tim penyusun kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...kasus-djoko-tjandr… · (pwc),...

38
0

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

0

Page 2: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

1

Tim Penyusun Kajian

Kajian Labirin Hukum Penyelesaian Kasus Djoko Tjandra

Disusun oleh:

Aqshal Muhammad Arsyah

Cora Kristin Mulyani

Kevin Daffa Athilla

Tariq Hidayat Pangestu

Muhammad Ardiansyah

Muhammad Hamzah Al Faruq

Muhammad Rayhan

Natalische Ramanda Ricko Aldebarant

Shafira Dinda

Sukma Hadi Wijaya

Page 3: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

2

Daftar Isi

Tim Penyusun Kajian ________________________________________________________ 1

Daftar Isi __________________________________________________________________ 2

Latar Belakang Skandal Bank Bali ______________________________________________ 3

Pejalanan Kasus Djoko Tjandra ________________________________________________ 6

Kontroversi Putusan Batal Demi Hukum; Kontroversi Keabsahan Eksekusi Tjoker; dan

Perlunya Memperbaiki Putusan yang Batal Demi Hukum ___________________________ 9

A. Kontroversi Putusan Batal Demi Hukum __________________________________________ 9

B. Putusan MK bersifat Tidak Retroaktif ___________________________________________ 11

C. Eksekusi Penuntut Umum Sah atau Tidak? _______________________________________ 14

D. Langkah Memperbaiki Putusan yang Batal Demi Hukum ____________________________ 15

Pengajuan Peninjauan Kembali (PK) oleh Jaksa Penuntut Umum, Permasalahan Novum

terkait Putusan MK, dan Problematika Pengajuan Peninjauan Kembali (PK) Kedua Djoko

Tjandra __________________________________________________________________ 16

Alegasi Kasus Suap Jaksa Pinangki dan Implikasinya Terhadap Kasus Djoko Chandra ___ 20

Masalah Dirjen Imigrasi _____________________________________________________ 21

A. Jalan Tikus Perbatasan ______________________________________________________ 21

B. Kontroversi Penghapusan Status Buron (DPO). ___________________________________ 23

Kontroversi Masalah Administrasi ____________________________________________ 24

1. Surat Jalan __________________________________________________________________ 24

2. Surat Bebas Covid diterbitkan oleh Polri __________________________________________ 27

3. Kontroversi Pengurusan KTP di Grogol ____________________________________________ 28

Pelanggaran normatif dalam penerbitan e-KTP Djoko Tjandra _____________________ 28

1. Pembuatan e-KTP yang dilakukan di luar waktu layanan umum dibuka ________________ 28

2. Tidak memenuhi persyaratan dan tata cara pembuatan e-KTP _______________________ 29

3. Peran aktif Lurah dalam penerbitan e-KTP Djoko Tjandra ___________________________ 30

4. Tidak dilakukannya Verifikasi data penduduk ____________________________________ 31

5. Tahapan pengambilan e-KTP yang telah dicetak __________________________________ 32

Daftar Pustaka ____________________________________________________________ 33

Page 4: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

3

Latar Belakang Skandal Bank Bali

Permasalahan ini dimulai pada saat krisis ekonomi di tahun 1997-1998 di mana banyak bank

terjebak dalam krisis tersebut. Bank Bali, sebagai bank swasta terbesar ke-4 saat itu 1 ,

memberikan pinjaman kepada Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI), Bank Umum

Nasional (BUN), dan Bank Tiara Asia dengan total pinjaman Rp1,477 triliun meliputi pokok

dan bunganya pada 31 Desember 19982.

Pada 4 April 1998, BDNI, BUN, dan Bank Tiara termasuk ke dalam daftar 7 bank yang

diawasi pemerintah akibat adanya permasalahan likuiditas yang besar3, yang mana kewajiban

serta aset ketiga bank tersebut dialihkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN), yang dibentuk pada Januari 1998, sebagai wakil pemerintah untuk mengawasi bank-

bank tersebut.

Surat Keputusan Bersama Direksi Bank Indonesia dan Ketua Badan Penyehatan Perbankan

Nasional No. 30/270/KEP/DIR dan 1/BPPN/1998 tanggal 6 Maret 1998 dikeluarkan untuk

memberikan uraian syarat kelayakan klaim pembayaran pinjaman bank yang dijamin

pemerintah4. Syarat kelayakan tersebut ada untuk menentukan dan memilah bank-bank mana

saja yang pembayaran piutangnya dapat dilunasi oleh pemerintah.

Pada 11 Januari 1999, jumlah pinjaman yang diberikan Bank Bali, setelah disesuaikan dengan

liabilitas BDNI dan Bank Tiara, dan penyesuaian kerugian selisih mata uang, mencapai

Rp1.235 triliun, terdiri dari Rp869,8 miliar untuk BDNI, Rp327,3 miliar untuk BUN dan Rp38

miliar untuk Bank Tiara.

Lika-liku Skandal Bank Bali

1. Jaminan Pemerintah terhadap Pengembalian Simpanan pada Bank Umum

kepada Para Pemilik Simpanan

1 Mark Landler, “Baligate, and Why it Matter: Indonesia’s Recovery, and Democrasy, Tested by Scandal”,

https://www.nytimes.com/1999/09/29/business/baligate-and-why-it-matters-indonesia-s-recovery-and-

democracy-tested-by-scandal.html, diakses pada 27 Agustus 2020 2 Laporan Tahunan Bank Permata Tahun 2005 3 BBC News UK, “Indonesia Closes Seven Banks”

http://news.bbc.co.uk/2/hi/events/indonesia/latest_news/73959.stm, diakses pada 27 Agustus 2020 4 John Deacon, 2004, Global Securitisation and CDOs, John Wiley & Sons Publishers, New Jersey

Page 5: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

4

Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan

Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum, pemerintah memberikan jaminan bahwa bank

umum akan mengembalikan simpanan para pemilik simpanan dan kreditur. Keputusan ini

dikeluarkan untuk mengatasi krisis kepercayaan terhadap perbankan akibat likuidasi bank pada

1997. Sebab pada tahun 1997, sebanyak 16 bank dilikuidasi atau ditutup pemerintah akibat

adanya masalah stabilitas dalam sistem keuangannya5. Jaminan inilah yang diperjuangkan

Rudy Ramli, sebagai Direktur Bank Bali, kepada BI dan BPPN untuk memenuhi batas

persyaratan permodalan BPPN agar Bank Bali tidak diambil alih oleh BPPN6. Di tengah

keputusasaan akibat ditolaknya permintaan-permintaan pengembalian piutang Bank Bali oleh

BI dan BPPN, Rudy Ramli tergoda untuk beralih menggunakan jasa penagihan dari PT Era

Giat Pratama (EGP), yang dimiliki oleh Djoko Tjandra dan dijalankan oleh Setya Novanto,

Wakil Bendahara Partai Golkar dan bagian dari tim pemilihan kembali BJ. Habibie.

2. Pertemuan Rahasia yang Memulai Skandal Bank Bali

Rudy Ramli menggunakan jasa penagihan EGP dengan menandatangani perjanjian cessie pada

tanggal 11 Januari 1999. Perjanjian ini mengalihkan hak tagih Bank Bali kepada EGP dengan

komisi lebih dari 50% dari jumlah piutang yang ditagih adalah sebagai upaya Rudy Ramli

untuk mengembalikan piutang Bank Bali terhadap debiturnya, yaitu BDNI, BUN, dan Bank

Tiara. Dengan kata lain, Bank Bali menyerahkan tanggung jawab penagihan kepada EGP

dengan fee sebesar Rp546 miliar. Pada tanggal 11 Februari 1999, sebuah pertemuan diadakan

di Hotel Mulia milik Djoko Tjandra (Direktur EGP), yang dihadiri oleh Rudy Ramli, Djoko

Tjandra, Firman Soetjahja (Direktur Bank Bali), Arnold Baramuli (Ketua Dewan Pertimbangan

Agung), Tanri Abeng (Menteri Badan Usaha Milik Negara), Syahril Sabirin (Gubernur BI),

Pande Lubis (Wakil Ketua BPPN), dan Setya Novanto 7 . Pertemuan ini menimbulkan

kecurigaan sebab beberapa saat setelah pertemuan tersebut diadakan, piutang Bank Bali

sebesar Rp904 miliar dicairkan oleh BI dan BPPN, yang mana Rp546 miliarnya masuk ke

dalam kantong EGP sementara Rp358 miliar kembali ke Bank Bali. Padahal, sebelum adanya

pertemuan tersebut, permintaan pencairan piutang oleh Bank Bali selalu ditolak oleh kedua

5 Reuters, “Indonesia Closes Troubled Banks as Part of Economic Bailout”,

https://www.nytimes.com/1997/11/02/world/indonesia-closes-troubled-banks-as-part-of-economic-bailout.html,

diakses 30 Agustus 2020 6 Samuel S. Kim, 2000, East Asia and Globalization, Rowman & Littlefield Publishers, Maryland 7 Tempo, “Political Free Fall”, https://magz.tempo.co/read/8895/political-free-fall, diakses 27 Agustus 2020

Page 6: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

5

institusi tersebut. Kecurigaan ini diperkuat dari bantahan sebagian besar pihak yang terlibat

dalam pertemuan tersebut8.

3. Awal Terkuaknya Skandal Bank Bali

Masalah ini mulai terkuak setelah Standard Chartered setuju untuk membeli 20% bagian dari

kepemilikan Bank Bali pada April 1999 dengan menimbang hasil audit laporan keuangan Bank

Bali. Berdasarkan temuan due dilligence tersebut ditemukan kerugian sebesar Rp546 miliar

yang kemudian diketahui bahwa uang tersebut adalah uang yang sama yang digunakan untuk

membayar jasa penagihan EGP9. Dalam hal ini Bank Bali melanggar Pasal 49 UU No. 7 Tahun

1992 tentang Perbankan karena menyembunyikan suatu transaksi, yang dalam hal ini transaksi

pengalihan hak tagih kepada EGP, tanpa mencatatkannya pada laporan keuangannya.

Lebih jauh lagi, pasca-pertemuan pada 11 Februari 1999 tersebut, Pande Lubis sebagai

Wakil Ketua BPPN ternyata telah berusaha untuk meminta bantuan BI untuk melakukan

verifikasi terhadap klaim tagihan Bank Bali, yang kemudian ditolak oleh BI. Tidak kehabisan

akal, Pande Lubis kemudian menginstruksikan Erman Munzir, yang saat itu menjabat sebagai

Direktur Pengembangan Perbankan BI, secara langsung untuk memeriksa klaim Bank Bali.

Beberapa hari kemudian, yaitu tepatnya pada tanggal 22 Maret 1999, BI menyatakan bahwa

klaim Bank Bali memenuhi syarat untuk dibayarkan. Pernyataan tersebut kemudian

ditindaklanjuti dengan mengubah keputusan bersama Direksi BI dan Ketua BPPN tentang

persyaratan untuk kelayakan klaim untuk pembayaran berdasarkan jaminan pemerintah pada

14 Mei 1999 agar klaim Bank Bali dapat benar-benar memenuhi syarat10. Hal ini dikatakan

oleh Menteri Keuangan saat itu, Bambang Subianto, yang juga mengakui adanya 3 pertemuan

yang berbeda oleh Rudy Ramli dengannya dan beberapa pejabat lainnya pada Mei 1999.

Kabar terkait skandal ini sampai di telinga International Monetary Fund (IMF) yang

kemudian menekan pemerintah untuk membuka tabir kebenaran dalam skandal ini. DPR,

8 Hukum Online, “Pledoi Penasehat Hukum Syahril: Tuduhan Jaksa Tidak Terbukti”,

https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol4409/pledoi-penasehat-hukum-syahril-tuduhan-jaksa-tidak-

terbukti/, diakses pada 29 Agustus 2020 9 Mark Landler, “International Business; An Indonesian Banker, on Trial, Finds Fame Is No Friend”,

https://www.nytimes.com/1999/11/18/business/international-business-an-indonesian-banker-on-trial-finds-

fame-is-no-friend.html, diakses 28 Agustus 2020 10 Yudho Winarto, “Skandal Bank Bali: kongkalingkong berbau politik”,

https://lipsus.kontan.co.id/v2/perbankan/read/325/Skandal-Bank-Bali-kongkalingkong-berbau-politik, diakses

27 Agustus 2020

Page 7: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

6

sebagai wakil pemerintah, kemudian menunjuk auditor independen, PriceWaterhouseCoopers

(PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

auditor, PwC melaporkan temuannya sebanyak 123 halaman kepada BPK pada 7 September

1999. Hasil temuan tersebut secara garis besar menunjukan indikasi penipuan, ketidakpatuhan

terhadap regulasi, penggelapan, penyalahgunaan kekuasaan, perlakuan istimewa yang tidak

semestinya, penyembunyian transaksi, penyuapan, dan korupsi12.

Pejalanan Kasus Djoko Tjandra

1. Pengadilan Negeri

Setelah skandal Bank Bali mencuat, Djoko Tjandra diperiksa oleh Kepolisian dan Kejaksaan

Agung atas dugaan pengaturan dan keterlibatan dalam transaksi ilegal, di mana kemudian ia

didakwa 18 bulan penjara dengan dakwaan korupsi dan diadili di PN Jakarta Selatan pada 9

Februari 2000, tetapi kemudian dibebaskan pada 6 Maret 2000 karena Wakil Hakim Ketua

yang menangani kasusnya, memutuskan bahwa kasus tersebut seharusnya disidangkan sebagai

kasus perdata13.

2. Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung

Sekitar 2 minggu setelah bebas, Pengadilan Tinggi Jakarta memerintahkan PN Jakarta Selatan

untuk memeriksa dan mengadili Djoko Tjandra sehingga ia kemudian diadili kembali pada

April 2000 dan dibebaskan kembali pada 28 Agustus 2000, sebab hakim menilai walaupun

seluruh dakwaan jaksa penuntut umum terhadap Djoko Tjandra terbukti, tetapi kasus tersebut

bukanlah merupakan tindak pidana melainkan kasus perdata14. Kejaksaan Agung kemudian

mengajukan banding ke Mahkamah Agung pada Juni 2001 yang justru memperkuat putusan

sebelumnya bahwa Djoko Tjandra tidak bersalah, tetapi satu anggota majelis hakim kasasi,

11 Chris Manning, et al., 2000, Indonesia in Transition: Social Dimensions of the Reformasi and the Economic

Crisis, Zed Books Publisher, London 12 Arnold Wayne, “INTERNATIONAL BUSINESS; As Bank Scandal Worsens, Indonesia Assails the

Auditors”, https://www.nytimes.com/1999/09/16/business/international-business-as-bank-scandal-worsens-

indonesia-assails-the-auditors.html, diakses 29 Agustus 2020 13 Agence France Presse, “Court rejects suit linked to Bank Bali graft case”, https://www.asia-pacific-

solidarity.net/news/2000-03-07/court-rejects-suit-linked-bank-bali-graft-case.html, diakses 29 Agustus 2020 14 Yudho Winarto, Loc. Cit.

Page 8: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

7

Artidjo Alkostar, memberikan pendapat yang bertentangan dari hakim lainnya (dissenting

opinion) dengan menyatakan bahwa Djoko Tjandra bersalah melakukan korupsi15.

3. Peninjauan Kembali

Tidak patah arang, Kejaksaan Agung mengajukan Peninjauan Kembali (PK) terhadap putusan

yang membebaskan Djoko Tjandra dalam kasus korupsi cessie Bank Bali pada Oktober 2008.

Majelis hakim yang diketuai Djoko Sarwoko dan beranggotakan I Made Tara, Komariah E.

Sapardjaja, Mansyur Kertayasa, dan Artidjo Alkostar menerima PK tersebut serta menjatuhkan

vonis penjara 2 tahun dan denda 15 juta dengan hukuman tambahan perampasan uang sebesar

Rp546 miliar dalam rekening Djoko Tjandra di Bank Bali pada 11 Juni 200016.

4. Buron

Pada 16 Juni 2009, Djoko Tjandra mangkir dari panggilan Kejaksaan untuk dieksekusi, yang

lalu Djoko Tjandra diberikan kesempatan sekali lagi untuk dipanggil ulang, namun ia kembali

tidak memenuhi panggilan tersebut sehingga ia dinyatakan buron oleh Kejaksaan17. Kemudian

diketahui bahwa Djoko Tjandra melarikan diri ke Papua Nugini dengan menggunakan pesawat

charter dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta sehari sebelum pembacaan putusan oleh

hakim.

5. Kewarganegaraan Ganda

Juli 2012, Kejaksaan Agung, melalui Wakil Jaksa Agung, Darmono, menyatakan bahwa

pemerintah Papua Nugini telah memberikan kewarganegaraan kepada Djoko Tjandra sehingga

mempersulit jalannya eksekusi terhadapnya. Rupanya pada Oktober 2011, Djoko Tjandra

sudah mengajukan permohonan kewarganegaraan dengan cara naturalisasi kepada Menteri

Luar Negeri Papua Nugini saat itu, Ano Pala, yang kemudian kewarganegaraan tersebut

15 Tempo, “Hakim Agung Artidjo Alkostar: Saya Mencari Kebenaran Sejati”,

https://majalah.tempo.co/read/hukum/121909/hakim-agung-artidjo-alkostar-saya-mencari-kebenaran-sejati,

diakses 29 Agustus 2020 16 Egi Adyatama, “Dieksekusi Jaksa, Djoko Tjandra Resmi Ditahan 2 Tahun untuk Kasus Bank Bali”,

https://nasional.tempo.co/read/1371325/dieksekusi-jaksa-djoko-tjandra-resmi-ditahan-2-tahun-untuk-kasus-

bank-bali/full&view=ok, diakses 29 Agustus 2020 17 Yudho Winarto, Loc. Cit.

Page 9: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

8

diberikan pada April 2012 walaupun Djoko Tjandra ada di dalam daftar merah Interpol akibat

status buronnya di Indonesia18.

6. Kembali ke Indonesia untuk Melakukan PK

Pada 29 Juni 2020, aparat penegak hukum melalui Jaksa Agung, ST Burhanuddin, mengaku

kecolongan sebab diketahui bahwa Djoko Tjandra sudah berada di Indonesia pada 8 Juni 2020.

Ia menyatakan bahwa informasi pendeteksian yang dimiliki imigrasi lemah, tetapi hal itu

dibantah oleh Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, bahwa imigrasi tidak pernah

mencatat seseorang bernama Djoko Tjandra masuk ke Indonesia. Dugaan yang muncul adalah

Djoko Tjandra masuk dengan nama Joko Soegiarto Tjandra, sesuai dengan berkas putusan

perkara di MA nomor 12 PK/Pid.Sus/200919.

Alasan utama Djoko Tjandra kembali ke Indonesia tidak lain adalah mencoba peruntungannya

dengan mengajukan PK atas kasus yang menjeratnya di PN Jakarta Selatan pada 8 Juni 2020.

Hal tersebut ia lakukan setelah sempat mendatangi rumahnya di Jakarta dan mengurus KTP

elektronik di kantor kelurahan Grogol Selatan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan guna

melengkapi persyaratan pengajuan PK20. Sebulan setelah pengajuan PK, yaitu pada tanggal 7

Juli 2020, Djoko Tjandra dijadwalkan akan hadir untuk menjalani sidang pemeriksaannya,

namun malang tak dapat ditolak, Djoko Tjandra tidak muncul. Pengacara Djoko Tjandra, Anita

Kolopaking, mengatakan bahwa Djoko Tjandra berada di Kuala Lumpur, Malaysia karena

sakit 21 . Akan tetapi, Ditjen Imigrasi melalui Kepala Bagian Humas dan Umum, Arvin

Gumilang, menyangkal hal tersebut dengan mengatakan bahwa tidak ada nama Djoko Tjandra

dalam data perlintasan imigrasi22.

18 PNGi, “Investigation into improper and unlawful issuance of entry permits, citizenship and passports to Joko

Tjandra: Summary Report”, https://pngiportal.org/directory/investigation-into-improper-decision-to-engage-

central-lands-limited-to-build-a-government-office-complex-summary-report, diakses 29 Agustus 2020 19 Zakki Amali, “Saat Negara 11 Tahun Digocek Buron Korupsi Bank Bali Djoko Tjandra”, https://tirto.id/saat-

negara-11-tahun-digocek-buron-korupsi-bank-bali-djoko-tjandra-fNia, diakses 29 Agustus 2020 20 Aiman Witjaksono, “Djoko Tjandra Masuk Indonesia, Urus KTP, Lalu Keluar Indonesia Lagi, Kok Bisa?”

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/13/070000365/djoko-tjandra-masuk-indonesia-urus-ktp-lalu-

keluar-indonesia-lagi-kok-bisa?page=all, diakses 29 Agustus 2020 21 Kompas, “Djoko Tjandra Ada di Kuala Lumpur, Malaysia”, https://kumparan.com/kumparannews/djoko-

tjandra-ada-di-kuala-lumpur-malaysia-1tnI57B2udU/full, diakses 29 Agustus 2020 22 Jawa Pos, “Imigrasi Sebut Tak Mengetahui Perjalanan Djoko Tjandra ke Malaysia”,

https://www.jawapos.com/nasional/hukum-kriminal/13/07/2020/imigrasi-sebut-tak-mengetahui-perjalanan-

djoko-tjandra-ke-malaysia/, diakses 29 Agustus 2020

Page 10: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

9

7. Tertangkap Kembali di Malaysia

Pada 30 Juli 2020, Djoko Tjandra benar-benar ditangkap di Malaysia dan di bawa ke Indonesia

pada hari yang sama23. Kasus ini menyeret nama 2 perwira tinggi polisi, yaitu Brigjen Prasetijo

Utomo dan Irjen Napoleon Bonaparte sebagai terduga penerima suap penghapusan red notice

atas nama Djoko Tjandra24, serta jaksa yang menangani kasus tersebut, yaitu Jaksa Pinangki

sebagai terduga penerima suap guna mengurus fatwa MA agar ia tak dieksekusi ke tahanan25.

Kontroversi Putusan Batal Demi Hukum; Kontroversi Keabsahan

Eksekusi Tjoker; dan Perlunya Memperbaiki Putusan yang Batal Demi

Hukum

A. Kontroversi Putusan Batal Demi Hukum

Hal yang menarik dari kasus ini adalah adanya kontroversi terhadap kelengkapan surat

putusan pemidanaan. Surat putusan pemidanaan adalah surat yang terdiri atas unsur-unsur

perkara yang tengah dihadapi terdakwa seperti identitas terdakwa, tuntutan pidana, hingga

perintah penahanan/pembebasan terdakwa. Ketentuan lebih lengkap mengenai surat ini diatur

secara expressive verbis dalam Pasal 197 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP).

Menurut Yahya Harahap, surat putusan pemidanaan memiliki peran penting dalam

menentukan sah tidaknya suatu putusan dibuat.26 Hal ini didasarkan pada ketentuan yang

terumus di dalam pasal 197 ayat (2) KUHAP di mana suatu putusan yang tidak memuat

beberapa unsur tertentu dapat mengakibatkan putusan batal demi hukum.27

23 Fajar Pebrianto, “Polri Tangkap Djoko Tjandra, Kabareskrim: Selanjutnya Ditangani Kejaksaan”,

https://nasional.tempo.co/read/1371091/polri-tangkap-djoko-tjandra-kabareskrim-selanjutnya-ditangani-

kejaksaan, diakses 29 Agustus 2020 24 Andita Rahma, “Bareskrim Gelar Rekonstruksi Kasus Red Notice Djoko Tjandra”,

https://nasional.tempo.co/read/1380233/bareskrim-gelar-rekonstruksi-kasus-red-notice-djoko-tjandra, diakses 29

Agustus 2020 25 Zakki Amali, “Kejanggalan Pinangki: Tak ‘dipamerkan’ ke Publik & Enggan Diperiksa”,

https://tirto.id/kejanggalan-pinangki-tak-dipamerkan-ke-publik-enggan-diperiksa-f1W3, diakses 29 Agustus

2020 26Yahya Harahap, 2000, Pembahasan dan Permasalahan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding,

Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 351. 27 Ibid.

Page 11: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

10

Dalam kasus Djoko Candra terdapat suatu kontroversi mengenai dua ketentuan norma

ini. Otto Hasibuan, pengacara Djoko Candra berpendapat bahwa putusan yang dikeluarkan oleh

Mahkamah Agung dalam Peninjauan Kembali (PK 2009) bersifat batal demi hukum.28 Hal ini

disebabkan karena putusan PK yang dijatuhkan kepada Djoko Candra tidak memuat perintah

penahanan29 sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 197 ayat (1) huruf k dan ayat (2) KUHAP

yang berbunyi sebagai berikut:30

Pasal 197

(1) Surat putusan pemidanaan memuat :

a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : "DEMI KEADILAN

BERDASARIKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA";

b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan,

tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;

...

k. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam'tahanan atau

dibebaskan;

L. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang

memutus dan nama panitera;

(2) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, i, j, k dan

I pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum.

Dalam pasal di atas dapat disimpulkan dengan tidak dicantumkannya perintah

penahanan dalam surat dakwaan menimbulkan konsekuensi yang cukup serius, yaitu putusan

batal demi hukum. Menurut Yahya Harahap, putusan yang batal demi hukum adalah putusan

yang dianggap tidak pernah terjadi sama sekali, tidak bersifat mengikat, sehingga penuntut

umum dalam kasus ini tidak dapat mengeksekusi pemidanaan yang dijatuhkan oleh MA saat

28 Kompas Cyber Media, KOMPAS.com, https://nasional.kompas.com/read/2020/08/05/0606 2561/saat-

pengacara-protes-terhadap-eksekusi-djoko-tjandra, diakses 21 Agustus 2020. 29 Kumparan, https://kumparan.com/kumparannews/kejagung-siap-hadapi-otto-hasibuan-jika-eksekusi-vonis-

pk-djoko-tjandra-digugat-1tw5B2RinzD, diakses 24 Agustus 2020. 30 Lihat Pasal 197 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana. Lembaran Negara Nomor 76 Tahun 1981, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209.

Page 12: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

11

PK 2009.31 Menanggapi hal tersebut Djoko Candra memutuskan untuk menguji keabsahan PK

2009 dengan melakukan Peninjauan Kembali ke-2 pada bulan Juli lalu sebagai satu langkah

untuk membebaskan dirinya.

B. Putusan MK bersifat Tidak Retroaktif

Dalam perkembangan kasus ini, Mahkamah Konstitusi (MK) pada tahun 2012 (4 tahun

setelah PK Djoko Candra) mengeluarkan suatu putusan yang bersifat inkonstitusional bersyarat

(conditionally unconsistutional) terhadap Pasal 197 KUHAP ayat (1) huruf K juncto Pasal 197

KUHAP ayat (2). 32 Pada umumnya, putusan MK terdiri atas putusan yang bersifat dan

membatalkan, namun jenis putusan MK terus berkembang hingga akhirnya melahirkan putusan

berjenis baru seperti putusan inkonstitusional.

Putusan yang bersifat inkonstitusional adalah putusan yang memberi dampak kepada

pasal yang diujikan sebagai pasal yang bersifat tidak mengikat apabila syarat baru yang telah

ditetapkan oleh MK tidak dipenuhi.33 Dalam kasus ini, MK mempertimbangkan mengeluarkan

putusan a quo atas pertimbangan:34

1. “Bahwa ketika dalam perkara pidana yang harus dibuktikan adalah kebenaran

materiil, dan saat kebenaran materiil tersebut sudah terbukti dan oleh karena itu

terdakwa dijatuhi pidana, namun karena ketiadaan perintah supaya terdakwa

ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan yang menyebabkan putusan

batal demi hukum, sungguh merupakan suatu ketentuan yang jauh dari

substansi keadilan, dan lebih mendekati keadilan prosedural atau keadilan

formal semata;”35

2. “Menimbang bahwa oleh karena permohonan Pemohon tidak beralasan

menurut hukum sepanjang permohonan penafsiran seperti yang dimohonkan,

31 Yahya Harahap, Op. Cit. hlm. 385. 32 Hukum Online, “MK: Putusan Tanpa Perintah Penahanan Tetap Sah",

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50aea9e793963/mk--putusantanpa-perintah-penahanan-tetap-sah/,

diakses 25 Agustus 2020. 33 Sukri Asyari, Meyrinda Rachmawaty Hilipito, dan Mohammad Mahrus Ali, 2013, Model dan Implementasi

Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang (Studi Putusan 2003-2012), Pusat Penelitian

dan Pengujian Perkara, Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Kepaniteraan dan Sekretariat

Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Hlm. 9 34 Lihat Putusan MK Nomor 69/PUU-X/2012. hlm. 141 35 Ibid. hlm. 143

Page 13: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

12

padahal ketentuan Pasal 197 ayat (2) huruf “k” tersebut memang tidak sejalan

dengan upaya pemenuhan kebenaran materiil dalam penegakan hukum pidana

maka demi kepastian hukum yang adil, Mahkamah memberikan makna bahwa

Pasal 197 ayat (2) huruf “k” tersebut bertentangan dengan UUD 1945 apabila

diartikan surat putusan pemidanaan yang tidak memuat ketentuan Pasal 197

ayat (1) huruf k UU 8/1981 mengakibatkan putusan batal demi hukum;”

Berdasarkan pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa MK menganggap

ketentuan pembatalan putusan dalam Pasal 197 ayat (1) jo. ayat (2) bertentangan dengan

prinsip keadilan substantif. Satjipto Rahardjo memaknai keadilan substantif sebagai suatu

keadilan yang diperoleh dari nilai-nilai yang dianut masyarakat, bukan keadilan formalistik

atau keadilan yang diperoleh berdasarkan prosedur peradilan belaka.36 Dalam kasus Djoko

Candra, membebaskannya adalah suatu bentuk implementasi keadilan prosedural yang

berlandaskan kepada kepastian hukum, sedangkan memilih untuk tetap menghukumnya adalah

implementasi keadilan substantif.

Kasus Djoko Candra sebenarnya adalah serupa dengan kasus Parlin Riduansyah yang

menjadi pihak Pemohon dalam Putusan MK a quo. Dalam kedua kasus ini, pasal 197 KUHAP

ayat (1) huruf K juncto Pasal 197 KUHAP ayat (2) ditafsirkan sebagai suatu prasyarat penting

untuk menguji keabsahan putusan pengadilan secara prosedural. Melalui amar Putusan MK a

quo prasyarat tersebut dihilangkan dan diubah secara bersyarat dengan ketentuan sebagai

berikut:37

1) Pasal 197 ayat (2) huruf “k” Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana, apabila diartikan surat putusan pemidanaan yang tidak memuat

ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf k Undang-Undang a quo mengakibatkan putusan

batal demi hukum;

2) Pasal 197 ayat (2) huruf “k” Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana, (diubah) selengkapnya menjadi, “Tidak dipenuhinya ketentuan

36 Mohammad Machfud MD dkk., Satjipto Rahardjo dan Hukum Progresif: Urgensi dan Kritik, Epistema

Institute, Jakarta. 37 Ibid. Hlm. 144

Page 14: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

13

dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, dan l pasal ini mengakibatkan putusan

batal demi hukum”;

Penulis memuat tabel di bawah dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman

pembaca terkait implikasi yang ditimbulkan oleh amar a quo sebagai berikut:

Pasal 197 ayat (2) Sebelum Putusan

MK

Pasal 197 ayat (2) Setelah Putusan

MK

“Tidak dipenuhinya ketentuan dalam

ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, i, j, k

dan I pasal ini mengakibatkan putusan

batal demi hukum.”

“Tidak dipenuhinya ketentuan dalam

ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, dan l

pasal ini mengakibatkan putusan batal

demi hukum”

Tabel 1.1 Implikasi yang Ditimbulkan oleh Amar Putusan MK No. 69 Tahun

2012

Namun, timbul satu pertanyaan penting: Apakah perubahan di atas menimbulkan

pengaruh pada kasus PK Djoko Candra (2009) yang telah diputus sebelum dikeluarkan

putusan tersebut (2012)? Apakah Putusan MK a quo bersifat retroaktif?

Jawabannya secara hukum positif, tidak. Hal ini didasarkan pada dua hal. Pertama,

Yusril Ihza Mahendra selaku kuasa hukum Parlin berpendapat bahwa putusan MK tidak

berlaku surut, sehingga kasus yang terjadi sebelum Putusan MK ini tidak dapat dieksekusi.38

Opini tersebut sesungguhnya didasarkan pada asas legalitas yang tercantum dalam Pasal 1 ayat

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan:39

Pasal 1

(1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana

dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan

dilakukan.

Dalam kasus Djoko Candra secara jelas perbuatannya dilakukan jauh sebelum Putusan

MK terbit. Perbuatan Djoko Candra, yaitu melakukan tindakan pidana korupsi terbukti

38 Loc. Cit. Hukumonline. MK: Putusan Tanpa Perintah Penahanan Tetap Sah. 39 Moeljatno, 2005, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta. Hlm. 3

Page 15: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

14

dilakukan pada tahun 1997 hingga tahun 1999 40 sebelum adanya Putusan MK yang

membatalkan ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf k jo. Pasal 197 ayat (2) pada tahun 2012.

Artinya, walaupun Putusan MK tersebut membatalkan ketentuan yang diatur dalam KUHAP,

namun tidak menimbulkan efek apa-apa terhadap kasus yang diadili sebelum Putusan MK

dibuat. Dalam artian lain, Kejaksaan Agung tidak memiliki hak untuk mengeksekusi

pemidanaan Djoko Candra.

Dasar kedua, pasal 1 ayat (2) KUHP justru memperkuat argumentasi pembebasan

Djoko Candra di mana ketentuan a quo menyatakan:

Pasal 1

(2) Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-undangan,

dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa.

Pasal ini memiliki suatu makna bahwa ketika terdakwa sedang dituntut, diperiksa, atau

diadili dalam suatu sidang dan saat dalam proses tersebut ada “perubahan ketentuan” maka

peraturan yang digunakan adalah peraturan yang mengancam ancaman paling ringan.

Dalam kasus Djoko Candra, peraturan yang dimaksud sebagai “ketentuan perubahan”

adalah putusan MK No. 69 Tahun 2012 yang mengancam pemidanaan terdakwa, sedangkan

“ketentuan lama” yang dimaksud adalah Putusan Peninjauan Kembali Tahun 2009 yang

putusannya bersifat batal demi hukum-bebas. Dalam kasus ini jelas secara positivistik Djoko

Candra dapat bebas dari jeratan eksekusi Putusan PK 2009 oleh Kejagung.

Namun, apakah realitas berkata demikian? Hal tersebut akan dibahas selanjutnya.

C. Eksekusi Penuntut Umum Sah atau Tidak?

Jumat, 31 Juli 2020 Kejaksaan Agung (Kejagung) melakukan eksekusi Putusan PK MA

Tahun 2009 dengan menangkap Djoko Candra usai tiba di Indonesia. 41 Kejagung tidak

menghiraukan protes Otto Hasibuan-pengacara Djoko Candra yang sebelumnya berpendapat

bahwa putusan a quo bersifat batal demi hukum, sehingga seharusnya tidak bisa

dilaksanakan.42 Kejagung beralasan eksekusi tersebut adalah sah karena dilandasi oleh putusan

40 Lihat Putusan Mahkamah Agung Peninjauan Kembali. Putusan MA Nomor 100 PK/Pid. Sus/2009. Hlm. 2 41 Kompas Cybermedia. Loc. Cit. 42 Ibid.

Page 16: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

15

yang bersifat mengikat (inkracht) dan berdalih hakim PK memang tidak memiliki kewenangan

untuk memerintahkan jaksa melakukan penahanan.43

Alasan tersebut adalah tidak tepat karena (i) dalih hakim PK tidak memiliki

kewenangan untuk memerintahkan jaksa melakukan penahanan tidak memiliki landasan

hukum dan (ii) putusan yang menjadi landasan eksekusi jaksa adalah bersifat batal demi hukum.

Seperti yang Penulis katakan sebelumnya, putusan yang batal demi hukum tidak menimbulkan

akibat hukum apapun dikarenakan putusan a quo tidak dapat dilaksanakan. Kasus ini

sebenarnya adalah kasus kedua yang pernah terjadi di Indonesia setelah kasus Parlin

Riduansyah yang juga pernah dieksekusi oleh Kejagung, padahal putusannya batal demi

hukum.44

Lantas bagaimana penyelesaian solusi yang ideal?

D. Langkah Memperbaiki Putusan yang Batal Demi Hukum

Yahya Harahap mengatakan bahwa putusan yang batal demi hukum atas sebab tidak

dipenuhinya ketentuan yang tertera dalam Pasal 197 ayat (1) jo. Pasal 197 ayat (2) KUHAP

dapat diperbaiki dengan cara memenuhi unsur-unsur yang mempengaruhi pembatalan

putusan.45

Dalam hal ini perlu diingat bahwa hanya putusanlah yang bersifat batal demi hukum,

sedangkan pemeriksaan dan berkas acara pemeriksaan tetap sah dan mengikat.46 Artinya,

seluruh proses sidang di pengadilan tidak perlu diulang karena pemeriksaan di pengadilan

adalah sah.

Jaksa, penasihat hukum, dan terdakwa/terpidana memiliki hak untuk mengajukan

pernyataan putusan batal demi hukum kepada pengadilan yang mengeluarkan putusan

tersebut.47 Setelah itu, pengadilan yang lebih tinggi bertugas melakukan perbaikan terhadap

kesalahan putusan yang dibuatnya.48

43 Ibid. 44 Hukumonline, Loc. Cit, MK: Putusan Tanpa Perintah Penahanan Tetap Sah. 45 Yahya Harahap, Op. Cit., Hlm. 396 46 Ibid. 47 Ibid. Hlm. 388 48 Ibid.

Page 17: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

16

Dalam kasus Djoko Candra, pada seharusnya jaksa penuntut umum mengajukan

pernyataan putusan batal demi hukum kepada MA, sehingga MA dapat melakukan perbaikan

terhadap putusan yang dibuat. Perbaikan ini adalah perlu untuk menjaga asas kepastian hukum

dan memperoleh keadilan substantif. Djoko Candra telah terbukti melakukan kesalahan berupa

tindak pidana korupsi, tidak etis rasanya membebaskannya hanya dengan alasan “putusan tidak

sesuai prosedur”. Namun, di sisi lain kita juga perlu melindungi asas kepastian hukum di mana

hukum harus jelas dan objektif, sehingga setiap orang dapat diperlakukan sama di mata

hukum.49 Memperbaiki putusan yang batal demi hukum adalah jalan tengah untuk melindungi

kedua asas tersebut.

Putusan atas suatu kasus yang tidak memiliki kekuatan hukum karena batal demi hukum

seharusnya dibenahi demi pemenuhan formilnya. Menurut Eddy O.S. Hiariej dalam suatu

wawancara dengan Refly Harun, Djoko Tjandra beserta kuasa hukumnya membuat kesalahan

karena berasumsi bahwa yang sudah ditetapkan sebagai tersangka menjadi orang bebas dengan

begitu saja hanya karena putusan yang batal demi hukum. Seharusnya, putusan yang batal demi

hukum seharusnya dilawan atau diusahakan supaya putusan tersebut tidak menjadi batal demi

hukum. Tindakan yang demikian semakin memperkuat asumsi bahwa keadilan substansial

memang harus diupayakan, karena penyiasatan hukum formil menjadi keunggulannya.

Pengajuan Peninjauan Kembali (PK) oleh Jaksa Penuntut Umum,

Permasalahan Novum terkait Putusan MK, dan Problematika Pengajuan

Peninjauan Kembali (PK) Kedua Djoko Tjandra

Perlu diuraikan mengenai hal ini karena seperti telah dipaparkan di atas bahwa salah satu

peristiwa hukum yang berkaitan dengan perjalanan kasus Djoko Tjandra adalah adanya

peninjauan kembali yang dilakukan oleh JPU. Jika dikembalikan pada dasar filosofis adanya

lembaga peninjauan kembali ditujukan untuk melindungi kepentingan hukum terpidana atas

putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.50 Berdasarkan rasio ini Anne Boentaran, istri

Djoko Tjandra, mengajukan permohonan ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menguji

ketentuan Pasal 263 ayat (1) KUHAP yang seharusnya dimaknai bahwa terkait pengajuan PK

49 Lihat Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 50 Yahya Harahap, Op. Cit., hlm. 616

Page 18: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

17

yang mempunyai hak adalah terpindana atau ahli warisnya. 51 Berdasarkan permohonan

tersebut, dalam putusan MK nomor 33/PUU-XIV/2016 menyatakan bahwa yang mempunyai

hak untuk mengajukan PK adalah terpidana atau ahli warisnya. Secara lebih rinci dalam

pertimbangan hukum putusan a quo MK memberikan tafsiran terhadap pasal 263 ayat KUHAP

bahwa tidak boleh melanggar dan menafsirkan lain selain apa yang tegas diatur dalam pasal

tersebut yaitu:

1. PK hanya dapat diajukan terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap (inkracht van gewujsde zaak);

2. PK tidak dapat diajukan terhadap putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum;

3. Pemohonan PK hanya dapat diajukan oleh terpidana atau ahli warisnya;

4. PK haya dapat diajukan terhadap putusan pemidanaan.

Sehingga jika dikontekskan dalam perkara a quo, bahwa pengajuan dan putusan PK yang ada

secara sekaligus melanggar subjek dan objek hukum PK. Secara subjek hukum PK, jaksa tidak

memiliki hak mengajukan PK. Begitupun terkait objek hukum PK, bahwa PK hanya dapat

diajukan terhadap putusan inkracht yang berupa putusan pemidanaan, namun dalam perkara a

quo objeknya adalah putusan lepas.

Problematika utamanya adalah putusan MK bersifat prospektif atau tidak berlaku surut.52

Sehingga dengan adanya prinsip tersebut, tidak serta merta membatalkan putusan PK yang ada.

Yang menarik dan berkaitan dengan perkara ini adalah apakah putusan MK tersebut dapat

dijadikan sebagai keadaan baru (novum)?

Seperti diketahui bahwa Djoko Tajndra pada juli 2020 lalu mengajukan kembali PK. Secara

waktu, ika melihat ketentuan Pasal 264 ayat (3) bahwa permintaan peninjauan kembali tidak

dibatasi suatu jangka waktu sehingga ini tidak menjadi masalah. Selanjutnya alasan untuk

mengajukan PK dapat ditemukan dalam pasal 263 ayat (2) yang menyatakan:

a. apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu

sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan

51Agus Sahbani, “Akhirnya MK Larang Jaksa Ajukan PK”.

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5734711a1fc21/akhirnya-mk-larang-jaksa-ajukan-pk/, diakses 29

Agustus 2020 52 Muhammad Mahfud MD, 2009, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers, Jakarta, Hlm.

288

Page 19: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

18

bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak

dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan;

b. apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan

tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti

itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;

c. apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhiIafan hakim atau suatu

kekeliruan yang nyata.

Sehingga novum dapat dijadikan alasan untuk melakukan peninjauan kembali. Adapun adanya

novum ini sendiri harus menimbulkan dugaan kuat, bahwa:53

a. Jika seandainya keadaan baru itu diketahui atau ditemukan dan dikemukakan pada

waktu sidang berlangsung, dapat menjadi faktor dan alasan untuk menjatuhkan putusan

bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum, atau;

b. Keadaan baru itu jika ditemukan dan diketahui pada waktu sidang berlangsung, dapat

menjadi alasan dan faktor untuk putusan yang menyatakan tuntutan penuntut umum

tidak dapat diterima, atau;

c. Dapat dijadikan alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan dengan menerapkan

ketentuan pidana yang lebih ringan.

Jika dikonteksan dengan putusan MK sebagai novum Eddy O.S. Hiariej dalam suatu

wawancara dengan Refly Harun menyatakan bahwa putusan pengadilan, dalam hal ini dapat

dijadikan novum untuk mengajukan PK karena perubahan ini berkaitan dengan suatu ketentuan

hukum pidana. Melihat hal yang sama, Bagir Manan yang kala itu menjabat sebagai ketua MA

menyatakan bahwa putusan MK tidak bisa dijadikan novum karena hal ini bukan terkait

bagaimana hukum diterapkan, melainkan fakta yang sudah ada tetapi tidak terungkap dan baru

ditemukan kemudian. 54 Sehingga bagaimana mendudukkan putusan MK ini kelak akan

menentukan putusan PK yang diajukan.

53 Yahya Harahap, op.cit., hlm. 619. 54 Detik, “Bagir Manan : Putusan MK Tak bisa Dijadikan Novum”, https://news.detik.com/berita/d-

182201/bagir-manan-putusan-mk-tak-bisa-dijadikan-novum-- diakses 29 Agustus 2020

Page 20: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

19

Tidak berhenti disitu, kompleksitas perkara ini masih terus berlanjut dalam hal ini terkait

apakah PK hanya bisa diajukan satu kali atau boleh lebih daripada itu. Jika menilik ketentuan

Pasal 268 ayat (1), (2), dan (3) KUHAP, yang menyatakan bahwa:

1) Permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan tidak menangguhkan maupun

menghentikan pelaksanaan dari putusan tersebut;

2) Apabila suatu permintaan peninjauan kembali sudah diterima oleh Mahkamah Agung

dan sementara itu pemohon meninggal dunia, mengenai diteruskan atau tidaknya

peninjauan kembali tersebut diserahkan kepada kehendak ahli warisnya;

3) Permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan hanya dapat dilakukan satu kali saja.

Ketentuan serupa juga terdapat dalam pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. Sehingga PK

berdasarkan ketentuan a quo hanya dapat diajukan satu kali sebagai perwujudan kepastian

hukum. Namun ketentuan dalam Pasal 268 ayat (3) KUHAP tersebut dibatalakan melalui

Putusan MK Nomor 34/PUU-XI/2013 yang menyatakan PK dapat dilakukan lebih dari satu

kali dengan penekanan utama adalah untuk terwujudnya keadilan hukum.55 Atas putusan MK

tersebut, MA mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 7 tahun 2014

yang kontradiktif dengan putusan MK a quo dengan menyatakan bahwa PK hanya tetap dapat

diajukan satu kali dengan rasio utama masih ada ketentuan undang-undang lain yang mengatur

demikian. SEMA ini menarik ditinjau dari kekuatan mengikatnya dan statusnya sebagai suatu

peraturan perundang-undangan yang akan ditilik dalam kajian lainnya. Nantinya bagaimana

hakim yang menangani perkara PK kedua yang diajukan Djoko Tjandra dalam melihat hal ini

juga akan sangat menentukan eskalasi akhir terhadap perkara ini.

55 Muzakkir, 1 Maret 2012, Makalah disampaikan pada kegiatan diskusi “Peninjauan Kembali Putusan Pidana

oleh Jaksa Penuntut Umum” diselenggarakan oleh Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung Republik

Indonesia di Hotel Santika. Dalam Muh. Djaelani Prasetya, Analisis Yuridis Mengenai Keputusan Mahkamah

Konstitusi Terhadap Pasal 268 ayat (3) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 (Putusan Mahkamah Konstitusi

No.34/PUU-XI/2013 tentang Peninjauan Kembali), Naskah Skripsi fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,

Makassar: Universitas Hasanuddin, 2014, h. 33.

Page 21: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

20

Alegasi Kasus Suap Jaksa Pinangki dan Implikasinya Terhadap Kasus

Djoko Chandra

Pinangki Sirna Malasari adalah seorang jaksa yang diduga menerima gratifikasi sebesar

Rp7,4 miliar rupiah atau sekitar 500 ribu dolar Amerika dari Djoko Chandra.56 Pertemuannya

dengan Djoko Chandra dicurigai karena Jaksa Pinangki telah keluar negeri tanpa izin sebanyak

sembilan kali di tahun 2019.

Jaksa Pinangki ditetapkan menjadi tersangka atas kasus korupsi atas penerimaan

gratifikasi, dan di dakwa dalam Pasal 5 ayat (2) UU Tipikor. Pemberian gratifikasi terhadap

Jaksa Pinangki diduga terkait fatwa hukum untuk menguntungkan Djoko Chandra. 57 Namun,

investigasi lebih lanjut menemukan bahwa uang gratifikasi tersebut merupakan uang muka dari

jumlah yang akan dijanjikan lebih besar.

Kasus ini bermula dari pertemuan Jaksa Pinangki dengan Djoko Chandra pada

September 2019 silam dimana Jaksa Pinangki diminta untuk mengurus fatwa pembebasan

Djoko Chandra atas perkara hak tagih Bank Bali. 58 Jaksa Pinangki dan Djoko Chandra sepakat

atas uang gratifikasi sebesar 10 juta dolar untuk pengurusan fatwa tersebut, dan 500 ribu dolar

sebagai uang muka. Jaksa Pinangki dan Anita Kolopaking kemudian segera mengurus

pembuatan fatwa tersebut. Anita Kolopaking membantu Jaksa Pinangki dengan imbalan

sebesar 50 ribu dolar. Jaksa Pinangki mengurus administrasi di kejaksaan, sedangkan Anita

Kolopaking mengurus fatwa di Mahkamah Agung.

Akibat dari perbuatan tersebut, Jaksa Pinangki dinonaktifkan sementara dari Kejaksaan

Agung pasca 12 Agustus 2020, berdasarkan PP no. 20 Tahun 2008 tentang Tata Cara

Pemberhentian Dengan Hormat, Pemberhentian Tidak Hormat, dan Hak Jabatan Fungsional

56 Fitra Moerat Ramadhan, “Jaksa Pinangki Ditahan, Diduga Terima Rp 7,4 Miliar dari Djoko Tjandra”,

https://grafis.tempo.co/read/2180/jaksa-pinangki-ditahan-diduga-terima-rp-74-miliar-dari-djoko-tjandra ,

diakses 21 Agustus 2020 57 Linda Trianita, “Muslihat Fatwa di Menara 106, “https://majalah.tempo.co/read/laporan-

utama/161258/proposal-fatwa-us-100-juta-dari-jaksa-pinangki-kepada-joko-tjandra, diakses 21 Agustus 2020 58 Ibid

Page 22: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

21

Jaksa yang Terkena Pemberhentian. Penonaktifan ini dilakukan selama proses hukum masih

berlangsung. 59 Apabila Jaksa Pinangki tidak bersalah maka akan dikembalikan status nya.

Kasus Jaksa Pinangki memberi penglihatan terhadap masalah internal yang ada di

dalam institusi kejaksaan.60 Menurut Ketua Komisi Kejaksaan, Barita Simanjuntak, Jaksa

Pinangki tidak bereaksi sendiri. Ada yang merekomendasikan Jaksa Pinangki ke Djoko

Chandra yang membuat Djoko Chandra menerima bantuan Jaksa Pinangki. Benar atau

tidaknya kecurigaan tersebut memang belum dapat dikonfirmasi, namun masalah internal

Kejaksaan tentu menjustifikasi apa yang dikatakan oleh Ketua Komisi Kejaksaan.

Kenyataan tersebut, dan kasus korupsi Jaksa Pinangki telah mengimplikasikan masalah

internal dalam institusi Kejaksaan Indonesia. Investigasi lebih lanjut dan rencana reformasi

institusi Kejaksaan sangat diperlukan, namun untuk meningkatkan kepercayaan publik

terhadap penegakkan hukum di Indonesia, pernyataan tegas oleh Presiden adalah sebuah

langkah awal yang harus dilakukan. 61

Masalah Dirjen Imigrasi

A. Jalan Tikus Perbatasan

Djoko Soegiarto Tjandra selaku Direktur PT Era Giat Prima, berdasarkan Putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 12 PK/Pid.Sus/2009 tanggal 11 Juni 2009 telah

terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi yang mengakibatkan

kerugian negara. Terpidana kasus korupsi cessie Bank Bali tersebut melarikan diri ke luar

negeri sehari sebelum putusan pengadilan. Sehari sebelum putusan MA pada Juni 2009, Djoko

Tjandra diduga kabur meninggalkan Indonesia dengan pesawat carteran dari Bandara Halim

Perdanakusuma menuju Port Moresby, Papua Nugini.62 Ekstradisi Djoko S. Tjandra terkendala

karena Komite Penasihat Imigrasi dan Kewarganegaraan Papua New Guinea memberikan

59 Syailendra Persada, “Terseret Kasus Djoko Tjandra, Kejaksaan Agung Nonaktifkan Jaksa Pinangki”,

https://nasional.tempo.co/read/1377633/terseret-kasus-djoko-tjandra-kejaksaan-agung-nonaktifkan-jaksa-

pinangki, diakses 21 Agustus 2020 60 Op.cit, Linda Trianita. 61 Tempo, “Dalang Dibalik Joko Tjandra”, https://majalah.tempo.co/read/opini/161252/editorial-usut-tuntas-

komplotan-joko-tjandra, diakses 21 Agustus 2020 62 Irfan Kamil, “Kejagung Diminta Fokus Kembalikan Kerugian Negara Terkait Kasus Djoko Tjandra”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/31/18443751/kejagung-diminta-fokus-kembalikan-kerugian-negara-

terkait-kasus-djoko?page=all, diakses tanggal 27 Agustus 2020

Page 23: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

22

kewarganegaraan kepada Djoko Tjandra pada tanggal 11 Juni 2012. Kejaksaan menduga Djoko

S. Tjandra dilindungi oleh Papua New Guinea karena berdasarkan penelusuran, diketahui

Djoko S. Tjandra menanamkan investasi USD 2,000,000,000 atau sekitar

Rp.18.000.000.000.000,00 (delapan belas triliun rupiah) di lahan seluas 100.000 hektar. 63

Kementerian Hukum dan HAM membentuk tim bersama Kejaksaan Agung untuk

mencari keberadaan Djoko Tjandra pada tanggal 2 Juli 2020. Setelah lama kehilangan jejak,

pada Juni 2020 kemarin nama Joker mulai mencuat dan sempat berada di Indonesia tanpa

terdeteksi aparat penegak hukum dan pihak keimigrasian. Djoko Tjandra atau Joko Soegiarto

Tjandra ditangkap oleh polisi dan tiba di Jakarta pada Kamis (30/7/2020).64 Koordinator

Masyarakat Anti Korupsi (MAKI), Bonyamin Saiman yakin akan dugaan Djoko Tjandra keluar

masuk Indonesia, maka ada kemungkinan melalui “jalur tikus”. Sementara itu, Kejagung juga

mengatakan semestinya Joker bisa dicekal di pintu masuk kedatangan mengingat statusnya

terpidana. Namun, yang jadi permasalahan disini adalah bagaimana bisa seorang Djoko

Tjandra lolos masuk dan keluar Indonesia tanpa terdeteksi imigrasi? Hal itu mungkin saja,

karena masih ada jalan tikus yang eksis di tanah air, dimana itu ada perlintasan tanpa ada

cheking oleh pihak imigrasi.

Dugaan kuat selama ini Joker menyebrang ke Malaysia lewat “jalur tikus” di Entikong.

Hal ini juga diperkuat dengan adanya surat jalan Joker ke Pontianak. Jika kita asumsikan, Joker

keluar masuk melalui jalur “legal” yaitu dengan paspor Malaysia ataupun Papua Nugini, ketika

masuk ke Indonesia. Pun jika Joker berganti nama secara sistem pasti akan dicek secara

biometri, baik itu kemiripan muka dan besar kemungkinan hal itu akan tercegah. Tetapi, jika

itu masuk sistem cegah-tangkal imigrasi, terdapat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

64/PUU-IX/2011, yang menyatakan bahwa cegah dan tangkal maksimal 6 bulan setelah itu

bisa diperpanjang 1 kali, maksimal hanya diperbolehkan satu tahun. Jadi, untuk memasukan

Joker ke dalam daftar cekal lagi harus dengan kasus yang baru. Djoko Tjandra telah dilepas

status buronnya setelah 2014, jadi besar kemungkinan ia tidak terdeteksi, jika memang berganti

nama, ataupun melewati jalan “tikus”.

63 Denny Tjandra dan Arfin, “Kendala Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana Korupsi Transnasional”, Jurnal

BPPK, Vol.11, No. 1, 2018, hlm. 29. 64 Jawahir Gustav Rizal, “Djoko Tjandra Ditangkap, Ini Kegiatan yang Dilakukannya di Pontianak”,

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/31/140000765/djoko-tjandra-ditangkap-ini-kegiatan-yang-

dilakukannya-di-pontianak?page=all, diakses 27 Agustus 2020

Page 24: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

23

B. Kontroversi Penghapusan Status Buron (DPO).

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan, terpidana kasus Bank Bali

Djoko Sugiarto Tjandra sudah tidak masuk daftar pencarian orang (DPO) Interpol sejak 2014.65

Artinya, Djoko Tjandra bisa saja masuk ke Indonesia tanpa halangan karena sudah tak lagi

berstatus sebagai buruan interpol. Hal ini senanda dengan Polri yang mengatakan, red notice

untuk Djoko Tjandra terhapus secara otomatis dari basis data Interpol setelah melewati batas

waktu, yaitu lima tahun.66 Red notice sendiri adalah notifikasi Interpol untuk mencari buronan

kejahatan atas permintaan yang menjadi negara anggota. Setelah red notice terhapus pada

secara sistem pada tahun 2014, muncul isu bahwa Joker muncul di Papua Nugini. Merespons

isu tersebut, Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri yang menjabat saat itu mengirim surat

kepada Dirjen Imigrasi Kemenkumham pada 12 Februari 2015. Beliau mohon bantuan untuk

memasukkan nama Joko Soegiharto Tjandra dalam DPO Imigrasi dan melakukan tindakan

pengamanan apabila terlacak.67

Namun hal ini masih menimbulkan polemik tersendiri, pengamat Hukum Pidana dari

Universitas Brawijaya, Fachrizal Afandi mengaku heran dengan alasan penghapusan red notice

Djoko Soegiarto Tjandra. Status tersebut seharusnya berlaku hingga yang bersangkutan

ditangkap.68 Ia juga mengatakan bahwa red notice bukan seperti surat penangkapan, hanya

pemberitahuan saja yang disampaikan kepada seluruh negara yang tergabung dalam Interpol

dunia, bahwa Indonesia memiliki buron yang masuk daftar pencarian orang (DPO) yang kabur

ke luar negeri. Pencabutan status red notice Joker justru seperti memberikan ruang bagi yang

bersangkutan untuk bisa bebas dari jeratan penegak hukum, pencabutan tersebut dilakukan

dengan mudah sehingga Djoko bisa mengajukan Peninjauan Kembali (PK) terkait kasus yang

menjeratnya. Bahkan Djoko bisa melakukan perekaman kartu tanda penduduk elektronik (e-

65 Tsarina Maharani, “Menkumham: Djoko Tjandra Sudah Tak Masuk DPO Interpol Sejak 2014.”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/02/17570081/menkumham-djoko-tjandra-sudah-tak-masuk-dpo-

interpol-sejak-2014?page=all, diakses 27 Agustus 2020 66 Devina Halim, “Polri Sebut Red Notice Djoko Tjandra Terhapus Otomatis, Kok

Bisa?”, https://nasional.kompas.com/read/2020/07/17/19290211/polri-sebut-red-notice-djoko-tjandra-terhapus-

otomatis-kok-bisa?page=all, diakses 27 Agustus 2020 67 Ibid. 68 Anggi Tondi Martaon, “Akademisi: Red Notice Berlaku Hingga Buronan Ditangkap”,

https://www.medcom.id/nasional/hukum/nbwjBGBN-akademisi-red-notice-berlaku-hingga-buronan-ditangkap,

diakses 27 Agustus 2020.

Page 25: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

24

KTP) yang digunakan untuk mendaftarkan PK di PN Jaksel.69 Hal ini seharusnya menjadi

evaluasi bagi para penegak hukum untuk melakukan perbaikan sistem dan yang terpenting

adalah tetap menjunjung tinggi integritas dan profesionalitas, karena secanggih apapun sistem

dalam melacak, jika aparatnya bermasalah maka akan menimbulkan permasalahan tersendiri.

Kontroversi Masalah Administrasi

1. Surat Jalan

Kasus surat jalan yang dimiliki oleh Djoko Tjandra pada awalnya terkuak karena

adanya laporan dari Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI), dimana koordinator MAKI,

Boyamin Saiman melaporkan foto dokumen surat jalan tersebut ke Ombudsman Republik

Indonesia dan Komisi III DPR RI.70 Surat jalan itu ditandatangani oleh Kepala Biro Koordinasi

dan Pengawasan PPNS Bareskrim Polri, Brigjen Prasetijo Utomo. Di dalam surat jalan tersebut

tertera bahwa Djoko berangkat dari Jakarta pada 19 Juni 2020 dengan tujuan ke Pontianak dan

akan kembali pada 22 Juni 2020.71 Disebutkan pula dalam surat itu bahwa Djoko selaku

konsultan memiliki kepentingan konsultasi dan koordinasi.72

Surat jalan pada dasarnya surat yang hanya bisa digunakan oleh para anggota

Kepolisian Republik Indonesia apabila sedang bertugas ke luar kota atau sedang menjalankan

perintah dari atasan. Surat ini semestinya hanya bisa diterbitkan oleh Kepala Badan Reserse

Kriminial Polri (Kabareskrim) atau Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Wakapolri).73

Akan tetapi, Prasetijo selaku Kepala Biro Koordinasi dan Pengawasan PPNS tidak memiliki

wewenang atasnya. Secara administratif, tindakannya dapat disebut sebagai tindakan

maladministrasi. Berdasar Pasal 1 angka 3 UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI:

69 Op.cit., CNN Indonesia, “Jaksa Agung soal Red Notice Djoko Tjandra: Nyatanya Begitulah”,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200715111418-12-524883/jaksa-agung-soal-red-notice-djoko-

tjandra-nyatanya-begitulah 70 Norbertus Arya D M, Nikolaus H, 2020, “Kapolri: Copot Brigjen Prasetyo dan Lakukan Pemeriksaan”,

https://kompas.id/baca/polhuk/2020/07/15/kapolri-copot-brigjen-prasetyo-dan-lakukan-pemeriksaan/ diakses

pada 27 Agustus 2020. 71 Ibid. 72 Devina Halim, 2020, “Dipersoalkan, Surat Jalan Djoko Tjandra Rupanya Khusus Untuk Polisi”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/15/21591371/dipersoalkan-surat-jalan-djoko-tjandra-rupanya-

khusus-untuk-polisi?page=all, diakses pada 28 Agustus 2020. 73 Yakub Pryatama Wijayaatmaja, 2020, “Bagaimana Seharusnya Prosedur Penerbitan Surat Jalan Polri?”,

https://mediaindonesia.com/read/detail/328781-bagaimana-seharusnya-prosedur-penerbitan-surat-jalan-polri,

diakses pada 27 Agustus 2020

Page 26: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

25

“Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui

wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang

tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan

pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang

menimbulkan kerugian materiil dan/atau immaterial bagi masyarakat dan orang

perseorangan.”74

Tindakannya tentu menimbulkan kerugian immaterial berupa penyulitan proses

penegakkan hukum. Kemudian, sebagai atasan Polri, Brigjen Prasetijo menyalahgunakan

wewenangnya. Ia melanggar etika kelembagaan Polri yakni menyalahgunakan kewenangan

dalam melaksanakan tugas kedinasan sebagaimana tertera pada Pasal 13 ayat (1) huruf e

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode

Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.75 Pada 15 Juli 2020, Kapolri mencopot

Prasetijo dari jabatannya dengan surat telegram bernomor ST/1980/VII/KEP/2020.76 Selama

14 Hari ia ditahan oleh Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri di ruangan khusus

Mabes Polri.77 Lebih dari itu, tindakan Prasetijo tersebut membuatnya terjerat berbagai pasal

yang ada di KUHP yakni Pasal 55 ayat 1, 221 ayat 1 dan 2, 263 ayat 1 dan 2, serta 426.78

Tidaklah mungkin seorang aparatur pemerintah melakukan maladministrasi secara

tidak sengaja. Secara praktis, perbuatan maladministrasi yang biasa terjadi pada umumnya

disebabkan oleh korupsi. Hal ini pun terbukti oleh penyidik yang mengusut kasus tersebut

setelah proses pengusutan yang cukup panjang. Kepala Biro Penerangan Masyarakat

(Karopenmas) Polri Brigjen Awi Setiyono mengungkap bahwa Prasetijo mengakui menerima

uang dari Djoko.79 Selain Prasetijo terdapat pula Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri

74 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899). 75 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 608). 76 Devina Halim, Loc cit. 77 Ibid. 78 Devina Halim, “Surat Jalan Djoko Tjandra Antarkan Brigjen Prasetijo ke Status Tersangka”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/28/07071591/surat-jalan-djoko-tjandra-antarkan-brigjen-prasetijo-

ke-status-tersangka?page=all, diakses pada 31 Agustus 2020. 79 CNN Indonesia, “Pengakuan Dua Jenderal Polri Terima Suap dari Djoko Tjandra”,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200826075508-12-539327/pengakuan-dua-jenderal-polri-terima-

suap-dari-djoko-tjandra, diakses 31 Agustus 2020.

Page 27: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

26

Napoleon Bonaparte yang turut menerima uang tersebut. Dalam hukum positif, perbuatan

Prasetijo

Berdasar hukum positif, Tindakan Prasetijo ialah berupa turut serta/penyertaan,

menyembunyikan pelaku tindak kejahatan, pembuatan surat atau dokumen palsu dan

juga membantu melarikan diri seorang pelaku pidana. Terkait penyertaan (Pasal 55 ayat

1) yang dilakukan Prasetijo, ia merupakan seseorang yang turut serta berbuat atau medepleger.

Terdapat postulat yang menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai pelaku kejahatan

ketika seseorang tersebut melakukan atau membantu dan ikut serta berbuat kejahatan.80 Hal ini

dikarenakan Prasetijo selaku Kepala Biro Koordinasi dan Pengawasan PPNS memfasilitasi

Djoko Tjandra dalam membuat surat jalan palsu. Lebih lanjut lagi, Prasetijo dikatakan sebagai

medepleger karena yang terlibat di dalamnya termasuk Djoko Tjandra dan pengacaranya yakni

Anita Kolopaking sehingga tersangka dalam surat jalan palsu tersebut berjumlah tiga orang.

Kemudian tindakannya yang berkaitan dengan menyembunyikan Djoko sebagai

terdakwa kasus cessie (Pasal 221) adalah merupakan tindakan obstruction of justice.

Obstruction of justice atau menghambat keadilan adalah tindakan yang berupaya menghalangi

upaya atau proses penegakan hukum. 81 Dalam tulisannya, Prof. Eddy O.S Hiariej

mengemukakan bahwa secara doktriner, obstruction of justice ditafsirkan sebagai perbuatan,

baik melakukan maupun tidak melakukan, dengan maksud menunda, mengganggu, atau

mengintervensi proses hukum dalam suatu kasus.82 Secara praktis, tindakan yang dilakukan

Prasetijo mencerminkan obstruction of justice. Terbukti dari berhasilnya Djoko terbang dari

Jakarta menuju Kalimantan dan kembali ke Kuala Lumpur. Namun, tindakan penghalangan

dalam menegakkan keadilan yang dilakukannya tidak berhenti sampai situ. Diduga bahwa

Prasetijo menyuruh Kompol Joni Andriyanto untuk membakar surat jalan palsu dalam rangka

penghilangan barang bukti. 83 Perlu ditegaskan bahwa perannya dalam membantu Djoko

melarikan diri (Pasal 426) bukan merupakan tindakan penyertaan/turut serta maupun

pembantuan. Hal ini dikarenakan bahwa konstruksi pasal a quo mengindikasikan bahwa

tindakan tersebut merupakan delik yang berdiri sendiri.

80 Eddy O.S Hiariej, 2016, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, hlm. 354. 81 Tulisan Eddy O.S Hiariej dalam Indonesia Corruption Watch, “Obstruction of Justice dan Hak Angket DPR”,

https://www.antikorupsi.org/en/node/69773, diakses pada 30 Agustus 2020. 82 Ibid 83 Devina Halim, Loc cit.

Page 28: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

27

Tindakan pemalsuan dokumen yang dilakukan membuatnya juga terjerat Pasal 263.

Yang perlu diperhatikan dari pasal a quo adalah frasa “diancam jika pemakaian tersebut dapat

menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat”. Kendati pun berbunyi seperti itu, perlu

diingat bahwa pemalsuan surat termasuk delik formil.84 Hal ini berarti pemalsuan surat dapat

dikatakan sebagai tindak pidana dengan menitik beratkan pada tindakannya bukan pada

akibatnya. Dalam kasus ini, tindakan yang dilakukan jelas berupa pemalsuan dan juga

menimbulkan kerugian. Akibat kerugian yang ditimbulkan tidak selalu berupa materiil atau

ranah perdata. Berdasar Putusan Mahkamah Agung RI No. 10 K/Kr/1965 “kerugian yang

mungkin timbul oleh pemalsuan surat berdasarkan Pasal 263 KUHP tidak harus berupa

kerugian materiil, dapat juga berupa kerugian terhadap kepentingan masyarakat seperti dalam

hal penggunaan surat yang dipalsukan itu dapat menyulitkan pengusutan suatu perkara”.85

Putusan a quo sejalan dengan kasus ini karena pembuatan Surat Jalan Djoko dimaksudkan

untuk menghalangi proses penegakan hukum. Oleh karena berbagai tindakan Prasetijo tersebut,

ia dicopot dari jabatan Kepala Biro Pengawasan PPNS Bareskrim Polri.

2. Surat Bebas Covid diterbitkan oleh Polri

Selain surat jalan, Djoko Tjandra juga memperoleh surat keterangan pemeriksaan

covid-19 nomor 990 yang diterbitkan oleh Pusat Kedokteran dan Kesehatan Satuan Kesehatan

(Pusdokkes) Polri yang terbit pada 19 Juni 2020. 86 Menurut Kepala Biro Penerangan

Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Awi Setiyono dalam konferensi pers daring

17 Juli 2020 lalu menyebut bahwa Djoko tidak hadir secara langsung dalam proses pembuatan

surat bebas covid-19 tersebut, akan tetapi ada dua orang yang datang untuk menjalani

pemeriksaan covid-19 dan mengaku sebagai Djoko Tjandra. 87 Setelah mendapatkan hasil

pemeriksaan negatif covid-19, Brigjen Prasetijo Utomo dan kedua orang tersebut meminta

dokter untuk menerbitkan surat sehat tersebut atas nama Djoko Tjandra.88 Dalam hal ini,

terdapat pula maladministrasi berupa tindakan sewenang-wenang oleh Prasetijo selaku

84 Eva Achjani Zulfa, “Menghancurkan Kepalsuan (Studi Tentang Tindak Pidana Pemalsuan dan Problema

Penerapannya)”, Jurnal Hukum & Pembangunan 48, No. 2, April-Juni, 2018, hal. 355. 85 Ibid. 86 Devina Halim, Loc cit

87 M Rosseno Aji, 2020, “Polisi: Djoko Tjandra Tak Datang Langsung Buat Surat Bebas Covid”

https://nasional.tempo.co/read/1366343/polisi-djoko-tjandra-tak-datang-langsung-buat-surat-bebas-

covid/full&view=ok, diakses pada 27 Agustus 2020 88 Ibid.

Page 29: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

28

petinggi Polri. Pada dasarnya Pusdokkes Polri memang diperuntukkan anggota Polri. Prasetijo

memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mencantumkan “Konsultan Kepala Biro Korwas

PPNS Bareskrim Polri” sebagai pekerjaan Djoko. Brigjen Awi menerangkan bahwa tidak benar

adanya bahwa Djoko Tjandra merupakan konsultan di Bareskrim Polri.89

3. Kontroversi Pengurusan KTP di Grogol

Djoko Tjandra yang telah buron sejak 2009, tiba-tiba pada 8 Juni 2020 lalu melakukan

perekaman e-KTP di Kelurahan Grogol Selatan. 90 Direktur Jenderal Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri, Zudan Arif, menyebutkan bahwa berdasarkan

database, proses pembuatan e-KTP Djoko Tjandra memakan waktu kurang dari dua jam.91

Lolosnya Djoko Tjandra saat membuat e-KTP jelas menimbulkan kejanggalan. Pihak

kelurahan menyatakan tidak mengenali Djoko Tjandra yang sudah menjadi buronan selama

bertahun-tahun sehingga saat mengajukan permohonan perekaman e-KTP, Djoko tetap

dilayani seperti masyarakat pada umumnya. Dukcapil juga menyebut bahwa mereka belum

mendapat pemberitahuan bahwa Djoko Tjandra berstatus sebagai buronan sejak 2009 sehingga

mereka juga belum memperoleh perintah cekal atas nama Djoko Tjandra.92

Pelanggaran normatif dalam penerbitan e-KTP Djoko Tjandra

1. Pembuatan e-KTP yang dilakukan di luar waktu layanan umum dibuka

Kedatangan Djoko Tjandra dan rombongan di Kelurahan Grogol Selatan pada tanggal 8

Agustus 2020 dilakukan 20 menit lebih awal dari jam bukanya pelayanan umum di Kelurahan

tersebut. Berdasarkan kesaksian salah seorang petugas di kelurahan tersebut, yakni tepat pada

pukul 07.10 WIB rombongan Djoko Tjandra datang untuk mengurus pembuatan e-KTP Djoko

Tjandra.93 Padahal, layanan umum pada Kelurahan Grogol Selatan tersebut dibuka pada pukul

07.30 WIB.94

89 Kumparan, “Polri: Djoko Tjandra Bukan Konsultan Bareskrim”, https://kumparan.com/kumparannews/polri-

djoko-tjandra-bukan-konsultan-bareskrim-1tqBekv37rg/full, diakses pada 1 September 2020. 90 Dian Erika N, 2020, “Penjelasan Kemendagri soal E-KTP dan Status Buron Djoko Tjandra”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/08/07454581/penjelasan-kemendagri-soal-e-ktp-dan-status-buron-

djoko-tjandra?page=all, diakses pada 27 Agustus 2020 91 Ibid. 92 Ibid. 93 Loc.Cit, Aiman Witjaksono. 94 Ibid.

Page 30: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

29

Diperkuat lagi dengan keterangan yang diberikan oleh Dirjen Kependudukan dan Catatan

Sipil (Dukcapil) Kemendagri, Zufan Arif Fakhrulloh, menyatakan bahwa menurut catatan

dalam server Ditjen Dukcapil telah ditemukan adanya riwayat perekaman biometrik atas nama

Djoko Tjandra pada pukul 07.27 WIB di Kelurahan Grogol Selatan.95 Berdasarkan hal tersebut

dapat dipastikan bahwa pembuatan e-KTP yang dilakukan oleh Djoko Tjandra ini dilakukan di

luar waktu pelayanan publik yang seharusnya sebagaimnaa yang telah ditentukan di Kelurahan

Grogol Selatan. Sehingga hal tersebut telah melanggar normatif yang ada pada Kelurahan

Grogol Selatan.

2. Tidak memenuhi persyaratan dan tata cara pembuatan e-KTP

Pembuatan e-KTP Djoko Tjandra ini hanya bermodalkan foto KTP lama dan KK yang

tersimpan dalam ponsel milik Asep Subhan, Lurah Grogol Selatan.96 Tentunya hal tersebut

tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam ketetuan yang berlaku, sebagaimana

yang disebutkan dalam Pasal 15 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan

dan Tata Cara Pemdaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil yeng menyebutkan,

“Penerbitana KTP-el baru bagi Penduduk WNI harus memenuhi persyaratan:

a.) telah berusia 17 tahun, sudah kawin, atau pernah kawin; dan

b.) KK”97

Kemudian juga berdasarkan pada ketentuan dalam Pasal 5 ayat (1) butir a Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk

Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional yang berbunyi sebagai berikut,

“penduduk melapor kepada petugas di tempat pelayanan KTP-el, dengan mengisi

formulir permohonan dan membawa persyaratan berupa:

1) NIK; dan

2) Fotokopi Kartu Keluarga.”98

95 Ibid. 96 Tria Sutrisna, “Kronologi Penerbitan e-KTP Djoko Tjandra, Pengacara Sempat Temui Lurah Grogol Selatan”,

https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2020/07/13/05150001/kronologi-penerbitan-e-ktp-djoko-tjandra-

pengacara-sempat-temui-lurah, diakses 29 Agustus 2020. 97 Pasal 15 Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemdaftaran Penduduk

dan Pencatatan Sipil. 98 Pasal 5 ayat (1) butir a Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua

Permendagri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk

Kependudukan Secara Nasional.

Page 31: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

30

Dengan mengacu pada ketentuan tersebut, bahwa terdapat dua hal persyaratan yang tidak

dilengkapi dalam pembuatan e-KTP Djoko Tjandra. Pertama, mengisi formulir permohonan.

Dan yang kedua adalah persyaratan untuk membawa “fotokopi Kartu Keluarga”. Dalam

pembuatan e-KTP tersebut, persyaratan yang digunakan hanyalah bermodalkan foto KTP dan

KK yang tersimpan di ponsel Asep Subhan.99 Sehingga telah jelas bahwa dalam penerbitan e-

KTP atas nama Djoko Tjandra tersebut telah melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan.

3. Peran aktif Lurah dalam penerbitan e-KTP Djoko Tjandra

Lurah Grogol Selatan, Asep Subhan, berperan cukup aktif dalam penerbitan e-KTP

Djoko Tjandra. Asep Subhan sedari awal sudah melakukan pertemuan bersama dengan

penasihat hukum Djoko Tjandra, Anita Kolopaking pada Mei 2020.100 Hingga pada tanggal 8

Juni 2020, Asep Subhan mengantarkan sendiri rombongan Djoko Tjandra untuk melakukan

perekaman biometrik.101 Disamping itu, Asep Subhan juga yang menunjukkan foto KTP lama

dan KK milik Djoko Tjandra kepada Satpel Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan

Grogol Selatan dan memerintahkan kepadanya untuk membuatkan e-KTP atas nama Djoko

Tjandra.102 Bahkan pada saat perekaman biometrik, Asep Subhan juga mendampingi petugas

hingga duduk di samping operator tersebut. 103 Karena perbuatan Asep Subhan tersebut,

operator Satpel Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan Grogol Selatan tersebut

menjalankan tugasnya tanpa mengindahkan SOP yang ada.104

Selain memberikan perlakuan khusus tersebut, perbuatan Asep Subhan yang sangat

berperan aktif dalam pembuatan e-KTP Djoko Tjandra juga menyalahi apa yang menjadi tugas

dan fungsinya sebagai Lurah sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan

Gubernur DKI Jakarta Nomor 251 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan.

Yang mana di dalam ketentuan pasal tersebut tidak memuat hal-hal terkait tugas dari seorang

Lurah yang berkaitan secara langsung mengenai tugas dan fungsi dalam menjalankan

99 Tria Sutrisna, Op.Cit, diakses 29 Agustus 2020. 100 Ika Defianti, “Kronologi Pertemuan Lurah Grogol Selatan dan Djoko Tjandra Soal Penerbitan e-KTP”,

https://www.liputan6.com/news/read/4302956/kronologi-pertemuan-lurah-grogol-selatan-dan-djoko-tjandra-

soal-penerbitan-e-ktp, diakses 30 Agustus 2020. 101 Ibid. 102 Ibid. 103 Ibid. 104 Ibid.

Page 32: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

31

pelayanan umum khususnya dalam hal penerbitan e-KTP.105 Sehingga dapat dinilai bahwa

perbuatan Asep Subhan tersebut selain bertentangan dengan tugas dan fungsinya sebagai lurah

juga mengarah kepada penyalahgunaan kuasanya, yang mana telah mengakibatkan tidak

terpenuhinya SOP dalam penerbitan e-KTP.

4. Tidak dilakukannya Verifikasi data penduduk

Karena tidak dipenuhinya persyaratan pertama, yakni mengenai persyaratan untuk

mengisi formulir permohonan e-KTP, maka secara otomatis hal ini juga akan menyalahi

prosedur dan tata cara penerbitan e-KTP lainnya, yakni perekaman isi formulir permohonan e-

KTP dan juga verifikasi data penduduk. Salah satu tahapan yang perlu dilakukan dalam

penerbitan e-KTP adalah petugas melakukan verifikasi data penduduk yang bersangkutan

secara langsung. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) butir b Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis

Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional yang menyebutkan bahwa,

“b. Petugas di tempat pelayanan KTP-el memproses dengan tata cara:

1) merekam isi formulir permohonan KTP-el ke dalam database kependudukan;

2) melakukan verifikasi data penduduk secara langsung;

....”106

Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa prosedur yang digunakan dalam penerbitan e-

KTP atas nama Djoko Tjandra tersebut telah menyalahi ketentuan prosedur dan tata cara

penerbitan e-KTP sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) butir b Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor

Induk Kependudukan Secara Nasional.

105 Pasal 5 ayat (1) Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 251 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kelurahan. 106 Pasal 5 ayat (1) butir b Permendagri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Permendagri Nomor 9

Tahun 2009 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara

Nasional.

Page 33: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

32

5. Tahapan pengambilan e-KTP yang telah dicetak

Peran aktif dari Asep Subhan dalam proses pembuatan e-KTP atas nama Djoko Tjandra

ini juga tidak hanya berhenti sampai mendampingi proses perekaman biometrik Djoko Tjandra.

Bahwa pada tahapan pengambilan e-KTP yang sudah dicetak juga dilakukan secara langsung

oleh Asep Subhan, bahkan dia juga sebgai pihak pertama yang menerima e-KTP yang telah

dicetak tersebut dan kemudian diserahkan kepada pihak Djoko Tjandra.107

Dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku, bahwa hal tersebut juga telah melanggar

prosedur dan tata cara penerbitan e-KTP sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 5 ayat (1)

butir c Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penerbitan Kartu

Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional yang berbunyi,

“c. penduduk dapat mengambil KTP-el apabila membawa Formulir Permohonan

sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 4)”108

Dengan mengacu pada ketentuan yang ada dalam Pasal Pasal 5 ayat (1) butir c tersebut,

bahwa dalam tahapan pengambilan e-KTP yang telah dicetak, terdapat persyaratan yang wajib

dipenuhi yakni dengan membawa formulir permohonan e-KTP. Sehingga secara normatif,

pengambilan e-KTP Djoko Tjandra tidak dilakukan dengan benar sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

107 Ika Defianti, Op.Cit, diakses 30 Agustus 2020. 108 Pasal 5 ayat (1) butir c Permendagri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Permendagri Nomor 9

Tahun 2009 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara

Nasional.

Page 34: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

33

Daftar Pustaka

A. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.(Lembaran

Negara Nomor 76 Tahun 1981, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4899).

Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemdaftaran Penduduk dan

Pencatatan Sipil.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Permendagri Nomor 9

Tahun 2009 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk

Kependudukan Secara Nasional.

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 251 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik

Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 608).

B. Buku

Deacon, John, 2004, Global Securitisation and CDOs, John Wiley & Sons Publishers, New Jersey

Eddy O.S Hiariej, 2016, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,

Harahap, Yahya, 2000, Pembahasan dan Permasalahan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan,

Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 351.

Machfud MD, Muhammad, 2009, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers, Jakarta.

Machfud MD, Mohammad dkk., Satjipto Rahardjo dan Hukum Progresif: Urgensi dan Kritik, Epistema

Institute, Jakarta.

Manning, Chris, et al., 2000, Indonesia in Transition: Social Dimensions of the Reformasi and the

Economic Crisis, Zed Books Publisher, London

Moeljatno, 2005, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta.

S. Kim, Samuel, 2000, East Asia and Globalization, Rowman & Littlefield Publishers, Maryland

C. Putusan Pengadilan

Putusan MK Nomor 69/PUU-X/2012.

Putusan Mahkamah Agung Peninjauan Kembali. Putusan MA Nomor 100 PK/Pid. Sus/2009

D. Jurnal

Asyari, Sukri, Meyrinda Rachmawaty Hilipito, dan Mohammad Mahrus Ali, 2013, Model dan

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang (Studi Putusan

2003-2012), Pusat Penelitian dan Pengujian Perkara, Pengelolaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Page 35: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

34

Muzakkir, 1 Maret 2012, Makalah disampaikan pada kegiatan diskusi “Peninjauan Kembali Putusan

Pidana oleh Jaksa Penuntut Umum” diselenggarakan oleh Badan Litbang Diklat Kumdil

Mahkamah Agung Republik Indonesia di Hotel Santika. Dalam Muh. Djaelani Prasetya, Analisis

Yuridis Mengenai Keputusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Pasal 268 ayat (3) Undang-Undang

No. 8 Tahun 1981 (Putusan Mahkamah Konstitusi No.34/PUU-XI/2013 tentang Peninjauan

Kembali), Naskah Skripsi fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar: Universitas

Hasanuddin, 2014

Tjandra, Denny dan Arfin, “Kendala Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana Korupsi Transnasional”,

Jurnal BPPK, Vol.11, No. 1, 2018.

Zulfa, Eva Achjani, “Menghancurkan Kepalsuan (Studi Tentang Tindak Pidana Pemalsuan dan Problema

Penerapannya)”, Jurnal Hukum & Pembangunan 48, No. 2, April-Juni, 2018

Laporan Tahunan Bank Permata Tahun 2005

E. Internet

Adyatama, Egi, “Dieksekusi Jaksa, Djoko Tjandra Resmi Ditahan 2 Tahun untuk Kasus Bank Bali”,

https://nasional.tempo.co/read/1371325/dieksekusi-jaksa-djoko-tjandra-resmi-ditahan-2-tahun-

untuk-kasus-bank-bali/full&view=ok, diakses 29 Agustus 2020

Agence France Presse, “Court rejects suit linked to Bank Bali graft case”, https://www.asia-pacific-

solidarity.net/news/2000-03-07/court-rejects-suit-linked-bank-bali-graft-case.html, diakses 29

Agustus 2020

Aji, M Rosseno, 2020, “Polisi: Djoko Tjandra Tak Datang Langsung Buat Surat Bebas Covid”

https://nasional.tempo.co/read/1366343/polisi-djoko-tjandra-tak-datang-langsung-buat-surat-

bebas-covid/full&view=ok, diakses pada 27 Agustus 2020

Amali, Zakki, “Kejanggalan Pinangki: Tak ‘dipamerkan’ ke Publik & Enggan Diperiksa”,

https://tirto.id/kejanggalan-pinangki-tak-dipamerkan-ke-publik-enggan-diperiksa-f1W3, diakses

29 Agustus 2020

Amali, Zakki, “Saat Negara 11 Tahun Digocek Buron Korupsi Bank Bali Djoko Tjandra”,

https://tirto.id/saat-negara-11-tahun-digocek-buron-korupsi-bank-bali-djoko-tjandra-fNia, diakses

29 Agustus 2020

Arya D M, Norbertus, Nikolaus H, 2020, “Kapolri: Copot Brigjen Prasetyo dan Lakukan Pemeriksaan”,

https://kompas.id/baca/polhuk/2020/07/15/kapolri-copot-brigjen-prasetyo-dan-lakukan-

pemeriksaan/ diakses pada 27 Agustus 2020.

BBC News UK, “Indonesia Closes Seven Banks”

http://news.bbc.co.uk/2/hi/events/indonesia/latest_news/73959.stm, diakses pada 27 Agustus 2020

CNN Indonesia, “Jaksa Agung soal Red Notice Djoko Tjandra: Nyatanya Begitulah”,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200715111418-12-524883/jaksa-agung-soal-red-

notice-djoko-tjandra-nyatanya-begitulah, diakses 27 Agustus 2020.

Page 36: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

35

CNN Indonesia, “Pengakuan Dua Jenderal Polri Terima Suap dari Djoko Tjandra”,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200826075508-12-539327/pengakuan-dua-jenderal-

polri-terima-suap-dari-djoko-tjandra, diakses 31 Agustus 2020.

Defianti, Ika, “Kronologi Pertemuan Lurah Grogol Selatan dan Djoko Tjandra Soal Penerbitan e-KTP”,

https://www.liputan6.com/news/read/4302956/kronologi-pertemuan-lurah-grogol-selatan-dan-

djoko-tjandra-soal-penerbitan-e-ktp, diakses 30 Agustus 2020.

Detik, “Bagir Manan : Putusan MK Tak bisa Dijadikan Novum”, https://news.detik.com/berita/d-

182201/bagir-manan-putusan-mk-tak-bisa-dijadikan-novum-- diakses 29 Agustus 2020

Halim, Devina, 2020, “Dipersoalkan, Surat Jalan Djoko Tjandra Rupanya Khusus Untuk Polisi”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/15/21591371/dipersoalkan-surat-jalan-djoko-tjandra-

rupanya-khusus-untuk-polisi?page=all, diakses pada 28 Agustus 2020.

Halim, Devina, “Polri Sebut Red Notice Djoko Tjandra Terhapus Otomatis, Kok

Bisa?”, https://nasional.kompas.com/read/2020/07/17/19290211/polri-sebut-red-notice-djoko-

tjandra-terhapus-otomatis-kok-bisa?page=all, diakses 27 Agustus 2020

Halim, Devina, “Surat Jalan Djoko Tjandra Antarkan Brigjen Prasetijo ke Status Tersangka”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/28/07071591/surat-jalan-djoko-tjandra-antarkan-

brigjen-prasetijo-ke-status-tersangka?page=all, diakses pada 31 Agustus 2020.

Hukum Online, “MK: Putusan Tanpa Perintah Penahanan Tetap Sah",

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50aea9e793963/mk--putusantanpa-perintah-

penahanan-tetap-sah/, diakses 25 Agustus 2020.

Hukum Online, “Pledoi Penasehat Hukum Syahril: Tuduhan Jaksa Tidak Terbukti”,

https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol4409/pledoi-penasehat-hukum-syahril-tuduhan-

jaksa-tidak-terbukti/, diakses pada 29 Agustus 2020

Jawa Pos, “Imigrasi Sebut Tak Mengetahui Perjalanan Djoko Tjandra ke Malaysia”,

https://www.jawapos.com/nasional/hukum-kriminal/13/07/2020/imigrasi-sebut-tak-mengetahui-

perjalanan-djoko-tjandra-ke-malaysia/, diakses 29 Agustus 2020

Kamil, Irfan, “Kejagung Diminta Fokus Kembalikan Kerugian Negara Terkait Kasus Djoko Tjandra”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/31/18443751/kejagung-diminta-fokus-kembalikan-

kerugian-negara-terkait-kasus-djoko?page=all, diakses tanggal 27 Agustus 2020

Kompas Cyber Media, KOMPAS.com, https://nasional.kompas.com/read/2020/08/05/0606 2561/saat-

pengacara-protes-terhadap-eksekusi-djoko-tjandra, diakses 21 Agustus 2020.

Kompas, “Djoko Tjandra Ada di Kuala Lumpur, Malaysia”, https://kumparan.com/kumparannews/djoko-

tjandra-ada-di-kuala-lumpur-malaysia-1tnI57B2udU/full, diakses 29 Agustus 2020

Kumparan, “Polri: Djoko Tjandra Bukan Konsultan Bareskrim”,

https://kumparan.com/kumparannews/polri-djoko-tjandra-bukan-konsultan-bareskrim-

1tqBekv37rg/full, diakses pada 1 September 2020.

Kumparan, https://kumparan.com/kumparannews/kejagung-siap-hadapi-otto-hasibuan-jika-eksekusi-

vonis-pk-djoko-tjandra-digugat-1tw5B2RinzD, diakses 24 Agustus 2020.

Page 37: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

36

Landler, Mark, “Baligate, and Why it Matter: Indonesia’s Recovery, and Democrasy, Tested by

Scandal”, https://www.nytimes.com/1999/09/29/business/baligate-and-why-it-matters-indonesia-

s-recovery-and-democracy-tested-by-scandal.html, diakses pada 27 Agustus 2020

Landler, Mark, “International Business; An Indonesian Banker, on Trial, Finds Fame Is No Friend”,

https://www.nytimes.com/1999/11/18/business/international-business-an-indonesian-banker-on-

trial-finds-fame-is-no-friend.html, diakses 28 Agustus 2020

Maharani, Tsarina, “Menkumham: Djoko Tjandra Sudah Tak Masuk DPO Interpol Sejak 2014.”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/02/17570081/menkumham-djoko-tjandra-sudah-tak-

masuk-dpo-interpol-sejak-2014?page=all, diakses 27 Agustus 2020

Martaon, Anggi Tondi, “Akademisi: Red Notice Berlaku Hingga Buronan Ditangkap”,

https://www.medcom.id/nasional/hukum/nbwjBGBN-akademisi-red-notice-berlaku-hingga-

buronan-ditangkap, diakses 27 Agustus 2020.

Pebrianto, Fajar, “Polri Tangkap Djoko Tjandra, Kabareskrim: Selanjutnya Ditangani Kejaksaan”,

https://nasional.tempo.co/read/1371091/polri-tangkap-djoko-tjandra-kabareskrim-selanjutnya-

ditangani-kejaksaan, diakses 29 Agustus 2020

Persada, Syailendra, “Terseret Kasus Djoko Tjandra, Kejaksaan Agung Nonaktifkan Jaksa Pinangki”,

https://nasional.tempo.co/read/1377633/terseret-kasus-djoko-tjandra-kejaksaan-agung-

nonaktifkan-jaksa-pinangki, diakses 21 Agustus 2020

PNGi, “Investigation into improper and unlawful issuance of entry permits, citizenship and passports to

Joko Tjandra: Summary Report”, https://pngiportal.org/directory/investigation-into-improper-

decision-to-engage-central-lands-limited-to-build-a-government-office-complex-summary-report,

diakses 29 Agustus 2020

Rahma, Andita, “Bareskrim Gelar Rekonstruksi Kasus Red Notice Djoko Tjandra”,

https://nasional.tempo.co/read/1380233/bareskrim-gelar-rekonstruksi-kasus-red-notice-djoko-

tjandra, diakses 29 Agustus 2020

Ramadhan, Fitra Moerat, “Jaksa Pinangki Ditahan, Diduga Terima Rp 7,4 Miliar dari Djoko Tjandra”,

https://grafis.tempo.co/read/2180/jaksa-pinangki-ditahan-diduga-terima-rp-74-miliar-dari-djoko-

tjandra , diakses 21 Agustus 2020

Reuters, “Indonesia Closes Troubled Banks as Part of Economic Bailout”,

https://www.nytimes.com/1997/11/02/world/indonesia-closes-troubled-banks-as-part-of-

economic-bailout.html, diakses 30 Agustus 2020

Rizal, Jawahir Gustav, “Djoko Tjandra Ditangkap, Ini Kegiatan yang Dilakukannya di Pontianak”,

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/31/140000765/djoko-tjandra-ditangkap-ini-kegiatan-

yang-dilakukannya-di-pontianak?page=all, diakses 27 Agustus 2020

Sahbani, Agus, “Akhirnya MK Larang Jaksa Ajukan PK”.

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5734711a1fc21/akhirnya-mk-larang-jaksa-ajukan-

pk/, diakses 29 Agustus 2020

Page 38: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/09/...Kasus-Djoko-Tjandr… · (PwC), untuk menginvestigasi kasus ini11. Setelah 2 minggu investigasi dan melibatkan 20

37

Sutrisna, Tria, “Kronologi Penerbitan e-KTP Djoko Tjandra, Pengacara Sempat Temui Lurah Grogol

Selatan”, https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2020/07/13/05150001/kronologi-penerbitan-

e-ktp-djoko-tjandra-pengacara-sempat-temui-lurah, diakses 29 Agustus 2020.

Tempo, “Dalang Dibalik Joko Tjandra”, https://majalah.tempo.co/read/opini/161252/editorial-usut-

tuntas-komplotan-joko-tjandra, diakses 21 Agustus 2020

Tempo, “Hakim Agung Artidjo Alkostar: Saya Mencari Kebenaran Sejati”,

https://majalah.tempo.co/read/hukum/121909/hakim-agung-artidjo-alkostar-saya-mencari-

kebenaran-sejati, diakses 29 Agustus 2020

Tempo, “Political Free Fall”, https://magz.tempo.co/read/8895/political-free-fall, diakses 27 Agustus

2020

Tulisan Eddy O.S Hiariej dalam Indonesia Corruption Watch, “Obstruction of Justice dan Hak

Angket DPR”, https://www.antikorupsi.org/en/node/69773, diakses pada 30 Agustus

2020.

Trianita, Linda, “Muslihat Fatwa di Menara 106, “https://majalah.tempo.co/read/laporan-

utama/161258/proposal-fatwa-us-100-juta-dari-jaksa-pinangki-kepada-joko-tjandra, diakses 21

Agustus 2020

Wijayaatmaja, Yakub Pryatama, 2020, “Bagaimana Seharusnya Prosedur Penerbitan Surat Jalan Polri?”,

https://mediaindonesia.com/read/detail/328781-bagaimana-seharusnya-prosedur-penerbitan-surat-

jalan-polri, diakses pada 27 Agustus 2020

Winarto, Yudho, “Skandal Bank Bali: kongkalingkong berbau politik”,

https://lipsus.kontan.co.id/v2/perbankan/read/325/Skandal-Bank-Bali-kongkalingkong-berbau-

politik, diakses 27 Agustus 2020

Witjaksono, Aiman, “Djoko Tjandra Masuk Indonesia, Urus KTP, Lalu Keluar Indonesia Lagi, Kok

Bisa?”, https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/13/070000365/djoko-tjandra-masuk-

indonesia-urus-ktp-lalu-keluar-indonesia-lagi-kok-bisa?page=all, diakses 29 Agustus 2020

Wayne, Arnold, “International Business; As Bank Scandal Worsens, Indonesia Assails the Auditors”,

https://www.nytimes.com/1999/09/16/business/international-business-as-bank-scandal-worsens-

indonesia-assails-the-auditors.html, diakses 29 Agustus 2020