tga. muhammadiyah
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan seksio sesarea merupakan pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Dewasa ini seksio sesarea jauh lebih aman daripada dahulu, berhubung
dengan adanya antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna dan
anastesi yang lebih baik.
Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sesarea yang disusun oleh peel
dan chamberlain (1968) indikasi seksio sesarea ialah :
- Dispproporsi janin panggul 21%
- Gawat janin 14%
- Plasenta previa 11%
- Pernah seksio sesarea 11%
- Kelainan letak 10%
- Pre eklampsia dan hipertensi 7%
Berdasarkan statistik di atas, maka angka kematian ibu sebelum diteliti 17%,
dan sesudah diteliti mencapai 0,38 % sedangkan kematian janin 14,5%, pada 774
persalinan yang kemudian terdapat 1,03% rupture uteri. (Saswono Prowirahardjo,
1997, hlm 863).
Adapun data statistik lain menyebutkan bahwa indikasi dilakukan seksio
sesarea menyebabkan angka kejadian seksio sesarea dari periode ke periode
1
meningkat, hal ini terlihat dari frekuensi seksio sesarea di rumah sakit Pringadi
Medan.
- Tahun 1968 sebanyak 2,5%
- Tahun 1971 sebanyak 4,9%
- Tahun 1974 sebanyak 6,4%
- Tahun 1981 sebanyak 10%
- Frekuensi di negara-negara maju sekitar 7-10%
Adapun salah satu dilakukan indikasi seksio sesarea adalah pre eklampsia
berat, dimana pre eklampsia berat yaitu ditandai dengan adanya oedema, protein uria
(+++), dan adanya hipertensi. Beberapa rumah sakit Indonesia mencatat angka
kejadian pre aklampsia antara lain :
RSU Dokter Pringadi Medan 0.6%. Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 1,9%,
Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusuma selama 5 tahun 0,1% dari 12827
persalinan. (Rustam Muchtar, 1990, hlm 11).
Frekuensi pre aklampsia berat untuk tiap-tiap negara berbeda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya. Jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,
perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan
frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%.
Pada primigravida frekuensi pre eklampsia berat lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multi gravida, terutama prigravida muda, diabetes mellitus,
mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops petalis, umur lebih dari 35 tahun dan
obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre eklampsia berat
(Saswono Prowirahardjo, 1997, hlm 287).
2
Berdasarkan data statistik yang penulis peroleh dari Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Lhokseumawe, jumlah seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat di
ruang kebidanan dan penyakit kandungan pada tahun 2001 sebanyak 7 kasus dari
390 klien yang dirawat, dan pada tahun 2011 mulai bulan Januari samapai bulan
Oktober ditemukan sebanyak 14 kasus dari 4002 klien yang dirawat. Jadi peserta
jumlah seksio sesarea dengan pre eklampsia berat mencapai 4,76% pada tahun 2001
dan meningkat 7,7% pada tahun 2011. (Medical Record, RSUD Cut Meutia, 2011).
1.2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat
di ruang rawat kebidanan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.
2. Tujuan khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian.
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan baik yang bersifat aktual
maupun yang bersifat potensial.
c. Dapat merumuskan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan
berdasarkan masalah dan kebutuhan.
d. Dapat mengevaluasi keberhasilan, asuhan keperwatan yang telah
dterapkan sesuai kriteria hasil.
3
e. Dapat evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan
sesuai kriteria hasil.
f. Dapat melakukan dokumentasi proses keperawatan.
1.3. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu : sasaran penelitian pada suatu kasus dengan tujuan mendapatkan gambaran
tentang perkembangan perawatan secara lengkap, metode ini dilakukan melalui
teknik :
1. Study kepustakaan (Library Research)
Pendekatan melalui membaca, mempelajari dan memahami dari berdasarkan
pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan judul seksio sesarea dengan
indikasi pre eklampsia berat.
2. Study kasus (Case research).
Dalam studi kasus ini penulis langsung melihat dan mempelajari, serta
melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien seksio sesarea di ruang rawat
kebidanan, dan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.
Pada tanggal 11 November 2011 sampai dengan 14 November 2011 dengan cara
sebagai berikut :
a. Wawancara (Anamnese).
Wawancara penulis tujukan kepada klien, keluarga, dokter dan perawat.
4
b. Pengamatan
Pengamatan terhadap perkembangan klien dengan menerapkan asuhan
keperawatan.
c. Dokumentasi medis.
Mendokumentasikan dan mencatat segala tindakan keperawatan yang telah
dilakukan terhadap klien.
1.4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penyusunan karya tulis ini, penulis susun secara
sistematis dalam 5 bab.
Bab I : Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang, tujuan, metode dan
sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teoritis, bab ini menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan
keperawatan seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat.
Bab III : Tinjauan kasus, bab ini menggambarkan kasus yang penulis rawat di
ruang kebidanan dan penyakit kandungan Rumah Sakit Umum
Lhokseumawe dengan menerapkan proses keperawatan.
Bab IV : Pembahasan, bab ini membahas tentang materi dari bab II dan III
mengenai kasus yang dirawat di rumah sakit ruang kebidanan.
Bab V : Penutup, bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran-saran.
Daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
2.1. Patofisiologi
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan,
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Seksio sesarea disebut
juga histerotomi melahirkan janin dalam rahim. (Saswono Prowihardjo, 1997, hlm
863).
Salah satu indikasi dilakukan seksio sesarea adalah pre eklampsia. Pengertian
pre eklampsia yaitu gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan masa nifas
yang terdiri dari gejala hipertensi, protein uria, dan oedema, yang kadang-kadang
disertai konvulsi sampai wanita tersebut menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya.
Pre eklampsia berat ditandai apabila tekanan darah 160/100 atau lebih. Penyebab
terjadinya pre eklampsia adalah didukung oleh faktor predisposisi antara lain,
gravida muda, diabetes mellitus, molahidatidosa kehamilan ganda, umur lebih dari
35 tahun dan obesitas.
Funsi ginjal adalah pengaturan keseimbangan air, pengaturan konstrasi
garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa darah dan ekresi bahan buangan
dan kelebihan garam.
Penanganan pada pre eklampsia berat pada klien yang masuk rumah sakit
dengan tanda dan gejala pre eklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat
untuk mencegah timbulnya kejang, apabila sesudah 12-24 jam, cara akut dapat
diatasi dengan cara kompres dengan pemberian obat. Cara yang terbaika dalah
mengakhiri kehamilan dengan induksi persalinan atau seksio sesarea (Rustam
Muchtar, 1990, hlm 219).
Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien pre operasi seksio sesarea
dengan indikasi pre eklampsia berat adalah (Marelyn Doengs, 1987, hlm 178-180).
6
6
1. Pengkajian dasar data klien
1. Sirkulasi
- Peningkatan tekanan darah menetap, melebihi nilai dasar setelah 20
minggu kehamilan.
- Riwayat hipertensi kronis.
- Nadi mungkin menurun
- Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama atau efistaksis
trombositopenian.
2. Eliminasi
- Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400 ml / 24 jam) atau tidak
ada.
3. Makanan/cairan
- Mual, muntah
- Penambahan berat badan 2 + 1b (0,9072 Kg) atau lebih dalam 1 minggu
6 1b (2,72 Kg) atau lebih per bulan (tergantung lamanya gestasi).
- Mal nutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar).
Masukan protein/kalori kurang.
- Oedema mungkin ada, dari ringan sampai berat/umum dan dapat
meliputi wajah, ekstremitas dan sistem organ misalnya (hepar, otak).
- Diabetes mellitus.
4. Nyeri / ketidaknyamanan
- Nyeri epigastrik region kuadran atas kanan
7
5. Neurosensori
- Pusing, sakit kepala frontal
- Diplopia, penglihatan kabur
- Hiperefleksia
- Kacau mental-tonik, diikuti dengan periode kehilangan kesadaran
6. Pernafasan
- Pernafasan mungkin kurang dari 14/menit
- Krekles mungkin tidak ada.
7. Keamanan
- Ketidaksesuaian RH mungkin ada
8. Seksualitas
- Primigravida, gestasi multipel, hidramnion, molahidatidosa,
hidropsvetalis (antigen- anti bodi Rh)
- Gerakan bayi mungkin berkurang
- Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada.
9. Penyuluhan/pembelajaran
- Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lanjut usia (usia 35
tahun atau lebih, beresiko tinggi).
- Riwayat keluarga hipertensi karena kehamilan (HKK)
10. Pemeriksaan diagnostik
8
- Tes presor supirz (tes rolever) dapat digunakan untuk memeriksa klien
beresiko hipertensi karena kehamilan, antara gestasi minggu ke 28 - 32.
- Tekanan arteri terasa (MAP) : 90 mmHg pada trisemeter kedua
menandakan hipertensi karena kehamilan.
- Hemaglobin (rendah bila terjadi hemolisis)
- Kadar kreatinin serum meningkat
- Berat jenis urin meningkat, menunjukkan perpindahan cairan dehidrasi
vaskuler.
- Protein uria : dengan menggunakan dipstick pengukuran 1 + Ke 2+
(sedang). Atau lebih besar dari 59/1 dalam 24 jam.
- Kadar laktogen plasenta manusia : kurang dari 4 meg/ml menunjukkan
fungsi plasenta abnormal.
- Tes stres kontrak CST, mengkaji respon janin terhadap stress, kontraksi
uterus
Prioritas Keperawatan :
1. Memantau kondisi ibu, janin dan plasenta.
2. Mencegah atau menurunkan akumulasi atau komplikasi cairan lanjut.
3. Meningkatkan kesejahteraan ibu/janin
4. Memberikan informasi untuk meningkatkan perawatan diri
9
2. Diagnosa keperawatan Pre operasi berdasarkan pengkajian adalah :
(Marelyn Doengs, 1987, hlm : 180).
1. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan kehilangan protein
plasma dan penurunan tekanan osmotik.
Tujuan :
- Kekurangan volume cairan tidak terjadi
- Kehilangan protein plasma tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Bebas dari tanda-tanda odema. Umum misalnya nyeri
epigastrik, dispnea, mual/muntah.
Intervensi :
A. - Timbang berat badan klien secara rutin.
- Perhatikan tanda odema berlebih atau berlanjut.
Rasional
- Penambahan berat badan tiba-tiba (misalnya
lebih dari 1,5 Kg/bulan dalam trisemester kedua
atau lebih dari 0,5 Kg/mg pada trisemester
ketiga.
B. Pantau masukan dan pengeluaran, perhatikan warna urine.
Rasional
- Haluran urin adalah indiktor sensitif dari
sirkulasi volume darah.
10
C. Pantau tekanan darah dan nadi
Rasional
- Meningkatkan tekanan darah dapat terjadi karena
respon terhadap katekolamin vasopresin.
D. Ganti cairan baik secara oral atau parentral, melalui pompa
infus sesuai indikasi.
Rasional
- Penggantian cairan memperbaiki hipovolemia,
yang harus diberikan dengan hati-hati, khususnya
bila cairan intertesial mengalir balik ke dalam
sirkulasi bila aktivitas dikurangi.
2. Penurunan curah jantung, berhubungan dengan kehilangan protein plasma
dan penurunan tekanan osmotik.
Tujuan :
- Penurunan curah jantung tidak terjadi
- Kejadian dispnue tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Mengubah tingkat aktivitas sesuai kondisi.
- Menurunnya kejadian dispnea
Intervensi :
A. Lakukan tirah baring pada klien dengan posisi miring kiri.
11
Rasional
- Untuk meningkatkan aliran vena, curah jantung
dan perfusi jaringan.
B. Berikan obat antihipertensi, seperti hidrolazim, apresoline.
Rasional
- Bila tekanan darah tidak berespon terhadap
tindakan konservatif, mungkin perlu pemberian
obat-obatan anti hipertensi.
C. Pantau tekanan darah dan efek samping obat anti
hipertensy
Rasional
- Efek samping, meliputi sakit kepala, mual dan
muntah dan dapat diatasi dengan proponadol.
3. Cedera, resiko tinggi terhadap ibu, berhubungan dengan oedema hipoksia
jaringan kejang, tonik-klonik provil darah abnormal.
Tujuan :
- Resiko tinggi terhadap ibu tidak terjadi
- Bebas dari tanda-tanda sakit kepala.
Kriteria hasil :
- Modivikasi lingkungan untuk melindungi diri dan
meningkatkan keamanan.
12
- Bebas dari tanda-tanda gangguan penglihatan, sakit
kepala, peruabahan pada mental
Intervensi :
A. Kaji adanya SSP (misalnya sakit kepala, gangguan
penglihatan atau pemeriksaan fundus kopi).
Rasional
- Oedema serebral dan pasokontruksi dapat
dievaluasi dari masa perubahan gejala prilaku
atau retina.
B. Kaji tanda-tanda eklampsia dari pergelangan kaki,
penurunan nadi dan pernafasan, nyeri epigastrik.
Rasional
- Oedema/vasokontruksi umum, dimanifestasikan
oleh masalah SSP berat, dan masalah ginjal,
kardiovaskuler dan pernafasan mendahului
kejang,.
C. Palpasi nyeri tekan uterus atauperiksa perdarahan vagina.
Perhatikan riwayat masalah medis.
Rasional
- Tanda-tanda ini dapat menandakan absrupsi
plasenta, khususnya bila terdapat masalah medis
sebelumnya, seperti diabetes mellitus, atau
13
kelainan ginjal atau jantung yang menyebabkan
masalah vaskuler.
4. Perubahann nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
masukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, metabolik dan
menggantikan kehilangan di dalam tubuh.
Tujuan :
- Klien mengerti tentang kebutuhan diet.
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan pengetahuan diet yang tepat
Intervensi :
A. Kaji status nutrisi klien, kondisi rambut, kuku dan berat
badan serta tinggi badan sebelum hamil.
Rasional
- Membuat pedoman untuk menentukan kebutuhan
diet dan pendidikan klien.
B. Berikan informasi verbal/tertulis tentang tindakan dan
penggunan protein
Rasional
- 1,5/Kg masukan setiap hari cukup untuk
menggantikan kehilangan protein dalam urine
14
dan memungkinkan tekanan onkotik serum
normal.
C. Berikan informasi mengenai efek titah baring dan
penurunan aktifitas pada kebutuhan protein.
Rasional
- Menurunkan laju metabolisme selama tirah
baring, dan pembatasan aktifitas menurunkan
kebutuhan protein.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, berhubungan dengan tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan :
- Klien mengerti setelah diberikan informasi
- Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan
rencana tindakan yang tepat.
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasikan tanda/gejala yang memerlukan
evaluai medis.
- Melakukan prosedur yang diperlukan dengan benar.
Intervensi :
A. Kaji pengetahuan klien, berikan informasi tentang
patofisiologi dan rasional intervensi prosedur sesuai
kebutuhan.
15
Rasional
- Membuat data dasar dan memberikan informasi
dapat meningkatkan pemahaman dan
menurunkan rasa takut, membantu memudahkan
rencana tindakan untuk klien.
B. Berikan informasi tentang tanda/gejala yang
mengindikasikan kondisi yang semakin buruk, dan
mengintruksikan klien kapan memberitahu pemberian
keperawatan kesehatan.
Rasional
- Membantu, bahwa klien mencari pada waktu
yang tepat dan mencegah memburuknya status
kondisi pre eklampsia atau komplikasi tambahan.
C. Pertahankan supaya klien tetap mendapat informasi
tentang kondisi kesehatan, hasil tes dan kesejahteraan
janin.
Rasional
- Rasa takut dan ansietas dapat menyatu bila
klien/pasangan tidak mendapat informasi yang
adekuat tentang keadaan dari proses penyakit
atau dampaknya terhadap klien dan janin.
D. Berikan informasi tentang jaminan protein adekuat dalam
diet tentang kemungkinan atau pre eklampsia berat.
16
Rasional
- Protein perlu untuk regulasi cairan intravaskuler
dan ekstravaskuler.
E. Tinjau ulang tes sendiri terhadap protein urine, kuatkan
rasional dan implikasi tes.
Rasional
- Hasil tes atau lebih besar bermakna dan perlu
dilaporkan pada pemberian perawatan kesehatan,
spesismen urine terkontaminasi oleh rabas vagina
atau dapat menghasilkan hasil tes positif terhadap
protein.
Asuhan keperawatan seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat
adalah :
A. Perawatan setelah kelahiran sesarea (Marelyn Doenges, 1987, hlm : 474)
Pengkajian dasar data klien :
1. Sirkulasi
- Kehilangan darah selama prosedur pembedahan
2. Integritas ego
- Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai
ketakutan marah.
- Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi
situasi baru.
17
3. Eliminasi
- Kateter urinarius indwelling mungkin terpasang, urine jernih pucat.
4. Makanan/cairan
- Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
5. Neurosensori
- Kerusakan gerakan dan disensi di bawah tingkat anestesia spinal epidural
6. Nyeri/ketidaknyamanan
- Mungkin mengeluh ketidaknyaman misalnya : trauma bedah/insisi
- Mulut mungkin kering
7. Pernafasan
- Bunyi paru jelas dan vaskuler
8. Keamanan
- Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh
9. Seksualitas
- Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
- Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak
10. Pemeriksaan diagnostik
- Jumlah darah lengkap, hemaglobin/hematokrit
- Mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi kehilangan
darah pada pembedahan
- Urinalisis kedua kultur urine, darah, vaginal dan lokhia, pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individual
11. Priorotas keperawatan
18
1. Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi pasca operasi
3. Mencegah terjadinya eklampsia
4. Memantau menghilangkan hipertensi.
12. Tujuan pulang
1. Dimulainya ikatan keluarga
2. Berkurangnya nyeri/ketidaknyamana
3. Terpenuhinya kebutuhan fisik/fiskologi
4. Komplikasi tercegah teratasi
B. Pengkajian Post Operasi dengan Indikasi Pre-Eklampsia Berat ( Marelyn
E. Deogeus, 1987, hlm : 360)
Pengkajian dasar data klien :
1. Sirkulasi
- Dapat dipantau selama hipertensi baik di rumah atau lingkungan rumah
2. Keamanan
- Dapat menerima infus untuk induksi atau untuk menghilangkan efek
tokolitik
3. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan ginjal, hepar dan koagulasi dapat menunjukan perubahan
fungsi (HKK).
Diagnosa Keperawatan Post Opreasi dengan indikasi Pre-Eklampsia Berat
( Marelyn E. Deogeus, 1987, hlm : 360)
1. Ansietas berhubungan dengan transmisi, ancaman dan kematian
Tujuan :
- Ansietas tidak terjadi
Kreteria hasil :
19
- Melaporankan penurunan tingkat ansietas dan mengungkapkan kesadaran
akan perasaan
Intervensi
A. Kaji sumber dan tingkat ansietas klien/ pasangan.
Rasional :
- Semua klien mengalami persalinan dan kelahiran dengan derajat
tertentu dari ansietas, yang menjadi lebih tinggi pada situasi
beresiko tinggi.
B. Anjurkan pengungkapan perasaan, berikan dukungan yang tepat.
Rasional :
- Membantu klien / pasangan dalam mengindentifikasi masalah
khusus dan membantu menghilangkan ansietas..
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme regulasi.
Tujuan :
- Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kreteria hasil :
- Tekanan darah, pengukuran urine, berat badan dalam batas normal dan
bebas dari sakit kepala.
Intervensi
A. Kaji lokasi dan luasnya oedema.
Rasional :
- Membantu menentukan derajat retensi cairan dan kemungkinan
perpindahan kejaringan ekstraseluler.
B. Kaji tekanan darah dan nadi.
Rasional :
20
- Tekanan darah yang meningkat yang sebelumnya mungkin naik
lagi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber
informasi.
Tujuan :
- Klien mengerti setelah diberikan informasi.
Kreteria hasil :
- Mengungkapkan pemahaman tentang situasi dan rencana tindakan.
Intervensi
A. Kaji pengetahuan klien.
Rasional :
- Membuat data dasar dan memberikan informasi dapat meningkatkan
pemahaman.
B. Berikan informasi tentang jaminan protein adekuat dalam diet.
Rasional :
- Protein perlu untuk regulasi cairan intravaskuler dan ekstravaskuler
darah yang meningkat yang sebelumnya mungkin naik lagi.
Diagnosa keperawatan seksio sesarea dengan indikasi pre eklampsia berat
adalah :
1. Nyeri (Akut) ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma pembedahan.
Tujuan :
- Nyeri berkurang dan teratasi
Kriteria hasil :
- Klien tampak rileks, mampu tidur dan istirahat dengan tepat
Intervensi :
A. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan
21
Rasional :
- Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan
ketidaknyamanan secara langsung.
B. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab
ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.
Rasional :
- Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri
berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan
memberikan rasa kontrol.
C. Evaluasi tekanan darah, nadi, perhatikan perubahan prilaku (bedakan
antara kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan karena nyeri)
Rasional :
- Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan
darah dan nadi meningkat, analgesia dapat menurunkan tekanan
darah.
D. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri penyerta.
Rasional :
- Kontraksi uterus kuat dan teratur.
2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan hipertensi karena kehamilan
dan eklampsia.
Tujuan :
- Resiko tinggi tidak terjadi
- Bebas dari komplikasi
Kriteria hasil :
- Menurunkan faktor-faktor resiko dan perlindungan diri
Intervensi :
22
A. Pantau tekanan darah, nadi, suhu
Rasional :
- Tekanan darah yang tinggi dapat menandakan terjadinya atau
berlangsungnya hipertensi.
B. Bantu klien pada ambulasi awal berikan supervisi yang adekuat dalam
mandi shower dan rendam duduk.
Rasional :
- Hipotensi ortostatik dapat terjadi pada perubahan dari posisi
terlentang dan berdiri.
C. Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki dan ambulasi dini.
Rasional :
- Meningkatkan aliran balik vena mencegah penumpukan pada
ekstremitas bawah.
D. Pantau hemaglobin, bandingkan dengan kadar praoperasi
Rasional :
- Klien denga HT 33% atau lebih besar dan peningkatan plasma
berkenaan dengan kehamilan dapat mentoleransi kehilangan darah
aktual sampai 1500 ml, tanpa kesulitan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber.
Tujuan :
- Memberikan prosedur yang perlu dengan benar yang dibuthkan oleh
klien.
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis dan
kebutuhan-kebutuhan individu
Intervensi :
23
A. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar, bantu klien/pasanga
dalam mengdentifikasikan kebutuhan klien.
Rasional :
- Periode pascapartum dapat menjadi pengalaman positif, bila
kesempatan penyuluhan diberikan untuk membantu
mengembangkan pertumbuhan ibu dan kopetensi namun klien
membutuhkan waktu untuk bergerak dari fase mengambil sampai
fase menahan.
B. Kaji keadaan fisik klien, rencanakan sesi kelompok atau individu setelah
pemberian obat-obatan atau bila klien merasa nyaman dan istirahat.
Rasional :
- Ketidaknyamanan berkenaan dengan insisi atau nyeri penyerta atau
tidak kenyamanan kandung kemih biasanya berkurang beratnya
pada hari ketiga pasca operasi.
C. Berikan informasi yang berhubungan degan perubahan fisiologis yang
normal berkenaan dengan kelahiran sesarea.
Rasional :
- Membantu klien mengenali perubahan normal dari respon-respon
normal yang mungkin memerlukan tindakan.
4. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis, efek-efek
anestesi.
Tujuan :
- Perubahan pola eliminasi tidak terjadi
- Mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih
Kriteria hasil :
24
- Mendapatkan pola berkemih yang biasa optimal setelah pengangkatan
kateter.
Intervensi :
A. Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase urine.
Rasional :
- Oliguria (keluaran kurang dari 30 ml/jam) mungkin disebabkan
oleh kelebihan kehilangan cairan.
B. Perhatikan tanda dan gejala infeksi saluran kemih misalnya bau, warna
setelah pengangkatan kateter.
Rasional :
- Adanya kateter indwelling memperdisposisikan klien pada
masuknya bakteri dan infeksi saluran kemih.
C. Gunakan metoda-metoda untuk memudahkan pengangkatan kateter
setelah berkemih.
Rasional :
- Klien harus berkemih dalam 6-8 jam setelah pengangkatan kateter.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dari ketahanan,
ketidak nyamanan fisik
Tujuan :
- Menggunakan tehnik atau memberikan sumber-sumber mengenai
perawatan diri
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
perawatan diri.
25
Intervensi :
A. Tentukan tipe-tipe anestesia, perhatikan adanya mengenai pengubahan
posisi.
Rasional :
- Klien yang telah menjalani anestesia spinal dapat diarahkan untuk
berbaring datar dan tanpa bantal.
B. Ubah posisi setiap 1-2 jam, bantu dalam latihan ambulasi dan latihan
kaki.
Rasional :
- Membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis atau
pneumonia yang dapat terjadi bila tingkat kenyamanan
mempengaruhi perubahan/aktifitas normal klien.
C. Berikan bantuan sesuai kebutuhan hygiene.
Rasional :
- Memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan kesejahteraan.
D. Berikan pilihan bila mungkin (pemilihan jus, jadwal mandi, jarak selama
ambulasi)
Rasional :
- Mengijinkan beberapa otonomi meskipun klien tergantung pada
bantuan profesional.
6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan masukan cairan
Tujuan :
- Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan kondisi yang biasanya dari mental, tekanan darah, nadi,
berat badan dalam batas normal, dan bebas dari sakit kepala.
Intervensi :
26
A. Kaji lokasi dan luasnya oedema
Rasional :
- Membantu menentukan derajat cairan
B. Kaji bagian pergelangan kaki, ketajaman penglihatan adanya nyeri atas
hipertensi karena kehamilan.
Rasional :
- Oedema dapat dimanifestasikan oleh pre eklampsia atau oleh
keterlibatan serebral.
C. Kaji tekanan darah dan nadi
Rasional :
- Tekanan darah yang meningkat sebelum naik lagi bahkan lebih
tinggi pada periode sebelum melahirkan.
D. Evaluasi tekanan darah dan nadi perhatikan perubahan prilaku (bedakan
antara kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan karena nyeri).
Rasional :
- Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan
darah dan nadi meningkat
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis menyajikan kasus klien pre dan post seksio sesarea
dengan indikasi pre eklampsia berat di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Lhokseumawe, tinjauan kasus ini merupakan gambaran asuhan keperawatan
yang penulis lakukan mulai tanggal 11 November sampai denga 14 November 2011.
Melalui pendekatan proses keperawatan sebagai berikut :
3.1. Pengkajian (tanggal 11 November 2011)
3.1.1 a. Identitas klien.
Nama : Ny. Nh, umur 26 tahun, jenis kelamin perempuan, suku/bangsa :
Aceh/Indonesia, agama : Islam. Pekerjaan : ibu rumah tangga, pendidikan :
SMP, alamat : Paloh. Tanggal masuk : 8 November 2011, nomor register :
77.69.30, diagnosa medis : pre eklampsia berat.
b. Identitas suami
Nama : Razali, umur : 37 tahun, jenis kelamin : laki-laki, pekerjaan :
wiraswasta, alamat : Paloh, hubungan dengan klien : suami.
3.1.2 Riwayat obsetri kebidanan
a. Keluhan utama
Klien masuk tanggal 8 Nopember 2011 jam 12.30 Wib, kiriman bidan desa
ditandai dengan bengkak seluruh tubuh terutama di bagian tungkai kaki,
28
30
tangan dan muka. Tekanan darah 160/90 mmHg, his (+), Djj (+), fundus
uteri 3 jari di bawah ousat, HB 8,2 gram, pukul 16.00 Wib klien dibawa ke
ruang operasi untuk dilakukan pembedahan seksio sesarea.
b. Riwayat kehamilan persalinan sekarang
klien baru pertama kali hamil dan pernah melakukan pemeriksaan
kehamilan sebanyak 3 x pemeriksaan (pada usia kehamilan 2 bulan,
kehamilan 6 bulan, dan kehamilan 9 bulan). Klien G1, P1 + Abo dengan pre
eklampsia berat, hamil 38 sampai 40 minggu, klien pertama kali menjalani
persalinan yang berlangsung dengan tindakan pembedahan seksio sesarea
dengan bentuk insisi vertikal (melintang), pada dinding uterus melalui
dinding depan abdomen denga anestesi lumbal, bayilahir selamat denga
berat badan 3200 gram, panjang 49 cm, jenis kelamin laki-laki, plasenta
lahir lengkap, keadaan klien kelihatan lemah.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dari hasil wawancara denga klien dan keluarga tidak didapatkan anggota
keluarga dari pihak klien maupun suami yang menderita penyakit menular
atau penyakit keturunan, serta tidak ada yang mengalami gangguan dalam
persalinan seperti yang dialami oleh klien.
d. Status perkawinan
Klien menikah saat berumur 22 tahun, dengan suami yang pertama.
29
e. Riwayat haid
Klien pertama kali haid usia 16 tahun, siklus teratur (28 hari) lamanya haid
6-7 hari, banyaknya darah 2-3 kali ganti doek (+ 200 cc) konsestesi darah
merah, kental disminorhoe terjadi pada hari pertama, hari kedua dan ari
ketiga, seterusnya berkurang, haid terakhir tanggal 5 Nopember 2011.
f. Riwayat KB
Klien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
3.1.3 Pemeriksaan fisik, /tanggal 11 November 2011/, jam 8.30 Wib, hari
pertama perawatan.
1. Keadaan umum : lemah
2. TB dan BB : 149 cm/80 Kg
3. Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 160/90 mmHg, pols : 80 x/m,
temp : 370C, respirasi : 80 x/m.
4. Infeksi :
a. Rambut : panjang ikal, warna hitam, kurang bersih
b. Wajah : bentuk bulat, ekspresi pucat
c. Mata : konjungtiva pucat
d. Gigi : rapi tetapi kurang bersih, lidah bersih
e. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f. Dada : simetris kiri/kanan, mamae membesar, puting
susu menonjol.
30
g. Perut : adanya luka post operasi dan sayatan melintang,
jahitan utuh 11 jahitan, perban bersih dan tidak
ada perdarahan.
h. Vulva : terpasang kateter (dower kateter) nomor 18,
perineum tidak ada luka, luchea warna coklat
berbau amis
i. Tungkai : terpasang infus RL 5%, 20 tetes/menit pada
tungkai atas sebelah kanan, varises tidak ada,
oedema ada.
Tanggal 8 November 2011 terpasang transfusi darah 2 Fls + 500 cc,
Golongan AB.
5. Palpasi
Adanya nyeri tekan di daerah abdomen bagian bawah, sebelum operasi.
6. Auskultasi
Mengukur tekanan darah 160/90 mmHg,
7. Perkusi
Adanya reflek patela (rangsangan pada bagian lutut)
3.1.4 Pengkajian fungsional kesehatan
a. Klien mengatakan tidak pernah alergi terhadap makanan maupun obat-
obatan.
b. Riwayat pengobatan.
31
Menurut keterangan dari klien bila sakit (demam, sakit kepala, batuk)
klien sering membeli obat misalnya : paracetamol, amoxicillin, GG,
tetapi apabila sakit berlanjut klien berobat ke puskesmas.
c. Riwayat penyakit
Klien tidak pernah menderita penyakit yang serius atau penyakit
menular lainnya, hanya sesekali terserang demam, batuk dan pilek dan
biasanya sembuh setelah minum obat (paracetamol, amoxicillin, GG)
yang dibeli bebas di apotik/depot terdekat.
d. Alat pelengkap/bantuan yang digunakan spesial
Klien tidak menggunakan alat bantu yang spesial seperti kursi roda,
kacamata, tongkat, dan lain-lain
e. Riwayat psikologi
Klien mengatakan takut dan cemas terhadap keadaan yang dialaminya,
karena klien baru pertama kali menjalani persalinan yang berlangsung
dengan tindakan pembedahan dan klien menenangkan diri dengan
rileks sambil menceritakan hal-hal yang disenanginya dan dengan
support dari suami, keluarga dan perawat dengan meyakinkan klien
akan kesembuhannya.
f. Neurologis
Selama dirawat klien mampu mengenal orang, baik keluarganya,
perawat maupun orang lain dan mampu mengenal waktu, pupil
bereaksi dengan baik, klien berbicara dengan jelas dan mudah
dimengerti oleh lawan bicara, klien tidak mengalami gangguan dalam
32
penglihatan, kedua mata klien normal dan dapat melihat dengan jelas
dan juga tidak ada gangguan dalam pendengaran, kedua telinga normal
dan dapat mendengar dengan jelas.
g. Respirasi
Nadi radial 80 x/menit tangan kanan, apical rate reguler (teratur)
perfusi kulit hangat ada oedema.
h. Gastrointentinal
Mukosa mulut kering, kemampuan menelan baik, sebelum dirawat
BAB 1 x / hari dan selama dua hari perawatan klien tidak BAB, namun
pada hari ketiga klien sudah dapat BAB, tidak ada konstipasi.
i. Genitorius
Sebelum dirawat BAK 4-5 kali/hari, dan sesudah dirawat klien BAK
melalui dower kateter nomor 18 400 cc sampai 500 cc kali/hari.
j. Self care
Sebelum dirawat personal hygiene klien baik, klien mandi 2 x/hari
(pagi dan sore), menggosok gigi 2-3 x/hari, dan mengerti tentang
kebersihan diri, selama dalam perawatan personal hygiene klien juga
baik namun pemenuhan kebutuhan hygiene dibantu oleh keluarga dan
perawat.
k. Nutrisi
Penampilan umum gemuk, pola makan sebelum sakit klien makan
3x/hari dalam porsi sedang dan mengkonsumsi makanan yang terdiri
dari nasi, lauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan sesekali dan minum 4-
33
6 gelas/hari, pola makan selama dalam perawatan, klien makan 3 x
sehari sesuai anjuran medis yaitu MBRG yang terdiri dari : nasi biasa, 1
butir telur, 1 potong tempe goreng, 1 mangkuk sayur, dan 1 potong
buah-buahan (pepaya) tidak dihabiskan.
l. Kulit
Warna kulit noremal, dengan kelembaban kering, temperatur hangat,
integritas kulit tidak ada kelainannya.
m. Muskuloskeletal
Rom/pergerakan ekstremitas normal namun merasa lemah nyeri pada
persendian.
n. Pendidikan/discharge planning
Klien mengatakan “menurut keterangan dari bides kampung penyebab
saya dilakukan operasi karena adanya hipertensi dan oedema,
kemudian saya dirujuk/dikirim oleh bidan ke Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Lhokseumawe. Pembedahan yang dilakukan terhadap saya
yaitu : operasi, saya sangat merasa takut dan cemas akan dilakukan
operasi nanti apakah bayi saya bisa diselamatkan dan apakah saya bisa
mengandung kembali setelah operasi, saya akan pulang setelah luka
dan keadaan saya membaik dan sembuh.
3.1.5 Pemeriksaan penunjang
34
Pemeriksaan darah
- Tanggal 8 November 2011 HB : 8,2 gr %
- Tanggal 9 November 2011 HB : 8,2 gr%
- Tanggal 10 November 2011 HB : 9 gr%
- Tanggal 11 November 2011 HB : 10 gr%
- Tanggal 12 November 2011 HB : 10,5gr%
- Tanggal 13 November 2011 HB : 10,5gr%
- Tanggal 14 November 2011 HB : 10,5gr%
- Protein uria (+ 3)
- Tanggal 8 November 2011 transfusi darah 2 FLS + 500 cc. Golongan AB
3.1.6 Penatalaksanaan/Terapi
- Infus RL dextro 5% 20 tts/m
- Injeksi amficillin 250 mg/8 jam : antibiotik
- Injeksi pinicillin 1000 mg/8 jam : antibiotik
- Injeksi hidralazzin 250 mg/8 jam : antihypertensi
- Injeksi apresolline 500 mg/8 jam : antihypertensi
- Injeksi dower kateter (DC) nomor 18
3.1.7 Patofisiologi
- Salah satu indikasi seksio sesarea adalah pre eklampsia yang artinya
kumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin yang terdiri
dari gejala hipertensi, protein uria, oedema, penanganan pada pre
35
eklampsia pada klien yang masuk rumah sakit dengan tanda dan gejala
pre eklampsia berat harus diberi sedativa berat untuk mencegah
timbulnya kejang apabila sesudah 12-24 jam tindakan acut dapat diatasi,
cara yang terbaik adalah mengakhiri kehamilan dilakukan pembedahan
seksio sesarea.
- Seksio sesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan
anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding depan perut.
3.1.8 Analisa Data
Tanggal 8 November 2011
- Data pre operasi seksio sesarea :
Data subjektif, klien mengatakan “saya sangat takut dan khawatir akan
tindakan operasi dan saya tidak mengerti tentang prosedur pembedahan”.
- Data objektif, “ekspresi wajah menunjukkan kecemasan, klien tampak
gelisah, kurang bersemangat dan klien tampak bingung, TFU : tiga jari di
bawah pusat, DJJ ( + )
Tanggal 11 November 2011
- Data post operasi seksio sesarea
Klien mengatakan bahwa : ”saya merasa sangat nyeri daerah perut pada
luka operasi saya tidak dapat bergerak seperti biasanya, bila saya
bergerak saya merasa nyeri daerah perut dan luka operasi, badan saya
lemas dan tidak ada nafsu makan dan saya adanya kaku kuduk, kepala
terasa sakit dan saya tidak bisa tidur.
36
- Data objektif : adanya luka post operasi, balutan perban belum diganti,
klien sering memegang daerah perut pada luka operasi, kontraksi uterus
positif, TFU 2 jari di bawah pusat, keadaan umum normal, HB 8,2 gr%,
klien bedrest total, pemenuhan kebutuhan klien dibantu oleh perawat dan
keluarga, porsi makan yang disajikan tidak dihabiskan karena nafsu
makan berkurang, TD 160/90 mmHg, pols 88 x/m, RR 24 x/m, temp.
370C, oedema masih ada terutama di kedua tungkai kaki.
Berdasarkan data subjektif di atas muncul masalah sebagai berikut : masalah
pre operasi yaitu cemas kemungkinan penyebab akan dilakukan tindakan
pembedahan, defisit knowledge, kemungkinan penyebab kurang informasi tentang
prosedur pembedahan.
Sedangkan masalah yang muncul post operasi yaitu nyeri dengan
kemungkinan penyebab distensi abdomen, dan adanya luka operasi. Intoleransi
aktifitas kemungkinan penyebab mobilisasi dan kelemahan, perubahan pola nutrisi
kurang dari kebutuhan, kemungkinan penyebab tidak ada nafsu makan (anoreksia),
defisit knowledge tentang proses keperawatan dan kemungkinan penyebab kurang
informasi, peningkatan pola istirahat tidur, kemungkinan penyebab tekanan
intrakranial.
3.2. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian analisa data, diagnosa yang timbul adalah
sebagai berikut :
37
a. Diagnosa keperawatan pre operasi seksio sesarea :
1. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan
2. Defisit know ledge berhubungan dengan kurang informasi tentang
prosedur pembedahan
b. Diagnosa keperawatan post operasi seksio sesarea
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri jaringan yang
terpotong di bagian abdomen.
2. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
3. Ketergantungan akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan kurangnya pergerakan
4. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan dilakukan tindakan
pembedahan seksio sesarea
5. Personal hygiene kurang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kebersihan perawatan diri.
3.3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pre operasi (8 November 2011) :
a. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan
ditandai dengan klien mengatakan “saya sangat takut dan khawatir akan
tindakan operasi dan saya tidak mengerti tentang prosedur operasi,
ekspresi wajah menunjukkan kecemasan, klien tampak gelisah.
Tujuan : cemas berkurang/hilang
38
Kriteria hasil : - Klien tidak cemas lagi
- Klien tampak tenang dan rileks
Intervensi/rasional.
Anjurkan agar suami memberi dukungan mental / partisipasi bagi
klien. Rasional ; klien dapat mengungkapkan segala keluhan/masalah
yang dihadapi.
Observas tanda-tanda vital : TD 160/90 mmHg, pols 80 x/m, RR
24x/m dan temp. 370C. Rasional ; untuk mengetahui tekanan darah
dan denyut nadi meningkat.
Jelaskan pada klien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
Rasional ; dengan dilakukan tindakan operasi seksio sesarea adalah
salah satu cara untuk kesembuhan.
b. Defisit know ledge berhubungan dengan kurang informasi tentang
prosedur pembedahan, ditandai dengan : “klien mengatakan saya tidak
mengerti tentang prosedur operasi, saya sangat gelisah dan bingung,
Tujuan : klien dapat memahami tentang prosedur pembedahan.
Kriteria hasil : - Klien tidak bingung
- Klien tampak tenang
Intervensi/rasional.
39
Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana. Rasional ;
dapat mengklasifikasi kesalahan konsep, pengertian tentang tindakan
operasi.
Ciptakan suasana yang tenang. Rasional ; meningkatkan kenyamanan
dapat mempercepat prosedur operasi.
Jelaskan alasan untuk dilakukannya seksio sesarea. Rasional ;
diharapkan klien mengetahui penyebab/alasan pembedahan sehingga
klien dapat menerima tindakan operasi yang dilakukan.
Rencana Keperawatan Post Operasi (11 November 2011)
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri jaringan yang
terpotong di bagian abdomen ditandai dengan saya merasa nyeri daerah
perut pada luka operasi, saya sangat lemah, TD : 160/90 mmHg, nadi :
80x/m, rr : 24x/m, temp : 370C.
Tujuan : selama dalam perawatan di rumah sakit nyeri dapat
berkurang/hilang dan rasa nyaman dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah tenang.
Intervensi / Rasional :
40
Ciptakan suasana yang tenang dan nyaman misalnya dengan
membersihkan ruangan, mengatur ventilasi. Rasional : meningkatkan
kenyamanan dapat mengurangi rasa nyeri.
Anjurkan banyak istirahat pada klien. Rasional : rasa nyeri akan
berkurang.
Lakukan pergantian perban dan pengawasan luka pada daerah post
operasi. Rasional : untuk mengetahui ada tidak terjadinya infeksi.
Monitor tanda-tanda vital. Rasional : untuk mengetahui perubahan
yang akan terjadi dan untuk memudahkan tindakan selanjutnya.
Anjurkan minum sesuai dosis yang dianjurkan. Rasional : dengan
kolaborasi tentang pemberian obat diharapkan nyeri akan berkurang.
2. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan
intrakranial ditandai dengan saya susah tidur, dan saya merasa kaku
kuduk dan sakit kepala.
Tujuan : gangguan pola istirahat tidak terjadi dan klien dengan tenang
dapat istirahat.
Kriteria hasil :
- Klien dapat beristirahat
- Sakit kepala, kaku kuduk hilang
Intervensi / Rasional :
41
Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : agar klien dapat
beristirahat dengan tenang dan nyaman dan kebutuhan istirahat
terpenuhi.
Atur posisi klien senyaman mungkin. Rasional : diharapkan klien
dapat beristirahat dengan nyaman dan rasa sakit peningkatan
intrakranial berkurang.
Berikan obat-obatan sesuai dengan program dokter. Rasional : agar
dapat membantu mengurangi nyeri kepala.
3. Ketergantungan akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan kurangnya pergerakan.
Tujuan : ketergantungan tidak akan terjadi
Kriteria hasil :
- Kebutuhan sehari-hari terpenuhi oleh klien
Intervensi / Rasional :
Anjurkan pada klien mobilisasi. Rasional : melancarkan peredaran
darah dan klien tidak lemah.
Anjurkan pada klien mempergunakan dengan saat melakukan
mobilisasi. Rasional : untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Berikan pendidikan tentang pentingnya mobilisasi dalam proses
penyembuhan. Rasional : agar klien mengerti tindakan apa yang harus
dilakukan.
42
4. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan dilakukan tindakan
pembedahan seksio sesarea ditandai dengan saya tidak ada nafsu makan,
saya sangat lemah HB : 8,29 % porsi yang disajikan tidak dihabiskan.
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dan dapat dipertahankan
kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
- Nafsu makan kembali normal
- Makanan yang disajikan dapat dihabiskan.
Intervensi / Rasional :
Berikan makanan secara teratur dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : diharapkan dapat membangkitkan/meningkatkan selera
makan klien.
Berikan diet tgbrg tktp. Rasional : diharapkan dapat mempercepat
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien serta mempercepat
penyembuhan.
Jelaskan pada klien tentang pentingnya makan bagi tubuh. Rasional :
diharapkan klien taat pada aturan diet yang disajikan dan dapat
memahami pentingnya makanan yang cukup untuk mempercepat
proses penyembuhan.
Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman saat makan misalnya :
dengan menjaga kebersihan alat-alat makan. Rasional : diharapkan
dapat meningkatkan/membangkitkan nafsu makan atau keinginan
untuk makan.
43
Timbang/kontrol berat badan klien setiap hari. Rasional : untuk
mengetahui secara pasti berkurang atau bertambahnya berat badan
klien agar makanan yang disajikan tetap seimbang.
5. Personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kebersihan perawatan diri ditandai dengan saya tidak pernah
mandi selama dalam perawatan, dan saya tidak berani mandi, karena
takut luka operasinya terbuka.
Tujuan : personal hygiene terpenuhi dan trepelihara selama masa
perawatan.
Kriteria hasil :
- Klien dan keluarga mampu melakukan personal hygiene secara
mandiri
- Klien tampak bersih
- Adanya pengetahuan tentang personal hygiene
Intervensi / Rasional :
Menjaga tempat tidur agar tetap bersih dan rapi. Rasional :
menciptakan suasana yang nyaman bagi klien selama beristirahat.
Berikan pendidikan tentang personal hygiene. Rasional : untuk
menjaga kebersihan dan melakukan tindakan secara mandiri.
Anjurkan klien / keluarga untuk melakukan personal hygiene secara
mandiri. Rasional : pendidikan kesehatan akan menambah
pengetahuan tentang personal hygiene.
44
3.4. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
A. Pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan pre operasi.
(1). Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan ditandai
dengan : saya sangat takut dan khawatir akan tindakan operasi. Saya tidak
mengerti tentang prosedur operasi, ekspresi wajah menunjukkan
kecemasan, gelisah dan kurang bersemangat.
Implementasi (8 November 2011) :
- Jam 12.00 Wib : memonitor tanda-tanda vital TD 160/90 mmHg, temp.
370C x/m, pols 80 x/m, rr 24x/m.
- Jam 12.30 Wib : menyiapkan informan consent dan menyiapkan obat-
obatan untuk persiapan operasi
- Jam 12.45 Wib : membersihkan area operasi dan melakukan scerem
- Jam 1.30 Wib : memberikan dukungan imosional misalnya : memberikan
arahan untuk meningkatkan rasa kontrol klien.
Evaluasi (8 November 2011) jam 16.30 Wib :
S = - Klien menyatakan saya dapat memahami tindakan yang akan
dilakukan dan saya siap dilakukan operasi.
O = - Klien tenang dan rileks
Tanda-tanda vita :
* TD : 160/90 mmHg
* Temp : 370C
45
* Pols : 80x/m
* RR : 24x/m
A = - Masalah teratas
P = - Intervensi dihentikan.
(2). Defisit Knowledge berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur
pembedahan ditandai dengan saya tidak mengerti tentang prosedur operasi.
Dan klien tampak gelisah.
Implementasi :
- Jam 9.00 Wib : menjelaskan pada klien dan keuarga dalam tindakan
operasi
- Jam 10.30 Wib : melakukan persiapan pra operatif yang meliputi :
* Menganjurkan klien untuk berpuasa
* Pemasangan kateter (dower kateter No. 18)
* Pemasangan infus larger laktat 20 tts/m
* Menyiapkan dua unit transfusi darah (gol AB) untuk pemberian
transfusi.
- Jam 12.30 Wib : mendorong klien ke ruang operasi dengan menggunakan
brancar.
Evaluasi (8 November 2011) jam 1.30 Wib :
S = - klien meyatakan, saya memahami tentang indikasi kelahiran sesarea
46
O = - keadaan umum lemah, klien dengan pre eklampsia berat. TFU 3 jari
dibawah PX pembukaan 4-5 cm, denyut jantung (+)
A = masalah teratasi
P = rencana tindakan dihentikan.
B. Pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan post operasi.
(1). Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri jaringan yang
terpotong di bagian abdomen ditandai dengan : saya merasa nyeri di bagian
perut, saya lemah. Tanda-tanda vital : TD 140/90 mmHg, temp 360C, RR
24x/m, pols 58x/m.
Implementasi :
- Jam 08.00 Wib : memonitor tanda-tanda vital TD 140/90 mmHg, pols
50x/m, rr 24x/m, temp 360C.
- Jam 8.30 Wib : menciptakan suasana tenang dan nyaman dengan
membersihkan ruangan dan tempat tidur
- Jam 9.00 Wib : menjelaskan pada klien bahaya setiap pembedahan akan
menimbulkan nyeri.
- Jam 9.30 Wib : melakukan manipulasi nyeri dengan mengalihkan
perhatian klien dengan tehnik relaksasi sambil bercerita.
- Jam 12.00 Wib : berkolaborasi dengan team medis dalam pemberian
obat-obatan
- Jam 12.30 Wib : memberikan injeksi prilaporan 4 cc secara intra
musvular
47
Evaluasi (11 November 2011) 8.30 Wib :
S = saya masih merasa nyeri daerah perut pada luka operasi
O = ekspresi wajah klien masih susah dan cemas
A = masalah belum teratasi
P = tindakan diteruskan.
Evaluasi (12 November 2011) 09 Wib
S = saya masih merasa nyeri di daerah perut pada luka operasi
O = ekspresi wajah klien masih susah dan lemas
A = masalah belum teratasi
P = tindakan dilanjutkan
Evaluasi (13 November 2011) 8.30 Wib
S = saya merasa nyeri di daerah perut pada luka operasi mulai berkurang
O = wajah klien tampak tenang
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
Evaluasi (14 November 2011) 09 Wib :
S = saya merasa nyeri di daerah perut pada luka operasi sudah tidak ada
O = klien tampak tenang dan rileks
A = masalah teratasi
P = intervensi diteruskan apabila diperlukan.
48
(2). Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial ditandai dengan klien mengeluh susah tidur, kaku
kuduk dan sakit kepala dan nadinya bengkak di bagian tangan, tungkai kaki.
Implementasi :
- Jam 8.30 Wib : memonitor tanda-tanda vital TD 160/90 mmHg, ols
58x/m, rr 24x/m, temp 370C.
- Jam 9.00 Wib : menciptakan suasana tenang dan nyaman dengan
membersihkan ruangan dan tempat tidur.
- Jam 9.15 Wib : menjelaskan pada klien bahwa setiap adanya tekanan
darah tinggi akan menimbulkan kaku kuduk dan sakit kepala.
- Jam 10.30 Wib : berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-
obatan.
Evaluasi (11 November 2011) 0
S = saya masih merasa susah tidur
O = klien kelihatan gelisah dan tidak tenang, oedema di tangan dan
kedua tungkai kaki masih ada, TD 160/90 mmHg, protein urine
(1+1), keadaan umum lemah.
A = masalah belum teratasi
P = intervensi dilanjutkan
Evaluasi (12 November 2011)
S = saya masih merasa susah tidur
49
O = klien masih kelihatan gelisah dan tidak tenang, oedema di kedua
tangan berkurang, dan kedua tungkai kaki berkurang, keadaan umum
lemah TD 150/90 mmHg, temp. 370C, rr 28x/m, pols 52x/m
A = masalah belum teratasi
P = intervensi dilanjutkan
Evaluasi (13 November 2011)
S = saya sudah dapat tidur dengan nyaman
O = klien kelihatan tenang, oedema di kedua tangan dan kedua tungkai
kaki bawah berkurang, keadaan umum lemah berkurang, TD 140/90
mmHg, pols 58x/m, rr 24x/m, temp 370C.
A = masalah teratasi
P = intervensi dilanjutkan.
(3). Ketergantungan akan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan kurangnya pergerakan ditandai dengan : saya merasa lemah, saya
tidak dapat bergerak seperti biasanya dan saya merasa nyeri pada daerah
luka operasi jika saya bergerak.
Implementasi :
- Jam 8.30 Wib : membantu klien menggerakkan tubuh miring ke
kiri/kanan secara perlahan.
50
- Jam 8.40 Wib : memberikan pujian pada klien atas setiap
gerakan/aktivitas yang berhasil dilakukan
- Jam 8.60 Wib : menjelaskan pada klien tentang pentingnya mobilisasi
dalam proses penyembuhan
- Jam 09.30 Wib : menjelaskan pada klien agar mempergunakan pegangan
saat melakukan mobilisasi untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Evaluasi : (11 November 2011) jam 8.30 Wib
S = saya masih merasa nyeri/sakit di daerah perut pada luka operasi jika
saya bergerak.
O = klien belum bisa duduk di tempat tidur
A = masalah belum teratasi
P = intervensi diteruskan.
Evaluasi (12 November 2011) jam 8.30 Wib
S = saya masih susah untuk bangun dan berjalan ke kamar mandi
dibantu oleh perawat dan keluarga.
O = klien masih belum bisa duduk di tempat tidur
A = masalah belum teratasi
P = intervensi dilanjutkan
Evaluasi (13 November 2011) jam 8.30 Wib
S = saya sudah mulai sanggup bangun, dan berjalan ke kamar mandi
masih dibantu oleh perawat dan keluarga.
O = klien mulai bisa duduk di tempat tidur
51
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
Evaluasi (14 November 2011) jam 8.30 Wib
S = saya sudah sanggup bangun dan berjalan ke kamar mandi tanpa
dibantu oleh perawat dan keluarga lagi.
O = klien sudah bisa duduk di tempat tidur dan sudah bisa berjalan di
dalam ruangan.
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan.
(4). Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan dilakukan tindakan
pembedahan seksio sesarea ditandai dengan : saya tidak ada nafsu makan,
saya merasa sangat lemah, porsi makan yang disediakan tidak dihabiskan.
Implementasi :
- Jam 9.30 Wib : menjelaskan pada klien tentang pentingnya makanan bagi
tubuh untuk mempercepat proses penyembuhan.
- Jam 10.00 Wib : menganjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan
tambahan misal : roti, teh manis.
- Jam 10.30 Wib : menemani klien sewaktu makan untuk mengetahui
adanya penurunan atau peningkatan nafsu makan dan menganjurkan
klien untuk menghabiskan porsi makan yang disajikan.
Evaluasi (11 November 2011) jam 9.30 Wib :
52
S = saya tidak ada nafsu makan, saya masih lemah.
O = keadaan umum lemah, diet yang disajikan tidak dihabiskan
A = masalah belum teratasi
P = intervensi dilanjutkan
Evaluasi (12 November 2011) 09 Wib
S = saya sudah makan / paling menghabiskan sebagian porsi yang
disajikan, saya tidak lagi merasa lemah.
O = keadaan umum baik, diet yang disajikan dapat dihabiskan ½ porsi
dari porsi yang disajikan
A = masalah teratasi sebagian
P = tindakan dilanjutkan
Evaluasi (13 November 2011) jam 09 Wib :
S = nafsu makan saya kembali normal, saya sudah tidak lemah lagi.
O = diit atau porsi yang disajikan dapat dihabiskan
A = masalah belum teratasi
P = intervensi dihentikan.
(5). Personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kebersihan dan perawatan diri ditandai dengan rambut klien
kelihatan kotor dan pakaian kelihatan kurang bersih.
Implementasi :
53
- Jam 9.00 Wib : menjelaskan pada klien dan keuarga tentang proses
kebersihan dan perawatan diri.
- Jam 9.30 Wib : memberikan pendidikan tentang kesehatan personal
hygiene.
- Jam 10.00 Wib : menganjurkan klien dan keluarga klien untuk
melakukan personal hygiene secara mandiri
- Jam 10.10 Wib : menciptakan rasa percaya terhadap klien dengan
memperhatikan / memberi perhatian pada klien, mendengarkan segala
keluhan klien, mempertahankan kontak mata saat berbicara dengan
klien.
Evaluasi (11 November 2011) jam 9.00 Wib :
S = saya dan keuarga belum mengerti tentang cara tindakan perawatan
diri dan personal hygiene.
O = keluarga klien masih (-) mampu melakukan firasat tindakan personal
hygiene.
A = masalah belum teratasi
P = intervensi dilanjutkan
Evaluasi (12 November 2011) 8.30 Wib
S = saya dan keuarga mulai mengerti tentang cara tindakan perawatan
diri dan personal hygiene.
O = keluarga klien mulai mampu melakukan firasat tindakan personal
hygiene
54
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
Evaluasi (13 November 2011) jam 09.00 Wib :
S = saya dan keluarga sudah mengerti tentang perawatan diri dan
personal hygiene
O = pakaian sudah bersih, kuku sudah bersih
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan.
Evaluasi (14 November 2011) jam 8.30 Wib :
S = saya dan keluarga sudah mengerti tentang perawatan diri, dan saya
sudah bisa mandi.
O = pakaian, kuku, rambut keihatan bersih
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan.
55
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang persamaan dan kesenjangan-
kesenjangan yang didapati dalam bab II dan bab III, setelah melihat perbandingan
antara tinjauan teoritis dengan kegiatan yang penulis peroleh di lapangan atau
tinjauan kasus untuk mendapatkan perubahan yang sistematis maka penulis
membahas berdasarkan langkah-langkah proses perawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1. Pengkajian
Bila ditinjau secara umum, maka hasil pengkajian pada kasus tidak jauh
berbeda dengan pengkajian pada tinjauan teoritis, namun apabila ditinjau lebih
khusus maka akan ditemukan kesenjangan-kesenjangan antara keduanya yang
membentang pembahasan lebih lanjut.
Dari keluhan yang dialami klien adanya perbedaan dimana pada tinjauan
teoritis tidak dijumpai adanya ketergantungan aktivitas dan gangguan pola istirahat
tidur, tetapi pada tinjauan kasus dijumpai. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
tekanan intrakanial, kelemahan dan imobilisasi.
Namun menurut teoritis ketergantungan aktivitas dan peningkatan pola
istirahat pada ibu pre eklampsia berat atau seksio sesarea harus sangat mendapat
perhatian karena akan mempercepat penyembuhan kondisi ibu.
56
57
Sedangkan pada pengkajian data psikososial klien mengeluh takut dan
cemas, terhadap keadaan yang dialaminya belum adanya pengalaman dalam hal
persalinan berhubung klien baru pertama kali mengalami persalinan dengan seksio
sesarea yang merupakan persalinan untuk kelahiran anak pertama.
Kemudian dari pengkajian yang penulis lakukan terdapat adanya
kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus, hal ini disebabkan karena
adanya peningkatan tekanan darah, adanya oedema terutama di kedua belah tungkai
kaki, protein uria, kejang tetapi semuanya ini tidak terdapat pada tinjauan kasus,
terutama kejang tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena adanya tindakan operasi
seksio sesarea. Hal ini disebabkan oleh karena klien mendapat penanganan yang
cepat dan tepat.
Pada tinjauan teoritis masalah yang dijumpai pre operasi seksio sesarea
adalah kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
prosedur pembedahan, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
protein plasma. Sedangkan masalah yang dijumpai post operasi seksio sesarea
adalah : nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, resiko tinggi terhadap
cedera berhubungan dengan HKK dan eklampsia, kurang pengetahuan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber-sumber, perubahan pola eliminasi urine
berhubungan dengan trauma mekanis, kurang perawatan diri berhubungan dengan
penurunan kekuatan dari ketahanan, ketidaknyamanan fisik.
57
4.2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori diagnosa yang muncul pada pre operasi seksio sesarea
adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein plasma,
penurunan curah jantung, berhubungan dengan aliran balik vena, cedera resiko
tinggi terhadap ibu berhubungan dengan oedema dan profil darah yang abnormal,
perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh, kurang
pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber-
sumber.
Sedangkan diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus yaitu : cemas
berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan, defisit know ledge
berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur pembedahan.
Berdasarkan teoritis diagnosa yang muncul pada post operasi yaitu : nyeri
ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma pembedahan, resiko tinggi terhadap
cedera berhubungan dengan hipertensi karena kehamilan, kurang pengetahuan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber, perubahan eliminasi urine
berhubungan mekanis, kurang perawatn diri berhubungan penurunan kekuatan dari
ketahanan.
Sedangkan masalah keperawatan pada tinjauan kasus post operasi yaitu :
nyeri berhubungan dengan adanya luka pada bagian operasi, cemas berhubungan
dengan ketidak tahuan tentang luka operasi.
Pada diagnosa keperawatan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus
dijumpai adanya perbedaan antara lain yaitu : personal hygiene kurang berhubung
dengan kurangnya pengetahuan tentang kebersihan perawatan diri, masalah ini tidak
58
dijumpai pada tinjauan kasus karena pada hari ketiga perawatan klien sudah dapat
membersihkan diri walaupun klien tidak mandi seperti biasanya.
4.3. Intervensi Keperawatan
Pada tahap intervensi tindakan perawatan yang penulis rencanakan maka
tindakan yang dilakukan adalah : usaha untuk menghilangkan nyeri, usaha ini
direncanakan pada kedua masalah yang timbul baik di tinjauan teoritis maupun
tinjauan kasus menghilangkan gangguan mobilits fisik dan ketahanan tubuh klien
dilakukan pada tinjauan teoritis karena pada masalah post seksio sesarea mobilisasi
dapat dilakukan beberapa hari rawatan yaitu pada hari kedua rawatan.
4.4. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan rencana asuhan keperawatan terhadap Ny. Nh. Pre dan post
operasi seksio sesarea telah menunjukkan adanya perubahan yaitu : rasa nyeri klien
berkurang, cemas berkurang, klien dapat bergerak dan beraktifitas seperti biasanya,
kebutuhan nutrisi dapat trepenuhi, dan nafsu makan kembali normal, pengetahuan
klien dapat bertambah, oedema kedua tungkai kaki berkurang dan tekanan darah
kembai normal, kaku kuduk berkurang.
Di dalam pelaksanaan tindakan perawatan diperlukan kerjasama antara klien,
keluarga dan team kesehatan lainnya. maka sesuai dengan rencana, tindakan klien
pada post seksio sesarea maka penulis perlu melibatkan keluarganya serta
memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan mengenai pentingnya personal
hygiene untuk kesembuhan.
59
4.5. Evaluasi
Hasil akhir selama dalam proses perawatan yang penulis lakukan pada Ny.
Nh pre dan post operasi seksio sesarea, perawatan hari ke-13 November 2011 telah
terpenuhi ditandai : klien dapat bergerak seperti biasanya, nafsu makan kembali
normal, pengetahuan klien bertambah dan infeksi pada luka post operasi tidak
trejadi, oedema di kedua tungkai kaki hilang, tekanan darah kembali normal, kaku
kuduk hilang.
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan, penulis menyadari tidak
semua masalah teratasi dengan baik dalam waktu singkat walaupun semua masalah
sudah dapat teratasi sebagian, hal ini tidak terlepas dari kerjasama klien untuk
menjalankan semua program perawatan dan pengobatan serta besarnya bantuan dari
keluarga dan team kesehatan yang terkait.
Setelah proses perawatan maka penulis mendokumentasikan pada lembaran
dokumentasi yang disediakan di ruangan yaitu berupa catatan perkembangan
rawatan, sebagai bukti pelaksanaan asuhan keperawatan.
60
BAB V
PENUTUP
Setelah membahas kasus klien dengan pre dan post operasi seksio sesarea,
dilihat dari tinjauan teoritis dan tinjauan kasus maka dapat ditarik kesimpulan dan
saran sebagai berikut :
5.1. Kesimpulan
1. Seksio sesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan
anak dari rongga rahim dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding dalam perut.
2. Dalam melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien pre dan post
operasi seksio sesarea dilakukan secara komprehensif.
3. Permasalahan yang timbul pada waktu melakukan asuhan keperawatan pada
klien pre dan post operasi seksio sesarea diantaranya, masalah keperawatan
pre operasi yaitu : cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan
operasi, defisit knowledge berhubungan kurang informasi tentang prosedur
pembedahan. Sedangkan masalah keperawatan post operasi yaitu :
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya nyeri jaringan yang
terpotong di bagiam abdomen, gangguan pola istirahat tidur berhubungan
dengan peningkatan intrakranial, ketergantungan akan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kurangnya pergerakan,
perubahan pola nutrisi berhubungan dengan dilakukan tindakan
61
61
pembedahan, personal hygiene kurang berhubungan kurang pengetahuan
tentang kebersihan perawatan diri.
4. Dalam merumuskan perencanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan
permasalahan yang dialami klien dan prioritas masalah, sehingga kebutuhan
klien dapat terpenuhi.
5. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien pre dan post operasi
seksio sesarea tidak lepas dari kerjasama team yaitu : dokter, perawat,
kepala ruangan dan ahli gizi serta adanya kerjasama yang baik antara
penulis dengan klien dan keluarganya.
6. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap tindakan
keperawatan pada klien pre dan post operasi seksio sesarea, insya Allah
semua masalah dapat teratasi sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
7. Dokumentasi proses keperawatan sangat penting sebagai bukti dari
pelaksanaan asuhan keperawatan.
5.2. Saran-saran
1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya memandang klien
secara menyeluruh sebagai makhluk bio, psiko sosio dan spiritual serta
membuat perencanaan sekaligus menerapkan proses keperawatan sehingga
kebutuhan klien terpenuhi.
2. Untuk menunjang asuhan keperawatan pada klien post seksio sesarea peran
keluarga sangat besar manfaatnya, oleh karena itu keluarga harus
diikutsertakan dalam proses keperawatan.
62
3. Sebagai perawat haruslah bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya,
hindari sifat pilih kasih terhadap klien dan hendaknya bekerja dengan dasar
ingin membantu sesama demi peningkatan derajat kesehatan manusia
4. Sebagai perawat hendaknya mempunyai dedikasi yang tinggi pada perawat,
sehingga hari perawatan dapat dipersingkat tanpa mengalami komplikasi
sehingga perawat mampu berperan dalam menurunkan biaya perawatan dan
angka morbilitas, dokumentasi meningkatkan kemampuan dalam standar
dokumentasi dalam proses keperawatan.
63