terbit 2 bulan sekali volume 12 nomor 1. februari...
TRANSCRIPT
Volume 12 Nomor 1. Februari 2017 Terbit 2 bulan sekali
EMBUNG: PRIMADONA BANGUNAN PANEN AIR
ISSN 1907 - 8773
PENDAHULUAN
Pada tahun 2017, Presiden Joko Widodo menargetkan pembangunan 30.000 unit embung
di seluruh Indonesia. Target tersebut dibebankan kepada 3 kementerian yaitu Kementerian
Pertanian, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, serta
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pembangunan embung sangat
penting karena di beberapa wilayah lahan kering dan tadah hujan, embung dapat berperan
sebagai sumber irigasi utama, terutama yang sulit dijangkau oleh fasilitas irigasi dari
waduk besar. Selain itu embung dapat dibangun di sekitar areal tanam. Sebaran potensi
luas lahan untuk pengembangan bangunan panen air berupa embung, dam parit, long
storage, sumur air tanah dangkal, pemanfaatan air sungai disajikan pada Gambar 1.
Sumber: Data Subdirektorat Mitigas iIklim dan Konservasi Air Ditjen PSP
Kementan (dalam Anonim, Info Desa 2017)
Gambar 1. Sebaran potensi luas lahan untuk pengembangan bangunan panen air di Indonesia
PENGERTIAN
Embung adalah bangunan penampung (tandon) air berbentuk kolam atau cekungan untuk
menampung air limpasan, air hujan, dan mata air. Embung dapat digunakan sebagai
sumber air irigasi di lahan kering dan tadah hujan. Di wilayah dengan curah hujan tinggi
dapat menjadi sumber irigasi alternatif manakala terjadi iklim ekstrim seperti kemarau
panjang.
2
MENGAPA HARUS EMBUNG?
Embung merupakan salah satu wujud teknologi panen air selain dam parit atau long
storage. Panen air hujan dan aliran permukaan (Rainfall-Runoff Harvesting) melalui
embung merupakan salah satu bentuk upaya adaptasi perubahan iklim, karena dapat
menjadi alternatif sumber irigasi pada saat terjadi kekeringan selain dapat meningkatkan
produktivitas lahan.
RANCANG BANGUN EMBUNG
Dimensi Embung
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan dimensi atau ukuran
embung yaitu: luas daerah tangkapan hujan (daerah aliran sungai), luas target irigasi atau
kepemilikan lahan, jenis tanaman yang akan diairi, jenis tanah, topografi dan curah hujan.
Embung dapat dibangun secara individu atau berkelompok, dengan dimensi bervariasi dari
ukuran kecil sampai besar dengan kedalaman bervariasi antara 1,5 sampai 3 meter.
Beberapa ukuran embung sesuai dengan luas kepemilikan lahan, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Ukuran dan dimensi embung untuk suatu luas pemilikan lahan
Luas pemilikan lahan Ukuran Dimensi (panjang, lebar, kedalaman)
0,25 - 0,5 ha 25 - 100 m2 (5 m x 5 m, 6 m x 6 m, 8 m x 6 m, 10 m x 5 m, 10 m x 8 m) kedalaman 1,5-2 m
0,5 - 1 ha 200 - 500 m2 20 m x 10 m, 25 m x 10 m, 25 m x 20 m) kedalaman 2,5 – 3 m
Sumber: Rejekiningrum dan Irianto, 2001
Kerapatan Embung
Kerapatan embung menggambarkan jarak satu embung dengan embung lainnya. Jarak
satu embung dengan yang lainnya tergantung kepada luas daerah tangkapan dan luas
target irigasi. Menurut (Syamsiah, 1993) untuk ukuran embung 500m2 berdasarkan satu
daerah tangkapan, jarak satu embung dengan lainnya berkisar antara 0,5 km, sedangkan
berdasarkan kemampuan tenaga dalam mengangkut air jaraknya sekitar 1 km.
Karakteristik Lahan
Sifat fisik tanah merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
embung. Lokasi yang memiliki tanah dengan komposisi seimbang antara pasir, debu dan
liat merupakan pilihan dalam penetapan pembangunan embung. Pembangunan embung
pada tanah berpasir dapat dipergunakan lapisan plastik atau semen, atau menggunakan
karung goni yang dicelupkan ke dalam aspal.
Pembuatan embung sebaiknya dilakukan pada wilayah agak datar sampai bergelombang,
dengan kemiringan lahan antara 8 – 30% (Anonim, 2017). Jika: 1) kemiringan lahan
kurang dari 8% akan sulit menampung air limpasan sungai, akan tetapi dapat menampung
air hujan, 2) kemiringan 8 – 30%, cocok untuk menampung beberapa jenis sumber air,
seperti limpasan sungai maupun air hujan, 3) kemiringan lebih dari 30%, dapat
menampung beberapa jenis sumber air seperti limpasan sungai maupun air hujan, namun
cepat dipenuhi endapan tanah karena erosi.
3
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembangunan embung
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan embung yaitu: 1) konstruksinya
mudah untuk pengambilan air, seperti pembuatan tangga di pinggir embung, 2) lokasi
embung dekat dengan saluran air sehingga membantu pengisian air ke dalam embung, 3)
lokasi embung hendaknya dekat dengan areal yang akan diairi sehingga dapat mengurangi
kebutuhan tenaga untuk menyiram, 4) pemagaran embung perlu dilakukan untuk menjaga
keamanan terutama dari jangkauan anak-anak, 5) menjalin kerjasama dengan petani
dalam pembangunan embung sehingga manfaat embung optimal.
MANFAAT EMBUNG
Manfaat embung antara lain: 1) dapat digunakan untuk menampung air pada musim hujan
dan digunakan untuk irigasi pada musim kemarau atau pada saat terjadi kekeringan, 2)
sebagai sumber irigasi untuk tanaman bernilai ekonomi tinggi/hortikultura, perkebunan
semusim, serta usaha perikanan dan peternakan, 3) meningkatkan produktivitas lahan
kering dan lahan tadah hujan, 4) menekan luapan air pada musim hujan dan risiko banjir
karena dapat menampung aliran permukaan dari daerah sekitarnya, 5) dengan pelapisan
plastik/geomembran dapat menjaga kontinyuitas sumber air bersih di wilayah
bersangkutan.
Selain sebagai sumber irigasi untuk meningkatkan produktivitas padi dan palawija,
embung dapat digunakan untuk irigasi pada tanaman hortikultura dan tembakau. Ilustrasi
pemanfaatan embung untuk peningkatan indeks pertanaman melalui irigasi pada tanaman
sayuran dan tembakau di musim kemarau pada lahan kering, disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Irigasi suplemen dari embung untuk tanaman tembakau, kangkung, dan cabe pada musim kemarau di lahan kering DAS mikro Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul
4
Nani Heryani
Alamat Penyunting: Jl. Tentara Pelajar No 1A, Bogor 16111 Telp : (0251) 8312760 E-mail : [email protected] http://www.balitklimat.litbang.pertanian.go.id
Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Redaktur : Kurmen SUdarman, Yeli Sarvina, Nani Heryani Penyunting : Yulius Argo Baroto Redaktur Pelaksana : Eko Prasetyo dan Tuti Muliani
Info Agroklimat dan Hidrologi memuat informasi aktual dan inovasi teknologi hasil-hasil penelitian bidang agroklimat, hidrologi, dan pengelolaan air
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
MULTIFUNGSI EMBUNG
Seperti halnya multifungsi pertanian, embung dinilai memiliki ciri-ciri seperti itu, yaitu: 1)
jasa yang dihasilkan dapat dinikmati tidak saja oleh petani pemilik kembung, tetapi juga
oleh masyarakat luas di wilayah sekitarnya, dan 2) masyarakat dapat menikmati jasa
tersebut tanpa harus berkompetisi karena embung yang dibangun merupakan milik umum/
kelompok. Pengembangan embung dinilai efektif karena bersifat tepat guna, relatif murah,
dan spesifik lokasi.
Dengan desain yang relatif sederhana, embung skala kecil dapat dibangun sendiri
oleh kelompok tani sehingga hasil usaha tani yang diperoleh akan berdampak langsung
terhadap pendapatan petani.
Embung juga memiliki
multifungsi karena selain
berfungsi sebagai sumber
irigasi dapat digunakan untuk
budidaya ikan, air minum dan
berendam bagi ternak sapi/
kerbau mandi dan cuci, dan
dengan estetika yang
memadai disertai dengan
penataan yang menarik dapat
menjadi tempat wisata
(Gambar 3). Gambar 3. Multi fungsi embung untuk irigasi, mandi, cuci,
minum dan berendam ternak, di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur
REFERENSI
Anonim. 2017. Embung desa: menangkal bencana, memberdayakan warga. Info Desa Februari 2017. 74 hal.
Rejekiningrum, P. dan G. Irianto, 2001. Alternatif panen hujan dan aliran permukaan dengan teknologi embung untuk meningkatkan produktivitas pertanian lahan kering dan menanggulangi banjir dan kekeringan. Makalah disampaikan pada Diskusi Panel Himpunan Ahli Teknik Tanah dan Air (HATTA) dalam rangka Hari Air Sedunia, 27 Maret 2001.
Syamsiah, I., dan A.M. Fagi. 1993. Teknologi Embung. Prosiding Seminar Pengelolaan Tata Air dan Pemanfaatannya dalam Satu Kesatuan Toposekuens. Cilacap, 7-8 Oktober 1993.