teori skizofrenia

15
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriotaring”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gejala Skizofrenia Gejala yang tampak dari suatu skizofrenia dibagi 5 dimensi yaitu: 1. Simptom positif Simptom positif menggambarkan fungsi normal yang berlebihan dan khas, meliputi waham, halus, disorganisasi pembicaraan dan disorganisasi perilaku seperti katatonia atau agitasi. Simptom positif tidak hanya ditemukan paa penderita skizofrenia tetapi bisa juga didapatkan pada gangguan lainnya misalnya pada gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, depresi psikotik, demensia Alzheimer atau demensia lain maupun pada drug induced psikosis. 2. Simptom negatif Simptom negatif terdiri dari 5 tipe gejala, yaitu: a. Affective Flattening

Upload: bahrun

Post on 23-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEORI SKIZOFRENIA

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriotaring”) yang luas,

serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial

budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari

pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (blunted).

Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap

terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Gejala Skizofrenia

Gejala yang tampak dari suatu skizofrenia dibagi 5 dimensi yaitu:

1. Simptom positif

Simptom positif menggambarkan fungsi normal yang berlebihan dan khas, meliputi

waham, halus, disorganisasi pembicaraan dan disorganisasi perilaku seperti katatonia

atau agitasi. Simptom positif tidak hanya ditemukan paa penderita skizofrenia tetapi

bisa juga didapatkan pada gangguan lainnya misalnya pada gangguan bipolar,

gangguan skizoafektif, depresi psikotik, demensia Alzheimer atau demensia lain

maupun pada drug induced psikosis.

2. Simptom negatif

Simptom negatif terdiri dari 5 tipe gejala, yaitu:

a. Affective Flattening

Ekspresi emosi yang terbatas, dalam rentang dan intensitas

b. Alogia

Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan produksitivitas

c. Avolition

Keterbatasan perilaku dalam menentuka tujuan

d. Anhedonia

Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktivitas yang menyenangkan

dan biasa dilakukan oleh penderita

e. Gangguan Atensi

Suatu gejala dapat dikatan simptom negatig apabila ditemukan adanya penurunan

fungsi normal pada penderita skizofrenia seperti afek tumpul, penarika emosi

(emotional withdrawal) dalam berkomunikasi, raport yang buruk dengan

Page 2: TEORI SKIZOFRENIA

lingkungan sekitarnya, bersikap menjadi lebih pasif dan menarik diri dari

hubungan sosial

Hal lain yang sering tampak dari simptom negatif adalah kesulitan dalam berpikir

abstrak, pikiran yang stereoptik dan kurangnya spontanitas. Perawatan diri dan fungsi sosial

yang menurun juga dapat menjadi tanda dari simptom negatif pada penderita skizofrenia.

Penyebab dari simptom negatif pada skizofrenia dapat terjadi secara primer maupun

sekunder

a. Primer adalah penurunan yang disebabkan perjalanan penyakit skizofrenia itu

sendiri, sehingga memunculkan simptom negatif

b. Sekunder adalah EPS (Extrapyramidal Symptom) yang diakibatkan karena

pemakaian obat antipdikotik, simptom depresi yang muncul pada penderita,

maupun enviromental deprivation (penyingkiran dari lingkungan) yang dialami

ketika seseorang didiagnosis menderita skizofrenia.

3. Simptom Kognitif

Simptom kognitif pada penderita skizofrenia dapat saling tumpang tindih dengan

simptom negatif. Simptom kognitif selain gangguan pikiran dapat juga terjadi

inkoheren, asosiasi longgar, atau neologisme. Gangguan kognitif spesifik yang lain

adalah gangguan atensi dan gangguan pengolahan informasi. Gangguan kognitif yang

paling berat dan paling sering didapatkan pada penderita skizofrenia adalah

Gangguan verbal fluency (kemampuan untuk menghasilkan Pembicaraan yang

spontan)

Gangguan serial learning (urutan peristiwa)

Gangguan dalam vigilance (kewaspadaan)

Gangguan eksekutif (masalah dengan atensi, konsentrasi, prioritas dan perilaku pada

hubungan sosial)

Gangguan kognitif selain pada penderita skizofrenia, dapat juga terjadi pada

penderita autisme demensia post stroke, demensia Alzheimer, demenisa organik.

4. Simptom Agresif dan Hostile

Simptom agresif dan hostilitas pada penderita skizofrenia dapat tumpang

tindih dengan simptom positif. Simptom ini menekankan pada masalah pengendalian

impuls. Hostilitas pada penderita skizofrenia bisa berupa penyerangan secara sisik

atau verbal terhadap orang lain di lingkungan sekitarnya, maupun dalam bentuk fisik

atau kata-kata yang kasar. Termasuk dalam simptom agresif dan hostilitas adalah

Page 3: TEORI SKIZOFRENIA

perilaku yang mencelakakan diri sendiri (suicide), merusak barang orang lain, atau

seksual acting out.

Simptom agresif dan hostile selain didapatkan pada penderita skizofrenia,

dapat juga terjadi pada gangguan bipolar, ADHD, gangguan perilaku, psikosis pada

anak, demensia Alzheimer dan gangguan kepribadian

5. Simptom Depresi dan Anxious

Simptom depresi dan anxious pada penderita skizofrenia sering kali didapatkan

bersamaan dengan simptom lain seperti mood yang terdepresi, mood cemas, rasa

bersalah, tension, iritabilitas, atau kecemasan. Simptom depresi dan anxious tidak

hanya merupakan suatu tanda dari gangguan depresi mayor, tetapi dapat juga terjadi

pada gangguan lain seperti gangguan bipolar, skizofrenia, skizoafektif, depresi dengan

penyebab organik, atau depresi psikotik, gangguan mood dan psikotik yang resisten

dengan pengobatan.

Pedoman Diagnostik

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau

lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

a. Thought Echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun

kualitasnya berbeda; atau

Thought Insertion or Wihdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

dirinya (withdrawal); dan

Thought Broadcasting : isi pikirannya tesiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya

b. Delusion of Control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau

Delusion of Influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau

Delusion of Passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan

tubuh atau anggota gerak atau pikiran, tindakan atau peninderaan khusus);

Delusional Perception : pengalaman inderawi yang tak wajar yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, bersifat biasanya mistik atau mukjizat

c. Halusinasi Auditorik :

Page 4: TEORI SKIZOFRENIA

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

ploitik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya

mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari

dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas :

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan secara terus menerus;

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme;

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-citement) , posisi tubuh

tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor

h. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus

jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi

neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap

larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial

Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan dengan menggunakan kode lima

karakter berikut

F20.x0 Berkelanjutan

Page 5: TEORI SKIZOFRENIA

F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif

F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil

F20.x3 Episodik berulang

F20.x4 Remisi tak sempurna

F20.x5 Remisi sempurna

F20.x8 Lainnya

F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Pedoman Diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia remaja

atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)

Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri

(solitary) namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis

Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan

kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang

khas berikut ini memang benar bertahan :

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta

mennerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan

perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering

disertai cekikikan (giggling) atau perasaan puas sendiri (self-satisfied),

senyum sendiri (self-absorbed-smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty

manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara

bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang

diulang-ulang (reiterated phrases);

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak

menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan

kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran

ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu

Page 6: TEORI SKIZOFRENIA

perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purposes).

Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap

agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang

memahami jalan pikiran pasien.

PROGNOSIS SKIZOFRENIA

a. Ciri-ciri prognosis baik

- Late onset

- Onset akut

- Mempunyai faktor pencetus yang jelas

- Memiliki riwayat pramorbid yang baik dalam sosial, seksual, dan

pekerjaan

- Dijumpai simtom depresi

- Telah menikah

- Memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mood

- Mempunyai sistem support yang baik

- Gambaran klinis adalah simtom positif

b. Ciri-ciri prognosis buruk

- Onset usia muda

- Onset perlahan-lahan dan tidak jelas

- Tidak ada faktor pencetus

- Memiliki riwayat pramorbid yang jelek

- Dijumpai perilaku menarik diri atau autistik

- Belum menikah atau telah bercerai

- Memiliki riwayat keluarga skizofrenia

- Mempunyai sistem support yang buruk

- Gambaran klinis adalah simtom negatif atau simtom neurologi

- Memiliki riwayat trauma masa perinatal

- Tidak ada remisi selama 3 tahun pengobatan

- Terjadi banyak relaps

- Memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya

Page 7: TEORI SKIZOFRENIA

Penanganan non-farmakologi

a. Penanganan Fase Akut

Pengobatan rawat inap diindikasikan apabila pasien memiliki ancaman yang serius untuk

membahayakan diri dan orang lain, tidak mampu menjaga diri dan tetap membutuhkan

pengawasan.

• Manajemen terapi

Tujuan:

- Mencegah menjadi lebih buruk, mengkontrol perilaku kacau, menekan gejala-gejala dan

mengembalikan fungsi ke tingkat yang paling baik.

- Melaksanakan terapi dengan dukungan pasien dan keluarga pasien

- Mendidik pasien (membuat mereka menjadi lebih faham) & keluarga pasien mengenai

penyakitnya

- Menetapkan rencana terapi jangka pendek dan jangka panjang.

• Peran serta psikososial

Tujuan:

- Mengurangi penyakit menjadi lebih parah dengan memberikan contoh, komunikasi yang

jelas dan harapan

- Membantu menyediakan struktur dan lingkungan yang diharapkan

- Membantu agar terbangunnya dukungan dengan hubungan antara pasien dan tim yang

memberikan pengobatan

b. Fase stabilisasi

• Managemen Psikiatri

Tujuan:

- Meminimalkan tekanan yang dialami pasien & memberikan dukungan untuk

meminimalkan terjadinya kekambuhan.

Page 8: TEORI SKIZOFRENIA

- Membimbing pasien untuk dapat hidup beradaptasi dalam lingkungannya

- Membantu untuk mengatasi dengan mengurangi efek samping dan membantu terjadinya

remisi

- Melanjutkan pemberian edukasi pada pasien saat gejala penyakit datang dan hasil dari

terapinya

- Menjelaskan pentingnya minum obat dengan mengedukasi pasien dan keluarganya

mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan bila pengobatan tidak dilanjutkan

• Peran serta psikososial

Psikoedukasi

Memulai peran serta masyarakat

- Terapi dengan peran serta masyarakat

- Rehabilitasi misalnya pelatihan cara bersosialiasi, terapi kognitif dan perilaku

- Pasien membentuk kelompok bagaimana cara untuk membantu diri sendiri secara mandiri,

perkumpulan bagaimana cara memperlakukan diri dan perkumpulan para kerabat

(dibentuk oleh orang tua pasien)

• Terapi individual

Dukungan dan orientasi tilikan

- Pendekatan individual berdasarkan kondisi klinik, mencetak kemampuan dan preference

- Mengikutsertakan keluarga dalam rencana terapi, mencapai tujuan dan pelayanan

- Menyediakan bimbingan, dukungan, petunjuk dan pelatihan untuk membina keluarga

memenuhi peran mereka sebagai caregivers

- Dukungan kelompok untuk keluarga seharusnya dianjurkan

• Terapi kelompok

- Psikoterapi dan dukungan kelompok membantu kelangsungan penyelesaian masalah,

rencana tujuan, interaksi sosial dan efek samping pengobatan

Penatalaksanaan

Farmakoterapi :

1. Antipsikotik tipikal :

Stelazin 5 mg 2 x 1

Page 9: TEORI SKIZOFRENIA

Stelazin merupakan merk dagang dari Trifluoperazine. Termasuk obat anti psikosis

tipikal golongan phenothiazine rantai piferazine.

Mekanisme kerja : memblokade dopamin pada reseptor

Dosis : 5 - 60 mg

2. THP

THP (Trihexyphenidyl) tab 2 mg 0-0-1

Mekanisme Kerja :

• THP menginhibisi impuls eferen dalam saraf parasimpatis yang menginervasi

struktur-struktur seperti otot polos (spasmolytic activity), kelenjar saliva, mata

(midriasis). Pada dosis tinggi dapat terjadi efek langsung terhadap inhibisi pada pusat

motorik otak.

• Selain untuk obat penyakit parkinson, obat ini juga sering digunakan untuk mengobati

efek samping ekstrapiramidal yang terjadi selama penggunaan obat-obatan anti-

psikosis. Obat THP ini menurunkan frekuensi dan durasi dari oculogyric crises serta

menurunkan pergerkan diskinetik (dyskinetic movements) dan kontraksi spastis

(spastic contractions).

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: TEORI SKIZOFRENIA

1. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid

I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010.

2. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.

3. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press.