tesis idhar sahdar

Upload: emil-salim

Post on 09-Mar-2016

57 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tesis

TRANSCRIPT

  • i

    TESIS

    STUDI LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI

    OPIYANG PROVINSI MALUKU UTARA

    A STUDY ON SEDIMENT TRANSPORT RATE IN OPIYANG

    RIVERNORTH MALUKU PROVINCE

    IDHAR SAHDAR

    P2300211504

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

  • ii

    STUDI LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI

    OPIYANG PROVINSI MALUKU UTARA

    Tesis

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

    Program Studi

    Teknik Sipil

    Disusun dan diajukan oleh

    IDHAR SAHDAR

    kepada

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    TESIS

    STUDI LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI

    OPIYANG PROVINSI MALUKU UTARA

    IDAHAR SAHDAR

    P2300211504

    Menyetujui

    Komisi Penasehat :

    Prof. Dr. Ir. H. Muh. Saleh Pallu, M.Eng. Ketua

    Dr. Ir. Johannes Patanduk, MS Sekretaris

    Mengetahui:

    Ketua Pogram Studi S2 Teknik Sipil

    Dr. Rudy Djamaluddin, ST., M.Eng

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

    hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis

    dengan judul Studi Laju Angkutan Sedimen pada Sungai Opiyang

    Provinsi Maluku Utara.

    Tesis ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk

    menyelesaikan pendidikan program studi S2 Teknik Sipil pada Fakultas

    Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam rangkaian kegiatan

    penelitian dan penulisan ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang

    diharapkan tanpa adanya bantuan, arahan, dukungan dan bimbingan dari

    berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini perkenankan penulis

    menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Prof. Dr. Ir. H. Muh. Saleh Pallu, M .Eng., dan Dr. Ir. Johannes

    Patanduk MS,yang telah membimbing penulis selama pelaksanaan

    penelitian dan penulisan tesis.

    2. Dr. Rudy Djamaluddin, ST, M. Eng Selaku Ketua Program Studi Teknik

    Sipil Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

    3. Para Dosen dan Staf yang telah membantu dan membimbing penulis

    selama mengikuti pendidikan pasa program studi S2 Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

  • v

    4. Ayahanda H. Ibrahim Robo Sahdar dan Ibunda Hj. Nurhaya

    tercinta,Istri Vivi Yosrawati, Spd, dan Anakanaku tercinta Nursalda,

    Djikirullah, Fatahillah serta saudara-saudaraku Ir. Muhammad Iqbal

    Robo Sahdar, Iswan Sahdar, Kakak ipar, Nirwana Spd, yang terus

    memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

    5. Icsan, ST, MSC., yang selalu memberikan semangat dan motifasi

    dalam penyelesaian tesis ini.

    6. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Teknik Sipil Prasarana 2011

    dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis baik dalam

    berupa masukan-masukan dan saran-sarannya, semoga Allah SWT

    membalas budi baik dengan amalan yang setimpal.

    Akhir kata, penulis mengharapkan semoga dalam penulisan tesis

    ini dapat bermanfaat dan bergunabagi Instansi PU dan BWS Maluku

    Utara, serta Rekan rekan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

    dibidang teknik pengairan. Amin

    Makassar, Februari 2014

    Idhar Sahdar

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini

    Nama : Idhar Sahdar

    Nomor mahasiswa : P2300211504

    Program studi : Teknik Sipil

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

    benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan

    pengambilalihan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari

    terbukti atau dapat di buktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini

    hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

    tersebut.

    Makassar, 2014

    Yang menyatakan

    Idhar Sahdar

  • vii

    ABSTRAK

    IDHAR SAHDAR. Studi Laju Angkutan Sedimen Pada Sungai Opiyang

    Provinsi Maluku Utara (dibimbing oleh H. Muh. Saleh Pallu dan Johannes

    Patanduk).

    Air merupakan suatu pendekatan holistik, yang merangkum aspek

    kuantitas dan kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    berapa laju angkutan sedimen akibat erosi oleh curah hujan yang tinggi

    setiap tahun pada DAS Opiyang.

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik

    pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data

    primer dan data sekunder. Tahap penelitian ini adalah (1) mengolah data

    yang meliputi data lapangan, data teknik Bendung Opiyang , (2) deliniasi

    dengan perangkat ArcGIS (3) deliniasi DEM untuk DAS Opiyang

    Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara .

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume sedimen pada DAS

    Opiyang terlihat jelas bahwa laju sedimen terendah terjadi pada tahun

    2011, dimana nilai total potensi sedimen pada DAS Opiyang sebesar

    30.533 ton. Keadaan tersebut dapat dijelaskan oleh karena curah hujan

    yang terjadi pada tahun tersebut sangat kecil dengan total curah hujan

    tahunan 807 mm/tahun. Sementara laju sedimen tertinggi terjadi pada

    tahun 2008 sebesar 506.248 ton dengan curah hujan tahunan sebesar

    2728 mm/tahun. Selain itu pula peningkatan laju sedimen umumnya

    terjadi pada bulan Oktober s/d Juni (musim hujan). Daerah Aliran Sungai

    Opiyang memiliki potensi laju sedimen yang tergolong baik, dimana masih

    berada dibawah 2 mm/tahun. Hasil analisa untuk tahun pengamatan dari

    tahun 2008 2012, secara berturut-turut diperoleh nilai laju sedimen yaitu:

    pada tahun 2008, = 0,017 mm/tahun; tahun 2009 = 0.012 mm/tahun;

    tahun 2010 = 0,014 mm/tahun; tahun 2011 = 0,0011 mm/tahun; dan tahun

    2012 = 0,012 mm/tahun.

    Kata kunci: MUSLE, Sedimen, Opiyang.

  • viii

    ABSTRACT

    IDHAR SAHDAR. A Study on Sedimen Transport Rate in Opiyang, North

    Maluku Province (Supervised by H. Muh. Saleh Pallu and Johannes

    Patanduk)

    This study aims to describe the rate of sediment transport as the

    effect of erosion due to high annual rainfall rate on opiyang stream bed.

    The research was conducted as a descriptive quantitative study by

    using primary and secondary data. The steps in the research included: (1)

    the processing of field data, and the technical data of Bendung Opiyang;

    (2) delineation by using ArcGIS instrument; and (3) DEM delineation for

    Opiyang stream bed.

    The results reveal that the lowest rate of sediment transport

    occured in 2011 with a total sediment potential level of 30,533 tons

    because of the time, there was a very low rainfall rate (807 mm/year). The

    highest level of sediment rate occured in 2008 (506,248 ton) with an

    annual rainfall rate of 2728 mm/year. The increase of sediment transport

    rate usually happens from October to June, during the rainy season. The

    potential of sediment transport rate in Opiyang stream bed area can be

    considered good since it is still 2 mm/year. The results of analysis for the

    observation years of 2008-2012 show sediment transport rates as follows:

    0.017 mm/yeart in 2008, 0.012 mm/year in 2009, 0.014 mm/year in

    2010,0.001 mm/year in 2011, and 0.012 mm/year in 2012.

    Keywords: MUSLE, Sediment, Opiyang.

  • ix

    DAFTAR ISI

    halaman

    HALAMAN SAMPUL i

    LEMBARAN PENGESAHAN iii

    KATA PENGANTAR iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TESIS vi

    ABSTRAK vii

    ABSTRACT viii

    DAFTAR ISI ix

    DAFTAR TABEL xii

    DAFTAR GAMBAR xiii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Rumusan Masalah 4

    C. Tujuan Penelitian 4

    D. Manfaat Penelitian 5

    E. Ruang Lingkup Penelitian 5

    F. Sistematika Penelitian 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

    A. Analisa Hidrologi 8

    1. Analisa curah hujan rancangan 8

    2. Pemilihan jenis model distribusi 11

    3. Analisis debit banjir 13

  • x

    B. Karakteristik Daerah Aliran Sungai 18

    C. Erosi 18

    1. Proses terjadinya erosi 19

    2. Klasifikasi erosi 19

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi 20

    4. Dampak umum terjadinya erosi 21

    5. Pendugaan laju erosi 22

    D. Sedimen 24

    1. Pengertian sedimen 24

    2. Distribusi sedimen 26

    3. Dampak sedimen 27

    4. Pengendapan sedimen di DAS 27

    E. Studi Terdahulu 41

    F. Kerangka Pikir 44

    BAB IIIMETODE PENELITIAN 46

    A. Jenis dan Desain Penelitian 46

    B. Waktu dan Lokasi Penelitian 46

    C. Pengambilan Sampel 47

    D. Teknik Pengambilan Data 48

    1. Data curah hujan 48

    2. Data debit sungai 48

    3. Peta tata guna lahan 49

    E. Tahapan Penelitian 50

  • xi

    BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 52

    A. Analisa Karakteristik Daerah Aliran Sungai 52

    1. Peta kondisi topografi 52

    2. Peta jenis tanah 54

    3. Peta tata guna lahan 56

    B. Analisa Hidrologi 57

    1. Distribusi curah hujan 58

    2. Uji konsistensi data terhadap distribusi 59

    3. Perhitungan debit limpasan permukaan 61

    C. Analisa sedimen dengan metode MUSLE 64

    1. Index erosivitas hujan (R) 64

    2. Koefisien erodibiltas tanah (K) 65

    3. Koefisien panjang dan kemiringan lereng (LS) 66

    4. Faktor konservasi dan pengelolaan tanaman (CP) 66

    5. Volume sedimen 66

    D. Pembahasan 69

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 73

    A. Kesimpulan 73

    B. Saran 73

    DAFTAR PUSTAKA 75

    LAMPIRAN-LAMPIRAN 77

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Koefisien pengaliran (C), untuk persamaan Rasional 17

    2. Dampak erosi tanah 22

    3. Jenis sedimen berdasarkan ukuranpartikel 30

    4. Kategori kinerja DAS berdasarkan laju sedimen 31

    5. Klasifikasi struktur untuk menggunakanNomograf 36

    6. Klasifikasi permeabilitas untuk menggunakan Nomograf 36

    7. Perkiraan besarnya nilai K pada beberapa tanah di Jawa 37

    8. Nilai Faktor CP berbagai jenis penggunaan lahan di Jawa 40

    9. Data jenis tanah DAS Opiyang 55

    10. Data tata guna lahan DAS Opiyang 56

    11. Hasil Uji Statistik Curah Hujan rancangan pada DAS Opiyang 58

    12. Curah hujan rancangan pada DAS Opiyang 59

    13. Hasil uji Chi-Kuadrat 60

    14. Hasil uji Smirnov-Kolmogorov 61

    15. Analisa debit limpasan akibat curah hujan periodeulang1tahun dengan mtode rasional modifikasi 63

    16. Hasil analisa indeks erosivitas (Rw) untuk bulan Januari 2012 65

    17. Volume sedimen pada setiap sub-DAS yang dihasilkan olehcurah hujan pada bulan januari 2012 67

    18. Volume sedimen pada setiap sub-DAS yang dihasilkan pada tahun

    2008 2012 68

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Diagram alir analisis curah hujan rancangan 9

    2. Nomograf untuk menentukan nilai erodibilitas (K) 35

    3. Kerangka pikir penelitian 45

    4. Lokasi studi DAS Opiyang 46

    5. Diagram alir penelitian 51

    6. Hasil deliniasi DEM untuk DAS Opiyang 53

    7. Hasil deliniasi DEM dengan perangkat ArcGIS 54

    8. Peta jenis tanah pada DAS Opiyang 55

    9. Peta tata guna lahan DAS Opiyang 57

    10. Grafik intensitas curah hujan 62

    11. Distribusi sedimen pada DAS Opiyang 69

    12. Kondisi pendangkalan pada lantai Bendung Opiyang 71

    13. Pendangkalan pada pintu pengambilan kanan 71

    14. Badan Mercu yang mengalami gerusan 72

  • 1

    BABI

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan

    memanfaatkan alam. Pola hubungan yang terjadi antara manusia dan

    alam tergantung pada cara pandang manusia terhadap alam. Cara

    pandang atau paradigma tentang alam mendasari perkembangan ilmu

    pengetahuan.Selanjutnya dengan ilmu pengetahuan, manusia

    mengembangkan berbagaimetode pemanfaatan sumberdaya alam untuk

    memenuhi kebutuhanhidupnya.Salah satu sumber daya alam yang sering

    dimanfaatkan manusiaadalah air.

    Penelitian pengelolaan sumber daya air (SDA) adalah merupakan

    suatu pendekatan holistik, yang merangkum aspek kuantitas dan kualitas

    air. Penelitian tersebut merumuskan dokumen inventarisasi sumber daya

    air, identiflkasi ketersediaan saat ini dan masa mendatang, pengguna air

    dan estimasi kebutuhan mereka baik pada saat ini maupun dimasa

    mendatang, serta analisis upaya alternatif agar lebih baik dalam

    penggunaan sumber daya air termasuk didalamnya evaluasi dampak dari

    upaya alternatif terhadap kualitas air dan rekomendasi upaya yang akan

    menjadi dasar dan pedoman dalam pengelolaan wilayah sungai di masa

    mendatang.

  • 2

    Sejalan dengan itu, Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang

    sumber daya air dimaksudkan untuk memfasilitasi strategi pengelolaan

    sumber daya air untuk wilayah sungai diseluruh tanah air untuk memenuhi

    kebutuhan, baik jangka menengah maupun jangka panjang secara

    berkelanjutan.

    Air adalah sumberdaya alam yang dinamik (Dynamic Resources),

    dan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan

    manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia

    dalam segala bidang, sehingga memberikan implikasi yang relatif

    kompleks dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatannya.Untuk

    menghadapi ketidakeseimbangan antara ketersediaan air yangcenderung

    menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumberdaya air

    wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkunganhidup dan

    ekonomi secara selaraspengelolaan ini perlu diarahkan untukmewujudkan

    sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antarsektor dan

    antar generasi.

    Tujuan pembangunan bendung adalah untuk meninggikan elevasi

    muka air dan menampung air sehingga dapat dialirkan untuk memenuhi

    kebutuhan manusia seperti: pertanian, air bersih rumah tangga dan

    industri dalam rangka peningkatan ketahanan pangan. Salah satu manfaat

    dari pembangunan bendung adalah menjamin ketersediaan air yang akan

    dialirkan pada setiap petak sawahsehingga untuk mewujudkan cita-cita

    tersebut diperlukan adanya komitmen yang kuat,baik dari pemerintah

  • 3

    maupun masyarakat dalam hal menjamin beroperasinya setiap struktur

    yang berada pada setiap sistem irigasi.

    Struktur hidrolik yang melintang pada sebuah badan sungai secara

    umum akan merubah karakteristik hidrologi pada sebuah wilayah seperti:

    perubahan debit banjir dan transport sedimen kearah muara, hal ini akan

    berdampak pada bagian DAS dimana akan terjadi proses sedimen,

    dimana merupakan penyebab menurunnya kapasitas tampung dari DAS

    itu sendiri.Dalam upaya pelestarian DAS sebagai sarana pemanfatan

    sumber daya air, masalah terberat yang dihadapi adalah sedimen. Hal-hal

    yang perlu diperhatikan dalam pengendalian sedimen adalah sistem

    pengendalian yang mempunyai nilai efisiensi dan efektivitas, karena

    dalam pengendalian sedimen tergantung dari daerah tadahan airnya dan

    karakteristik dari sungai.

    Bendung Opiyang berada di Kecamatan Wasiley, Kabupaten

    Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, Bendung Opiyang berada di

    aliran Sungai Opiyang yang menjadi objek dalam penelitian ini, oleh

    karena keberadaan bendung tersebut sudah tidak lagi berfungsi dengan

    baik. Oleh karena itu, maka melalui tahap observasi lapangan pada tahun

    2011 yang dilakukan oleh BWS Maluku Utara, terlihat fenomena yang

    terjadi adalah tumpukan sedimen pada daerah tubuh bendung, sehingga

    pemanfatan dan penggunaan airirigasi tidak mengalir secara efektif dan

    efesien.Untuk itu kami merasa perlu melakukan studi terhadap

    permasalahan sedimen yang terjadi pada Bendung Opiyang.

  • 4

    Sedimen sebagai hasil dari erosi pada sebuah sistem Daerah Aliran

    Sungai (DAS) menjadi titik awal dalam setiap studi-studi yang berkaitan

    dengan masalah pengangkutan sedimen. Besaran volume sedimen yang

    terjadi sangat dipengaruhi oleh karakteristik daerah aliran sungai yang

    menyusun sistem tersebut, sementara sistem DAS yang menyusun

    sebuah wilayah sangat bervariasi. Dengan demikian dapat dikatakan

    bahwa setiap DAS memiliki potensi sedimen yang berbeda-

    beda.Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis

    mencoba menyajikannya dalam suatu penelitian denganjudul: STUDI

    LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAIOPIYANG PROVINSI

    MALUKU UTARA.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang

    dikemukakan, maka rumusan masalah yang hendak dikaji adalah:

    1. Berapa besar potensi volume sedimen yang dapat dihasilkan oleh

    DAS Opiyang setiap tahunnya?

    2. Bagaimana klasifikasi tingkat sedimentasi pada daerah aliran sungai

    Opiyang?

    C. Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan pokok permasalahan yang dirumuskan, maka

    tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

  • 5

    1. Untuk menganalisis berapa besar potensi sedimen yang dihasilkan

    oleh DAS Opiyang.

    2. Mengetahui tingkat laju sedimentasi pada DAS Opiyang pada tahun

    pengamatan (2008 2012).

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

    1. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi dalam studi

    sedimen dan upaya pengelolaan serta penangananya.

    2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk pengembangan

    studi ilmiah atau referensi bagi penelitian tentang masalah sedimen

    pada suatu DAS di Provinsi Maluku Utara dalam upaya mengelola

    daerah irigasi secara terpadu dan komprehensif.

    3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu banyak pihak dan

    instansi terkait yang menangani permasalahan sedimen yang terjadi

    pada DAS Opiyang.

    E. Ruang Lingkup Penelitian

    Untuk memberikan arah yang jelas dan sesuai dengan tujuan yang

    ingin dicapai, maka dilakukan pembatasan variabel penelitian sebagai

    berikut:

    1. Berapa besar potensi volume sedimen yang dapat dihasilkan pada

    DAS Opiyang.

  • 6

    2. Fungsi lahan pada daerah aliran sungai opiyang adalah didasarkan

    pada data sekunder, yaitu peta RTRW Kabupaten Halmahera Timur.

    3. Rumus-rumus empiris yang digunakan dalam perhitungan dan

    program dianggap universal dan sudah teruji kebenarannya.

    F. Sistematika Penelitian

    Penelitian ini disusun dalam lima bab dengan sistematika penulisan

    sebagai berikut:

    1. Bab I pendahuluan. Pendahuluan memuat tentang latar belakang

    permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitiaan, manfaat

    penelitian, batasan masalah dan sistematika penelitian.

    2. Bab II tinjauan pustaka. Pada bab ini memuat kerangka dasar yang

    komprehensif mengenai konsep dan teori yang akan digunakan untuk

    pemecahan masalah.

    3. Bab III metodelogi penelitian. Bab ini memuat waktu dan lokasi

    penelitian, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian serta

    metode analisisnya secara terperinci.

    4. Bab IV analisa dan pembahasan. Pada bab ini menjelaskan hasil

    hasil yang diperoleh dari proses penelitian dan hasil pembahasannya.

    Penyajian hasil penelitian memuat deskripsi sistematik tentang data

    yang diperoleh, sedangkan pada bagian pembahasan adalah

    mengolah data hasil penelitian dengan tujuan untuk mencapai tujuan

    penelitian.

  • 7

    5. Bab V kesimpulan dan saran. Pada bab ini dikemukakan kesimpulan

    dari seluruh rangkaian proses penelitian dan saransaran terkait

    dengan kekurangan yang didapati dalam penelitian ini, sehingga

    nantinya dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

  • 8

    BAB II

    TINJAUANPUSTAKA

    A. Analisa Hidrologi

    1. Analisa curah hujan rancangan

    Adapun untuk memprediksi debit banjir dengan periode ulang

    tertentu, maka data-data curah hujan didekatkan pada sebaran distribusi,

    agar dalam memperkirakan besarnya debit banjir tidak sampai jauh

    melenceng dari kenyataan banjir yang terjadi. Seperti yang dikemukakan

    Triatmojo (2008) dalam bukunyadalam analisis ini digunakan beberapa

    metode untuk memperkirakan curah hujan dengan periode ulang tertentu,

    yaitu:

    a. Metode distribusi Normal

    b. Metode distribusi Log Normal

    c. Metode distribusi Gumbel

    d. Metode distribusi Log Pearson Type III

    Langkah-langkah umum memprediksikan curah hujan untuk periode

    ulang tertentu, yang secara umum dapat digambarkan oleh diagram alir

    pada Gambar 1.

  • 9

    Gambar 1. Diagram alir analisa curah hujan rancangan (Suripin, 2004)

    Dengan demikian berdasarkan data curah hujan harian maksimum

    yang kami dapatkan maka analisa distribusi berdasarkan empat model

    yang telah dipaparkan diatas kami presentasikan sebagai berikut:

    a. Metode normal.

    Model distribusi Normal dapat diformulasikan sebagai berikut:

    XT = Xrata-rata + KT * Sx (1)

    Penyiapan Data Hujan Jam-jaman Maksimum

    Parameter StatistikDasar X,S,Cv,Cs,Ck

    Cs = 0 Ck = 3

    Sebaran Normal

    Cv = 0.06 Cs = 0.209

    Sebaran Log Normal

    Cs = 1,14 Ck = 5,40

    Sebaran Gumbel

    Sebaran yang Paling mendekati

    Cs < 0 Cv = 0,3

    Sebaran Log Pearson III

    Sebaran Terpilih

    Uji kecocokan sebaran

    Cocok ?

    Curah Hujan Rencana

    Tidak Ya

  • 10

    Dimana:

    XT = Curah hujan periode ulang T tahun (mm)

    Xrata-rata = Curah hujan rata-rata (mm)

    KT = Koefisien distribusi Gauss

    Sx = Standar deviasi

    b. Metode log normal.

    Formula dari model ini merupakan fungsi logaritma dari model

    sebelumnya, yang dipresentasikan sebagai berikut:

    YT = Yrata-rata + KT. SY (2)

    Dimana:

    YT = Logaritma dari curah hujan untuk T tahun (mm)

    Yrata-rata = Logaritma curah hujan rata-rata (mm)

    KT = Koefisien distribusi Gauss

    Sy = Standar deviasi dari log x

    c. Metode Gumbel.

    Untuk model distribusi Gumbel, persamaan yang digunakan adalah

    sebagai berikut:

    XT = Xrata-rata + K * Sx (3)

    K = ( YT Yn ) / Sn (4)

    YT = -ln (-ln (T-1/T)) (5)

    Dimana:

    XT = Curah Hujan periode ulang T tahun (mm)

    Xrata-rata = Curah hujan rata-rata (mm)

  • 11

    K = Koefisien distribusi Gumbel

    Sx = Standar deviasi

    Yn = Reduced Mean yang tergantung jumlah

    sampel/data n

    Sn = Reduced Standard Deviation yang juga

    .tergantung pada jumlah sampel/data

    YTr =Reduced Variate

    d. Metode Log Pearson III.

    Formula dari model ini merupakan fungsi logaritma dari model

    sebelumnya, yang dipresentasikan sebagai berikut:

    YT = Yrata-rata + Kj. S (6)

    Dimana:

    YT = Logaritma dari curah hujan untuk T tahun (mm)

    Yrata-rata = Logaritma curah hujan rata-rata (mm)

    Sx = Standar deviasi dari log x

    Kj = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari

    .probabilitas dan koef.kemencengan (Cs).

    2. Pemilihan jenis model distribusi

    Untuk menentukan model distribusi yang dapat digunakan dalam

    analisa selanjutnya, maka harus dilakukan pengukuran syarat parameter

    statistik (ukuran dispersi), Namun demikian untuk mengetahui apakah data

    tersebut benar sesuai dengan jenis sebaran toristis yang dipilih maka perlu

    dilakukan pengujian lebih lanjut. Untuk keperluan analisis uji kesesuaian

  • 12

    dipakai dua metode statistik sebagai berikut:

    a. Uji Chi Square.

    Uji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah

    persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik

    sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan

    parameter x, yang di formulasikan sebagai berikut:

    = ()

    (7)

    Dimana:

    X = Harga Chi-Kuadrat

    G = Jumlah sub-kelompok

    Oi = Frekwensi yang terbaca pada kelas yang sama

    Ei = Frekwensi yang diharapkan sesuai pembagian kelasnya.

    Prosedur perhitungan uji Chi Kuadrat adalah:

    1. Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya)

    2. Kelompokkan data menjadi G sub grup, dimana jumlah kelas yang ada

    (G)= 1 + 3,322 x log n. (8)

    n = jumlah data

    3. Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub grup

    4. Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei.

    =

    (9)

    5. Tiap-tiap sub grup hitung nilai

    (Oi - Ei)2 dan()

    (10)

  • 13

    6. Jumlah seluruh G sub grup nilai ()

    untuk menentukan nilai

    ChiKuadrat hitung

    7. Tentukan derajat kebebasan

    DK = G - R 1 (12)

    Dimana :

    DK = derajat kebebasan

    G = sub grup

    R =.banyaknya keterikatan (biasanya diambil R = 2

    untukdistribusinormal dan binomial dan R = 1 untuk distribusi

    Poisson danGumbel)

    8. Persamaan distribusi teoritis yang digunakan dapat diterima apabila

    derajatkepercayaan lebih dari 5 % dengan parameter derajat

    kebebasan

    3. Analisis debit banjir

    Analisis debit rancangan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

    dengan bangunan ukur, persamaan empiris dan hidrograf banjir. Debit

    puncak limpasan adalah aliran limpasan maksimum yang terjadi pada saat

    terjadinya hujan. Debit puncak limpasan merupakan indikator dari

    kekuatan hujan yang digunakan untuk memprediksikan besarnya

    sedimentasi yang terjadi. Dalam pendugaan laju puncak limpasan

    permukaan ada beberapa metode yang umum digunakan salah satunya

    adalah metode rasional modifikasi.

  • 14

    Dalam metode rasional modifikasi mempertimbangkan pengaruh

    tampungan dalam memperkirakan debit puncak limpasan. Persamaan

    yang digunakan untuk menghitung debit limpasan permukaan dengan

    metode Rasional adalah sebagai berikut:

    Q = 0,278.Cs.C.I.A (13)

    Dimana:

    Q = Debit limpasan permukaan yang diharapkan untuk suatu

    .............hujan dengan interval kejadian tertentu (m3/dt)

    I = Intensitas hujan rata-rata dalam t jam (mm/jam)

    C = Koefisien limpasan

    Cs = Koefisien tampungan

    A = Luas daerah aliran (km2)

    0,278 =Faktor konversi

    a. Intensitas hujan (I).

    Untuk mendapatkan intensitas hujan selama waktu konsentrasi

    digunakan rumus Mononobe, sebagai berikut:

    24

    24=

    3/224

    Tc

    RI

    (14)

    dimana:

    I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

    R24 = Curah hujan rancangan selama 24 jam (mm)

    Tc = Waktu konsentrasi (jam).

  • 15

    b. Waktu konsentrasi (tconc).

    Waktu konsentrasi (time of concentration) adalah waktu perjalanan

    yang dibutuhkan oleh air dari tempat yang paling jauh (hulu sub DAS)

    sampai ke outlet sungai dari sub DAS tersebut. Waktu konsentrasi dihitung

    dengan menjumlahkan lamanya waktu yang dilalui oleh air hujan yang

    jatuh pada suatu titik kemudian mengalir di lahan sampai ke sungai dan

    akhirnya mengalir dari sungai sampai ke outlet sungai dari sub DAS

    tersebut, yang dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

    chovconc ttt (15)

    dimana:

    Tconc = Waktu konsentrasi di sub DAS (jam)

    Tov = Waktu konsentrasi untuk aliran di lahan (jam)

    Tch = Waktu konsentrasi untuk aliran di sungai (jam)

    c. Waktu konsentrasi aliran di lahan (overland flow time of concentration).

    3.0

    6.06.0

    18 slp

    nLt

    slp

    ov

    (16)

    dimana:

    Tov = Waktu konsentrasi untuk aliran di lahan (jam)

    Lslp = Panjang lereng di sub DAS (m)

    Slp = Kemiringan rata-rata di sub DAS (m/m)

    N = Angka kekasaran manning

    18 = Faktor konversi (unit conversion factor)

  • 16

    d. Waktu konsentrasi aliran di sungai/saluran (channel flow time of concentration)

    375.0125.0

    75.062.0

    ch

    chslpArea

    nLt

    (17)

    dimana:

    Tch = Waktu konsentrasi untuk aliran di sungai (jam)

    0.62 = Faktor konversi (unit conversion factor)

    L = Panjang saluran dari titik terjauh sampai ke outlet sub

    DAS(km)

    Slpch = Kemiringan saluran (m/m)

    N = Koefisien kekasaran manning di saluran

    Area = luas sub DAS (km2)

    e. Koefisien aliran permukaan (C).

    Koefisien aliran permukaan (C) didefinisikan sebagai perbandingan

    antara jumlah air yang mengalir di suatu daerah akibat turunnya hujan

    dengan jumlah hujan yang turun di daerah tersebut. Harga koefisien

    pengaliran (C) untuk berbagai kondisi permukaan tanah dapat ditentukan

    pada Tabel 1.

  • 17

    Tabel 1 . Koefisien pengaliran (C), untuk persamaan Rasional (Asdak, 2002)

    Tata guna lahan C Tata guna lahan C

    Perkotaan Tanah lapang

    Daerah pusat

    kota

    0,70 0,95 Berpasir, datar,

    2%

    0,05 0,10

    Daerah sekitar

    kota

    0,50 0,70 Berpasir, agak

    rata, 2-7%

    0,10 0,15

    Perumahan Berpasir, miring,

    7%

    0,15 0,20

    Rumah tinggal 0,30 0,50 Tanah berat,

    datar, 2%

    0,13 0,17

    Rumah susun,

    terpisah

    0,40 0,60 Tanah berat, agak

    rata, 2-7%

    0,18 0,22

    Rumah susun,

    bersambung

    0,60 0,75 Tanah berat,

    miring, 7%

    0,25 0,35

    Pinggiran kota 0,25 0,40 Tanah pertanian, 0-

    30%

    Daerah industri Tanah kosong

    Kurang padat

    industri

    0,50 0,80 - Rata 0,30 0,60

    Padat industri 0,60 0,90 - Kasar 0,20 0,50

    Taman, Kuburan 0,10 0,25 Ladang garapan

    Tempat bermain 0,20 0,35 - Tanah berat,

    tanpa vegetasi

    0,30 0,60

    Daerah stasiun

    KA

    0,20 0,40 - Tanah berat,

    dengan vegetasi

    0,20 0,50

    Daerah tak

    berkembang

    0,10 0,30 - Berpasir, tanpa

    vegetasi

    0,20 0,25

    Jalan raya - Berpasir,

    dengan vegetasi

    0,10 0,25

    Beraspal 0,70 0,95 Padang rumput

    Berbeton 0,80 0,95 - Tanah berat 0,15 0,45

    Berbatu bata 0,70 0,85 - Berpasir 0,05 0,25

    Trotoar 0,75 0,85 Hutan/bervegetasi 0,05 0,25

    Daerah beratap 0,75 0,95 Tanah tidak

    produktif, >30%

    Rata, kedap air

    Kasar

    0,70 0,90

    0,50 0,70

  • 18

    B. Karakteristik Daerah Aliran Sungai

    Untuk menentukan debit banjir rancangan terdapat berbagai

    macam metode dan persamaan empiris, maka pendekatan yang dilakukan

    adalah dengan pendekatan morfologi DAS.Pendekatan morfologi DAS

    pada analisa hidrologinya, pertama kali dikemukakan oleh R.E Horton dan

    A.E Strahler (Pidwirny dalam Susilo dan Pratomo, 2006).Richard H.

    McCuen mengungkapkan bahwa karakteristik geomorfologi sebuah

    daerah aliran sungai dapat dilihat berdasarkan;luas (A), panjang (L),

    kemiringan (S), kurva Hypsometrik, bentuk, tutupan dan tata guna lahan

    dan kekasaran permukaan. Sementara itu Goudie. A., dkk dalam

    (Binjolkar, dan Keshari, 2007) melihat bahwa karakteristik DAS dapat

    dikelompokkan dalam tiga kategori utama, yaitu: geometri DAS, jaringan

    drainase DAS dan karakteristik relief DAS. Namun dalam penelitian ini

    kami hanya akan menggunakan parameter dasar DAS, yaitu: Luas DAS,

    panjang sungai utama dan kemiringan saluran.

    C. Erosi

    Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan

    permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun

    angin (Suripin, 2002). Sedangkan menurut Arsyad (2000), erosi adalah

    peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah

    dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami.

  • 19

    1. Proses terjadinya erosi

    Menurut Utomo (1994), proses erosi bermula dengan terjadinya

    penghancuran agregat-agregat tanah sebagai akibat pukulan air hujan

    yang mempunyai energi lebih besar daripada daya tahan tanah. Hancuran

    tanah ini akan menyumbat pori-pori tanah, maka kapasitas infiltrasi tanah

    akan menurun dan mengakibatkan air mengalir di permukaan tanah dan

    disebut sebagai limpasan permukaan. Limpasan permukaan mempunyai

    energi untuk mengikis dan mengangkut partikel-partikel tanah yang telah

    dihancurkan.

    Selanjutnya jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak mampu

    lagi mengangkut bahan-bahan hancuran tersebut, maka bahan-bahan ini

    akan diendapkan. Dengan demikian ada tiga proses yang bekerja secara

    berurutan dalam proses erosi yaitu diawali dengan penghancuran agregat-

    agregat, pengangkutan dan diakhiri dengan pengendapan. Dengan

    demikian 3 bagian yang berurutan, yaitu:

    1) Pengelupasan(Detachment)

    2) Pengangkutan (Transportation)

    3) Pengendapan (Sedimentation)

    2. Klasifikasi erosi

    Para pakar konservasi tanah pada mulanya mengklasifikasikan

    erosi berdasarkan bentuknya, yaitu:

    a. Erosi lembar(SheetErosion)

  • 20

    b. Erosi alur(RiilErosion)

    c. Erosi selokan(GullyErosion)

    Klasifikasi diatas saat sekarang dirasa kurang sesuai, karena dalam

    klasifikasitersebut tidak memperhitungkan kekurangan agregat yang terjadi

    karena pukulan air hujan. Pukulan air hujan merupakan fase pertama dan

    terpenting dari erosi (Hudson,1976).

    Lebih lanjut sebenarnya hampir tidak ada kenyataan yang

    menunjukkan bahwa limpasan permukaan mempunyai kedalaman dan

    kekuatan yang sama pada semua tempat sehingga mengikis permukaan

    bumi secara merata (Sheet). Oleh karena itu (Morgan,1979) membedakan

    bentukerosi menjadi:

    a. Erosi percikan(Splash Erosion)

    b. Erosilimpasanpermukaan(OverlandFlow/SurfaceRun OffErosion)

    c. Erosi alur(RiilErosion)

    d. Erosi selokan (GullyErosion).

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi

    Erosi terjadi melalui proses penghancuran/pengikisan,

    pengangkutan dan pengendapan. Dengan demikian intensitas erosi

    ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga proses tersebut.

    (Hudson,1976) melihat erosi dari dua segi, yaitu; faktor penyebab, yang

    dinyatakan dalam erosivitas, dan faktor tanah yang dinyatakan dalam

    erodibilitas. Jadi kalau dinyatakan dalam fungsi, maka:

    E = f { Erosivitas , Erodibilitas} (18)

  • 21

    Di alam, proses erosi tidak sederhana hasil kali erosivitas dan

    erodibilitas saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

    berpengaruh terhadap kedua variabel tersebut.Erosivitas dalam erosi air

    merupakan manivestasi hujan, dipengaruhi oleh adanya vegetasi dan

    kemiringan, dan erodibilitas juga dipengaruhi oleh adanya vegetasi.Dan

    akhirnya aktivitas manusia tentunya juga sangat mempengaruhi faktor-

    faktor tersebut.Oleh karena itu dapat dikemukakan pula bahwa erosi

    adalah fungsi dari hujan (H), tanah (T), kemiringan (K), vegetasi (V), dan

    manusia (M). Jadi apabila dinyatakan dalam fungsi, maka:

    E = f {H,T,K,V,M} (19)

    Artinya erosi akan dipengaruhi oleh sifat hujan, tanah, derajat dan

    panjang lereng, adanya penutup tanah yang berupa vegetasi dan aktivitas

    manusia dalam hubungannya dengan pemakaian tanah.

    4. Dampak umum terjadinya erosi

    Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan

    baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah

    untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan

    diendapkan di dalam sungai, bendung, danau, saluran irigasi, diatas tanah

    pertanian, dan sebagainya. Secara rinci dampak erosi disajikan pada

    Tabel 2.

  • 22

    Tabel2.Dampak erositanah (Arsyad, 2000)

    Bentuk

    dampak

    Dampak di tempat

    Kejadianerosi

    Dampak di luar

    tempat kejadian

    Langsung

    Kehilangan lapisan tanah yang

    baik bagi berjangkarnya akar

    tanaman Kehilangan unsur hara

    dan kerusakan struktur tanah

    Peningkatan penggunaan energi

    untuk produksi Kemerosotan

    produktivitas tanah atau bahkan

    menjadi tidak dapat dipergunakan

    nuntuk berproduksiKerusakan

    bangunan konservasi dan

    bangunan lainnya Pemiskinan

    petani peng garap/pemilik tanah

    Pelumpuran dan

    pendangkalan Bendung,

    sungai, saluran, dan badan

    air lainnya.

    Timbulnya lahan pertanian,

    jalan dan bangunan lainnya

    Menghilangnya mata air dan

    memburuknya kualitas air

    Kerusakan ekosistem

    perairan (tempat bertelur

    ikan, terumbu karang, dsb)

    Kehilangan nyawa dan harta

    oleh banjir.

    Meningkatnya frekuensi dan

    masa

    Kekeringan.

    Tidak

    Langsung

    Timbulnya

    Dorongan/tekananuntuk

    membuka lahan baru

    Timbulnya keperluan akan

    perbaikan lahan dan bangunan

    yang rusak

    Kerugian oleh

    memendeknya umur

    Bendung.

    Meningkatnya frekuensi dan

    besarnya banjir

    5. Pendugaan laju erosi

    Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini

    menggunakan metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss

  • 23

    Equation)atau MPUKT (Modifikasi Persamaan umum Kehilangan

    Tanah).Metode ini merupakan modifikasi dari USLE(Universal Soil Loss

    Equation)atau PUKT (Persamaan Umum Kehilangan Tanah) yang

    dikembangkan oleh (Williams ,1975), dalam (Utomo,1994) persamaan

    USLE adalah sebagai berikut:

    A = Rw . K .L .S .C . P (20)

    Dimana:

    A =Besarnya kehilangan tanah per satuan luas lahan (ton/ha)

    Rw =Indeks erosivitaslimpasan permukaan (mm)

    K = Indeks erodibilitas tanah

    L =Faktor panjang lereng

    S = Faktor kemiringan lereng

    C = Faktor pengelolaan tanaman

    P = Faktor pengolahan tanah

    Adapun langkah-langkah perhitungan laju erosi adalah sebagai

    berikut:

    1. Menghitung indeks erosivitas erosi (R) dengan metode

    ArnoldusdanBols untuk metode MUSLE dan rumus EI30

    untuk

    metode RUSLE

    2. Menentukan nilai skor terhadap jenis tanah (K)

    3. Melakukan analisa kemiringan dan panjang lereng (LS) dari

    peta DASOpiyangyang didapat dari pengolahan DEM.

    4. Memberikan skor terhadap penggunaan lahan (CP)

  • 24

    5. Tumpang susun (Overlay) peta tata guna lahan, peta jenis tanah

    dan peta kemiringan lereng sehingga didapatkan peta unit lahan.

    D. Sedimen

    1. Pengertian sedimen

    Sedimen biasanya digambarkan sebagai partikel padat yang

    digerakan oleh fluida (Chow, 1964), sedangkan menurut Manan(1979),

    sedimen adalah proses pengendapan dari bahan organik dan non

    organik yang tersuspensi di dalam air dan diangkut oleh air pada DAS,

    partikel dan unsur hara yang larut dalam aliran permukaan, akan

    mengalir ke sungai sehingga terjadi pendangkalan. Sedimenmerupakan

    salah satu peristiwa dalam proses sungai yang dinamis.

    Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sungai

    adalah masalah sedimen. Sedimen yang terjadi pada sungai dapat

    disebabkan akibat erosi yang terjadi pada lahan-lahan kritis yang terdapat

    pada daerah tangkapan DAS. Jika material sedimen yang terbentuk akibat

    erosi lahan tersebut masuk ke dalam DAS dalam jumlah yang besar,

    maka akan menyebabkan laju sedimen yang masuk ke dalam DAS

    menjadi besar bahkan akan melampaui laju sedimen rencana. Akibat

    sedimen yang mengendap di dasar akan berpengaruh pada kapasitas

    tampungan air.Keadaan ini didefinisikan oleh Linsley (1987),sebagai

    besarnya peluang bahwa dapat diperhitungkan dengan menetapkan

    seluruh jumlah waktu yang diperlukan oleh sedimen untuk mengisi

  • 25

    volume tampungan matinya. Volume mati bersama-sama dengan

    volume hidup,tinggi muka air minimum,tinggi mercu pelimpah, dan tinggi

    muka air maksimum merupakan bagian-bagian pokok karakter fisik suatu

    sungai yang akan membentuk zona-zona volume.Secara geologi

    sedimen didefinisikan sebagai fragmen-fragmen material yang

    diendapkan oleh air atau angin.

    Sedimen merupan kelanjutan dari proses erosi, oleh karena itu

    proses hidrologislangsung atau tidak langsung mempunyai kaitan

    dengan terjadinya erositransport sedimen dan deposisi sedimen di

    daerah DAS maupun DAS, perubahan tata guna lahan dan praktek

    pengelolaan DAS juga mempengaruhi terjadinya erosi, sedimendan

    pada gilirannya akan mempengaruhi kualiats air (Chay Asdak,1995).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi volume sedimen yang masuk ke

    DASmenurutLangbeindalam Kironoto (1996), adalah sebagai berikut:

    1) Musim

    a. Curah hujan

    b. Limpasan (Run Off)

    2) Tumbuh-tumbuhan

    a. Rimbun

    b. Gersang

    3) Geologi dan sifat tanah permukaan

    4) Kemiringan tanah dan sungai

    5) Tata guna lahan

  • 26

    Namun demikian pengetahuan mengenai kelima faktor tersebut

    tidak menjamin ketepatan perkiraan volume sedimen yang masuk ke

    DAS.dari kelima faktor diatas yang paling berpengaruh terhadap besarnya

    sedimen di DAS adalah curah hujan tahunan.

    2. Distribusi sedimen

    Sedimen yang terangkut oleh aliran air masuk kedalam DAS

    mempunyai polatertentu. Sedimen yang berbutir besar (kasar) akan

    mengendap di daerah cekunganDAS disekitar mulut sungai dengan

    membentuk permukaan yang relatif rata,sedang butiran sedimen yang

    kecil (halus) akan tersebar jauh keseluruh genangan airdi DAS.Penyebab

    sedimen dalamDAS akan ditentukan oleh beberapa hal antara lain:

    a. Bentuk dan karakteristik sedimen besar (kasar)

    b. Bentuk dari genangan air didalamDAS

    c. Kedalaman air didalamDAS

    Pada umumnya butiran mempunyai gradasi yang hampir sama dan

    tersuspensimerata sehingga sedimen halus akan mengendap dengan

    ketebalan yang hampir samabila dilihat pada potongan memanjang DAS.

    Pada potongan melintang DAS sedimen dari butiran halus dan ketebalan

    sedimen akan sebanding dengankedalamannya. Pola pengendapan

    sedimen kasar dan sedimen halus akan membentuksuatu endapan yang

    relatif datar dan memenuhi daerah genanganDAS.

  • 27

    3. Dampak Sedimen

    DAS yang telah dipenuhi oleh sedimen akan kehilangan fungsinya

    sebagaipemasok kebutuhan air baik bagi kebutuhan irigasi, kebutuhan

    pembangkit listrik,pengendali banjir, perikanan dan lain-lain. Hasil dari

    bekas genangan akanmembentuk rawa yang sulit dimanfaatkan, bahkan

    dapat berpotensi menjadi sumber bencana dan sumber penyakit.

    4. Pengendapan Sedimen di DAS

    Pengendapan diDAS adalah terisi penuh oleh sedimen kapasitas

    tampungan matinya, bila sedimen yang masuk lebih besar dibandingkan

    pada kapasitas tampungan mati di dalam DASnya.

    a. Efesiensi tangkapansedimen (trapefficiency).

    Untuk menghitung jumlah sedimen yang tertahan atau mengendap

    didalam DAS, yaitu dengan mencari besarnya trapeffeciency yang

    didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah sedimen yang

    mengendap di DAS dengan total angkutan sedimen yang masuk ke dalam

    DAS, Brune (1953) dalam USBR (1973). Dalam menggunakan metode ini

    dapat diperkirakan besarnya trapeefficiency secara empiris didasarkan

    pada pengukuran endapan sedimen di dalamDAS besar (Gunner Brune,

    1953), bahwa besarnya trap efficiency tergantung dari perbandingan

    antara kapasitas tampung dan jumlah air yang masuk ke DAS dalam

    setahun.

  • 28

    b. Berat volume kering.

    Besarnya angkutan sedimen yang masuk ke dalam DAS

    dinyatakan dalam satuan berat persatuan waktu yang dikonversikan

    kedalam satuan volume per satuan waktu.Berat volume kering adalah

    masa sedimen kering dalam satuan volume. Ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi berat volume kering di DAS, antara lain:

    1. Cara pengoperasian DAS

    2. Tekstur atau ukuran partikel sedimen

    3. Tingkat pemadatan

    4. Kemiringan dasar sungai

    Miler (1953) dalam USBR (1973) mengusulkan suatu rumus

    integral pendekatan untuk menentukan berat volume kering rata-rata dari

    semua sedimen yang mengendap di dalam DAS selama waktu T tahun

    beroperasi.

    c. Distribusi sedimen di dasar DAS.

    Aliran air sungai yang membawa sedimen menuju ke DAS dengan

    kecepatan turbulensi yang besar dari aliran akan berangsur-angsur

    berkurang. Partikel melayang (Suspendedload) dengan partikel ukuran

    yang cukup besar dan sebagian dari muatan dasar (Bedload) akan

    mengendap membentuk delta di bagian DAS, partikel yang lebih kecil

    akan tetap melayang terangkut oleh aliran dan mengendap lebih jauh di

    bagian DASnya. Partikel-partikel yang lebih kecil lagi dapat tetap

    melayang dan sebagian darinya mungkin akan melewati DAS bersama-

  • 29

    sama dengan aliran air yang melalui alur sungai. Dengan adanya

    pengendapan sedimen karena proses tersebut, terbentuklah distribusi

    endapan sedimen di dalam DAS. Disini distribusi endapan akan

    ditentukan dengan suatu metode yang dikenal dengan (The

    empiricalareareductionmethod) sebagai dasaruntuk menghitung besarnya

    distribusi sedimen.

    Data yang diperlukan adalah jumlahvolume sedimen yang

    mengendap dan data hubungan elevasi dengan luas dan kapasitas DAS.

    Sedimen yang sering dijumpai dalam DAS baik terlarut maupun tidak

    terlarut adalah merupakan produk dari elapkan batuan induk yang

    dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama perubahan iklim. Hasil

    pelapukan batuan-batuan tersebut dikenal sebagai partikel-artikeltanah,

    oleh karena itu pengaruh dari tenaga kinetis air hujan dan aliran air

    permukaan terutama didaerah tropis, partikel-partikel tanah tersebut dapat

    terkelupas dan terangkut ketempat yang lebih rendah untuk kemudian

    masuk ke dalam DAS dan dikenal sebagai sedimen. Karena adanya

    proses transport sedimen yang terjadi akibat aliran air sungai maka akan

    berakibat pada pendangkalan-pendangkalan dan terbentuknya tanah-

    tanah baru didaerah pinggir-pinggir DAS dan delta-delta DAS.

    Berdasarkan padajenis sedimen dan ukuran partikel-partikel tanah serta

    komposisi mineral dari bahan induk yang menyusunnya dikenal berbagai

    jenis sedimen seperti pasir liat dan lainnya tergantung pada ukuran

  • 30

    partikelnya. Menurut ukurannya, sedimen dibedakan menjadi beberapa

    jenis seperti padaTabel 3.

    Tabel3.Jenissedimenberdasarkan ukuranpartikel (ChayAsdak, 2007)

    Jenis sedimen Ukuranpartikel

    (mm)

    Liat

  • 31

    bulat. Selanjutnya yang berbentuk persegi mempunyai faktor

    bentuk rata-rata adalah 0,7.

    3. Gravitasi Jenis. Biasanya densitas partikel sedimen diasumsi

    sebagai gravitasi jenis (Specific Gravity) yang mana dapat

    didefinisaikan sebagai rasio berat jenis sedimen (Ys) terhadap

    berat jenis air(yw) pada suhu 400C.

    Partikel sedimen terangkut oleh air, utamanya terdiri dari

    material pasir yang mempunyai grafitasi jenis SG = 2,65.

    4. Kecepatan Jatuh. Kecepatan jatuh atau kecepatan terminal

    adalah suatu kecepatan partikel mencapai kedalaman air pada

    kondisi terjadi aliran sedimen dan air, dan selama partikel

    sedimen masih berlangsung melayang, terangkut, dan

    mengendap. Kecepatan jatuh dipengaruhi oleh ukuran, bentuk,

    kekasaran permukaan,berat jenis, dan viskositas cairan.

    Kategori kinerja DAS berdasarkan laju sedimen dapat dilihat pada

    Tabel 4.

    Tabel 4. Kategori kinerja DAS berdasarkan laju sedimen (SK Menteri

    Kehutanan No. 52/Kpts-II/2001, 2001)

    No Laju sedimen (mm/tahun) Kategori Kelas

    1 < 2 Baik

    2 2 5 Sedang

    3 > 5 Buruk

  • 32

    e. Analisisperhitunganhasilsedimen dengan Model MUSLE.

    Untuk memperkirakan besarnya laju sedimentasi dalam studi ini

    menggunakan metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation)

    atau MPUKT (Modifikasi Persamaan umum Kehilangan Tanah).Metode ini

    merupakan modifikasi dari USLE (Universal Soil Loss Equation) atau

    PUKT (Persamaan Umum Kehilangan Tanah) yang dikembangkan oleh

    Williams. Kelebihan MUSLE tidak menggunakan faktor energi hujan

    sebagai penyebab terjadinya erosi melainkan menggunakan faktor indeks

    limpasan permukaan, sehingga MUSLE tidak memerlukan faktor sediment

    delivery ratio (SDR).

    Persamaan MUSLE menurut (Williams,1975) adalah sebagai

    berikut (Utomo, 1994: 154):

    Sy = Rw . K .L .S .C . P (21)

    Dimana:

    Sy = Besarnya kehilangan tanah untuk satu kejadian hujan (ton)

    Rw = Indeks erosivitaslimpasan permukaan (mm)

    K = Indeks erodibilitas tanah

    L = Faktor panjang lereng

    S = Faktor kemiringan lereng

    C = Faktor pengelolaan tanaman

    P = Faktor pengolahan tanah

    Adapun untuk menentukan masing-masing parameter diatas dapat

    kami jelaskan sebagai berikut:

  • 33

    1. Indeks erosivitaslimpasan permukaan (Rw).

    Erosivitas merupakan kemampuan hujan untuk menyebabkan

    terjadinya erosi. Indeks erosivitas untuk pendugaan besarnya laju erosi

    dapat dihitung dengan analisa Rw menurut Williams. Rumus ini digunakan

    pada daerah aliran yang cukup luas, selama erosi juga terjadi

    pengendapan dalam proses pengangkutan. Hasil endapan dipengaruhi

    oleh limpasan permukaan. Dalam rumus ini, William mengadakan

    Modifikasi PUKT untuk menduga hasil endapan dari setiap kejadian

    limpasan permukaan dengan cara mengganti indeks erosivitas (R) dengan

    erosivitaslimpasan permukaan (Rw).

    Rw = 11.8x (Vo. Qp)0,56 (22)

    Vo = R . exp (-Rc / Ro) (23)

    Rc = 1000 . Ms .BD .RD . (Et / Eo)0,50 (24)

    Ro = R / Rn (25)

    Dimana:

    Rw = Indeks erosivitaslimpasan permukaan (m2/jam)

    Vo = Volume limpasan permukaan (m3/ha)

    Qp = Laju maksimum aliran air permukaan (m3/det/ha)

    R = Jumlah curah hujan bulanan

    Ro = Hujan satuan (mm)

    Ms = Kandungan lengas pada kapasitas lapang (%)

    BD = Berat jenis volume lapisan tanah atas (mg3/m)

  • 34

    RD = Kedalaman perakaran efektif (m), didefinisikan sebagai

    ...lapisan impermeable. Besarnya ditentukan sebagai berikut:

    - Untuk tanaman pohon, tanaman kayu = 0,10

    - Untuk tanaman semusim dan rumput = 0.05

    Et/Eto = Perbandingan evapotranspirasi actual (Et) dengan

    ..evapotraspirasi potensial

    Rn = Jumlah hari hujan bulanan

    2. Indeks erodibilitas tanah (K).

    Erodibilitas adalah kepekaan suatu tanah untuk mengalami

    peristiwa erosi. Suatu hujan dengan intensitas tertentu terjadi pada

    beberapa jenis tanah akan mendapatkan indeks erodibilitas tanah yang

    tertentu pula. Apabila suatu jenis tanah mempunyai nilai K (faktor

    erodibilitas) yang tinggi maka semakin tinggi pula kemungkinan untuk

    tererosi.

    Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah

    terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut

    oleh adanya energi kinetik air hujan. Besarnya resistensi tersebut

    tergantung pada topografi, tekstur tanah, stabilitas agregat tanah,

    kapasitas infiltrasi, kandungan organik dan kimia tanah serta besarnya

    gangguan oleh manusia (Asdak, 2002 : 360).

    Penentuan besarnya indeks erodibilitas dapat menggunakan

    metode:

  • 35

    a. Wishmeir et al, 1971 (Utomo, 1994 : 50) mengembangkan

    nomograferodibilitas nilai K berdasarkan atas kepekaan

    tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah

    (terutama kadar debu + pasir halus), bahan organik, struktur

    dan permeabilitas tanah. Sifat tanah yang lain, dalam hal ini

    prosentase debu, prosentase pasir halus, prosentase (%)

    pasir kasar, kandungan bahan-bahan organik dan

    permeabilitas ditentukan di laboratorium. Selanjutnya,

    permeabilitas digolongkan menjadi 6 kelas seperti pada

    Tabel 4. Maka pendugaan besarnya nilai indeks erodibilitas

    tanah dapat menggunakan data-data tersebut dengan

    nomografWishmeir seperti pada Gambar 2.

    Gambar 2.Nomograf untuk menentukan nilai erodibilitas (K)

  • 36

    b. Metode lainnya adalah dengan menggunakan pendugaan

    nilai erodibilitas dengan tabel nilai erodibilitas berdasarkan

    jenis tanah. Nilai erodibilitas yang diperoleh pada tabel

    berdasarkan penelitian terhadap berbagai jenis tanah di

    daerah Jawa seperti tertera pada Tabel 5, 6 dan 7.

    Tabel 5. Klasifikasi struktur yang menggunakan Nomograf (Utomo, 1994)

    Kelas Keterangan

    1

    2

    3

    4

    Granuler sangat halus

    Granuler halus

    Granuler sedang kasar

    Masif kubus, lempeng

    Tabel 6.Klasifikasipermeabilitas untuk menggunakan Nomograf (Utomo, ...1994)

    Kelas Keterangan Permeabilitas (cm/jam)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Cepat

    Agak cepat

    Sedang

    Agak lambat

    Lambat

    Sangat lambat

    >12.5

    6.25 12.5

    2.00 6.25

    0.50 2.00

    0.125 0.50

    < 0.125

  • 37

    Tabel 7. Perkiraan besarnya nilai K pada beberapa tanah di Jawa (Utomo, 1994)

    Tanah Nilai K Sumber

    Regosol, Jatiluhur 0.23 0.31 Ambar

    Litosol, Jatiluhur 0.16 0.29 Dan Syarifudin, 1979

    Latosol Merah, Jatiluhur 0.12

    Latosol Merah Kuning 0.26 0.31

    Latosol Coklat 0.31

    Grumosol, Jatiluhur 0.21

    GlayHumic, Jatiluhur 0.2

    Hiromorf Kelabu 0.2

    Mediteran, Yogyakarta 0.26 Kurnia dan Suwarjo

    1977 Litosol, Yogyakarta 0.19

    Grumosol, Yogyakarta 0.24 0.31

    Mediteran, Caruban 0.21 0.32 Bols, 1979

    Grumosol, Caruban 0.26 PSLH Unibraw, 1984

    Andosol, Batu 0.08 0.10

    Andosol, Pujon 0.04 0.10

    Kambisol, Pujon 0.12 0.16

    Mediteran, Ngantang 0.20 0.30

    Litosol, Malang Selatan 0.26 0.30

    Regosol, Malang Selatan 0.16 0.28

    Kambisol,Malang Selatan 0.17 0.30

    Mediteran, Dampit 0.21 0.30

    Latosol, Malang Selatan 0.14 0.20

    3. Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS).

    Sifat lereng yang mempengaruhi energi penyebab erosi adalah

    kemiringan (slope), panjang lereng dan bentuk lereng (Utomo,

  • 38

    1987:83).Kemiringan lereng mempengaruhi kecepatan dan volume

    limpasan permukaan. Semakin curam suatu lereng, maka laju limpasan

    permukaan akan semakin cepat, dan laju infiltrasi juga akan berkurang

    sehingga volume limpasan permukaan semakin besar.

    Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh bentuk

    lereng terhadap erosi masih terbatas. Untuk lahan dengan derajat

    kemiringan dan panjang lereng yang sama, erosi dari lereng berbentuk

    cembung akan lebih besar apabila dibandingkan dengan erosi dari lereng

    berbentuk cekung (Utomo, 1987:87).

    Kemiringan suatu lereng dapat dinyatakan dalam satuan derajat

    atau persen (%), lereng dinyatakan mempunyai kemiringan 10 % jika

    perbandingan panjang kaki dan tinggi adalah 10 : 100. Jadi suatu lereng

    dengan kemiringan 100 % (panjang kaki dan tinggi berarti sama) berarti

    sama dengan kemiringan 45 derajat.

    Kemiringan mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan

    permukaan. Pada dasarnya makin curam suatu lereng, jadi persentase

    kemiringan makin tinggi, makin cepat laju limpasan permukaan. Lebih

    lanjut dengan semakin singkatnya waktu untuk infiltrasi, volume limpasan

    permukaan juga semakin besar. Jadi dengan meningkatnya persentase

    kemiringan, erosi akan semakin besar (Utomo, 1994 : 53).

    Dalam pendugaan erosi faktor lereng dihitung berdasarkan

    persamaan Morgan, 1979 sebagai berikut (Utomo, 1994:147):

    )).0139,0().0975,0(136,0).(100/( 2SSLLS (26)

  • 39

    dimana:

    LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng

    L = Panjang lereng (m)

    S = Kemiringan lereng (%)

    4. Faktor pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (C).

    Indeks pengelolaan tanaman (C) dapat diartikan sebagai rasio

    tanah yang tererosi pada suatu jenis pengelolaan tanaman pada sebidang

    lahan terhadap tanah yang tererosi pada lahan yang sama tanpa ada

    tanaman. Nilai C untuk suatu jenis pengelolaan tanaman tergantung dari

    jenis, kombinasi, kerapatan, panen dan rotasi tanaman. Indeks

    pengolahan lahan (P) adalah rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis

    pengelolaan lahan terhadap tanah yang tererosi pada lahan yang sama

    tanpa praktek pengelolaan lahan atau konservasi tanah apapun. Nilai P

    dipengaruhi oleh campur tangan manusia terhadap lahan yang

    bersangkutan seperti misalnya teras, rorak, pengelolaan tanah dan

    sebagainya.

    Besaran nilai C dan P ditentukan berdasarkan keanekaragaman

    bentuk tata guna lahan dilapangan (berdasarkan peta tata guna lahan dan

    orientasi lapangan). Nilainya ditentukan berdasarkan hasil penelitian yang

    telah ada atau modifikasinya. Sebagai standart penentuan faktor C dan P

    berikut disajikan beberapa besaran nilai faktor C dan P, maupun CP dari

    hasil penelitian seperti pada Tabel 8.

  • 40

    Tabel 8. Nilai Faktor CP berbagai jenis penggunaan lahan di Jawa (Utomo, 1994)

    No Jenis Tanaman Nilai CP

    1 2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Lahan Tanpa Tanaman Hutan

    - Tak terganggu - Tanpa tanaman bawah - Tanpa tanaman bawah dan serasah

    Semak - Tak terganggu - Sebagian rumput

    Kebun - campuran asli - kebun - pekarangan

    Perkebunan - penutupan tanah sempurna - ditumbuhi alang-alang - Perkarangan alang-alang setahun sekali - Jenis serai (Citronella grass) - Savana dan padang rumput - Rumput Brochioria

    Tanaman Pertanian - Umbaian akar - Biji-bijian - Kacang-kacangan - Tembakau - Kapas, tembakau - Campuran - Padi irigasi

    Peladangan - satu tahun tanam, satu tahun bera - satu tahun tanam, dua tahun bera

    Pertanian dengan pencagatan alam - Mulsa jerami - Mulsa kacang tanah - Strip - Strip Cotalaria - Teras - Teras Guludan

    1.00

    0.001 0.030 0.500

    0.01

    0.100

    0.020 0.070 0.200

    0.100 0.020 0.060 0.650 0.010 0.002

    0.630 0.510 0.360 0.580 0.500 0.430 0.20

    0.280 0.190

    0.06 0.20 0.20 0.40 0.10 0.30

    0.640 0.040 0.140

  • 41

    E. Studi Terdahulu

    Susiati (2010) dengan judul penelitiannya Pola sebaran sedimen

    tersuspensi melalui pendekatan penginderaanjauh di perairan pesisir

    semenanjung Muria, Jepara.Tujuan dari penelitian adalah menentukan

    pola distribusi TSS di Semenanjung Muria, Jepara, dengan posisi

    110005606,7 11004401,7 Bujur Timur dan 06002399,3

    06002549,1 Lintang Selatan. Evaluasi pola distribusi sedimen

    tersuspensi telah dilakukan dengan pengukuranlapangan dan

    penginderaan jauh. Penelitian menggunakan data Landsat (data citra

    tahun 1989, 2001,2004) dan SPOT (2008). Berdasarkan hasil penelitian,

    konsentrasi sebaran sedimen tersuspensi diperairan Semenanjung Muria

    menunjukkan pola dinamis, namun secara keseluruhan telah

    terjadipeningkatan luasan pada konsentrasi sedimen tersuspensi.

    Konsentrasi TSS di perairan SemenanjungMuria berkisar antara 1,5

    sampai 2.140 mg/ liter dengan rata-rata 55,18 mg/ liter. Umumnya rata-

    ratakonsentrasi TSS masih di bawah ambang batas yang telah ditentukan

    dalam Keputusan Menteri KLHNo. 51/ 2004.

    Josua Leo Petra (2012) dengan judul penelitiannya pengaruh

    kerapatan mangrove terhadap laju sedimen transpor di pantai karonsong

    kabupaten indramayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    bagaimana pengaruh dari kerapatan mangrove terhadap laju sedimen

    transpor dan abrasi pantai yang terjadi di wilayah Pantai Karonsong

    Kabupaten Indramayu. Metode penelitian yang dipakai adalah metode

  • 42

    transek kuadrat dan metode sedimen trap. Hasil penelitian diperoleh

    bahwa jenis vegetasi mangrove yang mendominasi di wilayah Pantai

    Karonsong Kabupaten Indramayu adalah Avicennia marina. Kerapatan

    mangrove tingkat pohon di stasiun I sebesar 1.450 tegakan/ha dan

    dikategorikan baik, sedangkan kerapatan mangrove tingkat pohon di

    stasiun II sebesar 900 tegakan/ha dan dikategorikan hutan mangrove

    rusak berat. Hubungan antara kerapatan mangrove dengan laju sedimen

    transpor di Pantai Karonsong Kabupaten Indramayu menunjukkan korelasi

    yang negative dengan nilai -1 artinya ketika kerapatan mangrove tinggi

    maka laju sedimen transpor akan rendah dan sebaliknya ketika kerapatan

    mangrove rendah maka laju sedimen transport akan tinggi.

    Iman Wahyudi, S(1989) dengan judul penelitiannya Pengaruh

    Sedimentasi Terhadap Kapasitas danoperasional Waduk: Studi Kasus

    Waduk Cacaban yang bertujuan untuk mengukur elevasi dasar dan

    luasan waduk, menganalisis tingkat sedimentasi dan Menganalisis

    kapasitas tampung waduk. Hasil kesimpulan diperoleh:

    a. Berdasar pengukuran tahun 1989 laju sedimentasi tahun 1958 -

    1989 yaitu +1.057.189,14 m3/tahun. Berdasar pengukuran

    tahun 2002, tahun terakhir sebesar t 4.250.000 m3/tahun atau

    0,0468 m/tahun.

    b. Semula kapasitas tampung waduk 90 juta m3, Berdasar

    pengukuran tahun 1989 kapasitas tampung waduk 57,23 juta

  • 43

    m3, kemudian berdasar pengukuran 2002, kapasitasnya

    menjadi 52,98 m3.

    c. Berdasar analisis regresi didapat laju penumnan kapasitas

    waduk adalah y : 83,469 a -o'0812'x dimana x = tahun

    d. Secara Operasional, inflow pada Waduk Cacaban mencapai +

    25.699.825 m3/tahun, sementara outflow mencapai +

    31.434.526 m3ltahun sehingga kekurangan pasokan air +

    5.734.701 m3. Dengan Irigasi memerlukan + 17.537.411 m3,

    maka perlu optimalisasi untuk penggunaan yang lain.

    Olviana Mokonio (2013)dengan judul penelitiannya Analisis

    Sedimentasi di Muara Sungai Saluwangko di Desa Tounelet Kecamatan

    Kakas Kabupaten Minahasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk

    menganalisis debit sedimen dasar (bed load) di muara sungai

    Saluwangko.Pada penelitian ini dilakukan pengukuran langsung di muara

    sungai untuk mendapatkan data morfologi sungai dan sampel sedimen

    pada dasar sungai. Sampel sedimen kemudian diperiksa di laboratorium

    untuk mendapatkan ukuran diameter butiran (D35, D50, D90) dan berat jenis

    sedimen. Dalam analisis juga digunakan nilai debit hasil pengukuran di

    lapangan (Qukur) dan debit hasil perhitungan (Qdominan). Data-data yang

    telah diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan rumus empiris yaitu

    Meyer-Peter, Einstein dan Van Rjin.Dari analisis debit sedimen dasar di

    muara sungai Saluwangko diperoleh hasil: untuk metode Meyer-Peter

    dengan Qukur = 3,287 m3/det diperoleh debit sedimen dasar Qb = 829,32

  • 44

    m3/tahun, Qhitung = 1,262 m3/det; debit sedimen dasar Qb = 540,85

    m3/tahun. Untuk metode Einstein dengan Qukur = 3,287 m3/det diperoleh

    debit sedimen dasar Qb = 1788,76 m3/tahun, Qhitung = 1,262 m

    3/tahun;

    debit sedimen dasar Qb = 1513,86 m3/tahun. Sedangkan untuk metode

    Van Rjin didapatkan nilai negatif dan disimpulkan metode ini tidak cocok

    untuk kondisi sungai Saluwangko. Hasil analisis menunjukan debit

    sedimen dasar mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya

    debit aliran sungai.

    Mutmainnah (2011)dengan judul penelitiannya laju dan kondisi

    sedimentasi pada ekosistem terumbu karang di pulau Ballang Lompo

    Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini

    adalah mengukur laju sedimentasi dan menganalisis jenis sedimen yang

    mengendap pada ekosistem terumbu karang di Pulau Ballang Lompo.

    Hasil analisis menunjukkan laju sedimentasi di perairan Pulau Ballang

    Lompo dengan kisaran 0,0036-0,300 mg/cm2/hari, masih sangat tergolong

    rendah dengan ukuran butir sedimen 0,5-0,125 mm yang termasuk

    kedalam kelompok klasifikasi pasir.

    F. Kerangka Pikir

    Berdasarkan latar belakang masalah serta teori-teori yang

    diuraikan, maka kerangka pemikiran dapat kita lihat pada Gambar 3.

  • 45

    Gambar 3. Kerangka pikir penelitian

    Curah Hujan

    Peta Topografi Peta Landuse

    Analisa Distribusi Hujan : - Model Normal - Model Log Normal - Model Pearson - Model Gumbel

    Pemilihan Distribusi berdasarkan parameter Cs,Cv, Ck yang paling mendekati untuk masing model

    Uji Chi & SK

    Analisa Morfologi

    Daerah Aliran Sungai.

    Curah Hujan Rencana

    Tidak

    Ya

    Karakteristik DAS : - Luas DAS - Panjang

    Pengaliran - Kemiringan

    Lahan - Koef. Manning

    Faktor Penggerak

    Kondisi Awal

    DATA LAPANGAN

    Erosi

    Potensial DAS

    Analisa Sediment Yield

    (Sy) Metode MUSLE

    Sy = Rw . K . LS . CP

    Volume Sedimen

    Dampak

  • 46

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskritif yang bertujuan untuk

    memberikan gambaran yang jelas mengenai laju sedimen pada DAS

    Opiyang Kabupaten Halmahera Timur. Data yang dikumpulkan, yaitu data

    kualitatif berupa identifikasi kondisi eksisting laju sedimen pada DAS

    Opiyang berdasarkan tingkat curah hujan tahunan.

    B. Waktu dan Lokasi Penelitian

    Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 3 bulan, yaitu

    bulan September sampai Nopember 2013.

    Gambar 4. Lokasi studi DAS Opiyang

    P. Ternate DAS Opiyang

  • 47

    Adapun lokasi penelitian dilaksanakan di Sungai Opiyang Desa

    Subaim Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur seperti dilihat

    pada Gambar 4.Secara geografis DAS Opiyang dengan luas 203,08 Km2

    terletak antara 1o 2 30 - 1o 7 30 Lintang Utara dan 128o 10 - 128o 17

    Bujur Timur. Sedangkan secara administratif bagian tengah dan hilir DAS

    terletak di wilayah administrasi Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera

    Timur Provinsi Maluku Utara.Pemilihan lokasi penelitian pada Sungai

    Opiyang dengan pertimbangan laju sedimen pada DAS sungai tersebut

    sudah sangat mengkhawatirkan.

    C. Pengambilan Sampel

    Sebelum dilakukan studi tersebut terlebih dahulu dilakukan

    penentuan titik lokasi pada DAS dimana pada titik yang ditentukan dapat

    dilihat jumlah potensi sedimennya besar sehingga pada titik lokasi

    tersebut akan dilakukan penelitian dengan mengambil sampel sedimen

    sesuai dengan ukuran, bentuk dan jenisnya untuk dilakukan analisis lebih

    lanjut dengan mengunakan metode dan analisis pendekatanserta rumus

    rumus empiris yang bisa digunakan.

    Adapun kriteria penentuan pengambilan titik sampel dilokasi studi

    diantaranya adalah:

    1. Dilakukan pada lokasi DAS dimana akan dibuat suatu studi penelitian.

    2. Pada DAS yang mudah dijangkau dan berputensi untuk melakukan

    penelitian.

  • 48

    3. Pada DAS yang sudah mengalami perubahan marfologi sungai akibat

    laju sedimen sehingga dapat merubah karakteristik sungai yang

    berpotensi jumlah sedimen yang cukup banyak.

    D. Teknik Pengambilan Data

    Data-data yang diperlukan dalam studi ini meliputi data-data

    sekunder yang tersedia di instansi pemerintah. Data-data tersebut adalah:

    1. Data curah hujan

    Data curah hujan yang digunakan dalam studi ini adalah data curah

    hujan selama 10 tahun (2004 2013) pengamatan.Untuk wilayah DAS

    Opiyang. Pada DAS Opiyang terdapat 1 stasiun alat pengukur curah hujan

    (AWLR) yang dibangun oleh Balai Wilayah Sungai Maluku Utara, dan

    kondisi alat masih baik yang sampai sekarang tetap masih digunakan oleh

    Balai Wilyah Sungai Maluku Utara dalam pengelolaan data hidrologi

    sebagai data sekunder, namun sebagai data pembanding kami juga

    menggunakan stasiun curah hujan Bandara Babullah Ternate.

    2. Data debit sungai

    Data ini didapatkan dari Instansi terkait yaitu pada Instansi

    Kementerian Pekerjaan Umum (Balai Wilayah Sungai Maluku Utara)di

    Ternate, selama 10 tahun pengamatan. Pengukuran data debit sungai

    dilakukan di outlet DAS Opiyang, yaitu di Kab. Halmahera Timur. Data

    debit yang didapat berupa data debit sungai harian. Data debit sungai

  • 49

    digunakan untuk menganalisa apakah terjadi erosi pada tebing sungai

    akibat longsoran yang disebabkan karna curah hujan yang tinggi di

    wilayah sungai sehingga yang akan berpotensi terjadi sedimen.

    3. Peta tata guna lahan

    Peta tata guna lahan digunakan untuk menentukan jenis

    penggunaan lahan yang ada di DAS Opiyang, yaitu sumber data,

    BAPEDDA Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Timur dan

    dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Akemalamo di

    Ternate Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara. Data tata guna lahan

    digunakan untuk menghitung nilai pengelolaan tanaman (C) dan factor

    konservasi lahan (P) dalam menentukan produktivitas lahan di DAS

    Opiyang pada saat ini. Penentuan tingkat kemampuan dan kesesuaian

    lahan juga dapat ditentukan berdasarkan peta tata guna lahan serta

    pengamatan di lokasi penelitian yang selanjutnya dapat ditentukan atau

    dilihat bagaimanakondisilahan yangada di DAS Opiyang saat ini.Tata

    guna lahan (Land Use) di daerah studi banyak didominasi hutan dan

    semak belukar pada bagian hulu, kemudian terdapat semak/alang-alang,

    sawah, ladang/tegalan dan kebun campuran serta daerah rawa dan

    pemukiman pada bagian tengah dan hilirnya. Selanjutnya klasifikasi jenis

    penggunaan lahan dan definisinya dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Pemukiman. Wilayah pemukiman ini meliputi perumahan,

    perkantoran, tempat olah raga, dan pemakaman.

  • 50

    b. Ladang/tegalan. Ladang/tegalan adalah penggunaan tanah

    kering yang sifatnya tidak menetap, pada umumnya ditanami

    padi-padian dan ada kalanya tanaman semusim dengan cara

    perladangan berpindah. Tegalan adalah penggunaan tanah

    kering yang ditanami palawija dan tanaman holtikultura.

    c. Sawah. Persawahan yang ada merupakan sawah dengan

    irigasi semi teknis dengan pola tanam padi-padi-palaja.

    d. Perkebunan. Perkebunan di sini adalah perkebunan dengan

    jenis tanaman keras monokultur yang diusahakan oleh rakyat,

    misalnya : karet, kelapa kopi, lada, kakao.

    e. Semak. Semak dan belukar merupakan bekas tanah pertanian

    yang ditinggalkan.

    f. Hutan. Ada beberapa jenis hutan di Maluku Utara yaitu: hutan

    lebat, hutan belukar, hutan ringan dan hutan rawa. Di lokasi

    daerah studi yang paling dominan adalah hutan lebat di

    daerah hulu dan hutan ringan didaerah tengah.

    g. Rawa. Rawa adalah daerah penggenangan permanen yang

    dasarnya dangkal tetapi belum cukup dangkal untuk dapat

    ditumbuhi tumbuh-tumbuhan besar.

    E. TahapanPenelitian

    Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan yang secara

    garis besar diuraikan pada alurpenelitian pada Gambar 5.

  • 51

    Penyiapan Data Hujan

    Parameter StatistikDasar X,S,Cv,Cs,Ck

    Cs = 0 Ck = 3

    Sebaran Normal

    Cv = 0.06 Cs = 0.209

    Sebaran Log

    Cs = 1,14 Ck = 5,40

    Sebaran yang Paling mendekati

    Cs < 0 Cv = 0,3

    Sebaran Log Pearson III

    Sebaran Terpilih

    Uji kecocokan sebaran

    Cocok ?

    Curah Hujan Rencana (R24)

    Tidak

    Ya

    Peta DEM (Digital

    Peta RTRW Tata Guna Lahan

    Peta RTRW Jenis Lahan

    Analisa Karakteristik DAS dengan ArcGIS

    9.2

    Digitasi kembali dengan ArcGIS 9.2

    Koefisien Pengaliran (C)

    Analisa Waktu Konsentrasi

    (Tc)

    Indek Erodibilitas Lahan (K)

    Koefisien Tutupan Lahan (CP)

    Evapotranspirasi maksimum bulanan

    Analisa Debit Banjir Rancangan (Q)

    Q = 0,278 . Cs . C . I . A

    Analisa Intensitas Curah Hujan

    Mononobe (I)

    Analisa Koefisien

    Tampungan

    Observasi Lapangan

    Berat Jenis Butir (pB)

    Debit pada intake pasca pengoperasian bendung (Q)

    Sebaran Gumbel

    Analisa Volume Limpasan Permukaan

    (Vo)

    Luas DAS (Km2) Panjang DAS (Km)

    Kemiringan DAS (%)

    Panjang Sungai (Km)

    Analisa Curah Hujan Bulanan (Rc)

    Analisa Indeks Erosivitas Limpasan Permukaan

    (Rw)

    Analisa Sediment Yield (Sy)

    Metode MUSLE Sy = Rw . K . LS . CP

    Analisa Faktor Lereng (LS)

    Gambar 5. Diagram Alir Penelitian

  • 52

    BAB IV

    HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Analisa dalam penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: analisa

    hidrologi, analisis morfologi daerah aliran sungai dan analisa volume

    sedimen pada daerah studi.

    A. Analisa Karakteristik Daerah Aliran Sungai

    1. Peta kondisi topografi

    Karakteristik morfologi daerah aliran sungai Opiyang dalam

    penelitian ini dilakukan dengan mengintegrasikan data model permukaan

    digital ke dalam perangkat lunak sistem informasi geografi (SIG). Model

    yang digunakan adalah keluaran dari Aster GDEM versi 2 dengan tingkat

    resolusi 1 arcsecond atau 30 x 30 m yang dapat diunduh secara gratis

    pada halaman web-nya, sementara perangkat SIG yang digunakan adalah

    ArcGIS versi 9.2 dengan utilitas ArcHydro-nya.

    Penggunaan model permukaan digital dalam proses analisis

    limpasan permukaan mempresentasikan permukaan relief bumi akan

    membantu ketelitian dalam mengidentifikasikan kemiringan lahan, arah

    aliran, akumulasi aliran, panjang lintasan aliran dan penentuan daerah

    pengaliran. Hasil deliniasi daerah aliran sungai dan jaringan sungai

    sintetik DAS Opiyang dapat diperoleh seperti yang ditunjukkan pada

    Gambar 6.

  • 53

    Gambar 6. Hasil deliniasi DEM untuk DAS Opiyang

    Setelah DAS Opiyang dan jaringan sungai sintetik dilakukan, maka

    langkah berikutnya adalah berikutnya adalah penggambaran daerah

    tangkapan yaitu dalam hal ini adalah Sub DAS Opiyang.Penggambaran ini

    bertujuan untuk mencari atribut tiap sub-sub DAS dari Sub DAS Opiyang

    seperti luas tiap Sub DAS, kemiringan lereng dan panjang lereng serta

    membangkitkan sungai sintetik dalam kaitan usaha pendugaan erosi.

    Sehingga berdasarkan hasil analisa data model elevasi digital, DAS

    Opiyang terbagi menjadi 23 sub DAS seperti pada Gambar 7.

  • 54

    Gambar 7. Sub DAS hasil deliniasi dengan perangkat ArcGIS.

    2. Peta jenis tanah

    Data jenis tanah yang diperoleh Dinas Pertanian, kemudian

    dilakukan proses digitasi dalam perangkat SIG sehingga menghasilkan

    suatu tampilan gambar Sub DAS Opiyang lengkap dengan jenis tanahnya

    yang digunakan untuk proses pengerjaan selanjutnya. Secara umum jenis

    tanah pada DAS Opiyang adalah ditabelkan pada Tabel 9.

  • 55

    Tabel 9. Data jenis tanah DAS Opiyang (Dinas Pertanian, 2013)

    No Jenis Tanah K Tingkat

    Erodibilitas

    Luas Area

    (km)

    1 Kompleks Aluvial Kelabu dab

    Aluvial Coklat Kekelabuan 0.10 Lambat 49.23

    2 Latosol Coklat 0.34 Sangat Tinggi 145.49

    Jumlah 194.72

    Tekstur tanah ditentukanberdasarkan jenis tanahnya. Sedangkan

    nilai-nilai K dan tingkat erodibilitas diperkirakan dengan melihat peta serta

    merujuk pada Tabeltabel yang tercantum pada referensi. Peta jenis

    tanah dapat dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 8. Peta jenis tanah pada DAS Opiyang

  • 56

    3. Peta tata guna lahan

    Penggambaran peta tata guna lahan ini adalah berdasarkan peta

    RTRW Kabupaten Halmahera Timur tahun 2011 yang kemudian didigitasi

    kembali dengan peta sub-Sub DAS Opiyang. Hal ini dilakukan untuk

    mendapatkan tata guna lahan pada tiap-tiap Sub DASnya beserta

    atributnya. Tutupan lahan pada DAS Opiyang ditunjukkan pada Gambar 7.

    Dengan demikian berdasarkan peta dan berbagai referensi, kondisi lahan

    di Sub DAS Opiyang dapat ditentukan dan ditabelkan pada Tabel 10.

    Tabel 10. Data tata guna lahan DAS Opiyang (RTRW Kabupaten

    ...Halmahera Timur, 2013)

    No Tata Guna Lahan Luas % C CP Et/Eto

    (ha)

    1 Hutan Kering Primer 142.584 73.2% 0.500 0.001 1.000

    2 Hutan Kering Sekunder 35.059 18.0% 0.800 0.001 0.850

    3 Pertanian 15.985 8.2% 0.498 0.430 0.700

    4 Pemukiman 1.09 0.6% 0.300 0.200 0.050

    Jumlah 194.72 100.000

    Nilai-nilai koefisien pengaliran, faktor pengelolaan tanaman,

    koefisien penutup tanah serta Et/Eo diatas diperkirakan dengan melihat

    peta, kondisi lapangan serta merujuk pada Tabeltabel yang tercantum

    pada referensi. Peta tata guna lahan pada DAS Opiyang dapat dilihat

    pada Gambar 9.

  • 57

    Gambar 9. Peta tata guna lahan pada DAS Opiyang

    B. Analisa Hidrologi

    Dengan mengacu pada karakteristik DAS yang diperoleh dari

    analisa topografi, komputasi hidrologi dapat dilakukan untuk menentukan

    besaran besaran limpasan permukaan sebagai faktor penggerak

    terjadinya erosi dan proses pengangkutan sedimen pada DAS

    Opiyang.Analisa ini dilakukan dengan menghitung distribusi curah hujan

    yang terjadi pada DAS Opiyang dengan beberapa model distribusi yang

    ada, kemudian dilakukan uji konsistensi terhadap data dengan model

    yang digunakan sehingga akan diperoleh curah hujan rancangan dalam

    memperkirakan debit dan limpasan permukaan yang akan terjadi.

  • 58

    1. Distribusi curah hujan

    Dalam analisa distribusi curah hujan pada DAS Opiyang didasarkan

    pada data-data curah hujan yang diperoleh dari BMKG stasiun curah

    hujan Babbullah Kota Ternate. Data yang digunakan pada perhitungan

    curah hujan rancangan ini menggunakan data 10 tahun terakhir dari tahun

    2001 -2012 yang data dilihat pada Lampiran 1. Curah hujan rancangan

    pada DAS Opiyang ditunjukkan pada Tabel 11.

    . Tabel 11.Hasil Uji Statistik Curah Hujan rancangan pada DAS Opiyang

    (Sumber : Soewarno,1995)

    Hasil dari analisa parameter maka jenis angka /distribusi statistik

    dasar X, S, Cv, Cs, Ck tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Setelah

    memperoleh hasil rancangan curah hujan dengan beberapa periode

    ulang, maka dilakukan pengujian terhadap syarat-syarat statitistik untuk

    mementukan model yang dapat digunakan. Dengan melihat hasil yang

    diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa model yangdapat digunakan

    No Jenis Distribusi Syarat Hasil Analisa Kesimpulan

    1 Normal Cs = 0 Cs= 0.7963 tidak memenuhi

    Ck = 3 Ck= 0.4583 tidak memenuhi

    2 Log Normal Cs = 0,209, Cv=.0,06 - 0.1542 tidak memenuhi

    Ck= 0.3410 tidak memenuhi

    3 Gumbel Cs = 1.14 0.8058 tidak memenuhi

    Ck = 5.4002 0.4540 tidak memenuhi

    4 Log Pearson Cs 0 - 0.1542 Memenuhi

  • 59

    dalam penelitian ini adalah model distribusi Log Pearson III, seperti

    ditunjukkan pada Tabel 12Hasil Uji Statistik Curah Hujan rancangan pada

    DAS Opiyang.

    Tabel 12. Curah hujan rancangan pada DAS Opiyang

    T Pearson

    2 93.66

    5 131.56

    10 161.85

    25 206.74

    50 241.22

    100 281.77

    2. Uji konsistensi data tehadap distribusi

    Pengujian dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara distribusi

    frekuensi sampel data terhadap distribusi peluang yang diperkirakan dapat

    menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi yang digunakan.

    Dalam penelitian ini pengujian parameter yang digunakan adalah Uji Chi-

    Kuadrat dan Uji Smirnov-Kolmogorov, yang hasilnya diperlihatkan sebagai

    berikut:

    a. Uji Chi-Kuadrat.

    Hasil uji kecocokan Chi-Kuadrat dipresentasikan dalam Tabel 13.

    Dimana berdasarkan hasil analisa diatas, diperoleh nilai X hitung sebesar

  • 60

    11.231% dimana nilai ini lebih besar daripada Xcr 5%, dengan demikian

    dapat diinterpretasikan bahwa distribusi yang digunakan dapat diterima.

    Tabel 13.Hasil uji Chi-Kuadrat

    Jumlah kelas

    G = 1 + 3,322 * Log n

    G = 4,70051982

    G = 5

    Derajat kebebasan

    DK = G R- 1

    DK = 2,7

    Nilai harapan

    Ei = n / G

    Ei = 2,6

    Interval kelas = 0,12

    No Px Ei Oi EiOi (EiOi)2 (EiOi)2/Ei

    1 1,672 - 1,793 2,60 2,00 0,60 0,36 0,138

    2 1,793 - 1,913 2,60 0,00 2,60 6,76 2,600

    3 1,913 - 2,033 2,60 7,00 -4,40 19,36 7,446

    4 2,033 - 2,154 2,60 1,00 1,60 2,56 0,985

    5 2,154 - 2,274 2,60 3,00 -0,40 0,16 0,062

    13 `13 0 29,2 11,231

    b. Uji Smirnov-Kolmogorov.

    Hasil uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov ditunjukkan dalam Tabel

    14. Dimana berdasarkan hasil analisa diatas, diperoleh nilai Dmax

    sebesar 0,155.

  • 61

    Tabel 14. Hasil uji Smirnov-Kolmogorov Tahun X M Px P(x

  • 62

    oleh curah hujan rancangan harian (R24) dari hasil analisa dengan model

    Log Pearson III ditentukan dengan menggunakan persamaan Mononobe,

    dimana hasil intensitas curah hujan selama 3 jam diperlihatkan pada

    Gambar 10.

    Gambar 10. Grafik intensitas curah hujan

    Curah hujan yang digunakan dalam perhitungan debit ini adalah

    curah hujan periode ulang 1 tahun sehingga berdasarkan model Log

    Pearson III diperoleh bahwa curah hujan dengan T=1 adalah 39.02 mm,

    dengan demikian hasil perhitungan debit pada masing-masing sub-DAS

    ditunjukkan pada Tabel 15.

    -

    100,00

    200,00

    300,00

    400,00

    500,00

    600,00

    - 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00

    Inte

    nsi

    tas

    (mm

    /jam

    )

    Waktu (menit)

    I = 2 Tahun

    I = 5 Tahun

    I = 10 Tahun

    I = 25 Tahun

    I = 50 Tahun

    I = 100 Tahun

  • 63

    Tabel 15. Analisa debit limpasan akibat curah hujan periodeulang1tahun dengan mtode rasional modifikasi

    Sub DAS Luas DAS

    (Km)

    Kemiringan

    Lahan (%)

    Kemiringan

    Saluran (%)

    Jenis

    Lahan TO TD

    TC

    (menit) CS TC (jam)

    I

    (mm/jam)

    Debit

    Limpasan

    1 12.49 0.38 0.07 0.03 2.41 0.04 2.45 0.99 0.04 116.00 11.99

    2 18.51 0.24 0.05 0.42 62.79 0.13 62.91 1.00 1.05 13.32 28.76

    3 10.03 0.31 0.06 0.03 2.47 0.03 2.50 0.99 0.04 114.48 9.52

    4 8.56 0.36 0.01 0.06 4.07 0.12 4.19 0.99 0.07 81.10 11.41

    5 5.86 0.42 0.02 0.20 10.86 0.03 10.89 1.00 0.18 42.88 13.95

    6 12.41 0.23 0.07 0.11 13.51 0.06 13.57 1.00 0.23 37.04 14.03

    7 0.32 0.27 0.03 0.03 0.46 0.01 0.47 0.99 0.01 349.11 0.91

    8 14.22 0.43 0.05 0.22 19.04 0.06 19.10 1.00 0.32 29.49 25.61

    9 0.23 0.04 0.00 0.34 10.72 0.03 10.76 1.00 0.18 43.24 0.94

    10 16.63 0.19 0.00 0.24 32.42 0.22 32.64 1.00 0.54 20.63 22.81

    11 0.70 0.14 0.00 0.42 16.12 0.10 16.22 1.00 0.27 32.88 2.66

    12 0.16 0.27 0.07 0.43 3.45 0.01 3.46 1.00 0.06 92.12 1.80

    13 0.33 0.31 0.01 0.03 0.36 0.03 0.39 0.97 0.01 395.56 1.05

    14 12.84 0.22 0.01 0.14 15.42 0.24 15.66 0.99 0.26 33.67 16.70

    15 15.61 0.34 0.01 0.03 2.78 0.23 3.02 0.96 0.05 100.94 12.65

    16 13.50 0.37 0.05 0.06 5.42 0.10 5.51 0.99 0.09 67.51 15.07

    17 6.06 0.33 0.02 0.03 1.78 0.03 1.81 0.99 0.03 141.85 7.12

    18 1.75 0.28 0.02 0.03 0.88 0.04 0.92 0.98 0.02 223.30 3.20

    19 2.09 0.22 0.01 0.03 1.33 0.04 1.37 0.99 0.02 170.87 2.94

    20 4.54 0.24 0.01 0.03 2.27 0.09 2.36 0.98 0.04 119.01 4.42

    21 7.31 0.26 0.03 0.03 2.12 0.04 2.16 0.99 0.04 126.00 7.60

    22 15.95 0.37 0.02 0.03 2.68 0.12 2.80 0.98 0.05 106.05 13.81

    23 32.47 0.40 0.03 0.03 3.58 0.16 3.73 0.98 0.06 87.57 23.23

  • 64

    C. Analisa Sedimen dengan metode MUSLE

    1. Indeks erosivitas hujan (R)

    Komputasi nilai R terus dilakukan seterusnya sampai bulan

    desember selama 13 tahun (data yang diperoleh) untuk pada tiap-tiap Sub

    DAS Opiyang. Nilai ini yang kemudian menjadi faktor penggerak yang

    digunakan untuk memperhitungkan volume sediment yield yang terjadi

    pada masing-msing sub-DAS.

    Nilai indeks erosivitas hujan ini adalah untuk menilai kemampuan

    potensial hujan untuk mengerosikan tanah. Indeks erosivitas hujan

    dinyatakan dalam bentuk = 11,8. (Vo. Qp), sehingga berdasarkan

    hasil analisa maka indeks erosivitas limpasan permukaan pada bulan

    januari 2012 pada 23 sub-DAS Opiyang dipresentasikan pada Tabel 16.

    Adapun perhitungan untuk bulan-bulan lainnya pada setiap tahun

    pengamatan dapat dilihat pada lampiran.

    Besaran nilai indeks limpasan permukaan (Rw) ini sangat

    tergantung pada intensitas curah hujan yang terjadi pada sebuah daerah

    aliran sungai seperti pada Tabel 16.

  • 65

    Tabel 16. Hasil analisa indeks erosivitas (Rw) untuk bulan Januari 2012.

    Sub

    DAS

    Debit

    Limpasan MS RD pB Et_Eo Rc Ro

    Curah

    Hujan

    Bulanan

    Vo Rw

    1 11.991 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 370.80

    2 28.761 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 605.20

    3 9.518 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 325.81

    4 11.408 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 360.59

    5 13.947 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 403.53

    6 14.026 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 404.82

    7 0.911 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 87.58

    8 25.612 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 567.16

    9 0.940 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 89.08

    10 22.809 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 531.51

    11 2.661 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 159.60

    12 1.797 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 128.10

    13 1.047 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 94.66

    14 16.701 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 446.38

    15 12.650 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 10.08 241.90 39.34 382.07

    16 15.072 0.15 0.10 1.40 0.76 18.31 1