teori konflik menurut bhagawad gita bab 1_i kadek wirawan 1413021011

Upload: wirawannsc

Post on 14-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah Agama Hindu

TRANSCRIPT

  • AGAMA HINDU

    Teori Konflik Menurut Bhagawad Gita

    Oleh:

    I Kadek Wirawan NIM. 1413021011

    KELAS : II A

    JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

    SINGARAJA

    2015

  • Agama Hindu/Bab I Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/IIA Doa Pembuka

    DOA PEMBUKA

    Om Swastyastu,

    Om Bhur Bwah Svah, Tat Savitur Varenyam,

    Bhargo Devasya Dhimahi, Dhiyo Yo Nah Pracodayat.

    Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah.

    Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi,

    Ya Tuhan, Pencipta Ketiga Dunia, Engkaulah sinar yang patut disemah, Hamba memusatkan

    oikiran pada kecemerlangan-Mu, sinarilah Budhi/Pikiran hamba.

    Semoga Pikiran yang baik datang dari segala penjuru.

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A [Prakata] i

    PRAKATA

    Om Swastyastu,

    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa

    karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

    Teori Konflik Menurut Pandangan Bhagawad Gita sesuai dengan waktu yang

    direncanakan.

    Dalam penulisan makalah ini, tentunya tidak sedikit kendala yang penulis alami. Berkat

    bantuan, saran, dan dorongan dari berbagai pihak, kendala-kendala tersebut dapat penulis atasi.

    Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

    telah membantu penyusunan makalah ini.

    Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis

    mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah

    ini bermanfaat.

    Om Santih, Santih, Santih, Om.

    Singaraja, 3 Juni 2015

    Penulis

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A [Daftar Isi] ii

    DAFTAR ISI

    Doa Pembuka

    Prakata ....................................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

    1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

    1.4. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1.Isi secara umum sloka-sloka

    pada bagian akhir bab pertama Kitab Bhagawad Gita .............................. 3

    2.2.Implementasi dari teori konflik

    pada Bhagawad Gita bab pertama pada kehidupan sehari-hari ................ 8

    BAB III PENUTUP

    3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 14

    3.2. Saran .......................................................................................................... 14

    DAFTAR PUSTAKA

    Doa Penutup

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Bhagawad Gita (Pancama Weda) merupakan pedoman umat Hindu dalam berpikir,

    berkata, dan berbuat. Setiap langkah yang diambil umat Hindu dalam kehidupan haruslah

    berdasarkan Dharma yang sudah dituangkang dalam Kitab Bhagawad Gita.

    Bhagawad Gita berisikan percakapan-percakapan yang terjadi antara Awatara Dewa

    Wisnu (Krisna) dengan Arjuna pada cerita Mahabarata. Adapun percakapan pada Bhagawad

    Gita ini, terkandung makna yang sangat mendalam yang kemudian dijadikan pedoman hidup

    umat Hindu.

    Pada Kitab Bhagawad Gita yang merupakan pedoman dalam beraktivitas bagi umat

    Hindu terdapat beberapa bab yang terdiri dari beberapa sloka. Masing-masing bab tersebut

    memiliki arti yang berbeda-beda. Pada bab pertama membahahas mengenai teori konflik

    yang terjadi didalam diri Arjuna karena ia harus berperang melawan keluarga dan gurunya

    untuk menegakkan Dharma.

    Sering dijumpai didalam kehidupan sehari-hari, baik umat Hindu maupun non-Hindu

    sering mengalami keraguan dalam beraktivitas. Keragu-raguan itu timbul karena ada dua

    atau lebih pilihan atau kewajiban yang harus dilakukan, dimana kedua kewajiban tersebut

    sangat bertentangan. Dari semua itu akan muncul dilema dan kebingungan yang sering

    disebut Maha pada ajaran Sad Ripu, untuk mengendalikan kebingungan tersebut agar tidak

    menguasai diri manusia, maka sangat perlu halnya untuk membahas lebih lanjut mengenai

    Bhagawad Gita khususnya pada bab pertama yang berisikan tentang konflik dalam diri

    Arjuna yang disebabkan oleh keragu-raguannya dalam mengambil keputusan saat harus

    berperang melawan keluarga dan gurunya demi menegakkan Dharma.

    Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik membuat makalah yang berjudul Teori

    Konflik Menurut Pandangan Bhagawad Gita untuk membahas lebih lanjut mengenai

    bab pertama bagian akhir dari Kitab Bhagawad Gita

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi

    pokok permasalahan dibuatnya makalah ini, diantaranya :

    1. Apa isi secara umum dari bab pertama bagian akhir Kitab Bhagawad Gita?

    2. Bagaimana implementasi dari teori konflik pada Bhagawad Gita bab pertama pada

    kehidupan sehari-hari?

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 2

    1.3. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan ditulisnya makalah ini, antara lain :

    1. Menjelaskan isi secara umum dari bab pertama bagian akhir Bhagawad Gita.

    2. Menjelaskan implementasi dari teori konflik pada Bhagawad Gita bab pertama pada

    kehidupan sehari-hari.

    1.4. Manfaat Penulisan

    Bagi Penulis

    Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah dapat meningkatkan

    wawasan tentang Bhagawad Gita, khususnya pada bab pertama. Selain itu, penulis juga

    dapat lebih mantap dan dapat menjelaskan lebih mendalam mengenai implementasi dari

    Bhagawad Gita khususnya bab pertama.

    Bagi Pembaca

    Adapun manfaat makalah ini bagi pembaca adalah dapat meningkatkan

    pemahaman mengenai Bhagawad Gita khususnya bab pertama dan mengetahui

    implementasinya. Selain itu, makalah ini juga dapat digunakan sebagai refrensi dalam

    penulisan makalah berikutnya.

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 3

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1. Isi secara umum sloka-sloka pada bagian akhir bab pertama Kitab Bhagawad Gita

    Sloka 25

    bhisma-drona-pramukhatah

    sarvesam ca mahiksitam

    uvaca partha pasyaitan

    samavetan kurun iti

    Terjemahan : Di Hadapan Bhisma, Drona, dan raja-raja dunia lainnya, Sri Krsna bersabda,

    Wahai Paretha, lihatlah para Kuru yang telah berkumpul disini.

    Sloka 26

    tatrapasyat sthitan parthah

    pitrn atha pitamahan

    acaryan matulan bhratrn

    putran pautran sakhims tatha

    Sloka 27

    svasuran suhrdas caiva

    senayor ubhayor api

    Terjemahan : Di sana, di tengah-tengah pasukan kedua belah pihak, Arjuna dapat melihat

    ayah, kakek, para guru, paman dari keluarga ibu, saudara, putra, cucu, kawan, mertua, dan

    orang yang mengharapkan kesejahteraan, semuanya hadir di sana.

    tan samiksya sa kaunteyah

    sarvan bandhun avasthitan

    Sloka 28

    krpaya parayavisto

    visidann idam abravit

    Terjemahan : Melihat mereka semua yang adalah sanak keluarganya, Arjuna tergugah rasaa

    kasih sayang dan kemudian berkata :

    arjuna uvaca

    drstvemam svajanam krsna

    yuyutsum samupasthitam

    Sloka 29

    sidanti mama gatrani

    mukham ca parisusyati

    vepathus ca sarire me

    roma-harsam ca jayate

    Terjemahan : Arjuna berkata, wahai Krsna, setelah melihat semua sanak keluarga hadir disini

    dengan niat untuk bertempur, hamba merasa seluruh anggota badan bergetar, mulut terasa

    kering, seluruh tubuh menjadi gemetar dan bulu roma pada berdiri.

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 4

    Sloka 30

    gandivam sramsate hastat

    tvak caiva paridahyate

    na ca saknomy avasthatum

    bhramativa ca me manah

    Terjemahan : Kulit hamba terasa terbakar dan Gandiwa terjatuh dari tangan hamba. Wahai

    Kesava, hamba juga tidak mampu lagi berdiri, pikiran hamba menjadi kacau.

    Sloka 31

    nimittani ca pasyami

    viparitani kesava

    na ca sreyonuspasyani

    hatva svajanam ahave

    Terjemahan : Wahai Kesava, hamba melihat sebab-sebab smuanya terbalik. Hamba tidak

    melihat adanya kebaikan apapun dengan membunuh para anggota keluarga didalam peperangan

    ini.

    Sloka 32

    na kankse vijayam krsna

    na ca rajyam sukhani ca

    kim no rajyena govinda

    kim bhogair jivitena va

    Terjemahan : Wahai Krsna, hamba tidak menginginkan kemenangan, tidak juga kerajaan,

    ataupun kesenangan. Wahai Govinda, apa gunanya kerajaan, hidup dan kesenangan-

    kesenangan seperti itu untuk kita?

    Sloka 33

    yesam arthe kanksitam no

    rajyam bhogah sukhani ca

    ta imevasthita yuddhe

    pranams tyaktva dhanani ca

    Terjemahan : Demi siapa kita menghasratkan kerajaan, kemewahan dan berbagai kesenangan,

    mereka semua dengan pengorbanan harta dan nyawa kini berdiri disini siap untuk bertempur.

    Sloka 34

    acaryah pitarah putras

    tathaiva ca pitamahah

    matulah svasurah pautrah

    syalah sambandhinas tatha

    Terjemahan : Para guru, bapak-bapak, putra-putra, para kakek, paman-paman, mertua-mertua,

    dan cucu-cucu, ipar-ipar, dan juga para sanak keluarga.

    Sloka 35

    etan na hantum icchami

    ghnatopi madhusudana

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 5

    api trailokya-rajasya

    hetoh kim nu mahikrte

    Terjemahan : Wahai Madhusudana, meskipun dngan imbalan memperoleh kerajaan Triloka,

    hamba tidak akan membunuh mereka walaupun mereka menyerang hendak membunuh hamba.

    Lalu, apa artinya dengan kerajaan di atas muka bumi ini?

    Sloka 36

    nihatya dhartarastran nah

    ka pritih syaj janardana

    papam evasrayed asman

    hatvaitan atatayina

    Terjemahan : Wahai Janardana, kesukaan apa yang akan kita peroleh dengan membunuh putra-

    putra Dhrstaratra? Membasmi para pembunuh ini kita hanya akan mendapatkan dosa-dosa.

    Sloka 37

    tasman narha vayam hantum

    dhartarastran svabandhavan

    svajanam hi katham hatva

    sukhinah syama madhava

    Terjemahan : Oleh karena itu, wahai Madhava, kita tidak pantas membunuh putra-putra

    Dhrstaratra yang adalah sanak keluarga sendiri. Bagaimana mungkin kita bisa menjadi orang

    yang berbahagia dengan membunuh sanak keluarga sendiri?

    Sloka 38

    yady apy ete na pasyanti

    lobhopahata-cetasah

    kula-ksaya-krtam dosam

    mitra-drohe ca patakam

    Sloka 39

    katham na jneyam asmabhih

    papad asman nirvatitum

    kula-ksaya-krtam dosam

    prapasyadbhir janardhana

    Terjemahan : Walaupun orang-orang ini yang pikirannya telah dikuasai oleh kelobaan, tidak

    melihat dosa dalam membunuh keluarga sendiri atau kehancuran dalam bertengkar dengan

    kawan-kawan, wahai Janardhana,

    Sloka 40

    kula-ksaya pranasyanti

    kula-dharmah sanatanah

    dharme naste kulam krtsnam

    adharmobhibhavaty uta

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 6

    Terjemahan : Dengan hancurnya sebuah dinasti, seluruh tradisi keluarga yang kekal

    dihancurkan, dan dengan demikian sisa keluarga akan terlibat dalam kebiasaan yang

    bertentangan dengan Dharma.

    Sloka 41

    adharmabhibavat krsna

    pradusyanti kula-striyah

    strisu dustasu varsneya

    jayate varna-sankarah

    Terjemahan : Wahai Sri Krsna, dengan merajalelanya hal-hal yang bertentangan denagn

    dharma maka kaum wanita dalam keluarga akan menjadi tercemar. Duhai Varsneya..., ketika

    tingkah laku para wanita telah merosot, maka akan lahirlah keturunan yang tidak diinginkan.

    Sloka 42

    sankaro narakayaiva

    kula-ghnanam kulasya ca

    patanti pitaro hy esam

    lupta-pindodaka-kriyah

    Terjemahan : Anak-anak yang tidak diinginkan seperti itu akan membawa para keluarga

    maupun para penghancur keluarga tersebut ke neraka.lenyapnya tradisi mempersembahkan

    makanan dan air kepada leluhur akan mengakibatkan kejatuhan para leluhur.

    Sloka 43

    dosair etaih kula-ghnanam

    varna-sankara-karakaih

    utsadyante jati-dharmah

    kula-dharmas ca sasvatah

    Terjemahan : Akibat dosa-dosa para pengahcur tradisi keluarga yang menyebabkan lahirnya

    anak-abak yang tidak diinginkan, maka tradisi-tradisi keluarga yang suci-kekal dan kegiatan-

    kegiatan yang mensejahterakan keluarga, semuanya menjadi binasa.

    Sloka 44

    utsanna-kula-dharmanam

    manusyanam janardana

    narake niyatam vaso

    bhavatity anususruma

    Terjemahan : Wahai janardana, hamba mendengar bahwa mereka yang tradisi-tradisi suci

    keluarganya telah musnah akan tinggal di neraka dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.

    Sloka 45

    aho bata mahat papam

    kartum vyavasita vayam

    yad rajya-sukha-lobhena

    hantum syajanam udyatah

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 7

    Terjemahan : Aduh betapa menyedihkan bahwa kita (yang mempunyai pengertian baik) sedang

    bersiap-siap untuk melakukan kegiatan yang sangat berdosa, hanya demi kelobaan,

    kenikmatan, dan kesenangan akan kerajaan kita bertekad membunuh keluarga sendiri.

    Sloka 46

    yadi mam apratikaram

    asatram sastra-panayah

    dhartarastra rane hanyus

    tan me ksemataram bhavet

    Terjemahan : Seandainya, bila di medan perang hamba tidak membawa senjata dan melawan,

    lalu putra-putra Dhrstarastra membawa senjata di tangan membunuh hamba, maka kematian

    seperti itu akan lebih baik bagi hamba.

    Sloka 47

    sanjaya uvaca

    evam uktvarjunah sankhye

    rathopastha upavisat

    visrjya sasaram capam

    soka-samvigna-manasah

    Terjemahan : Sanjaya berkata : setelah berkata seperti itu di medan perang. Arjuna meletakkan

    busur dan anak panahnya, lalu terduduk dalam kereta. Pikirannya dipenuhi oleh kesedihan yang

    mendalam.

    Secara umum, Baghawadgita bab pertama (Arjuna Wisada Yoga) membahas tentang

    keraguan Arjuna ketika harus berperang melawan saudara dan keluarganya demi menegakkan

    Dharma. Di satu sisi, ia harus berani berkorban demi menegakkan Dharma, namun di sisi lain,

    ia juga tidak mau berdosa karena harus membunuh keluarganya.

    Keraguan Arjuna didasari atas ajaran Ahimsa (tidak menyakiti dan tidak membunuh),

    Karma Phala, dan Maha Pataka, serta ajaran Vairagya dan Jatidharma yang jelas bertentangan

    dengan konsep perang.

    Ahimsa sebagai salah satu ajaran agama Hindu mengajarkan bahwa manusia tidak boleh

    membunuh maupun menyakiti ciptaan Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), seperti yang

    tercantum dalam Sarasamuscaya sloka 34

    eko dharmmah param creyah ksmaika canticucyate vidyaika parama tustirahisaika

    sukhavaha

    yang menjelaskan bahwa Ahimsa (tidak membunuh, menyakiti, dan kerasukan marah)

    merupakan kebahagiaan yang nyata. Sedangkan ajaran Karma Phala Karma, yakni hasil

    perbuatan (Kemendikbud RI, 2013). Agar dapat mencapai tujan tertinggi agama Hindu yakni

    Moksa, Arjuna haruslah mempunyai karma yang baik. Hal ini pula yang menimbulkan

    pertentangan di hati Arjuna, karena perang (membunuh) merupakan perbuatan yang tidak baik

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 8

    yang tidak sesuai dengan konsep Ahimsa dan Karma Phala. Selain itu, rival atau lawan perang

    Arjuna dalam perang Bharata Yuda adalah keluarga dan Gurunya yang jelas bertentangan

    dengan ajaran Maha Petaka. Selain itu, perang saudara ini juga akan menimbulkan kemerosotan

    moral dan musnahnya tradisi menghormati leluhur yang mengakibatkan lahirnya anak-anak

    yang tidak diinginkan dan musnahnya tradisi yang suci.

    Hal-hal tersebut membuat Arjuna berada dalam dilema yang membuatnya dikuasai

    kebingungan dalam mengambil keputusan. Menurut agama Hindu, kebingungan (moha)

    merupakan bagian dari sad ripu (musuh dalam diri manusia) yang harus dikendalikan.

    Berdasarkan keraguan-keraguan yang timbul dalam diri Arjuna, ia sebagai seorang ksatria

    memohon bimbingan dari Krsna.

    Berdasarkan bahasan diatas, dapat diketahui bahwa Arjuna dalam keraguannya untuk

    mengambil keputusan untuk berperang atau tidak sangat bijaksana dengan mempertimbangkan

    konsekuensi dari perang itu sendiri. Konsekuensi dari perang ini tentu menimbulkan suatu

    dilema yang besar bagi Arjuna, sehingga Arjuna harus meminta bimbingan dari Bhasudeva

    Krsna.

    2.2. Implementasi dari teori konflik pada Bhagawad Gita bab pertama pada kehidupan sehari-

    hari

    Swa Dharma dan Para Dharma

    Swa Dharma adalah sadar akan tugas dan kewajiban masing-masing tergantung dari catur

    warna. Menurut Winawan (2002) Swa Dharma merupakan salah satu jalan mewujudkan

    moksartham dan jagadhita. Misalnya seorang Bupati harus mampu melaksanakan

    tanggungjawabnya sebagai seorang Bupati (varna ksatria). Ia harus berani menegakkan hukum

    yang berlaku secara universal, meskipun orang yang harus ditindak memiliki kekerabatan

    dengannya.

    Sedangkan Para Dharma merupakan tugas atau tanggungjawab tanpa batasan varna, jenis

    kelamin, tingkat umur, dimanapun berada. Lebih lanjutnya Winawan (2002) juga menyebutkan

    bahwa jika melanggar Para Dharma ini, maka dalam hidup seseorang itu akan mengalami

    benturan atau halangan yang akan menyebabkan kesengsaraan.

    Sebagai seorang pemeluk agama Hindu, seseorang tersebut harus menegakkan Dharma

    dalam setiap aktivitasnya. Meskipun harus berkorban nyawa dan harta, Dharma tetap harus

    ditegakkan.

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 9

    Tri Kaya Parisudha

    Kata Tri Kaya Parisudha terdiri dari tiga kata yaitu tri artinya tiga, kaya artinya perilaku,

    parisudha artinya semuanya suci. Sehingga Tri Kaya Parisudha dapat diartikan sebagai perilaku

    yang suci. Adapun bagian-bagian Tri Kaya Parisudha adalah:

    1. Manacika, yaitu berpikir yang suci, baik dan benar

    2. Wacika, yaitu berkata yang suci, baik dan benar

    3. Kayika, yaitu berbuat yang suci, baik dan benar

    Selalu mengingat dan mengamalkan Tri Kaya Prisudha niscaya kerukunan antar umat

    beragama akan senantiasa terjaga oleh umat Hindu.

    Ajaran Agama Hindu yaitu Tri Kaya Parisudha merupakan suatu etika sopan santun dan

    budi pekerti yang luhur, yang berawal dari pikiran, perkataan, dan perbuatan baik yang

    dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghindari adanya rasa kurang menghormati

    harkat dan martabat manusia yang dapat menimbulkan kemarahan dan rasa dendam yang

    berkepanjangan di antara sesama manusia.

    Konflik atau dilema yang dihadapi manusia hendaknya disikapi dan diselsesaikan dengan

    konsep Tri Kaya Parisudha. Jika manusia dapat berpikir yang suci dan jernih, maka niscaya Ida

    Sang Hyang Widhi Wasa akan memberikan rahmatnya sehingga manusia dapat menemukan

    solusi atas konflik yang terjadi sehingga akan timbul ucapan yang suci dan baik pula.

    Berdasarkan ucapapan-ucapan tersebut, maka akan terlaksana perbuatan yang suci pula.

    Karma Phala

    Menurut Kemendikbud RI (2013) Karmaphala adalah hasil perbuatan. Keberadaan

    Karmaphala di dunia ini bersifat kekal abadi. Ada dua jenis karmaphala, yakni sancita

    karmaphala (hasil perbuatan yang dinikmati dalam kehidupan yang sama saat berbuat),

    Parabdha Karmaphala (hasil perbuatan yang belum dapat dinikmati dalam kehidupan yang

    sama saat berbuat), dan Kriyamana Karmaphala (hasil perbuatan dalam kehidupan sebelumnya

    yang dinikmati di kehidupan sesudah kehidupan saat berbuat).

    Meninjau dari ajaran Hindu, yakni karmaphala, seorang dalam mengambil keputusan

    harus memperhatikan ajaran Karmaphala karena keputusan yang diambil pasti akan

    menimbulkan konsekuensi, yakni phala dari karma itu sendiri. Hukum ini berlaku pada semua

    makhluk hidup, lebih-lebih pada kehidupan manusia sebagai makhluk utama tidak perlu

    disangsikan lagi dampak yang akan ditimbulkannya, hanya waktu untuk menerima hasil

    perbuatan berbeda-beda, ada yang cepat dan ada pula yang lambat, dan bahkan bisa pula

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 10

    diterima dalam penjelmaan berikutnya. Berlandaskan pada keyakinan tersebut, dalam

    memupuk kerukunan hidup beragama senantiasa berbuat baik berlandaskan Dharma.

    Ahimsa

    Ahimsa merupakan salah satu ajaran yang dikemukakan oleh Mahatma Ghandi yang

    berarti tidak membunuh, menyakiti,dan tidak menyerang. Ajaran ini berlaku seara universal

    bagi semua umat manusia. Ahimsa parama dharmah yang berarti tidak menyakiti adalah

    kebajikan yang utama atau dharma tertinggi. Hendaknya setiap perjuangan membela kebenaran

    tidak dengan perusakan-perusakan, karena sifat merusak, menjarah, memaksakan, mengancam,

    menteror, membakar dan lain sebagainya sangat bertentangan dengan ahimsa karma

    Keutamaan ahimsa karena nilainya yang begitu tinggi sebagaimana yang diungkapkan dengan

    kalimat-kalimat lainnya sebagai berikut: Ahimsaayah paro dharmah, ahimsaa laksano dharmah,

    ahimsaa parama tapa, ahimsaa parama satya, maksudnya: Ahimsa adalah kebajikan tertinggi,

    perbuatan dharma, pengendalian diri tertinggi dan kebenaran tertinggi). Ahimsa adalah

    perjuangan tanpa kekerasan, termasuk tanpa menentang hukum alam. Jadi ahimsa, mengandung

    pengertian tidak melakukan kekerasan dalam bentuk tidak membunuh makhluk hidup apapun,

    ahimsa juga dimaksudkan tidak melakukan kekerasan agar tidak menyakiti hati orang lain

    sehingga dapat menciptakan kehidupan yang rukun antar umat beragama.

    Catur Petaka

    Catur Pataka adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang menjadi

    sumbernya yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka, Upa Pataka, Maha Pataka dan Ati

    Pataka. Setiap bagian Pataka ini memiliki beberapa pokok-pokok ajaran yaitu:

    1. Pataka terdiri dari:

    a. Brunaha (menggugurkan bayi dalam kandungan),

    b. Purusaghna (menyakiti orang),

    c. Kaniya Cora (mencuri perempuan pingitan),

    d. Agrayajaka (bersuami istri melewati kakak), dan

    e. Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya).

    2. Upa Pataka terdiri dari:

    a. Gowadha (membunuh sapi),

    b. Jawatiwadha (membunuh gadis),

    c. Balawadha (membunuh anak),

    d. Agaradaha (membakar rumah/ merampok).

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 11

    3. Maha Pataka terdiri dari:

    a. Brahmanawadha (membunuh oarang suci/ pendeta),

    b. Surapana (meminim alkohol/ mabuk),

    c. Swarna stya (mencuri emas),

    d. Kanyawighna (memperkosa gadis), dan

    e. Guruwadha (membunuh guru).

    4. Ati Pataka terdiri dari:

    a. Swaputribhajana (memperkosa saudara perempuan),

    b. Matrabhajana (memperkosa ibu),

    c. Linggagrahana (merusak tempat suci).

    Mengambil sebuah keputusan untuk melakukan sesuatu tentunya harus memperhatikan

    konsekuensi dampak dari keputusan tersebut. Catur petaka adalah salah satunya. Jangan sampai

    keputusan yang diambil malah mengakibatkan musibah yang tercantum diatas (Catur Pataka).

    Varnasrama Dharma

    Varnasrama Dharma adalah Dharma dalam tingatan-tingkatan profesi seseorang. Teori

    konflik sebagaimana yang disampaikan diatas terjadi karena dalam membuat keputusan harus

    memperhatikan ajaran Varnasrama Dharma, khususnya Jatidharma. Hal ini merupakana salah

    satu tradisi leluhur yang suci, maka dari itu perlu halnya manusia menjaganya dan tidak

    merusaknya.

    Ajaran Vairagya sebagai jalan mencapai Moksa

    Konflik yang terjadi sebaiknya diatasi dengan keputusan yang sejalan dengan ajaran

    Vairagya agar dapat mencapai tujuan tertinggi agama Hindu, yakni Moksa.

    Tri Hita Karana

    Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kebahagiaan yang dalam hal teori konflik ini

    tentunya tetap harus diperhatikan. Keputusan yang diambil dalam sebuah konflik atau dilema

    tentunya harus menimbang hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia,

    dan manusia dengan lingkungannya.

    Adapun bagian-bagian dari Tri Hita Karana antara lain :

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 12

    1. Parahyangan, dalam hal ini manusia dalam konfliknya (baik dalam diri, maupun dengan

    orang lain) harus tetap menjaga hubungan baik dengan Tuhan dengan menjalankan

    ajaran agama.

    2. Pawongan, dalam hal ini nanusia dalam konflik atau dilemanya tetap harus menjaga dan

    membina hubungan baik dengan sesamanya.

    3. Palemahan, dalam hal ini penyelesaian suatu dilema atau konflik hendaknya juga

    memperhatikan aspek lingkungan yag juga merupakan ciptaan Tuhan.

    Secara keseluruhan Tri Hita Karana merupakan tiga unsur keseimbangan hubungan

    manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan

    alam lingkungannya yang dapat mendatangkan kesejahteraan, kerukunan dan kebahagiaan bagi

    kehidupan manusia. Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan karena merupakan

    penyebab, dimana satu dengan yang lainnya selalu berjalan secara bersamaan dalam kehidupan

    manusia. Manusia senantiasa ingat akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa,

    senantiasa taqwa kepada Tuhan, senantiasa mohon keselamatan dan senantiasa pula tidak lupa

    memohon ampun atas segala kesalahan yang diperbuat baik kesalahan dalam berpikir, berkata

    maupun kesalahan dalam perbuatan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

    Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain atau berhubungan sesama manusia

    dengan mengembangkan sikap saling asah, saling asih dan saling asuh sehingga tercipta

    kerukunan hidup yang selaras, serasi dan seimbang sesuai.

    Manusia senantiasa berhubungan dengan alam lingkungannya dengan maksud untuk

    melestarikannya demi tercapainya kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari

    untuk mewujudkan kebahagiaan yang kekal baik di dunia maupun di akhirat kemudian hari.

    Merusak alam lingkungan sama artinya merusak kehidupan manusia itu sendiri karena segala

    kebutuhan manusia terdapat dalam lingkungan alam itu sendiri, baik binatang maupun tumbuh-

    tumbuhan dan segala sesuatu yang terpendam di dalam alam semesta sebagai ciptaan Tuhan

    Yang Maha Esa.

    Tat Twam Asi

    Tat Twam Asi merupan ajaran Hindu yang memandang kesamaan derajat manusia. Twam

    Asi dalam kehidupan sehari-hari sehingga kerukunan dapat terwujud. Jika ajaran Tat Twam Asi

    ini diterapkan dengan baik, maka dalam penyelesaian konflik akan mencapai sebuah

    kerukunan.

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 13

    Lemahnya implementasi Bhagawad Gita bab pertama ini dapat tercermin dalam

    kehidupan sehari-hari, salah satu kasus yang dapat dibahas dengan bhagawad gita bab pertama

    ini adalah kasus KKN. KKN khususnya nepotisme harus dihentikan. Seorang pemegang jabatan

    tidak boleh ragu dalam mengambil keputusan menegakkan kebenaran meskipun yang akan

    disanksikan adalah keluarganya sendiri. Keputusan yang salah akan menyebabkan merosotnya

    moral dan melunturnya nilai Dharma. Apabila terdapat sebuah keraguan dalam diri seorang

    tersebut maka hendaknya orang tersebut mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa (Ida

    Sang Hyang Widhi Wasa), layaknya yang dilakukan Arjuna ketika merasa dilema besar saat Sri

    Krsna memberikan konsep perang padanya.

    Seorang kepala sekolah tidak boleh membiarkan guru (bawahannya) tidak hadir di

    sekolah sesukanya meskipun guru tersebut adalah keluarganya. Begitupula seorang yang

    melihat terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan Dharma sebagai kewajiban (Para Dharma)

    umat Hindu harus berani meluruskan dan menegakkan Dharma kembali.

    Salah satu contoh penerapan teori konflik ini adalah kasus hukum mati duo bali nine.

    Presiden Joko Widodo dalam menentukan jadi-tidaknya eksekusi duo bali nine ini sangat

    berhati-hati dan mempertimbangkan beberapa aspek. Mengingat penegakan Hukum adalah

    kewajiban dari warga negara apalagi statusnya sebagai seorang pemimpin negara (Presiden),

    Joko Widodo harus berani mengambil keputusan eksekusi bali nine harus benar-benar

    dilakukan, namun disisi lain, Australia sebagai negara asal dua terpidana mati duo bali nine

    meminta agar warganya tidak dieksekusi. Bahkan dalam usahanya melindungi warga

    negaranya, Australia sempat mengancam akan mencabut dubesnya di Indonesia dan menarik

    bantuan untuk RI seperti yang ditulis Muhaimin dalam surat kabar online Sindonews (2015).

    Presiden sebagai kepala negara harus menjalankan kewajibannya menjaga perdamaian

    dan diplomasi dengan negara lain dalam keputusan-keputusannya.

    Eksekusi mati tahanan duo bali nine tentunya dapat dikatakan sebagai contoh konflik

    yang dialami Presiden Joko Widodo karena harus menegakkan hukum sebagai simbol dari

    kebenaran dan juga harus tetap menjaga hubungan yang harmonis dengan negara lain.

    Pengimplementasian teori konflik ini dalam kehidupan sehari-hari sangat penting halnya.

    Sebelum memutuskan dan melakukan sesuatu, layaknya dipikir dahulu dari berbagai sudut

    pandang dan perlu bimbingan dan pencerahan serta ketenangan hati untuk mendapat keputusan

    yang baik.

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A 14

    BAB III PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan diatas, penulis dapat simpulkan beberapa hal, sebagai berikut :

    Secara umum, bab pertama Bhagawad Gita membahas tentang teori konflik yang

    terjadi ketika Arjuna diberi konsep perang oleh Krsna, sedangkan konsep tersebut

    dinilai bertentangan dengan ajaran Agama Hindu.

    Pengimplementasian teori konflik mengajarkan manusia lebih bijaksana dan tenang

    dalam mengambil keputusan dengan mempertimbangkan berbagai ajaran, seperti :

    a. Swa Dharma dan Para Dharma

    b. Tri Kaya Parisudha

    c. Karma Phala

    d. Ahimsa

    e. Catur Pataka

    f. Varnasrama Dharma (Jati Dharma dan Dharma)

    g. Vairagya

    h. Tri Hita Karana

    i. Tat Twam Asi

    3.2. Saran

    Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, penulis dapat menyarankan beberapa

    hal, sebagai berikut :

    Bhagawad Gita sebagai Pancama Veda atau Veda kelima khususnya dalam hal ini pada

    bab pertama hendaknya tidak hanya dibaca dan dipahami, tetapi juga diimplementasikan

    dalam kehidupan sehari-hari agar tercapai tujuan tertinggi Agama Hindu, yakni Moksa.

    Sebagai penganut Agama Hindu khususnya, layaknya dalam mengambil keputusan

    selalu dalam pikiran yang tenang dan mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan

    tersebut.

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A Daftar Pustaka

    DAFTAR PUSTAKA

    Darmayasa. 2014. Bhagavad-gita (Nyanyian Tuhan). Denpasar: Yayasan Dharma Sthapanam

    Kadjeng, I. N. 1997. SARASAMUSCCAYA. Jakarta: Paramitha Surabaya

    Kemendikbud RI. 2013. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti/Kementerian Pendidikan

    dan Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    Muhaimin. 2014. Eksekusi Mati, Uji Nyali RI Melawan Tekanan Dunia. Dalam

    http://international.sindonews.com/read/994940/45/eksekusi-mati-uji-nyali-ri-melawan-

    tekanan-dunia-1430216417. Diakses pada 2 Juni 2015

    Winawan, I. W. W. 2002. MATERI SUBSTANSI KAJIAN MATA KULIAH PENGEMBANGAN

    KEPRIBADIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.

  • Agama Hindu/Bab 1 Bhagawad Gita/I Kadek Wirawan/II A Doa Penutup

    DOA PENUTUP

    Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha

    Om Santih, Santih, Santih Om

    Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan

    maha gaib.

    Ya Tuhan, anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.