningkatkan kinerja (Y3)

    Video conference meningkatkan efisiensi (Y4)

    3. Attitude Toward Using (ATU) meliputi :

    Rasa penerimaan terhadap penggunaan video

    conference (Y5)

    Rasa pemolakan terhadap penggunaan video

    conference (Y6)

    4. Behavioral Intention to Use (BITU) meliputi :

    Motivasi untuk tetap menggunakan video

    conference (Y7)

    Motivasi ke sesama pengguna video conference

    (Y8)

  • 4

    5. Actual Use (AU) meliputi kepuasan penggunaan

    video conference (Y9)

    Hipotesis umum dari penelitian ini adalah :

    Faktor-faktor dari model penerimaan yang digunakan

    berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan

    pengguna media video conference.

    Pengembangan hipotesis berdasarkan kostruksi-

    konstruksi yang ada adalah sebagai berikut :

    Hipotesis 1

    H1,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh

    terhadap persepsi kegunaan (PU)

    H1,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak

    berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (PU)

    Hipotesis 2

    H2,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh

    terhadap sikap penggunaan (ATU)

    H2,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak

    berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU)

    Hipotesis 3

    H3,1 = persepsi kegunaan (PU) berpengaruh terhadap

    sikap penggunaan (ATU)

    H3,0 = persepsi kegunaan (PU) tidak berpengaruh

    terhadap sikap penggunaan (ATU)

    Hipotesis 4

    H4,1 = sikap penggunaan (ATU) berpengaruh terhadap

    minat penggunaan (BITU)

    H4,0 = sikap penggunaan (ATU) tidak berpengaruh

    terhadap minat penggunaan (BITU)

    Hipotesis 5

    H5,1 = sikap penggunaan (BITU) berpengaruh terhadap

    minat penggunaan (AU)

    H5,0 = sikap penggunaan (BITU) tidak berpengaruh

    terhadap minat penggunaan (AU)

    Model yang digunakan adalah model yang

    terdapat pada gambar 2.1, sample dari penelitian ini

    sebanyak 36 orang siswa yang belajar dengan

    menggunakan media video conference.

    3.2 Teknik Analisis Data

    Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan

    metode Structural Equation Model dengan

    menggunakan perangkat lunak (software) AMOS 18,

    berikut ini tahapan prosesnya, (Widodo, 2006) :

    1. Pengembangan model berdasarkan teori

    2. Pengembangan diagram lintasan (path diagram)

    3. Pemilihan data input dan teknik estimasi

    4. Evaluasi masalah identifikasi model

    5. Evaluasi Asumsi dan Kesesuaian model

    6. Interpretasi dan modifikasi model

    4. Analisis dan Interpretasi

    Observed, endogenous variables dalam model ini

    antara lain X1, X2, X3, X4, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6,

    Y7, Y8, Y9. Unobserved, endogenous variablesnya

    terdiri dari PU, ATU, BITU dan AU. Serta Unobserved,

    exogenous variablesnya terdiri dari e1, e2, e3, e4, e5,

    e6, e7, e8, e9, e10, e11, e12, e13, e14, e15, e16, dan

    e17.

    Hasil perhitungan model awal menunjukkan

    masih terdapat data yang memiliki nilai Probabilitas (P)

    yaitu P1 atau P2 < 0.05 atau mengalami outlier

    sehingga perlu dilakukan pembersihan data sampai

    memenuhi syarat ketentuan normalitas data yakni -2.58

    < c.r

  • 5

    Goodness of Fit atau nilai acuan persamaan model

    struktural yang ditetapkan.

    Nilai Probabilitas model sebesar 0.000,

    CMIN/DF sebesar 2,400 masih lebih besar dari 2,00.

    Nilai GFI sebesar 0,601 masih belum mendekati 1, nilai

    AGFI sebesar 0,522 masih belum mendekati 1, nilai

    RMSEA sebesar 0,203 masih lebih dari 0,08, nilai TLI

    sebesar 0,456 masih belum mendekati 1 dan nilai CFI

    sebesar 0,470 masih belum mendekati 1.

    Karena model belum fit maka dilakukan

    modifikasi berdasarkan modification indices yang

    diberikan AMOS. Berikut ini hasil perhitungan

    komputesi setelah model dimodifikasi :

    Gambar 3.2 Modifikasi 1 model lengkap penerimaan

    teknologi video conference

    Model modifikasi 1 ini juga belum fit sehingga

    dilakukan modifiasi yang signifikan terhadap model

    tersebut berdasarkan kecenderungan modification

    indices yang muncul. Model modikasi tersebut adalah :

    Gambar 3.3 Model Penerimaan hasil modifikasi

    ke-2

    Perubahan yang dilakukan membuat observed

    variable menjadi X1, X2, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7,

    Y8. Unobserved variable untuk variable endogen

    (terikat) tetap PU, ATU, BITU, AU. Dan Unobserved

    variable untuk variable eksogen (bebas) yaitu e1, e2,

    e3, e4, e5, e6, e7, e8, e9, e10, e11, e12, e13, e14.

    Setelah data terbebas dari data yang outlier hasil

    uji normalitas data menunjukkan nilai -0,792 yang

    berarti data terdistribusi normal. Hasil dari perhitungan

    menghasilkan nilai dan diagram berikut :

  • 6

    Gambar 3.4 Model penerimaan video conference

    hasil modifikasi ke-3

    Model masih memiliki nilai Probabilitas,

    CMIN/DF, GFI, AGFI, RSMEA, TLI dan CFI yang

    tidak sesuai standar maka modifikasi dilakukan kembali

    berdasarkan Modification Indices yang dihasilkan

    AMOS. Sehingga menghasilkan diagram berikut :

    Gambar 3.5 Model penerimaan video conference

    modifikasi ke-4

    Sampai pada tahap ini modifikasi tidak dapat lagi

    dilakukan meskipun modification indices masih

    mengindikasinya beberapa hal yang dapat dilakukan

    untuk memodifikasi model, jika modifikasi tetap

    dilakukan maka matriks covarian e5, e6, dan e8 akan

    kembali menjadi tidak positif, jika memodifikasi

    melalui pembuatan keterhubungan antarvariable maka

    nilai TLI dan CFI akan menjadi buruk > 1, serta nilai

    RSMEA menjadi 0,000.

    Berdasarkan uji kesesuaian model, model

    penerimaan video conference modifikasi ke-4 sudah fit

    secara baik dengan nilai yang sudah sesuai dengan nilai

    acuan persamaan model struktural seperti yang

    diringkas dalam tabel berikut :

    Tabel 3.1 Hasil Goodness of Fit Model

    Indeks Cut off Value Hasil Evaluasi

    Model

    Chi Square Mendekati 0 39,503 Marginal

    Probability 0,05 0,359 Baik

    CMIN/DF 2,00 1,068 Baik

    GFI Mendekati 1 0,816 Baik

    AGFI Mendekati 1 0,726 Baik

    RMSEA 0,08 0,021 Baik

    TLI Mendekati 1 0,975 Baik

    CFI Mendekati 1 0,980 Baik

    Hasil uji model modifikasi ini lebih baik

    dibandingkan model awal, sehingga model ini lah yang

    diterima sebagai model penerimaan penggunaan video

    conference dalam proses pembelajaran.

    Uji Kesahihan Konvergen

    Tabel 3.2 Bobot regresi pada faktor

    Estimate S.E. C.R. P

    x1

  • 7

    yang tidak sahih karena nilainya tidak lebih besar dari

    dua kali standar kesalahan (standar error).

    Analisis Model Grafis

    Besarnya pengaruh masing-masing variabel laten secara

    langsung (standardized direct effect) maupun tidak

    langsung (standardized indirect effect) serta efek total

    (standardized total effect) yang diringkas dalam tabel

    berikut :

    Tabel 3.3 Efek langsung, efek tidak langsung dan efek

    total

    Variabel Efek

    langsung

    Efek tidak

    langsung

    Efek

    total

    Persepsi

    kemudahahan

    penggunaan

    (PEOU)

    Persepsi

    kegunaan (PU)

    0,821 0,000 0.821

    Persepsi

    kemudahahan

    penggunaan

    (PEOU)

    Sikap terhadap

    penggunaan

    teknologi

    (ATU)

    0,141 0,547 0,688

    Persepsi

    kemudahahan

    penggunaan

    (PEOU)

    Minat perilaku

    menggunakan

    teknologi

    (BITU)

    -0,079 0,431 0,352

    Persepsi

    kemudahahan

    penggunaan

    (PEOU)

    Penggunaan

    teknologi

    seseungguhnya

    (AU)

    0,609 0,175 0,784

    Persepsi

    kegunaan (PU)

    Sikap

    terhadap

    penggunaan

    teknologi

    (ATU)

    0,667 0,000 0,667

    Sikap terhadap 0,627 0,000 0,627

    penggunaan

    teknologi

    (ATU)

    Minat perilaku

    menggunakan

    teknologi

    (BITU)

    Minat perilaku

    menggunakan

    teknologi

    (BITU)

    Penggunaan

    teknologi

    seseungguhnya

    (AU)

    0,497 0,000 0,497

    Nilai utama yang akan digunakan untuk

    mengetahui faktor penerimaan dalam model ini adalah

    efek langsung (direct effect) yang tertera pada gambar

    diagram, karena nilai tersebut menggambarkan kisaran

    keterkaitan suatu variable secara langsung.Berdasarkan

    nilai efek langsung yang dihasilkan faktor atau

    konstruksi yang secara langsung berkaitan dengan

    persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) adalah

    persepsi kegunaan (PU) dan penggunaan sesungguhnya

    (AU). Keterkaitan lain yang terjadi adalah antara faktor

    persepsi kegunaan (PU) dengan faktor Sikap terhadap

    penggunaan teknologi (ATU), dengan faktor Sikap

    terhadap penggunaan teknologi (ATU) dengan faktor

    minat perilaku menggunakan teknologi (BITU), serta

    faktor minat perilaku menggunakan teknologi (BITU)

    dengan faktor penggunaan sesungguhnya (AU).

    Sementara itu faktor Sikap terhadap penggunaan

    teknologi (ATU) dan faktor minat perilaku

    menggunakan teknologi (BITU) hanya memberikan

    pengaruh secara tidak langsung terhadap faktor persepsi

    kemudahan penggunaan (PEOU).

    Hasil Observasi

    Berdasarkan hasil observasi penelitian saat

    pembelajaran dengan menggunakan media video

    conference kondisi kelas saat pembelajaran bisa

    dikatakan kondusif, dan proses pembelajaran berjalan

    lancar. Gambar dan suara dapat diterima dengan jelas

    guru dan siswa dapat berkomuniksi dengan baik.

    Uji Hipotesis

    Hipotesis 1

    H1,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh

    terhadap persepsi kegunaan (PU)

    H1,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak

    berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (PU)

  • 8

    Nilai keterkaitan antara PEOU dengan PU adalah

    sebesar 0,821 > 0.5 berarti H1,1 diterima dan H1,0

    ditolak.

    Hipotesis 2

    H2,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh

    terhadap sikap penggunaan (ATU)

    H2,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak

    berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU)

    Nilai keterkaitan antara PEOU dengan ATU adalah

    sebesar 0,141 < 0.5 berarti H2,1 ditolak dan H2,0

    diterima.

    Hipotesis 3

    H3,1 = persepsi kegunaan (PU) berpengaruh terhadap

    sikap penggunaan (ATU)

    H3,0 = persepsi kegunaan (PU) tidak berpengaruh

    terhadap sikap penggunaan (ATU)

    Nilai keterkaitan antara PU dengan ATU adalah sebesar

    0,667 > 0.5 berarti H3,1 diterima dan H3,0 ditolak.

    Hipotesis 4

    H4,1 = sikap penggunaan (ATU) berpengaruh terhadap

    minat penggunaan (BITU)

    H4,0 = sikap penggunaan (ATU) tidak berpengaruh

    terhadap minat penggunaan (BITU)

    Nilai keterkaitan antara ATU dengan BITU adalah

    sebesar 0,627 < 0.5 berarti H4,1 diterima dan dan H4,0

    ditolak.

    Hipotesis 5

    H5,1 = sikap penggunaan (BITU) berpengaruh terhadap

    minat penggunaan (AU)

    H5,0 = sikap penggunaan (BITU) tidak berpengaruh

    terhadap minat penggunaan (AU)

    Nilai keterkaitan antara BITU dengan AU adalah

    sebesar 0,50 > 0.5 berarti H5,1 diterima dan dan H5,0

    ditolak.

    Selain itu ditemukan keterkaitan lain yakni

    antara variabel persepsi kemudahan (PEOU) dengan

    penggunaan sesungguhnya (AU) dengan nilai efek

    langsung sebesar 0,61 > 0,5. Meskipun telah dibuat

    keterkaitan langsung antara variable persepsi

    kemudahan (PEOU) dengan variable sikap penggunaan

    (BITU) tetapi ternyata BITU tidak memberikan

    pengaruh langsung yang signifikan terhadap PEOU,

    yakni senilai -0,079 < 0.5.

    Berdasarkan hasil perhitungan komputasi

    dengan menggunakan software AMOS serta analisis

    yang dilakukan terhadap hasil perhitungan tersebut

    empat dari lima hipotesis yang ada diterima dan satu

    hipotesis ditolak. Hal ini berarti hipotesis umum dari

    penelitian ini ditolak karena ternyata tidak semua

    faktor-faktor dari model penerimaan yang digunakan

    berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan

    pengguna media video conference.

    Dari model yang telah fit dapat disimpulkan

    bahwa kondisi nyata penggunaan media video

    converence dalam proses pembelajaran jarak jauh yang

    diinterpretasikan oleh variabel penggunaan

    sesungguhnya (AU) dipengaruhi oleh dua hal yakni

    persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) dan minat

    perilaku menggunakan teknologi (BITU).

    Dari hasil perhitungan yang ditampilkan dalam

    diagram diketahui tingkat penerimaan siswa terhadap

    penggunaan video conference dalam proses

    pembelajaran adalah sebesar 85%, motivasi siswa untuk

    tetap menggunakan media video conference sebesar

    77% dan kepuasan siswa saat menggunakan media

    video conference yang diterapkan dalam penelitian ini

    adalah sebesar 79%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

    video conference diterima dengan baik oleh siswa

    sebagai media untuk pembelajaran jarak jauh, tetapi

    motivasi dan kepuasan siswa dalam menggunakan

    media tersebut masih kurang sehingga perlu dilakukan

    peningkatan kualitas dari media video conference yang

    digunakan.

    5. Penutup

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan rangkaian kegiatan penelitian yang

    telah dilakukan, terdapat beberapa hal penting yang

    dapat disimpulkan, hal-hal tersebut adalah sebagai

    berikut:

    1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan

    penggunaan video conference adalah faktor

    persepsi kemudahaan penggunaan (Perceived easy

    of use/PEOU), faktor persepsi kegunaan (perceived

    usefullness/PU), faktor sikap terhadap penggunaan

    teknologi (attitude towards using/ATU), dan faktor

    minat perilaku penggunaan teknologi (behavioural

    intention to use/BITU).

    a. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap

    kondisi nyata (actual use/AU) dari

    penggunaa media video conference adalah

    persepsi kemudahan penggunaan (Perceived

    easy of use/PEOU) dan minat perilaku

    menggunakan teknologi (behavioural

    intention to use/BITU).

    b. Untuk meningkatkan penerimaan siswa

    terhadap penggunaan media video conference

  • 9

    dalam proses pembelajaran jarak jauh maka

    perlu dilakukan peningkatan kemudahan

    penggunaan media video converence serta

    minat siswa untuk menggunakan media

    tersebut.

    2. Faktor-faktor yang berhubungan atau berpengaruh

    secara signifikan berdasarkan model fit adalah

    antara faktor persepsi kemudahan penggunaan

    (Perceived Easy of Use) terhadap faktor persepsi

    kegunaan (Perceived Usefullness), faktor persepsi

    kemudahan penggunaan (Perceived Easy of Use)

    terhadap faktor penggunaan teknologi

    sesungguhnya (Actual Use), faktor persepsi

    kegunaan (Perceived Usefullness) terhadap faktor

    sikap terhadap penggunaan teknologi (Attitude

    Towards Using), faktor sikap terhadap penggunaan

    teknologi (Attitude Towards Using) terhadap

    faktor minat perilaku menggunakan teknologi

    (Behavioural Intention to Use), dan minat perilaku

    menggunakan teknologi (Behavioural Intention to

    Use) terhadap faktor penggunaan teknologi

    sesungguhnya (Actual Use).

    a. Penerimaan penggunaan video conference

    dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh

    adanya keterkaitan antara faktor minat

    perilaku penggunaan teknologi, sikap

    terhadap penggunaan teknologi, persepsi

    kegunaan dan persepsi kemudahan

    penggunaan dari teknologi video conference

    tersebut.

    b. Media video conference akan diterima

    dengan baik oleh siswa apabila siswa

    memiliki keinginan untuk menggunakan

    media dan memotivasi rekannya untuk

    belajar dengan baik saat menggunakan media

    tersebut, motivasi ini akan dipengaruhi oleh

    rasa penerimaan dan penolakan yang muncul

    terkait dengan kemampuan media untuk

    meningkatkan efektivitas dan efisiensi

    pembelajaran serta memberikan apa yang

    dibutuhkan siswa saat belajar di kelas.

    c. Keterkaitan lain menunjukkan bahwa

    penggunaan media video conference juga

    dipengaruhi oleh fleksibilitas media,

    kemudahan media untuk dipahami dan

    digunakan serta kemampuan media untuk

    memberikan kemudahan interaksi dan

    komunikasi langsung antara guru dan siswa

    meskipun keduanya berada di tempat yang

    berbeda.

    5.2 Saran

    1. Media video conference yang digunakan

    dalam proses pembelajaran haruslah mudah

    untuk digunakan agar siswa maupun guru

    tidak merasa ribet saat menggunakan media

    tersebut dan siswa dapat belajar dengan

    nyaman tanpa merasa risih.

    2. Minat siswa terhadap penggunaan video

    conference dapat ditingkatkan dengan

    memberikan siswa berbagai manfaat dan

    kemudahan dalam menerima materi

    pelajaran, memahami instruksi yang

    disampaikan pengajar dan berkomunikasi

    dengan pengajar.

    3. Bagi pihak sekolah atau lembaga yang

    menggunakan media video conference

    direkomendasikan untuk lebih

    memperhatikan infrastruktur yang

    dibutuhkan untuk mengoperasikan media

    tersebut dengan menyesuaikan spesifikasi

    komputer server, komputer client dan

    bandwidthnya.

    4. Bagi guru yang mengajar

    direkomendasikan agar tetap bersikap

    komunikatif dengan siswa, peka dan

    menguasai keadaan kelas melalui video

    yang ia terima dari ruang siswa agar siswa

    tetap merasa dibimbing dan diawasi

    gurunya, menggunakan metode

    penyampaian materi yang lebih jelas dan

    menarik, serta menghadirkan seorang guru

    pendamping untuk memantau keadaan

    siswa di dalam kelas secara langsung.

    5. Bagi pengembang software media video

    conference perlu dilakukan pengembangan

    lebih lanjut berkaitan dengan kemudahan

    dalam proses instalasi software, kemudahan

    penggunaan fitur-fitur software,

    kelengkapan fitur-fitur yang dibutuhkan

    dalam proses pembelajaran serta kestabilan

    software pada saat digunakan agar

    teknologi video conference ini menjadi

    media yang benar-benar memudahkan

    proses pemerataan jangkauan pendidikan

    ke berbagai daerah.

    6. Bagi peneliti kajian di bidang ini

    selanjutnya penulis merekomendasikan

    untuk merancang dan menguji model

    penerimaan baru yang dibangun dari

    konstruksi dasar Technology Accepted

    Model (TAM) ditambah dengan

  • 10

    konstruksi/faktor lain yang menurut

    peneliti berpengaruh dan memiliki dasar

    teori yang menjadi alasan kuat

    ditambahkannya konstruksi atau faktor

    tersebut.

    Daftar Pustaka

    __ Konferensi video. http:// www.Wikipedia.com. [7

    Juni 2010]

    __Pengertian Interaksi Manusia-Komputer. http://

    www.Wikipedia.com. [7 Juni 2010]

    __Pengenalan Path Analysis & SEM. (2009). [online].

    http://leoriset.blogspot.com/2009/07/pengenalan-

    path-analysis-sem. [2 Juli 2010]

    Andriyani Dwi. S.ST. (2010). Pengenalan Structural

    Equation Modeling. [online].

    http://www.infoskripsi.com/Theory/Structural-

    Equation-Modelling-SEM. [2 Juni 2010]

    Budi. (2010). Sekilas Tentang Technology Acceptance

    Model (Tam). [online].

    http://www.google.co.id/search?q=langkah-

    langkah+metode+TAM&ie=utf-8&oe=utf. [2

    Juni 2010]

    Hermawan Arif. (2010). Pengembangan Model

    Penerimaan Penggunaan Internet Mahasiswa

    Program Studi Manajeman Informatika DIII

    Universitas Teknologi Yogyakarta. Yogyakarta :

    Yogyakarta University of Technology.

    Malhotra Yogesh, Galletta F. Dennis. (1999). Extending

    the Technology Acceptance Model to Account for

    Social. Hawaii International Conference on

    System Sciences. University of Pittsburgh &

    BRINT Research Institute.

    Marzuki, C. 1999. Metodologi Riset. Jakarta: Erlangga.

    Munir.Dr. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi

    Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.

    Munir.Dr. (2009). Penggunaan Learning Manajement

    System (LMS) di Perguruan Tinggi : Studi Kasus

    di Universitas Pendidikan Indonesia. Yogyakarta

    : Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY &

    LPM Universitas Negeri Yogyakarta.

    Munir.Dr. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis

    Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung :

    Alfabeta.

    Prasetyo Bambang, Jannah M. Lina. (2005). Metode

    Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi.

    Jakarta : Rajawali Pers.

    Wibowo Arief. (2008). Kajian tentang perilaku

    pengguna sistem informasi Dengan pendekatan

    technology acceptance model (tam). [online].

    http://peneliti.bl.ac.id/wpcontent/uploads/2008/0

    2/arif+wibowo.pdf. [2 Juni 2010]

    Wijaya Toni. (2009). Analisis Structural Equation

    Modeling Menggunakan AMOS. Yogyakarta :

    Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

    Wijaya Wisnu Stevanus. (2010) Kajian Teoritis

    Technology Acceptance Model Sebagai Model

    Pendekatan Untuk Menentukan Strategi

    Mendorong Kemauan Pengguna Dalam

    Menggunakan Teknologi Informasi Dan

    komunikasi. [email protected]

    Yuadi Imam. (2010). Analisis Technology Acceptance

    Model terhadap Perpustakaan Digital dengan

    Structural Equation Modeling. Departemen Ilmu

    Informasi dan Perpustakaan.

    Zenever Sisilia. (2010). Implementasi Penggunaan Dan

    Pemanfaatan Video Conference Pada Perguruan

    Tinggi Negeri Di Indonesia. Bandarlampung.