teori da manajemen benacana ( sebuah pengantar)

55
PENGANTAR MANAJEMEN BENCANA (ANTARA TEORI DAN PRAKTEK ) OLEH Herman Suryosardjono Tekankan pada penguasaan definisi / pengertian bencana Tekankan pada pemahaman jenis bencana Tekankan pemahaman manajemen bencana dan tujuannya Siklus manajemen bencana atau model pendekatan manajemen bencana

Upload: herman-suryo

Post on 05-Dec-2014

487 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PENGANTAR MANAJEMEN BENCANA

(ANTARA TEORI DAN PRAKTEK )

OLEH

Herman Suryosardjono

Tekankan pada penguasaan definisi / pengertian bencana

Tekankan pada pemahaman jenis bencana

Tekankan pemahaman manajemen bencana dan tujuannya

Siklus manajemen bencana atau model pendekatan manajemen bencana

BAB I

PENGERTIAN BENCANA

A. Pendahuluan

Sangat susah untuk menemukan referensi ilmiah tentang bencana yang

beredar di Indonesia baik yang disusun oleh penulis dari Indonesia maupun

penulis dari mancanegara. Bahkan untuk referensi ilmiah kebencanaan yang

termuat dalam jaringan internetpun jumlahnya sangat terbatas meskipun pakar

kebencanaan yang berasal dari mancanegara jumlahnya banyak seperti EL

Quarantelli, N Carter, Dombrowski,Oliver Smith , Davit Etkin , I Kilman, S Pooley

dan lain sebagainya .

Demikian halnya di Indonesia meskipun pakar kebencanaan mulai muncul

seperti jamur 10 tahun terakhir ini namun karya ilmiah para pakar tersebut relatip

terbatas jumlahnya sehingga akademisi lain yang sedang berproses untuk

meningkatkan kapasitas keilmuan bidang kebencanaan mengalami kendala

dengan adanya keterbatasan rujukan ilmiah.

Pada bagian lain manajemen bencana atau dalam istilah operasionalnya

adalah “ penanggulangan bencana “ relatip baru,meskipun di tahun 70 an istilah

tersebut telah telah terdengar berkaitan dengan lembaga yang saat itu

berwenang dalam mengkoordinasikan penanganan bencana yakni Badan

Koordinasi Penanggulangan Bancana Nasional.( BAKORNAS)

Pengertian relatip baru tersebut berkaitan dengan adanya perubahan

paradigma dalam penanggulangan bencana ( manajemen bencana ) pasca

ditetapkan kebijakan penanggulangan bencana. Adapun kebijakan tersebut adalah

dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana beserta dengan turunannya.

Dengan adanya perubahan paradigma tersebut maka kiblat pengetahuan

kebencanaan lebih banyak bersandarkan pada definsi – definisi normatip baik

yang berkaitan dengan definisi bencana ,manajemen bencana maupun hal hal lain

yang berkaitan dengan pengelolaan kebencanaan.

Jika hal hal tersebut berlangsung maka tentunya akan menimbulkan

kekawatiran bahwa cakrawala pemahaman tentang bencana akan sangat terbatas

karena sudut pandang nya pun terhadap bencana juga terbatas. Padahal sebagai

obyek pengetahuan yang bersifat multidisiplin, bencana harus dipandang melalui

berbagai sudut pandang ilmu pengtahuan.

Hal ini nampak sekali ketika penulis memberikan materi tentang

kebencanaan terhadap kalangan akademisi , praktisi yang berasal dari pemerintah

( birorat ) maupun lembaga swadaya masyarakat maupun pengajar di sekolah

menengah.Rata rata pemahaman tentang kebencanaan hanya terbatas pada

pengertian formal atau normatip.Bencana hanya dipahami sebatas adannya

peristiwa tanpa melihat korelasi kejadian / peristiwa yang berlangsung tersebut

dengan lingkungannya. Meskipun hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan

namun demikian demi kepentingan kemajuan dalam pengembangan kapasitas

pemahaman tentang bencana pemahaman berdasarkan kerangka ilmiah atapun

teroritis menjadi sangat layak untuk dipetimbangkan.

B.Sekilas Perkembangan Pengelolaan Bencana

Jika di Indenesia semangat untuk memahami kebencanaan secara utuh

relatip masih baru, dibelahan dunia lain semangat itu mulai nampak di tahun

1920. Saat itu Samuel Princes ( dalam Peryy : ) melalui disertasinya melakukan

kajian ( studi ) secara sistematis atas suatu peristiwa yang terjadi di tahun 1917

yakni ledakan di Halifax. Atas hasil penelitian tersebut munculah konsensus

diatara para pakar dari bebagai ilmu bahwa studi sistematis yang berujud disertasi

tersebut dijadikan sebagai titik awal pembahasan suatu kejadian yang luar biasa.

Dengan kata lain kajian tersebut telah memunculkan termonologi baru terhadap

suatu peristiwa yakni bencana.Dan untuk pertamakalinya bencana mulai masuk

kedalam ranah akademik.

Studi Kasus - Halifax 1917

Pada tanggal 6 Desember 1917, sebuah kapal Belgia, Imo, bertabrakan dengan Kapal amunisi Perancis Mont Blanc di pelabuhan Halifax Nova Scotia, menyebabkan 35 ton benzena mengalami kebakaran besar. Lima belas menit kemudian, api ini memicu kargo yang terletak dibawah dek terbakar dan menciptakan ledakan terbesar non nuklir dalam sejarah. Ada 2.000 orang meninggal,9.000 terluka, dan 20.000 kehilangan tempat tinggal, di kota yang hanya yang berpenduduk 50.000 orang . Dalam waktu singkat rumah sakit kebanjiran pasien . Banyak orang dengan luka yang relatif minor dikirim ke bangsal sementara dan stasiun bantuan. Halifax memiliki empat ruang publik, empat ruang militer dan tujuh rumah sakit swasta.Semuanya berkisar 200 tempat tidur dan mereka segerapenuh . Dokter bekerja sepanjang waktu di tiga kamar operasi Rumah Sakit Umum Victoria sementara tandu memadati trotoar di luar gedung. Puluhan pos bantuan bermunculan dan dokter setempat melakukan operasi di meja dapur mereka.

Masih menurut Ronald W Perry, sepuluh tahun kemudian Carr di tahun

1932 telah membahas masalah substansi bencana , definisi, dan urutan bencana.

Sehingga apa yang telah dilakukan oleh Carr ditahun 1930 merupakan kali

pertama dan menempatkan pemahaman bencana sebagai akar dari suatu

perubahan .

Selajutnya perkembangan pemahaman bencana yang berakaitan dengan

dunia akademik muncul di awal tahun 1950 an dan berkembang terus sejak

didirikannya Disaster Research Center pada tahun 1963 . Pekembangan perhatian

bencana secara akademik betul betul meledak sejak pertengahan tahun 1970 an

seperti yang dikemukakan oleh Tierry ,Lindell dan Perry.Sehingga mulailah saat itu

seperti yang dikemukakan oleh Drabek bahwa muncul ribuan penelitian empiris

dan perluasan perluasan kajian melalui berbagai disiplin ilmu mulai dilakukan.

Salah satu dampaknya adalah bahwa telah muncul bebagai argumentasi

tentang bencana ,tidak hanya itu bahkan sampai pada tahap yang

mempertanyakan siapa yang berhak atau mempunyai hak untuk mendefinsikan

bencana

Perry ( 2010 : 2) menyebutnya sebagai berikut :

“ who was the right to proposes such definitionas ? in reality anyone has the righat to propose a definistion of disaster and the definitions proposed depends on the purposes or interest of the definer “

Apa yang telah dikemukan oleh Perry tersebut mendapat tanggapan dari

berbagai pakar seperti Kroll –Smith dan Gunter yang menyatakan bahwa para ahli

sosiologilah yang pantas untuk mendefinsikan bencana. Demikian halnya dengan

Bucle yang menyatakan bahwa pemerintahlah yang seharusnya berkepentingan

untuk mendefinsikan bencana karena akan berkaitan dengan pengelolaan

bencana itu sendiri. Dan Pendapat ini juga diikuti oleh Britton.

Namun demikian penulis berpendapat bahwa sesungguhnya siapapun

dapat atau mempunyai hak untuk mendifinisikan bencana.Semua itu tergantung

dari maksud dan tujuan atau kepentingan masing masing individu.Yang paling

penting adalah bagaimana definisi bencana yang dikemukakan oleh berbagai

kalangan tersebut dapat selaras dan harmonis untuk dapat digunankan sebagai

rujukan dalam penyusunan manjemen bencana dan yang lebih penting lagi juga

terdapat adanya sinergi dalam manajamen bencana antara pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha.

Perkembangan lebih lanjut berkaitan dengan kebencanaan ada pada suatu

proses bagaimana bencana tersebut dikelola. Dengan pengelolaan bencana

tersebut akan memberikan dampak berkuranganya jumlah korban akibat adanya

suatu peristiwa luarbiasa yang dihadapi oleh manusia.

Pasca perang dunia ke II hingga dipermulaan abad 21 beberapa negera

sesungguhnya telah menyusun disain menajemen pengelolaan manajemen.Hal

tersebut dilakukan mengingat besarnya ancaman bencana yang terjadi dinegara

tersebut seperti Amerika Serikat dengan ancaman bencana Huricane / Tornado,

Jepang dengan ancaman Tsunami maupun disejumlah negera Africa yang selalu

tertimpa bencana kekeringan.

Perhatian Internasional terhadap pentingnya manajemen bencana dapat

dilihat melalui suatu proses tahapan yang saling berkaitan yakni :

1. Sebelum tahun 1990-an – Bencana ditangani oleh Pertahanan Sipil,

organisasi bantuan, respon kemanusiaan dilakukan pada saat keadaan

darurat.

2.Selama 1990 - Dekade Internasional Bencana Alam (IDNDR),

memunculkan strategi Yokohama yakni memberikan rekomendasi untuk

mempertimbangkan hubungan antara bencana dengan pembangunan.

3. Sejak tahun 2000 - Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana

(ISDR): Dilakukan upaya pengurangan risiko bencana.

4. HFA: 2005-2015 - Membangun masyarakat dan bangsa yang tahan

terhadap bencana dan menjadikannya sebagai bagian dari

pembangunan dan mempunyai keterkaitan terkait dengan agenda

Kemanusiaan.

(HFA: Hyogo Frame Work For Action).

Di Indonesia perhatian International terhadap perkembangan menejemen

bencana atau Penanggulangan becana dilakukan dengan mengadopsi Kerangka

Kerja Hyogo . Hal tersebut dilakukan 3 tahun pasca Tsunami di Atjeh, Indonesia

telah menerbitkan suatu kebijakan penanggulangan bencana yang tertuang

dalam Undang- undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Adapun Kerangka Kerja Hyogo yang dimaksud adalah :

1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana merupakan sebuah prioritas

nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaan.

2.Mengindentifikasi,mengkaji dan memonitor risko-risiko bencana dan meningkatkan

peringatan dini,

3. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah

budaya keselamatan dan ketahanan di semua level.

4. Mengurangi faktor- faktor risiko mendasar.

5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respons yang effektip di

semua tingkat

C. Pengertian Bencana

Definisi atau pengertian suatu obyek disusun untuk memudahkan

pemahaman. Disusun secara ringkas dan tidak bertele tele. Artinya bahwa dengan

membaca suatu kalimat yang ringkas, diharapkan pembaca dengan kemampuan

abstraksi yang ada dalam dirinya mampu menangkap pengertian dari suatu objek

yang definisikan. Namun demikian kadangkala definsi dari suatu objek

membutuhkan pengertian dan tingkat pemahaman maupun waktu yang lebih

lama dari suatu obyek tertentu.Hal ini dapat terjadi jika definisi yang disampaikan

terlalu ringkas bahkan terlalu abstrak sehingga, sesorang membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk memahaminya.

Bencana dalam bahasa English nya adalah “ Disaster “ . Sedangkan disaster

sendiri merupakan kata yang diserap dari bahasa Yunani yakni meliputi dua kata

yang digabung . Gabungan kata tersebut adalah “ dus “ yang artinya buruk dan “

aster “ yang artinya bintang.

Selain dari bahasa Yunani, disaster juga merupakan kata yang diserap dari

bahasa Perancis yakni “ disastre” yang artinya, kerusakan terutama yang

diakibatkan oleh suatu peristiwa alam. Untuk itu semua peritiwa alam seperti

tanah longsor,gempa bumi dapat disebut sebagai disastre,disaster ataupun

bencana

Pengertian bencana dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok pengertian

yakni :

1.Pengertian yang termuat dalam Kamus atau sering disebut dengan pengertian

Leksikon dan Ensiklopedi.;

2.Pengertian dari yang disampaikan oleh Pakar/ ahli terkait bencana;

3.Pengertian Bencana menurut lembaga Internasional.

4.Pengertian yang termuat dalam kebijakan atau peraturan ,dan ini sering disebut

dengan pengertian normatip.

C.1. Pengertian Leksikon Bencana

Pengertian bencana menurut kamus Cambridge (Cambridge Dictionaries)

adalah : “ an event which results in) great harm, damage or death, or serious

difficulty. Pengetian tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara

bebas adalah suatu kejadian yang mengakibatkan kerusakan atau kematian atau

kesulitan

Selain itu dalam kamus bahasa Inggris yang berasal dari Oxford bencana

didefinsikan sebagai : “ Anything that befalls of ruinous or distressing nature; a

sudden or great misfortune, mishap, or misadventure; a calamity “ dan jika

diterjemehakan kedalam bahasa Indonesia adalah : "Apa pun yang menimpa alam

menghancurkan atau sesuatu yang menyedihkan, bersifat tiba-tiba atau

kemalangan besar, kecelakaan, atau kecelakaan, sebuah bencana"

Sedangkan kamus elektronik Wikipedia menyebutkan bahwa bencana

adalah :

“ A disaster is an unexpected natural or man-made catastrophe of substantial extent causing significant property damage or destruction, loss of life or sometimes permanent changes to the natural environment.. ( Bencana adalah suatu peristiwa yang alami atau buatan manusia yang tak terduga dari tingkat substansial sehingga menyebabkan kerusakan yang signifikan atau perusakan properti, hilangnya nyawa atau kadang-kadang menjadikan adanya perubahan permanen pada lingkungan alam.)

C.2. Pengertian bencana menurut pakar kebencanaan

Salah satu pakar kebencanaan dari mancanegara yakni EL Quarantelly

(1985) mendefinsikan bencana sebagai : ‘Disaster is a crisis situation that far

exceeds the capabilities’. atau Bencana adalah situasi krisis yang jauh melebihi

kemampuan ( manusia untuk mengahdapinya).

Quarentally mendefinsikan bencana dengan melihat pada aspek situasi

yang terjadi dan manusia menghadapinya jauh melebihi kemampuan yang

dimilkinya.

Ahli lain yakni Schaefer, R.T. pakar sosiologi mendefinisikan bencana

sebagai : “A sudden or disruptive event or set of events that overtaxes a

community’s resources so that outside aid is necessary “ yang artinya adalah

Sebuah peristiwa atau set tiba-tiba atau mengganggu peristiwa yang memlebihi

kemampuan sumber daya dari suatu masyarakat sehingga memerlukan bantuan

luar .

Kemudian Townsend CR ,M Begon dan JL Harper mendefinsikan bencana

sebagai : “Major disturbances in the life of a community or population which

occur sufficiently often to leave their record in the ‘genetic memory’ of the

population” ( Gangguan terbesar dalam kehidupan suatu komunitas atau populasi

yang terjadi cukup sering meninggalkan catatan mereka dalam ingatan keturunan

penduduk ). Dan Mc Entire dalam disertasinya yang berjudul From Sustainability

Develompment : Justifications For a Modified Disaster Reduction Concept and

Policy untuk mendapatkan Phd di School of International Studies ,Universitas

Denever pada tahun 2000. Mc Entire menyebutkan bahwa bencana adalah “ may

be defined as the disruptive and/or deadly and destructive outcome or result of

physical or human-induced triggering agents when they interact with, and are

exacerbated by vulnerabilities from diverse but overlapping environments”

Pakar kebencanaan lainnya seperti Canon (1994) juga mendefinisikan

bencana sebagai :

Sebuah kejadian yang berkaitan dengan dampak bahaya alam, yang mengarah ke peningkatan kematian, penyakit dan / atau cedera, dan menghancurkan atau mengganggu mata pencaharian, mempengaruhi orang atau daerah sehingga mereka menganggap hal itu sebagai luar biasa dan membutuhkan bantuan dari luar untuk pemulihan

Sedangkan Kreps ( 1995 ) memberikan pengertian bencana yakni : Bencana

adalah suatu peristiwa terkonsentrasi dalam ruang dan waktu, di mana masyarakat atau

salah satu dari bagian-bagiannya mengalami kerusakan fisik dan gangguan sosial, seperti

semua atau beberapa fungsi penting dari masyarakat atau subdivisi terganggu . Dan

Carter dalam bukunya A Handbook Of Disaster Management membatasi bencana sebagai

“ Suatu kejadian alam atau buatan manusia yang secara tiba-tiba atau progresif, yang

dampaknya seperti sangat parah bahwa masyarakat yang terkena dampak harus

merespon dengan mengambil tindakan luar biasa “

C.3.Pengertiaan bencana menurut lembaga Internasional.

Salah satu lembaga internasional yang bernaung di bawah United Nations (

PBB ) adalah UN DHA (United Nations Department of Humanitarian Affairs),lembaga

yang mengurusi masalah kemanusiaan juga mendefinsikan bencana sebagai :

“ A serious disruption of the functioning of society, causing widespread human, material or environmental losses which exceed the ability of affected society to cope using only its own resources. Disasters are often

classified according to their cause / natural or manmade.” Tidak berbeda jauh dengan UNDHA kembaga yang sama sama berada di

bawah UN yakni UN ISDR ( United Nationas International Secretariat for Disaster

reduction ) juga memberikan pengertian yang bencana yang tidak jauh berbeda

yakni : “ A serious disruption of the functioning of a community or a society

causing widespread human, material, economic or environmental losses which

exceed the ability of the affected community or society to cope using its own

resources.” .( Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat,

sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi

materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat

yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka

sendiri ) y ang pengertiannya lebih kurang sama dengan pengertian yang ada pada

UNDHA

Selain itu masih terdapat efinisi Bencana menurut WHO yakni “ A disaster

is any occurrence that causes damage, ecological disruption, loss of human

life, or deterioration of health and health services on a scale sufficient to

warrant an extraordinary response from outside the affected community or

area” . ( Bencana adalah kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan

ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau kerusakan pelayanan kesehatan dan

kesehatan pada skala cukup untuk menjamin respon yang luar biasa dari luar

masyarakat yang terkena dampak atau daerah.

C.4. Pengertian yang termuat dalam kebijakan atau peraturan suatu negera ( Pengertian Normatip)

Pengertian yang termuat dalam kebijakan atau peraturan, dan ini sering

disebut dengan pengertian normatip. Salah satu definsi bencana yang merupakan

bagian dari produk kebijakan tentang bencana dapat di temui dalam

perpustakaan Konggres Amerika . Dalam kebijakan tersebut kongres amerika

diantaranya mendefinisikan bencana sebagai “ We define a disaster as an

emergency which is out-of-control, so what we prepare for are emergencies and if

our planning is successful we will not have disasters. “.

Di Indonesia pengertian bencana secara normatip dapat ditemukan dalam

Undang undang Nomor 24 tahun 2007 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 .Dalam

undang-undang ini yang dimaksud dengan:

“ Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.”

Dari berbagai pengertian tersebut masih terdapat berbagai pengertian

tentang bencana yang dikemukakan dalam proyek sphere yakni : “ Suatu situasi

dimana cara – cara warga untuk secara normal mendukung kehidupan yang

bermartabat telah gagal sebagai akibat dari peristiwa kemalangan luar biasa baik

karena peristiwa ataupunperbuatan manusia “ atau yang dikemukan oleh

Queensland Disaster Management ( School Of Emergency Managament) yang

menyatakan bahwa : “ A disaster is a serious disruption in a community, caused by

the impact of an event, that requires a signiicant coordinated response by the

State and other entities to help the comunity recover from the disruption” (

Bencana adalah gangguan yang serius di masyarakat, yang disebabkan oleh

dampak dari suatu peristiwa, yang membutuhkan respon dikoordinasikan secara

signifikan oleh entitas Negara dan lainnya untuk membantu masyarakat pulih dari

gangguan )

Apa yang disampaikan oleh Queensland Disaster Managament bahwa

yang dimaksud dengan gangguan serius berarti:

(a) hilangnya nyawa manusia, atau penyakit atau cedera pada manusia, atau

(b) luas atau berat kerugian atau kerusakan properti, atau

(c) luas atau berat kerusakan lingkungan.

Sedangkan yang dimasud dengan of an event ( dari sebuah kejadian )

adalah :

(a).siklon, gempa bumi, Banjir , badai, pasang badai, tornado, tsunami, Letusan

terjadi atau alam lainnya;

(b) ledakan, bahan kimia, bahan bakar atau tumpahan minyak, atau kebocoran

gas;

(c) kutu, wabah atau epidemi;

(d) kegagalan, atau gangguan, layanan penting atau infrastruktur;

(e) serangan terhadap Negara;

(f) kejadian lain yang mirip dengan sebuah kejadian yang disebutkan dalam ayat

(a) sampai (f)

(g) Sebuah kejadian mungkin dari alam atau yang disebabkan oleh tindakan

manusia atau kelalaian.

Dari berbagai definsi yang dikemukakan oleh berbagai pakar, berbagai

lembaga baik internasional maupun lambaga pemerintah dan non pemerintah

terdapat kesamaan dalam merumuskan unsur unsur kunci dalam memahami

bencana yang terkadung dalam berbagai pengertian tentang bencana yakni :

1.Adanya Peristiwa baik disebabkan oleh alam ataupun ulah manusia

2.Bersifat mendadak atau berangsur;

3.Adanya kerugian yang meluas;

4.Melebihi kemampuan masyarakat untuk menanggulangi dengan sumber

dayanya sendiri.

D.Rumus Bencana

Dari berbagai pengertian bencana sesungguhnya pengertian pengertian

tersebut belumlah cukup untuk untuk digunakan sebagai instrumen atapun

panduan dalam menentukan suatu hal dapat diklasifikasikan sebagai bencana. Ini

mengandung pengertian bahwa masih diperlukan definsi lain yakni difinisi

operasional untuk menentukan suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai

bencana.

Definsi operasional menjadi sangat penting bari para pengambil kebijakan,

implementasi ataupun pelaksanaan dibidang penanggulangan bencana dan

tentunya untuk para praktisi kebencanaan dalam menjalan tugas sehari hari.

Dengan adanya definsi operasional maka akan menjadi jelas arah kebijakan

yang akan ditempuh maupun sasaran pelaksanaan penanggulangan bencana.

Definsi operasional tentang bencana juga dapat menjadi pemandu untuk

menentukan yang mana bencana dan yang mana masuk kategori bukan bencana.

Rumus bencana disusun untu memberikan pengertian operasional

bersandarkan pada berfungsinya 4 aspek yakni :

1.Adanya bahaya

2.Adanya kerentanan dan kapasitas

3.Adanya Risiko

4.Adanya pemicu.

Dengan bahasa konseptual maka 4 elemen / unsur tersebut dapat

diuaraikan bahwa suatu bahaya jika digabung dengan kerentanan setelah

dikurangi kapasitas maka penggabungan dua unsur ini di sebut dengan

risiko.Namun jika risiko ini bertemu dengan sebuah pemicu maka jadilah 2 unsur

bencana yang bertemu dengan pemicu tersebut adalah sebuah bencana.

Hal tersebut dapat dirumuskan dalam gambar berikut :

Gambar 1 : Rumus Bencana

Gambar 2 : Konsep Dasar Bencana

BAHAYA-------------------- X RISIKO + PEMICU = BENCANAKERENTANAN

Rumus bencana juga dapat diartikan sebagai representasi dari suatu

proses terjadinya bencana dan dan susun dengan tujuan untuk melakukan

klasifikasi suatu peristiwa dapat digolongkan menjadi bencana.

D.1.Bahaya

Dalam bahasa Inggris bahaya adalah Hazard .Merupakan asal kata dari

bahasa Perancis yakni “ hasard” dan juga berasal dari bahasa Arab yakni “ az-

zahr” yang berarti kesempatan atau keberuntungan. Dalam Natural Hazard And

Disaster Management First Edition (2006) disebutkan bahwa hazard atau bahaya

adalah “a dangerous condition or event, that threat or have the potential for

causing injury to life or damage to property or the environment.” ( kondisi atau

peristiwa berbahaya , ancaman atau memiliki potensi untuk menyebabkan cedera

untuk hidup atau kerusakan harta benda atau lingkungan) . Bahaya juga dapat

berarti suatu peristiwa langka atau ekstrim dalam lingkungan alam atau ulah

manusia yang buruk mempengaruhi kehidupan manusia, kekayaan atau kegiatan

sehingga menyebabkan bencana. Atau Suatu kondisi yang secara alamiah maupun

karena ulah manusia berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan

kehilangan jiwa manusia .

Bahaya dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yakni :

1). Bencana alam adalah bahaya yang disebabkan karena fenomena alam (bahaya

dengan meteorologi, geologi atau bahkan asal biologis). Contoh bahaya alami

adalah siklon, tsunami, gempa dan letusan gunung berapi yang eksklusif dari

alam. Tanah longsor, banjir, kekeringan, kebakaran, sosio-alami bahaya karena

penyebabnya keduanya alam dan buatan manusia. Misalnya banjir dapat

disebabkan karena hujan lebat, tanah longsor atau memblokir saluran air

dengan kotoran manusia.

2). Bahaya buatan manusia adalah bahaya karena kelalaian manusia. Bahaya

buatan manusia yang terkait dengan industri atau fasilitas pembangkit energi

dan termasuk ledakan, kebocoran limbah beracun, polusi, Kegagalan

bendungan, perang atau perselisihan sipil .

D.2. Kerentanan dan kapasitas

Kerentanan dapat didefinisikan sebagai “The extent to which a

community, structure, servicesor geographic area is likely to be damagedor

disrupted by the impact of particularhazard, on account of their

nature,construction and proximity to hazardousterrains or a disasterprone

area.”( Central Board of Secondary Education : 2006 ) .Yang jika diterjemahkan

kedalam bahasa Indonesia adalah : "Sejauh mana suatu komunitas, struktur,

pelayanan atau area geografis adalahkemungkinan rusak atau terganggu oleh

dampak tertentu bahaya, karena sifat mereka, konstruksi dan kedekatan dengan

tempat berbahaya atau daerah rawan bencana."

Kerentanan juga mengandung arti suatu kapasitas untuk mengatasi terhadap

mereka yang berisiko. Kerentanan adalah tingkat ketahanan masyarakat dan

lingkungan terhadap bahaya dan kerentanan sangat tergantung pada karakteristik

dari seseorang atau kelompok dalam hal kapasitas untuk mengantisipasi,

mengatasi, melawan dan pulih dari dampak bahaya sejauh mana individu,

komunitas, sub-kelompok, struktur, layanan, atau wilayah geografis kemungkinan

akan rusak atau terganggu oleh dampak dari khususnya bencana.

Kondisi kerentanan adalah kombinasi dari faktor-faktor yang meliputi

kemiskinan, kurangnya kekuatan, eksposur risiko, dan kurangnya kapasitas untuk

menghadapi guncangan dan situasi yang merugikan.

Sedangkan dalam materi Sosialisasi PRB BNPB (2011) kerentanan diartikan

sebagai: sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan ( faktor

fisik,sosial,ekonomi dan lingkunga ) yang berpengaruh buruk terhadap upaya

upaya pencegahan dan Penanggulangan bencana .

Kerentanan dapat dikategorikan menjadi kerentanan fisik dan sosial

ekonomi.

1) .Kerentanan Fisik Ini mencakup pengertian tentang siapa dan apa yang mungkin

rusak atau dihancurkan oleh bencana alam seperti gempa bumi atau banjir. Hal ini

didasarkan pada fisik kondisi masyarakat dan elemen beresiko, seperti bangunan,

infrastruktur dll, dan mereka kedekatan, lokasi dan sifat bahaya. Hal ini juga

berkaitan dengan kemampuan teknis bangunan dan struktur untuk menahan

kekuatan bertindak atas mereka selama peristiwa bahaya.

2).Kerentanan sosial ekonomi: Tingkat yang populasi dipengaruhi oleh bahaya tidak

akan hanya terletak pada komponen fisik kerentanan tetapi juga pada kondisi

sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi masyarakat juga menentukan intensitas

dampak. Misalnya, orang miskin dan tinggal di pantai laut tidak memiliki uang

untuk membangun beton yang kuat rumah. Mereka umumnya pada risiko dan

kehilangan tempat tinggal mereka ketika ada angin kencang atau badai. Karena

kemiskinan mereka juga tidak mampu membangun kembali rumah.

Kerentanan juga berkait dengan kapasitas. Kapasitas mengandung

pengertian: “ resources, means and strengths which exist in households and

communities and which enable them to cope with, withstand, prepare for, prevent,

mitigate or quickly recover from a disaster” yang artinya sumber daya,sarana dan

kekuatan yang ada dirumah tangga dan masyarakat dan yang memungkinkan

mereka untuk mengatasi, menahan,mempersiapkan, mencegah, mengurangi atau

cepatpulih dari bencana .

Kapasitas adalah suatu kondisi kemampuan sumber daya dalam

menghadapi ancaman atau bahaya . Kapasitas adalah kemampuan masyarakat yang

bersifat aktual atau potensial untuk menahan bencana melalui kehadiran materi

dan sumber daya manusia yang membantu dalam pencegahan dan respon yang

efektif terhadap bencana. Ini termasuk sumber daya dan keterampilan yang

dimilikinya dapat mengembangkan, memobilisasi atau memiliki akses yang

memungkinkan mereka untuk memiliki kontrol lebih besar untuk membentuk

masa depan mereka. Ini adalah kemampuan masyarakat untuk menangani bahaya

yang efektip

Kapasitas terdiri dari :

1) Kapasitas Fisik yakni orang yang rumahnya telah hancur oleh topan atau

tanaman telah dihancurkan oleh banjir dapat menyelamatkan sesuatu dari rumah

mereka dan dari pertanian mereka.

Beberapa anggota keluarga memiliki keterampilan, yang memungkinkan mereka

untuk mencari pekerjaan jika mereka bermigrasi, baik sementara ataupun

permanen.

2) Kapasitas sosial-ekonomi yakni pada sebagian besar bencana, orang menderita

kerugian terbesar mereka di bidang fisik dan materi. Orang kaya memiliki

kapasitas untuk segera pulih karena kekayaan mereka. Bahkan, mereka jarang

dilanda bencana karena mereka tinggal di daerah aman dan rumah-rumah mereka

dibangun dengan bahan kuat. Namun,ketika semuanya hancur mereka memiliki

kapasitas untuk mengatasi dengan itu.

Bahaya selalu bersifat wajar , tetapi bahaya dapat menjadi bencana hanya

ketika ada kerentanan yang lebih besar dan kurang dari kapasitas untuk

mengatasinya. Dengan kata lain frekuensi atau kemungkinan bahaya dan

kerentanan masyarakat meningkatkan risiko menjadi saling mempengaruhi.

D.4. Risiko

Adalah potensi kerugian yang ditimbulkan oleh bencana pada suatu

wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,sakit, jiwa

terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, keruskaan atau kehilangan harta, dan

gangguan kegiatan masyarakat. Risiko juga dapat dipahami sebagai probabilitas

(kemingkinan) timbulnya kerusakan atau kerugian ( jiwa,harta,kehidupan,damn

lingkungan ) yang diakibatkan oleh interaksi antara ancaman bahaya ( yang

disebabkab oleh alam atau manusia) dengan kondisi kerentanan dan kapasitas

rendah

Risiko juga dapat dipahami sebagai Kemungkinan konsekuensi berbahaya,

atau kehilangan yang diharapkan (dari kehidupan, orang terluka, properti, mata

pencaharian, kegiatan ekonomi terganggu atau lingkungan rusak) akibat dari

interaksi antara yang bersumber dari alam atau manusia bahaya dan rentan /

mampu kondisi.

Risiko Konvensional adalah adanya persamaan bahwa Risiko = Bahaya x

Kerentanan / Kapasitas (UN ISDR 2002,).Dengan demikian berdasarkan

perhitungan matematis, risiko adalah produk dari bahaya dan kerentanan (U.N.

1992). Dalam Risiko bencana terdapat elemen – lemen yang dapat mengendung

risiko yakni :

1).Kehidupan manusia 2).Kesehatan3).Rumah Tangga dan 4).Struktur komunitas 5).Fasilitas dan layanan seperti rumah, jembatan, sekolah, Jalan dan rumah sakit 6).Mata Pencaharian dan kegiatan ekonomi, yang meliputi pekerjaan,tanaman, ternak.

7).Lingkungan Alam

Dengan memahami rumus – rumus bencana maka dapat disimpulkan

bahwa tidak semua kejadian yang biasa dapat kita saksikan diberbagai media

seperti media online,televisi, Radio maupun media cetak adalah suatu bencana

Semua peristiwa alam seperti banjir atau gempa bumi belum tentu menjadi

bencana. Kadang-kadang, mereka tidak menyebabkan kerusakan besar bagi

kehidupan atau properti karena orang telah mengambil langkah-langkah untuk

mencegah atau reduksi atas efek kerusakan . Semua peristiwa alam seperti banjir

atau gempa bumi belum tentu menjadi bencana. Bahkan ketika peristiwa tersebut

menyebabkan kerusakan, tidak semua orang di daerah bencana menderita sama.

Mengapa beberapa orang lebih menderita dari bencana orang lain ? Jawabannya

adalah bahwa beberapa orang memiliki kapasitas lebih sedikit dan lebih rentan

daripada yang lain. Sehingga :

PERISTIWA BENCANA

E.Jenis Bencana

Dalam hal jenis bencana Quarantelli ( 2010) membagi bencana menjadi 2

jenis yakni:

1. Bencana alam. Contoh - gempa bumi, banjir, tanah longsor dan bencana –

bencanan lain yang disebabkan oleh alam

2. Bencana buatan manusia. Contoh - perang, ledakan bom, kebocoran bahan

kimia dan bencana – bencana lain yang disebabkan oleh perbuatan mansuia

Quarantelli menegaskan bahwa tahapan dari semua bencana, baik itu

alami atau buatan manusia, adalah sama. Bencana sering berbeda dalam kuantitas

kerusakan yang disebabkan atau kualitas dari jenis konsekuensi medis. Untuk

gempa bumi misalnya menyebabkan banyak luka fisik dan patah tulang, banjir

menyebabkan tenggelam kematian dan infeksi, kebocoran bahan kimia

menyebabkan manifestasi beracun,.

Tahapan dari semua bencana, baik itu alami atau buatan manusia, adalah

sama. Bencana sering berbeda dalam kuantitas kerusakan yang disebabkan atau

kualitas dari jenis konsekuensi medis. Untuk gempa bumi misalnya menyebabkan

banyak luka fisik dan patah tulang, banjir menyebabkan tenggelam kematian dan

infeksi, kebocoran bahan kimia menyebabkan manifestasi beracun, Kemudian jika

mendasarkan pada estimasi tingkat kehacurannya bencana dapat dibagi menjadi

beberapa jenis yakni : a. bencana alam mayor b. bencana alam minor c. bencana

buatan manusia bersifat mayor d. Bencana minor buatan manusia bersifat minor

Sedangkan menurut Undang undang Nomor 24 tahun 2007 bencana

terdiri dari 3 jenis sepeti yang nampak pada gambar berikut ini :

Gambar 3 .Jenis Bencana Menurut UU NO 24 tahun 2007

f.Pandangan Masyarakat terhadap bencana

Setidak tidaknya terdapat 4 pandangan manusia terhadap

becana.Sejumlah pakar kebencanaan menganggapnya sebagai teori besar

pandangan manusia terhadap bencana. Adapun pandangan pandangan tersebut

adalah :

1.Bencana sebagai kehendak Tuhan - atau Takdir

2. Bencana sebagai agen murni fisik / murni peristiwa alam

3.Bencana sebagai Persimpangan dari Masyarakat dan Alam

4.Bencana sebagai Penciptaan Manusia yang harus di hindari Dan merupakan hasil

Ketidakadilan Sosial dan Kerentanan Petumbuhan

BAB II

MANAJEMEN BENCANA

Istilah manajemen bencana merupakan terjemahan dari disaster

management. Dan istilah disaster management sebenarnya lebih sering

diterje,ahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi penanggulangan bencana. Entah

dengan pertimbangan apa disaster management diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia menjadi penanggulangan bencana. Namun beberapa praktisi para

pengambil kebijakan saat Undang undang Nomor 24 tahun 2007 mengungkapkan

bahwa istilah penanggulangan bencana cukup lebih dikenal dibandingkan

manamen bencana.

Namun demikian ketika undang – undang nomor 24 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana mulai disosialisasikan , masyarakat banyak yang

mempertanyakan apakah mungkin bencana dapat ditanggulangai. Dalam benak

mereka selalu mengibaratkan bahwa bencana dapat ditanggulangi seperti halnya

membangun tanggul penahan lahar atau upaya bagaimana lahar panas gunung

merapi dapat dijinakkan dengan memasang tanggul di gunung yang kuat.

Apa yang ada dalam benak masyarakat tersebut dapat dimaklumi

mengingat persepsi kata “ penanggulangan “ diindentikan dengan sebuah kata

kerja membuat tanggul untuk menahan bencana.Dengan demikian diperlukan

suatu upaya yang terus menrus agar masyarakat semakin cerdas bahwa

penanggulangan bencana bukan semata mata melakukan kegiatan pembuatan

tanggul untuk menahan bencana tetapi merupakan suatu upaya yang sistematis

dilakukan mengurangi risiko akibat terjadinya bencana.

A. Pengertian manajemen

Manajemen sesunggguhnya berasal dari bahasa Inggris yakni

Management. Dari kata Magement tesersebut diperoleh kata kerja to manage

yang berarti megatur,mengurus dan mengelola ( Hasibuan dalam Anton

Athoilah :2010). Namun secara substantip menajemen mengandung unsur unsur

kegiatan yang bersifat pengelolaan .

Beberapa pakar manajemen memberikan pengertian mnajemen antara

lain :

1. Pengertian Manajemen Menurut GR.Terry

Merupakan suatu proses yang khas yg terdiri atas tindakan - tindakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk

menetukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia

dan sumber daya lainnya.

2.Pengertian Manajemen menurut Harol Koonts dan Cyril O’Donnel

adalah usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain .

Atas berbagai pengertian manajemen tersebut Malayu Hasibuan

megnajukan pertanyaan terkait dengan mamanejemn yakni :

1).Apa yang diatur ?

2).Mengapa harus diatur ?

3).Siapa yang mengatur?

4).Bagaimana Mengaturnya?

5).Dimana harus diatur ?

B.Pengertian Manajemen Bencana

Sesuai dengan pokok pembahasan pada bab ini pengertian manajemen

bencana atau yang lebih dikenal dengan penanggulangan bencana antara lain

dikemukanan oleh State of Queensland Department of Community Safety pada

tahun 2011 yang menyatakan bahwa “ Disaster management means

‘arrangements about managing the potential adverse effects of an event,

including, for example, arrangements for mitigating, preventing preparing for,

responding to and recovering from a disaster” (Manajemen bencana adalah

pengaturan tentang pengelolaan sesuatu yang berpotensi merugikan dikarenakan

efek dari suatu peristiwa, termasuk, misalnya, pengaturan untuk mengurangi,

mencegah, mempersiapkan, menanggapi dan memulihkan diri dari bencana “ .

Selain dari Queesland terdapat juga pengertian manajemen bencana yang

dikemukakan oleh Asian Disaster Preparadness Center yang bermarkas di bangko

Thailand.ADPC mendefinsikan manajemen bencana sebagai Disaster management

can be defined as the effective organization, direction and utilization of available

counter-disaster resources (Manajemen bencana dapat didefinisikan sebagai

organisasi yang efektif, pemberian arah dan pemanfaatan ketersediaan sumber

daya untuk menghadapi / melawan bencana )

Sedangkan dalam Undang undang nomor 24 tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana disebutkan bahwa penanggulangan bencana adalah

serangkaian upaya yang meliputi :

1.Penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana

2.Kegiatan pencegahan bencana

3.Tanggap Darurat

4.Rehabilitasi

Atas pertanyaan Malayu dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4 Obyek Manajemen bancana

Dengan gambar tersebut maka obyek yang hendak dikelola dalam

penanggulangan bencana utamanya adalah risiko bencana,

bahaya,kerentanan ,kapasitas dan pemicu adanya bencana disamping hal- hal lain

yakni penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap Darurat dan rehabilitasi

Selain itu penanggulangan bencana juga mempunyai cakupan pengelolaan

bencana yang meliputi pengembangan rencana pemulihan bencana, yang

dimaksudkan untuk meminimalkan risiko bencana dan untuk menangani mereka

ketika apa yang mereka lakukan betul betul terjadi dan pelaksanaan rencana

tersebut. Manajemen bencana biasanya mengacu pada pengelolaan bencana alam

seperti kebakaran, banjir, atau gempa bumi. Termasuk terkait teknik lain

manajemen krisis, manajemen kontingensi, dan manajemen risiko.

C.Fase Manajemen / Penanggulangan Bencana

Terdapat 4 fase dalam manajemen/ penanggulangan bencana yakni

1).Pengambilan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi kemungkinan dari

suatu peristiwa terjadi atau, jika suatu peristiwa terjadi, untuk mengurangi

keparahannya;

2).Pengambilan langkah-langkah persiapan untuk memastikan bahwa, jika sebuah

peristiwa terjadi, masyarakat, sumber daya dan jasa yang mampu mengatasi efek

Kejadian

3).Pengambilan tindakan yang tepat untuk menanggapi suatu peristiwa,

termasuk tindakan yang diambil dan langkah-langkah yang direncanakan untuk

mengantisipasi, selama dan segera setelah acara untuk memastikan bahwa

dampaknya diminimalkan dan bahwa orang yang terkena dampak acara tersebut

diberikan bantuan dan dukungan;

4).Pengambilan tindakan yang tepat untuk pulih dari suatu peristiwa,Termasuk

tindakan yang diambil untuk mendukung masyarakat korban dalam rekonstruksi;

Pakar lain, Quarantelli menyebutkan beberapa fase dalam menejemen

bencana yakni :

1). Fase bencana;

2). Fase respon ;

3). Fase Pemulihan / Rehabilitasi;

4). Fase Pengurangan Risiko / Mitigasi;

5. Fase Kesiapan;

Menurut Quarantelli Fase bencana adalah tahap diamana bencana itu

beralngsung.Iamenjelaskan bahwa fpada ase ini ditandai dengan kerusakan besar

bagi masyarakat / manusia.Kerusakan / kerugian terhadap kehidupan manusia,

kerugian harta benda, kehilangan lingkungan, hilangnya kesehatan atau apa pun.

Dalam fase ini, populasi terjadi kejutan yang mendalam.

Kemudian pada tahap respon adalah periode yang segera mengikuti

terjadinya bencana.Di satu sisi, semua individu menanggapi bencana, tetapi dalam

cara mereka sendiri.

Kemudian pada tahap selanjutnya yakni tahap pemulihan ( Early Recovery )

Bila kebutuhan mendesak penduduk terpenuhi, ketika semua bantuan medis telah

tiba dan orang-orang telah menetap dari keramaian maka mereka mulai

memasuki fase berikutnya yakni tahap pemulihan yang paling signifikan yang ber

jangka panjang.

Saat itulah waktu itu korban bencana benar-benar menyadari telah

menjadi dampak bencana. Sekarang mereka merasakan arti dari kerugian yang

mereka miliki dan dengan kondisi yang menderita.

Selain fase manajemen / penanggulangan bencana terdapat pula fase

manajemen bencana dalam bentuk yang lebih sederhana yakni :

1.Sebelum bencana (pra-bencana).

Kegiatan dilakukan untuk mengurangi kerugian manusia dan properti yang

disebabkan oleh potensi bahaya. Misalnya melakukan kampanye sadar bencana ,

memperkuat struktur masyarakat yang lemah , persiapan manajemen bencana

rencana pengurangan resiko di rumah tangga dan tingkat masyarakat apa yang

dilakukan pada tahap ini disebut sebagai kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan.

2. Selama bencana (bencana terjadi )I nisiatif yang diambil untuk memastikan

bahwa kebutuhan korban sesuai degan ketentuan terpenuhi dan penderitaan

diminimalkan. Kegiatan diambil berdasarkan tahap ini disebut kegiatan darurat

tanggap bencana

3. Setelah bencana (pasca bencana) Inisiatif yang diambil dalam menanggapi

bencana dengan tujuan untuk mencapai pemulihan dini dan rehabilitasi

masyarakat yang terkena dampak, segera setelah bencana. ini disebut sebagai

respon dan kegiatan pemulihan.

D.Model atau pendekatan Manajemen Bencana

Dalam pengelolaan bencana dikenal beberapa model yang gunakan .Model

tersebut antara lain :

1.Model Tradisional

Dalam pendekatan tradisional untuk manajemen bencana terdapat

sejumlah urutan bertahap dari tindakan atau kontinum. Ini dapat

direpresentasikan sebagai siklus Dalam model ini. Manajemen bencana terjadi

secara bertahap, secara berurutan. Fokusnya adalah lebih pada kegiatan segera

sebelum dan setelah permulaan kejadian bencana. Mitigasi dan kesiapsiagaan

mendahului bencana. Manajemen pra-bencana disebut Manajemen Risiko.

Gambar 5 Model Tradisional