terapi inhalasi
TRANSCRIPT
TERAPI INHALASI
A. Pendahuluan
Pada dasarnya terapi inhalasi merupakan bagian dari fisioterapi dada/paru ( chest physioteraphy )
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung
masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi merupakan cara
pengobatan dengan memberi obat dalam bentuk uap secara langsung pada alat pernapasan
menuju paru-paru.
Tujuan terapi inhalasi adalah menormalkan kembali pernapasan yang terganggu akibat adanya
lender atau karena sesak napas.
Terapi inhalasi lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta membutuhkan dosis
obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ lain pun lebih sedikit. Sebanyak 20-
30% obat akan masuk disaluran napas dan paru-paru. Sedangkan 2-5% mungkin akan
mengendap di mulut dan tenggorokan. Ilustrasinya, obat akan jaln-jalan dulu kelambung, ginjal
atau jantung yakni paru-paru sehingga ketika sampai paru-paru obat relative tinggal sedikit.
Terapi inhalasi dapat digunakan pada Proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut
maupun yang kronik, misalnya asma. Penyakit asma paling sering dijumpai pada anak-anak Saat
bayi/anak terserang batuk berlendir.
Pada asma penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurang efek samping yang sering terjadi
pada pemberian parenteral atau peroral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan dengan
jenis lainnya
Keamanan penggunaan Terapi inhalasi aman bagi segala usia termasuk bayi. Dengan terapi ini
bayi cukup bersikap pasif ( bernapas saja ) kalaupun menangis tak perlu khawatir karena efeknya
malah semakin bagus karena obatnya akan terhirup.
Cara kerja terapi inhalasi sederhana Setelah bayi/anak diinhalasi, lendir yang ada di paru-
parunya akan mencair,Lendirnya terkadang tak bisa keluar dengan sendirinya karena lemahnya
reflek/kemampuan batuk anak / bayi Sehingga biasanya diperlukan tahapan fisioterapi
selanjutnya. Perkusi, vibrasi atau dadanya dihangatkan dengan sinar infra merah bila dianggap
perlu.
Setelah melanjutkan proses ini biasanya anak akan muntah. Jangan panik karena muntah
merupakan efek yang wajar dari terapi inhalasi. Setelah muntah biasanya anak akan merasa lega.
Sebaliknya kalau tidak muntah orang tua tidak perlu risau, yang penting lendir yang mengganggu
napasnya sudah keluar dan paru-paru.
Dan pemeriksaan dengan stetoskop akan diketahui masih ada tidaknya lendir di paru-paru. Bila
sudah tidak ada berarti inhalasi berjalan efektif . Untuk mendapatkan manfaat obat yang optimal,
obat yang diberikan per inhalasi harus dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas.
Obat yang digunakan biasanya dalam bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas, Obat
yang biasanya digunakan dalam terapi inhalasi adalah golongan pelega saluran napas
( bronkodilator ) atau untuk mengurangi inflamasi atau peradangan jalan napas ( golongan
kortikosteroid )
Ada obat-obat yang harus digunakan secara rutin untuk mencegah serangan asma dan ada obat-
obat yang cukup digunakan pada saat terjadinya serangan
Alat yang digunakan : Pemberian aerosol yang ideal adalah dengan alat yang sederhana, mudah
dibawa, tidak mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah, hanya sedikit yang tertinggal
di saluran napas atas, serta dapat digunakan oleh anak.
Alat yang digunakan untuk terapi inhalasi : Semprot ( inheler ). Walaupun lebih praktis, inheler
lebih pendek waktu penggunaannya sebab untuk anak-anak belum bisa menghirup sendiri
dengan benar
Motor/pompa ( nebulizer ) bisa dikatakan lebih efektif untuk anak karena obat akan keluar
sedikit demi sedikit hingga lebih efektif.
Jenisjenis inhaler
1. Metered-dose inhaler ( MDI ) adalah brupa alat semprot yang berisi obat yang harus
dihirup dengan ukuran dosis tertentu. Diperlukan teknik yang benar untuk dapat
menggunakan MDI ini, antara lain perlu adanya koordinasi yang pas padac saat menekan
alat semprot tersebut dengan saat menghirup obatnya, sehingga untuk anak-anak kecil
alat ini mungkin akan agak sulit cara menggunakannya, kecuali jika sudah dilatih. Spacer
( alat penyambung ) akan menambah jarak alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol
pada saat dihisap menjadi berkurang, hal ini mengurangi pengendapan di orofaring
( saluran napas atas ) sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan dan mengurangi
efek sistemik. Specer ini berupa tabung ( dapat bervolume 80 ml ) dengan panjang sekitar
10-20 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 1000 ml. Penggunaan spacer
ini sangat menguntungkan pada anak.
2. Dry powder inhaler ( DPI ). Alat berisi serbuk untuk dihisap. Penggunaan obat hirupan
dalam bentuk bubuk kering ( DPI ) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler,
Easyhaler, Twisthaler, memerlukan inspirasi ( upaya menarik/enghirup napas ) yang
cukup kuat. Pada anak yang kecil ini sulit dilakukan. Pada anak yang lebih besar
penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi
dibandingkan MDI. Deposisi ( penyimpanan ) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan
MDI dan lebih konstan, sehingga dianjurkan diberikan pada anak diatas 5 tahun ( anak
usia sekolah )
3. NEBULIZER
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus
menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang didapatkan atau gelombang
ultrasonik. Aerosol yang terbentuk dihirup penderita melalui mouth piace atau sungkup.
Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer memberikan efek brokodilatasi yang
bermakna tanpa menimbulkan eek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih
banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang
menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol
hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak
terbuang.
Aplikasi/penerapan : untuk anak berusia 8 tahun keatas mungikn sudah lebih
mampumenggunakan inhaler, tetapi untuk usia yang lebih muda nebulizer lebih cocok. Pada alat
ini, obat disemprotkan secara perlahan dengan bantuan suatu alat/mesin sehingga pasien tinggal
menghirup saja.
Pada anak-anak terkadang diberi tambahan masker agar obat tidak menyemprot kemana-mana,
dengan cara ini bayi/balita cukup bersikap pasif dan ini jelas menuntungkan artinya sikecil Cuma
perlu bernapas saja. Kalaupun ia menangis tak perlu khawatir karena efeknya malah semakin
bagus karena obatnya kian terhirup, setelah itu pasien diminta berkumur untuk membersihkan
sisa-sisa obat yang mungkin masih tertinggal dimulut, untuk mencegah efek samping iritasi
dimulut atau tenggorokan.
B. CARA PEMBERIAN
Cara pemberian inhalasi harus disesuaikan dengan umur anak karena perbedaan kemampuan
menggunakan alat inhalasi, perlu dilakukan pelatihan yang benar dan berulang kali.
C. CARA TRADISIONAL
Cara inhalasi sebenarnya sudah lama digunakan dan termasuk terapi cara tradisional yakni
dengan memanfaatkan uap dari air panas ang diberi minyak penghangat/minyak angin atau juga
bias menggunakan Balsam , cara seperti ini Cuma bisa diterapkan pada orang dewasa atau anak
usia 8 tahun keatas, sedangkan bila digunakan pada balita uap air panas dan bau minyak angin
terlalu kuat, selain itu risiko kecelakaan tumpahan air panas hingga cara ini amat tidak diajurkan
bagi balita. Orang dewasa pun sebaiknya tidak terlalu berharap inhalasi cara tradisional ini akan
efektif karena khasiat minyak ngin akan hilang alias tidak efektif lagi bila dicampur air panas,
biasanya Cuma hidung saa terasa plong beberapa saat, sementara lendirnyabelum hilang.
D. CARA BUANG INGUS YANG BENAR
Bayi yang sedang batuk pilek susah mengeluarkan ingusnya sehingga perlu disedot hidungnya.
Ini tindakan pertama yang efektif untuk menangani hidung bayi yang mampet karena ingus atau
muntahan berlebih yang sampai keluar melalui hidung. Karena kalau dibiarkan terlalu lama anak
bisa tersedak karena mungkin muntah atau ingus yang sudah keluar balik lagi dan masuk paru-
paru. Sedangkan untuk anak yang sudah dapat mengeluarkan ingus perlu diajarkan bagaimana
cara membuang ingus dengan benar. Caranya harus satu-satu kalau kedua lubang di pencet
sekaligus ingusnya bisa berbalik lagi dan bukan tidak mungkin malah masuk kuping lalu
menyebabkan peradangan
REFERENSI
Anonim. (n.d.). Aromatherapy Demystified. Be WellBuzz Press.www.bewellbuzz.com
Jenkins, N. (2006). Aromatherapy in Essence. Hodder Arnold.
Worwood, V.A. (1990). The Complete Book of Essential Oils and Aromatherapy. New World
Library.
www.en.wikipedia.org. diunduh pada tanggal 11 Desember 2011.
www.marthatilaargroup.com. Diunduh pada tanggal 11 Desember 2011.
www.shvoong.com/medicine-and-helath/alternative-medicine/aromatherapy. diunduh pada
tanggal 11 Desember 2011.
http://ogideardiary.blogspot.com/2011/01/terapi-inhalasi.html