terjemahan

16
Bab 4 Aspek Struktural dalam Pengambilan Keputusan 4.1 Pendahuluan Setiap fasilitas perawatan kesehatan merupakan suatu sistem dan suatu organisasi. Jika kita mengerti aspek struktural dan tingkah laku sistem dan organisasi, kita dapat mengelolanya dengan lebih baik. Manajemen pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, pelaku administrasi perawat kesehatan harus mengetahui aspek penting dalam keputusan dan pengambilan keputusan. 4.2 Karakteristik Pengambilan Keputusan Suatu keputusan adalah kesimpulan dari suatu proses yang dipilih oleh seseorang di antara berbagai pilihan yang tersedia untuk tujuan pencapaian keputusan yang diinginkan. Pengambilan keputusan melibatkan semua pemikiran dan kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu pilihan di antara beberapa tindakan alternatif; hal mana merupakan kegiatan utama semua manusia. Pengambilan keputusan merupakan esensi manajemen. Perencanaan, organisasi, pengendalian,

Upload: twinkle-star

Post on 30-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Bab 4

Bab 4

Aspek Struktural dalam Pengambilan Keputusan

4.1 Pendahuluan

Setiap fasilitas perawatan kesehatan merupakan suatu sistem dan suatu organisasi. Jika kita mengerti aspek struktural dan tingkah laku sistem dan organisasi, kita dapat mengelolanya dengan lebih baik. Manajemen pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, pelaku administrasi perawat kesehatan harus mengetahui aspek penting dalam keputusan dan pengambilan keputusan.

4.2 Karakteristik Pengambilan Keputusan

Suatu keputusan adalah kesimpulan dari suatu proses yang dipilih oleh seseorang di antara berbagai pilihan yang tersedia untuk tujuan pencapaian keputusan yang diinginkan. Pengambilan keputusan melibatkan semua pemikiran dan kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu pilihan di antara beberapa tindakan alternatif; hal mana merupakan kegiatan utama semua manusia. Pengambilan keputusan merupakan esensi manajemen. Perencanaan, organisasi, pengendalian, kepemimpinan, dan semua aspek manajemen digunakan untuk membuat dan melaksanakan keputusan.

Beberapa karakteristik keputusan dan pengambilan keputusan di antaranya adalah bahwa pengambilan keputusan merupakan kegiatan berkesinambungan yang terjadi pada semua tipe organisasi rumah sakit dan lembaga terkait, politik, sosial, businis, militer, dll. Karena perorangan, kelompok, lembaga, organisasi bahkan semua sistem merupakan kesatuan yang memiliki tujuan, pembuatan keputusan menjadi sesuatu yang umum dan penting. Keputusan diambil dengan bantuan kriteria yang secara mendalam berakar pada filosofi dan sistem nilai pengambil keputusan. Pengambilan keputusan keduanya merupakan seni dan sains. Sebagai suatu seni, pengambilan keputusan sangat menyita penilaian dan kreativitas. Sains dari pengambilan keputusan menekankan pembangunan model keputusan berdasarkan pendekatan deduktif, induktif, analitik, atau simulasi. Keputusan jarang merupakan merupakan suatu urusan yang terpisah; biasanya mencerminkan kesimpulan dari suatu proses dan pada saat yang sama permulaan dari proses yang lain. Keputusan dengan demikian merupakan suatu sekuens (kepingan) di alam, dan hasil dari satu keputusan menjadi input untuk satu atau lebih keputusan berikutnya.

Keputusan yang diturunkan dari kebiasaan dan refleks dalam pengambilan keputusan merupakan proses kesengajaan. Pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, dan kreativitas merupakan konsep yang saling berhubungan.

Sifat dapat menembus dari pengambilan keputusan menjadi nyata dari fakta bahwa berbagai disiplin ilmu (filosofi, ekonomi, statistik, riset operasi, psikologi, sosiologi, ilmu politik) menunjukkan ketertarikan yang tinggi dalam mengembangkan terori pengambilan keputusan. Misalnya, seorang manusia ekonomis diasumsikan berpolah laku rasional yang meliputi: (1) kemampuan untuk menentukan tujuan secara jelas dan untuk mengurutkannya dalam suatu urutan kelebihsukaan, dan (2) penggunaan perangkat yang tepat untuk memaksimalkan (atau mengoptimalkan) tujuan tersebut.

4.3 Perspektif dalam Pengambilan Keputusan

Keputusan dan pengambilan keputusan dapat dipelajari dan diklasifikasikan dalam berbagai perspektif. Misalnya, bergantung pada tingkat hierarki organisasi, keputusan dapat diklasifikasikan ke dalam keputusan strategis, administtratif, dan operasional (Ansoff, 1965). Secara singkat, keputusan strategis mengacu pada penentuan hubungan organisasi dengan lingkungan luar. Dalam gugus perawatan kesehatan, keputusan memandang rancangan progaram asuransi kesehatan nasional, meliputi lokasi rumah sakit, merjer, spesialisasi dan hal yang berhubungan lainnya. Keputusan administratif berhubungan dengan struktur organisasi (membangun hubungan internal antara kewenangan, tanggung jawab, dan kepercayaan antara dan dalam berbagai satuan organisaai berdasarkan petunjuk yang ditetapkan oleh keputusan strategis), struktur dari perubahan sumber daya dan pelayanan internal (rancangan fasilitas, alur kerja, pekerjaan) dan akuisisi sumber daya dan pengembangan.

Keputusan operasional dibuat untuk menangani masalah rutin dan keseharian dari satuan organisasi yang melakukan pekerjaan aktual. Prosedur penjadwalan staf perawwat, penerimaan perawat dan pembebasan tugas, pengendalian inventaris merupakan contoh keputusan operasional. Penggolongan tiga arah ini berguna tidak hanya untuk mengerti sifat hierarkis dari keputusan organisasi, juga penting untuk menyadari bahwa kerangka manajemen merupakan rantai ujung-perangkat dimana perangkat dipilih oleh keputusan di tingkat yang lebih tinggi yang menjadi tujuan yang akan dicapai oleh keputusan di tingkat yang lebih rendah.

Keputusan diperlukan untuk masalah yang berulang maupun baru, statis maupun dinamis, terstruktur dengan baik ataupun tidak baik. Keputusan juga dapat digolongkan sebagai keputusan terprogram dan ternonprogram. Keputusan terprogram dalam pengertian bahwa mereka rutin, berulang, dan dapat diatasi dengan prosedur tertentu. Keputusan seperti ini biasanya dapat dibuat dengan bantuan program komputer dan administrator tidak perlu menyerahkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah ini. Keputusan dalam kendali inventaris, keuntungan pekerja, penjadwalan pasien, dall. Merupakan contoh umum dari keputusan terprogram. Keputusan ternonprogram dalam pengertian bahwa keputusan itu baru dan tak terstruktur, dan prosedur yang baik untuk mengatasinya tidak tersedia. Keputusan strategis dalam pertanyaan merjer rumah sakit atau penciptaan pusat kesehatan yang berada di dekatnya, dll, merupakan contoh keputsan ternonprogram. Secara umum:

Penggolongan yang lain adalah keputusan individual dan manajerial. Perbedaan antara keduanya berhunungan dengan skup, kerumitan, konterks, dan panjang rantai antara keputusan dan pelaksanaanya. Semakin banyak orang yang terpengaruh dengan keputusan, semain besar kerumitan, semaikn tinggi kandungan manajerialnya. Struktur dasar keputusan, langkah yang terlibah sebelum pilihan terakhir dipilih, dan proses logis untuk memahaminya sama saja.

Gambar 4.1

Teknik Tradisional dan Modern dalam Pengambilan Keputusan

Macam KeputusanTeknik TradisionalTeknik Modern

Terprogram:

Keputusan rutin, berulang

Organisasi mengembangkan proses spesifik untuk mengatasinya

1. Kebiasaan

2. Rutin klerkal

Prosedur operasi

baku

3. Struktur oganisasi:

Ekspektasi umum

Sistem subtujuan

Saluran informasi

yang baik1. Riset operasi:

Analisis matematis

Model

Simulasi komputer

2. Prosesing data

elektronik

Ternonprogram:

Satu-ulangan, baru dan tidak terstruktur dengan baik, keputusan kebijakan

Ditangani oleh proses penyelesaian masalah yang umum

1. Penilaian, intuisi, dan kreativitas

2. Aturan ibu jari

3. Seleksi dan pelatihan eksekutifTeknik penyelesaian masalah yang diterapkan pada:

a) Pelatihan staf pengambil keputusan

b) Membangun program komputer mutakhir

Pendekatan lain pada kajian penambilan keputusan terletak pada perbedaan antara teori pengambilan keputusan normatif (atau preskriptif) dan deskriptif. Suatu model keputusan normatif mengidentifikasi strategi optimal untuk pengambil keputusan, menggambarkan tindakan spesifik dan menetapakan apa yang harus dilakukan, dengna menerapkan kriteria pilihan mana yang merupakan bagian model. Model deskriptif menggambarkan apa yang ada; bukan apa yang harus ada dan tidak meliputi kriteria pilihan.

Pengambilan keputusan juga dapat diklasifikasikan menjadi pengambilan keputusan individual dan organisasional. Kedua teori normatif dan deskriptif dari pengambilan keputusan individual merupakan sesuatu yang menarik administrator pusat kesehatan. Teori normatif dari pengambilan keputusan individual memfokuskan diri pada aturan keuptusan optimal pada kondisi ketertentuan, risiko, ketidaktertentuan, dan konflik. Teori deskriptif dari pengmbilan keputusan individual berkisar pada konsep pemuasan daripada optimasi, rasionalitas terikat, dan tingkat aspirasi. Pengambilan keputusan organisasional menganggap sebagai suatu proses untuk mengejar tujuan yang tertentu-peran.

Model keputusan dapat statis atau dinamis. Model statis adalah keputusan yang di dalamnya waktu bukan merupakan variabel atau parameter. Model statis adalah model keadaan tunggal yang hanya memiliki satu keputusan yang harus dibuat pada periode waktu tertentu. Model pemrograman lienar merupakan model statis. Model keputusan dinamis adalah model multi-keadaan yang memerulukan suatu seri keputusan sekuensial.Analisis pohon keputusan pemrograman dinamis adalah dua contoh model dinamis.

4.4 Stuktur Dasar dari Gugus Model Keputusan Terpilih

Suatu model keputusan diharapkan dapat mempertunjukkan suatu keragaman dan kerumitan yang cukup banyak. Agar dapat membangun suatu model keputusan dasar, semua faktor yang memiliki hunungan dengan masalah dapat dibagi menjadi dua gugus. Satu gugus terdiri atas faktor yang beada di bawah kendali pengmbil keputusan. Suatu kombinasi spesifik dari faktor terkendali ini menentukan rangkaian tindakan atau strategi. Strategi yang dibuat dapat terhingga ataupun tak terhingga. Gugus yang lain terdiri atas faktor lingkungan, variabel atau konstanta, di mana pengambil keputusan memiliki kendali yang lemah (faktor nonterkendali).

Masalah keputusan dapat distrukturkan sehingga tindakan lawan yang rasional dapat diabaikan atau digolongkan menjadi tindakan alam. Dalam kasus seperti itu, strategi pembuat keputusan berinteraksi dengan beberapa keadaan alam untuk menghasilkan suatu hasil, akibat, atau timbal balik.

4.4.1 Suatu Model Keputusan Tersederhanakan

R = f(Ci, Uj) (4.1)

Di mana:

R = hasil atau timbal balik yang berhubungan dengan strategi yang diberikan

atau rangkaian tindakan

Ci = gugus variabel terkendali

Uj = gugus variabel (dan konstan) yang tidak terkendali oleh pembuatan

keputusan, tetapi mempengaruhi R

F =hubungan fungsional antara variabel terikat R dan variabel tak terikat (dan

konstanta) Ci dan Uj

Dalam masalah keputusan nyata, variabel terkendali dapat dimanipulasi hanya dalam kisaran tertentu. Fakta ini dibuat menjdadi usatu bagain dari model keputusan dengan mengkhususkan suatu gugus pembatas ketidaksamaan. Sejauh variabel terkendali diperhatikan, pengambil keputusan mencaba untuk memperkirakan perilaku mereka dengan membangaun distribusi kemungkinan yang sesuai. Sekali suatu model lengkap, masalah dapat dipecahkan secara analitis atau dengan teknik simulasi.

Model keputusan yang disederhanakan yang ditunjukkan dalam persamaan (4.1) juga dapat dilambahngkan sebagai suatu matriks keputusan, dengan mengasumsikan bahwa kita memiliki berbagai strategi terhingga, keadaan alam, dan timbal balik. Suatu matrik ditunjukkan pada Gb. 4.2.

Dalam matriks keputusan yang ditunjukkan dalam Gb. 4.2 kita memiliki 3 strategi, t keadaan alam, dan 9 hasil. Setiap hasil merupakan suatu hasil interaksi antar strategi tertentu dengan keadaan alam tertentu. Masalah keputusan dipilih berdasarkan strategi yang menghasilkan hasil terbaik.

Matriks pada Gb. 4.2 menghilangkan banyak elemen yang harus dispesifikasikan sebelum seseorang dapat memilih pilihan terbaik di antara strategi yang ditentukan. Distribus kemungkinan untuk keadaan alam dapat dibangun, dan perkiraan besar timbal balik yang mungkin harus dibuat.

Karena keputusan yang diterapkan di masa depan, beberapa asumsi atau pernyataan yang menyangkut masa depan keadaan alam harus dibuat. Hal ini melibatkan spesifikasi dari distribusi kemungkinan keadaan alam. Dalam kata lain, kemungkinan keterjadian keadaan alam spesifik diberikan dengna melekatkan ukuran kemungkinan kepadanya.

4.4.2 Pengambilan Keputusan dalam Ketertentuan

Menyatakan informasi yang lengkap yang berhubungan dengan masalah pengambilan keputusan. Asumsinya adalah bahwa pengambil keputusan dapat mendaftarkan semua strategi yang mungkin atau rangkaian tindakan, mengetahui persyaratan untuk melaksanakannya, dan dapat meproyeksikan akibat berurutnya dengan ketertentuan yang lengkap. Ini mengimplikasikan bahwa pengambil keputusan memperkirakan suatu keadaan alam yang tunggal, dan bahwa ia melekatkan suatu kemungkinan kepadanya. Pada asumsi ketertentuan, matriks keputusan pada Gb. 4.2 berkurang menjadi suatu matrik kolom tungga,. Ini berarti bahwa solusi opetimum dapat diidentifikasikan dengan membandingkan semua timbal balik atau hasil ketika mereka muncuk dalam matriks satu kolom. Pada permukaan, ini muncul sebagai suatu tugas sederhana, tetapi kesulitan muncul ketika sejumlah timbal balik yang mungkin menjadi sangat besar; sehingga membuat proses pencarian menyita waktu dan sangat mahal. Ilmu manajeman telah mengembangkan berbagai bergaia metode efisien pencarian misalnya simpleks, transportasi, penugasan, dan model optimasi lainnya).

4.4.3 Pengambilan Keputusan dalam Risiko

Dalam hal ini kita mengasumsikan bahwa: (1) ada lebih dari satu keadaan alam, (2) kita dapat melekatkan suatu ukuran kemungkinan pada setiap keadaan alam, (3) strategi dapat ditentukan, dan (4) akibat atau hasil dari setiap strategi dalam hubungan dengan keadaan alam yang lain dapat diproyeksikan. Asumsi ini menandakan bahwa pengambilan keputsan dalam risiko dapat diwakili oleh matrik keputusan pada Gb. 4.2, jika kemungkinan yang berhubungan dengan setiap keadaan alam dimasukkan ke dalam matriks keputusan. Strategi optimum dalam pengambilan keputusan dalam risiko diidentifikasikan dengan menghitung nilait harapan dari setiap strategfi, dan kemudian memilih strategi yang memiliki nilai tertinggi (jika tujugannya keuntungan) atau terendah (jika tujuannya biaya). Dua hal yang harus diperhatikan pada penerapan kriteria nilai harapan dalam pengambilan keputusan dalam risiko. Pertama, tidak ada yang diperhatikan dari mutu risiko. Dengan kata lain, pilihan dibuat hanya dalam istilah hasil terbobot, dan kisaran hasil tidak dipertimbangkan. Kedua, kemungkinan yang dilekatkan pada keadaan alam yang berbeda adalah kemungkinan objektif yang mengasumsikan keadaan sistem yang stabil.

4.4.4 Pengambilan Keputusan dalam Ketidaktertentuan

Ini mengasumsikan bahwa tidak ada ukuran kemungkina yang dapat dilekatkan pada keadaan alam yang berbeda. Dalam semua aspek lain ketidaktertentuan matriks keputusan sama dengan matriks keuptusan risiko. Jadi, pengambilan keputusan dalam ketidaktertentuan juga dapat diwakili oleh matriks keputusan pada Gb. 4.2 stategfi dapat ditentukan, akibat nya dalam hubungan dengan keadaan alam diasumsikan tidak diketahui. Kita mengidentifikasikan strateti optimum dalam pengambilan keputusan dalam ketidaktertentuan dengan menerapkan beberapa pilihan kriteria yang dalam kehidupan nyata dapat berupa kriteria subjektif atau satu dari kriteria rasional yang dikembangakan oleh ahli teori keputusan.

4.4.5 Pengambilan Keuputusan dama Informasi Parsial

Kategori ini berhubungan dengan kasus dengan kemungkinan berbagai keadaan ditibakan secara subjektif berlawanan dengan kasus risiko yang distribusi kemungkinannya objektif dan berhunungan dengan indera frekuensi relatif. Kategori ini memperoleh kepentingan yang lebih besar, karena penggunaaan statistik Bayesian menjadi lebih umum dalam pengambilan keputusan. Pendekatan Bayesian dapat mengubah suatu masalah keputusan tak tentu menjadi masalah keputusan risiko dengan melekatkan kemungkinan pribadi pada keadaan alam yang berbeda. Kemungkinan pribadi ini melambangkan derajat keyakinan (atau keraguan) pengambil keputusan berdasarkan kemungkinan kejadian setiap keadaan. Karena kemungkinan ini pribadi secara alami, mereka harus dirievisi bila informasi yang baru tersedia, atau dibeli. Analisis memerlukan kemungkinan posterior yang dihitung dengan penerapan teorema Baye.

4.4.6 Teori Permainan

Model teori permainan dapat digolongkan dalam berbagai cara, sesuai dengan jumlah pemain (2 atau lebih), jumlah pembayaran (jumlah nol atau bukan nol), jumlah gerakan (terhingga atau tak terhingga), dasn jumlah informasi (lengkap atau sebgain). Dari banyak model, permainan jumlah son 2-pemain merupakan yang palin banyak dikembangkan, dan telah digunakan dalam masalah resolusi bisnis, politik, dan investasi. Salam permainan jumlah no, 2-pemain asumsinya adalah: (1) perolehan satu pemain tepat sama dengan kehilangan pemain lain; (2) strategi kedua pemain diketahui sebelumnya, (3) timbal balik diketahui sebelumnya; dan (4) permainan berulang.

4.5 Kesimpulan

Unsur yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan:

a) Pengambil keputusan dan suatu gugus tujuan

b) Konteks dan lingkungan masalah keuputusan

c) Rangakaian tindakan alternatif

d) Asumsi yang berhungan dengan masa depan

e) Akibat daru rangkaian tindakan alternatif

f) Pilihan sesuai dnegna kriteria keputusan

g) Implementasi dan kendali

Dalam praktik aktual, pengambil keputusan mengidentifikasi masalah dan sifat hierarkinya, menetapkan tujuan yang dipersepsikan dan diformulasikan berdasarkan masalah, memindai lingkungan dengan bantuan tujuan yang ditetapkan, mengidentifikasikan variabel relevan yang dalam pandangannya mempengaruhi hasil, mengembangkan hubungan fungsional antara variabel terikat dan tak terikat, mengkhususkan batasan masalah, dan memilih rangakaian tindakan sesuai dengan kriteria keputusan.

Masalah keputusan diformulasikan dalam format matriks, dengan strategim keadaan alam dan timbal balik menjadi komponen dasar dari matriks keputusan. Aspek yang tidak secara tersurat masuk dalam artikel Archer: (1) tujuan tunggal versus majemuk, pada kondisi ketertentuan maupun risiko, (2) pengambilan keputusan keadaan tunggal versus majemuk, dan (3) analisis sensitivitas dai masalah keputusan.