romantis islami sebuah pengantar - · pdf fileromantis islami : sebuah pengantar 5 | p a g e...

27
Roman 1 | Page RO ( SEB Hat ntis Islami : Sebuah Pengantar OMANTIS ISLAMI BUAH PENGANTAR ) tta Syamsuddin, Lc

Upload: ngonga

Post on 30-Jan-2018

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

1 | P a g e

ROMANTIS ISLAMI

( SEBUAH PENGANTAR )

Hatta Syamsuddin, Lc

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

ROMANTIS ISLAMI

( SEBUAH PENGANTAR )

Hatta Syamsuddin, Lc

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

2 | P a g e

Romantis Islami : Murah & Berpahala

Berawal dari sebuah keraguan.

Saya ragu bahwa banyak orang yang telah menikah masih sempat

memaknai arti romantis. Bayangkan saja, setiap hari mereka akan berhadapan

dengan banyak urusan. Entah pekerjaan, keuangan, kondisi rumah yang

berantakan, atau juga pendidikan dan perawatan anak-anak. Di tengah itu

semua, nyaris yang ada hanya aktifitas-aktifitas rutin yang statis. Pandangan

dan senyuman dari pasangan kita menjadi tidak terlalu berharga. Terlewatkan

setiap hari begitu saja. Kalau ada satu dua ciuman, biasanya di akhir pekan

yang melelahkan. Nyaris tak berkesan.Lantas, kemana gerangan perginya

senyum, lirikan dan sentuhan manja yang dulu pernah ada ? Adakah

bergantinya siang dan malam telah menggerogoti cinta ? Wallahu a’lam

Berawal dari sebuah keraguan.

Saya ragu bahwa teman-teman saya mampu dan berani untuk romantis.

Sebab kebanyakan dari mereka –para aktifis dakwah- adalah sosok-sosok yang

tampil garang saat berdemonstrasi, serta mempunyai mobilitas dan semangat

tinggi dalam beraktifitas. Sementara sebagian yang lainnya adalah sosok-sosok

yang lembut, santun, khusyuk dengan wajah teduh yang khas. Saya ragu kalau

mereka mau atau sempat beromantis ria dengan pasangannya sekarang ini atau

kelak ketika menikah. Mendengar istilah romantis saja mungkin terasa asing

bahkan cenderung phobi.

Yang saya tahu, romantis bagi sebagian dari mereka dipahami

cenderung ke arah cengeng, melankolis, atau bahkan ikut-ikutan gaya barat.

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

3 | P a g e

Belum lagi untuk para aktifis yang mempunyai jam terbang tinggi ; Romantis ?

Hmm.. mana sempat akh 1?

Dari keraguan-keraguan diatas, lalu pertanyaan singgah dalam benak

saya : Romantis itu sebenarnya apa dan milik siapa ? Maka mulailah saya

berusaha mencari jawaban yang tepat untuk hal itu. Semoga.

Romantis Lintas Batas

Saat seorang ditanya tentang arti romantis, maka segera saja berkelebat

bayangan yang indah-indah dalam benaknya. Yang hobbi nonton telenovela

atau sinetron akan menjawab; makan malam bersama pasangan, diterangi

sebatang lilin dan ditemani tembang-tembang kenangan itu romantis.

Sementara muda-mudi yang baru kasmaran dengan pacarnya akan

mengatakan, romantis itu identik dengan puisi dalam sepucuk surat cinta.

Seorang gadis bisa melayang jiwanya, hanya dengan beberapa bait puisi yang

memujinya. Lihat sosok Rangga, dalam film Ada Apa dengan Cinta (2002)

dengan puisi-puisinya, katanya mewakili makna romantis, dan tiba-tiba saja

gaung film itu membahana.

Lain lagi bagi mereka penggemar film-film Bollywood India, bayangan

romantis adalah menari dan menyanyi dengan pasangannya di tempat-tempat

indah. Entah pinggir pantai, lembah atau sepanjang rel kereta api, Rasa-rasanya

belum pernah terlihat Shakhrukh Khan dan Kajol menari di tempat yang kotor

dan kumuh. Romantis benar-benar membutuhkan pemandangan alam yang

indah ! Bagi mereka yang bergaya eropa abad pertengahan akan segera

menjawab romantis itu seorang pria memberi setangkai bunga pada

1 Akh = saudara dalam bahasa arab

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

4 | P a g e

pasangannya, berdansa, lalu menggendongnya ke tempat tidur. Ibarat seorang

pangeran impian yang menghamba pada seorang putri dari negri dongeng.

Belum selesai sampai di situ saja. Ada sisi lain dari romantis yang jarang

diperhatikan banyak orang, yaitu ; tangisan, kesedihan, kasih tak sampai yang

berujung kematian. Lihat saja kisah-kisah yang dikenal banyak orang bertahun-

tahun : ada Romeo dan Juliet karangan Shakespare bagi orang Barat, Laila

Majnun karangan Nizami bagi orang Persia dan Arab, atau juga Tenggelamnya

Kapal Vanderwijk karya Hamka, pujangga bangsa kita sendiri. Banyak yang

mengatakan ini adalah kisah-kisah romantis yang terbesar sepanjang sejarah.

Kalau benar romantis, berarti yang mereka maksud dengan romantis adalah

kasih tak sampai yang berujung kematian. Kita tahu Romeo sepakat untuk

bunuh diri bersama Juliet. Sementara Qais menggila, mati bersimpuh di atas

pusara Laila. Sementara Zaenuddin dan Hayati pun ikut-ikutan meninggal dan

tak pernah menemukan muara cintanya. Lalu bisakah dikatakan, bahwa

kesedihan sama dengan romantis ?

Mungkin benar dan sangat mungkin tidak. Hingga ada sebuah andekdot

yang menyatakan : Jika ada sepasang kekasih sedang mendayung sampan di

tengah danau. Kemudian sampan itu bocor dan hanya ada satu buah

pelampung untuk menyelamatkan diri. Keduanya sama-sama tidak bisa

berenang. Nah, pertanyaannya siapa yang akan mengambil pelampung

tersebut ? Ternyata jawabannya bisa tiga ; Pertama, kalau cinta laki-laki itu

sejati, maka ia akan memberikan pelampung itu pada kekasihnya. Kedua, jika

cintanya palsu, maka ia akan berusaha merebut pelampung itu dan

meyelamatkan dirinya sendiri. Dan yang unik adalah ketiga, jika laki-laki itu

seorang yang romantis, maka ia akan membuang pelampung jauh-jauh lalu dan

mengajak kekasihnya untuk tenggelam bersama-sama sambil berpelukan –atas

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

5 | P a g e

nama romantis!!! Saya teringat sabda Rasulullah : Cintamu pada sesuatu, akan

membuatmu buta dan tuli ( HR Abu Daud & Ahmad)2 Dan kita yakin bahwa

kematian itu lebih dari sekedar buta dan tuli.

Pembaca budiman, kalau mengikuti pandangan diatas, maka romantis

bisa berarti : pacaran dan surat cinta, memberi bunga dan berdansa, menari di

tempat indah, serta kasih tak sampai yang berujung kematian ? Saya jadi

tambah ragu. Andai saja romantis adalah milik mereka yang melakukan

‘kelakuan-kelakuan’ diatas, itu berarti teman-teman saya para aktifis dakwah

tidak punya harapan untuk menjadi romantis. Jauh sekali dari romantis.

Mereka tidak pacaran, tidak bisa menari, dan untuk memberi bunga saja harus

berpikir malu-malu seribu kali. Jadi kapan mereka bisa bisa romantis ?

Kembali sebuah pertanyaan berderak. Menghujam dalam benak.

Sebenarnya, romantis itu apa dan milik siapa ?

Romantis Ala Rasulullah

Jika romantis itu identik dengan memberikan hadiah kepada pasangan,

membahagiakan hati pasangan, serta bergembira dan bermesraan bersama

pasangan, maka sesungguhnya sejak 14 abad yang lalu Rasulullah Shallallahu

‘Alaihi Wassalam telah memberikan banyak contoh romantis bagi kita dalam

potret kehidupan rumah tangga beliau bersama istri-istrinya. Jauh sebelum

Wiliam Shakespere sempat menulis cerita romantis Romeo dan Juliet.

Lihat saja bagaimana Aisyah ra. terharu saat ditanya tentang

kenangannya bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang paling

2 HR Abi Daud (IV/334) nomor hadits (5130) ; HR Ahmad (V/194) nomor (21740) dari Abu Darda' Ra.

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

6 | P a g e

mengagumkan. Istri kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam itu

menjawab dengan penghayatan yang begitu dalam : Kaana kullu amrihi ‘ajaba

(Semua tentangnya menakjubkan !).3 Seolah-olah Aisyah ra berbalik bertanya : “

Manakah dari pribadi beliau yang tidak mengagumkan ? “. Begitu romantisnya

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam hingga Aisyah tidak bisa melukiskannya

dengan kata-kata selain menakjubkan.!

Aisyah ra ingat persis ketika Rasulullah saw menggendongnya mesra

melihat orang-orang Habsyi bermain-main di pekarangan masjid hingga ia

merasa bosan. Di hari lainnya, suaminya tercinta itu malah mengajaknya

berlomba lari dan mencuri kemenangan atasnya saat badannya bertambah

subur. Aisyah ra juga takkan lupa saat Rasulullah saw memanggilnya dengan

panggilan kesayangan “Humaira” (yang pipinya kemerah-merahan). Sebuah

panggilan yang benar-benar mampu membuat pipi Aisyah bersemu merah

jambu. Malu dan salah tingkah. Sementara di dalam rumah, potret romantis

Aisyah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam lebih menakjubkan.

Mereka makan sepiring berdua, tidur satu selimut berdua, bahkan hingga

mandi satu bejana ! Bayangkan, adakah yang lebih romantis dari tiga hal

tersebut ?

Yang unik lagi misalnya, jika Anda pernah melihat film-film barat, maka

ada sebuah kebiasaan aneh saat pesta , yaitu melumuri atau melempar wajah

temannya dengan kue-kue yang ada. Kemudian mereka saling membalas.

Ternyata, uswah kita tercinta shallallahu alaiahi wa salam pernah melakukannya

dengan dua istrinya ; Aisyah ra dan Saudah ra. Mereka berdua asyik bercanda,

saling membalas melumuri wajah madunya dengan sebuah makanan sejenis

3 Diriwayatkan oleh At-Thohawy dalam Musykil al-Atasr (X/236) dari Atho' bi Abi Rabah , ( Lihat :

Kitab Al-Bayan Wa At-Ta'rif , Ibrahim bin Muhammad Al-Husaini , (I/313)

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

7 | P a g e

jenang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tidak hanya tersenyum simpul,

bahkan juga ikut menyemangati kedua istrinya4. Berani mencoba ?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam adalah seorang lelaki

sebagaimana lelaki lainnya, namun bagi para ummahatul mukminin5, beliau

bukan sekedar suami yang biasa. Beliau adalah suami yang romantis dengan

segenap arti yang bisa diwakili oleh kata romantis. Diriwayatkan dari Umarah,

ia berkata : Saya bertanya kepada Aisyah ra : “ Bagaimana keadaan Rasulullah

bila berduaan dengan isri-istrinya ? “ Jawabnya : “ Dia adalah seorang lelaki

seperti lelaki yang lainnya.Tetapi bedanya beliau seorang yang paling mulia, paling

lemah lembut, serta senang tertawa dan tersenyum “ (HR Ibnu Asakir & Ishaq ).6

Jika merasa belum lengkap dengan contoh nyata dari kehidupan rumah

tangga beliau, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam telah menegaskan

secara khusus pada umatnya untuk berlaki romantis pada pasanagannya.

Beliau bersabda : “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu adalah yang

paling baik terhadap istrinya. Dan aku adalah yang terbaik pada istri dari kamu

sekalian “. (HR Tirmidzi & Ibnu Hibban)7. Tidak tanggung-tanggung, bahkan

Al-Quran juga telah mengisyaratkan hal yang senada : “ Dan bergaullah dengan

mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, maka

(bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan

padanya kebaikan yang banyak “ ( QS An-Nisa :41 )

Syarat untuk menjadi terbaik, harus berbuat baik terlebih dahulu kepada

istri. Berbuat baik itu luas dan banyak peluangnya. Dari yang sekedar

tersenyum, meremas jari tangan, bahkan hingga merawat pasangan kita saat

4 Lihat hadits dan kisahnya pada Bab VIII, Inspirasi Keempat

5 Ibu orang mukmin, yaitu istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam

6 Musnad Ishaq , (III/1008) , nomor hadits (1750), Lihat Juga : Al-Jami' As-Shagir, As-Suyuti (I/131)

7; Shahih Ibnu Hibban (IX/484) nomor (4177), HR Tirmidzi (V/709)nomor (3895), ia berkata haidts

hasan gharib shahih.Diriwayatkan pula oleh : Ibnu Majah, Ad-Darimy,Al-Baihaqy dan Ath-Thobroni

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

8 | P a g e

sakit sekalipun. Subhanallah, bermesraan dengan istri itu membahagiakan hati

dan menghapus segala gundah. Dan ternyata bukan itu saja, Islam juga

menjadikan kebaikan, kemesraan, dan romantisnya seseorang terhadap

pasangannya sebagai ladang pahala, bahkan kunci surga di akhirat kelak.

Apakah maksud kunci surga itu ? Semoga dua hadits di bawah ini cukup bisa

memberi jawaban bagi kita.

Dari Hushain bin Muhshan bahwa bibinya datang kepada Nabi

Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu beliau bertanya kepadanya, “ Apakah engkau

mempunyai suami ? Dia menjawab ;”Punya”, Beliau bertanya lagi: ”Bagaimana

sikapmu terhadapnya ? “ Dia menjawab, “ aku tidak menghiraukannya, kecuali

jika aku tidak mampu “. Maka beliau bersabda : “ Bagaimanapun engkau bersikap

begitu kepadanya ? Sesunggguhnya dia adalah surga dan nerakamu) (HR Ahmad) 8 .

Juga diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah bersabda : “Siapapun

wanita yang meninggal dunia sedangkan suaminya dalam keadaan ridha kepadanya,

maka ia masuk surga “ (HR. Hakim & Tirmidzi) 9

Ternyata, istri bisa masuk surga karena suami, begitu pula sebaliknya.

Kalau masuk neraka ? Wal iyyadzh billah.10 Walhasil, seharusnya visi awal

sebuah pernikahan adalah bagaimana menjadikan pasangan kita salah satu

kunci-kunci surga bagi kita. Karena masuk surga itu penting, tapi lebih penting

lagi masuk surga rame-rame dengan orang-orang yang kita cintai dan mencintai

kita. Apakah bisa disebut bahagia jika kita menyaksikan orang-orang yang kita

cintai dalam keadaan menderita ? Tidak sekali-sekali tidak.

8 HR Ahmad (VI/419) nomor (27392) ; HR Baihaqi (VII/291) nomor (14483), HR An-Nasa'I (V/310)

nomor (8962). 9 HR Hakim dalam Al- Mustadrok (IV/191) nomor (7328) , isnadnya shahih ; HR Tirmidzi (III/466)

nomor (1161) ia berkata : Hadist hasan gharib 10

Artinya : dan berlindung itu kepada Allah, ungkapan semacam Naudzubillah min dzalik,

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

9 | P a g e

Romantis Tanpa Ragu

Kembali ke teman-teman saya, para aktifis dakwah. Masih dalam

keraguan, saya berandai-andai –semoga bukan prasangka—bahwa kebanyakan

dari mereka phobi dengan romantis karena beberapa hal. Ada beberapa

pandangan negatif tentang romantis yang seringkali terbersit dalam pikiran

kita, atau setidaknya yang bisa dijadikan alasan untuk gamang dalam

menerima ‘mazhab romantis’ ini. Anehnya, saya berharap semoga dugaan saya

ini tidak benar.

PANDANGAN PERTAMA, - bahwa romantis dengan istri cenderung

melalaikan seseorang dari zikir kepada Allah. Lebih parah lagi, alokasi waktu

untuk beromantis ria bersama istri, bisa melambatkan agenda dan kerja-kerja

dakwah.

Sebenarnya wajar juga jika ada yang berpikiran seperti ini. Ada beberapa

statement dari Al-quran dan hadits yang mengisyaratkan tentang hal ini, salah

satunya ayat tentang prioritas cinta di bawah ini, insya Allah cukup

representatif :

“ Katakanlah, “ Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum

keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri

kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cinta dari pada

Allah Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah

mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang

fasik “ (QS At-Taubah 24)

Sudah semestinya kita berhati-hati dengan fitnah istri atau suami

pasangan hidup. Al-quran sendiri mengisyaratkan bahwa ada kemungkinan

pasangan kita menjadi musuh-musuh kita. Fakta sejarahnya, ingat-ingat cerita

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

10 | P a g e

tentang Nabi Luth as dan Nabi Sholih as. Tengok sejenak tafsir surat At-Tahrim

atau buku tentang kisah para Nabi. Anda akan menemukan kedua orang shalih

itu mendapati istri-istrinya sebagai musuh suaminya dalam dakwah. Bukan

saja memalingkan dari zikir kepada Allah, tapi justru menghalangi dakwah

suaminya. Naudzubillah. Saya jadi takut membayangkan para ikhwah pengantin

baru yang tiba-tiba saja sering absen atau telat dalam acara-acara dakwah.

Jangan-jangan karena mereka sedang praktek romantis ?

Baiklah, syubhat ini perlu beberapa penjelasan. Semoga Anda tidak

bosan.

Yang pertama, semua sepakat bahwa seromantis apapun kita, tidak

boleh melalaikan kita dari mencintai Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya. Lalu

bagaimana caranya ? bukankah romantis itu cenderung melalaikan ? Kalau

boleh menjawabnya, saya teringat sebuah hadits yang mengisahkan tentang

kerisauan Hanzhalah ra dan Abu Bakar as Shiddiq ra. Mereka saling curhat

tentang kondisi ruhiyah mereka yang naik turun. Naik saat mendengar tausiyah

dan taujih dalam majlis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, dan turun saat

berkumpul dan bermain bersama anak istri. Saat mereka mengadukan hal ini

pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda : " Demi zat yang

diriku dalam kekuasaannya. Sesungguhnya kalau kamu senantiasa menepati apa yang

pernah kamu dengar ketika bersamaku dan juga tekun dalam zikir, niscaya malaikat

akan menjabat tanganmu di tempat-tempat tidurmu dan dijalan-jalan kamu. Akan

tetapi wahai Hanzhalah, sesaat (begini) dan sesaat (begitu) “ Beliau mengulangi

ucapan ini sampai tiga kali.{ HR Muslim )11

11

HR Muslim (IV/2106) nomor (2749) ; HR Ahmad (IV/346) ; HR Tirmidzi (IV/666) nomor (2514) , ia

berkata ; Hadits hasan shahih

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

11 | P a g e

Ternyata romantis memang ada waktunya. Tidak bisa anytime anywhere,

setiap saat dan setiap tempat. Ada batasan yang harus diindahkan. Saat azan

shalat berkumandang, saat panggilan jihad membahana, dan saat jiwa raga kita

dibutuhkan untuk dakwah, saatnya energi romantis diubah menjadi semangat

berjuang dan berkorban ! Jadi, rasanya tidak perlu takut untuk romantis,

tinggal pintar-pintar saja mengkondisikan waktu dan jiwa kita. Yang harus kita

takuti justru ketika kita berada pada kondisi overcrowded ; Romantisnya tidak,

mengingat Allah juga tidak !

Yang kedua, jika selama ini ada kekhawatiran bahwa romantis bersama

istri akan melalaikan kita dari mengingat Allah, lalu mengapa tidak kita pakai

analogi terbalik ? Bahwa dengan sesuatu yang romantis kita bisa mengingat

Allah. Atau bahwa mengingat Allah, berzikir bersama istri kita justru akan

menjadi suatu hal yang luar biasa romantis ? Ada satu contoh tentang ini dalam

sebuah hadits :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : Allah

merahmati seorang laki-laki yang bangun di malam hari lalu sholat, dan ia

membangunkan istrinya lalu istrinya pun sholat. Jika istrinya enggan bangun, ia

memercikkan air ke wajah istrinya. Allah Swt merahmati seorang wanita yang bangun

di malam hari lalu sholat, dan ia membangunkan suaminya lalu suaminya pun sholat.

Jika suaminya enggan, maka ia memercikkan air ke wajah suaminya. (HR Ibnu

Khuzaimah)12

Subhanallah, inilah salah satu bukti konkrit betapa sesungguhnya ada

celah-celah dan tuntunan untuk romantis dalam beberapa ibadah kita.

Membangunkan istri untuk mengingat Allah, romantis yang nyunah dan

12

Shahih Ibnu Khuzaimah (II/183) nomor (1148) ; Shahih Ibnu Hibban (VI/306) nomor (2567) ; HR Abu

Daud (II/33) nomor (1308) ; HR Nasa'I (I/411) nomor (1300); HR Ibnu Majah (I/424) nomor (1336)

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

12 | P a g e

romantis yang berpahala. Lebih jauh lagi, romantis yang akan memenuhi kalbu

kita dengan berzikir, dan bertasbih kepada Allah, bukan melalaikannya

sebagaimana kekhawatiran kita selama ini.

Yang ketiga, Islam memberi tuntunan kepada kita, bahwa kesibukan

seseorang dalam beribadah, hendaknya tidak melalaikan hak-hak istri atas

suaminya. Tawazun atau proporsional dalam beribadah, begitu Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi Wassalam senantiasa menekankan. Ketika tiga kumpulan

sahabat dengan bersemangat hendak meniru kuantitas ibadah nabi Shallallahu

‘Alaihi Wassalam ; yang pertama berazam untuk bangun malam terus dan tidak

tidur, yang kedua berazam untuk berpuasa terus dan tidak akan berbuka,

sementara yang ketiga bertekad menjauhi istrinya agar khusyuk dalam

beribadah, maka apa kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tatkala mendengar

hal ini ? Raut wajah beliau berubah tanda ketidak setujuan, lalu bersabda : “Aku

ini adalah orang yang paling tahu siapa Allah dan yang paling takut kepada-Nya

diantara kamu, tetapi aku ini bangun malam dan tidur. Aku juga berpuasa dan

berbuka. Dan aku pun kawin dengan sejumlah perempuan”

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pun melanjutkan dengan

sebuah statement yang mencerminkan ‘kemarahan’ beliau atas tingkah para

sahabatnya ini : “ Maka barang siapa yang tidak suka dengan sunnahku, berarti dia

bukan dari golonganku.” ( HR Muttafaq alaih dari Anas bin Malik )13

Subhanallah, betapa indah dan adilnya syariat Islam. Pada satu sisi

menyuruh kita untuk memprioritaskan cinta pada Allah, Rasul dan Jihad,

sementara pada sisi yang lain memperingatkan dengan keras terhadap mereka

yang melalaikan hak-hak istri mereka, meski atas nama cinta pada Allah dan

Rasulnya !

13

HR Muslim (II/1020) nomor (1401) ; HR Bukhori (V/1949) nomor (4776).

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

13 | P a g e

Bahkan Aisyah ra pernah menceritakan bagaimana Rasulullah menjaga

hak-haknya sebagai istri, meski untuk bermunajat kepada Rabbnya. Aisyah

mengatakan :” Suatu malam, ketika beliau tidur bersamaku dan kulitnya sudah

bersentuhan dengan kulitku, beliau berkata. “ Wahai Aisyah, izinkan aku

beribadah kepada Tuhanku “. Aku berkata, “ Sesungguhnya, aku senang merapat

denganmu, tetapi aku juga senang melihatmu beribadah kepada Tuhanmu.”

Rasulullah pun bangkit berwudhu dan sejenak kemudian tenggelam dalam

munajat dihadapan Rabb-nya dengan air mata khauf membasahi bumi14.

Menakjubkan, jika seorang Rasulullah minta ijin pada istrinya –ditengah

kemesraan mereka—untuk qiyamul lail dan bermunajat, maka apa lagi yang

membuat kita ragu-ragu untuk romantis dan mesra pada pasangan kita ?

Yang keempat, manusia diciptakan untuk beribadah, setiap gerak laku

kita dituntut untuk membuktikan penghambaan kita kepada Allah sang

pencipta. Maka, tak perlu ragu untuk menjadikan romantis pada pasangan

sebagai bentuk ibadah. Bukankah jelas-jelas Al-Quran telah mensupport kita

untuk berbuat ma’ruf pada isteri15 ? Tidak juga kita lupa betapa banyak hadits

shahih yang menjelaskan secara detil perintah dan wacana untuk mesra dengan

istri ? Simak salah satu contohnya : Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah saw

mengomentari pernikahannya dengan seorang janda: ” Mengapa tidak seorang

perawan (yang engkau kawini) ? sehingga engkau bisa bermain dengannya dan ia juga

bisa bermain denganmu”. (HR Bukhori & Muslim)16

Walhasil, niatkan saja romantis kita dalam rangka mentaati perintah

Allah swt dan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Itulah

hakikat ibadah ; niat tulus dan cara yang benar.

14

Diriwayatkan oleh At-Thohawy dalam Musykil al-Atsar (X/236) dari Atho' bi Abi Rabah , ( Lihat :

Kitab Al-Bayan Wa At-Ta'rif , Ibrahim bin Muhammad Al-Husaini , (I/313) 15

QS An-Nisa 19 : “Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri kalian) dengan ma’ruf / baik” 16

HR Muslim (II/1088) nomor (715) ; HR Bukhori (II/379) nomor (1991)

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

14 | P a g e

Selesai penjelasan tentang syubhat pertama. Mari sejenak merenung.

Semoga ada guratan-guratan diwajah kita yang berkurang, memuai. Bukan

malah bertambah.

PANDANGAN KEDUA – Ada yang mengatakan bahwa untuk disebut

romantis, biasanya mengikuti cara-cara orang kafir (baca : barat). Contoh yang

paling ringan adalah memberi bunga atau coklat, hingga menari atau

berdansa. Dari sini akan muncul kekhawatiran, bahwa perilaku romantis kita

adalah ‘ikut-ikutan’ gaya barat, sementara Rasulullah jauh-jauh hari telah

memperingatkan kita dalam masalah ini. Beliau mengatakan, “Barang siapa

menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka (HR Abu Dawud)17.

Hasil dari sisi pandang seperti ini, jangan heran kalau kita temukan ada yang

ragu-ragu memberi bunga atau coklat pada pasangannya. Khawatir di sebut

ikut-ikutan gaya barat.

Astaghfirullah, pasti diantara kita tidak akan rela ikut disebut dalam

barisan kekufuran. Sementara romantis, katanya banyak meniru cara-cara

mereka. Benarkah seperti itu ? baiknya kita tilik lebih jauh permasalahannya ;

Pertama, bahwa penekanan ‘tasyabuh’ (penyerupaan) dalam hadits di

atas lebih banyak pada tasyakkul atau penampilan dan aktifitas lahiriah. Ini

sebagaimana Rasulullah memerintahkan kita untuk memelihara jenggot dan

mencukur kumis agar berbeda dengan kaum penyembah api Majusi. Dari Ibnu

Umar ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : Berbedalah dengan

kaum musyrikin, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis { HR Muslim)18. Masih

seputar penampilan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam juga menyuruh kita

17

HR Abu Daud (IV/44) nomor (3041) dari Ibnu Umar 18

HR Muslim (I/222) nomor (259) ; HR Bukhori (V/2209) nomor (5553)

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

15 | P a g e

untuk menyemir rambut, agar berbeda dengan ahlu Kitab, Yahudi dan Nasrani.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :

Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mau menyemir rambut, karena

itu berbedalah kamu dengan mereka ( HR Bukhari & Muslim )19. Masih banyak

lagi hadits lain yang menegaskan perintah untuk berbeda dengan orang kafir.

Bukan disini untuk membahas semua itu lebih jauh.

Selanjutnya, yang disebut larangan untuk tasyabuh dalam hadits di atas,

adalah penyerupaan dengan sesuatu yang menjadi ciri khas orang kafir.

Contoh yang lagi menjamur sekarang adalah, banyak anak muda dengan

bangga memakai kalung salib atau lambang bintang lima ala Zionis Yahudi di

lehernya. Atau juga, karyawan muslim di pusat perbelanjaan, yang ikut-ikutan

pakai kostum Sinterklas di penghujung tahun. Naudzubillah.

Menyerupai, meniru atau memakai atribut yang menjadi ciri khas kaum

kafir, itu yang dilarang. Ini berarti, kita tidak bisa sembarangan asal tunjuk

bahwa ini, bahwa itu, adalah perbuatan ‘tasyabuh’sebagaimana yang dikecam

dalam hadits. Permasalahannya memang masih terus berkembang. Karena saat

ini banyak hal yang awalnya mungkin adalah produk peradaban barat atau

orang kafir, namun sekarang berubah menjadi sesuatu yang wajar, mendunia,

dimana setiap orang –komunis sekalipun- bisa memakainya. Alias tidak lagi

menjadi ciri khas kaum tertentu. Contohnya ; penggunaan setelan jas dan dasi.

Bisa jadi ini dulu produk barat, tapi sekarang tidak lagi bisa membedakan siapa

dan apa ideologi pemakainya. Dari pendeta, ulama, hingga koruptor bahkan

seorang penjahat sekalipun sekarang banyak yang tampil dengan setelan jas

berdasi.

19

HR Muslim (III/1663) nomor (2103) ; HR Bukhori (III/1275) nomor (3275)

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

16 | P a g e

Nah, dengan demikian memberi bunga dan coklat pada pasangan

sungguh tidak pas dikatakan sebagai tasyabuh. Meski demikian kita tetap harus

hati-hati. Ini bisa benar-benar menjadi "tasyabuh" ketika memberikan bunga

dan coklat pas hari Valentine plus atas nama merayakannya.

Kedua, Mengenai masalah ‘tampil beda’ dengan kaum kafir ini, Dr. Yusuf

Qaradhawi dalam bukunya al-Halal wal Haram menuliskan : “ Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi Wassalam memerintahkan kaum muslimin agar berbeda

dengan mereka, karena beliau ingin mendidik kaum muslimin supaya memiliki

kepribadian tersendiri berbeda secara lahir dan batin, berbeda kejiwaan dan

simbol lahiriyahnya.” Masih dalam kitab yang sama, beliau juga menukil

perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang masalah ini. Beliau

menyatakan : “Al-quran, as-Sunnah, dan Ijma’ memerintahkan agar berbeda

dari orang-orang kafir dan melarang menyerupai mereka secara total “20.

Adalah benar bahwa Rasulullah banyak sekali dalam haditsnya memerintah

kita untuk berbeda dengan orang kafir, bahkan dalam urusan jimak sekalipun.

Hingga orang-orang Yahudi pada waktu itu berkomentar sinis : “ Lelaki ini

(Nabi Muhammad saw) bermaksud tidak akan membiarkan sedikitpun dari

urusan kita, melainkan ia selalu mengambil jalan berbeda “ ( HR Muslim

(I/169) dari Anas bin Malik ra )

Nah, berbeda secara simbol lahiriah dengan orang kafir itu harus. Namun

ini tidak menafikkan urgensinya berbeda dengan mereka dari sisi batin. Sisi

ideologi, semangat, pola pikir, izzah dan sebagainya.

20

Lihat : al-Halal wal Haram, Dr. Yusuf Qaradhawi

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

17 | P a g e

Ini hampir senada dengan hadits “ Islam dimulai dengan sebuah keasingan, dan

akan kembali menjadi asing “ (HR Muslim dari Abu Hurairah) 21. Pemahaman

tentang Islam yang asing ini bukan berarti asing karena ‘beruzlah’, jauh dan

menutup diri dari masyarakat. Kalau yang dimaksud seperti ini, berarti tidak

ada kewajiban dakwah dong !. Asing di sini adalah asing dari sisi keyakinan,

pola pikir dan amal yaumiyah22. Asing, namun dengan penampilan dan

intensitas pergaulan yang cukup dekat dengan masyarakat yang di

dakwahinya. Kalau istilah fikih dakwahnya; yakhtalitun walakin yatamayyazuun ;

bergaul tapi tetap bisa menjaga identitas dan kualitas diri sebagai da’i. Bagai

ikan di air laut, demikian kata pepatah ; meski hidup di air yang asing,

selamanya tak pernah ikut berasa asin.

Tentang romantis dengan aktifitas seperti yang dilakukan orang barat, lagi-

lagi kita dituntut untuk meluruskan niat kita. Innamal a’maalu bin niyat23.

Bukankah segala sesuatu bergantung pada niatnya ?. Dua orang sama-sama

memberi bunga pada istrinya. Jika yang satu niatnya meniru ekspresi cinta

gaya barat dan yang lainnya benar-benar tulus ikhlas untuk membahagiakan

istri fillah, maka jelas terasa bedanya. Beda di dunia dan jelas beda di akhirat

nanti.

Ketiga, - Sebuah kaidah fikih menyatakan ; al-Asl fil al-Assya’ al-Ibahah

(Segala sesuatu hukum asalnya adalah mubah / boleh ). Ini berarti dibutuhkan

nash atau dalil khusus, jika ingin menganggap sesuatu itu haram dan harus

dijauhi. Tidak sembarangan mengatakan ini tasyabbuh, ini haram dan lain

sebagainya, tanpa didukung dengan argumen syar’i. Seperti kasus teknik dan

adab berhubungan badan dengan istri, Al-Qur’an menyatakan : “Istri-istrimu

21

HR Muslim (I/130) nomor (145) ; HR Ibnu Majah (II/1319) nomor (3986) 22

aktifitas ibadah harian : zikir, sholat jamaah, tilawah, sholat dhuha, witir dll 23

HR Muslim (III/1515) nomor ( 1907) ; HR Bukhori (I/3) nomor (1) dari Umar bin Khatab ra.

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

18 | P a g e

adalah (seperti) ladang tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat

bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki” (QS Al- Baqoroh :223).

Lihat, aturan awalnya adalah : Anna syi’tum !! Bagaimana saja kamu kehendaki.

Kapan saja dan dimana saja, silahkan ‘bersedekah’(berjima-red) pada istri-istri

Anda. Namun kemudian, ternyata ada batasan-batasannya ; Bisa kapan saja,

kecuali saat haid, nifas, dan saat ihram dan berpuasa. Bisa dimana saja, kecuali

jalan belakang (baca-dubur). Yang perlu dicatat, bahwa semua batasan yang

ada didukung dengan ayat dan hadits-hadits dengan kualitas shahih. Bukan

sekedar mengada-ada atas nama feeling apalagi hawa nafsu.

Sederhananya, jika romantis dalam rangka berbuat baik dan

membahagiakan isteri ( QS Nisa 19 ), bisa dengan cara apa saja, kapan saja, dan

bagaimana saja, sejauh tidak melanggar batasan-batasan syariat yang telah

digariskan.

Keempat, Sebagai catatan tambahan, tidak semua yang berasal dari

barat itu haram atau tercela. Kita bisa mengambil sesuatu darinya, hal-hal yang

menyangkut keduniaan dan hubungan muamalat. Bahkan suatu ketika

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sendiri pun pernah mengambil pelajaran

dari kebiasaan Persi dan Romawi dalam masalah hubungan badan dengan istri.

Dari Aisyah ra, Rasulullah bersabda : Sesungguhnya aku ingin melarang

ghilah24, tetapi kemudian aku melihat bangsa Persi dan Romawi melakukannya, namun

tidak membahayakan anak-anak mereka sedikitpun { HR Muslim )25

Selain hal di atas, masih lekat dalam ingatan kita bahwa salah satu faktor

kemenangan kaum Muslimin dalam perang Khandaq adalah pembuatan parit.

24

berhubungan badan dengan istri yang masih dalam masa menyusui bayinya 25

HR Muslim (II/1066) nomor (1442) ; HR Tirmidzi (IV/405) nomor (2076) , ia berkata : hadist hasan

shahih

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

19 | P a g e

Penggalian parit sebagai strategi perang adalah kebiasaan orang-orang Persia.

Bangsa Arab tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Sahabat Salman al-

Farisi lah yang mengusulkannya dan diterima oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi

Wassalam, dan berbuah kemenangan.

Dua peristiwa di atas, adalah sebuah kenyataan sejarah yang sejalan

dengan isyarat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam haditsnya : Hikmah

itu adalah miliknya orang mukmin yang hilang, jika ia menemukannya maka ia lebih

berhak atasnya ( HR Tirmidzi)26. Saat ini, mau tak mau nampaknya kita harus

banyak belajar dari barat –yang sedang memegang peradaban- khususnya pada

bidang-bidang yang mempunyai nilai strategis untuk kemaslahatan umat

Islam, dan juga untuk meninggikan kalimat Allah dimuka bumi ini ( Li I’laa

kalimatillah ). Saat ini tidak perlu ragu untuk belajar kimia, kedokteran, militer

dan sebagainya, asalkan dengan niat yang tulus ; untuk kejayaan Islam.

Romantis,--atau apapun istilah untuk menyebut berbuat baik dan

membahagiakan istri— adalah diperintahkan dalam Islam. Bukan karena

istilah terminologisnya yang berbau barat, lantas kita menjauhinya tanpa

melihat esensinya. Kasus ini mengingatkan kita dengan istilah sosialis,

demokratis, dan humanrights yang secara bahasa berasal dari barat, padahal

secara esensi Islam telah lama mengajarkan nilai-nilainya. Berjiwa sosial,

penghargaan atas hak-hak manusia, serta kehidupan yang demokratis adalah

bukan barang baru dalam khazanah masyarakat Islam. Untuk kasus-kasus

yang seperti ini, kita perlakukan sebagaimana istilah Imam Syahid Hasan Al-

Banna dalam Ushul Isyrinnya27 ; Al Ibroh bil Musammayaat La bil Asma’ ( Pelajaran

26

HR Tirmidzi (V/51) nomor ( 2687) ia berkata : Hadits Gharib, dalam sanadnya ada nama Ibrahim bin

Fadhl yang dhaif ; HR Ibnu Majah (II/1395) nomor (4169) ; 27

seorang juru dakwah, pendiri Jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun di Mesir

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

20 | P a g e

yang dianggap penting itu ada pada esensi di balik suatu nama (istilah), bukan

nama (istilah) itu sendiri )28

Kelima, ini yang terakhir. Jika penjelasan di atas dirasa belum mampu

menjawab syubhat tentang romantis ala barat, maka saya mengajak Anda

untuk mencukupkan diri dengan romantis ala Rasulullah. Tidak kurang dari

puluhan hadits memberikan gambaran utuh suasana romantis dalam rumah

tangga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dan para sahabat. Anda bisa

mengikuti semua itu tanpa ragu. Dalam Islam kita tidak diperintahkan untuk

melakukan sesuatu dalam keraguan. Rasullah mewasiatkan pada kita tentang

hal ini : Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu, dan ambillah apa-apa yang tidak

kau ragukan ( HR.Tirmidzi)29. Dalam khazanah fikih pun, dikenal kaidah

Ittiqoo’u Syubhat , khosyatal wuqu’ filharoom” yaitu sikap untuk menjauhkan diri

dari segala syubhat, karena takut akan terjerumus pada hal-hal yang

diharamkan.

Jadi, tidak perlu belajar romantis dari barat, praktekkan saja apa yang

telah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dan para sahabat gambarkan

tentang romantis, niscaya kita pun akan terengah-engah untuk

mewujudkannya.Kerana begitu banyak hal-hal romantis yang begitu jelas

beliau tampilkan dalam kehidupan rumah tangganya. Bahkan seorang

pengantin baru pun, belum tentu bisa sekreatif beliau dalam masalah romantis

ini. Telusuri hadits-hadits beliau tentang romantis, insya Allah anda akan

mendapatkan banyak inspirasi dalam memaknai romantis secara lebih luas.

28

Majmuatur Rosail, Risalatut Taklim, Ushul ke 7 dari 20 Prinsip 29

Shahih Ibnu Hibban ( II/498) nomor (722) ; HR Hakim dalam Al-Mustadrok (II/15) nomor (2169) ,ia

berkata : isnadnya shahih ; HR Tirmidzi (IV/668) nomor (2518), ia berkata : hasan shahih

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

21 | P a g e

Alhamdulillah. Perkenankan saya tutup pembahasan ini dengan

Wallahu a’lam bisshowab. Semoga gurat Anda sedikit tercerahkan. Romantis

tanpa ragu, demikian saya menyebutnya

Romantis Tak Kenal Lelah

Berikutnya, ada pembahasan unik tentang romantis yang tak kalah

menarik di banding dua hal diatas. Kita sering mendengar, bahwa romantis

hanya berlaku pada usia muda saja. Mereka yang pengantin barulah yang

paling berhak melakukan hal-hal yang indah itu. Sementara mereka yang

menginjak dewasa dengan segenap kesibukannya, atau bahkan mereka yang

telah renta dimakan usia tidak wajar jika harus bermain-main dengan aktifitas

yang berlabel romantis. Seperti kata I love you misalnya, jika diucapkan oleh

mereka para bapak atau kakek kita, maka minimal sepintas hati kita akan

tersenyum mentertawakannnya. Atau bahkan terharu ? Subhanallah.

Kasus lainnya, saat kita melihat sepasang pengantin baru terlihat mesra

dan romantis, maka dengan mudahnya kita akan menyimpulkan ; maklum

masih pengantin baru, belum merasakan pahit getirnya hidup berumahtangga.

Seperti itu kah yang sering ada dalam pikiran kita ? Apakah romantis yang bisa

kadaluarsa itu benar ? Atau jangan-jangan sikap mental kita yang kalah dan

apatis dalam memperjuangakan romantis dalam rumah tangga kita ?

Baiklah, rasanya pembahasan ini tidak perlu terlalu panjang. Setidaknya

ada dua hal yang layak kita jadikan pertimbangan untuk ‘menentang’

pandangan seperti di atas.

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

22 | P a g e

Yang pertama, cukuplah bagi kita untuk menyadari bahwa potret

romantis rumah tangga nabawi -- yang begitu banyak tergambar dalam hadits-

hadits shahih – dilakukan oleh seorang suami yang berusia lebih dari setengah

abad. Bahkan hampir sebagian ummahatul mukminin adalah para janda yang

berusia tidak muda lagi. Sebut saja Saudah binti Zum’ah yang karena merasa

sudah sangat uzur, memberikan hari gilirannya pada Aisyah ra. Akan tetapi,

pernahkah Anda mendengar saat Aisyah dan Saudah ra di hadapan Rasulullah

saw saling bercanda mengoleskan makanan pada wajah satu sama lainnya.

Seolah mereka adalah muda-mudi yang tengah menikmati manisnya cinta ?

Saudah pula yang mempunyai banyak guyonan yang kerap membuat

Rasulullah saw tersenyum bahkan tertawa30.

Ada juga yang namanya Ummu Salamah, janda dari Abu Salamah yang

bijak dan berusia senja. Bahkan, tidak kurang penghulu wanita di surga,

Khadijah binti Khuwailid menemani Rasulullah saw selama sekitar 25 tahun

kehidupan rumah tangga, dalam usianya yang cukup renta. Beliau dinikahi

Rasulullah saw pada usia 40 tahun, dan meninggal dunia pada usia 65 tahun.

Ingat cerita romantis Khadijah ? Saat dengan penuh kasih sayang memeluk dan

menyelimuti Rasulullah saw yang masih terguncang karena baru saja

menerima wahyu pertama. Bahkan diriwayatkan saat tersebut Khadijah juga

memangku suaminya tercinta itu di atas pahanya.31 Tahukah Anda berapa usia

Khadijah saat itu ? Limapuluh lima tahun.

Pada kenyataannya, hanya tiga orang saja dari para ummahatul

mukminin, yang masih bisa terbilang berusia muda saat menjalani kehidupan

rumah tangga bersama Rasul saw. Ada Aisyah ra yang dinikahi pada usia 9

atau 11 tahun. Ada pula Shofiyah Binti Huyai, putri dari Yahudi Bani Nadhir

30

Lihat hadits dan kisahnya pada Bab VIII dari buku ini 31

Lihat Hadits dan kisahnya pada Bab IX dan XII dari buku ini

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

23 | P a g e

yang dinikahi pada usia 17 tahun. Dan ada pula Juwairiyah binti Harits bin

Dhiror putri pemimpin Bani Mustholaq, yang kerap membuat Aisyah ra

cemburu karena kecantikannya.

Ingat cerita Aisyah ra, saat ia masih bertubuh kecil dan adu cepat dalam

lari bersama Rasulullah saw. Apa yang terjadi setelah waktu lama berlalu dan

tubuh Aisyah ra menjadi lebih gemuk ? Tanpa ragu sedikitpun Rasulullah saw

kembali mengajaknya berlomba lari di depan para sahabatnya.32

Begitulah, dan cerita-cerita romantis dalam rumah tangga nabawi ini

bergulir begitu saja. Tanpa pandang usia dan raga. Sekalipun Rasulullah saw

adalah manusia paling berat amanahnya, paling padat aktifitasnya, namun

beliau tetap menjaga suasana rumah tangganya agar tetap ceria. Lantas, apakah

kita yang hanya mengemban sejengkal amanah dan usia baru beranjak dewasa,

tiba-tiba mengatakan bahwa romantis is expired alias kadaluwarsa ?

Astaghfirullah.

Yang kedua, Sudah menjadi karakter dari setiap perintah Allah swt,

bahwa kita dituntut untuk melakukannya secara istiqomah. Kontinyu atau

terus menerus, sepanjang hayat masih dikandung badan. Tidak ada istilah cuti

dalam tuntutan untuk berbuat kejujuran, bersedekah, tersenyum dan perbuatan

mulia lainnya. Bahkan seorang muslim harus benar-benar mengisi dan

memanfaatkan waktunya dalam mengoptimalkan setiap perintah Allah, sesuai

dengan kemampuannya masing-masing.

Mari kita tinjau sejenak beberapa ayat yang senantiasa menegaskan

bahwa berbuat kebaikan atau amalan tertentu, selayaknya dilakukan pada

32

Lihat hadits dan Kisahnya pada Bab V buku ini

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

24 | P a g e

setiap saat dan setiap tempat. Dalam keadaaan apapun dan bagaimanapun.

Ketika muda, bahkan saat tua sekalipun.

� Anjuran untuk berjihad dalam berbagai kondisi. Saat sehat ataupun sakit.

Saat muda belia ataupun telah renta. Allah swt berfirman : “ Berangkatlah

kamu (untuk berperang) dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat “ (QS

At-Taubah : 41)

� Anjuran untuk berinfak dan sedekah dalam berbagai kondisi. Saat kaya

maupun miskin. Saat sukses ataupun bangkrut. Saat laba maupun rugi.

Allah swt berfirman :“ (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di

waktu lapang maupun sempit “ (QS Ali Imron : 134 )

� Anjuran untuk berinfak di setiap waktu. Siang dan malam, diketahui orang

ataupun tidak. Allah swt berfirman : “ Orang-orang yang menafkahkan

hartanya di malam dan siang hari, secara tersembunyi dan terang-terangan, maka

mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya “ (QS Al Baqoroh : 274)

� Anjuran untuk berdzikir setiap saat sepanjang hari. Allah swt berfirman : “

..dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum

terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada

waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang “ (QS Thahaa 131 )

� Anjuran untuk berdzikr dalam berbagai keadaan. Allah swt berfirman : “

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam

keadaan berbaring …” (QS Ali Imron 191 )

� Anjuran untuk tak kenal lelah dalam berdakwah. Allah swt berfirman

:“(Nabi) Nuh berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku

(berdakwah) malam dan siang “ (QS Nuh 5 )

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

25 | P a g e

Lebih jauh, Rasulullah SAW juga menekankan masalah konsisten dalam

sebuah proyek amal, apapun bentuknya. Dari Aisyah ra, Beliau bersabda : "

Amal yang paling dicintai di hadapan Allah SWT adalah yang berkelanjutan, meski

sedikit " ( HR Muslim) 33

Nah, lebih jelas bukan permasalahnnya. Begitu pula dengan perintah untuk

berbuat baik pada pasangan kita. Berbuat romantis serta membahagiakannya,

juga harus istiqomah. Saat siang romantis, malam lebih romantis. Saat sehat

romantis, sakit harus romantis juga. Saat miskin romantis, apalagi saat kaya !

Saat gembira terlihat mesra, saat sedih tetap romantis. Saat muda bisa hyper

romantis, saat tua menjadi super romantis !

Walhasil. Boleh jadi raga kita menua, rambut kita memutih dan jiwa kita

mulai bosan, tapi romantis lah yang akan membuat hidup kita lebih berwarna,

atau bahkan kembali muda. Sederhananya, sikap mental untuk menyerah

dalam hal romantis saat usia kita beranjak tua, sama sekali bukan hal yang bisa

dimaklumi. Apalagi mengatakan bahwa romantis hanya untuk para pasangan

muda, sama sekali ini tidak berdasar. Biarkan romantis ini berjalan terus. Tak

kenal lelah dan menyerah. Wallahu a’lam

Sebuah Kampanye Romantis

Awalnya adalah keraguan.

33

HR Muslim (I/541) nomor (783) ; HR Bukhori (V/2373) nomor (6099)

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

26 | P a g e

Lalu berubah menjadi sebuah buku seperti di tangan pembaca sekalian.

Buku ini lebih mirip disebut kampanye romantis dari pada sebuah panduan..

Terus terang, saya mengajak Anda semua untuk sebuah romantis yang

sederhana, romantis yang tak kenal lelah, bahkan romantis yang berujung

surga. Mari sama-sama meluruskan niat dan terus berusaha. Karena saya

sendiri masih terus belajar untuk romantis dan lebih romantis lagi. Kelak saya

ingin istri saya juga berkata jujur : Sungguh, semua tentang suamiku menakjubkan

! Adapun saya, juga akan berujar tentangnya, sebagaimana Rasulullah saw

mengungkapkan kesannya tentang Khadijah ra : “ Sungguh aku telah diberi rizki

mendapatkan cintanya ! “ (HR Muslim)34

Sejujurnya, dalam buku ini saya mencoba menginventaris,

mengumpulkan hadits-hadits dan keping-keping kisah romantis di jaman

Rasulullah saw dan para sahabatnya, kemudian mengajak Anda untuk

bersama-sama mentadaburinya. Selebihnya adalah kisah para Nabiyullah

bersama istri-istri mereka radhiyallahu ‘anhum. Selebihnya lagi, adalah

ungkapan atau usulan pribadi penulis dalam usaha memaknai romantis secara

lebih luas dan lebih beragam, sesuai dengan aturan syariah yang ada. Tentu

saja ini dibatasi dengan pemahaman penulis yang masih begitu kerdil, sempit,

dan membutuhkan waktu yang tak pernah usai untuk terus belajar dan

berproses. Semoga Allah mengampuni dan semoga Anda memaklumi.

Akhirnya, Barakallah kepada para pengantin baru. Buku ini banyak

ditujukan pada mereka. Agar lebih cepat proses saling mengenal. Agar lebih

berani dan tidak ragu-ragu dalam memulai interaksi. Agar lebih cinta, lebih

mesra, sayang, dan tentu saja menjadi lebih romantis. Berani nikah berarti

berani untuk berbuat romantis terhadap pasangan kita. Banyak jalan menuju

34

HR Muslim (IV/1888) nomor (2435) ; Shahih Ibnu Hibban (XV/467) nomor (7006)

Romantis Islami : Sebuah Pengantar

27 | P a g e

romantis. Jangan ragu. Sementara bagi mereka yang telah lama berpadu

mengarungi bahtera rumah tangga, buku ini menantang Anda untuk lebih

kreatif dan inovatif dalam membahagiakan pasangan. Siapapun Anda, semoga

tulisan ini menjadi inspirasi romantis yang tak kenal lelah dan tanpa ragu lagi.

Jadi, ternyata romantis itu milik Anda semua. Tapi banyak kita yang

belum menyadarinya.

“.. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ” ( QS

Yusuf : 40)

www.hattasyamsuddin.blogspot.com