tijauan yuridis sjsn

23
JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 2 Nomor 8 (2013) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja © Copyright 2013 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BAGI WARGA MISKIN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Ferdinandus Ami Firdaus Anggriawan 1 ([email protected]) Ivan Zairani Lisi 2 ([email protected]) Abstrak Ferdinandus Ami Firdaus A. 0710015270. Ivan Zairani Lisi SH., S.Sos., M.Hum. Insan Tajali Nur SH., M.H. Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Bagi Warga Miskin Di Kabupaten Kutai Barat. Kualitas kesehatan masyarakat Indonesia selama ini tergolong rendah. Tingkat kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang tergolong mahal. Kesehatan adalah hak dan investasi, setiap warga negara berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin, untuk itu diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan tersebut, Negara telah menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan kajian terhadap pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat bagi warga miskin di Kabupaten Kutai Barat, apakah telah berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan empiris, yaitu penelitian untuk menganganalisis ketentuan peraturan pokok tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dan sumber-sumber hukum yang berlaku dan akan dilanjutkan dengan meneliti bagaimana implementasi yang diterapkan dilapangan. 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Upload: arul-m-yamani

Post on 31-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sister Jamainan Sosial Nasional

TRANSCRIPT

Page 1: tijauan yuridis sjsn

JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 2 Nomor 8 (2013) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja © Copyright 2013

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM

JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BAGI WARGA MISKIN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

Ferdinandus Ami Firdaus Anggriawan1 ([email protected])

Ivan Zairani Lisi2 ([email protected])

Abstrak

Ferdinandus Ami Firdaus A. 0710015270. Ivan Zairani Lisi SH., S.Sos., M.Hum. Insan Tajali Nur SH., M.H. Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Bagi Warga Miskin Di Kabupaten Kutai Barat.

Kualitas kesehatan masyarakat Indonesia selama ini tergolong rendah. Tingkat

kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang tergolong mahal. Kesehatan adalah hak dan

investasi, setiap warga negara berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin, untuk itu diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya

pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan tersebut, Negara telah

menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan kajian terhadap pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat bagi warga miskin di Kabupaten Kutai

Barat, apakah telah berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

903/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat, Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan empiris, yaitu penelitian untuk

menganganalisis ketentuan peraturan pokok tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

903/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat dan sumber-sumber hukum yang berlaku dan akan dilanjutkan dengan meneliti bagaimana implementasi yang diterapkan dilapangan.

1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Page 2: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

2

Bahwa pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di kampung Tiong Ohang kecamatan Long Apari Kabupaten Kutai Barat masih

belum berjalan sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Sasaran yang

tidak tepat, pelayanan kesehatan yang belum efektif, pendanaan program yang belum jelas, serta pengorganisasian, peran dan fungsi pemerintah yang tidak

optimal. Saran penulis agar pemerintah lebih serius dalam melakukan sosialisasi dan

koordinasi serta melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan pihak pemberi

pelayanan kesehatan demi terwujudnya program Jaminan Kesehatan Masyarakat yang efektif.

Kata kunci : Jaminan Kesehatan Masyarakat

Page 3: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan sarana yang penting untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahwa pada hakekatnya pembangunan

nasional itu adalah pembangunan manusia seutuhnya yaitu untuk membangun

kesejahteraan masyarakat Indonesia seluruhnya, sedangkan tujuan

pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan

makmur yang merata berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara Republik Indonesia.

Ruang lingkup pembangunan nasional sangat luas, maka

pelaksanaannya harus secara berencana, menyeluruh, bertahap dan berlanjut.

Pada tiap-tiap tahap diharapkan dicapai keselarasan dalam kemajuan lahiriah dan

batiniah yang merata mencakup seluruh rakyat, dengan kadar keadilan sosial

yang meningkat, dengan demikian pembangunan adalah suatu proses yang

berjalan terus menerus. Masyarakat adalah pelaksana utama pembangunan

sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing dan

menciptakan suasana yang menunjang menuju tercapainya tujuan pembangunan

nasional. Kesehatan adalah hak dan investasi, setiap warga negara berhak atas

kesehatannya termasuk masyarakat miskin, untuk itu diperlukan suatu sistem

yang mengatur pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk

tetap hidup sehat. Kualitas kesehatan masyarakat Indonesia selama ini tergolong

rendah, selama ini masyarakat terutama masyarakat miskin cenderung kurang

memperhatikan kesehatan mereka. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya

tingkat pemahaman mereka akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan,

Page 4: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

4

padahal kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan

sangatlah penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Disisi lain, rendahnya derajat kesehatan masyarakat dapat pula disebabkan oleh

ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena

mahalnya biaya pelayanan yang harus dibayar. Tingkat kemiskinan menyebabkan

masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan

yang tergolong mahal. Jika tidak segera diatasi, kondisi tersebut akan

memperparah kondisi kesehatan masyarakat Indonesia, karena krisis ekonomi

telah meningkatkan jumlah masyarakat miskin dan mengakibatkan naiknya biaya

pelayanan kesehatan, sehingga semakin menekan akses mereka karena biaya

yang semakin tak terjangkau.

Mengingat kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan

masyarakat, maka pemerintah harus menciptakan suatu pembangunan kesehatan

yang memadai sebagai upaya perbaikan terhadap buruknya tingkat kesehatan

selama ini. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

pasal 28 H ayat (1) telah diatur hak untuk memperoleh hidup sehat. Dan dalam

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 pasal 4

tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan.

Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh

perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur

agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu.

Page 5: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

5

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sejak

tahun 2005 Pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi hambatan dan

kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen

Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero). Program ini dalam

perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui berbagai perubahan-

perubahan. Meskipun program Jaminan Kesehatan Masyarakat bagi warga miskin

ini telah dilaksanakan dan telah berjalan, pada kenyataannya pelaksanaan

program dilapangan khususnya di Kabupaten Kutai Barat belum berjalan secara

optimal karena masih banyak ditemukan berbagai hambatan dan kendala yang

dihadapi. Adanya hambatan dan kendala yang dihadapi berpengaruh sangat

besar dalam manghambat kelancaran program jaminan kesehatan masyarakat

miskin. Salah satu syarat keberhasilan program ini sangat tergantung pada

ketepatan pengidentifikasian sasaran.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka

dapat disampaikan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa Saja Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat Bagi Warga Miskin Di Kabupaten Kutai Barat?

2. Upaya Hukum Yang Dilakukan Oleh Masyarakat Untuk Mendapatkan

Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Bagi Warga Miskin Di

Kabupaten Kutai Barat?

Page 6: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

6

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan beberapa hal sebagai

berikut :

Untuk mengetahui hambatan yang timbul dalam Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat Bagi Warga Miskin Di Kabupaten Kutai Barat.

Untuk mengetahui upaya hukum yang dilakukan masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Bagi Warga Miskin Di Kabupaten Kutai

Barat.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Menurut jenis sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif yaitu

suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi data yang seteliti

mungkin tentang manusia atau gejala-gejala lainnya. Penelitian ini

bersifat pemaparan dan menjelaskan untuk memperoleh gambaran

secara menyeluruh dan sistematis mengenai pelaksanaan jaminan

kesehatan masyarakat bagi warga miskin di Kabupaten Kutai Barat.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan penelitian

empiris yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer.

Yang artinya penulisan skripsi ini berdasarkan atas suatu kajian aspek

hukum yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku dan norma–

norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sehingga dapat

Page 7: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

7

diketahui prosedur pelaksanaan jaminan kesehatan bagi masyarakat

miskin di Kabupaten Kutai Barat.

3. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan strategi penelitian untuk menyelesaikan,

memecahkan, mencari solusi yang efektif dan efisien terhadap

permasalahan penelitian yang telah dirumuskan sehingga mencapai

tujuan yang diinginkan. Pendekatan masalah yang akan dilakukan oleh

penulis adalah sosiologi approach, yaitu membahas permasalahan yang

terjadi di dalam masyarakat dengan melakukan wawancara kepada pihak-

pihak yang terkait untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh

penulis, serta meninjau pada undang-undang yang berlaku (statute

approach).

4. Lokasi Penelitian

Pada bagian ini memuat tentang tempat dimana penelitian tersebut

dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berasal dari responden

yaitu masyarakat kampung Tiong Ohang dan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Kutai Barat. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kampung

Tiong Ohang Kecamatan Long Apari dan di Dinas Kesehatan Komplek

Perkantoran Pemkab Kubar Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai

Barat.

Page 8: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

8

5. Waktu dan Jadwal Penelitian

Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini menurut persetujuan dan

penunjukan dosen pembimbing penulis adalah sejak tanggal 16 Januari

2012 dan berakhir tanggal 16 Juni 2012.

PEMBAHASAN

Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 28H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

tersebut mengisyaratkan bahwa setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak

memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung

jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu. Jamkesmas adalah program jaminan

kesehatan yang diperuntukan bagi masyarakat yang tidak mampu atau miskin.

Program Jamkesmas memberikan perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk

menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh

pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat terpenuhi.

Iuran bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dalam Program Jamkesmas

bersumber dari Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) dari mata

anggaran kegiatan belanja bantuan sosial. Pada hakikatnya pelayanan kesehatan

terhadap peserta menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu seluruh daerah,

termasuk Kabupaten Kutai Barat sangat diharapkan dapat berpartisipasi

membantu pemerintah pusat didalam pengembangan Jaminan Kesehatan ini.

Untuk itu pemerintah Kabupaten Kutai Barat berkewajiban memberikan kontribusi

Page 9: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

9

bagi daerahnya sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal bagi masyarakat

miskin. Program Jamkesmas diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial.

Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mewujudkan

portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang disediakan

Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah di Indonesia

termasuk Kabupaten Kutai Barat, dan agar terjadi subsidi silang dalam rangka

mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di kampung Tiong

Ohang kecamatan Long Apari Kabupaten Kutai Barat, beberapa hambatan yang

dihadapi dalam pelaksanaan program jamkesmas antara lain meliputi :

a. Sasaran Kepesertaan

Sasaran kepesertaan yang belum tepat dan akurat. Data peserta Jamkesmas

masih mengacu pada data makro BPS Tahun 2008, dan ditetapkan by name by

address oleh Bupati. Dengan demikian masih banyak terjadi kendala perubahan-

perubahan data di lapangan seperti banyaknya kelahiran baru, kematian, pindah

tempat tinggal, perubahan tingkat sosial ekonomi dan masih ada warga yang

telah di data namun tidak mendapatkan kartu peserta jamkesmas, serta masih

ada warga yang seharusnya menjadi peserta jamkesmas namun tidak terdaftar

menjadi peserta jamkesmas. Menurut penulis seharusnya Pemerintah melakukan

pembaharuan data penduduk secara berkala, tidak berpatokan pada data-data

yang terdahulu. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat bahwa perubahan data-

data penduduk yang ada dilapangan seperti yang telah disebutkan sebelumnya,

bisa terjadi setiap hari bukan setiap beberapa tahun sekali. Pembaharuan data-

data penduduk secara berkala penting dilakukakan demi mendapatkan data yang

akurat, sehingga sasaran peserta Jamkesmas tepat sasaran.

Page 10: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

10

Selain masalah yang ada di atas ternyata masih ada masalah lain yaitu

penyalahgunaan rekomendasi dari institusi yang berwenang, penyalahgunaan

kartu oleh yang tidak berhak. Permasalahan tersebut di atas disebabkan masih

belum adanya kesamaan persepsi antara Verifikator Independen, Petugas di

lapangan dan fasilitas kesehatan.

b. Pelayanan Kesehatan

Kendala dalam pelayanan kesehatan antara lain sebagai berikut :

1) Masih terdapat penolakan pasien Jamkesmas dengan alasan kapasitas puskesmas sudah penuh (meskipun kasusnya sangat sedikit).

2) Masih ada pasien jamkesmas yang belum terlayani secara baik.

3) Sistem rujukan belum berjalan dengan optimal, peserta jamkesmas masih dimintai surat keterangan miskin oleh pihak rumah sakit yang diketahui

oleh pejabat kampung. Seharusnya pihak Rumah Sakit meminta surat keterangan miskin kepada masyarakat yang hendak mengakses

pelayanan program jamkesmas tetapi tidak memiliki kartu peserta

jamkesmas tapi benar miskin dan tidak terdaftar pada kepesertaan jamkesmas.

4) Puskesmas belum menerapkan kendali mutu dan kendali biaya, peserta jamkesmas masih dikenakan biaya dalam mendapatkan obat, AMHP dan

darah serta penyediaan dan distribusi obat belum mengakomodasi kebutuhan pelayanan obat program jamkesmas di Tiong Ohang.

5) Penetapan status kepesertaan jamkesmas atau bukan peserta jamkesmas

sejak awal masuk rumah sakit. 6) Prosedur yang berbelit-belit seakan peserta sedikit dipersulit dalam

mengakses program jamkesmas. 7) Keterbatasan fasilitas kesehatan yaitu keberadaan puskesmas yang hanya

ada satu di kecamatan Long Apari yang berpusat di kampung Tiong

Ohang, sementara jarak antara tiap kampung sangat jauh yang minimal dapat ditempuh dalam waktu paling cepat berkisar satu jam lamanya.

Sedangkan Rumah Sakit hanya berada pada ibukota Kabupaten Kutai Barat, jarak antara kecamatan Long Apari ke ibukota Kabupaten Kutai

Barat sangat jauh yakni ditempuh selama kurang lebih dua hari dua malam lamanya dan hanya dapat ditempuh melalui transportasi sungai.

Untuk mengakses Rumah Sakit yang berada di ibukota Kabupaten Kutai

Barat peserta jamkesmas juga dihadapkan dengan biaya transportasi dan akomodasi yang sangat besar.

8) Keterbatasan sumber daya manusia, tenaga medis pemberi pelayanan kesehatan yang masih sangat minim, hanya ada satu dokter umum dan

beberapa tenaga pembantu dokter seperti perawat, bidan dan mantri.

Keterbatasan sumber daya manusia dilengkapi pula dengan kualitas pelayanan yang masih rendah. Seperti pada saat jam kerja tidak ada

dokter atau perawat di tempat dengan berbagai alasan. Seharusnya

Page 11: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

11

profesi seperti dokter atau perawat pada saat jam kerja wajib ada di

tempat, karena keadaan darurat yang berhubungan dengan kesehatan bisa terjadi kapan saja. Sehingga sudah seharusnya tenaga medis seperti

dokter dan perawat berada ditempat dan selalu siaga pada saat jam

kerja.

c. Pendanaan Program

Pertanggungjawaban pendanaan fasilitas kesehatan pada pelaksanaan

Jamkesmas masih ditemukan dua permasalahan pokok yaitu mengenai teknis

penerapan INA-DRGs dan ketepatan waktu pengiriman klaim. Permasalahan

teknis dalam penerapan pola pembayaran INA-DRGs antara lain:

1) Belum komprehensifnya pemahaman penyelenggaraan pola pembayaran

dengan INA-DRGs terutama oleh dokter dan petugas lainnya yang

menyebabkan belum terlaksananya pelayanan yang efisien dan

mengakibatkan biaya pembayaran paket seringkali dianggap tidak

mencukupi.

2) Belum semua RS memiliki kode RS dan penetapan kelas RS.

3) Belum semua RS pengampu dapat memberikan pembinaan tentang pola

pembayaran dengan INA-DRGs kepada RS di sekitarnya secara optimal.

Permasalahan waktu pengiriman klaim, yaitu ketidaktepatan waktu dalam

mengirimkan pertanggungjawaban klaim, bahkan masih ditemukan

beberapa rumah sakit belum dapat menggunakan format INADRGs secara

benar. Hal-Hal tersebut diatas yang menyebabkan peserta Jamkesmas

terkadang dikenakan biaya pengobatan, padahal peserta Jamkesmas

merupakan tanggungan Pemerintah. Hal tersebut sudah diatur oleh

Negara untuk mempermudah masyarakat miskin dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan namun pada kenyataannya yang terjadi dilapangan

masyarakat miskin terbentur kembali pada masalah biaya pengobatan.

Dengan demikian, perlu kerja keras RS dan Tim Pengelola Pusat dan

Daerah agar pertanggungjawaban keuangan dapat diselenggarakan

sesuai dengan pengaturannya.

Page 12: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

12

d. Peran dan Fungsi Pemerintah Kabupaten

Kinerja Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Kabupaten dirasakan masih belum

berjalan secara optimal. Kendala yang dihadapi adalah operasional kegiatan

seperti kegiatan sosialiasi tentang pelaksanaan program ini kepada masyarakat

masih kurang optimal, hal tersebut ditandai dengan masih terdapat peserta yang

kurang paham tentang program jamkesmas sehingga tidak antusias terhadap

program ini serta tidak menggunakan kartu peserta jamkesmas dengan

sebagaimana mestinya. Hal tersebut juga dapat dilihat pada masyarakat yang

lebih memilih untuk berobat ke pengobatan tradisional atau dukun kampung.

Keseriusan peran dan fungsi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

sangat penting dalam mengkoordinasikan juga mensosialisasikan Program

Jamkesmas kepada seluruh masyarakat miskin. Apabila maksud dan tujuan dari

diselenggarakannya Program Jamkesmas ini tersampaikan dengan baik dan benar

kepada masyarakat, sudah pasti peserta Jamkesmas dapat merasakan manfaat

dari Program Jamkesmas.

Adapun prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta

jamkesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Peserta yang memerlukan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan

jaringannya 2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukan

kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunanan

SKTM berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya.

Page 13: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

13

3. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan,

maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukan sejak awal

sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus gawat

darurat.

Pelayanan tersebut meliputi :

1. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit,

BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM; 2. Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit;

3. Pelayanan obat-obatan; 4. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic; dan

5. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan RS peserta harus menunjukkan kartu

peserta. Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero)

mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.

Dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 Pasal 19 Ayat 2 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional disebutkan bahwa Jaminan kesehatan diselenggarakan

dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Dan

di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat juga menyebutkan bahwa manfaat jaminan yang diberikan

kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh

(komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan

medik.

Adapun standar pelayanan kesehatan berdasarkan Pasal 21 Undang Undang

Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik meliputi ;

1. Dasar Hukum

2. Persyaratan

3. Sistem, mekanisme dan prosedur

Page 14: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

14

4. Jangka waktu penyelesaian 5. Biaya/tariff

6. Produk pelayanan 7. Sarana, Prasarana dan atau fasilitas

8. Kompetensi pelaksana

9. Pengawasan internal 10. Penanganan pengaduan, saran dan masukan

11. Jumlah pelaksana 12. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan

sesuai dengan standar pelayanan

13. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko

keraguraguan 14. Evaluasi kinerja pelaksana

Peserta Jamkesmas di kampung Tiong Ohang kecamatan Long Apari

Kabupaten Kutai Barat seharusnya mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang

sama seperti masyarakat umumnya dengan adanya program yang dilaksanakan

oleh pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi pada

kenyataannya dilapangan tidak demikian. Masalah kesehatan adalah masalah

bangsa yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak sehingga diperlukan

implementasi tentang pelayanan kesehatan yang baik dan benar. Pemerintah

dalam hal ini mempunyai peran yang sangat penting, hal tersebut tertuang dalam

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

yaitu :

Pasal 14

Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya

kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Page 15: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

15

Pasal 15

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan,

fasilitas kesehatan, baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pasal 16

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang

kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pasal 17

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,

edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan

memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pasal 18

Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif

masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

Pasal 19

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya

kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau.

Setelah memperhatikan dan mencermati peraturan-peraturan tersebut,

pelaksanaan program Jamkesmas di kampung Tiong Ohang kecamatan Long

Apari kabupaten Kutai Barat belum sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/PER/V/2011

tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, Undang

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang Undang Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, serta Undang Undang Dasar

Page 16: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

16

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karena pada kenyataannya di lapangan,

masyarakat miskin yang merupakan subjek utama dalam program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang seharusnya terjamin secara penuh

dalam pelayanan kesehatannya serta perlindungan dalam memenuhi kebutuhan

dasar kesehatan masih belum dapat merasakan manfaat dari adanya program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Upaya Hukum

Pemerintah harus mengakui bahwa hingga saat ini masih terdapat banyak

permasalahan dalam pelaksanaan program jamkesmas yang ditemukan penulis

dalam penelitian ini. Permasalahan pelaksanaan program jamkesmas ini menjadi

kendala dalam mencapai suksesnya tujuan pemerintah untuk menciptakan

pelayanan kesehatan yang merata terhadap masyarakat miskin secara gratis.

Mengenai pelaksanaan Program Jamkesmas untuk masyarakat miskin ini

telah diatur oleh undang-undang, sehingga jika terjadi penyimpangan dalam

pelaksanaan program tersebut apalagi terdapat pihak yang dirugikan dapat

mengambil tindakan seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/PER/V/2011 tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, penyampaian keluhan atau

pengaduan dapat disampaikan oleh masyarakat penerima pelayanan, masyarakat

pemerhati dan petugas pemberi pelayanan kesehatan serta pelaksana

penyelenggara program.

Page 17: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

17

Penanganan keluhan atau pengaduan peserta Jamkesmas dapat dilakukan

dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Semua keluhan atau pengaduan harus memperoleh penanganan dan

penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta

diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikan.

2. Untuk menangani keluhan atau pengaduan dibentuk unit pengaduan

masyarakat (UPM) atau memanfaatkan unit yang telah ada di Rumah

Sakit atau Dinas Kesehatan.

3. Penanganan keluhan dilakukan secara berjenjang dari UPM atau unit

yang telah ada yang terdekat dengan sumber pengaduan di kabupaten

dan apabila belum terselesaikan dapat dirujuk ketingkatan yang lebih

tinggi.

Apabila tidak ada tanggapan yang memuaskan dari pihak Puskesmas atau

pihak Rumah Sakit maka peserta jamkesmas dapat mengambil langkah hukum.

Pasien atau peserta Jamkesmas selaku konsumen yang mengalami kerugian

dapat mengajukan gugatan kepada puskesmas atau Rumah Sakit selaku pelaku

usaha. Berdasarkan Pasal 45 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, langkah hukum penyelesaian sengketa yang dapat

ditempuh adalah sebagai berikut :3

1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan

pelaku usaha melalui pengadilan yang berada dilingkungan umum. 2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan

atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang

bersengketa. 3. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada

ayat 2, tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang.

3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Page 18: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

18

4. Apabila telah dilakukan penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila

upaya tersebut diatas dinyatakan gagal atau tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Dalam hal ini gugatan tersebut dapat dilakukan perorangan atau lebih dari

satu yang sesuai dengan pasal 46 Undang-undang Perlindungan Konsumen.

Dalam hal ini juga diatur penyelesaian sengketa diluar pengadilan yaitu pada

pasal 47 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

yang berbunyi : Penyelesaian sengketa diluar pengadilan diselenggarakan untuk

mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan atau

mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak

akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. Selanjutnya pada

pasal 48 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

diatur pula penyelesaian sengketa melalui pengadilan yang mengacu pada

ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan

ketentuan dalam pasal 45 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan pasal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa apabila terjadi

sengketa hukum maka ada dua macam cara penyelesaiannya, yaitu :

a. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non litigasi)

Pada bagian ini penyelesaian sengketa hukum dapat dilakukan tanpa melalui

pengadilan, dilakukan dengan mengambil jalan damai melalui pihak ketiga yang

dalam hal ini suatu lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara kedua

belah pihak. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dalam prakteknya

dapat ditempuh dengan beberapa macam, yaitu :

Page 19: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

19

1) Negoisasi

Negoisasi merupakan komunikasi dua arah ketika masing-masing pihak saling

mengemukakan keinginannya. Negoisasi adalah proses upaya untuk mencapai

kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang

dinamis dan beraneka ragam. Atau bisa dikatakan, negoisasi merupakan proses

tawar-menawar dari masing-masing pihak untuk mencapai kesepakatan.

2) Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan perantaraan pihak

ketiga (mediator), yakni pihak yang member masukan-masukan kepada para

pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka. Namun, pada masing-masing pihak

tidak terdapat kewajiban untuk menaati apa yang disarankan oleh mediator.

Mediasi dapat dilakukan di pengadilan atau di luar pengadilan, tergantung

keinginan kedua belah pihak.

3) Konsiliasi

Adapun Konsiliasi prosesnya hampir sama dengan mediasi, tetapi biasanya

diatur oleh undang-undang. Ketika suatu pihak diwajibkan hadir, konsiliator

sebagai pihak ketiga cenderung menekan dan bertanggung jawab atas norma

sesuai undang-undang atau badan terkait, dan langkah hukum akan diambil bila

kesepakatan tidak tercapai.

4) Arbitrase

Arbitrase yaitu penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase. Artinya,

penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim

berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk atau menaati keputusan

yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau mereka tunjuk

b. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi)

Pada bagian ini penyelesaian sengketa dilakukan melalui jalur atau meja

pengadilan. Hal ini diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen pasal

48 yaitu penyelesaian sengketa melalui pengadilan mengacu pada ketentuan

tentang pengadilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan pasal

Page 20: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

20

45. Dengan demikian jelas bahwa penyelesaian permasalahan hukum yang

dihadapi oleh peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat dapat diselesaikan melalui

dua cara, yaitu melalui jalur pengadilan (litigasi) ataupun jalur diluar pengadilan

(non litigasi). Langkah-langkah penyelesaian permasalahan hukum tersebut

dapat diambil dan ditempuh tentunya dengan mengacu pada tata aturan dan

perundang-undangan yang berlaku. Untuk membantu penyelesaian permasalahan

hukum yang dihadapi masyarakat miskin tersebut, Negara telah membentuk

peraturan yang bertujuan untuk menjamin dan memenuhi hak serta mewujudkan

hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan

kedudukan di dalam hukum yaitu Undang-undang nomor 16 Tahun 2011 tentang

Bantuan Hukum. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang

Bantuan Hukum, menyebutkan bahwa :4

1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.

2. Penerima bantuan hukum adalah orang atau kelompok orang miskin.

Bantuan hukum yang diberikan kepada penerima bantuan hukum meliputi

masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha Negara baik melalui

pengadilan ataupun diluar pengadilan. Masyarakat miskin selaku penerima

bantuan hukum berhak mendapatkan bantuan hukum hingga masalah hukumnya

selesai atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, selama

penerima bantuan hukum tidak mencabut surat kuasa.

4 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

Page 21: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

21

PENUTUP

Kesimpulan

1. Bahwa pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di

kampung Tiong Ohang kecamatan Long Apari Kabupaten Kutai Barat masih

belum berjalan sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku yaitu Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Hal

ini disebabkan dengan adanya beberapa permasalahan yang timbul sebagai

faktor penghambat dalam pelaksanaan program ini. Beberapa permasalahan

yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program ini antara lain

sebagai berikut :

a. sasaran kepesertaan yang masih belum tepat sasaran

b. pelayanan kesehatan yang masih sangat jauh dari harapan yang

dipengaruhi oleh minimnya fasilitas kesehatan serta tenaga medis

sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang tidak optimal

c. pendanaan program yang masih belum jelas untuk peserta

d. serta pengorganisasian, peran dan fungsi pemerintah kabupaten yang

masih kurang optimal dalam mensosialisasikan program ini kepada

masyarakat sehingga masih banyak ditemukan peserta yang belum

mengerti hak dan kewajiban mereka.

2. Masyarakat miskin dapat menyelesaikan permasalahan hukum melalui dua

cara, yaitu jalur litigasi dan non litigasi. Kedua upaya hukum yang ditempuh

masyarakat miskin ini dapat ditunjang dengan adanya bantuan hukum yang

disediakan oleh Negara yang bertujuan untuk menjamin masyarakat miskin

dalam menghadapi permasalahan hukum hingga selesai.

Page 22: tijauan yuridis sjsn

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 8

22

Saran

1. Demi terwujudnya program ini pemerintah diharapkan dapat meningkatkan

kinerja dalam mensosialisaikan kepada masyarakat tentang program jaminan

kesehatan masyarakat, turut mengawasi sacara langsung pelaksanaan

program ini serta cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan-

permasalahan yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program

ini sehingga dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat.

2. Menurut penulis, permasalahan dilapangan tidak akan terjadi jika Pihak

pemberi pelayanan kesehatan menjalankan kewajibannya dengan benar

sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Pemerintah

juga seharusnya turut mengawasi pelaksanaan program Jaminan Kesehatan

Masyarakat. Dengan melakukan koordinasi yang benar kepada pihak pemberi

pelayanan kesehatan agar melakukan tugas dan kewajibannya sesuai

peraturan yang berlaku. Serta tidak lupa pula untuk melakukan sosialisasi

secara optimal kepada masyarakat miskin selaku peserta Jaminan Kesehatan

Masyarakat agar peserta benar-benar mengetahui dan paham apa saja yang

menjadi hak dan kewajiban dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Dengan demikian para pihak dapat mengetahui batasan hak dan kewajiban

masing-masing, sehingga pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat dapat berjalan secara efektif.

Page 23: tijauan yuridis sjsn

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Program (Ferdinandus Ami)

23

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arikunto, Suharsimi. Dr. Prof, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Edisi Revisi V, Jakarta

Hadi ,Sutrisno, 1989, Metode Research, Andi Offset, Yogyakarta

Kusuma, Hadi, 1995, Metode Pendekatan Pembuatan Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung

Salim, Emil, 1991, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, PT Mediyatama, Jakarta

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta Soekanto, Soerjono, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Jakarta

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat

C. Dokumen Hukum, Hasil Penelitian, Tesis dan Disertasi

Peksa, Rheka Mardiawati, (2009), “Pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1079/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Jaminan Kesehatan

Masyarakat (JAMKESMAS) Di Kota Samarinda. (Studi Di wilayah RT 23

Di Kelurahan Sungai Dama)”, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda.

D. Artikel, Jurnal Ilmiah, Artikel Koran, Artikel Internet dan Makalah

Seminar

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Sugiyono, 2002, Statistika Untuk Penelitian www.ppjk.depkes.go.id/index.php/agenda/html diakses tanggal 20 Februari 2012