tgs.dr.nas.docx
TRANSCRIPT
TUGASETIKA DAN HUKUM KESEHATAN(DOSEN : dr. NASRUDDIN. Sp.OG )
JAMKESMAS SEBAGAI SALAH SATU IMPLEMENTASI FUNGSI SOSIAL RUMAH
SAKIT
OLEH : MUALIMAHNIM : 2011 08 559
KONSENTRASI RUMAH SAKITPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada mulanya Rumah Sakit di Indonesia banyak didirikan
dengan tujuan Sosial tanpa terlalu mempertimbangkan segi ekonomi
pada masa itu kebanyakan Rumah Sakit mendapat subsidi dari
pemerintah maupun dari badan misi Sosial keagamaan baik dari dalam
negri maupun bantuan dari luar negri.Fungsi social berarti bahwa sebuah
Rumah Sakit harus melayani pasien atas dasar kebutuhan mediknya dan
bukan berdasarkan kemampuan pasien untuk membayar pelayanan
medis yang telah didapatkannya.
Baik Rumah Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta
mempunyai kewajiban dalam melaksanakan fungsi Sosial Rumah
Sakit .Rumah Sakit sebagai Institusi Kesehatan terikat PERMENKES no
378 th 1993 yang mengatur tentang pelayanan Fungsi social Rumah
Sakit.Di dalam peraturan tersebut telah tertuang beberapa ketentuan
yang harus dijalankan oleh Rumah Sakit sehingga sarana kesehatan
umum dalam menjalankan usahanya.Bahwa Rumah Sakit wajib
menjalankan Fungsi social seperti pengaturan tariff pelayanan dengan
member keringanan atau pembebasan biaya pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang kurang mampu dan pelayanan gawat darurat 24 jam
tanpa mensyaratkan uang muka tetapi mengutamakan Kesehatan. Di
masa lalu, RS nirlaba mendapat bantuan dari pemerintah maupun dari
donasi. Namun, saat ini sudah tidak tersedia lagi bantuan subsidi dari
pemerintah. Sementara, donasi pun semakin lama semakin jarang. Selain
itu, tidak ada dorongan untuk memberi donasi kepada RS. Sumbangan
bagi RS tidak dapat diperhitungkan sebagai salah satu komponen
pengurangan pajak bagi donatur. Tidak mengherankan bila RS nirlaba
terpaksa bergantung kepada penerimaan dari pasien, sebagai sumber
penghasilan untuk menutup biaya operasional. Sehingga, banyak yang
berpandangan bahwa RS nirlaba pun bertindak komersial;
Dalam perkembangannya Rumah Sakit disamping menjalankan fungsi
sosialnya juga menjalankan fungsi ekonomi sekaligus dengan demikian
untuk mempertahankan operasional Rumah Sakit maka Rumah Sakit
harus mencari keseimbangan antara fungsi social dan fungsi ekonomi .
Kemudian sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34
ayat 2 yang menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem
Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dimasukkannya
Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, dan terbitnya UU
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku
kepentingan terkait harus memiliki komitmen yang besar untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Karena melalui
SJSN sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial pada hakekatnya
bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Berdasarkan konstitusi dan undang-undang tersebut,
pemerintah melakukan upayaupaya untuk menjamin akses penduduk
miskin terhadap pelayanan kesehatan, diantaranya adalah Program
Jaringan Pengaman Sosial Kesehatan (JPS-BK) tahun 1998-2000, Program
Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDSE) tahun 2001, dan Program
Kompensasi
Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) tahun
2002-2004. Pada awal tahun 2005, melalui Keputusan Menteri Kesehatan
1241/Menkes/XI/04 pemerintah menetapkan program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) melalui pihak
ketiga, yaitu, PT Askes (persero) Program ini lebih dikenal sebagai
program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin). Program
Askeskin merupakan kelanjutan dari PKPS-BBM yang telah dilaksanakan
sebelumnya, dimana pembiayaannya didanai dari subsidi BBM yang telah
dikurangi pemerintah untuk dialihkan menjadi subsidi di bidang
kesehatan. Program Askeskin (2005-2007) kemudian berubah nama
menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sejak
tahun 2008 sampai dengan sekarang. JPKMM/Askeskin, maupun
Jamkesmas kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu melaksanakan
penjaminan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak
mampu dengan menggunakan prinsip asuransi kesehatan sosial.
Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip
penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam UU SJSN, yaitu dikelola
secara nasional, nirlaba, portabilitas, transparan, efisien dan efektif.
Pelaksanaan program Jamkesmas tersebut merupakan upaya untuk
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan
diserahkannya kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai UU
SJSN.
BAB IITNJAUAN TEORI
A.RUMAH SAKIT DAN SEJARAHNYA
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan
tenaga ahli kesehatan lainnya. Selama Abad pertengahan, rumah sakit
juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal di zaman
sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau
persinggahan musafir. Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata
Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan
hospitality (keramahan).Beberapa pasien bisa hanya datang untuk
diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan,
atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau
bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari
kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan medis secara
menyeluruh kepada pasien.
Tugas dan Fungsi
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang
medis tambahan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
Melaksanakan pelayanan medis khusus,
Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat
tinggal (observasi),
Melaksanakan pelayanan rawat inap,
Melaksanakan pelayanan administratif,
Melaksanakan pendidikan para medis,
Membantu pendidikan tenaga medis umum,
Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah
sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana
teknis daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadii
sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh
menteri kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen yan medik.
Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan
oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada
zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani anggota militer
beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan
pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini
berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok
agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta.
Rumah sakit ini juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan
gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah
menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi
bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka
tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat di
rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik bayaran
termasuk pegawai VOC.
2. Jaminan sosial
Jaminan sosial (social security) adalah sistem atau skema
pemberian tunjangan yang
menyangkut pemeliharaan penghasilan (income maintenance). Di AS dan
beberapa
negara Eropa, jaminan sosial mencakup bantuan sosial (social
assistance), yakni bantuan
uang atau barang yang biasanya diberikan kepada kelompok miskin
tanpa mempertimbangkan kontribusinya. Anak telantar, jompo telantar,
penyandang cacat yang tidak mampu bekerja biasanya merupakan
sasaran utama bantuan sosial. Sebagai pelayanan sosial publik, jaminan
sosial merupakan perangkat negara yang didesain untuk menjamin
bahwa setiap orang sekurang-kurangnya memiliki pendapatan minimum
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya Dalam sebuah
masyarakat yang beradab, tidak boleh ada seorangpun yang berada
dalam posisi dimana mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.
Pelayanan kesehatan Rumah Sakit dapat dipandang sebagai
aspek penting dalam kebijakan sosial.Kesehatan merupakan faktor
penentu bagi kesejahteraan sosial pelayanan kesehatan bukanlah
monopoli pemerintah saja. Namun, seperti halnya jaminan sosial dan
perumahan, pelayanan kesehatan publik juga sebagian besar
diperuntukkan bagi warga kurang mampu. Skema pelayanan kesehatan
public biasanya erat kaitannya dengan sistem jaminan sosial, terutama
asuransi sosial, karena sebagian pelayanannya menyangkut atau
berbentuk asuransi kesehatan. Selain itu, peran pemerintah dalam
pelayanan kesehatan publik ini juga mencakup kepemilikan rumah sakit
dan pusat-pusat kesehatan, termasuk penetapan kebijakan terhadap
penyelenggara dan penyedia perawatan kesehatan yang dilakukan oleh
pihak swasta.
BAB III
PEMBAHASAN
1.FUNGSI SOSIAL RUMAH SAKIT
Istilah pelayanan sosial dan fungsi sosial walaupun sementara
orang ada yang berpendapat kedua kata tadi tidak harus sama.
Alasannya yang pertama berasal dari kata Social Service sedangkan yang
kedua diterjemahkan dengan kata Sosial Fungsi.
Jika dicermati lebih dalam maka ,istilah Peranan Sosial RS yang
bila dijabarkan maka artinya mirip dengan pengertian fungsi sosial
institusi ini. Yang terakhir ini mungkin lebih berat tanggung jawab sosial
RS yang bermunculan belakangan. Ini makanya lebih berat karena
dikaitkan dengan tanggung jawab moral RS terhadap masyarakat
Ada satu kesamaan dalam arti istilah-istilah tadi dikaitkan
dengan kemauan atau mungkin lebih tepat disebut keharusan RS
melayani penderita yang kurang atau tidak mampu. Lebih jauh disepakati
pula, bahwa istilah-istilah ini mencakup arti pemberian pelayanan gawat
darurat tanpa memperhatikan unsur kesanggupan para pembayar dan
pasien.
Dari bahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa tantangan
dalam pengelolaan RS dikaitkan dengan peningkatan pelayanan RS perlu
ditinjau dari aspek Makro dan Mikro.
Tantangan Makro dan Antisipasinya Tantangan makro dalam
peningkatan pelayanan sosial RS terjadi dalam hal keseragaman
pengertian tentang fungsi sosial RS. Secara histori agaknya keseragaman
pengertian tentang . Tantangan makro dalam peningkatan pelayanan
sosial RS terjadi dalam hal keseragaman pengertian tentang fungsi sosial
RS. Secara histori agaknya keseragaman pengertian tentang fungsi RS
dapat dirujuk kepada :
1. Undang-undang No. 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit, BAB III
Pasal 29, ayat F berbunyi: melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan
memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/ miskin, pelayanan
gawat darurat tanpa uang mukanya ambulance gratis, pelayanan
bencana, kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.
2. SK Menteri Kesehatan No. 920 / Maks / Pen / XII / 1986 tentang Upaya
pelayanan sosial dibidang medis.
Pada butir 5 dinyatakan bahwa 25 persen dari tempat tidur disediakan
bagi penderita kurang mampu membayar (tidak termasuk penderita yang
tidak dipungut karena ada kaitan keluarga dari pemilik RS).
Oleh Rowland and Rowland menyebutkan tanggung jawab sosial
sebagai kepekaan institusi (RS) dalam memberi pelayanan yang akan
bermuara pada penderita. Kalau diambil inti dari pendapat akhir tadi,
maka pengertian fungsi sosial RS yang dianut selama ini memang masih
"miskin" dan hakekat pelayanan kemanusiaan. Dia terlalu fokus aspek
ekonominya saja dan cenderung tidak memperhatikan aspek moralnya.
Bila hal ini tetap dibiarkan terjadi bukan tak mungkin pelayanan bagi
yang tidak mampu ini disesuaikan kualitas pelayanannya dengan
kekurangan atau ketidak mampuan ekonomi mereka.
Tantangan Mikro dan Antisipasinya
Tantangan secara mikro dalam peningkatan pelayanan sosial
RS, terjadi dalam hal menjabarkan secara operasional pengertian fungsi
dalam bentuk tindakan atau kegiatan nyata di RS. Berdasarkan
pemahaman bahwa pungsi sosial RS akan lebih ditekankan pada aspek
mutu pelayanan, kemudian aspek efisiensi, maka penyebaran
operasional kedua hal inilah yang menjadi tantangan utama aspek mutu
pelayanan ini sebetulnya merupakan pokok bahasan yang telatif tidak
mudah dan lentur.
Bahwa tentang aspek efisiensi dalam pelayanan RS harus dilihat
dalam lingkup memberikan pelayanan yang bermutu, atau dalam arti
yang lebih luas terkait dengan tanggung jawab sosial dan moral. Rumah
Sakit harus bisa menentukan bahwa tingkat efisiensi pelayanan bermutu
bagi mereka yang mampu secara relatif atau sama dengan yang
diberikan kepada mereka yang tidak / kurang mampu.
Mengacu pada pengertian efisiensi diatas yang dikaitkan pada
mutu pelayanan, dengan segera dapat dilihat fenomena menarik dari
pelayanan bagi mereka yang mampu dan tak mampu yaitu:
1. Umum, terkesan memberi pelayanan yang berlebih pada yang mampu
dengan penekanan sumber (non medis) yang relatif berlebih bila ini
terjadi tingkat efisiensinya rendah.
2. Harus ada peringatan tegas, karena akibatnya mutu pelayanan akan
terganggu.
3. Yang buruk adalah in efisiensi yang disengaja, pada pelayanan yang
mampu dengan dalih disubsidi silang kepada mereka, sedangkan pada
mereka yang tidak mampu relatif tidak berobah.
Mekanisme pencatatan keluarga lainnya yang perlu
dihubungkan secara transparan dan rinci adalah yang terkait dengan
pencatatan tentang potongan pemasukan (deduction atau allowance).
Hal ini lazim disebut deduction ratio yang sering dihubungkan besar
kecilnya sumbangan RS terhadap mereka yang tak mampu. Tetapi tak
semua potongan pemasukan dapat dianggap sebagai pelaksanaan fungsi
sosial, karena hal ini ternyata dapat dikelompokkan dalam
1. Charity allowance; adalah potongan sebagian atau keseluruhan yang
benar-benar diperuntukkan bagi penderita yang tidak mampu baik
yang menerima pelayanan rawat jalan atau rawat inap, penunjang medis
dan lain-lain dengan mutu yang baik.
2. Coartesy allowance ; potongan yang diberikan kepada penderita oleh
karena bersangkutan terkait langsung dengan penyelenggara
guna/pemilik RS.
3. Contranctual allowance; potongan yang diberikan pada pihak ketiga
yang menjamin pembayaran pelayanan kesehatan penderita dengan
tujuan mendapatkan kemudahan dan kepastian pembayaran tersebut.
Dari bahasan di atas mengenai aspek efisiensi pelayanan RS perlu
dipahami betul bahwa intinya adalah efisiensi dalam menetapkan biaya
satuan. Satu hal yang penting harus diperhatikan disini adalah sejauh
mana penetapan biaya satuan ini sudah dilakukan dengan benar. Artinya
apakah biaya tersebut sudah diukur mengacu pada tingkat kemanfaatan
sumber atau fasilitas yang tersedia.
Jadi meningkatkan upaya efisiensi pelayanan kesehatan yang bermutu di
RS perlu:
1. Dilahirkan secara sadar.
2. Harus pendekatan konfeherensif yang melibatkan petugas kesehatan
yang profesional.
3. Harus dengan kaidah pengelolaan yang transparan
Dalam aspek makro semua RS pemerintah wajib menyediakan tempat
tidur 70 persen sedangkan RS Swasta menyediakan tempat tidur 25
persen untuk golongan tidak mampu (miskin).
2`.Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh
Pemerintah, diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun
2008 dan merupakan perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Masyarakat Miskin/JPKMM atau lebih dikenal dengan
program Askeskin yang diselenggarakan pada tahun 2005 s.d. 2007.
Program Jamkesmas diselenggarakan untuk memberikan kemudahan
dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan
fasilitas kesehatan yang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong
peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu
dan biayanya, dan terselenggaranya pengelolaan keuangan negara yang
transparan dan akuntabel.
Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip
penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat, yaitu:
a. dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata
peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin;
b. menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik
yang cost effective dan rasional;
c. pelayanan terstruktur, berjenjang dengan dan ekuitas; dan
d. efisien, transparan dan akuntabel.
Sasaran jamkesmas diperuntukan bagi seluruh masyarakat
miskin, pelaksanaan program Jamkesmas diharapkan dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat, dengan
memberikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan,
sasaran program Jamkesmas berjumlah 19,1 juta rumah tangga miskin
(RTM) yang setara dengan 76,4 juta jiwa masyarakat yang terdiri dari
masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu.
Program Jamkesmas memberikan perlindungan sosial di bidang
kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang
iurannya dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya
yang layak dapat terpenuhi. Iuran bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu dalam Program Jamkesmas bersumber dari Anggaran
Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) dari mata anggaran kegiatan
belanja bantuan sosial. Pada hakikatnya pelayanan kesehatan terhadap
peserta menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga
menghasilkan pelayanan yang optimal.
Program Jamkesmas diselenggarakan berdasarkan konsep
asuransi sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan
tujuan untuk mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan
rujukan tertinggi yang disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh
peserta dari berbagai wilayah, dan agar terjadi subsidi silang dalam
rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi
masyarakat miskin.
Penyelenggaraan Program Jamkesmas dibedakan dalam dua kelompok
berdasarkan tingkat pelayanannya yaitu:
a. Jamkesmas untuk pelayanan dasar di puskesmas termasuk
jaringannya.
b. Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan lanjutan di rumah sakit dan
balai kesehatan.
Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan
meliputi: pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan
Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan
Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kelas III dan
pelayanan gawat darurat.
BAB IV
KESIMPULAN
Baik Rumah Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta
mempunyai kewajiban dalam melaksanakan fungsi Sosial
Rumah Sakit .Rumah Sakit sebagai Institusi Kesehatan terikat
PERMENKES no 378 th 1993 yang mengatur tentang pelayanan
Fungsi social Rumah Sakit.Di dalam peraturan tersebut telah
tertuang beberapa ketentuan yang harus dijalankan oleh Rumah
Sakit sehingga sarana kesehatan umum dalam menjalankan
usahanya.Bahwa Rumah Sakit wajib menjalankan Fungsi social
seperti pengaturan tariff pelayanan dengan member keringanan
atau pembebasan biaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang kurang mampu dan pelayanan gawat darurat 24 jam tanpa
mensyaratkan uang muka tetapi mengutamakan Kesehatan.
Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya
dibayar oleh Pemerintah. Setiap peserta mempunyai hak
mendapat pelayanan kesehatan meliputi: pelayanan kesehatan
Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat
Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat
Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kelas III dan
pelayanan gawat darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Studi Implementasi Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2011;
Jaminan Kesehatan Masyarakat Salah Satu Cara Mensejahtekaran Rakyat,
pada situs
http://sanglahhospitalbali.com.
Meretas Kebijakan Sosial Pro Poor,jurnal,Edy Suharjo ,PHD