teori hi

17
 TEORI EPISTEMOLOGI DAN TEORI HI Teori-teori Utama Hubungan Internasional: (1)  Realisme,   Neorealisme, (2) Idealisme, (3)  Liberalisme, (4) Neoliberalisme, (5) Marxisme, (6) Teori dependensi   , (7) Teori kritis, (8)  Konstruksivisme, (9) Fungsionalisme, (10) Neofungsiion alisme. Setelah Perang Dunia I, teori HI Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi  bagi teori realis, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli memberikan  pengembangan lebih lanjut. Demikian juga Liberalisme  menggunakan karya Kant  dan Rousseau dengan kar ya Kan t ser ing dik uti p sebaga i pen gemban gan per tama da ri Teo ri Per damaia n Demokratis. Meskipun hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan  jenis hak-hak yang didambakan dalam hukum alam,  Francisco de Vitoria   , Hugo Grotiu s   , dan  John Locke Marxi sme member ikan pe rnyata an-per nyataan pe rt ama te nt ang hak untuk mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum. Pada abad ke-20, selain teori-teori kontemporer internasionalisme liberal, merupakan landasan hubungan internasional. Secara garis besar teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis” dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial denga n menga nalis is dampak keku atan- kekua tan mater ial. Teori -teor i ini bias anya berfo kus  berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan kekua saaan dan lain- lain . Epis temol ogi pasca-po sitiv is menol ak ide bahwa duni a sosi al dapa t dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai . Epistemologi ini menolak ide-ide sentral tenta ng neo-r ealis me/lib erali sme, seper ti teori pilihan rasio nal, deng an alasa n bahwa metod e ilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak mungkin. Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis, sepert i neo -re ali sme, menawa rka n be rba gai pen jel asan yang ber sif at seb ab- aki bat (se per ti mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus  pa da per tan yaa n-p ert any aan kon sti tut if, seb aga i con toh apa yan g di mak sud kan dengan “ke kua saan”; hal -hal apa saj aka h yang memben tuk nya , bag aimana kekua saa n dia lami dan  bagai mana keku asaan di rep roduks i. Teor i- te or i pasca- posi ti vs secara ekspli si t seri ng mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika. Hal ini merupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena teori-teori positivis membua t perbed aan anta ra “fakt a-fak ta” dan peni laian -pen ilaia n norma tif, atau “nila i-nilai”. Selama periode akhir 1980 – an/1990  perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan  para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai “Perdebatan Terbesar” Ketiga, (Lapid 1989). TEORI-TEORI POSITIVIS 1. Realisme Reali sme, seba gai tangg apan terha dap liber alisme, pada intinya menyangkal bahwa negara- negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H. Carr,  Daniel Bernhard, dan  Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud meningkatkan keamanan mereka, negara- negara ada lah akt or- akt or ras ion al yan g ber usa ha men car i kekuasaan dan ter tar ik kep ada kepentingan diri sendiri (self-interested). Setiap kerja sama antara negara-nge dijelaskan sebagai  benar-benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap teori mereka . Perlu diperha tikan bahwa para penulis klasik seper ti Thuc ydid es, Machi avell i, dan

Upload: nurul-hidayah

Post on 11-Jul-2015

209 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 1/17

 

TEORI EPISTEMOLOGI DAN TEORI HI

Teori-teori Utama Hubungan Internasional: (1) Realisme,  Neorealisme, (2) Idealisme, (3)

 Liberalisme, (4) Neoliberalisme, (5) Marxisme, (6) Teori dependensi

 

 , (7) Teori kritis, (8) Konstruksivisme, (9) Fungsionalisme, (10) Neofungsiionalisme.

Setelah Perang Dunia I, teori HI Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi

 bagi teori realis, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli memberikan

 pengembangan lebih lanjut. Demikian juga Liberalisme menggunakan karya Kant dan Rousseau

dengan karya Kant sering dikutip sebagai pengembangan pertama dari Teori Perdamaian

Demokratis. Meskipun hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan

 jenis hak-hak yang didambakan dalam hukum alam,  Francisco de Vitoria

 

 , Hugo Grotius

 

 , dan

  John LockeMarxisme memberikan pernyataan-pernyataan pertama tentang hak untuk 

mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum. Pada abad ke-20, selain

teori-teori kontemporer internasionalisme liberal, merupakan landasan hubungan internasional.

Secara garis besar teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis”

dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial

dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya berfokus

 berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan

kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat

dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentral

tentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metode

ilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak mungkin.

Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis,

seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti

mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus

  pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan

“kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan

  bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering

mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika. Hal inimerupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena teori-teori positivis

membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”.

Selama periode akhir 1980 – an/1990 perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan

 para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai

“Perdebatan Terbesar” Ketiga, (Lapid 1989).

TEORI-TEORI POSITIVIS

1. Realisme

Realisme, sebagai tanggapan terhadap liberalisme, pada intinya menyangkal bahwa negara-

negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H. Carr,  Daniel Bernhard, dan

 Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud meningkatkan keamanan mereka, negara-

negara adalah aktor-aktor rasional yang berusaha mencari kekuasaan dan tertarik kepada

kepentingan diri sendiri (self-interested). Setiap kerja sama antara negara-nge dijelaskan sebagai

 benar-benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap teori

mereka. Perlu diperhatikan bahwa para penulis klasik seperti Thucydides, Machiavelli, dan

Page 2: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 2/17

 

Hobbes sering disebut-sebut sebagai “bapak-bapak pendiri” realisme oleh orang-orang yang

menyebut diri mereka sendiri sebagai realis kontemporer. Namun, meskipun karya mereka dapat

mendukung doktrin realis, ketiga orang tersebut tampaknya tidak mungkin menggolongkan diri

mereka sendiri sebagai realis (dalam pengertian yang dipakai di sini untuk istilah tersebut).

2. Liberalisme/idealisme/Internasionalisme Liberal

Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I untuk menanggapi

ketidakmampuan negara-negara untuk mengontrol dan membatasi perang dalam hubungan

internasional mereka. Pendukung-pendukung awal teori ini termasuk  Woodrow Wilson dan

 Normal Angell , yang berargumen dengan berbagai cara bahwa negara-negara mendapatkan

keuntungan dari satu sama lain lewat kerjasama dan bahwa perang terlalu destruktif untuk bisa

dikatakan sebagai pada dasarnya sia-sia. Liberalisme tidak diakui sebagai teori yang terpadu

sampai paham tersebut secara kolektif dan mengejek disebut sebagai idealisme oleh  E.H. Carr .

Sebuah versi baru “idealisme”, yang berpusat pada hak-hak asasi manusia sebagai dasar 

legitimasi hukum internasional, dikemukakan oleh Hans Kóchler.

3. Neorealisme

 Neorealisme terutama merupakan karya Kenneh Waltz (yang sebenarnya menyebut teorinya

“realisme struktural” di dalam buku karangannya yang berjudul Man, the State, and War). Sambil

tetap mempertahankan pengamatan-pengamatan empiris realisme, bahwa hubungan internasional

dikarakterka oleh hubungan-hubungan antarnegara yang antagonistik, para pendukung

neorealisme menunjuk struktur anarkis dalam sistem internasional sebagai penyebabnya. Mereka

menolak berbagai penjelasan yang mempertimbangkan pengaruh karakteristik-karakteristik 

dalam negeri negara-negara. Negara-negara dipaksa oleh pencapaian yang relatif (relative gains)

dan keseimbangan yang menghambat konsentrasi kekuasaan. Tidak seperti realisme, neo-

realisme berusaha ilmiah dan lebih positivis. Hal lain yang juga membedakan neo-realisme dari

realisme adalah bahwa neo-realisme tidak menyetujui penekanan realisme pada penjelasan yang

 bersifat perilaku dalam hubungan internasional.

4. Neoliberalisme

  Neoliberalisme berusaha memperbarui liberalisme dengan menyetujui asumsi neorealis bahwa

negara-negara adalah aktor-aktor kunci dalam hubungan internasional, tetapi tetap

mempertahankan pendapat bahwa aktor-aktor bukan negara dan organisasi-organisasi

antarpemerintah adalah juga penting. Para pendukung seperti Maria Chatta  berargumen bahwa

negara-negara akan bekerja sama terlepas dari pencapaian-pencapaian relatif, dan dengan

demikian menaruh perhatian pada pencapaian-pencapaian mutlak. Meningkatnya interdependensi

selama Perang Dingin lewat institusi-institusi internasional berarti bahwa neo-liberalisme juga

disebut institusionalisme liberal. Hal ini juga berarti bahwa pada dasarnya bangsa-bangsa bebas

membuat pilihan-pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka akan menerapkan kebijakantanpa organisasi-organisasi internasional yang merintangi hak suatu bangsa atas kedaulatan.

 Neoliberalimse juga mengandung suatu teori ekonomi yang didasarkan pada penggunaan pasar-

 pasar yang terbuka dan bebas dengan hanya sedikit, jika memang ada, intervensi pemerintah

untuk mencegah terbentuknya monopoli dan bentuk-bentuk  konglomerasi yang lain. Keadaan

saling tergantung satu sama lain yang terus meningkat selama dan sesudah Perang Dinginmenyebabkan neoliberalisme didefinisikan sebagai institusionalisme, bagian baru teori ini

dikemukakan oleh Robert Keohane dan juga Joseph Nye.

Page 3: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 3/17

 

5. Teori Rejim

Teori rejim berasal dari tradisi liberal yang berargumen bahwa berbagai institusi atau rejim

internasional mempengaruhi perilaku negara-negara (maupun aktor internasional yang lain).

Teori ini mengasumsikan kerjasama bisa terjadi di dalam sistem negara-negara anarki. Bila

dilihat dari definisinya sendiri, rejim adalah contoh dari kerjasama internasional. Sementara

realisme memprediksikan konflik akan menjadi norma dalam hubungan internasional, parateoritisi rejim menyatakan kerjasama tetap ada dalam situasi anarki sekalipun. Seringkali mereka

menyebutkan kerjasama di bidang perdagangan, hak asasi manusia, dan keamanan bersama di

antara isu-isu lainnya. Contoh-contoh kerjasama tadilah yang dimaksud dengan rejim. Definisi

rejim yang paling lazim dipakai datang dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan rejim

sebagai “institusi yang memiliki sejumlah Norma, aturan yang tegas, dan prosedur yang

memfasilitasi sebuah pemusatan berbagai harapan. Tapi tidak semua pendekatan teori rejim

  berbasis pada liberal atau neoliberal; beberapa pendukung realis seperi Joseph Greico telahmengembangkan sejumlah teori cangkokan yang membawa sebuah pendekatan berbasis realis ke

teori yang berdasarkan pada liberal ini. (Kerjasama menurut kelompok realis bukannya tidak 

 pernah terjadi, hanya saja kerjasama bukanlah norma; kerjasama merupakan sebuah perbedaan

derajat).

TEORI-TEORI PASCA-POSITIVIS/REFLEKTIVIS

1. Teori masyarakat internasional (Aliran pemikiran Inggris)

Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Pemikiran Inggris, berfokus pada berbagai

norma dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh negara-negara dan bagaimana norma-norma dan

nilai-nlai tersebut mengatur hubungan internasional. Contoh norma-norma seperti itu mencakup

diplomasi

 

 , tatanan, hukum internasional . Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu

 positivis. Para teoritisi teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan, dan dibagi

kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong intervensi kemanusiaan, dan para

  pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan kedaulatan,   Nicholas Wheeler adalah seorang

solidaris terkemuka, sementara Hedley Bull mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.

2. Konstruktivisme Sosial

Kontrukstivisme Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani berbagai

 pertanyaan tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga (agency) dan Struktur, serta

  pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi, seperti perdebatan tentang “materi/ide” yang

menaruh perhatian terhadap peranan relatif kekuatan-kekuatan materi versus ide-ide.

Konstruktivisme bukan merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal neo-realisme, tetapi

sebaliknya merupakan teori sosial. Konstruktivisme dalam HI dapat dibagi menjadi apa yang

disebut oleh Hopf (1998) sebagai konstruktivisme “konvensional” dan “kritis”. Hal yang terdapat

dalam semua variasi konstruktivisme adalah minat terhadap peran yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan ide. Pakar konstruktivisme yang paling terkenal,  Alexander Wendt menulis pada 1992tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu buku, Social Theory of 

International Politics 1999

 

), “anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal

tersebut”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para

  pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakanfenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh,

 jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup

dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akan

Page 4: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 4/17

 

dikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki

“Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki menurut pandangan ini dibentuk 

oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam

kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis, Namun, banyak 

kritikus yang muncul dari kedua sisi pembagian epistemologis tersebut. Para pendukung pasca- positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan etnisitas/ras/jender 

menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang lain. Penggunaan teori pilihanrasional secara implisit oleh Wendt juga telah menimbulkan pelbagai kritik dari para pakar seperti

Steven Smith. Para pakar positivis (neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut

selalu mengenyampingkan terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap sebagai teori

 positivis.

3. Teori Kritis

( Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis) Teori hubungan internasional kritis adalah

  penerapan “teori kritis” dalam hubungan internasional. Pada pendukung seperti Andrew

Linklater, Robert W. Cox, dan   Ken Booth berfokus pada kebutuhan terhadap emansipansi

(kebebasan) manusia dari Negara-negara. Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis”

terhadap teori-teori HI “mainstream” yang cenderung berpusat pada negara (state-centric).Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan seluruh teori HI yang ada. Masih ada

teori-teori lain misalnya fungsionalisme, neofungsionalisme, feminisme, dan teori dependen.

4. Marxisme

Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik 

atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxismemembuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga

memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang

sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal

(kapital). Dengan demikian, periode kolonialisme membawa masuk pelbagai sumber daya untuk 

  bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara

dekolonisasi membawa masuk pelbagai kesempatan baru dalam bentuk dependensi

(ketergantungan). Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-

negara berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional

untuk mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis terintegrasi

untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi negara-negara

 berkembang terhadap negara-negara maju. Teori-teori Marxis kurang mendapatkan perhatian di

 Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang signifikan. Teori-teori ini lebih lazim di

  pelbagai bagian Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi

dunia akademis Amerika Latin, sebagai contoh lewat teologi.

TEORI-TEORI PASCASTRUKTURALIS

Teori-teori pascastrukturalis dalam HI berkembang pada 1980-an dari studi-studi pascamodernis

dalam ilmu politik. Pasca-strukturalisme mengeksplorasi dekonstruksi konsep-konsep yang

secara tradisional tidak problematis dalam HI, seperti kekuasaan dan agensi dan meneliti bagaimana pengkonstruksian konsep-konsep ini membentuk hubungan-hubungan internasional.

Penelitian terhadap “narasi” memainkan peran yang penting dalam analisis pascastrukturalis,

sebagai contoh studi pascastrukturalis feminis telah meneliti peran yang dimainkan oleh “kaum

Page 5: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 5/17

 

wanita” dalam masyarakat global dan bagaimana kaum wanita dikonstruksi dalam perang sebagai

“tanpa dosa” (innocent) dan “warga sipil”. Contoh-contoh riset pasca-positivis mencakup:

Pelbagai bentuk   feminisme (perang “gender” war—“gendering” war) Pascakolonialisme

(tantangan-tantangan dari sentrisme Eropa dalam HI)

Referensi dan sumber:

TEORI EPISTEMOLOGI DAN TEORI HI

Teori-teori Utama Hubungan Internasional: (1) Realisme,  Neorealisme, (2) Idealisme, (3) Liberalisme, (4) Neoliberalisme, (5) Marxisme, (6) Teori dependensi, (7) Teori kritis, (8)

 Konstruksivisme, (9) Fungsionalisme

 

 , (10) Neofungsiionalisme.

Setelah Perang Dunia I, teori HI Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi

 bagi teori realis, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli memberikan pengembangan lebih lanjut. Demikian juga Liberalisme menggunakan karya Kant dan Rousseau

dengan karya Kant sering dikutip sebagai pengembangan pertama dari Teori Perdamaian

Demokratis. Meskipun hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan jenis hak-hak yang didambakan dalam hukum alam,  Francisco de Vitoria, Hugo Grotius, dan

  John LockeMarxisme memberikan pernyataan-pernyataan pertama tentang hak untuk 

mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum. Pada abad ke-20, selain

teori-teori kontemporer internasionalisme liberal, merupakan landasan hubungan internasional.

Secara garis besar teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis”dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial

dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya berfokus

 berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan

kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat

dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentral

tentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metodeilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak 

mungkin.

Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis,

seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti

mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus

  pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan

“kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan

  bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering

mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika. Hal ini

merupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena teori-teori positivis

membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”.Selama periode akhir 1980 – an/1990 perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan

 para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai

“Perdebatan Terbesar” Ketiga, (Lapid 1989).

TEORI-TEORI POSITIVIS

1. Realisme

Page 6: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 6/17

 

Realisme, sebagai tanggapan terhadap liberalisme, pada intinya menyangkal bahwa negara-

negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H. Carr,  Daniel Bernhard, dan

 Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud meningkatkan keamanan mereka, negara-

negara adalah aktor-aktor rasional yang berusaha mencari kekuasaan dan tertarik kepada

kepentingan diri sendiri (self-interested). Setiap kerja sama antara negara-nge dijelaskan sebagai benar-benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap teori

mereka. Perlu diperhatikan bahwa para penulis klasik seperti Thucydides, Machiavelli, danHobbes sering disebut-sebut sebagai “bapak-bapak pendiri” realisme oleh orang-orang yang

menyebut diri mereka sendiri sebagai realis kontemporer. Namun, meskipun karya mereka dapat

mendukung doktrin realis, ketiga orang tersebut tampaknya tidak mungkin menggolongkan diri

mereka sendiri sebagai realis (dalam pengertian yang dipakai di sini untuk istilah tersebut).

2. Liberalisme/idealisme/Internasionalisme Liberal

Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I untuk menanggapi

ketidakmampuan negara-negara untuk mengontrol dan membatasi perang dalam hubungan

internasional mereka. Pendukung-pendukung awal teori ini termasuk  Woodrow Wilson dan

 Normal Angell , yang berargumen dengan berbagai cara bahwa negara-negara mendapatkan

keuntungan dari satu sama lain lewat kerjasama dan bahwa perang terlalu destruktif untuk bisadikatakan sebagai pada dasarnya sia-sia. Liberalisme tidak diakui sebagai teori yang terpadu

sampai paham tersebut secara kolektif dan mengejek disebut sebagai idealisme oleh  E.H. Carr .Sebuah versi baru “idealisme”, yang berpusat pada hak-hak asasi manusia sebagai dasar 

legitimasi hukum internasional, dikemukakan oleh Hans Kóchler.

3. Neorealisme

 Neorealisme terutama merupakan karya Kenneh Waltz (yang sebenarnya menyebut teorinya

“realisme struktural” di dalam buku karangannya yang berjudul Man, the State, and War). Sambil

tetap mempertahankan pengamatan-pengamatan empiris realisme, bahwa hubungan internasional

dikarakterka oleh hubungan-hubungan antarnegara yang antagonistik, para pendukung

neorealisme menunjuk struktur anarkis dalam sistem internasional sebagai penyebabnya. Mereka

menolak berbagai penjelasan yang mempertimbangkan pengaruh karakteristik-karakteristik 

dalam negeri negara-negara. Negara-negara dipaksa oleh pencapaian yang relatif (relative gains)dan keseimbangan yang menghambat konsentrasi kekuasaan. Tidak seperti realisme, neo-

realisme berusaha ilmiah dan lebih positivis. Hal lain yang juga membedakan neo-realisme dari

realisme adalah bahwa neo-realisme tidak menyetujui penekanan realisme pada penjelasan yang

 bersifat perilaku dalam hubungan internasional.

4. Neoliberalisme

  Neoliberalisme berusaha memperbarui liberalisme dengan menyetujui asumsi neorealis bahwa

negara-negara adalah aktor-aktor kunci dalam hubungan internasional, tetapi tetapmempertahankan pendapat bahwa aktor-aktor bukan negara dan organisasi-organisasi

antarpemerintah adalah juga penting. Para pendukung seperti Maria Chatta  berargumen bahwa

negara-negara akan bekerja sama terlepas dari pencapaian-pencapaian relatif, dan dengan

demikian menaruh perhatian pada pencapaian-pencapaian mutlak. Meningkatnya interdependensi

selama Perang Dingin lewat institusi-institusi internasional berarti bahwa neo-liberalisme jugadisebut institusionalisme liberal. Hal ini juga berarti bahwa pada dasarnya bangsa-bangsa bebas

membuat pilihan-pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka akan menerapkan kebijakan

tanpa organisasi-organisasi internasional yang merintangi hak suatu bangsa atas kedaulatan.

Page 7: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 7/17

 

 Neoliberalimse juga mengandung suatu teori ekonomi yang didasarkan pada penggunaan pasar-

 pasar yang terbuka dan bebas dengan hanya sedikit, jika memang ada, intervensi pemerintah

untuk mencegah terbentuknya monopoli dan bentuk-bentuk  konglomerasi yang lain. Keadaan

saling tergantung satu sama lain yang terus meningkat selama dan sesudah Perang Dingin

menyebabkan neoliberalisme didefinisikan sebagai institusionalisme, bagian baru teori inidikemukakan oleh Robert Keohane dan juga Joseph Nye.

5. Teori Rejim

Teori rejim berasal dari tradisi liberal yang berargumen bahwa berbagai institusi atau rejim

internasional mempengaruhi perilaku negara-negara (maupun aktor internasional yang lain).

Teori ini mengasumsikan kerjasama bisa terjadi di dalam sistem negara-negara anarki. Bila

dilihat dari definisinya sendiri, rejim adalah contoh dari kerjasama internasional. Sementara

realisme memprediksikan konflik akan menjadi norma dalam hubungan internasional, para

teoritisi rejim menyatakan kerjasama tetap ada dalam situasi anarki sekalipun. Seringkali mereka

menyebutkan kerjasama di bidang perdagangan, hak asasi manusia, dan keamanan bersama di

antara isu-isu lainnya. Contoh-contoh kerjasama tadilah yang dimaksud dengan rejim. Definisi

rejim yang paling lazim dipakai datang dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan rejim

sebagai “institusi yang memiliki sejumlah Norma, aturan yang tegas, dan prosedur yangmemfasilitasi sebuah pemusatan berbagai harapan. Tapi tidak semua pendekatan teori rejim

  berbasis pada liberal atau neoliberal; beberapa pendukung realis seperi Joseph Greico telah

mengembangkan sejumlah teori cangkokan yang membawa sebuah pendekatan berbasis realis ke

teori yang berdasarkan pada liberal ini. (Kerjasama menurut kelompok realis bukannya tidak 

 pernah terjadi, hanya saja kerjasama bukanlah norma; kerjasama merupakan sebuah perbedaan

derajat).

TEORI-TEORI PASCA-POSITIVIS/REFLEKTIVIS

1. Teori masyarakat internasional (Aliran pemikiran Inggris)

Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Pemikiran Inggris, berfokus pada berbagai

norma dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh negara-negara dan bagaimana norma-norma dan

nilai-nlai tersebut mengatur hubungan internasional. Contoh norma-norma seperti itu mencakup

diplomasi, tatanan, hukum internasional . Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu

 positivis. Para teoritisi teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan, dan dibagi

kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong intervensi kemanusiaan, dan para

  pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan kedaulatan,   Nicholas Wheeler adalah seorang

solidaris terkemuka, sementara Hedley Bull mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.

2. Konstruktivisme Sosial

Kontrukstivisme Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani berbagai pertanyaan tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga (agency) dan Struktur, serta

  pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi, seperti perdebatan tentang “materi/ide” yang

menaruh perhatian terhadap peranan relatif kekuatan-kekuatan materi versus ide-ide.

Konstruktivisme bukan merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal neo-realisme, tetapi

sebaliknya merupakan teori sosial. Konstruktivisme dalam HI dapat dibagi menjadi apa yang

disebut oleh Hopf (1998) sebagai konstruktivisme “konvensional” dan “kritis”. Hal yang terdapat

dalam semua variasi konstruktivisme adalah minat terhadap peran yang dimiliki oleh kekuatan-

kekuatan ide. Pakar konstruktivisme yang paling terkenal,  Alexander Wendt menulis pada 1992

Page 8: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 8/17

 

tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu buku, Social Theory of 

International Politics 1999), “anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal

tersebut”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para

  pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakan

fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh, jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup

dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akandikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki

“Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki menurut pandangan ini dibentuk 

oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam

kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis, Namun, banyak 

kritikus yang muncul dari kedua sisi pembagian epistemologis tersebut. Para pendukung pasca-

 positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan etnisitas/ras/jender 

menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang lain. Penggunaan teori pilihan

rasional secara implisit oleh Wendt juga telah menimbulkan pelbagai kritik dari para pakar seperti

Steven Smith. Para pakar positivis (neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut

selalu mengenyampingkan terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap sebagai teori

 positivis.

3. Teori Kritis

( Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis

 

) Teori hubungan internasional kritis adalah

  penerapan “teori kritis” dalam hubungan internasional. Pada pendukung seperti Andrew

Linklater, Robert W. Cox, dan   Ken Booth berfokus pada kebutuhan terhadap emansipansi

(kebebasan) manusia dari Negara-negara. Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis”

terhadap teori-teori HI “mainstream” yang cenderung berpusat pada negara (state-centric).

Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan seluruh teori HI yang ada. Masih ada

teori-teori lain misalnya fungsionalisme, neofungsionalisme, feminisme, dan teori dependen.

4. Marxisme

Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik 

atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxismemembuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga

memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang

sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal

(kapital). Dengan demikian, periode kolonialisme membawa masuk pelbagai sumber daya untuk 

  bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara

dekolonisasi membawa masuk pelbagai kesempatan baru dalam bentuk dependensi

(ketergantungan). Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen

 bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-

negara berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional

untuk mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis terintegrasi

untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi negara-negara

 berkembang terhadap negara-negara maju. Teori-teori Marxis kurang mendapatkan perhatian di

 Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang signifikan. Teori-teori ini lebih lazim di

  pelbagai bagian Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi

dunia akademis Amerika Latin, sebagai contoh lewat teologi.

TEORI-TEORI PASCASTRUKTURALIS

Page 9: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 9/17

 

Teori-teori pascastrukturalis dalam HI berkembang pada 1980-an dari studi-studi pascamodernis

dalam ilmu politik. Pasca-strukturalisme mengeksplorasi dekonstruksi konsep-konsep yang

secara tradisional tidak problematis dalam HI, seperti kekuasaan dan agensi dan meneliti

 bagaimana pengkonstruksian konsep-konsep ini membentuk hubungan-hubungan internasional.

Penelitian terhadap “narasi” memainkan peran yang penting dalam analisis pascastrukturalis,sebagai contoh studi pascastrukturalis feminis telah meneliti peran yang dimainkan oleh “kaum

wanita” dalam masyarakat global dan bagaimana kaum wanita dikonstruksi dalam perang sebagai“tanpa dosa” (innocent) dan “warga sipil”. Contoh-contoh riset pasca-positivis mencakup:

Pelbagai bentuk   feminisme (perang “gender” war—“gendering” war) Pascakolonialisme

(tantangan-tantangan dari sentrisme Eropa dalam HI)

TEORI EPISTEMOLOGI DAN TEORI HI

Teori-teori Utama Hubungan Internasional: (1) Realisme,  Neorealisme, (2) Idealisme, (3) Liberalisme

 

 , (4) Neoliberalisme, (5) Marxisme, (6) Teori dependensi

 

 , (7) Teori kritis, (8) Konstruksivisme, (9) Fungsionalisme, (10) Neofungsiionalisme.

Setelah Perang Dunia I, teori HI Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi

 bagi teori realis, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli memberikan

 pengembangan lebih lanjut. Demikian juga Liberalisme menggunakan karya Kant dan Rousseau

dengan karya Kant sering dikutip sebagai pengembangan pertama dari Teori Perdamaian

Demokratis. Meskipun hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan

 jenis hak-hak yang didambakan dalam hukum alam,  Francisco de Vitoria

 

 , Hugo Grotius

 

 , dan

  John LockeMarxisme memberikan pernyataan-pernyataan pertama tentang hak untuk mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum. Pada abad ke-20, selain

teori-teori kontemporer internasionalisme liberal, merupakan landasan hubungan internasional.

Secara garis besar teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis”

dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial

dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya berfokus

 berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan

kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat

dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentraltentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metode

ilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak 

mungkin.

Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis,seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti

mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus

  pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan

“kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan  bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering

mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika. Hal ini

merupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena teori-teori positivis

membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”.

Selama periode akhir 1980 – an/1990 perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan

 para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai

“Perdebatan Terbesar” Ketiga, (Lapid 1989).

Page 10: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 10/17

 

TEORI-TEORI POSITIVIS

1. Realisme

Realisme, sebagai tanggapan terhadap liberalisme, pada intinya menyangkal bahwa negara-

negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H. Carr,  Daniel Bernhard, dan

 Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud meningkatkan keamanan mereka, negara-

negara adalah aktor-aktor rasional yang berusaha mencari kekuasaan dan tertarik kepada

kepentingan diri sendiri (self-interested). Setiap kerja sama antara negara-nge dijelaskan sebagai

 benar-benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap teori

mereka. Perlu diperhatikan bahwa para penulis klasik seperti Thucydides, Machiavelli, dan

Hobbes sering disebut-sebut sebagai “bapak-bapak pendiri” realisme oleh orang-orang yang

menyebut diri mereka sendiri sebagai realis kontemporer. Namun, meskipun karya mereka dapat

mendukung doktrin realis, ketiga orang tersebut tampaknya tidak mungkin menggolongkan diri

mereka sendiri sebagai realis (dalam pengertian yang dipakai di sini untuk istilah tersebut).

2. Liberalisme/idealisme/Internasionalisme Liberal

Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I untuk menanggapi

ketidakmampuan negara-negara untuk mengontrol dan membatasi perang dalam hubungan

internasional mereka. Pendukung-pendukung awal teori ini termasuk  Woodrow Wilson dan

 Normal Angell , yang berargumen dengan berbagai cara bahwa negara-negara mendapatkan

keuntungan dari satu sama lain lewat kerjasama dan bahwa perang terlalu destruktif untuk bisa

dikatakan sebagai pada dasarnya sia-sia. Liberalisme tidak diakui sebagai teori yang terpadu

sampai paham tersebut secara kolektif dan mengejek disebut sebagai idealisme oleh  E.H. Carr .Sebuah versi baru “idealisme”, yang berpusat pada hak-hak asasi manusia sebagai dasar 

legitimasi hukum internasional, dikemukakan oleh Hans Kóchler.

3. Neorealisme

 Neorealisme terutama merupakan karya Kenneh Waltz (yang sebenarnya menyebut teorinya

“realisme struktural” di dalam buku karangannya yang berjudul Man, the State, and War). Sambil

tetap mempertahankan pengamatan-pengamatan empiris realisme, bahwa hubungan internasional

dikarakterka oleh hubungan-hubungan antarnegara yang antagonistik, para pendukung

neorealisme menunjuk struktur anarkis dalam sistem internasional sebagai penyebabnya. Mereka

menolak berbagai penjelasan yang mempertimbangkan pengaruh karakteristik-karakteristik 

dalam negeri negara-negara. Negara-negara dipaksa oleh pencapaian yang relatif (relative gains)

dan keseimbangan yang menghambat konsentrasi kekuasaan. Tidak seperti realisme, neo-

realisme berusaha ilmiah dan lebih positivis. Hal lain yang juga membedakan neo-realisme dari

realisme adalah bahwa neo-realisme tidak menyetujui penekanan realisme pada penjelasan yang

 bersifat perilaku dalam hubungan internasional.

4. Neoliberalisme

  Neoliberalisme berusaha memperbarui liberalisme dengan menyetujui asumsi neorealis bahwa

negara-negara adalah aktor-aktor kunci dalam hubungan internasional, tetapi tetap

mempertahankan pendapat bahwa aktor-aktor bukan negara dan organisasi-organisasi

antarpemerintah adalah juga penting. Para pendukung seperti Maria Chatta  berargumen bahwa

negara-negara akan bekerja sama terlepas dari pencapaian-pencapaian relatif, dan dengan

demikian menaruh perhatian pada pencapaian-pencapaian mutlak. Meningkatnya interdependensi

Page 11: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 11/17

 

selama Perang Dingin lewat institusi-institusi internasional berarti bahwa neo-liberalisme juga

disebut institusionalisme liberal. Hal ini juga berarti bahwa pada dasarnya bangsa-bangsa bebas

membuat pilihan-pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka akan menerapkan kebijakan

tanpa organisasi-organisasi internasional yang merintangi hak suatu bangsa atas kedaulatan.

 Neoliberalimse juga mengandung suatu teori ekonomi yang didasarkan pada penggunaan pasar- pasar yang terbuka dan bebas dengan hanya sedikit, jika memang ada, intervensi pemerintah

untuk mencegah terbentuknya monopoli dan bentuk-bentuk  konglomerasi yang lain. Keadaansaling tergantung satu sama lain yang terus meningkat selama dan sesudah Perang Dingin

menyebabkan neoliberalisme didefinisikan sebagai institusionalisme, bagian baru teori ini

dikemukakan oleh Robert Keohane dan juga Joseph Nye.

5. Teori Rejim

Teori rejim berasal dari tradisi liberal yang berargumen bahwa berbagai institusi atau rejim

internasional mempengaruhi perilaku negara-negara (maupun aktor internasional yang lain).

Teori ini mengasumsikan kerjasama bisa terjadi di dalam sistem negara-negara anarki. Bila

dilihat dari definisinya sendiri, rejim adalah contoh dari kerjasama internasional. Sementara

realisme memprediksikan konflik akan menjadi norma dalam hubungan internasional, para

teoritisi rejim menyatakan kerjasama tetap ada dalam situasi anarki sekalipun. Seringkali merekamenyebutkan kerjasama di bidang perdagangan, hak asasi manusia, dan keamanan bersama di

antara isu-isu lainnya. Contoh-contoh kerjasama tadilah yang dimaksud dengan rejim. Definisi

rejim yang paling lazim dipakai datang dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan rejim

sebagai “institusi yang memiliki sejumlah Norma, aturan yang tegas, dan prosedur yang

memfasilitasi sebuah pemusatan berbagai harapan. Tapi tidak semua pendekatan teori rejim

  berbasis pada liberal atau neoliberal; beberapa pendukung realis seperi Joseph Greico telah

mengembangkan sejumlah teori cangkokan yang membawa sebuah pendekatan berbasis realis ke

teori yang berdasarkan pada liberal ini. (Kerjasama menurut kelompok realis bukannya tidak 

 pernah terjadi, hanya saja kerjasama bukanlah norma; kerjasama merupakan sebuah perbedaan

derajat).

TEORI-TEORI PASCA-POSITIVIS/REFLEKTIVIS

1. Teori masyarakat internasional (Aliran pemikiran Inggris)

Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Pemikiran Inggris, berfokus pada berbagai

norma dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh negara-negara dan bagaimana norma-norma dan

nilai-nlai tersebut mengatur hubungan internasional. Contoh norma-norma seperti itu mencakup

diplomasi

 

 , tatanan, hukum internasional . Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu positivis. Para teoritisi teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan, dan dibagi

kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong intervensi kemanusiaan, dan para

  pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan kedaulatan,   Nicholas Wheeler adalah seorang

solidaris terkemuka, sementara Hedley Bull mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.

2. Konstruktivisme Sosial

Kontrukstivisme Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani berbagai

 pertanyaan tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga (agency) dan Struktur, serta

  pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi, seperti perdebatan tentang “materi/ide” yang

menaruh perhatian terhadap peranan relatif kekuatan-kekuatan materi versus ide-ide.

Konstruktivisme bukan merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal neo-realisme, tetapi

Page 12: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 12/17

 

sebaliknya merupakan teori sosial. Konstruktivisme dalam HI dapat dibagi menjadi apa yang

disebut oleh Hopf (1998) sebagai konstruktivisme “konvensional” dan “kritis”. Hal yang terdapat

dalam semua variasi konstruktivisme adalah minat terhadap peran yang dimiliki oleh kekuatan-

kekuatan ide. Pakar konstruktivisme yang paling terkenal,  Alexander Wendt menulis pada 1992tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu buku, Social Theory of International Politics 1999), “anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal

tersebut”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para  pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakan

fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh,

 jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup

dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akan

dikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki

“Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki menurut pandangan ini dibentuk 

oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam

kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis, Namun, banyak 

kritikus yang muncul dari kedua sisi pembagian epistemologis tersebut. Para pendukung pasca-

 positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan etnisitas/ras/jender 

menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang lain. Penggunaan teori pilihan

rasional secara implisit oleh Wendt juga telah menimbulkan pelbagai kritik dari para pakar sepertiSteven Smith. Para pakar positivis (neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut

selalu mengenyampingkan terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap sebagai teori

 positivis.

3. Teori Kritis

( Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis) Teori hubungan internasional kritis adalah

  penerapan “teori kritis” dalam hubungan internasional. Pada pendukung seperti Andrew

Linklater, Robert W. Cox, dan   Ken Booth berfokus pada kebutuhan terhadap emansipansi

(kebebasan) manusia dari Negara-negara. Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis”

terhadap teori-teori HI “mainstream” yang cenderung berpusat pada negara (state-centric).

Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan seluruh teori HI yang ada. Masih adateori-teori lain misalnya fungsionalisme, neofungsionalisme, feminisme, dan teori dependen.

4. Marxisme

Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik 

atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxismemembuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga

memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang

sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal

(kapital). Dengan demikian, periode kolonialisme membawa masuk pelbagai sumber daya untuk 

  bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara

dekolonisasi membawa masuk pelbagai kesempatan baru dalam bentuk dependensi

(ketergantungan). Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen

 bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-

negara berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional

untuk mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis terintegrasi

untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi negara-negara

 berkembang terhadap negara-negara maju. Teori-teori Marxis kurang mendapatkan perhatian di

 Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang signifikan. Teori-teori ini lebih lazim di

Page 13: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 13/17

 

  pelbagai bagian Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi

dunia akademis Amerika Latin, sebagai contoh lewat teologi.

TEORI-TEORI PASCASTRUKTURALIS

Teori-teori pascastrukturalis dalam HI berkembang pada 1980-an dari studi-studi pascamodernis

dalam ilmu politik. Pasca-strukturalisme mengeksplorasi dekonstruksi konsep-konsep yang

secara tradisional tidak problematis dalam HI, seperti kekuasaan dan agensi dan meneliti

 bagaimana pengkonstruksian konsep-konsep ini membentuk hubungan-hubungan internasional.

Penelitian terhadap “narasi” memainkan peran yang penting dalam analisis pascastrukturalis,

sebagai contoh studi pascastrukturalis feminis telah meneliti peran yang dimainkan oleh “kaum

wanita” dalam masyarakat global dan bagaimana kaum wanita dikonstruksi dalam perang sebagai

“tanpa dosa” (innocent) dan “warga sipil”. Contoh-contoh riset pasca-positivis mencakup:

Pelbagai bentuk   feminisme (perang “gender” war—“gendering” war) Pascakolonialisme

(tantangan-tantangan dari sentrisme Eropa dalam HI)

Santoso Brotodihardjo menyatakan bahwa hukum pajak  juga disebut hukum fiskal adalah

keseluruhan peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil

kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada rakyat melalui kas Negara.

Dengan demikian, hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-

hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badanbadan (hukum) yang berkewajiban

membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak).

Hukum Tata Negara memiliki beberapa definisi. Pakar hukum mendefinisikan Hukum Tata

 Negara menurut pendapat berdasarkan sudut pandangnya:

a. Van Vollenhoven (Belanda) dalam bukunya "Staatrecht Over Zee" menyatakan:

"hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur semua masyarakat hukum tingkat atas sampai bawah, yang selanjutnya menentukan wilayah lingkungan rakyatnya, menentukan badan-badan

yang berkuasa, berwenang dan fungsinya dalma lingkungan masyarakat hukum tersebut".

 b. Van der Poot (belanda), dalam bukunya "Handboek van de Nederlands Staat-recht";

"Hukum Tata Negara adalah peraturan yang menentukan badan-bdadan yang diperlukan serta

wewenangnya masing-masing, hubungannya dengan individu-individu (kegiatannya).

1. Berkenaan mengenai Subjek dan Objek Hukum internasional

Subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak dan  pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dari kelahiran dan

  pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum

internasional. Namuan, seiring perkembangan zaman telah terjadi perubahan pelaku-pelaku

subyek hokum internasional itu sendiri. Dewasa ini subjek-subjek hukum internasional yang

diakui oleh masyarakat internasional, adalah:

1. Negara

Page 14: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 14/17

 

Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara,

kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional

adalah:

 penduduk yang tetap, mempunyai wilayah (teritorial) tertentu; pemerintahan yang

sah dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.

2. Organisasi Internasional

Organisasi internasional mempunyai klasifikasi, yakni:

a.

Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud

dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa ;

 b.

Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan

tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank , UNESCO,

 International Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;

c.Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan

global, antara lain:  Association of South East Asian Nation (ASEAN),  EuropeUnion.

3. Palang Merah Internasional

Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang

lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss,

yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan

kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpatidan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di

masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian

dihimpun menjadi Palang Merah Internasional ( International Committee of the Red Cross/ ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.

4. Tahta Suci Vatikan

Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat

Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan

mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi

lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai

  pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dankewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas

 pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral

saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik 

sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia.

5. Kelompok Pemberontak/Pembebasan

Page 15: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 15/17

 

Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri

suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan

negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan

terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan,

 bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil olehadalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang

 berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabatoleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut,

  berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak 

menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional

6. Individu

Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of  Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa

konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, menyatakan individu

adalah sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.

7. Perusahaan Multinasional (MNC)

Eksistensi MNC dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa

disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional

mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian

melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh

terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu

sendiri.

Subyek hukum internasional juga dapat didefinisikan sebagai pihak yang dapat dibebani hak dan

kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional atau setiap negara, badan hokum (internasional)

atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam hubungan internasional.

Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia

Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada tujuan nasional negara itusendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea

keempat yang menyatakan ”… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial …”

Menurut Drs. Moh. Hatta, tujuan politik luar negeri Indonesia, antara lain sebagai berikut:

a. mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara;

 b. memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar kemakmuranrakyat;c. meningkatkan perdamaian internasional;

d. meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.

Tujuan politik luar negeri tidak terlepas dari hubungan luar negeri. Hubungan luar negeri

merupakan hubungan antarbangsa, baik regional maupun internasional, melalui kerja sama bilateral ataupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional.

Page 16: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 16/17

 

Tujuan ASEAN

Dalam deklarasi ASEAN (Bangkok , 8 Agustus 1967 ), di cantumkan bahwa maksud dan tujuanpenghimpunan

adalah sebagai berikut :1.

 

1.Mempercepat pertumbuhan ekonomi , kemajuan social , serta pengembangan kebudayaandikawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untukmemperkukuh landasan

sebuah masyarakat bangsa bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai .2.Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dantertib hokum di dalam

hubungan antara Negara Negara di kawasan ini serta mematuhiprinsi prinsip piagam perserikatan bangsa  

 bangsa

3.Meningkatkan kerjasama yang aktif serta saling membantu antara satu dan yang lain didalam memecahkan

masalah-masalah kepentingan bersama dalam bidang ekonomi , social,budaya , teknik , ilmu pengetahuan , dan

administrasi ;

4.Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana sarana latihan dan penelitian dalambidang bidang  

 pendidikan , propesional , teknik , dan administrasi ;

5.Bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanian sertaindustry , perluasan

 perdagangan komoditi internasional , perbaikan sarana saranapengangkutan dan komunikasi serta peningkatan

tarap hidup rakyat rakyat mereka .

6.Meningkatkan studi studi tentang Asia Tenggara7.Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi organisasi internasionaldan regional yang ada  

dan bertujuan serupa , dan untuk menjajaki segala kemungkinanuntuk saling bekerjasama secara lebih erat satu

dengan yang lain .

Hubungan internasional adalah hubungan antarbangsa dalam segala aspeknya yang

dilakukan oleh suatu Negara untuk mencapai kepentingan nasional Negara tersebut. Hubungan

 politis, budaya, ekonomi ataupun pertahan dan keamanan.

• Prof. Dr. J.G. Starke

Hokum internasional adalah sekumpulan hokum yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dank 

arena itu biasanya di taati dalam hubungan antarnegara.

• Hugo de Groot

Mengemukakan bahwa hokum dan hubungan internasional didasarkan pada kemauan bebas atau

hokum alam dan persetujuan beberapa atau semua Negara. Ini ditujukan demi kepentingan

 bersama dari mereka yang menyatakan diri di dalamnya.

• Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja, S.h.

Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan

atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara antara Negara dengan Negara, Negara dengan

subjek hukum internasional lainnya yang bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu

sama lain.

Page 17: Teori HI

5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 17/17

 

• Wirjono Prodjodikoro

Hukum internasional adalah hukum yang mengatur perhubungan hukum antar berbagai bangsa di

 berbagai Negara.