teori hi
TRANSCRIPT
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 1/17
TEORI EPISTEMOLOGI DAN TEORI HI
Teori-teori Utama Hubungan Internasional: (1) Realisme, Neorealisme, (2) Idealisme, (3)
Liberalisme, (4) Neoliberalisme, (5) Marxisme, (6) Teori dependensi
, (7) Teori kritis, (8) Konstruksivisme, (9) Fungsionalisme, (10) Neofungsiionalisme.
Setelah Perang Dunia I, teori HI Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi
bagi teori realis, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli memberikan
pengembangan lebih lanjut. Demikian juga Liberalisme menggunakan karya Kant dan Rousseau
dengan karya Kant sering dikutip sebagai pengembangan pertama dari Teori Perdamaian
Demokratis. Meskipun hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan
jenis hak-hak yang didambakan dalam hukum alam, Francisco de Vitoria
, Hugo Grotius
, dan
John LockeMarxisme memberikan pernyataan-pernyataan pertama tentang hak untuk
mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum. Pada abad ke-20, selain
teori-teori kontemporer internasionalisme liberal, merupakan landasan hubungan internasional.
Secara garis besar teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis”
dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial
dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya berfokus
berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan
kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat
dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentral
tentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metode
ilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak mungkin.
Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis,
seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti
mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus
pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan
“kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan
bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering
mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika. Hal inimerupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena teori-teori positivis
membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”.
Selama periode akhir 1980 – an/1990 perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan
para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai
“Perdebatan Terbesar” Ketiga, (Lapid 1989).
TEORI-TEORI POSITIVIS
1. Realisme
Realisme, sebagai tanggapan terhadap liberalisme, pada intinya menyangkal bahwa negara-
negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H. Carr, Daniel Bernhard, dan
Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud meningkatkan keamanan mereka, negara-
negara adalah aktor-aktor rasional yang berusaha mencari kekuasaan dan tertarik kepada
kepentingan diri sendiri (self-interested). Setiap kerja sama antara negara-nge dijelaskan sebagai
benar-benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap teori
mereka. Perlu diperhatikan bahwa para penulis klasik seperti Thucydides, Machiavelli, dan
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 2/17
Hobbes sering disebut-sebut sebagai “bapak-bapak pendiri” realisme oleh orang-orang yang
menyebut diri mereka sendiri sebagai realis kontemporer. Namun, meskipun karya mereka dapat
mendukung doktrin realis, ketiga orang tersebut tampaknya tidak mungkin menggolongkan diri
mereka sendiri sebagai realis (dalam pengertian yang dipakai di sini untuk istilah tersebut).
2. Liberalisme/idealisme/Internasionalisme Liberal
Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I untuk menanggapi
ketidakmampuan negara-negara untuk mengontrol dan membatasi perang dalam hubungan
internasional mereka. Pendukung-pendukung awal teori ini termasuk Woodrow Wilson dan
Normal Angell , yang berargumen dengan berbagai cara bahwa negara-negara mendapatkan
keuntungan dari satu sama lain lewat kerjasama dan bahwa perang terlalu destruktif untuk bisa
dikatakan sebagai pada dasarnya sia-sia. Liberalisme tidak diakui sebagai teori yang terpadu
sampai paham tersebut secara kolektif dan mengejek disebut sebagai idealisme oleh E.H. Carr .
Sebuah versi baru “idealisme”, yang berpusat pada hak-hak asasi manusia sebagai dasar
legitimasi hukum internasional, dikemukakan oleh Hans Kóchler.
3. Neorealisme
Neorealisme terutama merupakan karya Kenneh Waltz (yang sebenarnya menyebut teorinya
“realisme struktural” di dalam buku karangannya yang berjudul Man, the State, and War). Sambil
tetap mempertahankan pengamatan-pengamatan empiris realisme, bahwa hubungan internasional
dikarakterka oleh hubungan-hubungan antarnegara yang antagonistik, para pendukung
neorealisme menunjuk struktur anarkis dalam sistem internasional sebagai penyebabnya. Mereka
menolak berbagai penjelasan yang mempertimbangkan pengaruh karakteristik-karakteristik
dalam negeri negara-negara. Negara-negara dipaksa oleh pencapaian yang relatif (relative gains)
dan keseimbangan yang menghambat konsentrasi kekuasaan. Tidak seperti realisme, neo-
realisme berusaha ilmiah dan lebih positivis. Hal lain yang juga membedakan neo-realisme dari
realisme adalah bahwa neo-realisme tidak menyetujui penekanan realisme pada penjelasan yang
bersifat perilaku dalam hubungan internasional.
4. Neoliberalisme
Neoliberalisme berusaha memperbarui liberalisme dengan menyetujui asumsi neorealis bahwa
negara-negara adalah aktor-aktor kunci dalam hubungan internasional, tetapi tetap
mempertahankan pendapat bahwa aktor-aktor bukan negara dan organisasi-organisasi
antarpemerintah adalah juga penting. Para pendukung seperti Maria Chatta berargumen bahwa
negara-negara akan bekerja sama terlepas dari pencapaian-pencapaian relatif, dan dengan
demikian menaruh perhatian pada pencapaian-pencapaian mutlak. Meningkatnya interdependensi
selama Perang Dingin lewat institusi-institusi internasional berarti bahwa neo-liberalisme juga
disebut institusionalisme liberal. Hal ini juga berarti bahwa pada dasarnya bangsa-bangsa bebas
membuat pilihan-pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka akan menerapkan kebijakantanpa organisasi-organisasi internasional yang merintangi hak suatu bangsa atas kedaulatan.
Neoliberalimse juga mengandung suatu teori ekonomi yang didasarkan pada penggunaan pasar-
pasar yang terbuka dan bebas dengan hanya sedikit, jika memang ada, intervensi pemerintah
untuk mencegah terbentuknya monopoli dan bentuk-bentuk konglomerasi yang lain. Keadaan
saling tergantung satu sama lain yang terus meningkat selama dan sesudah Perang Dinginmenyebabkan neoliberalisme didefinisikan sebagai institusionalisme, bagian baru teori ini
dikemukakan oleh Robert Keohane dan juga Joseph Nye.
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 3/17
5. Teori Rejim
Teori rejim berasal dari tradisi liberal yang berargumen bahwa berbagai institusi atau rejim
internasional mempengaruhi perilaku negara-negara (maupun aktor internasional yang lain).
Teori ini mengasumsikan kerjasama bisa terjadi di dalam sistem negara-negara anarki. Bila
dilihat dari definisinya sendiri, rejim adalah contoh dari kerjasama internasional. Sementara
realisme memprediksikan konflik akan menjadi norma dalam hubungan internasional, parateoritisi rejim menyatakan kerjasama tetap ada dalam situasi anarki sekalipun. Seringkali mereka
menyebutkan kerjasama di bidang perdagangan, hak asasi manusia, dan keamanan bersama di
antara isu-isu lainnya. Contoh-contoh kerjasama tadilah yang dimaksud dengan rejim. Definisi
rejim yang paling lazim dipakai datang dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan rejim
sebagai “institusi yang memiliki sejumlah Norma, aturan yang tegas, dan prosedur yang
memfasilitasi sebuah pemusatan berbagai harapan. Tapi tidak semua pendekatan teori rejim
berbasis pada liberal atau neoliberal; beberapa pendukung realis seperi Joseph Greico telahmengembangkan sejumlah teori cangkokan yang membawa sebuah pendekatan berbasis realis ke
teori yang berdasarkan pada liberal ini. (Kerjasama menurut kelompok realis bukannya tidak
pernah terjadi, hanya saja kerjasama bukanlah norma; kerjasama merupakan sebuah perbedaan
derajat).
TEORI-TEORI PASCA-POSITIVIS/REFLEKTIVIS
1. Teori masyarakat internasional (Aliran pemikiran Inggris)
Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Pemikiran Inggris, berfokus pada berbagai
norma dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh negara-negara dan bagaimana norma-norma dan
nilai-nlai tersebut mengatur hubungan internasional. Contoh norma-norma seperti itu mencakup
diplomasi
, tatanan, hukum internasional . Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu
positivis. Para teoritisi teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan, dan dibagi
kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong intervensi kemanusiaan, dan para
pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan kedaulatan, Nicholas Wheeler adalah seorang
solidaris terkemuka, sementara Hedley Bull mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.
2. Konstruktivisme Sosial
Kontrukstivisme Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani berbagai
pertanyaan tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga (agency) dan Struktur, serta
pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi, seperti perdebatan tentang “materi/ide” yang
menaruh perhatian terhadap peranan relatif kekuatan-kekuatan materi versus ide-ide.
Konstruktivisme bukan merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal neo-realisme, tetapi
sebaliknya merupakan teori sosial. Konstruktivisme dalam HI dapat dibagi menjadi apa yang
disebut oleh Hopf (1998) sebagai konstruktivisme “konvensional” dan “kritis”. Hal yang terdapat
dalam semua variasi konstruktivisme adalah minat terhadap peran yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan ide. Pakar konstruktivisme yang paling terkenal, Alexander Wendt menulis pada 1992tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu buku, Social Theory of
International Politics 1999
), “anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal
tersebut”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para
pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakanfenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh,
jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup
dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akan
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 4/17
dikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki
“Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki menurut pandangan ini dibentuk
oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam
kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis, Namun, banyak
kritikus yang muncul dari kedua sisi pembagian epistemologis tersebut. Para pendukung pasca- positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan etnisitas/ras/jender
menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang lain. Penggunaan teori pilihanrasional secara implisit oleh Wendt juga telah menimbulkan pelbagai kritik dari para pakar seperti
Steven Smith. Para pakar positivis (neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut
selalu mengenyampingkan terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap sebagai teori
positivis.
3. Teori Kritis
( Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis) Teori hubungan internasional kritis adalah
penerapan “teori kritis” dalam hubungan internasional. Pada pendukung seperti Andrew
Linklater, Robert W. Cox, dan Ken Booth berfokus pada kebutuhan terhadap emansipansi
(kebebasan) manusia dari Negara-negara. Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis”
terhadap teori-teori HI “mainstream” yang cenderung berpusat pada negara (state-centric).Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan seluruh teori HI yang ada. Masih ada
teori-teori lain misalnya fungsionalisme, neofungsionalisme, feminisme, dan teori dependen.
4. Marxisme
Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik
atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxismemembuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga
memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang
sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal
(kapital). Dengan demikian, periode kolonialisme membawa masuk pelbagai sumber daya untuk
bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara
dekolonisasi membawa masuk pelbagai kesempatan baru dalam bentuk dependensi
(ketergantungan). Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-
negara berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional
untuk mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis terintegrasi
untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi negara-negara
berkembang terhadap negara-negara maju. Teori-teori Marxis kurang mendapatkan perhatian di
Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang signifikan. Teori-teori ini lebih lazim di
pelbagai bagian Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi
dunia akademis Amerika Latin, sebagai contoh lewat teologi.
TEORI-TEORI PASCASTRUKTURALIS
Teori-teori pascastrukturalis dalam HI berkembang pada 1980-an dari studi-studi pascamodernis
dalam ilmu politik. Pasca-strukturalisme mengeksplorasi dekonstruksi konsep-konsep yang
secara tradisional tidak problematis dalam HI, seperti kekuasaan dan agensi dan meneliti bagaimana pengkonstruksian konsep-konsep ini membentuk hubungan-hubungan internasional.
Penelitian terhadap “narasi” memainkan peran yang penting dalam analisis pascastrukturalis,
sebagai contoh studi pascastrukturalis feminis telah meneliti peran yang dimainkan oleh “kaum
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 5/17
wanita” dalam masyarakat global dan bagaimana kaum wanita dikonstruksi dalam perang sebagai
“tanpa dosa” (innocent) dan “warga sipil”. Contoh-contoh riset pasca-positivis mencakup:
Pelbagai bentuk feminisme (perang “gender” war—“gendering” war) Pascakolonialisme
(tantangan-tantangan dari sentrisme Eropa dalam HI)
Referensi dan sumber:
TEORI EPISTEMOLOGI DAN TEORI HI
Teori-teori Utama Hubungan Internasional: (1) Realisme, Neorealisme, (2) Idealisme, (3) Liberalisme, (4) Neoliberalisme, (5) Marxisme, (6) Teori dependensi, (7) Teori kritis, (8)
Konstruksivisme, (9) Fungsionalisme
, (10) Neofungsiionalisme.
Setelah Perang Dunia I, teori HI Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi
bagi teori realis, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli memberikan pengembangan lebih lanjut. Demikian juga Liberalisme menggunakan karya Kant dan Rousseau
dengan karya Kant sering dikutip sebagai pengembangan pertama dari Teori Perdamaian
Demokratis. Meskipun hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan jenis hak-hak yang didambakan dalam hukum alam, Francisco de Vitoria, Hugo Grotius, dan
John LockeMarxisme memberikan pernyataan-pernyataan pertama tentang hak untuk
mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum. Pada abad ke-20, selain
teori-teori kontemporer internasionalisme liberal, merupakan landasan hubungan internasional.
Secara garis besar teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis”dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial
dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya berfokus
berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan
kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat
dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentral
tentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metodeilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak
mungkin.
Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis,
seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti
mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus
pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan
“kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan
bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering
mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika. Hal ini
merupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena teori-teori positivis
membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”.Selama periode akhir 1980 – an/1990 perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan
para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai
“Perdebatan Terbesar” Ketiga, (Lapid 1989).
TEORI-TEORI POSITIVIS
1. Realisme
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 6/17
Realisme, sebagai tanggapan terhadap liberalisme, pada intinya menyangkal bahwa negara-
negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H. Carr, Daniel Bernhard, dan
Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud meningkatkan keamanan mereka, negara-
negara adalah aktor-aktor rasional yang berusaha mencari kekuasaan dan tertarik kepada
kepentingan diri sendiri (self-interested). Setiap kerja sama antara negara-nge dijelaskan sebagai benar-benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap teori
mereka. Perlu diperhatikan bahwa para penulis klasik seperti Thucydides, Machiavelli, danHobbes sering disebut-sebut sebagai “bapak-bapak pendiri” realisme oleh orang-orang yang
menyebut diri mereka sendiri sebagai realis kontemporer. Namun, meskipun karya mereka dapat
mendukung doktrin realis, ketiga orang tersebut tampaknya tidak mungkin menggolongkan diri
mereka sendiri sebagai realis (dalam pengertian yang dipakai di sini untuk istilah tersebut).
2. Liberalisme/idealisme/Internasionalisme Liberal
Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I untuk menanggapi
ketidakmampuan negara-negara untuk mengontrol dan membatasi perang dalam hubungan
internasional mereka. Pendukung-pendukung awal teori ini termasuk Woodrow Wilson dan
Normal Angell , yang berargumen dengan berbagai cara bahwa negara-negara mendapatkan
keuntungan dari satu sama lain lewat kerjasama dan bahwa perang terlalu destruktif untuk bisadikatakan sebagai pada dasarnya sia-sia. Liberalisme tidak diakui sebagai teori yang terpadu
sampai paham tersebut secara kolektif dan mengejek disebut sebagai idealisme oleh E.H. Carr .Sebuah versi baru “idealisme”, yang berpusat pada hak-hak asasi manusia sebagai dasar
legitimasi hukum internasional, dikemukakan oleh Hans Kóchler.
3. Neorealisme
Neorealisme terutama merupakan karya Kenneh Waltz (yang sebenarnya menyebut teorinya
“realisme struktural” di dalam buku karangannya yang berjudul Man, the State, and War). Sambil
tetap mempertahankan pengamatan-pengamatan empiris realisme, bahwa hubungan internasional
dikarakterka oleh hubungan-hubungan antarnegara yang antagonistik, para pendukung
neorealisme menunjuk struktur anarkis dalam sistem internasional sebagai penyebabnya. Mereka
menolak berbagai penjelasan yang mempertimbangkan pengaruh karakteristik-karakteristik
dalam negeri negara-negara. Negara-negara dipaksa oleh pencapaian yang relatif (relative gains)dan keseimbangan yang menghambat konsentrasi kekuasaan. Tidak seperti realisme, neo-
realisme berusaha ilmiah dan lebih positivis. Hal lain yang juga membedakan neo-realisme dari
realisme adalah bahwa neo-realisme tidak menyetujui penekanan realisme pada penjelasan yang
bersifat perilaku dalam hubungan internasional.
4. Neoliberalisme
Neoliberalisme berusaha memperbarui liberalisme dengan menyetujui asumsi neorealis bahwa
negara-negara adalah aktor-aktor kunci dalam hubungan internasional, tetapi tetapmempertahankan pendapat bahwa aktor-aktor bukan negara dan organisasi-organisasi
antarpemerintah adalah juga penting. Para pendukung seperti Maria Chatta berargumen bahwa
negara-negara akan bekerja sama terlepas dari pencapaian-pencapaian relatif, dan dengan
demikian menaruh perhatian pada pencapaian-pencapaian mutlak. Meningkatnya interdependensi
selama Perang Dingin lewat institusi-institusi internasional berarti bahwa neo-liberalisme jugadisebut institusionalisme liberal. Hal ini juga berarti bahwa pada dasarnya bangsa-bangsa bebas
membuat pilihan-pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka akan menerapkan kebijakan
tanpa organisasi-organisasi internasional yang merintangi hak suatu bangsa atas kedaulatan.
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 7/17
Neoliberalimse juga mengandung suatu teori ekonomi yang didasarkan pada penggunaan pasar-
pasar yang terbuka dan bebas dengan hanya sedikit, jika memang ada, intervensi pemerintah
untuk mencegah terbentuknya monopoli dan bentuk-bentuk konglomerasi yang lain. Keadaan
saling tergantung satu sama lain yang terus meningkat selama dan sesudah Perang Dingin
menyebabkan neoliberalisme didefinisikan sebagai institusionalisme, bagian baru teori inidikemukakan oleh Robert Keohane dan juga Joseph Nye.
5. Teori Rejim
Teori rejim berasal dari tradisi liberal yang berargumen bahwa berbagai institusi atau rejim
internasional mempengaruhi perilaku negara-negara (maupun aktor internasional yang lain).
Teori ini mengasumsikan kerjasama bisa terjadi di dalam sistem negara-negara anarki. Bila
dilihat dari definisinya sendiri, rejim adalah contoh dari kerjasama internasional. Sementara
realisme memprediksikan konflik akan menjadi norma dalam hubungan internasional, para
teoritisi rejim menyatakan kerjasama tetap ada dalam situasi anarki sekalipun. Seringkali mereka
menyebutkan kerjasama di bidang perdagangan, hak asasi manusia, dan keamanan bersama di
antara isu-isu lainnya. Contoh-contoh kerjasama tadilah yang dimaksud dengan rejim. Definisi
rejim yang paling lazim dipakai datang dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan rejim
sebagai “institusi yang memiliki sejumlah Norma, aturan yang tegas, dan prosedur yangmemfasilitasi sebuah pemusatan berbagai harapan. Tapi tidak semua pendekatan teori rejim
berbasis pada liberal atau neoliberal; beberapa pendukung realis seperi Joseph Greico telah
mengembangkan sejumlah teori cangkokan yang membawa sebuah pendekatan berbasis realis ke
teori yang berdasarkan pada liberal ini. (Kerjasama menurut kelompok realis bukannya tidak
pernah terjadi, hanya saja kerjasama bukanlah norma; kerjasama merupakan sebuah perbedaan
derajat).
TEORI-TEORI PASCA-POSITIVIS/REFLEKTIVIS
1. Teori masyarakat internasional (Aliran pemikiran Inggris)
Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Pemikiran Inggris, berfokus pada berbagai
norma dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh negara-negara dan bagaimana norma-norma dan
nilai-nlai tersebut mengatur hubungan internasional. Contoh norma-norma seperti itu mencakup
diplomasi, tatanan, hukum internasional . Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu
positivis. Para teoritisi teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan, dan dibagi
kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong intervensi kemanusiaan, dan para
pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan kedaulatan, Nicholas Wheeler adalah seorang
solidaris terkemuka, sementara Hedley Bull mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.
2. Konstruktivisme Sosial
Kontrukstivisme Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani berbagai pertanyaan tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga (agency) dan Struktur, serta
pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi, seperti perdebatan tentang “materi/ide” yang
menaruh perhatian terhadap peranan relatif kekuatan-kekuatan materi versus ide-ide.
Konstruktivisme bukan merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal neo-realisme, tetapi
sebaliknya merupakan teori sosial. Konstruktivisme dalam HI dapat dibagi menjadi apa yang
disebut oleh Hopf (1998) sebagai konstruktivisme “konvensional” dan “kritis”. Hal yang terdapat
dalam semua variasi konstruktivisme adalah minat terhadap peran yang dimiliki oleh kekuatan-
kekuatan ide. Pakar konstruktivisme yang paling terkenal, Alexander Wendt menulis pada 1992
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 8/17
tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu buku, Social Theory of
International Politics 1999), “anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal
tersebut”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para
pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakan
fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh, jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup
dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akandikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki
“Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki menurut pandangan ini dibentuk
oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam
kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis, Namun, banyak
kritikus yang muncul dari kedua sisi pembagian epistemologis tersebut. Para pendukung pasca-
positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan etnisitas/ras/jender
menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang lain. Penggunaan teori pilihan
rasional secara implisit oleh Wendt juga telah menimbulkan pelbagai kritik dari para pakar seperti
Steven Smith. Para pakar positivis (neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut
selalu mengenyampingkan terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap sebagai teori
positivis.
3. Teori Kritis
( Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis
) Teori hubungan internasional kritis adalah
penerapan “teori kritis” dalam hubungan internasional. Pada pendukung seperti Andrew
Linklater, Robert W. Cox, dan Ken Booth berfokus pada kebutuhan terhadap emansipansi
(kebebasan) manusia dari Negara-negara. Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis”
terhadap teori-teori HI “mainstream” yang cenderung berpusat pada negara (state-centric).
Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan seluruh teori HI yang ada. Masih ada
teori-teori lain misalnya fungsionalisme, neofungsionalisme, feminisme, dan teori dependen.
4. Marxisme
Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik
atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxismemembuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga
memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang
sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal
(kapital). Dengan demikian, periode kolonialisme membawa masuk pelbagai sumber daya untuk
bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara
dekolonisasi membawa masuk pelbagai kesempatan baru dalam bentuk dependensi
(ketergantungan). Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen
bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-
negara berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional
untuk mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis terintegrasi
untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi negara-negara
berkembang terhadap negara-negara maju. Teori-teori Marxis kurang mendapatkan perhatian di
Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang signifikan. Teori-teori ini lebih lazim di
pelbagai bagian Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi
dunia akademis Amerika Latin, sebagai contoh lewat teologi.
TEORI-TEORI PASCASTRUKTURALIS
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 9/17
Teori-teori pascastrukturalis dalam HI berkembang pada 1980-an dari studi-studi pascamodernis
dalam ilmu politik. Pasca-strukturalisme mengeksplorasi dekonstruksi konsep-konsep yang
secara tradisional tidak problematis dalam HI, seperti kekuasaan dan agensi dan meneliti
bagaimana pengkonstruksian konsep-konsep ini membentuk hubungan-hubungan internasional.
Penelitian terhadap “narasi” memainkan peran yang penting dalam analisis pascastrukturalis,sebagai contoh studi pascastrukturalis feminis telah meneliti peran yang dimainkan oleh “kaum
wanita” dalam masyarakat global dan bagaimana kaum wanita dikonstruksi dalam perang sebagai“tanpa dosa” (innocent) dan “warga sipil”. Contoh-contoh riset pasca-positivis mencakup:
Pelbagai bentuk feminisme (perang “gender” war—“gendering” war) Pascakolonialisme
(tantangan-tantangan dari sentrisme Eropa dalam HI)
TEORI EPISTEMOLOGI DAN TEORI HI
Teori-teori Utama Hubungan Internasional: (1) Realisme, Neorealisme, (2) Idealisme, (3) Liberalisme
, (4) Neoliberalisme, (5) Marxisme, (6) Teori dependensi
, (7) Teori kritis, (8) Konstruksivisme, (9) Fungsionalisme, (10) Neofungsiionalisme.
Setelah Perang Dunia I, teori HI Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi
bagi teori realis, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli memberikan
pengembangan lebih lanjut. Demikian juga Liberalisme menggunakan karya Kant dan Rousseau
dengan karya Kant sering dikutip sebagai pengembangan pertama dari Teori Perdamaian
Demokratis. Meskipun hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan
jenis hak-hak yang didambakan dalam hukum alam, Francisco de Vitoria
, Hugo Grotius
, dan
John LockeMarxisme memberikan pernyataan-pernyataan pertama tentang hak untuk mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum. Pada abad ke-20, selain
teori-teori kontemporer internasionalisme liberal, merupakan landasan hubungan internasional.
Secara garis besar teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis”
dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial
dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya berfokus
berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan
kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat
dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentraltentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metode
ilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak
mungkin.
Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis,seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti
mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus
pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan
“kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering
mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika. Hal ini
merupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena teori-teori positivis
membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”.
Selama periode akhir 1980 – an/1990 perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan
para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai
“Perdebatan Terbesar” Ketiga, (Lapid 1989).
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 10/17
TEORI-TEORI POSITIVIS
1. Realisme
Realisme, sebagai tanggapan terhadap liberalisme, pada intinya menyangkal bahwa negara-
negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H. Carr, Daniel Bernhard, dan
Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud meningkatkan keamanan mereka, negara-
negara adalah aktor-aktor rasional yang berusaha mencari kekuasaan dan tertarik kepada
kepentingan diri sendiri (self-interested). Setiap kerja sama antara negara-nge dijelaskan sebagai
benar-benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap teori
mereka. Perlu diperhatikan bahwa para penulis klasik seperti Thucydides, Machiavelli, dan
Hobbes sering disebut-sebut sebagai “bapak-bapak pendiri” realisme oleh orang-orang yang
menyebut diri mereka sendiri sebagai realis kontemporer. Namun, meskipun karya mereka dapat
mendukung doktrin realis, ketiga orang tersebut tampaknya tidak mungkin menggolongkan diri
mereka sendiri sebagai realis (dalam pengertian yang dipakai di sini untuk istilah tersebut).
2. Liberalisme/idealisme/Internasionalisme Liberal
Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I untuk menanggapi
ketidakmampuan negara-negara untuk mengontrol dan membatasi perang dalam hubungan
internasional mereka. Pendukung-pendukung awal teori ini termasuk Woodrow Wilson dan
Normal Angell , yang berargumen dengan berbagai cara bahwa negara-negara mendapatkan
keuntungan dari satu sama lain lewat kerjasama dan bahwa perang terlalu destruktif untuk bisa
dikatakan sebagai pada dasarnya sia-sia. Liberalisme tidak diakui sebagai teori yang terpadu
sampai paham tersebut secara kolektif dan mengejek disebut sebagai idealisme oleh E.H. Carr .Sebuah versi baru “idealisme”, yang berpusat pada hak-hak asasi manusia sebagai dasar
legitimasi hukum internasional, dikemukakan oleh Hans Kóchler.
3. Neorealisme
Neorealisme terutama merupakan karya Kenneh Waltz (yang sebenarnya menyebut teorinya
“realisme struktural” di dalam buku karangannya yang berjudul Man, the State, and War). Sambil
tetap mempertahankan pengamatan-pengamatan empiris realisme, bahwa hubungan internasional
dikarakterka oleh hubungan-hubungan antarnegara yang antagonistik, para pendukung
neorealisme menunjuk struktur anarkis dalam sistem internasional sebagai penyebabnya. Mereka
menolak berbagai penjelasan yang mempertimbangkan pengaruh karakteristik-karakteristik
dalam negeri negara-negara. Negara-negara dipaksa oleh pencapaian yang relatif (relative gains)
dan keseimbangan yang menghambat konsentrasi kekuasaan. Tidak seperti realisme, neo-
realisme berusaha ilmiah dan lebih positivis. Hal lain yang juga membedakan neo-realisme dari
realisme adalah bahwa neo-realisme tidak menyetujui penekanan realisme pada penjelasan yang
bersifat perilaku dalam hubungan internasional.
4. Neoliberalisme
Neoliberalisme berusaha memperbarui liberalisme dengan menyetujui asumsi neorealis bahwa
negara-negara adalah aktor-aktor kunci dalam hubungan internasional, tetapi tetap
mempertahankan pendapat bahwa aktor-aktor bukan negara dan organisasi-organisasi
antarpemerintah adalah juga penting. Para pendukung seperti Maria Chatta berargumen bahwa
negara-negara akan bekerja sama terlepas dari pencapaian-pencapaian relatif, dan dengan
demikian menaruh perhatian pada pencapaian-pencapaian mutlak. Meningkatnya interdependensi
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 11/17
selama Perang Dingin lewat institusi-institusi internasional berarti bahwa neo-liberalisme juga
disebut institusionalisme liberal. Hal ini juga berarti bahwa pada dasarnya bangsa-bangsa bebas
membuat pilihan-pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka akan menerapkan kebijakan
tanpa organisasi-organisasi internasional yang merintangi hak suatu bangsa atas kedaulatan.
Neoliberalimse juga mengandung suatu teori ekonomi yang didasarkan pada penggunaan pasar- pasar yang terbuka dan bebas dengan hanya sedikit, jika memang ada, intervensi pemerintah
untuk mencegah terbentuknya monopoli dan bentuk-bentuk konglomerasi yang lain. Keadaansaling tergantung satu sama lain yang terus meningkat selama dan sesudah Perang Dingin
menyebabkan neoliberalisme didefinisikan sebagai institusionalisme, bagian baru teori ini
dikemukakan oleh Robert Keohane dan juga Joseph Nye.
5. Teori Rejim
Teori rejim berasal dari tradisi liberal yang berargumen bahwa berbagai institusi atau rejim
internasional mempengaruhi perilaku negara-negara (maupun aktor internasional yang lain).
Teori ini mengasumsikan kerjasama bisa terjadi di dalam sistem negara-negara anarki. Bila
dilihat dari definisinya sendiri, rejim adalah contoh dari kerjasama internasional. Sementara
realisme memprediksikan konflik akan menjadi norma dalam hubungan internasional, para
teoritisi rejim menyatakan kerjasama tetap ada dalam situasi anarki sekalipun. Seringkali merekamenyebutkan kerjasama di bidang perdagangan, hak asasi manusia, dan keamanan bersama di
antara isu-isu lainnya. Contoh-contoh kerjasama tadilah yang dimaksud dengan rejim. Definisi
rejim yang paling lazim dipakai datang dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan rejim
sebagai “institusi yang memiliki sejumlah Norma, aturan yang tegas, dan prosedur yang
memfasilitasi sebuah pemusatan berbagai harapan. Tapi tidak semua pendekatan teori rejim
berbasis pada liberal atau neoliberal; beberapa pendukung realis seperi Joseph Greico telah
mengembangkan sejumlah teori cangkokan yang membawa sebuah pendekatan berbasis realis ke
teori yang berdasarkan pada liberal ini. (Kerjasama menurut kelompok realis bukannya tidak
pernah terjadi, hanya saja kerjasama bukanlah norma; kerjasama merupakan sebuah perbedaan
derajat).
TEORI-TEORI PASCA-POSITIVIS/REFLEKTIVIS
1. Teori masyarakat internasional (Aliran pemikiran Inggris)
Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Pemikiran Inggris, berfokus pada berbagai
norma dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh negara-negara dan bagaimana norma-norma dan
nilai-nlai tersebut mengatur hubungan internasional. Contoh norma-norma seperti itu mencakup
diplomasi
, tatanan, hukum internasional . Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu positivis. Para teoritisi teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan, dan dibagi
kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong intervensi kemanusiaan, dan para
pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan kedaulatan, Nicholas Wheeler adalah seorang
solidaris terkemuka, sementara Hedley Bull mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.
2. Konstruktivisme Sosial
Kontrukstivisme Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani berbagai
pertanyaan tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga (agency) dan Struktur, serta
pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi, seperti perdebatan tentang “materi/ide” yang
menaruh perhatian terhadap peranan relatif kekuatan-kekuatan materi versus ide-ide.
Konstruktivisme bukan merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal neo-realisme, tetapi
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 12/17
sebaliknya merupakan teori sosial. Konstruktivisme dalam HI dapat dibagi menjadi apa yang
disebut oleh Hopf (1998) sebagai konstruktivisme “konvensional” dan “kritis”. Hal yang terdapat
dalam semua variasi konstruktivisme adalah minat terhadap peran yang dimiliki oleh kekuatan-
kekuatan ide. Pakar konstruktivisme yang paling terkenal, Alexander Wendt menulis pada 1992tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu buku, Social Theory of International Politics 1999), “anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal
tersebut”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakan
fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh,
jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup
dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akan
dikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki
“Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki menurut pandangan ini dibentuk
oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam
kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis, Namun, banyak
kritikus yang muncul dari kedua sisi pembagian epistemologis tersebut. Para pendukung pasca-
positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan etnisitas/ras/jender
menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang lain. Penggunaan teori pilihan
rasional secara implisit oleh Wendt juga telah menimbulkan pelbagai kritik dari para pakar sepertiSteven Smith. Para pakar positivis (neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut
selalu mengenyampingkan terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap sebagai teori
positivis.
3. Teori Kritis
( Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis) Teori hubungan internasional kritis adalah
penerapan “teori kritis” dalam hubungan internasional. Pada pendukung seperti Andrew
Linklater, Robert W. Cox, dan Ken Booth berfokus pada kebutuhan terhadap emansipansi
(kebebasan) manusia dari Negara-negara. Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis”
terhadap teori-teori HI “mainstream” yang cenderung berpusat pada negara (state-centric).
Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan seluruh teori HI yang ada. Masih adateori-teori lain misalnya fungsionalisme, neofungsionalisme, feminisme, dan teori dependen.
4. Marxisme
Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik
atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxismemembuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga
memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang
sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal
(kapital). Dengan demikian, periode kolonialisme membawa masuk pelbagai sumber daya untuk
bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara
dekolonisasi membawa masuk pelbagai kesempatan baru dalam bentuk dependensi
(ketergantungan). Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen
bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-
negara berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional
untuk mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis terintegrasi
untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi negara-negara
berkembang terhadap negara-negara maju. Teori-teori Marxis kurang mendapatkan perhatian di
Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang signifikan. Teori-teori ini lebih lazim di
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 13/17
pelbagai bagian Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi
dunia akademis Amerika Latin, sebagai contoh lewat teologi.
TEORI-TEORI PASCASTRUKTURALIS
Teori-teori pascastrukturalis dalam HI berkembang pada 1980-an dari studi-studi pascamodernis
dalam ilmu politik. Pasca-strukturalisme mengeksplorasi dekonstruksi konsep-konsep yang
secara tradisional tidak problematis dalam HI, seperti kekuasaan dan agensi dan meneliti
bagaimana pengkonstruksian konsep-konsep ini membentuk hubungan-hubungan internasional.
Penelitian terhadap “narasi” memainkan peran yang penting dalam analisis pascastrukturalis,
sebagai contoh studi pascastrukturalis feminis telah meneliti peran yang dimainkan oleh “kaum
wanita” dalam masyarakat global dan bagaimana kaum wanita dikonstruksi dalam perang sebagai
“tanpa dosa” (innocent) dan “warga sipil”. Contoh-contoh riset pasca-positivis mencakup:
Pelbagai bentuk feminisme (perang “gender” war—“gendering” war) Pascakolonialisme
(tantangan-tantangan dari sentrisme Eropa dalam HI)
Santoso Brotodihardjo menyatakan bahwa hukum pajak juga disebut hukum fiskal adalah
keseluruhan peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada rakyat melalui kas Negara.
Dengan demikian, hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badanbadan (hukum) yang berkewajiban
membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak).
Hukum Tata Negara memiliki beberapa definisi. Pakar hukum mendefinisikan Hukum Tata
Negara menurut pendapat berdasarkan sudut pandangnya:
a. Van Vollenhoven (Belanda) dalam bukunya "Staatrecht Over Zee" menyatakan:
"hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur semua masyarakat hukum tingkat atas sampai bawah, yang selanjutnya menentukan wilayah lingkungan rakyatnya, menentukan badan-badan
yang berkuasa, berwenang dan fungsinya dalma lingkungan masyarakat hukum tersebut".
b. Van der Poot (belanda), dalam bukunya "Handboek van de Nederlands Staat-recht";
"Hukum Tata Negara adalah peraturan yang menentukan badan-bdadan yang diperlukan serta
wewenangnya masing-masing, hubungannya dengan individu-individu (kegiatannya).
1. Berkenaan mengenai Subjek dan Objek Hukum internasional
Subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dari kelahiran dan
pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum
internasional. Namuan, seiring perkembangan zaman telah terjadi perubahan pelaku-pelaku
subyek hokum internasional itu sendiri. Dewasa ini subjek-subjek hukum internasional yang
diakui oleh masyarakat internasional, adalah:
1. Negara
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 14/17
Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara,
kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional
adalah:
penduduk yang tetap, mempunyai wilayah (teritorial) tertentu; pemerintahan yang
sah dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
2. Organisasi Internasional
Organisasi internasional mempunyai klasifikasi, yakni:
a.
Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud
dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa ;
b.
Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan
tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank , UNESCO,
International Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;
c.Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan
global, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), EuropeUnion.
3. Palang Merah Internasional
Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang
lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss,
yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan
kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpatidan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di
masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian
dihimpun menjadi Palang Merah Internasional ( International Committee of the Red Cross/ ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.
4. Tahta Suci Vatikan
Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat
Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan
mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi
lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai
pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dankewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas
pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral
saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik
sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia.
5. Kelompok Pemberontak/Pembebasan
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 15/17
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri
suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan
negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan
terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan,
bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil olehadalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang
berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabatoleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut,
berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak
menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional
6. Individu
Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa
konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, menyatakan individu
adalah sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.
7. Perusahaan Multinasional (MNC)
Eksistensi MNC dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa
disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional
mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian
melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh
terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu
sendiri.
Subyek hukum internasional juga dapat didefinisikan sebagai pihak yang dapat dibebani hak dan
kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional atau setiap negara, badan hokum (internasional)
atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam hubungan internasional.
Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia
Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada tujuan nasional negara itusendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea
keempat yang menyatakan ”… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial …”
Menurut Drs. Moh. Hatta, tujuan politik luar negeri Indonesia, antara lain sebagai berikut:
a. mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara;
b. memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar kemakmuranrakyat;c. meningkatkan perdamaian internasional;
d. meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.
Tujuan politik luar negeri tidak terlepas dari hubungan luar negeri. Hubungan luar negeri
merupakan hubungan antarbangsa, baik regional maupun internasional, melalui kerja sama bilateral ataupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional.
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 16/17
Tujuan ASEAN
Dalam deklarasi ASEAN (Bangkok , 8 Agustus 1967 ), di cantumkan bahwa maksud dan tujuanpenghimpunan
adalah sebagai berikut :1.
1.Mempercepat pertumbuhan ekonomi , kemajuan social , serta pengembangan kebudayaandikawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untukmemperkukuh landasan
sebuah masyarakat bangsa bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai .2.Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dantertib hokum di dalam
hubungan antara Negara Negara di kawasan ini serta mematuhiprinsi prinsip piagam perserikatan bangsa
bangsa
3.Meningkatkan kerjasama yang aktif serta saling membantu antara satu dan yang lain didalam memecahkan
masalah-masalah kepentingan bersama dalam bidang ekonomi , social,budaya , teknik , ilmu pengetahuan , dan
administrasi ;
4.Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana sarana latihan dan penelitian dalambidang bidang
pendidikan , propesional , teknik , dan administrasi ;
5.Bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanian sertaindustry , perluasan
perdagangan komoditi internasional , perbaikan sarana saranapengangkutan dan komunikasi serta peningkatan
tarap hidup rakyat rakyat mereka .
6.Meningkatkan studi studi tentang Asia Tenggara7.Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi organisasi internasionaldan regional yang ada
dan bertujuan serupa , dan untuk menjajaki segala kemungkinanuntuk saling bekerjasama secara lebih erat satu
dengan yang lain .
Hubungan internasional adalah hubungan antarbangsa dalam segala aspeknya yang
dilakukan oleh suatu Negara untuk mencapai kepentingan nasional Negara tersebut. Hubungan
politis, budaya, ekonomi ataupun pertahan dan keamanan.
• Prof. Dr. J.G. Starke
Hokum internasional adalah sekumpulan hokum yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dank
arena itu biasanya di taati dalam hubungan antarnegara.
• Hugo de Groot
Mengemukakan bahwa hokum dan hubungan internasional didasarkan pada kemauan bebas atau
hokum alam dan persetujuan beberapa atau semua Negara. Ini ditujukan demi kepentingan
bersama dari mereka yang menyatakan diri di dalamnya.
• Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja, S.h.
Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara antara Negara dengan Negara, Negara dengan
subjek hukum internasional lainnya yang bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu
sama lain.
5/11/2018 Teori HI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/teori-hi 17/17
• Wirjono Prodjodikoro
Hukum internasional adalah hukum yang mengatur perhubungan hukum antar berbagai bangsa di
berbagai Negara.