teori skizofrenia
TRANSCRIPT
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriotaring”) yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial
budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari
pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Gejala Skizofrenia
Gejala yang tampak dari suatu skizofrenia dibagi 5 dimensi yaitu:
1. Simptom positif
Simptom positif menggambarkan fungsi normal yang berlebihan dan khas, meliputi
waham, halus, disorganisasi pembicaraan dan disorganisasi perilaku seperti katatonia
atau agitasi. Simptom positif tidak hanya ditemukan paa penderita skizofrenia tetapi
bisa juga didapatkan pada gangguan lainnya misalnya pada gangguan bipolar,
gangguan skizoafektif, depresi psikotik, demensia Alzheimer atau demensia lain
maupun pada drug induced psikosis.
2. Simptom negatif
Simptom negatif terdiri dari 5 tipe gejala, yaitu:
a. Affective Flattening
Ekspresi emosi yang terbatas, dalam rentang dan intensitas
b. Alogia
Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan produksitivitas
c. Avolition
Keterbatasan perilaku dalam menentuka tujuan
d. Anhedonia
Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktivitas yang menyenangkan
dan biasa dilakukan oleh penderita
e. Gangguan Atensi
Suatu gejala dapat dikatan simptom negatig apabila ditemukan adanya penurunan
fungsi normal pada penderita skizofrenia seperti afek tumpul, penarika emosi
(emotional withdrawal) dalam berkomunikasi, raport yang buruk dengan
lingkungan sekitarnya, bersikap menjadi lebih pasif dan menarik diri dari
hubungan sosial
Hal lain yang sering tampak dari simptom negatif adalah kesulitan dalam berpikir
abstrak, pikiran yang stereoptik dan kurangnya spontanitas. Perawatan diri dan fungsi sosial
yang menurun juga dapat menjadi tanda dari simptom negatif pada penderita skizofrenia.
Penyebab dari simptom negatif pada skizofrenia dapat terjadi secara primer maupun
sekunder
a. Primer adalah penurunan yang disebabkan perjalanan penyakit skizofrenia itu
sendiri, sehingga memunculkan simptom negatif
b. Sekunder adalah EPS (Extrapyramidal Symptom) yang diakibatkan karena
pemakaian obat antipdikotik, simptom depresi yang muncul pada penderita,
maupun enviromental deprivation (penyingkiran dari lingkungan) yang dialami
ketika seseorang didiagnosis menderita skizofrenia.
3. Simptom Kognitif
Simptom kognitif pada penderita skizofrenia dapat saling tumpang tindih dengan
simptom negatif. Simptom kognitif selain gangguan pikiran dapat juga terjadi
inkoheren, asosiasi longgar, atau neologisme. Gangguan kognitif spesifik yang lain
adalah gangguan atensi dan gangguan pengolahan informasi. Gangguan kognitif yang
paling berat dan paling sering didapatkan pada penderita skizofrenia adalah
Gangguan verbal fluency (kemampuan untuk menghasilkan Pembicaraan yang
spontan)
Gangguan serial learning (urutan peristiwa)
Gangguan dalam vigilance (kewaspadaan)
Gangguan eksekutif (masalah dengan atensi, konsentrasi, prioritas dan perilaku pada
hubungan sosial)
Gangguan kognitif selain pada penderita skizofrenia, dapat juga terjadi pada
penderita autisme demensia post stroke, demensia Alzheimer, demenisa organik.
4. Simptom Agresif dan Hostile
Simptom agresif dan hostilitas pada penderita skizofrenia dapat tumpang
tindih dengan simptom positif. Simptom ini menekankan pada masalah pengendalian
impuls. Hostilitas pada penderita skizofrenia bisa berupa penyerangan secara sisik
atau verbal terhadap orang lain di lingkungan sekitarnya, maupun dalam bentuk fisik
atau kata-kata yang kasar. Termasuk dalam simptom agresif dan hostilitas adalah
perilaku yang mencelakakan diri sendiri (suicide), merusak barang orang lain, atau
seksual acting out.
Simptom agresif dan hostile selain didapatkan pada penderita skizofrenia,
dapat juga terjadi pada gangguan bipolar, ADHD, gangguan perilaku, psikosis pada
anak, demensia Alzheimer dan gangguan kepribadian
5. Simptom Depresi dan Anxious
Simptom depresi dan anxious pada penderita skizofrenia sering kali didapatkan
bersamaan dengan simptom lain seperti mood yang terdepresi, mood cemas, rasa
bersalah, tension, iritabilitas, atau kecemasan. Simptom depresi dan anxious tidak
hanya merupakan suatu tanda dari gangguan depresi mayor, tetapi dapat juga terjadi
pada gangguan lain seperti gangguan bipolar, skizofrenia, skizoafektif, depresi dengan
penyebab organik, atau depresi psikotik, gangguan mood dan psikotik yang resisten
dengan pengobatan.
Pedoman Diagnostik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. Thought Echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun
kualitasnya berbeda; atau
Thought Insertion or Wihdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
Thought Broadcasting : isi pikirannya tesiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya
b. Delusion of Control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
Delusion of Influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
Delusion of Passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh atau anggota gerak atau pikiran, tindakan atau peninderaan khusus);
Delusional Perception : pengalaman inderawi yang tak wajar yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, bersifat biasanya mistik atau mukjizat
c. Halusinasi Auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
ploitik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari
dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas :
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan secara terus menerus;
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-citement) , posisi tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor
h. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap
larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial
Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan dengan menggunakan kode lima
karakter berikut
F20.x0 Berkelanjutan
F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
F20.x3 Episodik berulang
F20.x4 Remisi tak sempurna
F20.x5 Remisi sempurna
F20.x8 Lainnya
F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri
(solitary) namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis
Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mennerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering
disertai cekikikan (giggling) atau perasaan puas sendiri (self-satisfied),
senyum sendiri (self-absorbed-smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty
manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara
bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang
diulang-ulang (reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan
kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purposes).
Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap
agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.
PROGNOSIS SKIZOFRENIA
a. Ciri-ciri prognosis baik
- Late onset
- Onset akut
- Mempunyai faktor pencetus yang jelas
- Memiliki riwayat pramorbid yang baik dalam sosial, seksual, dan
pekerjaan
- Dijumpai simtom depresi
- Telah menikah
- Memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mood
- Mempunyai sistem support yang baik
- Gambaran klinis adalah simtom positif
b. Ciri-ciri prognosis buruk
- Onset usia muda
- Onset perlahan-lahan dan tidak jelas
- Tidak ada faktor pencetus
- Memiliki riwayat pramorbid yang jelek
- Dijumpai perilaku menarik diri atau autistik
- Belum menikah atau telah bercerai
- Memiliki riwayat keluarga skizofrenia
- Mempunyai sistem support yang buruk
- Gambaran klinis adalah simtom negatif atau simtom neurologi
- Memiliki riwayat trauma masa perinatal
- Tidak ada remisi selama 3 tahun pengobatan
- Terjadi banyak relaps
- Memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya
Penanganan non-farmakologi
a. Penanganan Fase Akut
Pengobatan rawat inap diindikasikan apabila pasien memiliki ancaman yang serius untuk
membahayakan diri dan orang lain, tidak mampu menjaga diri dan tetap membutuhkan
pengawasan.
• Manajemen terapi
Tujuan:
- Mencegah menjadi lebih buruk, mengkontrol perilaku kacau, menekan gejala-gejala dan
mengembalikan fungsi ke tingkat yang paling baik.
- Melaksanakan terapi dengan dukungan pasien dan keluarga pasien
- Mendidik pasien (membuat mereka menjadi lebih faham) & keluarga pasien mengenai
penyakitnya
- Menetapkan rencana terapi jangka pendek dan jangka panjang.
• Peran serta psikososial
Tujuan:
- Mengurangi penyakit menjadi lebih parah dengan memberikan contoh, komunikasi yang
jelas dan harapan
- Membantu menyediakan struktur dan lingkungan yang diharapkan
- Membantu agar terbangunnya dukungan dengan hubungan antara pasien dan tim yang
memberikan pengobatan
b. Fase stabilisasi
• Managemen Psikiatri
Tujuan:
- Meminimalkan tekanan yang dialami pasien & memberikan dukungan untuk
meminimalkan terjadinya kekambuhan.
- Membimbing pasien untuk dapat hidup beradaptasi dalam lingkungannya
- Membantu untuk mengatasi dengan mengurangi efek samping dan membantu terjadinya
remisi
- Melanjutkan pemberian edukasi pada pasien saat gejala penyakit datang dan hasil dari
terapinya
- Menjelaskan pentingnya minum obat dengan mengedukasi pasien dan keluarganya
mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan bila pengobatan tidak dilanjutkan
• Peran serta psikososial
Psikoedukasi
Memulai peran serta masyarakat
- Terapi dengan peran serta masyarakat
- Rehabilitasi misalnya pelatihan cara bersosialiasi, terapi kognitif dan perilaku
- Pasien membentuk kelompok bagaimana cara untuk membantu diri sendiri secara mandiri,
perkumpulan bagaimana cara memperlakukan diri dan perkumpulan para kerabat
(dibentuk oleh orang tua pasien)
• Terapi individual
Dukungan dan orientasi tilikan
- Pendekatan individual berdasarkan kondisi klinik, mencetak kemampuan dan preference
- Mengikutsertakan keluarga dalam rencana terapi, mencapai tujuan dan pelayanan
- Menyediakan bimbingan, dukungan, petunjuk dan pelatihan untuk membina keluarga
memenuhi peran mereka sebagai caregivers
- Dukungan kelompok untuk keluarga seharusnya dianjurkan
• Terapi kelompok
- Psikoterapi dan dukungan kelompok membantu kelangsungan penyelesaian masalah,
rencana tujuan, interaksi sosial dan efek samping pengobatan
Penatalaksanaan
Farmakoterapi :
1. Antipsikotik tipikal :
Stelazin 5 mg 2 x 1
Stelazin merupakan merk dagang dari Trifluoperazine. Termasuk obat anti psikosis
tipikal golongan phenothiazine rantai piferazine.
Mekanisme kerja : memblokade dopamin pada reseptor
Dosis : 5 - 60 mg
2. THP
THP (Trihexyphenidyl) tab 2 mg 0-0-1
Mekanisme Kerja :
• THP menginhibisi impuls eferen dalam saraf parasimpatis yang menginervasi
struktur-struktur seperti otot polos (spasmolytic activity), kelenjar saliva, mata
(midriasis). Pada dosis tinggi dapat terjadi efek langsung terhadap inhibisi pada pusat
motorik otak.
• Selain untuk obat penyakit parkinson, obat ini juga sering digunakan untuk mengobati
efek samping ekstrapiramidal yang terjadi selama penggunaan obat-obatan anti-
psikosis. Obat THP ini menurunkan frekuensi dan durasi dari oculogyric crises serta
menurunkan pergerkan diskinetik (dyskinetic movements) dan kontraksi spastis
(spastic contractions).
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid
I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010.
2. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
3. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press.