teori.docx

Upload: cici-delisma-nugroho

Post on 07-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

TEORIA. Kencur (Kaempferia Galanga Linn)Kencur (Kaempferia Galanga Linn) adalah tanaman tropis dan di Indonesia dahulunya merupakan tanaman pekarangan. Hal ini disebabkan karena secara tradisional kencur termasuk tanaman obat (Hamida, 2007). Sudah sejak lama rakyat Indonesia menggunakan kencur sebagai ramuan obat-obatan, ada yang memanfaatkan sebagai bumbu masakan, sebagai minuman beras kencur. Masyarakat mempercayai dapat mengobati penyakit tertentu, antara lain dapat menyembuhkan masuk angin, batuk, dan sakit tenggorokan. Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida (Rostiana dan Efendi, 2007).Menurut Gholib, D. (2009) ekstrak kencur dalam etanol mempunyai daya antimikroba terhadap salah satu jamur kulit. Senyawa yang terkandung dalam rimpang kencur antara lain etil sinamat, etil p-metoksi sinamat, p-metoksi stiren, kamfen, dan borneol. Dan etil p-metoksi sinamat merupakan komponen utama yang mudah untuk diisolasi dan dimurnikan. Herbert (2009) mengemukakan komponen minyak atsiri dari simplisia kencur yang dianalisis secara GC-MS antara lain etil sinamat 43,47%, etil pmetoksi sinamat 31,36%, penta dekana 3,35%, borneol 3,35% delta 3-karen 2,86%, -pinen 2,47%, kamfen 2,22%.Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,1990 yaitu (1) etil sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen (5) borneol, dan (6) paraffin. Gambar kandungan kimia

Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari kencur yang mudah untuk diisolasi dan dimurnikan (Afriastini,1990). Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%). Kamfer, borneol, sineol, penta dekana. Adanya kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan senyawa turunan sinamat (Inayatullah,1997 dan Jani, 1993).B. Etil-p-Metoksi Sinamat Di dalam rimpang kencur terdapat etil pmetoksi sinamat, salah satu senyawa dari turunan asam sinamat. Etil p-metoksi sinamat merupakan salah satu turunan asam sinamat, termasuk jenis senyawa yang tergolong dalam fenil propanoid, kelompok senyawa fenol yang berasal dari jalur sikimat, mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzena yang terikan pada ujung rantai karbon propan (Achmad, 1986).Senyawa-senyawa yang termasuk turunan sinamat adalah para hidroksi sinamat (7), 3,4-dihidroksisinamat (8), dan 3,4,5 trimetoksisinamat (9):

GAMBAR LIAT JURNALEtil p-metoksisinamat merupakan salah satu senyawa turunan sinamat yaitu senyawa fenolik alam dari golongan fenil propanoid, senyawa dengan kerangka karbon C6 C3 terdiri dari cincin (C6) yang terikat pada ujung dari rantai karbon propan (C3). Senyawa senyawa turunan sinamat dilaporkan memiliki berbagai aktifitas biologis, yang potensial diantaranya etil p-metoksisinamat yang diisolasi dari kencur diketahui mempunyai efek analgetik. Etil p-metoksisinamat dapat diperoleh dengan mudah melalui ekstraksi perkolasi serbuk akar tinggal kencur menggunakan petroleum eter atau etanol. Karena etil p-metoksisinamat dapat diisolasi dalam jumlah yang relatif besar sekitar 8 10% maka senyawa produk bahan alami ini berpotensi untuk dijadikan bahan baku sintesis organik (Fahmi R, 1991 dan Heri R,1994). Beberapa dari turunan asam sinamat ini memiliki berbagai aktivitas aktivitas biologis seperti antibakteri, anestetik, antiinflamasi, antispasmodik, antimutagenetik, fungisida, herbisida, serta penghambat enzim tirosinase (Rudyanto, M, dan Hartanti, L. 2008).

CARI LAGI

C. Metode RefluksD. HidrolisisE. Spektrofotometri IRSpektrofotometri infra-merah adalah sangat penting dalam kimia modern, terutama dalam bidang kimia organik. Ia merupakan alat rutin dalam penemuan gugus fungsional, pengenalan senyawa, dan analisa campuran. Kebanyakan gugus, seperti CH, O-H, C=N, dan C=N, menyebabkan pita absorpsi infra-merah, yang berbeda hanya sedikit dari satu molekul ke yang lain tergantung pada substituen yang lain (Day dan Underwood,1990). Pancaran infra-merah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum elektromagnet yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang mikro. Bagi kimiawan organik, sebagian besar kegunaannya terbatas di antara 4000 cm-1 dan 666 cm-1 (2,5 15,0 m). Akhir-akhir ini muncul perhatian pada daerah infra-merah dekat, 14.290 4000 cm-1 (0,7 2,5 m) dan daerah infra-merah jauh, 700 200 cm-1 (14,3 50 m) (Silverstein, dkk., 1986). Spektrofotometri infra-merah juga digunakan untuk penentuan struktur, khususnya senyawa organik dan juga untuk analisis kuantitatif, seperti analisa kuantitatif pencemaran udara, misalnya karbon monoksida dalam udara dengan teknik non-dispersive (Khopkar, 2003).F. Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis) Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190-380) dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995:26). Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995: 26).Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain: 1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna. 2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis. 3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis. (Mulja dan Suharman, 1995: 28)Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi: 1. Sumber tenaga radiasi yang stabil, sumber yang biasa digunakan adalah lampu wolfram.2. Monokromator untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. 3. Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah visibel menggunakan kuvet kaca atau kuvet kaca corex, tetapi untuk pengukuran pada UV menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. 4. Detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat. Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.(Khopkar, 2003)Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibel tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Serapan ultraviolet dan visibel dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet atau terlihat sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital yang bersangkutan. Spektrum ultraviolet adalah gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi atau absorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log dari serapan molar, Emax atau log Emax (Sastrohamidjojo, 2001: 11). PEMBAHASANSumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi menuju ke tingkat yang lebih tinggi oleh sumber listrik bertegangan tinggi atau oleh pemanasan listrik. Monokromator adalah suatu piranti optis untuk memencilkan radiasi dari sumber berkesinambungan. Digunakan untuk memperoleh sumber sinar monokromatis. Alat dapat berupa prisma atau grating (Khopkar, 1990). Pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi maupun berbentuk silinder dengan ketebalan 10 mm. Sel tersebut adalah sel pengabsorpsi, merupakan sel untuk meletakkan cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah spektral yang diminati. Sebelum sel dipakai dibersihkan dengan air atau dapat dicuci dengan larutan detergen atau asam nitrat panas apabila dikehendaki (Sastrohamidjojo, 2001: 39-41).G. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan, yang pertama kali dipakai untuk memisahkan zat-zat warna tanaman. Hal ini tersimpulkan dari istilah yang dipakai, kroma adalah zat warna. Pemisahan dengan teknik ini dijalankan dengan mengadakan mannipulasi atas dasar perbedaan sifat-sifat fisik dari zat-zat yang menyusun suatu campuran (Adnan, 1997).Sifat-sifat fisik tersebut khususnya ialah : 1. Adanya tendensi molekul dari suatu zat untuk larut dalam suatucairan. 2. Adanya tendensi molekul dari suatu zat untuk dapat teradsorbsi pada butir-butir zat padat yang halus dengan permukaan yang halus. 3. Adanya tendensi molekul dari suatu zat untuk masuk ke fase uap atau menguap. Karena perbedaan satu atau lebih dari sifat-sifat fisik tadi, campuran berbagai zat dapat dipisahkan dalam suatu system yang bergerak secara kontinyu (Adnan, 1997).Cara pemisahan dengan adsorpsi pada lapisan tipis adsorben yang dikenal dengan kromatografi lapis tipis (thin layer chromatography atau TLC) telah meluas penggunannya dan diakui merupakan cara pemisahan yang baik, khususnya untuk kegunaan analisis kualitatif. Kini TLC dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion organik, kompleks senyawa-senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam dan senyawa-senyawa organik sintetik (Adnan, 1997). Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. Banyak pemisahan yang memakan waktu berjam-jam bila dikerjakan dengan kromatografi kertas, tetapi dapat dilaksanakan hanya beberapa menit saja bila dikerjakan dengan TLC (Adnan, 1997).Teknik standar dalam melaksanakan pemisahan dengan KLT adalah sebagai berikut. Pertama kali lapisan tipis adsorben dibuat pada permukaan plat kaca atau plat lain, misalnya berukuran 5x20 cm atau 20x20 cm. Tebal lapisan adsorben tersebut dapat bervariasi tergantung penggunaannya, tetapi yang sering digunakan adalah ketebalan 250. Larutan campuran senyawa yang akan dipisahkan diteteskan pada kira-kira 1,5 cm dari bagian bawah plat tersebut dengan menggunakan pipet mikro atau syringe. Zat pelarut yang terdapat pada sampel yang diteteskan tersebut kemudian diuapkan lebih dahulu. Selanjutnya plat tersebut dikembangkan dengan mencelupkannya pada tangki yang berisi campuran zat pelarut (solvent system). Tinggi permukaan zat pelarut dalam tangki harus lebuh rendah dari letak tetesan sampel pada plat kromatografi (kurang dari 1,5 cm). Dengan pengembangan tersebut masing-masing komponen senyawa dalam sampel akan bergerak ke atas dengan kecepatan yang berbeda. Perbedaan kecepatan gerakan ini merupakan akibat dari terjadinya pengaruh proses dengan KLT, mulai pemilihan adsorben sampai identifikasi masing-masing komponen yang telah terpisah (Adnan, 1997).

PembahasanA. Isolasi Etil-p-metoksi sinamatEtil-p-metoksi sinamat adalah suatu ester yang mengandung cincin benzene dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat polar menyebabakan senyawa ini mampu larut dalam beberapa pelarut dengan kepolaran bervariasi (Taufikhurohmah, 2008). Etil-p-metoksi sinamat merupakan komponen utama dari kencur (Kaemferia galanga L.) yang mudah untuk diisolasi dan dimurnikan (Afriastini,1990).

etil-p-metoksi sinamatIsolasi merupakan teknik pemisahan yang dilakukan terhadap komponen senyawa kimia dari campurannya pada tumbuh-tumbuhan atau bahan alam. Isolasi bahan organik dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pemisahan untuk memaksimalkan hasil isolasi yang dilakukan. Metode yang paling sering digunakan untuk mengisolasi suatu bahan alam adalah dengan ekstraksi menggunakan pelarut tertentu. Karena etil-p-metoksi sinamat bersifat nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, methanol, air, dan heksana.Pada percobaan ini, ekstraksi dilakukan dengan cara merefluks rimpang kencur dengan pelarut n-heksana. Prinsip dari metode refluks adalah penarikan senyawa dengan pelarut tertentu berdasarkan perbedaan kepolarannya serta bantuan panas. Dimana pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Fungsi refluks adalah untuk mempercepat reaksi antara pelarut dan zat terlarut didalam rimpang kencur. Semakin lama refluks dilakukan semakin baik pula hasil dari reaksi tersebut.Setelah direfluks selama 1 jam, campuran kemudian disaring dengan menggunakan kassa. Fungsi dari penyaringan adalah untuk memisahkan ampas rimpang dari pelarut yang mengandung senyawa yang akan diisolasi. Setelah itu filtrat dievaporasi menggunakan alat rotary evaporator untuk memisahkan pelarut dengan senyawa yang akan diisolasi. Prinsip dari alat ini yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih, dimana terjadi penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah titik didihnya. Setelah filtrat tersisa sedikit, filtrat dipanaskan pada penangas air dilemari asam. Fungsi dari pemanasan agar pelarut yang tersisa tidak lebih dari 10 ml dan mempermudah pembentukan kristal. Kemudian campuran didinginkan hingga suhu kamar dan pendinginan dibantu dengan es untuk mempercepat pendinginan Kristal. Tetapi hanya didapatkan Kristal yang sangat sedikit. Kemudian Kristal dipanaskan kembali dan didinginkan kembali. Setelah didinginkan kristal yang terbentuk masih sangat sedikit sekali dan berbentuk seperti jarum, sehingga kristal tidak dapat disaring, tidak dapat dihitung bobot kristal yang terbentuk. Karena tidak ada kristal yang terbentuk maka tidak dilakukan pengujian selanjutnya. Jika kristal terbentuk maka kristal dipisahkan dari pelarutnya menggunakan penyaring buncher (penyaringan dengan bantuan vakum). Prinsip kerja dari alat ini adalah menyedot udara di ruang corong agar air dapat menetes dan menurun, sedangkan serbuk zat yang tidak larut tetap didalam corongnya. Setelah kristal dipisahkan kristal akan direkristalisasi. Rekristalisasi dilakukan untuk mendapatkan kristal yang benar-benar murni. Prinsip dari rekristalisasi yaitu memurnikan zat dari pengotornya berdasarkan pada perbedaan kelarutan, dimana zat yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut tertentu dan dipisahkan dari pengotornya kemudian dikristalkan kembali. Kristal hasil rekristalisasi diuji titik lelehnya. Penentuan titik leleh suatu senyawa murni ditentukan dari pengamatan trayek lelehnya, dimulai saat terjadinya pelelehan (sedikit), transisi padat-cair, sampai seluruh kristal mencair. Hal ini dilakukan terhadap kristal yang diletakkan dalam ujung bawah pipa gelas kapiler, lalu dipanaskan secara merata menggunakan alat melting block perlahan di sekitar kapiler. Cara melting block digunakan karena alat yang sederhana serta pengerjaannya yang lebih mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Prinsip dari alat ini.Semakin murni senyawa tersebut, trayek (range) suhu lelehnya makin sempit, biasanya tidak lebih dari 1 derajat. Adanya zat asing di dalam suatu kisi akan mengganggu struktur kristal keseluruhannya, dan akan memperlemah ikatan-ikatan di dalamnya. Akibatnya titik lelehnya akan lebih rendah dari senyawa murninya, dan trayek lelehnya yang makin lebar.Pada percobaan tidak didapatkan kristal maka rekristalisasi dan titik leleh tidak dapat dilakukan. Menurut Darwis Surbakti (1990), titik leleh dari etil-p-metoksi sinamat adalah 48-49C. Menurut Fahmi R, (1991) dan Heri R,1994, kristal etil p-metoksi sinamat dapat diisolasi dari kunyit dalam jumlah yang relatif besar sekitar 8-10%.Dapat percobaan tidak didapatkan kristal dari etil-p-metoksi sinamat dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya : Metode refluks yang kurang lama, karena pada beberapa jurnal ilmiah dan skripsi isolasi dilakukan dengan waktu yang lebih lama. Semakin lama refluks dilakukan semakin baik pula hasil dari reaksi. Kencur yang digunakan seharusnya berbentuk simplisia serbuk kering agar senyawa etil-p-metoksi sinamat lebih mudah terekstraksi. Tempat tumbuh dan pemanenan yang dilakukan tidak pada waktunya bisa mempengaruhi kandungan senyawa etil-p-metoksi sinamat dalam kencur.

B. HidrolisisEtil p-metoksisinamat memiliki pusat-pusat reaktif yang potensial untuk reaksi kimia, antara lain ikatan rangkap terkonjugasi, cincin aromatik yang diaktifkan oleh gugus metoksi dan gugus fungsi ester. Karenanya dapat dilakukan beberapa reaksi untuk mendapatkan turunannya, antara lain adalah hidrolisis yang menghasilkan asam p-metoksi sinamat.

asam p-metoksi sinamat.Pada percobaan, tidak dilakukan reaksi hidrolisis terhadap etil-p-metoksi sinamat, sebab etil-p-metoksi sinamat yang didapat dari isolasi sangat sedikit sehingga tidak dapat dihitung dan dianggap tidak dihasilkan. Jika dilakukan percobaan, maka hidrolisis dilakukan dengan pelarut methanol dan penambahan katalis basa (NaOH).Hidrolisis etil-p-metoksi sinamat dilakukan dengan NaOH sebagain katalis basa dan alcohol sebagai pelarut. Mekanisme reaksi hidrolisis diinisiasi oleh protonasi pada karbonil oksigen. Protonasi menyebabkan keadaan terpolarisasi pada gugus karbonil melepaskan electron dari karbon sehingga bersifat lebih elektrofilik dana akan menerima penambahan nukleofilik OH (Larson dan Weber, 1994).Mekanisme reaksi hidrolisis dengan katalis basa :

MEKANISME

Reaksi hidrolisis ini dikenal dengan reaksi penyabunan (hidrolisis ester menjadi alkohol dan asam karboksilat dalam keadaan basa), reaksi ini tidak bersifat reversible. Gugus -OH dari NaOH akan menyerang karbon dari karbonil pada Etil p-metoksi sinamat, karena basa yang digunakan adalah basa alkali, maka hasil penyabunan akan berbentuk garam karboksilat (Larson dan Weber, 1994). Garam karboksilat ini akan membentuk asam bebas apabila larutan ini dinetralkan dengan asam, salah satunya penetralan dilakukan dengan penambahan HCl. Asam karboksilat yang terbentuk (Asam p-metoksi sinamat) akan berbentuk kristal karena ketidaklarutan akibat perbedaan kepolaran.Kristal yang terbentuk akan direkristalisasi dan diuji titik lelehnya. Tetapi karena pada percobaan kristal etil p-metoksi sinamat tidak didapatkan maka hidrolisis, rekristalisasi serta pengujian titik leleh tidak dapat dilakukan. Menurut Darwis Surbakti (1990), titik leleh dari asam-p-metoksi sinamat adalah 174C.C. Pembuatan asam sinamatAsam sinamat termasuk senyawa fenol yang dihasilkan dari lintasan asam sikimat dan reaksi berikutnya (Salisbury, 1995). Sintesis asli asam sinamat melibatkan reaksi Perkin, yang merupakan penyebab kondensasi anhidrida asetat dan benzaldehid yang dikatalisis-basa. Rainer Ludwig Claisen (18511930) menggambarkan sintesis ester sinamat melalui reaksi benzaldehid dan ester.

Pembuatan asam sinamat tidak dilakukan pada percobaan sebab tidak adanya bahan dilabolatorium. Menurut litelatur, reaksi dasar dari pembuatan Asam Sinamat adalah reaksi kondensasi. Reaksi kondensasi merupakan reaksi antara dua molekul atau lebih yang bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil seperti air. Asam sinamat dapat disintesis dengan reaksi Knoevenagel, yaitu modifikasi dari kondensasi aldol. Kondensasi aldol adalah reaksi organik antara enol atau ion enolat (senyawa alkena dengan gugus hidroksil yang melekat pada karbon berikatan rangkap) dengan senyawa karbonil. Kondensasi ini adalah adisi nukleofilik senyawa hidrogen aktif ke sebuah gugus karbonil yang diikuti reaksi dehidrasi dengan katalis basa yang menghasilkan alpha atau beta enon terkonjugasi (senyawa terkonjugasi alkena dan keton) (Solomons, 2011).Pada pembuatan asam sinamat, dibuat campuran dari 2 gram benzaldehid, 3 gram asam malonat, 6 ml piridin dan 4 tetes piperidindan dipanaskan. Benzaldehid disini sebagai senyawa karbonil, dan asam malonat sebagai enol. Reaksi dilangsungkan dalam keadaan panas karena karbonil dengan enol memerlukan tambahan energi untuk melakukan reaksi. Selama pemanasan akan terjadi proses dekarboksilasi dengan melepaskan CO2 untuk membentuk Asam Sinamat, dekarboksilasi ini terjadi karena merupakan proses stabilisasi resonansi antara gugus karboksilat pada produk antara. Piridin digunakan karena merupakan basa lemah, jika digunakan basa kuat maka karbanion yang terbentuk bukan pada posisi atom C alfa, tetapi atom C pada gugus karboksilat.Pada percobaan tidak dilakukan pembuatan asam sinamat, maka pengujian titik leleh juga tidak dapat dilakukan. Menurut Darwis Surbakti (1990), titik leleh dari asam sinamat adalah 134C.D. KLTKromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fasa gerak dan fasa diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan (Adnan, 1997). Kromatografi yang digunakan adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi ini merupakan salah satu metode pemisahan yang biasanya menggunakan lempeng gelas atau lapisan tipis alumina, silia gel, atau bahan serbuk lainnya. Metode kromatografi lapis tipis dipilih pada pemisahan karena prosesnya yang mudah dan cepat. Pelat KLT menggunakan bahan indikator fluorescence yang dapat memancarkan warna di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Senyawa yang akan diuji ditotolkan pada pelat KLT, lalu pelat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen dan proses KLT pun dijalankan. Selain berfungsi sebagai analisis kualitatif, KLT juga menyediakan gambaran kuantitatif kromatografik yang disebut nilai Rf ("retardation factor" atau nilai "ratio-to-front") yang diekspresikan sebagai fraksi decimal (Adnan, 1997).Kristal hasil isolasi (Etil p-metoksi sinamat) dan hasil hidrolisis (Asam p-metoksi sinamat) dilarutkan dengan n-heksana lalu ditotolkan. Serta digunakan pembanding Etil p-metoksi sinamat standar dan Asam p-metoksi sinamat. Penggunaan pembanding untuk membandingkan nilai Rf dari hasil isolasi dan hasi hidrolisis dengan Rf standar Selain itu juga untuk menentukan kebenaran hasil sintesis dan hasil isolasi adalah Etil p-metoksi sinamat dan Asam p-metoksi sinamat. Jika nilai Rf jauh maka masih ada pengotor dalam kristal dan bisa jadi kristal yang didapatkan bukan Etil p-metoksi sinamat dan Asam p-metoksi sinamat.Pada percobaan, tidak dilakukan pengujian terhadap hasil isolasi dan hidrolisis sebab tidak didapatkan kristal pada proses isolasi dan tidak dilakukan hidrolisis. Menurut litelatur, etil p-metoksisinamat akan menunjukkan Rf yang paling besar, dilanjutkan dengan Asam p-metoksi sinamat. Bila dilihat dari kepolaran, Asam p-metoksi sinamat lebih polar dibandingkan Etil p-metoksi sinamat. Rf yang semakin kecil menunjukkan senyawa semakin polar, semakin kecil Rf berarti semakin kecil jarak tempuh dan menunjukkan bahwa semakin tertahan oleh Silika Gel yang bersifat polar (Nugraha, dkk. 2012).Selain itu juga seharusnya dilakukan pengujian spectrum UV-VIS dan IR pada Etil p-metoksi sinamat (hasil isolasi) dan Asam p-metoksi sinamat (hasil hidrolisis). Karena tidak ada Kristal hasil isolasi dan hasil hidrolisis yang diperoleh, maka pengujian ini tidak dilakukan. Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190-380) dan sinar tampak (380-780) (Mulja dan Suharman, 1995). Pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi maupun berbentuk silinder dengan ketebalan 10 mm. Sel tersebut adalah sel pengabsorpsi, merupakan sel untuk meletakkan cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah spektral yang diminati. Sebelum sel dipakai dibersihkan dengan air atau dapat dicuci dengan larutan detergen atau asam nitrat panas apabila dikehendaki (Sastrohamidjojo, 2001).Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibel tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Serapan ultraviolet dan visibel dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet atau terlihat sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital yang bersangkutan. Spektrum ultraviolet adalah gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi atau absorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log dari serapan molar, Emax atau log Emax (Sastrohamidjojo, 2001). Spektrofotometri IR merupakan alat untuk merekam spectrum didaerah inframerah yang menyerap berbagai frekuensi radiasi elektromagnetik diwilayah inframerah yang terletak pada panjang gelombang sekitar 400-800nm (Pavia, 2008). Spektrofotometri IR dapat menentukan gugus fungsional, pengenalan senyawa, dan analisa campuran. Kebanyakan gugus, seperti C-H aromatic, C-H alifatik, O-H, C=N, dan C=O, C-O, C=C aromatik, C=C alkena dan gugus lain yang menyebabkan pita absorpsi inframerah yang berbeda hanya sedikit dari satu molekul ke yang lain tergantung pada substituen yang lain (Day dan Underwood, 1990). Hasil pengujian Spektrofotometri IR menurut Septian Alif Nugraha, dkk (2012) sebagai berikut:

Kesimpulan Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa : Kristal etil-p-metoksisinamat yang didapat pada percobaan sangat sedikt sehingga tidak dapat dihitung. Tidak dihasilkan Kristal pada proses isolasi kencur (Kaemferia galanga L.) sehingga percobaan hirdolisis etil-p-metoksisinamat dan pemeriksaan kromatografi tidak dilakukan. Reaksi hirdolisis etil-p-metoksisinamat menghasilkan asam-p-metoksisinamat dengan katalis basa (NaOH). Percobaan pembuatan asam sinamat tidak dilakukan akibat terbatasnya bahn dilabolatorium.

DapusAchmad, A, S. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas TerbukaAdnan, M. (997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta : Andi.Afriastini.J.J. 1990. Bertanam Kencur. Jakarta : Wakarta Penebar Swadaya. Austin. 1984. Industri Proses Kimia, Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.Day A.R dan Underwood, A.L. 1990. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.Depkes, RI, 1995, Farmakope Indonesia, ed. 4. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.Donald, 1980. Teaching strategies : A Guide to Better Instructions. Toronto : D.C Heath and CompanyFahmi R. 1991. Isolasi dan karakterisasi struktur konstituen kimia utama kencur (Kaempferia galanga L.). Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas. Fischer, 1957. Experiment Inorganik Chemistry 3nd edition. Boston : Revised D.C Heath and CompanyGholib, D. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur Terhadap Trichophyton Mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap Pada Kulit dan Penyakit Paru. Bul. Littro. Vol. 20 No. 1, 59 67 Hamida, L. 2007. Seni Tanaman Rempah Kencur. Bandung : CV. Habsa Jaya.Handojo, Lienda. 1995. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Pradya ParamitaHerbert, R. 2009. Minyak Atsiri Rimpang Kencur Karakterisasi Simplisia, Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Secara GC-MS. Skripsi. Fakultas Farmasi. Medan : Universitas Sumatera Utara Press.Hery S, Tanjung M, Sumarsih S, Aminah SM, Hadi S. 1994. Sintesis beberapa deret homolog turunan ester p-metoksisinamat dengan bahan baku Kaempferia galanga L. Surabaya : Lembaga Penelitian Universitas Airlangga.Inayatullah. M. S.1997. Standarisasi Rimpang Kencur dengan Parameter Etil Para Metoksi sinamat. Skripsi Fakultas Farmasi. Surabaya: Universitas Erlangga Press.Jani.1993.Uji Aktifitas Tabir Matahari Senyawa Para Metoksi Transinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga Linn). Skripsi Fakultas Farmasi Surabaya : Universitas SurabayaKhopkar, S.M. 2003. Dasar-dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga.Larson dan Weber. 1994. JURNAL HIDROLISISMulja, M, Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press.Nugraha, Septian, dkk. 2012. Uji Antimikroba Etil P-Metoksi Sinamat Dari Rimpang Kencur Terhadap Bacillus Subtilis. Indonesian Journal of Chemical Science dalam http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs.Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : ErlanggaRostiana, O, dan Effendi, D, S. 2007. Teknologi Unggulan Kencur. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor : Pusat Penelitian Dan Perkebunan. Rudyanto, M, dan Hartanti, L. 2008. Sintesis Beberapa Turunan Asam Sinamat: Pengaruh Gugus yang Terikat pada Cincin Aromatik Terhadap Kereaktifan Benzaldehida. Indo. J. Chem 8 (2), 226- 230.Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2. penerjemah: Lukman DR, Sumaryono. Bandung: ITB Press.Sastroamidjoyo. 1985. JURNAL HIDROLISISSilverstein, R.M, Bassler, G.C. and Terence C.M. 1986. Spectrometric Identification of Organic Compounds. Fourth Edition. New York : Jhon Wiley & Sons.Solomons, T.W.G. dan Fryhle, C.B. 2011. Organic Chemistry, 10th edition. New York : John Wiley & Sons.Stahl. 1985. JURNAL HIDROLISISSurbakti, Darwis. 1990. Isolasi dan Transformasi Etil-p-metoksi sinamat dari Kaemferia Galanga Linn. Bandung : ITB Press.Taufikurohmah. 2008. JURNAL HIDROLISISVogel, 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. edisi kelima. Jakarta: PT. Kalman MediaPustaka