terjemahan jurnal senam kedel dapat mengurangi kejadian stres inkontinensia urin postpartum

9
Senam Kegel dapat Mengurangi Kejadian Stres Inkontinensia Urin Postpartum Nusratuddin Abdullah, Eddy Arsyad Departemen Obstetrik dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/ Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar Abstrak Tujuan: Mengetahui penyebab stres inkontinensia urin pada wanita primigravida postpartum dan menentukan hubungan antara stres inkontinensia urin dan senam kegel. Metode: Penelitian observasi dengan desain potong lintang di rumah sakit pendidikan di Makassar. Tiga puluh ibu primigravida dengan senam kegel dibandingkan dengan 30 ibu primigravida tanpa senam kegel sebagai kontrol. Data kemudian dianalisis dengan analisa statistik t independen. Hasil: Kejadian stres inkontinensia urin lebih rendah secara bermakna pada kelompok senam kegel dibandingkan dengan kelompok kontrol (P=0,000). Kesimpulan: Senam kegel dapat mengurangi kejadian stres inkontinensia urin postpartum. [Maj Obstet Ginekol Indones 2014; 2: 96-98] Kata kunci: primigravida, senam kegel, stres inkontinensia urin. Korespondensi: Eddy Arsyad. Komp Hartoko Indah blok II G/19, Makassar. Telp.: 081354657858 Email: [email protected] PENDAHULUAN

Upload: georgius-rudolf-alponso

Post on 18-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Terjemahan Jurnal Senam Kedel Dapat Mengurangi Kejadian Stres Inkontinensia Urin Postpartum

TRANSCRIPT

Senam Kegel dapat Mengurangi Kejadian Stres Inkontinensia Urin Postpartum

Nusratuddin Abdullah, Eddy Arsyad

Departemen Obstetrik dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/

Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo

MakassarAbstrak

Tujuan: Mengetahui penyebab stres inkontinensia urin pada wanita primigravida postpartum dan menentukan hubungan antara stres inkontinensia urin dan senam kegel.

Metode: Penelitian observasi dengan desain potong lintang di rumah sakit pendidikan di Makassar. Tiga puluh ibu primigravida dengan senam kegel dibandingkan dengan 30 ibu primigravida tanpa senam kegel sebagai kontrol. Data kemudian dianalisis dengan analisa statistik t independen.

Hasil: Kejadian stres inkontinensia urin lebih rendah secara bermakna pada kelompok senam kegel dibandingkan dengan kelompok kontrol (P=0,000).

Kesimpulan: Senam kegel dapat mengurangi kejadian stres inkontinensia urin postpartum.

[Maj Obstet Ginekol Indones 2014; 2: 96-98]

Kata kunci: primigravida, senam kegel, stres inkontinensia urin.

Korespondensi: Eddy Arsyad. Komp Hartoko Indah blok II G/19, Makassar. Telp.: 081354657858 Email: [email protected]

PENDAHULUAN

Disfungsi dasar panggul dapat menyebabkan inkontinensia urin, inkontinensia tinja, prolaps organ panggul dan disfungsi seksual. Gejala-gejala ini dapat mengubah kualitas hidup pasien. Sebagian disfungsi dasar panggul yang berhubungan dengan kerusakan dasar panggul selama persalinan terutama pada persalinan pertama (primigravida).

Kehamilan dan persalinan dapat mengubah fungsi otot dasar panggul akibat kerusakan otot selama proses persalinan. Sekitar 50% wanita mengalami persalinan pervaginam akan mengalami prolaps organ urogenital dan 40% dari mereka akan mengalami inkontinensia urin.

Stres inkontinensia urin adalah salah satu jenis yang paling umum dari inkontinensia urin yang terjadi pada wanita. Salah satu dari tiga wanita akan menderita inkontinensia urin selama hidupnya dan 65% menjelaskan bahwa hal itu terjadi setelah kehamilan dan persalinan.

Pacific Coast Obstetrical and Gynecological Society, pada laporan tahunan mereka pada tahun 2001, diperkirakan bahwa sampai 30 tahun ke depan, sekitar 45% wanita akan membutuhkan prosedur medis karena disfungsi dasar panggul.

Latihan kegel ini bertujuan untuk melatih dan memperkuat otot-otot dasar panggul. Dengan berpikir positif wanita hamil mungkin berencana untuk berpartisipasi dalam program latihan yang aman dan efektif selama kehamilan. Sebenarnya latihan kegel ini mungkin mengarahkan wanita pada kehamilan yang sehat dan lebih bahagia.

Menurut Purnomo pada tahun 2003, latihan kegel adalah terapi non operatif paling populer untuk inkontinensia urin. Latihan ini dapat memperkuat otot-otot panggul, uretra dan otot periuretra dan dengan demikian meningkatkan tonus mereka.

Melakukan latihan kegel selama hamil dan setelah melahirkan dapat membantu otot-otot panggul untuk mendapatkan kembali fungsi normal mereka. Selanjutnya, melakukan latihan ini secara teratur dapat mencegah prolaps uteri dan inkontinensia urin.

Menurut penelitian sebelumnya, tingkat keberhasilan pelatihan otot panggul dalam mencegah inkontinensia urin adalah 56-75%.

Dua puluh persen wanita postpartum yang memiliki inkontinensia urin dan melakukan latihan dasar panggul melaporkan perbaikan gejala dibandingkan dengan wanita yang tidak melakukan latihan. Dengan demikian, semakin banyak waktu program latihan ini dilakukan, semakin jelas efeknya.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Rumah Sakit Siti Fatimah, Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit Haji, Rumah Sakit Syech Yusuf Gowa dan Rumah Sakit Salewangang Maros dari September 2012 hingga Desember 2012.

Sampel diperoleh dari semua wanita primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 32 minggu yang datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan antenatal rutin.

Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah pengambilan sampel berturut-turut. Dari perhitungan sampel, jumlah minimum 60 sampel diperlukan, dari 30 sampel dikelompokkan ke dalam kelompok latihan kegel dan sisanya dikelompokkan ke dalam kelompok tanpa latihan kegel atau kelompok kontrol.

Data diperoleh dengan menggunakan alat ukur seperti kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) untuk windows versi 16. Uji statistik menggunakan uji t dan uji korelasi.

HASIL

Sampel karakteristik menunjukkan bahwa ada 30 wanita yang melakukan latihan kegel dan 30 wanita yang tidak melakukan latihan kegel. Umur, berat lahir, pekerjaan, dan skor kesulitan persalinan antara kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan (p> 0,05). Tapi kebanyakan subyek di kelompok latihan kegel ini (64,1%) berpendidikan tinggi (SMA atau lebih tinggi).

Kami menemukan bahwa 23 wanita memiliki inkontinesia urin postpartum, dimana 19 wanita (63,3%) milik kelompok tanpa latihan kegel dan hanya 4 perempuan (13,3%) milik kelompok latihan kegel ini.

Analisis statistik X2 diterapkan dan kami menemukan bahwa inkontinensia urin secara signifikan lebih rendah pada kelompok latihan kegel ini (p 4000 gram cenderung memiliki inkontinensia urin setelah melahirkan (postpartum) karena proses persalinan dengan bayi besar cenderung merusak saraf panggul itu.

Kerusakan struktur dan fungsi otot dasar panggul akan menyebabkan inkontinensia urin. Kerusakan ini, sebagian besar, memiliki hubungan dekat dengan kerusakan dasar panggul selama proses persalinan normal.

Jenis inkontinensia urin yang sebagian besar terjadi pada wanita postpartum adalah stres inkontinensia urin. Stres inkontinensia urin ini terjadi karena ketidakmampuan sfingter uretra untuk mempertahankan tekanan intrauteral selama fase pengisian kandung kemih. Pada fase ini tekanan kandung kemih meningkat. Tekanan juga dapat meningkat jika tekanan intra abdomen meningkat, sedangkan tekanan ini mungkin dipicu oleh batuk, bersin, tertawa, berjalan, berdiri, atau mengangkat barang-barang berat.

Insiden inkontinensia urin dalam kelompok latihan kegel secara signifikan lebih rendah pada kontrol/ kelompok tanpa latihan kegel (13,2% vs 63,3%; p= 0,000). Studi ini menunjukkan kepada kita bahwa latihan kegel selama kehamilan dapat menurunkan kejadian inkontinensia urin pada wanita postpartum primigravida.

Pendapat Bo pada tahun 2004 sesuai dengan temuan kami. Dia mengatakan bahwa program latihan dasar panggul (latihan kegel) memiliki pengaruh positif bagi individu dengan stres inkontinensia urin.

Kami menemukan bahwa sebagian besar subyek dengan inkontinensia urin telah lulus sekolah dasar (66,7%) dan sebagian besar subyek tanpa inkontinensia urin yang telah lulus SMA atau lebih tinggi (74,4%). Analisis statistik dengan ANOVA menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik (p