tingkat kecukupan gizi karyawan dan penyelenggaraan ... · bahan makanan diterima oleh petugas di...
TRANSCRIPT
HASIL PEMBAHASAN
Input Penyelenggaraan Makanan
Pekerja Penyelenggaraan Makanan
Input penyelenggaraan makanan terdiri atas pekerja penyelenggaraan
makanan, anggaran dana, dan sarana fisik dan peralatan. Menurut Moehyi
(1992) jenis tenaga kerja yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan
adalah tenaga pengelola, pelaksana, dan pembantu pelaksana.
Pekerja yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan makanan
berjumlah 36 orang yang terdiri dari tenaga pegelola 3 orang, pelaksana 11
orang, dan pembantu pelaksana 22 orang dengan jumlah pekerja laki-laki 78%
dan perempuan 22%. Dalam merekrut pekerja, Pangansari Utama Catering
Tambang Senakin lebih mengutamakan masyarakat lokal.
Persentase pekerja pada kelompok usia 19-29 tahun adalah 39%, 30-49
tahun adalah 39%, dan 50-64 tahun adalah 22%. Sebaran karakteristik pekerja
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran karakteristik pekerja Pangansari Utama Catering Tambang Senakin
Karakteristik n %
Jenis Kelamin Laki-laki 28 78 Perempuan 8 22
Kelompok Usia 19-29 tahun 14 39 30-49 tahun 14 39 50-64 tahun 8 22
Pendidikan Terakhir SD 0 0 SMP 0 0 SMA 34 94 Diploma/S1 2 6
Anggaran Dana
Biaya yang tersedia untuk penyelenggaraan makanan harus
diperhitungan dengan baik. Penyelenggaraan makanan institusi telah ditetapkan
biayanya dalam anggaran biaya tahunan. Makanan yang disajikan harus sesuai
dengan jumlah anggaran yang tersedia (Moehyi 1992). Biaya untuk
penyelenggaraan makanan ini berasal dari PT Arutmin Indonesia yang
merupakan bagian dari upah konsumen. Biaya makan per orang per hari untuk
tiga kali makan adalah US $11.
29
Sarana Fisik dan Peralatan
Perusahaan menetapkan sistem pengelolaan dan cara pelayanan
makanan yang akan dilaksanakan sebelum menetapkan sarana fisik, peralatan,
dan perlengkapan dalam pengelolaan makanan. Faktor tersebut berpengaruh
dalam menentukan luas ruangan dan jenis peralatan yang dibutuhkan (Depkes
1991a). Sistem pengelolaan ini diselenggarakan oleh pihak jasa boga yaitu
Pangansari Utama Catering Tambang Senakin. Pelayanan menggunakan cara
prasmanan pada saat makan pagi dan malam serta menggunakan kotak
makanan yang diantar oleh mobil makanan ke lokasi pekerjaan pada saat makan
siang.
Sarana fisik dan peralatan yang digunakan Pangansari Utama Catering
Tambang Senakin berasal dari PT Arutmin Indonesia dan masih belum memadai
karena tidak adanya ruang penerimaan dan ruang ganti pakaian untuk tenaga
kerja. Bahan makanan diterima oleh petugas di area belakang dapur dan
langsung dimasukkan ke ruang penyimpanan. Sarana fisik yang disediakan oleh
perusahaan antara lain:
1. Ruang makan memiliki luas 192 m2 dan merupakan bangunan semi
permanen dengan 12 meja dan 48 kursi makan. Ruang makan yang
digunakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin telah
memadai dengan jumlah karyawan yang makan 163 orang menggunakan
sistem makan bergilir. Denah ruang makan dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Dapur memilki luas 295 m2. Luas dapur mencakup ruang penyimpanan
bahan makanan, ruang pemasakan, ruang pencucian alat, ruang bakery,
ruang administrasi, ruang istirahat petugas, ruang persiapan, dan kantor
pimpinan penyelenggaraan makanan. Luas dapur sesuai dengan
rekomendasi Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga
kerja sebanyak 36 orang. Denah dapur dapat dilihat pada lampiran 3.
Peralatan dapur telah memadai. Peralatan dapur yang dimiliki antara lain
kompor, penggorengan, ketel, oven, kukusan, pisau, sendok sayur, parutan,
sodet, alat-alat makan, lemari es, rak sayuran, rak bahan makanan kering, meja,
meja prasmanan, hood, sink, dan troley. Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 4.
30
Proses Penyelenggaraan Makanan
Perencanaan Menu
Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun berbagai
hidangan dengan variasi dan komposisi yang serasi seimbang untuk memenuhi
pelaksanaan manajemen pelayanan makanan institusi (Depkes 1991a). Dalam
praktiknya, Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki menu baku
dan resep standar yang digunakan untuk membuat berbagai menu, namun resep
standar ini tidak ada dalam bentuk tertulis, hanya mengandalkan memori para
juru masak.
Siklus menu yang dipakai oleh Pangansari Utama Catering Tambang
Senakin adalah 14 hari. Selengkapnya dapat dilihat lampiran 5. Perencanaan
menu dilakukan bersama-sama oleh koki, supervisor, dan staf administrasi PT.
Thiees (kontraktor Arutmin). Tahapan perencanaan menu tersebut adalah :
1. Pihak Pangansari Utama Catering Tambang Senakin menyusun menu
kemudian diserahkan ke PT. Thiees selaku penanggung jawab
penyelenggaraan makanan untuk mendapatkan pertimbangan/masukan-
masukan terhadap susunan menu tersebut.
2. PT. Thiees memberikan masukan, persetujuan, dan penetapan terhadap
menu yang disusun oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin
untuk kemudian dilaksanakan.
Pelaksanaan
Pembelian Bahan Pangan. Menurut Moehyi (1992), pembelian bahan
pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui leveransir dan pembelian
langsung. Pembelian bahan pangan yang dilakukan oleh Pangansari Utama
Catering Tambang Senakin adalah menggunakan kedua cara tersebut. Daging,
ayam, dan bahan pangan kering dipasok secara rutin dari Pangansari Utama
Balikpapan sedangkan pembelian langsung dilakukan di daerah Kotabaru.
Frekuensi pembelian bahan pangan kering dilakukan 15 hari sekali sedangkan
pembelian bahan pangan segar dilakukan 1 minggu sekali.
Penerimaan Bahan Pangan. Setelah pembelian bahan pangan, tahap
selanjutnya adalah penerimaan bahan pangan. Penerimaan bahan pangan
adalah menerima bahan pangan yang dipesan serta meneliti jumlah dan kualitas
bahan pangan yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
dalam kontrak pembelian (Yuliati dan Santoso 1995). Pangansari Utama
Tambang Senakin mempunyai petugas khusus untuk melakukan penerimaan
31
bahan pangan. Sistem penerimaan bahan pangan yang dilakukan menggunakan
sistem konvesional. Petugas khusus penerimaan bahan pangan memeriksa
secara rinci bahan pangan yang diterima baik kuantitas dan kualitas. Bahan
pangan yang tidak sesuai dengan jumlah dan jenisnya akan dikembalikan
kepada suppliernya.
Penyimpanan Bahan Pangan. Pangansari Utama Catering Tambang
Senakin melakukan proses penyimpanan bahan pangan disebabkan tidak semua
bahan tersebut diolah secara langsung. Alat/fasilitas penyimpanan yang dimiliki
adalah penyimpanan kering (250C), chill room (80C), dan cold room (-50C).
Tahapan proses penyimpanan bahan pangan adalah :
1. Melakukan pemisahan bahan pangan basah dan kering. Bahan pangan
basah disimpan di dalam chill room dan cold room sedangkan bahan pangan
kering ditaruh di rak-rak penyimpanan bahan pangan dan tidak menempel ke
dinding (diberi jarak 20 cm).
2. Memberi label pada bahan pangan basah dan kering berupa tanggal
pembelian dan waktu kadaluarsa.
3. Melakukan pengambilan bahan pangan dengan cara First In First Out
(FIFO), maksudnya adalah bahan pangan yang disimpan terlebih dahulu
akan diolah lebih dulu.
Persiapan Bahan Pangan. Menurut Yuliati dan Santoso (1995) langkah
pertama sebelum proses pemasakan dimulai adalah mempersiapkan bahan
pangan dan bahan-bahan lain yang diperlukan sesuai dengan menu yang telah
direncanakan. Persiapan bahan pangan yang dilakukan meliputi pencucian
bahan pangan seperti mencuci beras, penggilingan/penghalusan bumbu,
pengadukan tepung, perebusan daging, pemotongan ikan, dan pengupasan
bahan pangan seperti mengupas bawang, kentang, dan semangka.
Pengolahan. Pengolahan bahan pangan merupakan suatu kegiatan
mengubah (memasak) bahan pangan mentah menjadi makanan yang siap
dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan pengolahan bahan
pangan adalah mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan pangan;
meningkatkan nilai cerna; meningkatkan dan mempertahan warna; rasa;
keempukan dan penampilan makanan; bebas dari organisme dan zat berbahaya
untuk tubuh (Depkes 2003c).
Pengolahan bahan pangan dilakukan di dapur pada pukul 02.00-04.00
WITA untuk makan pagi, pukul 06.00-08.00 WITA untuk makan siang, dan pukul
32
15.00-17.00 WITA untuk makan malam. Bahan pangan yang telah dimasak
dihabiskan untuk satu kali penyajian sehingga tidak ada makanan yang
disimpanan untuk penyajian berikutnya.
Distribusi makanan. Tugas akhir penyelenggaraan makanan adalah
penghidangan atau pendistribusian makanan kepada konsumen. Tahap ini
mendapat perhatian sebaik-baiknya (Tarwodjo 1998). Makanan yang telah
dimasak untuk makan siang dimasukkan ke dalam box makanan, setelah itu box
makanan diantar oleh mobil makanan ke lokasi pekerjaan. Waktu penyajian
makanan adalah pukul 04.00 WITA untuk makan pagi, pukul 11.00 WITA untuk
makan siang, dan pukul 17.00 WITA untuk makan malam.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan penyelenggaraan makanan
merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem penyelenggaraan makanan.
Pencatatan dan pelaporan pada Pangansari Utama Catering Tambang Senakin
terbagi atas:
1. Pencatatan dan pelaporan harian meliputi pemakaian bahan makanan,
penerimaan bahan makanan, suhu penyimpanan, dan jumlah konsumen
yang makan.
2. Pencatatan dan pelaporan bulanan meliputi pencatatan biaya
penyelenggaraan makanan dalam satu bulan dan pencatatan inventaris alat.
3. Pencatatan dan pelaporan tahunan yaitu pencatatan tenaga
penyelenggaraan makanan.
Higiene dan Sanitasi Pangansari Utama Catering Tambang Senakin
Penilaian terhadap higiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan
makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin merujuk pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
715/Menkes/SK/V/2003. Hasil penerapan sanitasi jasa boga yang dilaksanakan
oleh Pangansari Utama Catering Tambang dapat dilihat pada lampiran 6.
Setelah dilakukan penilaian, skor yang didapat adalah 85. Total skor
sebesar 85 berada dalam kisaran skor 83-92. Hal ini berarti Pangansari Utama
Catering Tambang Senakin secara umum laik higiene dan sanitasi berdasarkan
Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003.
Lokasi, Bangunan, dan Fasilitas
Lokasi. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003, syarat
lokasi yang baik adalah minimal 500 meter dari sumber pencemaran seperti
33
tempat sampah umum, wc umum, bengkel cat, dan sumber pencemaran lainnya.
Bangunan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin telah sesuai dengan
persyaratan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 karena disekitar
bangunan tidak terdapat sumber pencemaran. Bangunan terletak dekat dengan
bangunan penginapan (mess) karyawan.
Bangunan dan Fasilitas. Secara umum bangunan Pangansari Utama
Catering Tambang Senakin telah sesuai dengan Kepmenkes Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 yaitu kuat, kokoh, memiliki papan nama perusahaan dan
nomor izin usaha. Luas Bangunan Pangansari Utama Catering Tambang
Senakin adalah 487 m2 yang terdiri dari ruang makan dan dapur. Bangunan
memiliki halaman bersih, tidak banyak lalat, tersedia tempat sampah, tidak
terdapat tumpukan barang-barang, memiliki pembuangan air kotor (limbah dapur
dan kamar mandi), pembuangan air hujan lancar, dan tidak menimbulkan
genangan air.
Lantai dan dinding. Lantai dapur dilapis portland cement dan epoxy
yang memiliki karakteristik rapat air, halus, tidak licin dan mudah dibersihkan.
Lantai ruang makan dilapisi parquete. Dinding bangunan adalah multipleks
dilapisi melaminto sehingga permukaannya halus, kering/tidak menyerap air dan
mudah dibersihkan. Pada ruang pencucian alat, ruang pencucian makanan, dan
toilet yang permukaan dindingnya terkena percikan air dilapisi keramik setinggi
1,5 meter dari permukaan lantai. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 yang mengharuskan permukaan dinding yang terkena
percikan air dilapisi bahan kedap air setinggi dua meter dari permukaan lantai.
Pintu dan Jendela. Bangunan memiliki akses berupa pintu dengan
bukaan daun pintu mengarah ke luar. Kondisi lubang ventilasi pada jendela dan
pintu tempat makanan diolah dilengkapi kassa dengan sistem knock out. Semua
pintu akses dari ruang tempat pengolahan makanan ini dilengkapi sistem
menutup sendiri dan tirai.
Pencahayaan dan penghawaan. Bangunan memiliki intensitas
pencahayaan yang cukup untuk dapat melakukan pekerjaan, pemeriksaan, dan
pembersihan secara efektif. Bangunan atau ruangan tempat pengolahan
makanan dilengkapi dengan exhaust fan dan cooker hood yang mengatur
pertukaran udara, membuang bau, dan asap. Pencahayaan pada ruang
pengolahan makanan memakai lampu T4 jenis tubular lamp (TL) daya 80 watt
sebanyak 72 batang yang menghasilkan 705,6 foot candle dengan penempatan
34
pada ceiling setinggi 2,7 meter dari permukaan lantai. Hal ini telah sesuai dengan
Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003.
Fasilitas Sanitasi
Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya
yang digunakan untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan
faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan kesehatan manusia antara
lain sarana air bersih, jamban, peturasan, saluran limbah, tempat cuci tangan,
bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker), peralatan pencegahan
terhadap lalat, tikus, hewan lainnya serta peralatan kebersihan (Depkes 2003c).
Air Bersih. Pangansari Utama Catering Tambang Senakin menggunakan
air tanah yang ditampung di tempat penampungan. Jumlah air pada
penampungan dikontrol agar selalu mencukupi, tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak berwarna. Air yang digunakan Pangansari Utama Catering Tambang
Senakin adalah air bersih yang dibuktikan dengan kandungan E.Coli pada air
kran 0 per 100 ml.
Pembuangan Air Limbah. Sistem pembuangan air limbah Pangansari
Utama Catering Tambang Senakin sudah baik. Pembuangan air limbah
dilengkapi dengan grease trap (penangkap lemak) dan salurannya tertutup.
Toilet. Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki 4 buah
toilet dengan lantai keramik yang terpisah dari dapur, ruang persiapan makanan,
dan ruang penyimpanan bahan makanan. Limbah toilet dialirkan ke septic tank
yang berjarak 10 meter dari bangunan. Jumlah toilet yang ada di Pangansari
Utama Catering Tambang Senakin sesuai dengan rekomendasi Kepmenkes
Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga kerja sebanyak 36 orang.
Tempat Cuci Tangan. Bangunan memiliki tempat cuci tangan yang
terpisah dengan tempat mencuci peralatan maupun bahan makanan, serta
dilengkapi dengan kran dan saluran pembuangan tertutup. Bangunan memiliki 4
buah tempat cuci tangan. Jumlah tempat cuci tangan yang ada di Pangansari
Utama Catering Tambang Senakin sesuai dengan rekomendasi Kepmenkes
Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga kerja sebanyak 36 orang.
Tempat sampah. Bangunan dilengkapi tempat sampah tertutup yang
dapat menghindari kemungkinan makanan tercemar oleh sampah. Tempat
sampah terletak di dapur dan di ruang makan.
Fasilitas Pencucian Peralatan dan Bahan Makanan. Fasilitas
pencucian peralatan dan bahan makanan terbuat dari stainless. Pencucian
35
peralatan menggunakan sabun cuci dan air panas 800C selama 2 menit.
Pangansari Utama Catering Tambang Senakin hanya memiliki 2 bak pencuci.
Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 yang
menyatakan fasilitas pencucian dibuat dengan 3 bak pencuci.
Ruangan Pengolahan Makanan
Bangunan memiliki tempat pengolahan makanan seluas 160 m2 sehingga
memudahkan tenaga kerja melakukan pekerjaan. Ruang pengolahan makanan
terpisah dengan ruang penyimpanan bahan makanan dan tidak berhubungan
langsung dengan jamban dan kamar mandi.
Bahan Pangan
Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki sistem
pengelolaan bahan pangan yang baik. Bahan pangan segar diperiksa agar
kondisi bahan tersebut baik, tidak rusak, berubah bentuk, berubah warna dan
rasa. Bahan pangan pabrik harus terdaftar, diperiksa labelnya, tanggal
kadaluwarsa, kemasannya tidak rusak/pecah dan tidak kembung. Bahan
makanan yang siap konsumsi (ready to eat dan ready to drink) diperiksa agar
bahan tersebut baru, segar, tidak basi, tidak busuk, tidak rusak, tidak berjamur,
serta tidak terkontaminasi contohnya juice ready to drink.
Penyimpanan Bahan Makanan
Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki kebijakan
penyimpanan bahan makanan yang baik. Bahan makanan basah disimpan
dalam chill room, cold room, dan refrigerator dengan suhu yang disesuaikan
dengan jenis bahan makanannya. Suhu penyimpanan Pangansari Utama
Catering Tambang Senakin disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Suhu penyimpanan bahan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin
No Bahan Makanan Suhu
Penyimpanan Suhu
Standar Lama
Penyimpanan
1. Ayam dan daging Mentah -50C -5
0C s/d 0
0C 15 hari
2. Ikan -50C -5
0C s/d 0
0C 7 hari
3. Sayuran 80C 10
0C 7 hari
4. Bahan makanan kering 250C 25
0C 15 hari
Tempat penyimpanan (kulkas dan freezer) dibersihkan seminggu sekali
untuk menjamin kebersihan dan selalu terpelihara dengan baik. Berdasarkan
tabel diatas, terlihat bahwa suhu penyimpanan yang dilakukan oleh Pangansari
Utama telah sesuai dengan suhu yang disarankan oleh Kepmenkes Nomor
715/Menkes/SK/2003.
36
Personal Higiene Sanitasi
Pada proses penyelenggaraan makanan, higiene dan sanitasi pekerja
sangat diperlukan dan diperhatikan. Hal ini dikarenakan semua proses
penyelenggaraan makanan mulai dari pembelian hingga penyajian makanan
selalu melibatkan pekerja.
Tabel 6 Persentase pekerja Pangansari Utama Catering Tambang Senakin yang menerapkan higiene personal
No Perilaku n %
1 Memakai pakaian kerja 28 100 2 Menggunakan penjepit makanan 28 100 3 Memakai sarung tangan 0 0 4 Mengganti pakaian setiap hari 28 100 5 Memakai pelindung kepala 28 100 6 Memakai pakaian yang nyaman di badan 28 100 7 Menggunakan alas kaki yang tidak licin 28 100 8 Menggunakan celemek 26 93 9 Tidak merokok selama pengolahan makanan 28 100 10 Tidak makan/mengunyah selama pengolahan makanan 28 100 11 Tidak memakai aksesoris 28 100 12 Berkuku pendek 28 100 13 Mencuci tangan dengan sabun sebelum bekerja dan setelah keluar
kamar mandi 28 100
Rata-rata 91.8
Jumlah pekerja catering yang terlibat langsung dalam pengelola makanan
adalah 28 orang. Semua pekerja bebas dari penyakit infeksi, penyakit bisul, dan
luka terbuka. Pemeriksaan kesehatan/berobat ke dokter wajib dilakukan pekerja
apabila mereka dalam keadaan sakit. Berdasarkan persyaratan Kepmenkes
Nomor 715/Menkes/SK/2003, pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan setiap
enam bulan sekali, sedangkan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin
pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan setiap satu tahun sekali sehingga dapat
dikatakan belum memenuhi persyaratan.
Persentase pekerja catering yang menerapkan higiene personal dapat dilihat
pada Tabel 6. Persentase rata-rata pekerja yang menerapkan prinsip higiene
personal adalah 91.8%. Sarung tangan plastik digunakan pada saat mengambil
makanan. Pekerja yang tidak menggunakan celemek adalah pekerja yang
bertugas dibagian penyimpanan bahan makanan.
Output Penyelenggaraan Makanan
Ketersediaan Energi dan Protein
Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah tersedianya
pangan. Makanan yang dikonsumsi oleh contoh selama di perusahaan berasal
dari makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang
37
Senakin. Ketersediaan makanan dilihat berdasarkan banyaknya jumlah makanan
yang disediakan oleh pihak Pangansari Utama Catering Tambang Senakin untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi dari contoh.
Rata-rata nasi, lauk, sayuran, dan buah yang disediakan oleh pihak
catering adalah 300 g, 50 g, 100 g, dan 100g. Rata-rata ketersediaan makanan
ini telah memenuhi standar penyediaan makanan untuk pekerja yaitu 100 g, 40
g, 100 g, dan 100 g untuk nasi, lauk, sayuran, dan buah (Depkes 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap makanan yang disediakan oleh pihak
catering selama tujuh hari, berikut disajikan rata-rata ketersediaan makanan
untuk tiap konsumen per hari.
Tabel 7 Ketersediaan makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin
Hari ke- Ketersediaan Kecukupan
Energi (kkal) Protein (g) Energi (kkal) Protein(g)
1 2523 83.6 2455 59.7 2 2607 86.0 2455 59.7 3 2838 90.6 2455 59.7 4 2484 89.1 2455 59.7 5 2689 74.7 2455 59.7 6 2591 86.4 2455 59.7 7 2551 86.9 2455 59.7
Rata-rata 2612 85.3 2455 59.7
Ketersediaan energi dan protein paling tinggi terdapat ketiga dimana
salah satu menu yang disediakan adalah nasi goreng dan cumi-cumi. Nasi
goreng memberikan kontribusi energi yang cukup tinggi yaitu sebesar 750 kkal
dalam 300 g dan cumi-cumi memberikan kontribusi protein yang tinggi yaitu 265
dalam 100 g.
Rata-rata ketersediaan energi selama tujuh hari adalah 2612 kkal. Rata-
rata ketersediaan protein selama tujuh hari adalah 85.3 g. Rata-rata ketersediaan
energi di catering telah memenuhi 106% kecukupan energi contoh dan
ketersediaan protein melebihi kecukupan protein contoh. Hal ini disebabkan
karena menu yang disediakan memiliki kandungan protein yang tinggi seperti
daging merah dan cumi-cumi. Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari
dapat dilihat pada Tabel 8.
38
Tabel 8 Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari
Hari Ke
Waktu Makan
Pagi Siang Malam
1 Nasi uduk, semur telor, susu, jus buah
Nasi putih, ayam rica-rica, ikan bumbu merah, tempe goreng tepung, sayur asam, apel, roti
Nasi putih, rendang daging, telur dadar, cah sayur sayuran, cenil, semangka
2 Nasi kuning, ikan bumbu bali, susu, jus buah
Nasi putih, daging bumbu pedas, ikan goreng, mie goreng, sayur santan kacang panjang+kol, jeruk, roti
Nasi putih, ikan asam pedas, tempe goreng, tumis sayuran, black forrest cake, melon.
3 Nasi goreng, sarden cabe hijau, susu, jus buah
Nasi putih, opor ayam, cah cumi-cumi cabe hijau, sambal goreng hati, sup sayuran, apel, roti
Nasi putih, ayam goreng ketumbar, bihun goreng,sayur santan pedas, sus, semangka
4 Nasi kuning, telor bumbu bali, susu, jus buah
Nasi putih, sambal goreng hati ayam, ikan rica-rica, dadar sayuran, tumis sayuran, apel, roti
Nasi putih, cumi goreng tepung, ikan asin, sayur bening, mocca cake, pepaya
5 Lontong sayur, bakwan, susu, jus buah
Nasi putih, semur ayam pedas, ikan goreng tepung, tahu bumbu kecap, cah sayuran, jeruk, roti
Nasi putih, sop iga, bakwan sayur, sup macaroni, pais pisang, melon
6 Nasi putih, sardenes in tomato sauce, susu, jus buah
Nasi putih, ikan acar kuning, kalio ayam, sambel goreng tempe, sayur bening, apel, roti
Nasi putih, ikan bakar, sate ayam, capcay, klepon, semangka
7 Nasi kuning, telur bumbu bali, susu, jus buah
Nasi putih, ayam bumbu rendang, ikan goreng, tahu gimbal, tumis kangkung, jeruk, roti
Nasi putih, ikan goreng dabu-dabu, tumis sayuran, lumpia, pepaya
Karakteristik Contoh
Usia
Gambar 2 menunjukkan sebaran contoh menurut usia. Usia contoh
berkisar antara 22 sampai 56 tahun dengan rata-rata usia contoh adalah 34.6
tahun. Hampir separuh contoh (44%) berada pada usia dewasa madya yaitu
antara 30 sampai 49 tahun, 42% berada pada usia dewasa muda yaitu antara 21
sampai 29 tahun, dan 15% diantaranya berusia 50-64 tahun. Pengelompokan
usia tersebut disesuaikan dengan kebutuhan gizi berdasarkan angka kecukupan
gizi (AKG) 2004 mengikuti rasionalisasi dan kesepakatan FAO/WHO/UNU 2001
dan harmonisasi RDA di Asia Tenggara (WNPG 2004).
39
Gambar 2 Sebaran contoh menurut usia
Aktivitas Fisik
Berdasarkan Depkes (2009), pengkategorian tingkat aktivitas fisik dibagi
menjadi tiga yaitu ringan, sedang, dan berat. Aktivitas ringan: aktivitas kantor
tanpa olahraga, aktivitas sedang: aktivitas kantor dengan olahraga, dan aktivitas
berat: pekerjaan lapang.
Lebih dari separuh contoh (63%) memiliki tingkat aktivitas fisik dengan
kategori sedang, 23% contoh memiliki tingkat aktivitas fisik dengan kategori berat
dan sisanya (15%) termasuk kategori ringan (Gambar 3). Aktivitas fisik contoh
dengan kategori ringan seperti duduk di depan komputer. Aktivitas fisik
konsumen dengan kategori sedang seperti menyetir mobil ke lokasi
pertambangan. Aktivitas fisik kategori berat seperti memperbaiki alat – alat
pertambangan.
Gambar 3 Sebaran contoh menurut aktivitas fisik
40
Konsumsi Energi dan Protein
Konsumsi contoh merupakan konsumsi selama 7 hari dengan rata-rata
konsumsi energi dan protein adalah 1603±179 kkal/hari dan 58.3±8.4 g/hari.
Kecukupan energi dan protein contoh yaitu 2455±253 kkal/hari dan 59.7±1.8
g/hari. Kebutuhan, konsumsi, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Kecukupan, konsumsi, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh
Energi Protein
Kecukupan 2455±253 kkal/hari 59.7±1.8 g/hari Konsumsi 1603±179 kkal/hari 58.3±8.4 g/hari
Tingkat Kecukupan 65.9±9.5 97.7±13.9
Berdasarkan hasil pengamatan selama tujuh hari, rata-rata konsumsi
energi dan protein paling tinggi terdapat pada hari ketujuh. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa menu pada hari ketujuh disukai oleh contoh. Rata-rata
konsumsi energi dan protein contoh per hari dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel10 Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh per hari
Hari Energi (kkal) Protein (g)
1 1649 60.2 2 1510 57.7 3 1565 58.4 4 1572 55.1 5 1599 55.9 6 1659 61.1 7 1667 64.5
Menu yang disediakan pada hari ketujuh adalah nasi kuning, telur bumbu
bali, susu, dan jus buah untuk makan pagi; Nasi putih, ayam bumbu rendang,
ikan goreng, tahu gimbal, tumis kangkung, jeruk, dan roti untuk makan siang; dan
nasi putih, ikan goreng dabu-dabu, tumis sayuran, lumpia, dan pepaya untuk
makan malam.
Tingkat Kecukupan Energi dan Protein
Tingkat kecukupan energi didapatkan dari perbandingan total konsumsi
energi sehari dengan kecukupan energi berdasarkan Pedoman Pemenuhan
Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Tingkat kecukupan dikategorikan
berdasarkan Depkes (1996) menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit
tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-
119% AKG) dan lebih (≥120%). Tabel 11 menunjukan sebagian besar contoh
berada pada kategori defisit tingkat berat dengan persentase sebesar 69.4%.
Hanya 1.6% contoh yang telah memenuhi kebutuhan energinya. Tidak ada
contoh yang berada pada kategori lebih.
41
Besarnya persentase contoh yang mengalami defisit tingkat berat
merupakan masalah yang perlu ditangani dengan serius. Manusia tidak dapat
hidup dan bekerja secara optimal tanpa energi yang cukup. Hal ini akan
berpengaruh pada penurunan kualitas kesehatan tubuh dengan kata lain
meningkatkan morbiditas (Pergizi Pangan 1999). Oleh sebab itu, sebaiknya
contoh mendapat penyuluhan gizi dari ahli gizi catering.
Tabel 11 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi
Tingkat Kecukupan Energi n %
Defisit tingkat berat (< 70% AKG) 42 67.7 Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 14 22.6 Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 5 8.1 Normal (90-119% AKG) 1 1.6 Lebih (≥120% AKG) 0 0
Jumlah 62 100
AKG yang didapatkan untuk menentukan tingkat kecukupan protein
contoh berdasarkan AKG 2004. Tingkat kecukupan protein rata-rata adalah
97.7% AKG mengindikasikan bahwa tingkat kecukupan protein contoh sudah
baik. Tingkat kecukupan protein didapatkan dari perbandingan total konsumsi
protein sehari dengan Angka Kecukupan Protein tahun 2004.
Tingkat kecukupan dikategorikan berdasarkan Depkes (1996) menjadi
defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit
tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG) dan lebih (≥120%). Tabel
12 menunjukan 75.8% contoh sudah tercukupi kebutuhan proteinnya, 4.8%
konsumen termasuk ke dalam defisit tingkat sedang, dan 19.35% termasuk
defisit tingkat ringan. Hal ini menunjukan lebih dari separuh konsumen telah
memenuhi kecukupan proteinnya. BPS (2006) menyatakan bahwa konsumsi
makanan masyarakat dikatakan memadai jika memenuhi dua kriteria kecukupan,
yaitu kecukupan energi dan protein.
Tabel 12 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein
Tingkat Kecukupan Protein n %
Defisit tingkat berat (< 70% AKG) 0 0 Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3 4.8 Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 12 19.4 Normal (90-119% AKG) 47 75.8 Lebih (≥120% AKG) 0 0
Jumlah 62 100
42
Daya Terima Makanan
Faktor utama yang mempengaruhi daya penerimaan terhadap makanan
adalah rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Cita rasa
makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap berbagai indera
dalam tubuh manusia terutama indera penglihatan, indera pencium, dan indera
pengecap. Makanan yang memiliki cita rasa tertinggi adalah makanan yang
disajikan secara menarik, menyebarkan bau yang sedap, dan memberikan rasa
yang lezat. Cita rasa makanan mencakup dua aspek utama yaitu penampilan
makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan sewaktu dimakan (Moehyi
1992).
Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan porsi makanan
Penampilan makanan dibagi atas lima kategori yaitu besar porsi
makanan, konsistensi atau tekstur makanan, kombinasi warna makanan, bentuk
makanan, dan penyajian makanan. Sebaran contoh berdasarkan porsi makanan
dapat dilihat pada Gambar 4.
Sebagian besar contoh menyatakan cukup untuk porsi nasi (100%), sayur
(68%), dan buah (69%). Sebagian besar contoh menyatakan terlalu kecil untuk
porsi lauk hewani (98%) dan lauk nabati (60%). Hal ini disebabkan karena
sebagian besar contoh berasal dari Suku Banjar yang memiliki kebiasaan makan
dengan porsi lauk hewani (ikan) yang besar. Namun, hasil pengamatan terhadap
lauk yang disediakan oleh pihak catering sudah sesuai dengan standar Angka
Kecukupan Protein.
43
Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan tekstur, warna, bentuk, dan penyajian
makanan
Sebaran contoh berdasarkan tekstur, warna, bentuk, dan penyajian
makanan dapat dilihat pada Gambar 5. Sebagian besar contoh menyatakan tidak
suka untuk kategori tekstur (60%), bentuk (55%), dan penyajian makanan (73%)
sedangkan untuk kategori warna sebagian besar contoh menyatakan suka
(53%).
Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa
makanan setelah penampilan makanan. Komponen yang berperan dalam
penentuan rasa makanan adalah kerenyahan, aroma, suhu (temperatur), bumbu,
keempukan, dan tingkat kematangan. Sebaran contoh terhadap komponen rasa
makanan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan kerenyahan, aroma, bumbu, keempukan, dan tingkat kematangan makanan
44
Keseluruhan contoh (100%) menyatakan suka untuk kategori kerenyahan.
Sebagian besar contoh menyatakan suka untuk kategori aroma (98%), bumbu
(97%), keempukan (97%), dan tingkat kematangan (94%).
Gambar 7 Sebaran contoh terhadap suhu makanan
Suhu makanan dibagi menjadi dua kategori yaitu sesuai dan tidak sesuai.
Gambar 7 menunjukkan persentase konsumen terhadap suhu makanan.
Sebagian besar konsumen menyatakan tidak sesuai (71%) terhadap suhu
makanan.
Hubungan Antar Variabel
Hubungan Konsumsi terhadap Kecukupan Energi dan Protein
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa konsumsi contoh tidak
mempunyai hubungan yang signifikan (p>0.05) terhadap kecukupan energi dan
protein contoh. Hal tersebut karena konsumsi contoh tidak hanya dipengaruhi
oleh kecukupan energi dan protein contoh. Faktor lain yang mempengaruhi
konsumsi contoh adalah pengetahuan gizi dan kebiasaan makan. Pengetahuan
gizi adalah aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman tentang gizi, makanan,
dan kesehatan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap
dan prilaku dalam pemilihan makanan (Irawati et al 1992).
Hubungan Aktifitas Fisik terhadap Tingkat Kecukupan Energi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan negatif antara aktifitas fisik dengan tingkat kecukupan energi (p<0.05,
r= -0.34). Hal ini dikarenakan konsumsi contoh relatif rendah. Hasil tabulasi
silang antara tingkat kecukupan energi dan aktivitas fisik disajikan pada Tabel
13.
45
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan aktivitas fisik
Aktivitas fisik
Tingkat Kecukupan Energi
Total Defisit Tingkat Berat
Defisit Tingkat Sedang
Defisit Tingkat Ringan
normal lebih
n % n % n % n % n % n %
Ringan 3 4.8 3 4.8 3 4.8 0 0 0 0 9 15
Sedang 26 41.9 10 16.1 2 3.2 1 1.6 0 0 39 63
Berat 13 21 1 1.6 0 0 0 0 0 0 14 23
Total 42 67.7 14 22.6 5 8.1 1 1.6 0 0 62 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase terbesar
(41.9%) konsumen dengan tingkat kecukupan energi defisit tingkat berat
mempunyai aktivitas sedang.