tesis perbedaan rerata ekspresi protein ki-67 pada

74
TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA ADENOMA DAN KARSINOMA KOLOREKTAL PADA BIOPSI KOLONOSKOPI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi ilmu Kedokteran Biomedik Program Pasca sarjana Universitas Udayana NI MADE MAHARINI RAHAYU NIM 0814098201 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Upload: buibao

Post on 27-Dec-2016

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

TESIS

PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA ADENOMA DAN KARSINOMA KOLOREKTAL

PADA BIOPSI KOLONOSKOPI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Program Studi ilmu Kedokteran Biomedik

Program Pasca sarjana Universitas Udayana

NI MADE MAHARINI RAHAYU NIM 0814098201

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013

Page 2: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 19 September 2013

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

Nomor 1717/UN14.4/HK/2013 Tertanggal 16 September 2013

Ketua : dr. I ketut Mulyadi, SpPA (K)

Sekretaris : dr Moestikaningsih, SpPA(K)

Anggota :

1. Prof. dr. N Tigeh Suryadhi, MPH,Ph.D

2. Dr. dr. Ida Sri Iswari, SpMK., M.Kes

3. dr. AAA.N. Susraini, SpPA (K)

Page 3: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama tama perkenanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida

Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara

nugrahaNya/kurnia Nya, karya akhir ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

kepada dr. I Ketut Mulyadi, SpPA(K) selaku pembimbing I dan dr.

Moestikaningsih, SpPA(K) sebagai pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan dan saran saran dari awal sampai karya akhir ini terselesaikan. Penulis

minta maaf karena dalam proses penyelesaian karya akhir ini penulis banyak

membuat kesalahan sehingga membuat pembimbing merasa tidak nyaman.

Ucapan yang sama juga kami sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof.DR. dr. I Made Bakta, SpPD-KHOM, Direktur Program Pascasarjana

Prof.DR.dr. Raka Sudewi, SpS(K), serta Ketua Program Studi Ilmu Biomedik,

Prof.DR.dr. Wimpie pangkahila, Sp.And.,FAACS., yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis menjadi mahasiswa pada program pascasarjana

Universitas Udayana. Pada kesempatan ini pula kami sampaikan rasa terima kasih

yang dalam kepada tim penguji, prof. dr. N. Tigeh Suryadi, MPH,Ph.D., DR. dr.

Ida Iswari, Sp.MK.,M.Kes., dan dr. AAAN Susraini, SpPA(K), yang telah

memberikan masukan, sanggahan, saran dan koreksi sehinngga karya akhir ini

dapat terwujud seperti ini. Kepada dr. I Wayan Sutarga MPHM, Direktur Utama

Rumah Sakit Sanglah Denpasar, penulis sampaikan ucapan terima kasih karena

telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama mengikuti

Page 4: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

pendidikan di Rumah Sakit Sanglah. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada dr Luh Putu Iin Indrayani Maker,SpPA sebagai Kepala Instalasi

laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Sanglah dan dr Ni Wayan Winarti

SpPA sebagai Kepala Bagian lab Patologi Rumah Sakit Sanglah Denpasar, yang

telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tulus

kepada dr Herman Saputra,SpPA(K) dan dr Ni Putu Sriwidyani, SpPA yang

banyak memberikan masukan dan saran serta dorongan semangat kepada

penulis. Ucapan yang sama juga kami berikan kepada seluruh staf pengajar dan

senior di Lab. Patologi Rumah Sakit Sanglah Denpasar, serta seluruh staf

karyawan dan rekan rekan sejawat residen Patologi Anatomi atas kerjasamanya

selama penulis menyelesaikan karya akhir ini.

Ungkapan terima kasih yang sebesar besarnya penulis sampaikan kepada

suami tercinta I Putu Saptajaya, SIP serta kedua anak tercinta Ni Putu Ayu

Finansya Saptarini dan I Made Rezilienta Saptaputra, atas pengertian dan

dukungannya selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi ini. Terimakasih

yang besar juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan mertua serta

seluruh keluarga besar atas dukungannya dan dorongan semangatnya, serta semua

pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Semoga Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmatnya kepada kita semua.

Page 5: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

ABSTRAK

PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA ADENOMA DAN KARSINOMA KOLOREKTAL PADA BIOPSI KOLONOSKOPI

Lesi neoplastik pada kolorektal dapat berupa adenoma dan karsinoma kolorektal (KKR). Adanya invasi pada muskularis mukosa merupakan kriteria untuk KKR. Diagnosis ditegakkan dengan interpretasi histopatologik. Menentukan invasi pada interpretasi sediaan biopsi kolorektal yang terbatas kadang agak sulit sehingga memerlukan alat bantu diagnostik lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan rerata ekspresi Ki-67 pada adenoma dan KKR.

Penelitian ini menggunakan metode analitik potong lintang pada kasus biopsi kolonoskopi yang didiagnosis adenoma dan KKR pada tahun 2011 sampai 2012. Dilakukan reinterpretasi sediaan H-E untuk diagnosis adenoma atau KKR serta menentukan derajat diferensiasi dari adenoma dan KKR tersebut. Dilakukan pulasan imunohistokimia Ki-67, kemudian diinterpretasi dengan menggunakan mikroskop cahaya dihitung prosentase sel tumor yang terpulas. Perbedaan rerata Ki-67 adenoma dan KKR dianalisis dengan uji t dengan kemaknaan p<0,05.

Rerata ekspresi Ki-67 pada KKR lebih tinggi dibandingkan dengan adenoma (p=0,000). Ekspresi Ki-67 juga berbeda bermakna pada KKR derajat rendah dan tinggi. Pada adenoma derajat rendah dan derajat tinggi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik.

Perbedaan ekspresi Ki-67 yang bermakna pada adenoma dan KKR dapat dipergunakan sebagai dasar menggunakan Ki-67 untuk metode diagnostik molekuler untuk mengkonfirmasi diagnostik konvensional adenoma dan KKR.

Kata kunci : Ki-67, adenoma, karsinoma kolorektal, biopsi kolonoskopi.

Page 6: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF EXPRESSION OF MEAN Ki-67 PROTEIN IN COLORECTAL ADENOMA AND CARCINOMA IN COLONOSCOPY

BIOPSY

Neoplastic lesion in colorectal could be adenoma and colorectal carcinoma (CRC). An invasion in muscularis mucosa is a criteria for colorectal carcinoma. Diagnosis is formed with histopatologic interpretation. In colorectal - biopsy preparation interpretation, determining limited invasion is sometimes difficult so that it needs other diagnostic tools. The aim of this study was to evaluating the difference of Ki – 67 mean expression in colorectal adenoma and CRC.

This study was cross-sectional study on colorectal adenoma and CRC. Cases were diagnosed by colonoscopy-biopsy between 2011 and 2012. It did re-interpretation of H-E preparation of adenoma or colorectal carcinoma diagnosis and determination of the degree of differentiation of those adenoma and colorectal carcinoma. Immunohistochemical Ki-67 staining was interpreted with light microscope. The percentage of the stained tumour cells was counted. The difference of mean in Ki-67 expression of colorectal adenoma and CRC was analyzed with t-test with significance level at p<0.05.

The mean of Ki-67 expression in colorectal carcinoma was higher compared to adenoma (p= 0.000). Ki-67 expression was significantly difference in colorectal carcinomas with low and high grade. At low and high grade adenoma, the Ki-67 expression was no significantly difference.

The significantly difference of Ki-67 expression in adenoma and colorectal carcinoma could be used as a basis of the usage of Ki-67 for molecular diagnostic method in order to confirm conventional diagnostic of adenoma and colorectal carcinoma.

Keywords: Ki-67, adenoma, colorectal carcinoma, colonoscopy biopsy

Page 7: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ................................................................................. i

PRASYARAT GELAR ........................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................ iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................. viii

ABSTRACT .............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 5

1.3.1 Tujuan Umum ......................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 6

Page 8: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

2.1 Insidensi Adenoma dan Karsinoma Kolorektal ................... 6

2.2 Adenoma Kolorektal dan Karsinoma Kolorektal ................. 7

2.2.1 Adenoma Kolorektal ..................................................... 7

2.2.1.1 Gambaran Histopatologik Adenoma ....................... 9

2.2.1.2 Derajat displasia ..................................................... 11

2.2.1.3 Karsinoma Intramukosa ......................................... 11

2.2.2 Karsinoma Kolorektal ................................................... 12

2.2.2.1 Gambaran Mikroskopik .............................................. 12

2.2.2.2 Diagnosis Banding ..................................................... 14

2.2.2.3 Derajat Diferensiasi Karsinoma Kolorektal ............... 15

2.2.2.4 Stadium Patologik ........................................................... 16

2.3 Karsinogenesis Karsinoma Kolorektal ................................................. 17

2.4 Struktur dan fungsi Ki-67 ...................................................................... 21

2.5 Ki-67 pada Adenoma dan Karsinoma Kolorektal ................................. 22

BAB III KERANGKA PIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ................................................................................... 25

3.1 Kerangka Pikir .................................................................... 25

3.2 Konsep Penelitian ............................................................... 26

3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................ 27

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 28

4.1 Rancangan Penelitian .......................................................... 28

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 28

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 28

Page 9: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

4.3.1 Populasi .................................................................. 28

4.3.2 Sampel .................................................................... 29

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................... 30

4.4.1 Kriteria Inklusi ........................................................ 30

4.4.2 Kriteria Eksklusi ..................................................... 30

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................... 30

4.6 Definisi Operasional Variabel ............................................. 30

4.7 Prosedur Penelitian ............................................................. 33

4.8 Analisis Data ...................................................................... 40

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................ 41

5.1 Karakteristik Subyek Penelitian .......................................... 41

5.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan umur ..... 41

5.1.1 Krakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis

Kelamin ......................................................................... 42

5.2 Hubungan Overekspresi Ki-67 pada Adenoma dan KKR ..... 44

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 48

6.1 Karakteristik Subyek Penelitian .......................................... 48

6.2 Hubungan Overekspresi Ki-67 pada Adenoma dan KKR .... 49

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 52

7.1 Simpulan ............................................................................ 52

7.2 Saran .................................................................................. 52

Page 10: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 53

LAMPIRAN ................................................................................... 57

Page 11: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tipe histologik dari Adenoma kolorektal ................................. 10

Gambar 2.2 Tipe deferensiasi KKR ............................................................. 16

Gambar 2.3 Tahap Tahap Perubahan Molekuler pada Karsinogenesis

Kolorektal yang Sporadik ...................................................... 18

Gambar 2.4 Tahap Tahap perubahan Molekuler dari Neoplasia yang

Berhubungan dengan Inlammatory Bowel Disease .................. 21

Gambar 2.5 Adenoma kolorektal yang menunjukkan ekspresi Ki-67 .......... 24

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian ........................................ 26

Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian .............................................................. 28

Gambar 4.2 Bagan Prosedur Penelitian ........................................................ 39

Gambar 5.1 Derajat Diferensiasi Adenoma Kolorektal ................................. 43

Gambar 5.2 Derajat Diferensiasi KKR ........................................................ 44

Gambar 5.3 Ekspresi Ki-67 pada Karsinoma Payudara .................................. 45

Gambar 5.4 Ekspresi Ki-67 pada Derajat Diferensiasi Adenoma Kolorektal.. 46

Gambar 5.5 Ekspresi Ki-67 pada Derajat Diferensiasi KKR ........................... 46

Page 12: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Jumlah Adenoma dan KKR Perkelompok Umur Satu Dekade ... 42

Tabel 5.2 Jumlah Adenoma dan KKR Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 42

Tabel 5.3 Frekuensi Adenoma kolorektal Berdasarkan Derajat

Diferensiasi ............................................................................... 43

Tabel 5.4 Frekuensi KKR Berdasarkan Derajat Diferensiasi......................... 44

Tabel 5.5 Perbedaan Skor Ekspresi Ki-67 antara Kelompok

Adenoma Kolorektal dan Karsinoma Kolorektal .......................... 45

Page 13: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

DAFTAR SINGKATAN

ACF = Aberant Crypt Foci

APC = Adenomatous Polyposis Coli

CDK = Cyclin Dependent Kinase

CIMP = CpG Island Methylator Phenotype

CIN = Chromosomal Instability

DCC = Deleted in Colon Cancer

FAP = Familial Adenomatous Polyposis

IL-1 = Interleukin- 1

Ki-67 = Protein Kiev-67

KRAS = Kirsten Rat Sarcoma

MSI = = Microsatellite Instability

NF-KB = Nuclear Factor Kappa

PCNA = Proliferating Cell Nuclear Antigen

Page 14: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Kelaikan Etik ................................................ 57

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ................................................................... 58

Lampiran 3 Data Sampel dan Hasil Pemeriksaan Imunohistokimia

Ki-67 ........................................................................................ 59

Lampiran 4 Analisis Statistik ....................................................................... 61

Page 15: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karsinoma kolorektal adalah salah satu neoplasma yang kejadiannya cukup

sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara industri. Pada saat ini

karsinoma kolorektal sangat sering kita jumpai. Kanker ini insidennya lebih tinggi

di negara maju dan dikaitkan dengan pola makan dan gaya hidup.

Karsinoma kolorektal (KKR) menempati urutan keempat sebagai penyebab

kematian terbanyak akibat kanker di seluruh dunia, merupakan keganasan utama

urutan ketiga pada laki-laki (663 000 kasus, 10 % dari total kasus) dan keempat

pada perempuan (570 000 kasus, 9.4 % dari total kasus) pada tahun 2008 (Ferlay

et al., 2010). Di Indonesia kanker kolorektal relatif berdasarkan registrasi Patologi

tahun 2008 pada laki-laki 1021 kasus, pada perempuan 839 kasus. Di Bali KKR

menempati urutan ketiga setelah karsinoma payudara dan servik, dengan jumlah

kasus 103 pada laki-laki, 81 pada perempuan (DitjenYanMed, 2008).

Berdasarkan prevalensi KKR yang tinggi, telah dilakukan skrining KKR

dengan metode invasif biopsi kolonoskopi untuk mendeteksi lesi prekanker dan

KKR. Terdapat 2 modalitas pencegahan dari KKR, modalitas primer dan

sekunder. Pencegahan primer adalah pencegahan penyakit sebelum penyakit

terjadi. Pencegahan sekunder melibatkan deteksi penyakit sebelum menimbulkan

gejala dan melakukan intervensi untuk mencegah manifestasi klinis pada penyakit

Page 16: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

seperti pengangkatan adenoma kolon sebelum berkembang menjadi

adenokarsinoma. Skrining KKR sebaiknya dilakukan pada semua orang yang

berumur diatas 50 tahun, menggunakan beberapa strategi seperti Fecal Occult

Blood Testing (FOBT), Flexible sigmoidoscopy, kombinasi dari FOBT dan

sigmoidoskopi, kolonoskopi dan double contrast barium enema (Fenoglio, 2009).

Untuk orang yang berusia lebih dari 50 tahun dengan risiko rata-rata, skrining

KKR dilakukan dengan metode noninvasif yaitu FOBT. Sedangkan untuk orang

dengan risiko tinggi, metode skrining yang digunakan adalah metode invasif.

Deteksi dengan menggunakan metode invasif seperti kolonoskopi masih tetap

merupakan pilihan karena akurasinya yang tinggi mencapai 95%. Secara teori

kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon (usus besar) mulai dari anus, rektum

sigmoid, kolon desendens, tranversum, asenden atau sekum dan ilium terminale

dengan menggunakan alat (scope). Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk

menilai jika hasil radiologi meragukan atau tidak ditemukannya kelainan sehingga

perlu evaluasi lebih lanjut. Tujuan selanjutnya adalah meneliti suatu penyakit pada

mukosa kolon yang disertai penurunan berat badan dan adanya anemia tanpa tahu

penyebabnya, menegakkan diagnosis suatu keganasan/ kanker pada kolon dengan

melakukan tindakan terapiutik dan biopsi mukosa kolon, selanjutnya sebagai

follow up setelah pengangkatan/ operasi suatu kanker usus/evaluasi setelah

polipektomy (pengambilan polip) ( Mesmann et al., 2006).

Namun seringkali jaringan yang didapat dari kolonoskopi hanya

mengandung mukosa tanpa lapisan submukosa. Hal ini menyulitkan patolog untuk

membuat suatu diagnosis, apakah itu suatu adenoma murni, ataukah suatu

Page 17: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

karsinoma kolorektal. Kriteria diagnostik suatu karsinoma kolorektal adalah

adanya invasi ke muskularis mukosa dan atau submukosa. Kebanyakan karsinoma

kolorektal berkembang dari adenoma. Adenoma merupakan lesi prekursor KKR.

Adenoma ini dapat terjadi secara sporadik atau merupakan bagian dari sindrom

polyposis. Adenoma secara definisi adalah jinak, walaupun bersifat neoplastik dan

dapat menyebabkan karsinoma kolorektal invasif. Karsinoma kolorektal juga

dapat berasal dari area displasia pada pasien dengan Idiopathic inflammatory

bowel disease (IBD) (Fenoglio, 2009). Berdasarkan persentase komponen

vilosum, adenoma dibedakan menjadi tiga tipe histologik, yaitu tubuler,

tubulovilosum dan vilosum. Pada penelitian ini tipe adenoma tidak dibedakan.

Sel neoplastik adalah sel-sel yang aktif berproliferasi, yang ditandai dengan

siklus sel yang lebih cepat dibandingkan dengan sel normal. Proliferasi sel ini

dipicu oleh beberapa faktor seperti protein Ki-67 atau MIB I dan beberapa Cyclin.

Laju proliferasi sel tumor dapat ditentukan melalui beberapa petanda proliferasi

sel seperti : Mitotic activity Index /MAI, S-Phase Fraction/SPF dan DNA ploidy

melalui flow cytometri, Thymidin Labeling Index (TLI), Thymidin Kinase (TK),

protein Ki-67, atau MIB I, PCNA, Cyclin E, Cyclin D dan lain lain.

Dengan menggunakan marker index proliferatif seperti Ki-67 pada adenoma

dapat dibuat prediksi progresifitasnya dan pada KKR dapat dibuat suatu prediktif

terapi. Penelitian oleh Nabi et al. (2008) menunjukkan bahwa kanker yang lanjut

menunjukkan proliferasi sel yang lebih tinggi dibandingkan dengan lesi yang

lebih awal. Ki-67 merupakan pemeriksaan molekuler yang dapat dipergunakan

untuk menilai laju proliferasi tumor. Penelitian lain tentang Ki-67 pada karsinoma

Page 18: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

kolorektal dengan menghubungkan marker ini dengan beberapa faktor prognosis.

Aktivitas proliferasi berhubungan dengan derajat diferensiasi, tipe histologik, dan

stadium dari karsinoma kolorektal (Nabi et al., 2008). Sementara pada adenoma

kolorektal, penelitian oleh Nussrat et al. (2011) menunjukkan bahwa ekspresi Ki-

67 berhubungan dengan ukuran dan derajat lesi.

Bila dibandingkan dengan pengecatan untuk biomarker yang lain, maka

teknik pengecatan Ki-67 ini adalah mudah dikerjakan, ekonomis dan lebih

reproducible (Urruticoechea et al., 2005). Beberapa penelitian memperlihatkan

Ki-67 merupakan marker proliferatif yang lebih baik pada kolon dibandingkan

Proliferating Cell Nuclear Antigen (PCNA). Berdasarkan data inilah dipilih Ki-

67. Mengingat adanya ketidaksamaan dalam hal menentukan definisi dari cut-off

point, maka sebaiknya Ki-67 ditetapkan sebagai variabel kontinyu (Urruticoechea

et al., 2005).

Sejauh pengetahuan penulis, di Bali selama ini hanya ada penelitian ekspresi

Ki-67 yang dikaitkan dengan karsinoma dan belum ada penelitian yang

membandingkan ekspresi Ki-67 pada adenoma dan adenokarsinoma kolorektal

yang bernilai untuk surveilen deteksi KKR.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah perbedaan rerata ekspresi antara indek proliferasi Ki-67 pada

adenoma kolorektal dengan rerata ekspresi indek proliferasi Ki-67 pada karsinoma

kolorektal?

Page 19: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menilai perbedaan indeks proliferasi sel pada adenoma dan karsinoma

kolorektal.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan umtuk mengetahui perbedaan rerata ekspresi Ki-67

pada adenoma dan karsinoma kolorektal.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai alternatif faktor prognostik kemungkinan suatu karsinoma invasif

pada kasus adenoma dari sediaan biopsi kolonoskopi kolorektal di Bali.

b. Sebagai faktor prediktif pertimbangan terapi suatu karsinoma invasif dan

sebagai deteksi dini pada kasus adenoma dari sediaan biopsi kolonoskopi

kolorektal.

c. Sebagai salah satu acuan untuk penelitian prospektif selanjutnya.

Page 20: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Insidensi Adenoma dan Karsinoma Kolorektal

Area geografik untuk adenoma dan karsinoma kolorektal adalah sama, terjadi

lebih umum di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang. Perbedaan

geografik yang tinggi dapat disebabkan karena pola makan dan gaya hidup.

Insiden adenoma kolon ditemukan meningkat pada pasien dengan FAP

(Familial Adenomatous Polyposis) (Fenoglio,2009). Dengan pemeriksaan

endoskopik sekitar 60-70% adenoma dapat ditemukan pada polip kolorektal. Di

negara barat, prevalensi seumur hidup untuk menderita adenoma adalah 30-50%

dan 6% diantaranya akan berlanjut menjadi KKR (Riddel et al., 2002).

Pada tahun 2008 Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan keganasan utama

urutan ketiga pada laki-laki (663.000 kasus, 10 % dari total kasus) dan keempat

pada perempuan (570.000 kasus, 9.4 % dari total kasus) di seluruh dunia. Angka

kematian sebanyak 608.000 di seluruh dunia menempatkan KKR sebagai

penyebab kematian urutan keempat terbanyak akibat kanker (Ferlay et al., 2010).

Diperkirakan kasus baru KKR di Amerika Serikat pada tahun 2010 sebanyak

142.570 (9%) pada laki-laki dan perempuan dengan perkiraan angka kematian

52.470 (9 %) (Jemal et al., 2010).

Di Indonesia kanker kolorektal relatif berdasarkan registrasi Patologi tahun

2008 pada laki-laki 1021 kasus, pada perempuan 839 kasus. Di Bali KKR

Page 21: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

menempati urutan ketiga setelah karsinoma payudara dan servik, dengan jumlah

kasus 103 pada laki-laki, 81 pada perempuan (DitjenYanMed,. 2008).

Sampai saat ini, penanganan kuratif adalah reseksi operatif, yang pada kasus

KKR lanjut seringkali tidak memungkinkan untuk mengangkat seluruh sel kanker.

Walaupun pengobatan adjuvan berkembang cepat dan maju, namun hanya sedikit

yang meningkatkan survival pasien KKR dalam keadaan lanjut (Wolpin et al.,

2007). Atas dasar itu, menemukan kasus baru dalam stadium dini, harus

dikembangkan sebagai tindakan preventif sehingga dapat menekan morbiditas dan

mortalitas pasien KKR (American Cancer Society, 2008).

2.2 Adenoma Kolorektal dan Karsinoma kolorektal

2.2.1 Adenoma kolorektal

Adenoma kolorektal adalah lesi neoplasma glandular jinak yang mengawali

perkembangan KKR. Adenoma bisa terjadi tunggal ataupun multipel. Bila

multipel pasien mungkin mempunyai sindrom genetik. Adenoma telah ditetapkan

sebagai lesi prekursor KKR karena (1) adenoma dan KKR memiliki distribusi

lokasi anatomik yang sama dan sering terjadi bersamaan, (2) terdapat korelasi

epidemiologik faktor risiko antara adenoma dan KKR, (3) dapat ditemukan area

transisi adenoma-karsinoma, dan (4) dapat ditemukan defek molekuler yang sama

(Homick, 2011 ).

Adenoma dapat mengalami pertambahan ukuran sebanyak 50% sejalan

dengan waktu, namun hanya 5 – 10% adenoma yang berlanjut menjadi KKR.

Kebanyakan adenoma tubuler berukuran kecil bersifat statis bahkan mengalami

Page 22: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

regresi (Homick,2011). Waktu yang dibutuhkan adenoma untuk transformasi

menjadi KKR diperkirakan selama 10 tahun. Sebesar 0,25 % adenoma dan 1 %

dari adenoma lanjut akan berkembang menjadi KKR tiap tahunnya. Dengan

skrining endoskopik dapat dilakukan pengangkatan adenoma sehingga

menurunkan insidens KKR sebesar 70 – 90 % (Gschwantler et al., 2001). Pada 3

– 5% adenoma mengandung KKR pada saat diagnosis. Ukuran adenoma

merupakan prediktor paling baik untuk risiko karsinoma, yaitu 10 – 20% pada

adenoma ukuran lebih dari 2 cm, 5 % pada ukuran 1 – 2 cm, dan kurang dari 1 %

pada adenoma yang berukuran kurang dari 1 cm. Komponen vilosum dan derajat

displasia meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran adenoma. Adenoma yang

berukuran kurang dari 1 mm umumnya menunjukkan displasia ringan dan

memiliki resiko keganasan 5 % dalam 15 tahun. Pada adenoma dengan displasia

berat, resiko keganasan meningkat menjadi 27%. Sebanyak 30% adenoma

vilosum yang berukuran lebih dari 5 mm mengandung KKR pada saat diagnosis

(Euscher et al., 2001; Riddell et al., 2002). Pada 10 – 30 % pasien adenoma

memiliki lesi multipel (lebih dari atau sama dengan 3). Prevalensi adenoma

multipel meningkat sesuai dengan pertambahan usia, yaitu 9 % pada usia kurang

dari 60 tahun, 17 % pada usia 60 - 73 tahun dan 28 % pada usia diatas 75 tahun

memiliki tiga atau lebih adenoma. Lesi multipel juga meningkatkan resiko

memiliki komponen vilosum (60 % dibandingkan dengan 38 %) dan displasia

keras (14 % dibandingkan dengan 7 %) (Homick, 2011).

Page 23: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

2.2.1.1 Gambaran histopatologik adenoma

Adenoma secara mikroskopik didiagnosis dengan mengamati perubahan

sitologik dan arsitektur. Yang termasuk dalam perubahan sitologik adalah

peningkatan rasio inti terhadap sitoplasma (pembesaran relatif inti terhadap

sitoplasma), hiperkromasia (warna gelap pada inti oleh karena peningkatan

aktivitas DNA), pleomorfisme inti (variasi bentuk dan ukuran inti), peningkatan

jumlah mitosis, dan adanya mitosis atipik (Homick,2011). Pada adenoma,

umumnya terjadi kegagalan maturitas sitoplasma berupa berkurang/hilangnya

musin. Perubahan arsitektur kelenjar meliputi inti yang bertumpuk, bentuk

kelenjar yang kompleks disertai kontur permukaan abnormal, yaitu lebih viliform

(Riddell et al., 2002).

Pola arsitektur yang dijumpai dapat berupa bentukan vilosum, tubulus

atau campuran. Komponen vilosum ditandai oleh adanya epitel displastik yang

memanjang seperti jari-jari, panjangnya lebih dari dua kali ketebalan mukosa

normal kolon. Definisi ini adalah subjektif dan sulit dibedakan dengan tubulus

yang panjang dan terpisah. Pada 35-75 % adenoma berukuran lebih dari 1 cm

diketahui memiliki komponen vilosum (Euscher, 2001).

Berdasarkan persentase komponen vilosum, adenoma dibedakan menjadi tiga

tipe histologik, yaitu tubuler, tubulovilosum dan vilosum. Adenoma tubuler (70 –

90% kasus) memiliki komponen vilosum kurang dari 20%. Arsitektur tubuler

pada lapisan mukosa tetap dipertahankan. Gambaran mikroskopik umumnya

bertangkai. Memiliki resiko keganasan sebesar 2 – 3 % (Gambar 2.1A) (Ferlay et

al., 2010).

Page 24: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Adenoma tubulovilosum (10 – 25% kasus) memiliki komponen vilosum

antara 20 – 80%. Memiliki resiko degenerasi keganasan menengah. (Gambar

2.1B). Adenoma vilosum (5% kasus) memiliki lebih dari 80 % komponen

vilosum. Makroskopik umumnya sessile dengan permukaan viliform. Pada 30 %

adenoma vilosum dengan displasia keras mengandung KKR pada saat diagnosis

(Ferlay et al., 2010).

Gambar 2.1. Tipe histologik dari adenoma kolorektal. A. Adenoma tubuler, B.

Adenoma Tubulovilosum, C. Adenoma vilosum, D. Displasia ringan, E. Displasia

keras, F. Karsinoma intramukosa (Dikutip dari Ferlay et al., 2010)

2.2.1.2. Derajat displasia

Displasia pada adenoma dibedakan menjadi displasia ringan (mencakup

displasia ringan dan sedang) dan displasia berat (mencakup displasia berat dan

Page 25: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

karsinoma intramukosa). Penentuan derajat displasia ini berdasarkan kombinasi

gambaran sitologik dan arsitektural. Pada displasia ringan ditemukan kripta yang

penuh, tersusun paralel, tanpa gambaran kelenjar back-to-back, cribriform atau

budding. Inti sel bertumpuk mencapai setengah ketebalan epitel dan tetap

berorientasi pada basal. Mitosis atipik, kehilangan polaritas sel dan pleomorfisme

ditemukan minimal (Riddell et al., 2002; Hamilton et al., 2009; Homick, 2011)

(Gambar 1D).

Pada displasia berat ditemukan pleomorfisme inti yang jelas, yaitu bentuk

inti lebih bulat dengan peningkatan rasio inti terhadap sitoplasma, kromatin inti

kasar dan nukleoli yang nyata. Terdapat kehilangan orientasi inti pada basal dan

inti bertumpuk melebihi setengah ketebalan epitel. Mitosis dan mitosis atipik

mudah ditemukan. Perubahan arsitektur kelenjar yang ditemukan dapat berupa

pola back-to-back dan cribriform serta sarang-sarang solid. Tidak ditemukan

invasi pada membran basal (Riddell et al., 2002; Hamilton et al., 2009; Homick,

2011) (Gambar 1E).

2.2.1.3 Karsinoma Intramukosa

Beberapa literatur baru membedakan gambaran adenoma yang menunjukkan

invasi pada lapisan mukosa atau muskularis mukosa namun tidak mencapai

lapisan submukosa disebut sebagai adenokarsinoma intramukosal (Gambar 1F).

Ditemukan arsitektur kelenjar cribriform dan back-to-back, infiltrasi sel

individual, proliferasi kelenjar berukuran kecil yang ireguler, inti sel menjadi

lebih bulat (Fenoglio et al., 2009; Homick, 2011).

Page 26: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Adenokarsinoma intramukosal tidak memiliki resiko metastasis. Hal ini

disebabkan oleh tidak adanya pembuluh limfatik pada mukosa kolorektal.

Penanganan yang adekuat hanya dengan polipektomi dengan catatan batas sayatan

yang bebas invasi tumor. Terminologi ini jarang digunakan oleh ahli patologi

karena sering menimbulkan kesalahan interpretasi dalam hal penanganan klinik

yang disebabkan penggunaan kata ”karsinoma” (Riddell et al., 2002; Homick,

2011).

2.2.2 Karsinoma Kolorektal

Karsinoma kolorektal adalah adenokarsinoma pada kolon atau rektum. Pada

lokasi ini dikatakan tumor ganas apabila sel tumor telah menembus lapisan

muskularis mukosa dan mencapai lapisan submukosa (Hamilton et al., 2009).

2.2.2.1. Gambaran mikroskopik

Sebanyak 85 – 90 % KKR merupakan adenokarsinoma (Hamilton et al.,

2009) Terdapat juga tipe lainnya yaitu karsinoma musinosum (8 – 10 %) dan

karsinoma sel cincin (0.5 – 1 %). Karsinoma kolorektal mempunyai gambaran

glanduler yang dominan dengan sedikit stroma (Gambar 2A). Sel tumor berbentuk

kolumnar tinggi dan berubah menjadi kuboid pada diferensiasi yang lebih buruk.

Mitosis mudah ditemukan. Lumen kelenjar berisi mukus eosinofilik dan debris

inti dari sel yang disebut sebagai nekrosis kotor. Bila nekrosis kotor ini ditemukan

pada karsinoma metastasis yang primernya belum diketahui, gambaran nekrosis

kotor ini dapat menjadi petunjuk untuk primer kolorektal. Dapat ditemukan

Page 27: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

gambaran desmoplasia, yang disebabkan oleh hialinisasi stroma disekitar sel

tumor yang invasif. Selain sel-sel glanduler, sejumlah sel Paneth, sel

neuroendokrin dan sel skuamosa dapat ditemukan pada KKR. Adanya sel-sel

tersebut tidak memberikan kemaknaan prognostik. (Montogomery et al., 2006;

Fenoglio, 2009; Hamilton et al., 2009; Homick, 2011).

Adenokarsinoma musinosum dapat terjadi pada kolon sisi kiri maupun kanan

dengan proporsi lebih banyak pada sisi kanan. Pada pemotongan jaringan tumor,

tumor lunak seperti gelatin dan mengandung jaringan ikat yang sebagian

umenyerupai koloid. Jenis ini didiagnosis secara histopatologik bila ditemukan

komponen musin ekstraselular lebih dari 50 %. Pada pemeriksaan mikroskopik

menunjukkan gambaran banyak struktur kelenjar berukuran besar di antara

genangan musin (Hamilton et al., 2009).

Terminologi adenokarsinoma dengan komponen musinosum digunakan

untuk menggambarkan tumor yang memiliki komponen musin signifikan (lebih

dari 10% namun kurang dari 50%) (Gambar 2C). Dapat pula ditemukan sejumlah

sel cincin (Hamilton et al, 2009). Batas tumor yang infiltratif ke jaringan

sekitarnya menyebabkan prognosis tumor ini secara keseluruhan menjadi buruk.

Bila dibandingkan dengan KKR, subtipe musinosum, tipe ini cenderung

menunjukkan keterlibatan kelenjar getah bening di luar regio perikolika,

menimbulkan implan peritoneal dan menginvasi organ viseral sekitarnya,

sehingga memerlukan penanganan operatif yang lebih agresif (Homick, 2011).

Adenokarsinoma sel cincin didefinisikan sebagai tumor yang terdiri atas sel

tumor yang lebih dari 50 % berupa sel cincin. Tumor jenis ini lebih sering

Page 28: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

ditemukan pada laki-laki dan 50% terjadi pada usia muda (kurang dari 40 tahun)

dan sebanyak 30% lebih sering terjadi pada kolitis ulseratif. Secara histologik

tumor ini menunjukkan vakuole musin pada sitoplasma sehingga mendorong inti

ke perifer (sel cincin). Sekitar 80 % pasien tumor jenis ini berada pada stadium III

atau IV pada saat diagnosis. Penetrasi pada seluruh lapisan muskularis propria dan

peritoneal seeding lebih sering terjadi dibandingkan KKR tipe lainnya (36 %

dibandingkan dengan 12 %). Akibatnya, subtipe ini cenderung sulit disembuhkan

dengan reseksi operatif dan berhubungan dengan prognosis buruk. Angka

kesembuhan 5 tahun dilaporkan kurang dari 5% (Homick, 2011). Sistem

klasifikasi ini yang paling banyak digunakan dan dianut pula dalam sistem

klasifikasi tumor gastrointestinal oleh WHO karena: (1) mengurangi variasi antar

pengamat dalam interpretasi displasia oleh ahli patologi, (2) meningkatkan

relevansi klinik dalam pilihan terapi, dan (3) menghindari interpretasi berlebihan

secara klinik (Homick, 2011).

2.2.2.2. Diagnosis banding

Adenokarsinoma kolorektal harus dibedakan dengan adenoma yang

menunjukkan gambaran pseudoinvasi serta adenokarsinoma metastasis dari tumor

primer di tempat lain. Adenoma dengan pseudoinvasi ditandai oleh adanya

inflamasi pada lamina propria yang mengelilingi kelenjar displastik pada tangkai

polip tanpa gambaran desmoplasia. Sering pula ditemukan adanya hemosiderofag.

Diagnosis banding lainnya yaitu adenokarsinoma metastasis. Adenokarsinoma

metastasis tidak memiliki gambaran lesi adenoma pada tepi tumor (Homick,2011).

Page 29: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

2.2.2.3. Derajat diferensiasi karsinoma kolorektal

Derajat diferensiasi (grading) terutama berdasarkan perbandingan area

gambaran glanduler dengan area solid atau kelompok sel-sel tanpa lumen. Derajat

keganasan dibedakan menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk. Menggunakan

sistem ini, kira-kira 10% adenokarsinoma adalah berdiferensiasi baik, 70%

diferensiasi sedang dan 20% diferensiasi buruk. Diferensiasi baik jika

menunjukkan struktur glanduler pada lebih dari 95 % tumor berbentuk simpel atau

kompleks dengan polaritas sel baik dan inti sel yang relatif uniform (Gambar 2A);

diferensiasi sedang jika memiliki 50 – 95 % struktur glanduler dengan bentuk

yang lebih ireguler dan polaritas inti yang berkurang (gambar 2B); diferensiasi

buruk jika memiliki 5 – 50% struktur glanduler yang ireguler dan kehilangan

polaritas inti sel; dan sel tumor yang tidak berdiferensiasi memiliki lebih dari 5%

struktur glanduler (Hamilton et al., 2009) (Gambar 2C).

Gambar 2.2 Tipe diferensiasi karsinoma kolorektal. A. Diferensiasi baik. B

diferensiasi sedang. C. Diferensiasi buruk (dikutip dari Fenoglio, 2009)

Derajat keganasan ini hanya diaplikasikan pada KKR NOS (no otherwise

specify). Adenokarsinoma musinosum dan sel cincin dianggap memiliki

diferensiasi buruk dan adenokarsinoma meduler termasuk dalam derajat 4 (tidak

Page 30: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

berdiferensiasi) (Fenoglio, 2009). Bila terdapat berbagai diferensiasi pada KKR,

derajat keganasan ditentukan berdasarkan komponen diferensiasi yang paling

buruk (Hamilton et al., 2009; Fenoglio, 2009).

2.2.2.4. Stadium patologik

Stadium patologik (pathologic staging) merupakan prediktor yang paling

penting untuk menentukan perangai tumor dan outcome pasien dengan KKR.

Sistem staging yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem TNM dari

American Joint Committee on Cancer (AJCC) berdasarkan evaluasi terhadap

tumor (T), keterlibatan kelenjar getah bening (N) dan metastasis jauh (M) (Sobin,

2002).

Ukuran dan kedalaman invasi tumor primer ditunjukkan oleh komponen T.

Perluasan invasi tumor melewati muskularis propria berpengaruh kuat terhadap

prognosis. Tumor yang melewati muskularis propria dapat menyebabkan perforasi

peritoneum atau menginfiltrasi struktur viseral sekitarnya (Fenoglio, 2009).

Komponen N menunjukkan keterlibatan tumor pada kelenjar getah

bening regional. Jumlah total kelenjar getah bening merupakan penentu penting

untuk adekuasi pemeriksaan histopatologik. Jumlah kelenjar getah bening positif

bergantung pada jumlah yang diperiksa. Disarankan untuk mencari dan

memeriksa kelenjar getah bening sebanyak-banyaknya (Cserni, 2003).

Komponen M menggambarkan metastase. M0 menunjukkan tumor tidak

meluas ke organ lain, dan M1 menunjukkan tumor telah meluas ke organ lain di

dalam tubuh (Hamilton et al., 2009)

Page 31: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Prognosis KKR pada umumnya ditentukan berdasarkan sistem TNM

yang tergantung dari kedalaman invasi tumor, ada tidaknya keterlibatan kelenjar

limfe dan metastasis jauh. Sistem ini dipergunakan untuk memperkirakan

prognosis, rencana terapi dan memperkirakan outcome (Pages et al., 2008).

2.3. Karsinogenesis Karsinoma Kolorektal

Sebagian besar KKR berkembang dari adenoma sebagai lesi prekursornya.

Adenoma ini dapat terjadi secara sporadik atau sebagai bagian dari sindroma

poliposis. Karsinoma kolorektal juga dapat berkembang dari area displastik dari

pasien dengan idiopathic inflammatory bowel disease/IBD (Antonia,2010).

Karsinogenesis KKR merupakan salah satu jenis kanker yang paling

banyak diteliti secara mendalam. Setidaknya terdapat 3 jalur karsinogenesis yang

telah dikenal luas, yaitu jalur instabilitas kromosom (chromosomal

instability=CIN), jalur instabilitas mikrosatelit (microsatellitte instability=MSI),

dan jalur metilasi (CIMP= CpG island methylator phenotype) (Gschwantler et al.,

2001; Antonia, 2010).

Jalur CIN terjadi pada karsinoma kolorektal sporadik (85%) dan herediter

(10%) yang dikenal sebagai urutan adenoma-karsinoma yang diperkenalkan oleh

Fearon dan Volgenstein pada tahun 1990 dengan mengemukakan mekanisme

transisi epitel normal kolorektal menjadi karsinoma (Aoki, 2007). Lesi awal yang

dapat diidentifikasi disebut sebagai fokus kripta aberant (aberrant cypt focus),

yaitu suatu lesi mukosal mikroskopik yang mendahului perkembangan polip

(Riddell et al., 2002).

Page 32: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Pada model ini, terjadinya karsinoma kolorektal melalui proses perubahan

molekuler yang bertahap, sekurang-kurangnya melewati 4 kali mutasi gen dalam

urutan tertentu. Tahap pertama adalah mutasi pada gen APC (kromosom 5q) yang

menyebabkan sel kehilangan kontrol pertumbuhan. Tahap kedua adalah aktivasi

onkogen KRAS yang menyebabkan sel kehilangan fungsi kontrol proliferasi, dan

diikuti oleh tahap ketiga, yaitu inaktivasi gen DCC/SMAD4 (kromosom 18q),

mutasi gen p53 (kromosom 17p) dan TGFBR2 serta aberant E-cadherin yang pada

akhirnya terjadi kanker (Antonia, 2010).

Gambar 2.3. Tahap-tahap perubahan molekuler pada karsinogenesis

kolorektal yang sporadik. (Dikutip dari Antonia, 2010)

APC merupakan tumor supressor gen yang terlibat pada jalur CIN. Umumnya

pada mutasi gen APC terjadi trunkasi protein APC pada gugus karboksil sehingga

APC tidak dapat berikatan dengan protein beta catenin (Qian et al., 2008) Dalam

keadaan normal, ikatan APC dengan beta catenin akan menekan jalur sinyal

WNT. Jalur sinyal WNT berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, apoptosis dan

Page 33: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

diferensiasi. Mutasi APC ditemukan pada 60 % kanker kolon dan 82 % kanker

rektal serta 80 % adenoma (Aoki, 2007).

KRAS (12p12) merupakan gen yang terlibat pada jalur CIN namun berperan

pula pada jalur CIMP. Aktivasi mutasi KRAS terjadi pada 35 – 42 % karsinoma

kolorektal dan adenoma. Kehilangan alel pada DCC, SMAD2 dan SMAD4 yang

berlokasi pada kromosom 18q21.1 ditemukan pada 60 % karsinoma kolorektal.

SMAD2 dan SMAD4 terlibat pada jalur sinyal TGF-β yang mengatur

pertumbuhan dan apoptosis. Kehilangan fungsi TP53 umumnya merupakan

peristiwa terakhir pada transisi adenoma – karsinoma melalui jalur CIN.

Abnormalitas TP53 ditemukan pada 4 – 26 % adenoma, 50 % adenoma dengan

fokus invasif, dan 50 – 75% karsinoma kolorektal. Protein p53 berperan dalam

mengatur siklus sel dan apoptosis. Mutasi pada E-Cadherin lebih berhubungan

dengan kemampuan metastase tumor kolorektal (Antonia, 2010).

Jalur karsinogenesis yang lain adalah progresi IBD menjadi neoplasma.

Pasien dengan IBD mempunyai risiko peningkatan displasia dan karsinoma

kolorektal sebesar 0,5-1.0% dalam waktu 8-10 tahun. Diduga hal ini mempunyai

kaitan yang kuat dengan kolitis kronis yang berkepanjangan. Mekanisme

karsinogenesis pada IBD sebenarnya menyerupai yang terjadi pada karsinoma

kolorektal yang sporadik tapi berbeda pada waktu terjadinya perubahan

molekuler. Selama periode kolitis kronis terjadi aktifasi NF-ĸB pada epitel. NF-

ĸB ini akan mengaktivasi COX2, beberapa sitokin proinflamasi (termasuk IL-1,

TNFα, IL-12p40 dan IL-23p19), faktor antiapoptosis (inhibitor of apoptotic

protein (IAP), dan B-cell leukemia/lymphoma (Bcl-xL)). Prostaglandin dan

Page 34: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

beberapa sitokin termasuk IL-6 dilepaskan kelingkungan inflamasi dan

mengaktifkan jalur signaling intraselular serinine threonine AKT kinase yang

menghambat faktor proapoptotik termasuk p53 dan BAD yang akhirnya

meningkatkan masa hidup sel. Instabilitas genetik seperti CIN dan MSI juga

terjadi pada karsinogenesis yang berkaitan dengan inflamasi. Mutasi APC terjadi

14-33% pada karsinogenesis inflamasi tapi pada karsinogenesis sporadik

mencapai 80% dan terjadi pada awal proses karsinogenesis. Mutasi p53 terjadi

pada fase displasia hal ini disebabkan terjadinya kerusakan inflamasi yang

berhubungan dengan reaksi oksidasi dari radikal bebas (Antonia, 2010).

Gambar 2.4. Tahap-tahap perubahan molekuler dari neoplasia yang berhubungan

dengan inflammatory bowel disease. (Dikutip dari Antonia, 2010)

Semua jalur karsinogenesis diatas akan menghasilkan replikasi yang tak

terkendali dari sel tumor.

Page 35: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

2.4. Struktur dan Fungsi Ki-67

Antigen Ki-67 merupakan protein non-histon yang ditemukan oleh Gerdes

dan kawan-kawan pada 1980 an, di Universitas Kiel, Jerman. Angka 67 adalah

urutan nomor cloning dari sebanyak 96 piringan yang telah diberi label dalam

penelitian pada Universitas tersebut. Antigen ini diambil dari tubuh tikus yang

telah disuntik dengan antigen inti yang berasal dari cell line yang diturunkan dari

limfoma Hodgkin manusia (Yerushalmi et al., 2010).

Ki-67 merupakan protein inti non histon yang mempunyai dua isoform

dengan berat molekul 359kD dan 320kD, sedangkan gen ini terletak pada

kromosom 110q25, Protein ini ditemukan terutama pada korteks nukleolus dan

pada komponen fibrin yang padat di nukleolus selama fase interfase. Selama

proses mitosis kromosom - kromosom tersebut mengumpul ke arah tepi

(Urruticoechea et al., 2005; Yerushalmi et al., 2010).

Waktu paruh dari Ki-67 diperkirakan berkisar antara 1-1,5 jam. Ekspresi Ki-

67 bervariasi sesuai dengan fase siklus sel. Sel mengekspresi antigen ini selama

fase G1, S, G2 dan M; tetapi tidak diekspresi selama fase istirahat (G0). Kadar Ki-

67 rendah pada fase G1 dan S, serta mulai meningkat sampai mencapai titik

tertinggi pada fase mitosis. Kemudian pada fase anaphase dan telophase terjadi

penurunan ekspresi secara tajam (Urruticoechea et al., 2005; Colozza et al.,

2005).

Perbedaan ekspresi Ki-67 selama cell cycle, bukan disebabkan oleh

akumulasi dari protein yang non-degraded, tetapi akibat dari variable de-novo

synthesis (Urruticoechea et al., 2005). .

Page 36: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Walaupun diduga bahwa protein ini mempunyai peran penting dalam proses

pembelahan sel, namun sampai saat ini fungsi yang pasti dari antigen ini belum

diketahui (Urruticoechea et al., 2005).

2.5 Ki-67 pada Adenoma dan Karsinoma Kolorektal

Sel kanker sangat aktif berproliferasi yang ditandai dengan siklus sel yang

lebih cepat dibandingkan dengan sel normal. Proliferasi sel kanker ini dipicu oleh

beberapa faktor seperti protein Ki-67 atau MIB I, dan beberapa Cyclin. Laju

proliferasi sel dapat ditentukan melalui beberapa penanda sel seperti grading

histologi, Mitotic Activity Index/MAI, S-Phase Fraction/SPF dan DNA Ploidy

melalui flowcytometry, Thymidine Labeling Index/TLI, Thymidine Kinase/TK,

protein Ki-67 atau MIB I, Cyclin E, Cyclin D dan lain-lain.(Colozza et al., 2005).

Penelitian oleh Nussrat et al. (2011) pada adenoma kolorektal menunjukkan

bahwa ekspresi ki-67 berkorelasi signifikan dengan ukuran lesi dan derajat

displasia. Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian

sebelumnya, dimana penelitian Vernillo et al. (2008) menunjukkan bahwa

ekspresi ki-67 tidak berhubungan dengan derajat atipia dari adenoma.

Penelitian oleh Nabi et al. (2008) menunjukkan bahwa aktivitas proliferasi

pada KKR yang dievaluasi dengan ekspresi Ki-67 berkorelasi dengan tipe

histologik, derajat diferensiasi, dan stadium tumor. Kasus KKR yang

berdiferensiasi baik dan sedang menunjukkan ekspresi Ki-67 yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kasus yang berdiferensiasi jelek. Kasus KKR dengan tipe

non musinus menunjukkan ekspresi Ki-67 yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Page 37: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

tipe musinus atau karsinoma sel cincin. Kasus KKR Dukes’ B menunjukkan

ekspresi Ki-67 yang lebih tinggi dibandingkan dengan kasus Dukes’C.

Sebaliknya penelitian lain oleh Salminem (2005) yang menilai hubungan

aktivitas proliferasi sel dengan survival pasien KKR menemukan bahwa dengan

ekspresi Ki-67 yang tinggi (>40%) memilki survival yang lebih baik. Penelitian

ini memakai cutt off point 40% untuk menilai faktor prognostik KKR.

Bila dibandingkan dengan tehnik pengecatan untuk biomarker yang lain,

maka tehnik pengecatan Ki-67 ini adalah mudah dikerjakan, ekonomis dan lebih

reproducible. Mengingat adanya ketidaksamaan dalam hal menentukan definisi

dari cut-off point, maka interpretasi Ki-67 dapat ditetapkan sebagai variabel

kontinyu (Urruticoechea et al., 2005).

Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti ekspresi Ki-67 baik pada

adenoma maupun KKR, namun sepengetahuan kami di Bali belum ada penelitian

yang membandingkan ekspresi Ki-67 pada adenoma dan KKR.

Page 38: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Gambar 2.5. Adenoma yang menunjukkan ekspresi Ki-67 (x40). Pulasan positip

menunjukkan inti yang terpulas berwarna coklat (Dikutip dari Wang et al., 2011)

Page 39: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

BAB III

KERANGKA PIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir

Skrining KKR untuk orang dengan risiko tinggi adalah menggunakan metode

invasif. Deteksi dini yang masih merupakan pilihan saat ini adalah metode biopsi

kolonoskopi karena akurasinya yang tinggi mencapai 95%. Dari biopsi

kolonoskopi dapat ditentukan diagnosis adenoma maupun KKR. Tetapi dalam

praktek sehari-hari seringkali kita jumpai kesulitan oleh karena biopsi yang

ditemukan hanya mengandung lapisan mukosa tanpa komponen submukosa.

Invasi ke lamina propria dan atau submukosa merupakan kriteria diagnosis untuk

KKR. Pada jaringan biopsi mukosa kolorektal tanpa komponen submukosa,

adanya gambaran displasia epitel yang ditunjang oleh proliferasi sel yang tinggi

tampaknya dapat mengarahkan ke suatu diagnosa KKR.

Salah satu marker proliferasi sel yang digunakan untuk menilai laju

proliferasi sel tumor adalah ekspresi protein Ki-67. Ki-67 merupakan salah satu

marker proliferasi sel yang digunakan untuk menilai laju proliferasi sel tumor.

Banyak penelitian menunjukkan aktivitas proliferasi berhubungan dengan derajat

diferensiasi, tipe histologi, dan stadium dari karsinoma kolorektal, sementara pada

adenoma kolorektal menunjukkan bahwa ekspresi Ki-67 berhubungan dengan

ukuran dan derajat lesi. Proliferasi sel mulai meningkat pada adenoma, dan

menjadi lebih tinggi pada kasus KKR. .

Page 40: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

3.2 Konsep Penelitian

Gambar 3. Bagan Konsep Penelitian

Proliferasi sel, ekspresi Ki-67

Rerata ekspresi Ki-67 pada adenoma

Adenoma kolorektal

Karsinoma kolorektal

Rerata ekspresi Ki-67 pada KKR

Biopsi kolonoskopi

Page 41: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan bermakna antara rerata

ekspresi Ki-67 pada adenoma dengan rerata ekspresi Ki-67 pada KKR.

Page 42: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan menggunakan metode

analitik potong lintang.

Gambar 4. Bagan rancangan penelitian

4.2. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan dibagian /SMF Patologi Anatomi FK Unud / RSUP

Sanglah Denpasar. Waktu penelitian ditetapkan dari 15 April 2013 sampai dengan

20 Mei 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua sediaan blok parafin dari penderita

adenoma dan KKR yang telah melakukan pemeriksaan histopatologi dari hasil

biopsi kolonoskopi di Laboratorium Patologi Anatomi FK Unud / RSUP Sanglah

Denpasar dan laboratorium swasta yang ada di Denpasar.

Adenoma KKR

Page 43: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah semua sediaan blok parafin dari hasil biopsi

kolonoskopi penderita adenoma dan karsinoma kolorektal dari tanggal 1 Januari

2011 sampai 31 desember 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

yang ditetapkan peneliti. Untuk memenuhi jumlah kasus yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi maka sampel ditentukan dengan cara random.

4.3.3.Jumlah Sampel

Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan

rumus uji hipotesis terhadap rerata dua populasi independen dari Maldiyono dkk :

[(Zα + Zβ)xS]2

n1 = n2 = 2

d

Keterangan : Zα = derivat baku normal untuk α (1,96 untuk α sebesar 5%)

Zβ = 0,842 untuk power 80%

S = simpang baku untuk dua kelompok

d = perbedaan klinis yang diinginkan

N = 31, sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 31 orang masing-

masing kelompok. n total = 62

Page 44: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.4.1. Kriteria Inklusi

1. Sediaan berasal dari bahan biopsi kolonoskopi yang mengandung

lapisan mukosa dan submukosa.

2. Sampel memenuhi syarat untuk diinterpretasi sebagai adenoma dan

Karsinoma kolorektal (KKR).

4.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Terdapat riwayat karsinoma, post reseksi, dan penyakit radang usus

pada kasus adenoma.

2. Kasus dengan diagnosis histopatologi yang belum pasti ( masih ada

diagnosis banding).

3. Blok parafin rusak.

4.5. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependent : Adenoma dan KKR

2. Variabel Independent : Ekspresi Ki-67

4.6. Definisi Operasional Variabel

1. Adenoma: adalah lesi neoplasma jinak intraepithelial yang terdiri dari

sel-sel epitel dengan tanda displastik yang tidak menembus membran

basal.

Adenoma derajat rendah dengan derajat displasia ringan

menunjukkan karakteristik :

kripta penuh, tersusun pararel, tanpa gambaran kelenjar back to

back, cribriform, atau budding.

Page 45: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

inti sel bertumpuk mencapai setengah ketebalan epitel dan

tetap berorientasi pada basal.

mitosis atipik, kehilangan polaritas dan pleomorfisme

ditemukan minimal.

Adenoma derajat tinggi dengan derajat displasia sedang dan berat

dengan karakteristik :

pleomorfisme inti yang jelas, dengan bentuk inti lebih bulat,

peningkatan rasio inti terhadap sitoplasma, kromatin inti kasar

dan nukleoli yang nyata.

gambaran kelenjar dengan pola back to back, cribriform serta

sarang- sarang solid.

tidak ditemukan invasi pada membran basal.

Diagnosis adenoma dibuat dengan pulasan Hematoksilin dan Eosin (H&E)

dan pemeriksaan mikroskopik menggunakan mikroskop cahaya merk

Olympus CX21.

2. Karsinoma kolorektal : adalah keganasan epitel kelenjar kolorektal yang

menunjukkan invasi ke dalam muskularis mukosa dan atau submukosa.

Kriteria diagnostik dari karsinoma kolorektal:

gambaran kelenjar yang dominan dengan sedikit stroma.

arsitektur kelenjar dengan pola back to back, cribriform,

proliferasi kelenjar berukuran kecil yang ireguler.

sel tumor berbentuk kolumner tinggi dan berubah menjadi

lebih kuboid pada diferensiasi buruk.

Page 46: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

infiltrasi sel individual dan kelenjar kedalam lamina propria

dan atau muskularis mukosa.

Karsinoma kolorektal dibagi berdasarkan derajat rendah dan derajat tinggi

berdasarkan komponen glandular yang masih tersisa. KKR derajat rendah

memiliki komponen glandular 50-95%. KKR derajat tinggi memiliki

komponen glandular kurang dari 50%.

Diagnosis Karsinoma kolorektal dibuat dengan pulasan hematosilin dan

Eosin (H&E) dan pemeriksaan mikroskopik menggunakan mikroskop

cahaya merk Olympus CX21.

3. Ekspresi protein Ki-67 adalah penilaian protein Ki-67 yang terpulas

berwarna coklat dari hasil pemeriksaan patologi dengan pengecatan

Immuno Histo Chemistry Staining (IHC) dari blok parafin spesimen biopsi

tumor primer. Dilakukan perhitungan kuantitatif dari protein Ki-67 yang

tercat oleh IHC (Monoclonal Mouse Anti-Human Ki-67 Antigen, DAKO,

Denmark) dan terlihat pada inti sel dalam satu lapangan pandang

mikroskopis. Interpretasi pengecatan IHC dinyatakan sebagai persentase

inti sel yang terpulas dengan berbagai intensitas. Interpretasi dilakukan

dengan menghitung sel yang terpulas pada inti sel dari 100 sel tumor pada

pembesaran 400 x (Urruticoechea et al., 2005). Pemeriksaan ini dilakukan

oleh peneliti dan satu Ahli Patologi yang berpengalaman dari Bagian/SMF

Patologi Anatomi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.

4. Biopsi kolonoskopi : jaringan biopsi yang berasal dari kolon dan rektum

yang dilakukan melalui anus dengan menggunakan alat kolonoskopi.

Page 47: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

5. Blok parafin : jaringan yg mengandung sel sel tumor kolorektal yang

ditanam dalam parafin dalam bentuk blok untuk memudahkan pemotongan

dengan mikrotom.

4.7 Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan data pasien dan sediaan preparat yang dibiopsi

kolonoskopi kolorektal dan melakukan pemeriksaan patologi dari 1

Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 di l;aboratorium swasta,

Denpasar dan di laboratorium Patologi Anatomi FK UNUD/RSUP

Sanglah, Denpasar.

2. Preparat hasil pulasan Hematoksilin dan Eosin (H&E) sesuai nomor-

nomor diatas dikumpulkan dan dievaluasi ulang supaya memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapat dua kelompok data yaitu

adenoma dan KKR. Preparat yang sulit dievaluasi dilakukan potong

ulang blok dan dipulas dengan pulasan rutin menggunakan Harris’s

Hematoksilin dan Eosin. Prosedur pulasan H&E sesuai dengan prosedur

pulasan yang rutin dikerjakan di Bagian/SMF Patologi Anatomi FK

UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar:

a. Potong ulang blok parafin menggunakan mikrotom Leica 2125 RM

dengan ketebalan 4μm, kemudian ditempelkan pada gelas obyek

merk Sail Brand dengan ukuran lebar 1 inchi, panjang 3 inchi dan

tebal 1,2 mm.

b. Deparafinisasi dengan dicelupkan pada xilol sebanyak 4 kali masing

masing celupan sebanyak 5 menit.

Page 48: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

c. Hidrasi dengan alkohol bertingkat dengan kosentrasi menurun

menggunakan alkohol 95%, alkohol 80%, alkohol 75%, dan alkohol

50%, masing masing celupan selama 2 menit.

d. Masukkan ke air selama 10 menit.

e. Celupkan ke cat utama yaitu Harris’s hematoksilin selama 10 menit.

f. Cuci dengan air selama 10 menit.

g. Lihat dibawah mikroskop, inti sel akan terlihat biru terang sedangkan

sitoplasma tidak berwarna.

h. Celupkan pada cat pembanding eosin 1% selama 0,5-1 menit.

i. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat dengan konsentrasi meningkat

mengunakan alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 95% dan alkohol

absolute, masing-masing celupan selama 2 menit.

j. Penjernihan dengan xilol sebanyak 4 kali celupan, lama masing-

masing celupan selama 5 menit.

k. Tutup dengan cover glass.

3. Mengumpulkan blok parafin dari sediaan H&E terpilih.

4. Blok parafin dipotong setebal 4 mikrometer dengan mikrotom untuk

pulasan imunohistokimia.

5. Melakukan pulasan imunohistokimia Ki-67 dengan prosedur :

a. Potong blok parafin menggunakan mikrotom Leica 2125 RM dengan

ketebalam 3 μm, kemudian direkatkan pada gelas obyek yang telah

dilapisi dengan poly-L-lysine, merk Sigma, dengan ukuran lebar 1

inchi, panjang 3 inchi dan tebal 1,2 mm. Disamping pemeriksaan

Page 49: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

untuk sampel, pemeriksaan juga dilakukan pada kasus karsinoma

payudara sebagai kontrol positif.

b. Inkubasi dalam inkubator dengan suhu 37o C selama 1 malam.

c. Deparafinisasi dengan xilol, preparat dicelupkan ke dalam xilol

sebanyak 3 kali, masing-masing celupan selama 3 menit.

d. Rehidrasi dengan alkohol bertingkat terdiri dari alkohol absolute 2

kali, alkohol 95%, alkohol 80%, dan alkohol 70%, masing-masing

selama 3 menit.

e. Cuci dengan aquadest selama 10 menit.

f. Teteskan H2O2 dalam methanol 3% sampai menutupi seluruh

permukaan jaringan selama 15 menit.

g. Cuci dengan aquadest selama 10 menit.

h. Cuci dengan PBS (phosphate buffer saline) sebanyak 2 kali, masing-

masing selama 10 menit.

i. Rendam dengan buffer sitrat 0,01 M, pH 6,0. Kemudian panaskan di

dalam oven microwave selama 15 menit, mula-mula dengan

pemanasan tinggi (80oC) sampai tepat mendidih kemudian dengan

pemanasan sedang (50oC) selama 5 menit.

j. Dinginkan pada suhu kamar.

k. Cuci dengan PBS sebanyak 2 kali, masing-masing selama 10 menit.

l. Teteskan 100μl (blocking) dengan ultra V block atau sniper block

selama 10 menit.

Page 50: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

m. Teteskan 100 μl antibody primer menggunakan antibody monoklonal

Ki-67 dari Dako yang telah diencerkan (pengenceran 1:100) selama

30 menit pada suhu kamar atau semalam pada suhu 40C.

n. Cuci dengan PBS sebanyak 2 kali, masing-masing selama 10 menit.

o. Teteskan Biotinylated Anti Polyvalent selama 10 menit.

p. Cuci dengan PBS sebanyak 2 kali, masing-masing 10 menit.

q. Teteskan Streptavidin Peroxidase selama 10 menit.

r. Cuci dengan PBS sebanyak 2 kali, masing-masing selama 10 menit.

s. Teteskan dengan reagen DAB selama 10 menit.

t. Cuci dengan air mengalir.

u. Counterstain dengan Mayer Hematoksilin selama 2 menit.

v. Cuci dengan air mengalir.

w. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat terdiri dari alkohol 70%,

alkohol 80%, alkohol 95%, dan alkohol absolut 2 kali, masing-

masing selama 3 menit.

x. Celupkan ke dalam xilol sebanyak 3 kali, masing-masing selama 3

menit.

y. Tutup dengan cover glass.

6. Interpretasi dan penghitungan persentase pulasan Ki-67 dilakukan oleh

peneliti dan seorang ahli Patologi Anatomi di laboratorium PA RSUP

Sanglah, Denpasar, dengan menggunakan mikroskop olympus CX 21.

Penghitungan dilakukan dengan pembesaran lensa okuler 10x dan lensa

obyektif 10x. Kemudian dihitung 100 sel pada area yang terpulas paling

Page 51: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

padat. Setelah itu dihitung persentase sel yang terpulas berwarna coklat

dari 100 sel yang dievaluasi.

7. Pencatatan dan pengumpulan data.

8. Analisis data.

Page 52: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Gambar 5 Bagan Prosedur Penelitian

Mencari nomor-nomor sediaan adenoma dan karsinoma kolorektal dari 1 Januari 2011 sampai 31

Desember 2012

Pengumpulan sediaan pulasan HE

Seleksi, rediagnosis dan regrading sediaan mikroskopik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk pengelompokan

data

Adenoma kolorektal Karsinoma kolorektal

Pengumpulan dan pemotongan blok parafin

Pulasan imunohistokimia ekspresi Ki-67

Interpretasi dan penghitungan rerata ekspresi Ki-67 pada adenoma dan KKR

Analisis data

Randomisasi

Page 53: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

4.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS. Dari data yang

terkumpul diolah secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik sampel.

Analisis yang dilakukan adalah deskriptif dan komparatif. Analisis deskriptif

dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata Ki-67 pada adenoma dan karsinoma

kolorektal. Analisa komparatif dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata Ki-

67 pada adenoma dengan KKR.

Page 54: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Selama periode Januari 2011 sampai Desember 2012, berdasarkan data pasien

yang diperiksa di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Sanglah dan

beberapa laboratorium swasta di Denpasar, didapatkan sebanyak 62 sampel pasien

dengan diagnosis adenoma kolorektal dan sebanyak 159 sampel pasien dengan

diagnosa adenokarsinoma kolorektal yang diambil dengan biopsi kolonoskopi.

Berdasarkan perhitungan sampel menurut rumus Maldiyono, dibutuhkan jumlah

sampel 31 kasus adenoma kolorektal dan 31 kasus adenokarsinoma kolorektal.

Semua kasus Adenoma dan KKR diberi nomor urut. Sampel Adenoma dipilih

berdasarkan nomor urut ganjil (1,3,5...dst). Sampel KKR dipilih berdasarkan

nomor urut kelipatan 5 (1,5,10,..dst). Dari kasus yang ada selama tahun 2011

sampai 2012, sampel dipilih yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang

telah ditetapkan, kemudian dilakukan pengecatan imunohistokimia pemeriksaan

protein Ki-67.

5.1.1. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan umur

Umur rata-rata pasien dalam penelitian ini adalah 56,9 tahun dengan rentang

umur 19 sampai 87 tahun. Kasus adenoma dan KKR tertinggi ditemukan pada

dekade keenam. (Tabel 1).

Page 55: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Tabel 5.1. Jumlah adenoma dan KKR perkelompok umur satu dekade.

5.1.2 Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Kasus adenoma dan KKR lebih sering dijumpai pada laki laki dibandingkan

wanita baik pada kasus adenoma ataupun KKR. Kasus adenoma pada laki laki

sebanyak 18 orang, wanita sebanyak 13 orang, dan kasus KKR pada laki - laki

sebanyak 17 orang, pada wanita sebanyak 14 orang (Tabel 2).

Tabel 5. 2. Jumlah adenoma dan KKR berdasarkan jenis kelamin

-

0123456789

10

AdenomaKKR

0

5

10

15

20

Adenoma KKR

Laki-lakiWanita

Page 56: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

5.1.3 Karakteristik subyek penelitian berdasarkan tipe histologik

Penelitian ini menggunakan subyek penelitian berupa 31 kasus adenoma dan

31 kasus KKR. Pada kasus adenoma secara spesifik ditentukan pula derajat

diferensiasinya menjadi derajat rendah dan derajat tinggi. Klarifikasi dari 31 kasus

adenoma, 17 kasus merupakan adenoma derajat rendah dan 14 kasus adenoma

derajat tinggi (Gambar 5.1) (Tabel 3).

AA

Gambar 5.1. Derajat diferensiasi Adenoma kolorektal. A. Adenoma derajat rendah (kasus no M. 2742.11), B. Adenoma derajat tinggi (kasus no M. 649.11) Pulasan H-E.

Tabel 5. 3. Frekuensi adenoma kolorektal berdasarkan derajat diferensiasi

Adenoma Frekuensi Persen Derajat rendah 17 54.8

Derajat tinggi 14 45.2 Total 31 100.0

A B

Page 57: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Sementara pada kasus KKR secara spesifik derajat diferensiasinya

dikelompokkan menjadi derajat rendah, dan derajat tinggi (Gambar 2) (Tabel 4).

Tabel 5.4. Frekuensi KKR berdasarkan derajat diferensiasi

Gambar 5.2. Derajat diferensiasi KKR. A. KKR derajat rendah (kasus no M.2588.11), B. KKR derajat tinggi (kasus no M.2418.11), Pulasan H-E

5.2 Hubungan Overekspresi Ki-67 pada Adenoma dan KKR

Pemeriksaan Ki-67 pada penelitian ini menggunakan kontrol positif yang

diperoleh dari kasus karsinoma payudara yang menunjukkan ekspresi Ki-67 yang

tinggi ( 80%) (Gambar 5.3).

KKR Frekuensi Persen derajat rendah 5 16.1

derajat tinggi 26 83.9 Total 31 100.0

A B

Page 58: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Gambar 5.3. Ekspresi Ki-67 pada karsinoma payudara. Tampak inti sel terpulas berwarna coklat 80 % dari keseluruhan tumor

.

Pemeriksaan imunohistokimia terhadap Ki-67 pada kasus adenoma derajat

rendah kolorektal menunjukkan rentang ekspresi yang bervariasi, mulai 5%

sampai 25% (rerata 11,47 dengan SD 5,77). Pada adenoma derajat tinggi

menunjukkan ekspresi yang lebih tinggi dibandingkan adenoma derajat rendah

dengan rentang 8% sampai 24% (rerata 14,57% dengan SD 4,43%) (Gambar 5.4).

Page 59: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Gambar 5.4. Ekspresi Ki-67 pada derajat diferensiasi adenoma kolorektal. A. Ekspresi Ki-67 pada kasus no M.1063.12 dengan Adenoma derajat rendah. B. Ekspresi Ki-67 pada kasus no M.2437.12 dengan Adenoma derajat tinggi

Pemeriksaan terhadap Ki-67 pada KKR derajat rendah menunjukkan rentang

ekspresi yang bervariasi, mulai 25% sampai 37% (rerata 30,4% dengan SD

4,67%). Pada KKR derajat tinggi menunjukkan ekspresi yang lebih tinggi

dibandingkan KKR derajat rendah dengan rentang 30% sampai 60% (rerata

38,9% dengan SD 7,26%) (Gambar 5.5).

Gambar 5.4. Ekspresi Ki-67 pada derajat diferensiasi KKR. A Ekspresi Ki-67 pada kasus no M.2271.11 dengan Derajat rendah KKR. B Ekspresi Ki-67 pada kasus no 731 PM 12 dengan derajat tinggi KKR.

A B

A

B

B

Page 60: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Uji beda rerata antara ekspresi Ki-67 pada adenoma dan KKR dengan

menggunakan uji t menunjukkan hasil yang bermakna dengan p=0,000 (beda

mean -24,67742; 95% CI = -28,0039 s/d -21,35145). (Tabel 5)

Tabel 5.5. Perbedaan skor ekspresi Ki-67 antara kelompok adenoma

kolorektal dan Karsinoma kolorektal (KKR)

Kelompok Rerata SD t Beda rerata

CI beda rerata Nilai p

Adenoma

KKR

12,87 5,36

37,55 7,55

14,841

14,481

-24,68

-28,0 sd -21,35

0,000

Page 61: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik subyek penelitian

Pada penelitian ini penulis mendapatkan bahwa dari temuan biopsi

kolonoskopi pada kasus adenoma dan karsinoma kolorektal usia terbanyak adalah

pada dekade keenam dengan rentang usia termuda 19 tahun dan tertinggi pada

usia 87 tahun. Di negara negara barat insiden karsinomanya jarang sebelum usia

40 tahun kecuali pada orang orang yang dengan predisposisi genetik atau dengan

inflamatory bowel disease (Hamilton et al., 2009). Di Amerika rerata usia

penderita KKR adalah 62 tahun (Rosai, 2011). Di Bali pada penelitian kami

insiden KKR tersering dijumpai pada dekade keenam.

Kasus adenoma dan KKR lebih sering ditemukan pada laki laki daripada

wanita, yang pada penelitian ini didapatkan adenoma sebanyak 18 kasus pada laki

laki dan 13 kasus pada wanita. Kasus KKR pada laki laki sebanyak 17 kasus dan

wanita 14 kasus. Hal ini sesuai dengan data epidemiologi di dunia tahun 2008

yang menemukan kanker kolon lebih tinggi 20% pada laki laki. (Hamilton et al.,

2009)

Berdasarkan data sampel yang didapat, kasus adenoma derajat rendah dan

derajat tinggi tidak jauh berbeda, sementara pada kasus KKR didapatkan kasus

KKR derajat rendah yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kasus KKR

Page 62: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

derajat tinggi. Hal ini disebabkan karena pemilihan sampel yang menggunakan

cara random.

6.2 Hubungan Overekspresi Ki-67 pada Adenoma dan KKR

Populasi sel di dalam suatu jaringan ditentukan oleh laju proliferasi dan

apoptosis dari sel penyusun jaringan tersebut. Proliferasi sel yang berlebih

merupakan perubahan yang selalu terjadi pada proses karsinogenesis. Indeks

proliferasi sel penyusun tumor dapat dievaluasi dengan beberapa metode, mulai

evaluasi indeks mitosis dari sediaan histopatologik konvensional, pemeriksaan

marka proliferasi sel seperti ekspresi Ki-67 dengan pemeriksaan imunohistokimia

atau pemeriksaan molekuler lainnya.

Pada penelitian ini ditemukan ekspresi Ki-67 pada kasus adenoma kolorektal

dengan rentang yang bervariasi mulai 5% sampai 25%. Ekspresi Ki-67 pada

adenoma derajat tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan adenoma derajat rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Nussrat et al. (2011)

dalam penelitiannya yang mengevaluasi ekspresi Ki-67 pada adenoma kolorektal

dan menilai hubungannya dengan beberapa parameter klinikopatologi seperti usia

dan jenis kelamin pasien, tipe dan lokasi tumor, serta ukuran dan derajat

diferensiasi tumor. Nussrat et al. (2011) pada penelitiannya menemukan bahwa

ekspresi Ki-67 berkorelasi secara bermakna dengan ukuran dan derajat

diferensiasi tumor, tetapi tidak berkorelasi bermakna dengan usia dan jenis

kelamin pasien serta tipe dan lokasi tumor. Penelitian lain yang menunjukkan

hasil serupa yaitu penelitian oleh Yinghao et al. (2006), Abdulamir et al., (2008)

Page 63: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

dan Radovanick et al.,(2009). Pulasan imunohistokimia Ki-67 dapat dipergunakan

sebagai metode tambahan untuk evaluasi histopatologi konvensional pada

penderita adenoma kolorektal terutama dalam mengkonfirmasi derajat diferensiasi

tumor serta kemungkinan progresifitasnya.

Pada kasus KKR ekspresi Ki-67 ditemukan dalam rentang 25% sampai 60%.

Ekspresi Ki-67 pada KKR dengan derajat diferensiasi jelek lebih tinggi

dibandingkan dengan KKR dengan derajat diferensiasi baik. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian oleh Ahmed et al. (2012). Ahmed dalam penelitian ini

menemukann bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara indeks proliferasi Ki-

67 dengan tipe histologik dan derajat diferensiasi dari KKR tetapi tidak

berkorelasi dengan parameter klinikopatologik lain seperti usia dan jenis kelamin

penderita, ukuran tumor, lokasi, kedalaman invasi, stadium, status nodal, dan

invasi vaskuler. Hasil serupa ditemukan pada penelitian lain oleh Valentina et al.

(2005). Hasil sebaliknya ditemukan pada penelitian dari Saleh et al. (2008) dan

Nabi et al. (2008). Penelitian Saleh dan Nabi menemukan bahwa semakin jelek

derajat diferensiasi tumor pada KKR semakin berkurang laju proliferasi sel yang

dievaluasi dengan menilai ekspresi Ki-67 yang semakin rendah. Beberapa

kemungkinan yang mendasari perbedaan hasil penelitian ini adalah berbedanya

jenis jaringan yang dipergunakan, perbedaan prosedur pulasan, perbedaan cara

interpretasi Ki-67, serta perbedaan karakteristik subjek penelitian.

Perbedaan ekspresi Ki-67 pada adenoma dan KKR terbukti signifikan pada

penelitian ini (p=0,000). Ekspresi Ki-67 pada KKR (rerata 37,5%; SD 7,55) lebih

tinggi dibandingkan pada adenoma (rerata 12,87; SD 5,36). Hasil penelitian ini

Page 64: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

serupa dengan penelitian oleh Lin et al. (2008) yang menemukan bahwa ekspresi

Ki-67 secara signifikan lebih tinggi pada KKR dibandingkan pada adenoma serta

mukosa normal kolon. Pada penelitian ini juga Lin et al. (2008) menemukan

bahwa ekspresi Ki-67 berhubungan dengan usia pasien, adanya metastasis jauh,

serta stadium TNM tumor. Penelitian lain oleh Wang et al. (2013) yang menilai

ekspresi Ki-67 pada adenoma dan KKR tipe familial dan sporadik juga

menunjukkan hasil yang serupa baik pada kasus KKR familial maupun sporadik.

Perbedaan ekspresi Ki-67 yang signifikan antara kasus adenoma kolorektal

dan KKR yang dijumpai pada penelitian ini maupun pada penelitian oleh peneliti-

peneliti lain juga dijumpai pada beberapa keganasan di tempat lain seperti pada

rongga mulut dan prostat. Pada penelitian oleh Zhong et al. (2008) yang meneliti

ekspresi Ki-67 pada cell line karsinoma prostat dan cell line benign prostate

hyperplasia serta menilai potensinya menjadi keganasan. Pada penelitian ini

dijumpai bahwa pada sel kanker menunjukkan ekspresi Ki-67 yang lebih tinggi

dibandingkan dengan sel benigna. Dari penelitiannya ini Zhong menyimpulkan

bahwa ekspresi Ki-67 dapat meningkatkan akurasi diagnosis terutama pada kasus

karsinoma prostat awal. Penelitian serupa pada kasus di rongga mulut oleh

Angiero et al. (2008) juga menemukan bahwa ekspresi Ki-67 pada karsinoma

invasive di rongga mulut lebih tinggi dibandingkan lesi prekursornya, serta lesi

dengan displasia derajat tinggi menunjukkan ekspresi Ki-67 yang lebih tinggi

dibandingkan dengan displasia derajat rendah. Dari penelitiannya ini Angiero et

al. menyimpulkan bahwa Ki-67 dapat dipergunakan sebagai marka untuk

Page 65: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

mengenali evolusi menjadi karsinoma invasif lesi prekanker pada rongga mulut

serta mengidentifikasi derajat displasianya.

Dari hasil penelitian ini yang sesuai dengan penelitian-penelitian lain baik

pada lesi di kolorektal maupun pada keganasan di tempat lain, tampaknya Ki-67

dapat merupakan marka yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosis

suatu lesi displastik atau karsinoma invasif, termasuk pada lesi kolorektal, dimana

diagnosis ini sering menimbulkan kesulitan pada diagnosis histopatologik

konvensional dari jaringan biopsi kolonoskopi dimana spesimen hanya

mengandung bagian mukosa sehingga adanya invasi sulit dievaluasi.

Page 66: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

7.1.1. Terdapat perbedaan ekspresi Ki-67 yang lebih tinggi pada KKR daripada

Adenoma kolorektal.

7.2 Saran

7.2.1. Ki-67 dapat dipergunakan sebagai marka untuk membantu menegakkan

diagnosa adenoma dan karsinoma kolorektal dengan sediaan konvensional

pada jaringan biopsi kolonoskopi.

Page 67: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

DAFTAR PUSTAKA

Abdulamir, A.S., Hafidh, R., Mahdi, L., Al-Jaboori, L., Abubakar, F., Abbas, K.A. 2008. The Interplay between P53 and P21 Tumor Suppressor Proteins in The Transformation of Colorectal Adenoma to Carcinoma. American Journal of Immunology.4(2);14-22.

Ahmed, N.Y., Ismail, A.T., Kareem, T.S. 2012. A clinicopathologic study of Ki- 67 proliferation index in colorectal carcinoma. Saudi Med J, Vol 33(8):841-5.

American Cancer Society. Colorectal cancer facts & figures 2008 – 2010. Atlanta: American Cancer Society.

Angiero, F., Berenzi, A., Benetti, A., Rossi, E., Sordo, R.D., Sidoni, A. 2008.

Expression of P16,P53 and Ki-67 Proteins in the Progression of Epithelial Dysplasia of The Oral Cavity. Anticancer Research, 28:2535-40.

Antonia, R.S., Dara, L., Aisner. 2010. Molecular basis of Disease of the

Gastrointestinal Tract. In: William B. Coleman, Gregory J. Tsongalis, Essential Concepts in Molecular Pathology, Elsevier: 243-61.

Aoki, K., Taketo, M.M. 2007. Adenomatous polyposis coli (APC): a multi-

functional tumor suppressor gene. J Cell Sci.120:3327-35 Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Anatomi.

Kanker di Indonesia tahun 2008: data histopatologik. Jakarta:Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I.

Colozza, M., Azambuja, E., Cardoso, F., Sotiriou, C., Larsimont, D., Piccart, M.P.

2005. Proliferative Markers as Prognostic and Predictive Tools in Early Breast Cancer; Where are we now? Annals of Oncology, 16;17223-39.

Cserni G. 2003. Nodal staging of colorectal carcinomas and sentinel nodes. J Clin Pathol. 56:327–35.

Euscher, E.D., Niemann, T.H., Lucas, J.G., Kurokawa, A.M,, Frankel, W.L. 2001.

Large colorectal adenomas an approach to pathologic evaluation. Am J Clin Pathol.16:336-40.

Fenoglio_Preiser C.M. 2009. editor. Gastrointestinal pathology: an atlas and text.

Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.

Page 68: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Ferlay, J., Shin, H.R., Bray, F., Forman, D., Mathers, C., Parkin, D.M,. GLOBOCAN 2008, cancer incidence and mortality worldwide: IARC CancerBase No. 10 [Internet]. 2010. Diunduh dari: http://globocan.iarc.fr. Lyon, France: International Agency for Research on Cancer; 2010.

Gschwantler, M., Kriwanek, S., Langner, E,, Goritzer, B, Schrutka-Kolbl C,

Brownstone E. 2004. High grade dysplasia and invasive carcinoma in colorectal adenomas: a multivariate analysis of the impact of adenoma and patient characteristics. Eur J Gastroenterol Hepatol.14:183-8

Hamilton, S.R., Vogelstein, B., Kudo, S., Riboli, E., Nakamura, S., Hainaut, P.

2009 Tumours of the colon and rectum. In: Hamilton SR, Aaltonen A, editors. World Health Organization: classification of tumours, pathology and genetics of tumours of the digestive system. Third ed. Lyon: IARC Press. p. 104-19.

Homick, J.L,. Odze, R.D. 2011. polyps of the large intestine. In: Odze RD,

Goldblum JR, editors. Surgical Pathology of the GI tract, liver, biliary tract, and pancreas. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier, 507-20.

Jemal, A., Siegel, R., Xu J, Ward E. 2010. Cancer statistics. CA Cancer J Clin 60

(5):1-24. Kelompok Kerja Adenokarsinoma Kolorektal. 2006. Pengelolaan karsinoma kolorektal: suatu panduan klinis nasional. Jakarta.

Lin, M., Wen Z., Feng Z., He D. 2008. Expression and significance of Bmi-1 and

Ki67 in Colorectal carcinoma tissues. Chinese Journal of Cancer. vol.27:12,568-73.

Montogomery, E. 2006. editor. Biopsy interpretation of the gastrointestinal tract

mucosa. Philadelphia: Lippincott, William&Wilkins. Nabi, U., Nagi, A.H., Sami, W., 2008. Ki-67 Proliferatif Index and Histological

Grade, Type and Stage of Colorectal Carcinoma, J. Ayub Med Coll Abbotabad. 20(4)

Nussrat, L.F., Ali, H.H., Husein, G.H., Al-Ukashi, J.R. 2011.

Immunohistochemical Expression of Ki-67 and p53 in Colorectal Adenomas: A Clinicopathological Study. Oman Medical Jurnal, Vol. 26, No. 4: 229-34.

Pages, F., Galon, J,, Fridman, W.H. 2008. The essential role of the in situ immune

reaction in human colorectal cancer. Journal of Leukocyte Biologi,84:981-7.

Page 69: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Qian, J., Sarnaik, A.A., Bonney, T.M., Keirsey, J., Combs, K.A., Steigerwald, K, 2008. The APC tumor suppressor inhibits DNA replication by directly binding to DNA via its carboxyl – terminus Gastroenterology. 135 (1):152–162.

Radovanick-Dinic, B., Nagorni, A., Katic, V., Starnenkovic, I., Zlatic, A. 2009.

An immunohistochemichal study of Ki-67 in colorectal adenoma. National center for biotechnology information, 63(I);16-18.

Riddell, R.H., Petras, R.E., Williams, G.T., Sobin, L.H. 2002. editors. Atlas of

tumor pathology: tumors of the intestines. Washington: IARC. Rosai, J. 2011. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology. Tenth Edition,

Mosbey. p 731-75. Saleh, H.A., Jackson, H., Khatib, G., Banerjee, M. 2008. Correlation of Bcl-2

Oncoprotein Immunohistochemical Expression with Proliferation Index and Histopathologic parameters in Colorectal Neoplasia. Appl Immunohistochem Mol Morphol.175-182.

Sobin, L.H., Wittekind, C. 2002. editors. International Union Against Cancer:

TNM classification of malignant tumours. 6ed. Geneva:Wiley-Liss. p.72-6. Urruticoechea, U., Smith, I.E., Dowsett, M. 2005. Proliferation Marker Ki-67 in

Early Breast Cancer. J Clin Oncol, 23 : 7212 –7220.

Valentina, V., Yokoyama, N., Walter, B., Okamoto, H., Suda, T., Hatakeyama,

K. 2005. Clinical Significance of Ki-67 Proliferation Index in disease progression and prognosis of patients with resected colorectal carcinoma. Br J Surg. 92:1002-7

Vernillo, R., Lorenzi, B., Banducci, T., Minacci, C. 2008. Immunohistochemical Expression of p53 and Ki-67 in Colorectal Adenomas and prediction of Malignancy and Development of New Polyp. Int J Biol Markers. Apr-Jun: 23(2): 89-95.

Wang J, El-Masry N, Talbot J,Tomlinson I, Alison MR, and El-Bahrawy M.

2013. Expression Profilingof Proliferation and Apoptotic Markers Along The Adenoma-Carcinoma Sequence in Familial Adenomatous Polyposis Patient. Hindawi Publishing Corporation Gastroenteropathology Research,;p.1-8.

Wolpin, B.M., Meyerhadt, J.A., Mamon, H.J, Mayer, R.J. 2007. Adjuvant treatment of colorectal cancer. CA Cancer J Clin, 57;168-85.

Page 70: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Worthley, D.L., Leggett, B.A. 2010. Colorectal cancer: molecular features and

clinical opportunities. Clin Biochem Rev.31:31-8.

Yerushalmi, R., Woods, R., Ravdin, P.M. 2010. Ki-67 in Breast Cancer : Prognostic and Predictive Potential. Lancet Oncol.11 : 174 – 83.

Yinghao, S., Martha, S., Reid, N., Qiuyin, C., Nobuhiko, K., Kay, W. 2006.

Immunohistochemical expression of Ki-67, Cyclin D1, B Catenin, Cyclooxygenase-2, and Epidermal Growth Factor Receptor in Human Colorectal Carcinoma. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev.15(9).

Zhong W, Peng J, He H, Wu D, Han Z, Xuecheng,B.I, QiShan,D.A.I. 2008. Ki-67

and PCNA Expression in Prostate Cancer and Benign Prostatic Hyperplasia. Clin Invest Med;31(1):E8-E15.

Page 71: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Lampiran 3

Data Sampel dan Hasil Pemeriksaan Imunohistokimia Ki-67

NO NO SEDIAAN

JENIS KELAMIN UMUR LOKASI DIAGNOSIS Ki67 Grade

1 M.2742.11 P 44 Rektum Adenoma 16 Low grade

2 M.2749.11 L 68 Rektum Adenoma 25 Low grade

3 M.649.11 P 55 Colon Adenoma 20 High grade

4 M.1454.12 P 58 Rektum Adenoma 10 Low grade

5 M.2437.12 P 72 Rektum Adenoma 24 High grade

6 M.2101.12 L 56 Rektum Adenoma 20 Low grade

7 M.2562.12 L 54 Colon Adenoma 10 High grade

8 M.1755.12 L 72 Rektum Adenoma 8 High grade

9 M.1063.12 P 60 Rektum Adenoma 6 Low grade

10 M.1873.12 P 65 Colon Adenoma 11 High grade

11 M.836.12 L 44 Colon Adenoma 8 Low grade

12 M.2077.12 P 70 Rektum Adenoma 8 Low grade

13 M.2630.12 P 19 Colon Adenoma 21 Low grade

14 M.3016.12 P 71 Colon Adenoma 14 Low grade

15 M.2221.12 L 48 Colon Adenoma 11 Low grade

16 M.2318.12 L 42 Rektum Adenoma 9 Low grade

17 M.761.12 L 50 Rektum Adenoma 13 High grade

18 M.619.12 L 51 Colon Adenoma 7 Low grade

19 M.564.12 P 78 Rektum Adenoma 5 Low grade

20 M.299.12 L 60 Rektum Adenoma 15 High grade

21 M.284.12 L 76 Rektum Adenoma 13 High grade

22 M.018.12 L 42 Rektum Adenoma 9 Low grade

23 353.PM.12 L 70 Rektum Adenoma 12 High grade

Page 72: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

24 25.PH.11 L 42 Colon Adenoma 10 Low grade

25 04.PM.11 P 52 Rektum Adenoma 15 High grade

26 283.PM.12 P 58 Rektum Adenoma 7 Low grade

27 113.PH.12 P 58 Colon Adenoma 9 Low grade

28 393.PH.12 L 56 Rektum Adenoma 15 High grade

29 3114.PP.12 L 45 Rektum Adenoma 12 High grade

30 2911.PP.12 L 37 Rektum Adenoma 21 High grade

31 77.PP.12 L 71 Rektum Adenoma 15 High grade

32 M.2588.11 L 72 Rektum Adeno Ca 25 Low grade

33 M.2418.11 L 61 Rektum Adeno Ca 42 High grade

34 M.1258.11 P 56 Rektum Adeno Ca 47 High grade

35 M.2730.11 P 54 Rektum Adeno Ca 35 High grade

36 M.2804.11 P 65 Colon Adeno Ca 38 High grade

37 M.2365.11 L 50 Rektum Adeno Ca 30 High grade

38 M.3112.11 P 70 Rektum Adeno Ca 33 High grade

39 M.3111.11 P 60 Rektum Adeno Ca 35 High grade

40 M.1820.12 L 39 Rektum Adeno Ca 30 High grade

41 M.2527.11 P 59 Colon Adeno Ca 42 High grade

42 M.2575.11 P 49 Rektum Adeno Ca 44 High grade

43 M.2650.11 P 46 Rektum Adeno Ca 32 High grade

44 M.2771.11 P 57 Rektum Adeno Ca 40 High grade

45 M.2321.11 L 50 Rektum Adeno Ca 37 High grade

46 M.2173.11 L 72 Rektum Adeno Ca 41 High grade

47 M.2271.11 L 65 Rektum Adeno Ca 33 Low grade

48 M.2815.11 P 45 Colon Adeno Ca 35 High grade

49 M.2365.11 L 50 Rektum Adeno Ca 33 High grade

50 M.2270.11 P 45 Rektum Adeno Ca 37 High grade

Page 73: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

51 M.402.12 P 81 Rektum Adeno Ca 42 High grade

52 M.331.12 P 59 Rektum Adeno Ca 29 Low grade

53 M.321.12 P 45 Rektum Adeno Ca 32 High grade

54 731.PM.12 L 87 Rektum Adeno Ca 54 High grade

55 333.PM.11 P 76 Rektum Adeno Ca 45 High grade

56 50.PM.12 L 28 Colon Adeno Ca 37 Low grade

57 520.PM.11 L 39 Rektum Adeno Ca 39 High grade

58 385.PH.12 P 68 Colon Adeno Ca 28 Low grade

59 3778.PP.12 L 59 Rektum Adeno Ca 30 High grade

60 3846.PP.12 L 60 Rektum Adeno Ca 60 High grade

61 4046.PP.12 L 59 Colon Adeno Ca 43 High grade

62 1335.PP.12 P 61 Rektum Adeno Ca 36 High grade

Page 74: TESIS PERBEDAAN RERATA EKSPRESI PROTEIN Ki-67 PADA

Lampiran 4

Analisis Statistik

T-Test

Group Statistics

tipe tumor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

nilai adenoma 31 12.8710 5.35874 .96246

adenokarsinoma 31 37.5484 7.54912 1.35586

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

nilai Equal variances assumed

1.931 .170 -14.841

60 .000 -24.67742 1.66274 -28.00339

-21.35145

Equal variances not assumed

-14.841

54.111 .000 -24.67742 1.66274 -28.01085

-21.34399